Anda di halaman 1dari 8

Topik 11 Semangat Guru 2: Kompetensi Nonteknis

Kurikulum Merdeka
Modul 1 Kreativitas dan Inovasi
Berpikir divergen dan konvergen

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bapak dan ibu sekarang kita akan membahas mengenai berpikir kreatif. Berpikir divergen dan
berpikir konvergen, 2 istilah ini cukup sering ya kita jumpai dalam pembahasan kreativitas. Apa sih
berfikir divergen dan konvergen itu?. Berfikir divergen adalah kemampuan untuk memunculkan
beragam alternatif pemecahan masalah, contohnya apa saja sih manfaat kertas bekas? Bisa untuk
bungkus gorengan, ganjal kaki meja, pengganti tisu atau kotoran hidung, topi, kipas, bola, mainan,
dompet lipat, kertas baru setelah didaur ulang, rumah boneka dan lain-lain.
Sementara kebalikannya berpikir konvergen adalah proses mengumpulkan satu atau sedikit
kemungkinan solusi pada suatu masalah, contohnya mencari persamaan dari waktu dan rambut
jawabannya adalah sama-sama bisa panjang maupun pendek. Nah berfikir divergen dan konvergen
ini sangat terlihat dalam pemecahan masalah secara kreatif prosesnya begini:
Dalam memecahkan masalah secara tepat sangat dibutuhkan logika untuk menganalisis dan
mengevaluasi berbagai alternative solusi. Ini berpikir konvergen tapi, sebelum tahap itu perlu
dimunculkan dulu nih, alternatif solusi yang banyak dan beragam. Di sinilah kita menggunakan
kemampuan berpikir di divergen.
Makin tinggi kemampuan berpikir divergennya makin kreatif solusinya. Tapi, jika dia tidak
punya kemampuan berpikir konvergen, percuma saja kemampuan berpikir divergenya karena tetap
tidak menghasilkan solusi kan. Jadi ada saat yang tepat untuk berpikir divergen dan ada saat yang
tepat untuk berpikir konvergen.
Tahap berfikir divergen, ide perlu mengalir secara lancer, tanpa kecemasan akan batasan
tertentu. Sehingga ada keberanian untuk memunculkan ide unik yang baru dan juga bisa fleksibel
berpindah dari satu topik ke topik yang lainnya. Kata kuncinya adalah lancer, orisinal, fleksibel dan
elaborasi ide. Catat saja ide – ide apapun , seaneh apapun tampaknya.
Nah jika ini jika dilakukan berkelompok pemimpin kegiatan celah pendapat perlu
menciptakan suasana agar seluruh ide bisa tercurah tanpa ada sensor di awal. Jadi saat ada ide
muncul beri respon seperti: Bagus. Apalagi, ya? Wah, menarik! Bisa ditambah apa lagi? Cakep! Ada
ide lain tidak? Supaya kita bisa punya tabungan ini lebih banyak lagi. Respon-respon seperti itu
mendukung tambahan ide tanpa menyatakan bahwa ide sebelumnya itu kurang baik. Catat semua
ide dan beri dukungan melalui ekspresi, perkataan dan perbuatan. Itu adalah usaha menerapkan
berpikir divergen
Selanjutnya kita bahas tahap berpikir konvergen ya. Saat berpikir konvergen, kita
mengevaluasi setiap alternatif menggunakan sejumlah kriteria untuk memilih alternatif yang paling
cocok, contohnya konvergen : Ide Ima akan ulangan matematika dalam 3 hari ke depan, Ima punya
beberapa ide untuk membantu dia belajar matematik:
1. Mengikuti kelas tambahan yang diberikan oleh guru di sekolah
2. Meminta waktu dari temannya yang paham matematika untuk berdiskusi bersama
3. Diskusi soal matematika di grup chat
4. Mengerjakan soal tambahan dari internet dan
5. Mengumpulkan video dari internet untuk topik matematika
Nah setelah mendapatkan beragam ide, baru masuk ke berpikir konvergen.
Untuk memilih solusi : Kriteria yang digunakan Ima ada 2 yaitu :
1. Membutuhkan waktu paling sebentar mengingat banyak tugas dari mata pelajaran yang
lain ya.
2. kriteria kedua bisa dilakukan di mana saja sesegera mungkin
Berdasarkan itu alternatif yang paling tepat adalah diskusi soal matematika di group chat
dan mengumpulkan video penyelesaian soal dari internet, keduanya memiliki kriteria
sebentar dan bisa di mana saja.
Nah apa yang terjadi kalau saat berpikir divergen terjadi gangguan oleh pemikiran
konvergen, wah ide-ide yang semula sudah hampir muncul di otak menjadi bakal muncul nih, seperti
tersensor gitu padahal bisa saja ide yang tidak jadi lahir itu adalah cikal bakal dari ide lain yang lebih
brilian seperti: Mutiara terpendam, olehkarena itu, gunakan pemikiran divergen sebayak banyaknya
sebelum berpindah ke tahap analisis dan evaluasi ide dengan pemikiran konvergen.
Tips sederhana saat berpikir Divergen :
Percayalah bahwa semua ada waktunya. Jangan takut mengeluarkan ide buruk, karena saat ini
semua ide adalah ide saja, tanpa ada penilaian baik ataupun buruk. Kalupun ternyata ide awalnya
kurang bagus ya nanti ada waktunya kok untuk revisi, bisa menambahkan dan juga bisa
memodifikasi ide itu. Jadi santai saja ya, dan selamat mencoba.

