Anda di halaman 1dari 22

BAB II

ALAM DAN KEARIFAN EKOLOGIS


MELAYU

1.1 Alam dalam Kearifan


Ekologis Melayu
Berbicara alam Melayu, kita
seperti berada dalam surga
kebudayaan. Orang Melayu
menjadikan segala sesuatu
yang berada dekat dengan
kehidupannya sebagai marwah
yang telah terpahat dalam
diri. Menjaga keseimbangan,
menciptakan ikatan, juga
bahkan menjalin hubungan
yang harmonis dengan alam
sekitar dan menjadi contoh
satu di antara beberapa yang
Saujana Perkampungan Melayu. [Ilustrasi: Elmustian Rahman] dekat dengan kehidupannya.
“Alam terkembang jadi
guru” adalah ingatan ekspresi-ekspresi verbal maupun visual, yang merujuk ke
alam, merepresentasikan hubungan harmonis manusia dan komunitas dengan
lingkungannya.
Hal itu tergambar dalam berbagai aktivitas keekonomian orang/masyarakat,
misalnya dalam membuka ladang. Orang Melayu membuka hutan untuk berladang
dilakukan dengan tahap-tahap yang cukup panjang. Diawali dengan menebas semak-
semak, menebang pohon-pohonnya, menutuh, dikenakan bagi orang Melayu. Orang tua-tua
melandang, membakar, memerun, membersihkan, mengatakan: ”Kalau malu sudah hilang, hidupnya
dan meratakan tanahnya merupakan bagian dari sama dengan binatang”. Dalam tunjuk ajar orang
proses membuka ladang. Setelah tahap-tahap Melayu, sifat malu adalah cerminan moral. Malu
tersebut dilalui barulah dapat menanam padi. berbuat kejahatan, malu melakukan perbuatan
Lain pula dalam adab melukah ikan. Orang tercela, malu berkata kasar, malu menyombong,
Melayu menggunakan jaring yang berlobang malu menipu, malu berkhianat, malu mendurhaka,
cukup besar supaya hanya ikan yang berukuran malu menjilat, malu mengambil muka, malu
besar saja yang terperangkap. Ikan yang masih merampas hak orang lain, malu memunah
kecil dapat lepas dan tumbuh hingga dewasa. lingkungan, dan sebagainya.
Perburuan yang dilakukan orang Melayu Menghindari petaka adalah cara orang
tidaklah selalu dilakukan. Pada waktu-waktu Melayu untuk menjaga pantang. Ketika melanggar
tertentu seperti keperluan mendesak, perhelatan pantang larang, orang Melayu percaya akan
negeri, dan pada masa-masa yang berjarak cukup ditimpa petaka. Dalam merusak hutan misalnya,
lama berburu baru boleh dilakukan. Begitu banyak petaka yang akan timbul akibat perbuatan
pula dalam kegiatan merambah, orang Melayu tersebut. Maka, orang Melayu berpantang dalam
melakukan pekerjaan ini hanya sekali dalam merusak alam lingkungannya.
setahun.
1.3 Ekologi dan Proses Kebudayaan
1.2 Konsep Kearifan Orang Melayu Ekologi merupakan faktor determinan
Secara etimologi kearifan bermakna setiap proses kebudayaan. Faktor-faktor ekologis
bijaksana, cerdik dan pandai dalam melakukan itu di antaranya beroperasi dalam relasi. Pertama,
sesuatu tindakan atau perbuatan serta didasari kepatuhan referensial menimbulkan kebudayaan
oleh keilmuan. Kearifan orang Melayu terbentuk yang bergerak mengikuti gerak ekologis yang given.
kecerdasan dan empirik melalui dialogis dengan Lebih jelas dapat dilihat dalam ekspresi-ekspresi
alam dan gagasan-gagasan yang berkembang kebudayaan yang menampilkan penerimaan
kemudian. Bagaimanapun, agama Islam telah terhadap alam semesta sebagaimana adanya,
menjadi arus utama penepis dari pengetahuan antara lain direpresentasikan dalam berbagai ritus
empirik dan dialog-dialog tersebut. Islam sebagai pemujaan (termasuk di dalamnya: semah)
rujukan dituangkan dalam adat orang Melayu. Kedua, resiprokal wujud dalam alam
Maka, orang Melayu mengatur segala kearifan lingkungan dieksplorasi, ditelisik, dibaca dan
berkenaan dengan hal itu. Kearifan orang Melayu diakrabi, diposisikan sebagai subyek tempat berbagi
wujud dalam aturan yang berpantang apabila kognisi, emosi, dan keperluan-keperluan, berbagi
melanggar syarak dan mengerjakan jika dituntut berkah (alam terkembang jadi guru). Hal ini dapat
wajib dalam al-Qur’an dan disunahkan dalam al- dilihat dalam ekspresi-ekspresi verbal maupun
Hadist. visual, yang merujuk ke alam, merepresentasikan
Berkenaan dengan pantang-larang, hubungan harmonis manusia dan komunitas
dalam dunia kehidupan orang Melayu, selalu dengan lingkungannya. Dalam konteks relasi
dihubungkan dengan adanya ancaman–larangan kepatuhan referensial dan dan resiprokal, ekologi
karena ada ancaman. Menyangkut dengan itu, dan kebudayaan berada dalam senyawa teks dan
ancaman malu bagi yang melanggar pantang konteks. Semacam analog dengan hubungan antara

50 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


Rimba Larangan. [Foto: InKalam]

sarang dan burung-burung, tanah dan tumbuh- yang sangat penting dalam kehidupan ekonomi
tumbuhan, air dan segala hewan di dalamnya. masyarakat. Hasil-hasil hutan seperti buah-
Ketiga, obyektif-eksploitatif dalam buahan, ubi, pucuk kayu, umbut dan sebagainya
lingkungan dijadikan obyek untuk hal- merupakan bahan makanan utama mereka sejak
hal yang memusat pada keperluan praktis- zaman silam. Ada di kalangan mereka menanam
pragmatis manusia (antroposentris). Lingkungan durian, petai, dan seumpamanya secara ekonomis
ditempatkan sebagai sumber daya alam semata, untuk kegunaan jangka panjang. Hutan juga
yang dipersembahkan untuk memenuhi hasrat menjadi tempat perburuan. Keperluan untuk
tak terbatas manusia. Dominasi pandangan ini menangkap hewan liar telah mendorong mereka
memarakkan praktik-praktik penghancuran mencipta berbagai-bagai alat tangkapan dan
ekosistem yang membawa dunia ke kehidupan senjata untuk memburu seperti sumpitan,
serba-terancam. lembing, ranjau, jebak, jerat, bubu, lukah, belat
dan sebagainya.
1.3.1 Ekologi Fisik di Riau Hutan juga menjadi sumber penting dalam
a. Hutan pembentukan ide tentang sistem kepercayaan
Hutan merupakan satu elemen penting dan ritual dan upacara tradisional masyarakat
dalam pembentukan kebudayaan masyarakat Melayu. Hutan hujan tropis yang senantiasa
Melayu. Selain sebagai bentuk kebesaran sang malar hijau disifatkan sebagai satu kawasan
Maha Pencipta, hutan merupakan sumber yang sejuk dan dipercayai menjadi kediaman
kehidupan bagi semua makhluk. Sangat amat makhluk halus seperti semangat, penunggu, orang
penting menjalin hubungan yang harmonis bunian dan sebagainya. Sistem kepercayaan dan
antara makhluk hidup dengan hutan. Orang perobatan tradisional ini berperanan besar dalam
Melayu melihat hutan sebagai sumber semula jadi pembentukan hubungan harmoni sesama manusia

Adat dan Adab Melayu Riau 51


dan manusia dengan alam sekeliling khususnya dan simpanan. Jika yang melanggarnya diberikan
sebelum kedatangan agama Hindu dan Islam. Di hukuman yang sesuai sepanjang adat (Ensiklopedi
dalam hutan juga terdapat berbagai-bagai herba, Bengkalis). Sebahagian hasil hutan dipasarkan.
akar kayu dan seumpamanya yang mempunyai Catatan menunjukkan masyarakat di rantau ini
khasiat perobatan. terutamanya Suku Asli menjadi pembekal hasil
Hutan juga mengandungi berbagai- hutan yang utama seperti kayu gaharu, tanduk,
bagai mitos dan legenda yang berkaitan dengan madu lebah, tikar pandan, getah jelutung, damar,
masyarakat tempatan. Setiap tempat atau kawasan rotan dan sebagainya sejak abad ke-5.
yang dianggap istimewa di dalam hutan itu
mempunyai cerita asal usulnya yang tersendiri b. Tanah
dan menjadi kebanggaan masyarakat di kawasan Hutan dan tanah dua istilah yang berkaitan
tersebut. Semua sistem kepercayaan, perobatan dengan hak dan marwah masyarakat Melayu. Jika
tradisional, mitos, dan legenda yang bersumber hak dan marwah ini terganggu maka terganggulah
daripada hutan memberi makna yang besar martabat empunya. Masyarakat Melayu mengenal
dalam pembentukan peraturan dan cara hidup hutan tanah yang menjadi milik kelompok, kaum
masyarakat asal rantau ini. Secara langsung atau masyarakat tertentu yang lazim disebut
atau tidak langsung mereka memperkenalkan “tanah wilayat” atau tanah ulayat yang diatur
berbagai-bagai peraturan seperti pantang larang, oleh hukum adat dan dihormati oleh hukum
nilai dan norma sebagai usaha mengekalkan negara. Hutan tanah yang tergolong tanah adat ini
kesejahteraan dan keharmonian dalam ruang pemilikan dan penguasaan serta pemanfaatannya
lingkup kehidupan mereka. Hutan diatur dikukuhkan oleh raja dengan surat. Salah satu dari
sedemikian ketat, baik pemeliharaannya maupun empat anasir asal kejadian dalam alam Melayu dan
pemanfaatannya. Dalam masyarakat Suku wilayah yang dalam alam Melayu menjadi tempat
Asli misalnya kawasan hutan terbagi beberapa kawasan bangunan istana, rumah, dan pondok.
jenis. Ada sawah ladang, hutan produksi yang Selain itu, tanah merupakan anasir keempat dalam
menyimpan kayu-kayu, rimba kepungan sialang alam Melayu, melengkapi api, air, dan angin. Sifat-

Perkampungan Melayu. [Foto: InKalam]

52 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


sifat manusia bermuara pada empat filosofi dalam Kesuburan tanah secara relatif bergantung
alam Melayu ini. kepada tekstur susunan kimia tanah, persediaan
Dalam alam Melayu tanah menjadi sesuatu air, sifat tanah bawah, dan iklim di atasnya.
yang dibina, dilindungi, dan dijaga. Berdasarkan pembagian jenis kesuburan tanah
menurut orang Melayu, ada tiga jenis, yaitu
Tanda orang memegang amanah tanah muda, tanah tua, dan tanah mati. Tanah
Pantang merusak hutan dan tanah muda adalah tanah yang mengandung banyak
Beramu tidak merusak kayu makanan atau unsur hara, air yang cukup, udara,
Berotan tidak merusak hutan
dan butiran yang tidak terlalu besar. Tanah jenis
Bergetah tidak merusak rimba
ini banyak dijumpai di sepanjang daerah aliran
Berumah tidak merusak tanah
Berkebun tidak merusak dusun sungai. Tanah tua adalah tanah yang kandungan
Berkampung tidak merusak gunung unsur hara di dalamnya sudah mulai berkurang.
Berladang tidak merusak padang Tanah ini terbentuk pada tanah-tanah yang
terlalu sering dijadikan sebagai tanah perkebunan
Adat hidup memegang amanah sehingga unsur haranya berkurang. Adapun tanah
Tahu menjaga hutan tanah mati adalah tanah yang tidak mengandung unsur
Tahu menjaga bukit dan lembah.
hara. Tanah ini biasanya terbentuk setelah dipakai
Effendy, (2006) terlalu lama tanpa disertai pemupukan atau akibat
erosi yang terjadi secara terus-menerus.
Menggarap tanah secara tradisional dengan
menggunakan tenaga hewan kerbau. Tanah
c. Sungai
adalah lapisan tipis paling atas yang menutupi
Riau dialiri empat sungai besar yaitu
permukaan daratan bumi. Tanah terbentuk dari
Sungai Kampar, Siak, Rokan, dan Kuantan/
hasiI pelapukan atau erosi batuan induk (bahan
Indragiri. Mobilitas orang di Riau pada masa
anorganik) dan bahan-bahan organik yang
dahulu mengikuti jalur sungai. Berbagai prosesi
berasal dari tumbuhan serta hewan yang telah
kehidupan orang Melayu merujuk ke sungai,
membusuk. Tanah yang subur sangat berguna
misalnya berbagai ritual dan upacara–turun
bagi pertumbuhan tanaman yang nantinya akan
mandi, berbual di tepian mandi (mencarikan jodoh
mengurangi risiko terjadinya erosi.
untuk anak atau keponakan), mandi berlimau, dan
Proses pelapukan batuan menjadi tanah
lain sebagainya–, mencari penghidupan, mobilitas
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pelapukan
interelasi, upacara kematian, dan lain sebagainya.
fisik, pelapukan kimia, dan pelapukan biologis.
Mereka menjadikan sungai sebagai timang-
Pelapukan fisik terjadi pada batu-batuan yang
timangan negeri. Bagi mereka, rusak sungai
terdapat di permukaan bumi akibat perubahan
samalah dengan cerminan rusaknya negeri.
suhu bumi dan hujan. Proses pembentukan tanah
Ada 19 sebutan atau nama untuk
melalui pelapukan kimia terjadi akibat masuknya
menyebutkan perahu. Penamaan itu sesuai dengan
hujan yang mengandung unsur-unsur kimia ke
ragam bentuk dan ukurannya. Meskipun pada
dalam batuan kapur sehingga mengalami pelarutan
saat ini perahu hanya digunakan oleh masyarakat
dan kemudian mengalir melalui pori-pori batuan
di Riau yang tinggal di aliran sungai yang tidak
kapur. Adapun pelapukan biologis dilakukan oleh
memiliki akses jalan. Pembangunan jalan secara
makhluk hidup, seperti penghancuran oleh rayap
masif telah menggantikan perahu sebagai
dan akar tanaman.
tranportasi utama di Riau.

Adat dan Adab Melayu Riau 53


tepian danau, dasar danau yang berupa kumpulan
sediment, permukaan air serta dinding danau.
Cahaya matahari dapat menembus hingga ke
dasar perairan (biasanya pada danau yang kecil),
sehingga proses fotosintesis dapat berjalan dengan
baik. Danau bagi masyarakat Melayu merupakan
sarang nilai di perkampungan Melayu. Tradisi
lisan hidup sejalan dengan adanya danau, sungai,
ladang, hutan cadangan, dan hutan simpanan.
Danau-danau di Riau tergolong ke dalam danau
lactic, yaitu suatu tempat dengan genangan air
yang luas atau panjang, arusnya tenang, memiliki
kedalaman dan luas tertentu. Danau terjadi secara
alamiah. Sebuah genangan air yang luas namun
tidak cukup dalam maka tidak dapat disebut
sebagai danau.
Sungai. Mandi Balimau di Batang Kampar (atas) Menjaring Ikan
di Batang Rokan (bawah). [Foto: InKalam] Danau-danau bisa berubah menjadi paya,
rawa, rawang, odang, calong atau lupak. Danau
d. Rawa bisa saja ditumbuhi oleh kiambang, semak, bonto,
Tanah rendah yang umumnya di daerah kumpai, dan lainnya, sehingga vegetasi tersebut
pantai, kiri dan kanan sungai, ada pula yang dekat menutupi permukaannya. Bila demikian halnya
dengan tasik atau danau. Disebut rawa (dalam maka disebut dengan rawa-rawa. Danau yang
musim pancaroba) apabila digenangi air. Dalam telah tertutup permukaannya oleh tumbuhan
rawa biasanya banyak terdapat tumbuhan air serta rawa-rawa kemudian tumbuh pula pohon-pohon
kayu-kayuan. Bila musim pasang atau banjir, air di dalamnya, meskipun air masih tergenang
sungai akan sampai ke rawa, maka rawa disebut sepanjang tahun di tempat tersebut maka disebut
rawang. Pada musim kemarau, rawa akan kering dengan rawang. Danau yang berukuran kecil
dan ketika itu pula terjadi aktivitas mengecal, menjorok ke darat, airnya mengalir ke sungai
merawang untuk menangkap ikan yang terjebak disebut lupak. Danau yang telah menjadi rawang
di rawa. kemudian airnya kering di musim kemarau
disebut dengan odang. Danau berukuran kecil di
e. Tasik tepi sungai disebut calong.
Sebutan danau, kawasan berair yang luas
dan dikelilingi tanah (daratan). Lingkungan
perairan tawar baik bergerak maupun tidak
bergerak. Danau dalam kaitan itu secara garis besar
terbagi menjadi dua yaitu lactic atau lingkungan
perairan tawar yang tidak bergerak, dan lotic
yaitu lingkungan air tawar yang bergerak. Sebagai
lingkungan perairan, danau (dalam keadaan
normal) memiliki batas-batas yang jelas yaitu
Danau Raja di Rengat. [Foto: InKalam]