Topik 11 Semangat Guru 2: Kompetensi Nonteknis


Kurikulum Merdeka
Modul 1 Kreativitas dan Inovasi
Gagasan baru: bagi saya vs orang lain

Bapak ibu sekarang kita akan membahas mengenai gagasan baru bagi diri sendiri
versus bagi orang lain. Konsep kreativitas itu kan sudah berkembang sejak 1950 dan definisi
yang beredar memiliki banyak versi. Runko dan Jeger di tahun 2012 sudah menyatakan
bahwa dalam berbagai definisi tentang kreativitas terdapat dua aspek utama yang selalu
muncul yaitu: orisinalitas dan efektifitas.

orisinalitas disebut juga sebagai kebaruan atau keunikan, tapi unik atau original saja
tidak cukup untuk menentukan sesuatu sebagai kreatif atau tidak. sesuatu yang tercipta
karena kebetulan semata dan menghasilkan sesuatu yang aneh karena tidak pernah tercipta
sebelumnya tidak bisa loh disebut kreatif. Bayangkan kalau ada seekor hewan berjalan di
atas keyboard komputer atau laptop kemudian muncul serangkaian huruf unik di layar nah
kata yang tercetak tersebut kan tidak bisa ya disebut sebagai kreatif. Oleh karena itu perlu
ada aspek kedua yang dipertimbangkan yaitu : efektivitas.

Dalam membicarakan kreativitas, aspek efektifitas kadang disebut kegunaan,


ketepatan, atau kecocokan. Maksudnya begini ide kreatif yang muncul perlu jelas
kegunaannya atau efektivitasnya dalam memecahkan suatu masalah, artinya ide tersebut
dianggap tepat dan cocok untuk mencapai tujuan tertentu.

Mari kita fokus pada orisinalitas atau kebaruan. Sebenarnya kita sadar bahwa, kata
baru itu bersifat relative. Sesuatu yang baru bagi seseorang bisa jadi sudah menjadi hal yang
biasa ya bagi orang lain, contohnya begini seorang anak yang sangat kagum saat pertama
kali melihat pemandangan menggambar ikan terbang di atas awan tapi bagi anak lain yang
sering menonton film animasi hal itu bukan dianggap hal baru atau contoh berikutnya nih
ada seorang anak kota yang kehujanan saat dia berkunjung di desa dia merasa dirinya
sangat kreatif ketika dia bisa menggunakan daun pisang sebagai pengganti paying,
sementara bagi anak-anak yang biasa di desa hal itu sama sekali bukan hal baru ya. Dari dua
contoh tersebut sebetulnya ada dua hal yang penting:
1. yang pertama adalah pemikiran kreatif dan
2. yang kedua adalah produk kreatif.
Pemikiran kreatif berfokus pada diri seseorang pertanyaan utamanya adalah
apakah ide tersebut muncul berasal dari orang itu sendiri dan bukan ide dari orang lain baik
sengaja maupun tidak sengaja terekam dengan ingatan seseorang ya. Dengan kata lain ide
itu bukan menjiplak ide orang lain. Kalau pakai contoh tadi anak kota yang memikirkan
sendiri dia menggunakan daun pisang sebagai pengganti payung itu berarti dia sudah
memiliki pemikiran kreatif karena betul-betul berasal dari dirinya, namun jika hasil
pemikirannya itu kita sebut sebagai produk kreatif dibawa ke lingkungan yang lain wah
penilaiannya bisa beda ini karena daun pisang sebagai payung saat ini tidak bisa dianggap
sebagai produk kreatif karena produk itu sudah pernah dihasilkan oleh orang lain.
Bagaimana ya kita tahu sebuah produk itu termasuk produk kreatif atau tidak, di sini
penilaian orang lain berperan penting.
Jika ada orang yang sudah pernah mengetahui adanya produk serupa maka produk
tersebut tidak lagi dianggap sebagai produk baru prinsip inilah yang digunakan untuk
mengurus paten atau juga hak atas kekayaan intelektual. Pencipta pertama dari suatu
produk atau modifikasi tertentu itulah yang dianggap sebagai pencipta produk kreatif
Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana caranya menghasilkan produk kreatif dan inovatif
ada dua tips bapak Ibu:
1. yang pertama yuk biasakan diri berpikir kreatif.
Di dalam berpikir kreatif itu tergantung berpikir divergen dan konvergen
2. yang kedua perluas wawasan dengan banyak bergaul, membaca, menonton,
mendengarkan dan berdiskusi.
Kalau kata orang tua dari suku tertentu nih sono main yang jauh. Dengan wawasan
luas untuk berpikir kreatif diharapkan ide yang muncul betul-betul kreatif dan produk yang
dihasilkan betul-betul baru .
Jangan lupa nih produk baru seringkali berasal dari modifikasi produk produk yang
lama kan,jadi ayo kita main yang jauh.
Topik 11 Semangat Guru 2: Kompetensi Nonteknis
Kurikulum Merdeka
Modul 1 Kreativitas dan Inovasi
Dari kesalahan ke ide orisinal