54 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


Batang Sialgng dan Rimba Kepungan Sialangan di Batang Gangsal. [Foto: InKalam]

Di Riau danau sangat jarang ditemui di antara dua wilayah lautan yang besar. Tingkat
daerah hulu sungai karena kontur tanahnya yang kedalaman laut di selat relatif dangkal. Selain itu,
miring, meskipun demikian ada juga danau-danau pelaut biasanya lebih suka berlayar di selat karena
tersebut berukuran kecil atau sedang. Danau gelombang dan arusnya lebih tenang dibandingkan
yang terbentuk dalam jalur sungai mati banyak samudra.
ditemukan di bagian hulu, bentuknya memanjang Sama halnya dengan sungai, selat bagi orang
mengikuti jalur sungai. Sungai Rokan, Kuantan Melayu juga amat penting. Aktivitas mobilitas acap
atau Indragiri, Kampar, dan Siak bagian tengah dan kali terjadi di selat. Beberapa upacara dan ritual
hilir terdiri dari banyak danau-danau besar dan terjadi di selat, seperti menyemah laut, membuang
panjang-panjang, bahkan danau-danau yang ada ancak, menyamak belat, menyeru tanjung, dan
saling berhubungan antara satu dengan yang lain, lain sebagainya. Aktivitas mencari ikan juga lebih
hal yang demikian itu disebabkan karena kontur cenderung dilakukan di selat. Pada musim kawin,
tanah bagian pesisir pantai timur Sumatra adalah
bertelur menjelang menetas, ikan kembali ke selat
wilayah dataran rendah yang luas. Dalam hitungan
setelah pengembaraannya di samudra.
masa yang panjang telah terjadi perubahan pada
topografi permukaan tanah karena surutnya
g. Laut
ketinggian air laut sehingga muncul tanah baru
Laut dapat didefinisikan sebagai kumpulan
yang disebut dengan istilah tanah timbul atau
air asin dalam jumlah yang banyak dan luas, air
sejenis delta. Di atas tanah timbul itulah terbentuk
yang menggenangi dan membagi daratan atas
danau-danau dan sungai-sungai yang mempunyai
benua atau pulau.
karakteristik yang berbeda dengan danau dan
sungai di pedalaman Sumatra.
1.4 Keanekaragaman Hayati
1.4.1 Flora
f. Selat
Saujana keseluruhan kehidupan jenis
Laut pemisah antara dua daratan yang
tumbuh-tumbuhan suatu habitat yang ada
berdekatan. Biasanya, selat menghubungkan

Adat dan Adab Melayu Riau 55


di daerah, atau strata geologi tertentu. Alam ukurannya. Meranti kapas; putih dan ringan
tumbuh-tumbuhan sangat erat hubungannya kayunya, berdaun lebar, berbunga dan berbuah.
dengan manusia. Dalam kehidupan orang Melayu, Meranti kuning daun; berdaun lonjong berwarna
pemeliharaan alam termaktub dalam berbagai kuning. Meranti embun; paling kecil daunnya
ungkapan adat dan kebudayaan. Misalnya, dibandingkan meranti jenis lain, daunnya lonjong
pemeliharaan flora juga ada dalam karya-karya melengkung, berbunga dan berbuah. Meranti
sastra Melayu. Dalam pantun Melayu, sekitar putih; kulit batangnya berwarna bercak-bercak
70% kata-kata yang digunakan atau dimuat dalam putih, kayunya juga keputih-putihan, biasa dibuat
sampiran pantun berkaitan dengan flora. lesung penumbuk padi.

a. Meranti b. Nibung
Nama jenis tumbuhan pokok, Shorea Sejenis pohon palem rumbia, buahnya
albida; meranti baka atau meranti baya atau bertandan. Di Bengkalis disebut juga pohon
meranti tenggelam sejenis tumbuhan (pokok) nibung. Pohon nibung jantan tidak berbuah, hanya
dalam famili Dipterocarpaceae. Pohon kayu yang berbunga saja. Berkembang dengan tunas-tunas
tumbuh tinggi dan besar, kulit batangnya pecah- baru di dalam dan permukaan tanah hingga 50
pecah, kayunya berat, kayu meranti ini dibuat batang. Daunnya tersusun majemuk menyirip
untuk bahan bangunan terutama kerangka atap tunggal yang terkesan dekoratif, tingginya
dan papan, disebut juga dengan meranti, (Rokan). mencapai lebih kurang 25 meter. Batangnya
Nama-nama lokal di Rokan untuk kayu meranti ini mempunyai rujong yaitu bagian batang sebelah
ialah: Meranti batu; batangnya coklat kemerahan, luar sangat keras, bagian tengah batangnya rapuh
berdaun lebar berbunga putih, berbuah kecil- berupa sagu. Rujong nibung ini dibuat orang untuk
kecil, termasuk kayu kelas satu. Meranti kembung; lantai rumah, untuk tugal, dayung, pengayuh,
ciri-cirinya apabila telah diolah menjadi kayu totoran, jujuran, pelantar, jermal, kelong, dan
balok atau papan akan menyusut dan berkurang lainnya., (Elmustian, dkk,. 2012).

Pulau Jemur Rokan Hilir. [Foto: InKalam]

56 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


1.4.2 Fauna terdapat cukup makanan untuk benih-benih ikan.
Keseluruhan kehidupan hewan suatu Terubuk berukuran panjang sekitar 1,5 meter dan
habitat, daerah, atau strata geologi tertentu; dunia hampir sepertiga tubuhnya berisi telur. Ikan-ikan
hewan. ini ditangkap di perairan pada kedalaman 7-10
meter sepanjang tepian berlumpur ketika pasang
a. Serindit naik pada waktu bulan purnama dan bulan baru,
Jenis burung kecil yang paruhnya bengkok, terutama antara September dan Januari. Meskipun
badannya berwarna hijau. Serindit jantan ikan ini menjadi pilar ekonomi selama berabad-
memiliki warna hitam di atas kepalanya, warna abad, sekarang ini terubuk sudah jarang ditemui
merah di leher bagian depan, warna kuning di di Bengkalis.
punggungnya, dan di bagian ekor juga ada warna
merah. Burung ini terkenal dalam kebudayaan c. Induk Pencarian
Melayu karena mempunyai makna filosofis yang Sejenis hewan pengerat (keluarga rodentia)
sangat kuat berkaitan dengan adat tradisi, berupa yang memiliki rambut duri keras. Nama lain induk
lambang dari kesejahteraan, kedamaian pada pencarian juga dikenal dengan angik. Ukuran
suatu negeri yang diwakili oleh warna bulunya badannya sebesar landak. Berbeda dengan landak,
yang hijau, datuk-datuk adat yang bijaksana hewan ini berambut duri lebih pendek dan lebih
diwakili oleh warna hitam di kepala, warna kuning halus dari landak. Kebanyakan hidup di hutan
mewakili kaum bangsawan terletak pada bagian kasang, jarang ditemukan di hutan renah. Angik
punggung, artinya yang dibela dan dilindungi oleh adalah satu di antara hewan yang menghasilkan
orang-orang yang perwira atau hulubalang yang geliga.
gagah berani, para hulubalang tersebut diwakili Istilah nama induk pencarian dimaksud-
oleh warna merah, warna kuning juga ditemukan kan untuk menyamarkan nama aslinya. Disebut
pada bagian dalam sayap, kemudian warna merah induk pencarian jika sedang memandah atau ke
pada ekor melambangkan pertahanan yang kuat hutan menjerat saja. Menyebut nama angik sebagai
yang tidak diketahui oleh lawan. Hanya serindit nama aslinya, termasuk pantang dari sekian
jantan saja yang mempunyai warna merah pada banyak pantang dalam kegiatan ke hutan menjerat.
leher bagian depannya, inilah serindit yang paling Menyebut induk pencarian diyakini sebagai bujuk
dicari untuk dipelihara atau dijadikan sebagai rayu agar mahluk penjaga geliga itu terbuai dan
serindit pemikat. Dalam sebagian naskah-naskah peliharaannya terjerat pemburu. Selain itu, induk
kuno, serindit digambarkan sebagai burung yang pencarian diistilahkan sebagai harta tanpa pemilik.
dapat berbicara atau burung cinta. Setiap orang yang beruntung menangkapnya dan
menemukan batu geliga dalam perut hewan itu
b. Terubuk adalah pemiliknya. Seseorang yang mendapat batu
Sebelum dewasa disebut dengan nama geliga disebut pemenang atau menang di hutan.
pias. Ikan ini banyak ditemukan di Selat Melaka. Batu geliga biasanya berada dalam perut
Ketika mengandung telur, ikan ini berenang angik. Batu ini diyakini memiliki khasiat sebagai
melewati Selat Bengkalis, atau tempat yang penawar racun dan penyakit dalam lainnya. Harga
paling cocok untuk bertelur. Perairan ini hangat batu ini mencapai 20 kali lipat di bandingkan
dan dangkal, dan mengandung banyak oksigen. emas, bahkan lebih dari itu.
Dipadu dengan guguran dedaunan bakau,