Bapak Ibu kali ini kita akan membahas dari kesalahan menjadi orisinalitas. Dari berbagai
definisi tentang kreativitas 2 aspek penting yang sering muncul adalah orisinalitas dan
efektivitas mencapai tujuan alias solusi. Di episode yang lain sudah dibahas nih, tentang
orisinalitas alias kebaruan atau keunikan. Nah kali ini kita fokus dulu ke pembahasan
efektivitas mencapai tujuan dalam konteks berpikir kreatif ya. Mengapa harus membahas
efektivitas untuk mencapai tujuan sih? Apakah tidak bisa kita mengembangkan kreativitas,
demi kreativitas itu sendiri dan tanpa tujuan? Pembahasan tentang tujuan ini penting untuk
membedakan produk unik yang yang dihasilkan dari usaha seseorang dengan produk unik
yang tercipta secara tidak sengaja. Konkritnya begini si Alya tersandung kaki meja dan tidak
sengaja menumpahkan dua warna cat di atas kertas gambar, eh ternyata kertas gambar
dengan dua warna itu menjadi indah. Nah Alya tidak berpikir kreatif untuk menghasilkan
produk Indah itu dan produk indah itu bukan produk kreatif walaupun indah ya. Bandingkan
sekarang dengan si Billy yang ingin membuat gambar indah yang unik, lalu Billy mencoba
menuangkan cat dua warna di atas kertas gambar. Dalam hal ini Billy berusaha berpikir
kreatif, dia mempunyai tujuan yaitu membuat gambar indah. Teknik menuangkan cat
sebetulnya bukan hal yang baru ya, tapi Billy memodifikasi teknik tersebut, ia menuangkan
cat ke atas sendok dan garpu. Dan cat yang menetes dari sendok dan garfu itulah yang
menghasilkan panduan bentuk dan warna unik di atas kertas gambar. Apakah teknik yang
dikembangkan oleh Billy ini efektif untuk mencapai tujuan membuat gambar indah. Bisa iya
dan bisa tidak sih. Jika iya, berarti Billy sudah berpikir kreatif dan menghasilkan produk
kreatif. Jika tidak, berarti Billy sudah berusaha berpikir kreatif tapi belum menghasilkan
produk kreatif, karena belum mencapai tujuan menghasilkan gambar indah yang unik.
Apakah gambar Billy yang belum indah dan belum unik itu bisa dikembangkan lagi?
Sehingga menjadi produk kreatif. Nah kalau ini tentu bisa! Demikian kata-kata Edison yang
dimuat pada majalah Harper pada tahun 1932, “Jenius is 1% inspiration and 99%
perspiration” artinya jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat. Nah kreativitas juga sejalan
dengan hal ini, munculnya ide sebetulnya hanya memegang 1% saja dari kreativitas tapi 99%
lainnya adalah kerja keras penuh keringat untuk memoles ide tersebut sehingga betul-betul
menjadi pemikiran kreatif. Ingat ya bahwa produk kreatif harus original dan bukan menjiplak,
kan? Pernah dengar, ada produk kreatif yang terinspirasi dan pemikiran orang lain? Apa sih
bedanya terinspirasi dan menjiplak? 3 pertanyaan tersebut akan dibahas berikut ini :

Menjiplak artinya mengambil seluruh atau sebagian ide orang lain dan diakui sebagai
idenya sendiri. Di sini tidak ada atau tidak cukup banyak pengolahan dari diri sendiri
tentunya ini tidak bisa ya dianggap sebagai kreativitas sedangkan terinspirasi berarti
awalnya tertarik dengan ide orang lain, lalu ada pemikiran lebih lanjut nih untuk
mengembangkan ide orang lain tersebut sehingga akhirnya menjadi ide yang baru. Jika
pengembangannya hanya sedikit maka ide akhir sebetulnya masih terlihat sangat mirip ya
dengan ide orang lain dan bisa dianggap penjiplak. Tapi jika ide kedua itu dievaluasi
kekurangannya dimodifikasi lebih lanjut demikian berulang-ulang, maka di akhirnya bisa
menjadi semakin menonjol keunikan dan orisinalitasnya. Revisi dan modifikasi tidak hanya
terjadi jika di awalnya terinspirasi dari ide orang lain loh, kadang ide pembaharuan justru
muncul saat kita menemukan ada kekurangan atau kesalahan atau dari sesuatu yang muncul
dengan tidak sengaja. Seperti kasus tiba-tiba ada gambar indah walaupun gara-gara si Alea
tersandung ya.

Nah keinginan untuk melakukan perbaikan bisa memunculkan ide-ide yang baru
setiap ide baru itu dievaluasi lagi dan direvisi lagi jangan takut jika menemukan kekurangan
atau kesalahan pada ide kita. Percayalah bahwa kita akan menemukan cara untuk
memperbaikinya. Yang penting, kita setia pada usaha kita mencari alternatif alternatif baru
pemecahan masalah, dengan demikian orisinalitas dan efektivitas mencapai tujuan bisa
berasal dari evaluasi atas ide yang muncul sebelumnya. Dan melakukan pengasahan ide it
uterus menerus. Jangan lupa 1% / 99% artinya 99 % kerja keras dengan berpeluh keringat
demi munculnya ide orisinal yang efektif mencapai tujuan. Bagaimana sudah siapkah kita
bekerja keras supaya menghasilkan karya pemikiran yang kreatif?.

Topik 11 Semangat Guru 2: Kompetensi Nonteknis


Kurikulum Merdeka
Modul 1 Kreativitas dan Inovasi
Mengambil risiko

Bapak Ibu kita sampai pada episode di mana kita akan membahas tentang mengambil resiko.
Nah apakah Bapak Ibu lebih tertarik pada hal yang sudah teruji dan banyak dipraktekkan atau lebih
tertarik dengan ide baru dan segar, walaupun belum teruji. Pribadi yang kreatif biasanya tertarik
dengan hal baru dan ide segar walaupun belum teruji, mengapa ya demikian? Salah satu aspek
utama kreativitas adalah orisinilitas alias kebaruan. Sesuatu yang baru tentunya belum punya
kesempatan ya untuk banyak diuji atau dipraktekkan. Ttapi justru itulah yang menarik karena kalau
sudah banyak dipraktekkan ya dia enggak jadi baru lagi kan?, dia menjadi umum kreativitas selalu
bermain dengan ide-ide yang baru.

Apakah ide baru itu selalu merupakan solusi terbaik dari suatu masalah? Belum tentu. Ide
itu bisa punya celah kesalahan. Adakalanya ide baru awalnya justru menimbulkan kerugian.

Jika kita membaca sejarah penciptaan balon udara Zepplin terlihat bahwa ide awal muncul di
tahun 1874. Tapi baru bisa dikembangkan secara detail tahun 1893 dan akhirnya mendapatkan hak
paten di Jerman tahun 1895. Pesawat mereka berhasil terbang pertama kali tahun 1900 tapi terjadi
kerusakan saat pendaratan. konstruksi kedua di tahun 1906 berakhir dengan kegagalan mesin dan
juga terpaan badai.

Perkembangan berikutnya sampai versi yang keempat terbang di tahun 1908 tapi lagi-lagi
mengalami masalah mesin dan diterjang badai, sehingga menghempas pohon dan terbakar. Intinya
butuh waktu untuk mengembangkan ide besar dengan tanggung jawab besar seperti balon udara
zeplin. Untuk kita yang ingin berpikir kreatif sehari-hari sejarah pengembangan balon udara Zeplin
bisa menjadi pembelajaran.