Adat dan Adab Melayu Riau 57


d. Elang dipakainya untuk mengambil benda-benda kecil
Hewan buas yang mempunyai daya maupun besar. Kuping telinganya lebar seperti
penglihatan tajam, paruhnya bengkok dan melambai-lambai. Keempat kakinya besar,
cengkeramannya kuat, menangkap mangsanya menyokong tubuhnya yang besar. Dari mulutnya
dengan menyambar. terdapat taring yang disebut gading. Binatang ini
Elang biasanya terbang di sekitar hidup berkelompok dan tiap kelompok dipimpin
pemukiman atau perkampungan. Elang dalam oleh gajah jantan yang paling besar dan paling
Melayu dianggap sebagai hama ternak ayam. kuat.
Dalam peribahasa, kata ‘elang’ Gajah mempunyai jalur perjalanan yang
dilambangkan sebagai kekuatan dan ketangguhan, selalu ditempuh berulang-ulang dalam periode
misalnya bagai elang menyongsong angin, yang yang teratur yang disebut dengan baka gajah.
bermakna tidak gentar menghadapi musuh. Elang Karena tubuhnya paling besar maka gajah pun
yang dikenal dalam dunia Melayu yakni, elang laut sering disebut dengan raja hutan. Tenaganya dapat
putih, Haliaetus leucogaster, burung buas pemakan dimanfaatkan antara lain sebagai pengangkat
ikan, ular laut, anak burung, binatang air dan darat kayu atau kendaraan kebesaran raja. Masyarakat
kecil lainnya, hidupnya di pinggir pantai, warna Melayu sangat menghormati gajah karena mereka
bulunya hampir sama dengan bulu elang putih dipercayai berasal dari manusia. Oleh karena itu,
yang mencari mangsa di daratan, elang malam, pantang untuk mengucapkan kata-kata hinaan
Machaerhamphus alcinus, disebut juga dengan kepada gajah.
nama burung hantu, elang putih, Elanus caerulens, Ungkapan dalam peribahasa yang
suku Acciptridae, burung pemakan daging, yang berhubungan dengan gajah dapat disenaraikan
menjadikan tikus sebagai mangsanya, selain kadal, yakni, gajah dikalahkan oleh pelanduk peribahasa
serangga, kepiting, dan katak, dan Elang sikap orang berkuasa dapat dikalahkan oleh orang lemah;
burung sikap, Accipiter virgatus. Ukuran badannya gajah dipandang seperti kuman peribahasa orang
lebih kecil dari burung elang lainnya. Berwarna yang naik marah tidak gentar menentang orang
abu-abu kehitaman. besar mahupun lawannya; gajah ditelan ular lidi
peribahasa anak golongan raja diperisterikan oleh
e. Kancil orang kebanyakan; gajah mati karena gadingnya
Hewan sejenis pelanduk, pemakan peribahasa seseorang mendapat kemalangan
dedaunan, berkaki empat dan bertubuh kecil, karena keunggulannya; gajah mati meninggalkan
Tragulus pygmaens. Bentuk tubuhnya seperti rusa, tulang peribahasa jasa baik seseorang yang
bertaring, kakinya kecil dan kurus. Kancil sangat mati dikenang juga; gajah mati tulang setimbun
lincah, sehingga dalam cerita-cerita rakyat Melayu peribahasa orang kaya mati meninggalkan banyak
digambarkan sebagai hewan yang cerdik dan hartanya; gajah seekor gembala dua kiasan untuk
banyak akal. seorang perempuan yang menduakan suaminya;
f. Gajah atau dua orang memimpin satu pekerjaan; gajah
Nama latinnya elephas indicus, binatang sama gajah berjuang pelanduk mati di tengah-
menyusui yang hidup di darat yang paling besar tengah peribahasa kalau orang besar-besar yang
tubuhnya. Gajah memiliki telinga yang lebar dan berselisih, rakyat yang mendapat kesengsaraan;
berbelalai panjang. Belalai atau hidung, tetapi gajah turun di tengah rumah peribahasa
sekaligus berfungsi sebagai tangan yang dapat menanggung kesusahan karena menerima

58 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


kedatangan tamu agung (orang besar); seperti Fungsi dan pembagian ruang itu dikelola
ditempuh gajah lalu peribahasa kejadian yang besar secara ketat melalui lembaga kekuasaan tradisional
tidak dapat disembunyikan; seperti gajah masuk “tali berpilin tiga” (adat – ulama – pemerintah)
kampung peribahasa seseorang yang melakukan yang berurat-berakar dalam komunitas, baik yang
sesuatu sekehendak hatinya; seperti gajah putih berbentuk kerajaan/kesultanan, maupun adat/
ditambat peribahasa seseorang yang merugikan kedatuan.
diri karena menanggung biaya hidup sendirinya; Apabila satuan wilayahnya berbentuk
seperti gajah rompong belalai peribahasa raja yang kerajaan/kesultanan, maka distribusinya disahkan
kehilangan kuasanya. oleh Raja/Sultan, sehingga kepemilikannya disebut
hutan-tanah kayat. Istilah ‘kayat’ merujuk pada
1.5 Alam dalam Pandangan Budaya Melayu Riau pengertian ‘hikayat’, kisahan/naratif yang dalam
1.5.1 Alam sebagai Ruang Hidup Sesama Makhluk konteks ini berisikan penjelasan tertulis riwayat
Hidup pengalihan kekuasaan pengelolaan atas hutan-
Dalam dunia Melayu, ruang kehidupan tanah tersebut dari raja/sultan kepada pribadi
(lebensraum atau living space) dikatakan sebagai maupun komunitas. Di masa Hindia-Belanda,
saujana –hamparan luas sejauh mata memandang ‘tanah kayat’ ini disebut grant Sultan.
atau sepemandangan mata jauhnya– yang dijaga Apabila satuan wilayahnya berbentuk
dalam adat dikungkung oleh negeri. Sebagai unsur pemerintahan adat, maka satuan wilayah tersebut
pembentuk alam, dalam adat-budaya Melayu, disebut hutan-tanah ulayat. Hutan-tanah ini milik
hutan tanah adalah ruang kehidupan komunal, komunal (yang dalam adat Melayu di Riau secara
dengan urutan fungsinya masing-masing. variatif disebut: suku/pesukuan, dan pebatinan),
Ruang (space) kehidupan itu membentuk yang pengaturannya dikuasakan kepada
satuan wilayah tradisional yang distribusikan pimpinan/datuk-datuk adat (induk, pucuk, batin).
secara umum (dan bervariasi) ke dalam lanskap Pembagian dan/atau distribusi pengelolaan/
tempat (place). kepemilikannya ke dalam lanskap fungsional

Batang Sialang dan Manumbai. [Foto: InKalam]

Adat dan Adab Melayu Riau 59


di atas ditentukan melalui musyawarah ‘tali selamat – hutan-tanah jadikan ibarat; apabila
berpilin tiga’ yang diadakan oleh pimpinan adat. hidup hendak berilmu – hutan-tanah jadikan
Hutan-tanah ulayat yang tidak didistribusikan/ guru; apabila hidup hendak terpuji – hutan-
dialihkan kepada pribadi (anak-kemenakan suku/ tanah disantuni.
pebatinan), statusnya tetap sebagai tanah ulayat. (3) Sumber nafkah. Hutan-tanah dengan segala
isinya dijadikan sumber pemenuhan nafkah
1.5.2 Alam Terkembang Jadi Guru setiap makhluk. Asas ini mengharuskan
Unsur penting wilayah adat Melayu Riau bahwa pemanfaatan hutan-tanah dilakukan
yaitu tanah itu sendiri dan hutan yang berada di dengan afrif dan bijak, cermat dan hemat,
tanah. Dengan sendirinya, pola ruang wilayah adat supaya manfaatnya dapat berlanjut turun-
mengikuti unsur kosmologis wilayah adat yaitu temurun. Secara etik, ungkapan adat
tanah untuk kehidupan dan hutan-tanah sebagai mengatakan: makan jangan menghabiskan
rumah bagi ‘spirit kemelayuan’ atau marwah. –minum jangan mengeringkan; kalau makan
Hutan-tanah bagi masyarakat Melayu Riau berpada-pada – kalau minum berhingga-
adalah ruang hidup (lebensraum) komunal dengan hingga; apabila mengolah hutan-tanah – jaga-
urutan fungsi sebagai berikut: pelihara jangan memunah.
(1) Penanda eksistensi dan marwah sebagai Selain daratan, wilayah adat di Riau
lambang tuah dan marwah, harkat dan adalah sungai. Sungai dipandang sakral karena
martabat suatu kaum, suku dan puak. mewakili unsur air bagi terbentuknya wilayah
Masyarakat adat yang tidak memiliki adat. Di sungai terdapat aturan yang cukup ketat
hutan-tanah dianggap sebagai masyarakat karena keberadaan ruang kelola komunal di
“terbuang”, hidup menumpang dan ruas sungai tertentu yang disebut sebagai lubuk
oleh karena itu dipandang “malang”. larangan. Lubuk larangan adalah sebagian aliran
Konsekuensinya orang Melayu wajib air sungai yang tidak dibenarkan untuk di ambil
membela-pelihara hutan-tanahnya sebagai ikannya dalam batas waktu yang tidak ditentukan,
wujud dari penjagaan harkat, martabat, tuah sampai ada kata sepakat oleh seluruh komponen
dan marwah. Ungkapan adat: Barangsiapa masyarakat untuk membuka lubuk larangan untuk
tidak berhutan-tanah–hilang tuah habislah diambil ikannya dan dibatasi dalam waktu satu
marwah; Apabila hutan-tanah sudah hilang– hari, kemudian ditutup kembali.
hidup hina marwah terbuang.
(2) Sumber falsafah dan dinamika kebudayaan: 1.6 Kearifan Hubungan Manusia dan Alam
hutan-tanah dengan segala isinya Dalam ungkapan Tunjuk Ajar Melayu,
adalah sumber etika dan nilai-nilai yang Tenas Effendy memaparkan dalam bentuk pantun
mewujudkan ”tunjuk ajar” dalam kehidupan “banyak periuk dijerang orang//periuk besar
sebagai penanda tanda orang memegang tudungnya hitam//banyak petunjuk dikenang
adat – alam dijaga, petuah diingat; tanda orang//tunjuk ajar mengandung alam,” bahwa
orang memegang amanah – pantang merusak orang Melayu belajar dari alam semesta. Kiranya,
hutan-tanah; tanda orang berfikiran panjang berpantanglah seseorang jika berlaku merusak
– merusak alam ia berpantang. Oleh karena alam. Dari ungkapan ini, didapat simpulan bahwa
itu, apabila hidup hendak senonoh – hutan- Orang Melayu memandang alam sebagai ruang
tanah dijadikan contoh; apabila hidup hendak hidup yang sangat diperhatikan.

60 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


Orang Melayu hakikatnya hidup bersebati berupaya memelihara serta menjaga kelestarian
dengan alam lingkungannya. Orang Melayu dan keseimbangan alam lingkungannya. Dalam
menganggap alam bukan saja dijadikan alat adat istiadat ditetapkan “pantang larang” yang
mencari nafkah, tetapi juga berkaitan dengan berkaitan dengan pemeliharaan serta pemanfaatan
kebudayaan dan kepercayaan. Dalam ungkapan alam, mulai dari hutan, tanah, laut dan selat, tokong
Melayu dikatakan bahwa kehidupan mereka amat dan pulau, suak dan sungai, tasik dan danau,
bergantung kepada alam. Alam menjadi sumber sampai kepada kawasan yang menjadi kampung
nafkah sekaligus menjadi sumber unsur-unsur halaman, dusun, ladang, kebun, dan sebagainya.
budayanya. Ketentuan adat yang mereka pakai memiliki
sanksi hukum yang berat terhadap perusak alam.
Kalau tidak ada laut, hampalah perut Sebab, perusak alam bukan saja merusak sumber
Bila tak ada hutan, binasalah badan ekonomi, tetapi juga membinasakan sumber
berbagai kegiatan budaya, pengobatan, dan lain-
Dalam ungkapan lain dikatakan: lain, yang amat diperlukan oleh masyarakat (Tenas
Effendy, 2006).
Kalau binasa hutan yang lebat, UU Hamidy (2001 dan 2012) dan Tenas
Rusak lembaga hilang adat Effendy (2006) menjelaskan beberapa pembagian
ruang alam dalam adat, dikenal sebagai pembagian
Kebenaran isi ungkapan ini secara jelas hutan tanah dan kepemilikan pribadi, suku dan
dapat dilihat dalam kehidupan mereka sehari-hari. kaum, kerajaan, negeri, masyarakat luas, dan lain
Dari teknologi tradisional yang diwariskan secara sebagainya. Dari segi peruntukan itu, maka hutan
turun-temurun, tampak bahwa keseharian Orang dan tanah senantiasa ditentukan menurut adat. Hal
Melayu hidup dari hasil laut dan hasil hutan serta ini tercermin dari adanya hutan yang dilindungi
dari hasil mengolah tanah. yang disebut “rimba larangan”, “rimba kepungan”,
Dari hubungan yang erat itu, orang Melayu atau “kepungan sialang”, dan lain sebagainya.

Pacu Jalur. Alam adalah Sarang dari Tradisi, Ritual, dan Upacara. [Foto: InKalam]