Ide awal yang muncul memang masih besar resiko kegagalannya tapi melangkah maju
setelah mengalami kegagalan adalah hal yang biasa dan wajib dilakukan dengan berpikir kreatif.
Cara kerja pola pikir dan produk lama yang sudah teruji mungkin akan cocok untuk mengatasi
masalah lama atau masalah serupa dengan masalah lama. Tapi di masa depan pasti akan ada
masalah-masalah baru atau tujuan pengembangan dunia yang baru juga. Kita butuh pemikiran-
pemikiran baru untuk mengatasi tantangan baru tersebut.

Pemikiran baru atau pemecahan masalah secara kreatif yang kita usulkan belum tentu akan
diterima oleh orang lain. Hal itu sangat wajar terjadi, karena ya? bagaimana ya? tidak semua orang
berani mengambil resiko untuk mencoba hal yang belum teruji. Tapi sebagai pemikir kreatif usaha
membuat hidup kita diterima oleh orang lain juga merupakan tantangan berpikir kreatif, menarik
ya?. Memang harus diakui bahwa energi yang harus dikeluarkan oleh kreatif jadi banyak karena tidak
saja mengeluarkan energi dan waktu untuk menghasilkan pemikiran berkualitas tapi juga
meluangkan energi dan waktu untuk mempengaruhi orang lain agar menerima pemikiran kreatif kita
Ketika pemikiran kreatif tersebut betul-betul berhasil mencapai tujuannya dan memecahkan suatu
masalah muncul rasa bahagia yang membuat jerih payah itu terbanyak.

Oleh karena itu pemikir kreatif justru semakin bersemangat ketika menghadapi tantangan.
Mereka punya kepercayaan diri bahwa ide pasti akan muncul jadi tantangan pasti dapat diatasi.
Bagaimana caranya agar kita atau anak didik kita nanti bisa menjadi pribadi kreatif yang gembira ya
saat menyambut tantangan. Salah satu caranya adalah menciptakan situasi yang menantang atau
menghadirkan masalah yang perlu dipecahkan. Tugas sekolah yang tidak terlalu terstruktur dapat
lebih memancing kreativitas loh dibandingkan dengan tugas yang memiliki aturan terlalu ketat.
peserta didik lalu dibantu untuk merasa nyaman dalam situasi yang ambigu tersebut dengan diberi
penguatan. Sementara di sisi lain, ide yang dimunculkan peserta didik tersebut juga perlu diberi
apresiasi serta diberi tantangan secara berimbang. Kombinasi yang tepat antara apresiasi dan
pertanyaan tentang pengembangan ide tersebut akan membuat peserta didik kita terlatih untuk
bekerja lebih keras untuk hasil yang lebih baik.

Agar terbiasa berpikir kreatif, kita memang perlu bekerja lebih keras dari standar yang
dilakukan orang lain. Karena kreatifitas kita nantinya juga akan menghasilkan sesuatu yang melebihi
standar. Jangan takut merasa Lelah karena setiap menemukan langkah pembaruan yang kecil
sekalipun kita akan merasa bahagia dan memiliki hidup yang lebih bermakna. Semangat

Topik 11 Semangat Guru 2: Kompetensi Nonteknis


Kurikulum Merdeka
Modul 2 Berpikir Kritis dan Menyelesaikan Masalah
4 Pertanyaan Refleksi
Topik 11 Semangat Guru 2: Kompetensi Nonteknis
Kurikulum Merdeka
Modul 2 Berpikir Kritis dan Menyelesaikan Masalah
Langkah-langkah Penyelesaian Masalah

Topik 11 Semangat Guru 2: Kompetensi Nonteknis


Kurikulum Merdeka
Modul 2 Berpikir Kritis dan Menyelesaikan Masalah
5 Disiplin Berpikir Kritis terhadap Informasi

Topik 11 Semangat Guru 2: Kompetensi


Nonteknis Kurikulum Merdeka
Modul 2 Berpikir Kritis dan Menyelesaikan Masalah
Metakognisi: Berpikir tentang Berpikir

Topik 11 Semangat Guru 2: Kompetensi Nonteknis


Kurikulum Merdeka
Modul 3 Pembinaan dan Komunikasi
Membangun Trust: Karakter, Kompetensi, dan Konsistensi

Topik 11 Semangat Guru 2: Kompetensi Nonteknis


Kurikulum Merdeka
Modul 3 Pembinaan dan Komunikasi
Hadir dan mendengarkan
Topik 11 Semangat Guru 2: Kompetensi Nonteknis
Kurikulum Merdeka
Modul 3 Pembinaan dan Komunikasi
Pertanyaan yang Memberdayakan

Topik 11 Semangat Guru 2: Kompetensi Nonteknis


Kurikulum Merdeka
Modul 3 Pembinaan dan Komunikasi
8 Kompetensi Coaching

Anda mungkin juga menyukai