Adat dan Adab Melayu Riau 61


1.6.1 Kepatuhan Ia dibantu oleh dukun sambut, yang bertugas
Wilayah adat kedatuan (ulayat) memiliki mengumpulkan madu setelah juagan mengambil
hutan di ujung negerinya yang disebut hutan sarang dari dahan pohon. Di beberapa masyarakat
simpanan dan hutan larangan. Kedua hutan ini adat, prosesinya dihadiri oleh kepala suku.
sebagai penyanggah negeri yang di dalamnya Perlengkapan yang diperlukan antara lain:
tersimpan marwa dan jati diri negeri. Bila suatu tunam yaitu suluh atau obor dari daun kelapa
negeri tidak memiliki hutan tanah, maka negeri kering (untuk mengusir lebah dari sarangnya),
itu dianggap tidak bermarwah dan bermartabat. tempayan (penampung madu dan lilin lebah),
Hukum adat demikian menciptakan tali (untuk menurunkan tempayan yang berisi
kepatuhan orang Melayu terhadap penggunaan madu dan lilin lebah), dan tangga bambu (untuk
alam lingkungan. Di hutan adat, seseorang yang memanjat pohon).
menebang kayu harus mendapat persetujuan Prosesi dilaksanakan dengan melantunkan
negeri dan harus menanam kayu sejenis terlebih nyanyian yang syair-syairnya berbentuk
dahulu sebelum menebang. Peruntukan kayu pantun, menggambarkan situasi yang dihadapi
yang ditebang itu juga tidak sebagai barang dan dijalani oleh juagan. Tema utama prosesi
dagangan atau hanya boleh dipergunakan untuk sebagaimana tercermin dalam pantun-pantun
rumah ibadah, sarana umum, bantuan sosial pada itu adalah tamsilan kunjungan sosial seorang
keluarga yang kurang mampu, dan peruntukan laki-laki kepada kekasihnya. Dalam hal ini, lebah
negeri. Selain peruntukan demikian, perbuatan dianalogikan sebagai gadis kekasih sang juagan.
menebang kayu di hutan adat dianggap sebagai Kunjungan sosial tersebut berlangsung
pelanggaran dan kepadanya dijatuhkan denda secara bertahap, sebagai berikut:
atau sanksi. ‘Meminta izin berkunjung ke rumah si gadis’.
Pada tahap ini, juagan memulai dengan membaca
1.6.2 Dialogik mantera, kemudian perlahan-lahan menepuk
Keterbukaan orang Melayu dalam menjaga batang sialang menunggu jawaban lebah-lebah.
alam lingkungannya telah berlangsung lama. Dengung ribuan lebah adalah pertanda juagan
Dialog antara manusia dengan alam lingkungannya diizinkan memanjat pohon. Tetapi jika tidak
tergambar dalam berbagai cara orang Melayu terdengar dengung, maka pemanjatan harus
memanfaatkan alam dan memeliharanya. Pada ditunda.
kegiatan menumbai misalnya, orang Melayu tidak ‘Mengucap salam dan menghormati tuan
membunuh lebah yang melindungi madu di rumah’. Setelah mendapat izin, sambil mengelilingi
sarangnya. Mereka menempatkan lebah sebagai pohon sialang tiga kali, juagan menyanyikan lagu
binatang yang patut dijaga dan disanjung. ritual menuo sialang yang berisi penghormatan
Manumbai adalah kegiatan mengambil kepada roh atau “tuan” pohon sialang. Salah satu
madu lebah di pohon sialang yang dilaksanakan versi pantun menuo sialang ini yaitu:
dengan serangkaian prosesi. Kegiatan ini
umumnya dilaksanakan pada malam bulan gelap, Pinjam tukul pinjam landean
di lokasi tumbuhnya sialang atau pohon tempat pinjam pemukul pinjam landasan
lebah bersarang. Untuk memukul kalakati

Manumbai dipimpin oleh seorang dukun untuk memukul kalakati


lobah (dukun lebah) yang disebut juagan (juragan).

62 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


Pinjam dusun pinjam laman Mangulang da’a ke muko
pinjam dusun pinjam halaman menjulang darah ke muka
Numpang memain sekolam ki
numpang bermain di kelam ini Ketika makin mendekati sarang lebah,
Popat-popat tana ibu juagan menyanyikan:
pepat-pepat tanah ibu
Ma’i popat di tana tombang Bukan elok ulu badik
mari dipepat di tanah tombang bukan (main) elok hulu badik
Nonap-nonap Cik Dayang tidou Untuk pa’uki baling-baling
lelap-lelap Cik Dayang tidur untuk pengukir baling-baling
Juagan mudo di pangkal sialang Bukan elok tompat adik
juagan muda di pangkal sialang bukan (main) elok tempat adik
Cik Dayang menggulung daun Tompat kito duduk besanding
Cik Dayang menggulung daun tempat kita duduk bersanding
Tagulung suat katoba
tergulung surat khotbah ‘Bertemu si gadis’. Ketika juagan telah di
Tujuh musim sombilan tahun dekat sarang dan akan mulai menyingkirkan
tujuh musim sembilan tahun lebah-lebah, juagan menyanyikan lagu berikut:
Buat kito jangan diubah
buat kita jangan diubah Anak buayo mudik mendudu
anak buaya mudik mendudu
‘Menaiki rumah’. Juagan bersiap-siap Iyak sampai di pelabuhan
memanjat pohon sambil menyanyikan lagu riak sampai di pelabuhan
berikut: Putih Kuning bukakan baju
Putih Kuning bukakan baju
Di ilei awang di ulu awang Abang menengok betubuhan
di hilir awang di hulu awang abang menengok petubuhan
Pandan tebuang di tongah-tongah
pandan terbuang di tengah-tengah Lalu juagan mengusap sarang lebah dengan
Di ilei kasih di ulu sayang tunam. Percikan api dari tunam diikuti oleh lebah-
di hilir kasih di hulu sayang lebah ke tanah. Lebah-lebah yang jatuh itu tidak
Badan tebuang di tongah-tongah
mati, dan menjelang siang mereka terbang kembali
badan terbuang di tengah-tengah
ke pohon. Setelah lebah-lebah meninggalkan
sarangnya dan juagan mulai mengambil madu,
Begitu mencapai dahan tempat sarang
ia menyanyikan lagu yang disesuaikan dengan
lebah, juagan menyanyikan lagu berikut:
situasi yang dihadapinya. Jika juagan menemukan
sarang yang tidak bermadu, ia misalnya akan
Masak bua kombang mani
menyanyikan lagu berikut:
masak buah kembang manis
Masak sabutie dijaut ungko
Banyak nyamuk sialang bandung
masak sebutir dijangkau ungka
banyak nyamuk sialang bandung
Kami batomu nan itam mani
kami bertemu dengan si hitam manis

Adat dan Adab Melayu Riau 63


Duo kali tu’un ke tanah
dua kali turun ke tanah
Apo mengamuk ati nan jantung
kenapa mengamuk hati dan jantung
Itam mani indak di umah
hitam manis tidak di rumah

Jika juagan menemukan sarang bermadu,


ia mengambil lilin lebah, lalu dimasukkan ke
dalam wadah yang sudah disiapkan, kemudian Rumah Tua di Pujud. [Foto: InKalam]

diturunkan dengan tali dan disambut oleh


lainnya. Secara umum tanah peladangan/
pembantu-pembantu yang menunggu di bawah
ladang dibuat dengan membuka hutan,
pohon bersama kepala suku.
menebas semak-semak, menebang pohon-
‘Menyampaikan salam perpisahan’. Bila
pohonnya, menutuh, membakar, memerun,
pekerjaan mengambil madu hampir selesai, juagan
membersihkan, dan meratakan tanahnya.
menyanyikan lagu perpisahan sebagai berikut:
Penanaman padi di ladang bergantung pada
hujan, sehingga petani menanam padi pada
Apo tensu kayu diimbo
musim hujan dan menuainya pada musim
apa tensu kayu di rimba
Mai ko buat papan penaik panas. Setelah itu, biasanya ladang ditanami
mari kubuat papan penaik dengan tanaman seperti padi, jagung, kacang-
Adik bongsu jangan baibo kacangan, sayur-sayuran, atau ubi-ubian.
adik bungsu jangan berhiba Karena kesuburan tanah penting, orang
Kolam esok naik balik yang menanam padi bukit sering berpindah-
kelam besok naik balik pindah lokasi untuk mencari kawasan ladang
yang baru. Perpindahan lahan berladang atau
1.7 Kearifan Melayu dalam Pemanfaatkan Alam apa yang disebut dengan ‘ladang berpindah’
Lingkungan tidak dapat dikatakan merusak hutan karena
1.7.1 Pembagian Ruang wilayah lahan yang dikerjakan untuk ladang
Ruang kehidupan (alam lingkungan) orang sudah sedia ada dari tahun ke tahun. Dalam
Melayu sangat berbeda dengan konsep desa yang masyarakat alam Melayu kawasan alam
diterjemahkan negara Indonesia. Berdasarkan lingkungan sudah terbagi menjadi kampung
filosofi wilayah adat, pada umumnya ruang terbagi atau negeri, dusun, kawasan ladang yang
5 lanskap fungsi yaitu: cukup luas di dalamnya tersimpan rimba
- Tanah kampung: untuk tempat permukiman cadangan, dan hutan atau rimba simpanan.
dan pemakaman - Wilayah pencadangan: areal yang
- Tanah dusun: tanah untuk kebun dan tanaman dicadangkan untuk keperluan di masa depan.
keras atau pohon yang memerlukan waktu - Rimba/rimbo/imbo/hutan: yang terdiri dari
lebih dari satu tahun seperti karet, durian, rimba kepungan sialang, hutan larangan,
nangka, petai, manggis dan sebagainya. rimba simpanan dan rimbo gano. Rimba
- Tanah peladangan: untuk menanam ladang bagi masyarakat adat dianggap pusat
padi, ubi kayu dan tanaman semusim keseimbangan yang menghubungkan

64 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


antara alam bawah dan alam atas (magi/ ini sifatnya tidak dibeli dan tidak pula dengan
transendensi), di mana manusia terhubung cuma-cuma. Hal ini diistilahkan dalam kata
dengan leluhurnya (ancestral domain), menyambung tampang atau bila masanya panen
sumber kehidupan (sumber air bagi hulu nanti, bibit yang digunakan itu dikembalikan pada
sungai, penghubung kampung dengan dunia orang yang memberikan. Unsur kebersamaan ini
luar), penanda alam atau tombo alam bagi dibina orang Melayu sebagai nilai-nilai kepatutan.
wilayah adat dan sumber ekonomi subsisten
(penghasil tanaman untuk dibuat rumah, b. Menebas Semak-semak
sampan dan berbagai alat rumah tangga serta Menebas semak dan kayu-kayuan yang
satwa yang dapat diburu untuk konsumsi), berukuran kecil dilakukan sebelum menebang.
rumah bagi satwa yang dihormati. Hal ini dimaksudkan agar semak dan kayu-kayu
kecil mati dan mengering. Jika kegiatan menebas
1.7.2 Teknik Berladang tidak dilakukan, semak dan kayu-kayu kecil
a. Membuka Hutan tersebut tetap hidup meskipun kayu bersar yang
Dalam kehidupan orang Melayu, membuka ditebang menimpanya. Dikaitkan dengan prosesi
hutan perladangan tidaklah merusak hutan seperti membakar, orang Melayu memantangkan bila
yang disangkakan pada perilaku ladang berpindah- membakar semak dan kayu-kayu kecil yang masih
pindah. Perpindahan ladang diatur dalam siklus hidup. Membakar hidup-hidup dinilai sebagai
yang telah ditetapkan yang biasanya dari lokasi perbuatan yang keji dan tidak patut dilakukan.
pertama ke lokasi berikutnya berjarak sekurang- c. Menebang pohon-pohonnya
kurangnya tiga tahun. Siklus lanjutannya, orang Kayu-kayu yang tidak putus ditetak parang
Melayu akan kembali berladang pada lokasi sekali-dua tetak digolongkan ke dalam kayu yang
pertama ini setelah sembilan tahun ditinggalkan. harus ditebang. Menebang harus memerhatikan
Membuka hutan diawali dengan pertimbangan arah tumbang kayu. Maksudnya,
menentukan tapak perladangan. Dalam membuka kayu yang ditumbang tidak boleh mengarah ke
hutan, orang Melayu tidak dibenarkan atau hutan yang bukan tapak perladangan. Setiap
berpantang mengolah hutan gambut dan hutan kayu yang ditebang harus mengarah ke tengah
yang dekat dengan tepian sungai besar. Hutan yang lahan atau ladang. Bila tumbang ke arah hutan,
dibolehkan untuk dikelola telah diatur dalam adat. dianggap merusak dan mesti membersihkan serta
Kepatuhan terhadap aturan itu bersifat mutlak dan menanam kembali kayu yang rusak sebab ditimpa
atas pelanggarannya dikenakan sanksi. Ketentuan kayu tebangan.
itu berlaku di setiap kelompok komunal Melayu Proses menebang dilakukan dengan cara
dari satu kampung ke batas kampung lainnya. bersama-sama (piaghi, solang hari, dll) oleh kaum
Dalam membuka hutan, unsur tradisi yang lelaki. Biasanya, menebang harus diselesaikan
berkenaan dengan kebersamaan diberlakukan. dalam waktu seminggu agar kering (roboh)
Membuka hutan, dilakukan secara bergotong- merata saat prsosesi membakar. Oleh sebab itu,
royong (piaghi). Nilai saling membantu dan jumlah orang menebang harus banyak (piaghi,
memberi terwujud pula dalam upacara membuka solang hari, dll) agar selesai secepat mungkin.
hutan. Misalnya, dalam memeroleh bibit (tampang)
tanaman yang akan ditanam juga didiskusikan d. Menutuh
dalam kegiatan membuka hutan ini. Pemberian Menutuh adalah rangkaian kegiatan

Adat dan Adab Melayu Riau 65


berladang yang harus dilakukan. Menutuh didatarkan dan dibersihkan agar ketika menugal
berfungsi sebagai upaya untuk mengurangi dan membenih lebih mudah dilakukan.
ketinggian api saat membakar ladang. Selain itu,
menutuh juga sebagai upaya agar ladang yang i. Teknik dan pilihan tanaman kebun
dibakar tidak banyak meninggalkan sisa kayu. Selesai menugal dan membenih, orang
Pembakaran juga tidak boleh terlalu hangus, Melayu biasanya memilih tanaman kebun yang
sebab, sisa kayu dari pembakaran tersebut berguna akan ditanam (getah). Bibit yang dipilih adalah
membuat galang pembatas jenis tanaman padi. bibit yang unggul dan tahan terhadap penyakit
dan hama.
e. Melandang
Melandang dilakukan sebelum membakar. 1.8 Ekologi Sosial Melayu di Riau
Pekerjaan ini adalah kegiatan membersihkan 1.8.1 Lanskap Tempat Hidup
kayu-kayuan dan dedaunan yang ada di tepi ladang Secara umum, tempat hidup Orang Meayu
atau di sisi hutan. Kayu tersebut dikumpulkan ke terbagi dalam 3 lanskap sosial.
tengah ladang agar ketika membakar ladang, api a. Pedalaman/hulu, yaitu kawasan yang dihuni
tidak menyambar hutan yang ada disekeliling oleh kelompok-kelompok kecil dalam iktan
ladang tersebut. kekerabatan/perkauman yang ketat dan
terbatas.
f. Membakar b. Kampung, yaitu kawasan yang dihuni oleh
Dalam kegiatan ini, orang Melayu cenderung gabungan berbagai kelompok kekerabatan
melakukannya dengan melihat arah angin. Pada (kaum) yang saling berinteraksi.
umumnya, ketika membakar, angin akan bertiup c. Bandar, yaitu kawasan yang secara sosial
kencang. Hal ini pula yang diperhitungkan agar bercampur, bukan hanya di dalam pengertian
api tidak melarat ke hutan di sekelilingnya. Dalam puak, tapi juga “bangsa” yang satu sama lain
prosesi ini, orang Melayu melibatkan pawang terlah berinteraksi.
angin atau orang yang pandai menyiasah arah Dari ketiga pembagian umum itu,
angin. kampung memainkan peran penghubung antara
dua gejala, yaitu bandar dan pedalaman/hulu.
g. Memerun Kampung menapis gejala-gejala bandar yang
Memerun adalah pekerjaan mengumpulkan bercampur dengan gejala-gejala pedalaman/hulu
sisa pembakaran yang masih berserakan. Bagian yang dianggap “murni,” membukanya menjadi
kayu yang lurus biasanya disusun tata berbentuk patokan-patokan ruang budaya/peradaban.
persegi (galang) dan bagian yang tidak dapat Kampung dengan demikian dapat dianggap
dipergunakan untuk galang diungguk dan sebagai kawasan pusat ingatan sosial budaya.
kemudian dibakar.
1.8.2 Sungai pada Alam Melayu
h. Membersihkan atau meratakan tanahnya a. Hulu
Presesi ini dilakukan setelah memerun Permulaan sungai. Makna ‘hulu’
selesai. Sisa pembakaran dalam memerun bertentangan dengan ‘hilir’, yang bermakna
didatarkan dan abunya disebar ke beberapa ujung sungai. Faktor lingkungan menyebabkan
bagian ladang sebagai pupuk. Tanah yang tinggi pertumbuhan permukiman negeri-negeri

66 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


Melayu berada di tebing sungai. Oleh sebab itu, manusia dan hasil-mahsul. Jalan air biasanya
perhubungan antara hulu dengan hilir memainkan diurus oleh para putera raja dan menteri di
peranan dalam politik orang Melayu. dalam suatu negara atau kerajaan sebagai suatu
Definisi negeri di tebing sungai berdasarkan jajahan. Bahagian di lembah sungai ini secara
penguasaan terhadap sumber yang berada umum bersifat otonomi dan dikelola secara
dalam lingkungan sistem sebuah atau beberapa dalaman oleh ketua dari orang tempatan. Mereka
buah sungai. Sungai di kawasan Semenanjung bersama-sama masyarakat tempatan menyimpan
Tanah Melayu dan Pulau Sumatera menjadi asas rahasia tentang sumber hasil di tempat tersebut.
pengeksporan hasil hutan dari kawasan pedalaman Pertukaran perdagangan, keperluan membayar
yang ditukarkan dengan kain dan garam. Ibukota upeti dan pengawasan pemerintahan oleh pihak
bagi negeri berdekatan sungai dibangun di berkuasa pantai telah dibatasi hanya di kawasan
kawasan yang strategik yaitu kuala sungai. Hal muara dan pangkalan sungai yang strategik
ini memudahkan urusan pengawasan terhadap kedudukannya. Dalam kaitan itu, gelar penghulu
semua pergerakan antara hulu hingga hilir sungai. biasanya digunakan kepada seseorang ketua yang
‘Hulu’ dan ‘orang hulu’ ialah dua perkataan mengelola sesuatu daerah atau wilayah. Perkataan
yang berunsur sindiran yang bermaksud orang hulu menunjukkan peranannya sebagai seorang
yang tidak maju atau ketinggalan zaman. Ini ketua.
bertentangan dengan anggapan terhadap orang Perebutan untuk menguasai wilayah
di ‘hilir’ yang dikatakan orang bandar dan lebih sumber hasil di hulu sungai merupakan punca
maju. Walau bagaimanapun, dari segi politik, hasil utama konflik di kalangan ketua di kawasan
pengeluaran dan suku kaum yang awal mendiami perairan pantai. Kawasan hulu juga menjadi
kawasan hulu adalah penting dalam menentukan tempat persembunyian yang sesuai bagi ketua
kestabilan sesebuah negeri. Hubungan timbal yang tewas dalam pertengkaran dan juga bagi
balik antara pihak pemerintah dengan rakyat, anak raja yang mempunyai perasaan tidak puas
yang berdasarkan ketaatan sebagai balasan kepada hati terhadap sesuatu. Kawasan hulu menjadi
perlindungan, merupakan asas kerajaan-kerajaan tempat untuk mereka mengumpul semula
Melayu dan menentukan hubungan antara hulu kekuatan bagi menyerang balas. Lembah sungai
dengan hilir. yang besar, lebih terdedah kepada konflik politik
Masalah jarak, kesukaran untuk sampai dan yang berkepanjangan antara hulu dengan hilir.
pilihan menggunakan berbagai jalan yang dimiliki Pada abad ke-17, konflik antara hulu dengan hilir
oleh masyarakat di hulu untuk menuju ke pantai ini menjadi lebih meruncing akibat peningkatan
menyebabkan kemusykilan kerajaan di hilir untuk kegiatan perdagangan di rantau ini. Hal ini telah
mengawasi mereka secara berkesan. Dengan sebab menambah kepentingan kawasan hulu sebagai
inilah hubungan antara hulu dengan hilir juga pengeluar hasil hutan.
longgar. Namun demikian kekuatan pengaruh, Di kawasan pedalaman Sumatera, kawasan
bukannya kekuatan tentara menjadi asas bagi hulu menjadi pengeluar tanaman seperti lada hitam
kekuatan empayar perniagaan yang maju seperti dan gambir. Kebanyakan kegiatan perdagangan
Sriwijaya dan Brunei. orang Cina terbatas di kawasan pantai. Hanya
Dari segi politik, hulu merujuk kepada beberapa kawasan pedalaman yang berhasil
bagian yang penting di dalam sebuah negeri. diteroka oleh pedagang Cina. Hal ini berlaku
Disebabkan kepentingan hulu dari segi tenaga walaupun perhubungan antara hulu dengan hilir

Adat dan Adab Melayu Riau 67


banyak memberi keuntungan perniagaan para c. Baruh
pedagang. Istilah ini sebagai penunjuk arah dalam
budaya Melayu di Riau. Baruh adalah lawan dari
b. Hilir istilah darat. Baruh dicirikan sebagai tanah yang
Bagian sungai yang mengarah ke pantai. lebih rendah atau dari kaki bukit menuju pantai
Kawasan hilir sungai biasanya dipenuhi pohon atau tepian sungai. Di Siak hingga ke hulu Tapung
bakau dan pohon tropis lain yang tumbuh di tepi disebut dengan istilah renah dan darat disebut
laut. Sebagian lagi dibersihkan untuk penanaman kasang –istilah yang muncul dalam penunjuk arah
padi. tempat berladang– sesuai dengan tingkat jauhnya
Hilir dilawankan dengan hulu. Keduanya jangkauan air saat pasang atau banjir kojo. Kasang
mewakili perbedaan karakteristik geografi, dicirikan sebagai tanah yang tidak dijangkau air
linguistik, dan budaya. Kawasan hilir yang selalu saat banjir besar (kojo).
disebut pesisir dan masyarakatnya lebih terbuka
terhadap hubungan dengan negara luar dan mudah d. Darat
dipengaruhi oleh pengaruh dari luar. Kebanyakan Sebutan untuk tanah yang tidak digenangi
negeri Melayu membentuk pusat kerajaan di oleh air, bisa dihuni dan dijadikan tempat tingal.
hilir, yang berdekatan dengan sungai utama yang Darat juga digunakan untuk tanah yang timbul
menghubungkannya dengan hulu sungai. di permukaan ketika berada di sungai atau di
Sepanjang sejarah Melayu, satu di antara sampan. Kata darat juga biasanya lawan dari
masalah yang sering terjadi adalah hilir berusaha baruh untuk daerah di pinggiran sepanjang
untuk menguasai hulu. Dalam sejarah, banyak sungai di Riau. Orang Melayu di pinggiran sungai
kerajaan di sepanjang sungai bertolak-angsur di Riau sebelum mengenal mata angin, mereka
dengan “raja di bagian hulu sungai” (raja di hulu) menggunakan darat dan baruh, hulu dan hilir. Ke
dan “raja di bahagian hilir sungai” (raja di hilir). darat-ke baruh untuk orang yang pulang balik,
Hilir lebih diuntungkan oleh letaknya yang pergi dari kampung menuju ke ladang kemudian
selalu disinggahi kapal dan peerahu pedagang. balik lagi ke kampung, Istilah ini juga digunakan
Oleh sebab itu, ekonomi Kerajaan biasanya untuk menyebutkan seseorang yang telah banyak
sering kali ditunjang oleh perdagangan yang pengalamannya dalam bekerja, menempuh
pesat. Sebaliknya, Kerajaan di hulu lebih kepada kesulitan kehidupan, dll.
pertanian, perkebunan, dan hasil alam lainnya.

68 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


Daftar Pustaka

Effendy, Tenas. 2010. Tunjuk Ajar Melayu.


Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan
Budaya Melayu dan AdiCita.
Hamidy, UU. 2000. Masyarakat Adat Kuantan
Singingi. Pekanbaru: UIR Press.
Hamidy, UU. 2002. Riau Doeloe-Kini dan Bayangan
Masa Depan. Pekanbaru: UIR Press.
Rahman, Elmustian, dkk.. 2012. Ensiklopedia
Kebudayaan Melayu Riau. Pekanbaru: Pusat
Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan
Universitas Riau.
Kang, Yonhee. 2005. Untaian Kata Leluhur:
marjinalitas, emosi, dan kuasa kata-kata
magi di kalangan orang Petalangan Riau.
Pekanbaru: Pusat Penelitian Kebudayaan
dan Kemasyarakatan Universitas Riau.

Anda mungkin juga menyukai