Anda di halaman 1dari 48

BAB I

NILAI-NILAI ASAS JATI DIRI

1.1 Jati Diri dan Identitas


“Jati diri” sering disamakan pengertiannya
dengan “identitas” (bahasa Inggris: identity).
Penyamaan itu, misalnya, terdapat dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:417),
sebagai berikut:

iden.ti.tas n ciri-ciri atau keadaan khusus


seseorang; jati diri [...dst.]
beridentitas v mempunyai identitas.

Berdasarkan takrif yang diberikan kamus


baku tersebut, dapat dikatakan bahwa himpunan
ciri-ciri atau tanda-tanda khusus sekumpulan
”Tunjuk Ajar Melayu” Tenas Effendy
orang dalam suatu kaum, puak, suku, dan bangsa
adalah identitas kaum, puak, suku, dan bangsa
tersebut. Takrif di atas cenderung hanya merujuk pada sisi-sisi luaran.
Beda dengan takrif Melayu tentang jati diri. Tenas Effendy (2013: 111)
menakrifkan “jati diri” sebagai nilai-nilai luhur yang melekat dan mendarah-daging
dalam diri seseorang, suatu kaum, puak, suku, dan bangsa. Ia menjadi acuan, pedoman,
pegangan, landasan yang dipakai terus menerus, serta tercermin dari perilaku dan
sikap seseorang, kaum, puak, suku, dan bangsa dalam menjalankan hidup dan
kehidupannya sehari-hari; siang dijadikan tongkat dan malam dijadikan suluh. Nilai-
nilai asas jati diri Melayu itu ditanamkan melalui apalah isi periuk besar
apa yang disebut sebagai tunjuk ajar Melayu. isinya padi dan beras kunyit
apalah isi tunjuk dan ajar
isi mengandung bumi dan langit
1.2 Tunjuk Ajar
‘Tunjuk ajar’ ialah pernyataan dalam bahasa (Tenas Effendy, 2015: 18)
khas, yang mengemukakan petuah, nasehat,
amanah, petunjuk, pengajaran dan suri teladan Butir-butir nilai yang menjadi kandungan
untuk mengarahkan manusia kepada kehidupan ‘tunjuk ajar’ seringkali bersandar kepada
yang benar dan baik. Atau, dalam pengertian pernyataan “kata orang tua-tua”, atau disebut
keagamaan, membawa manusia ke jalan yang juga “orang patut”, yaitu sebutan yang merujuk
lurus dan diridhoi Allah, yang berkahnya kepada seseorang yang berwawasan luas dan
menyelamatkan manusia dalam kehidupan di kaya pengalaman. Pemerolehan wawasan dan
dunia dan akhirat. pengalaman itu pada umumnya bersumber dari
‘bacaan’ terhadap alam (melalui interaksi ekologis)
yang disebut tunjuk ajar dari yang tua, dan kitab-kitab otoritatif. ‘Pembacaan’ terhadap
petunjuknya mengandung tuah alam melahirkan apa yang disebut sebagai tafsir
pengajarannya berisi marwah empiris, yang kesahihannya tertakluk kepada
petuah berisi berkah perubahan ekologis dan proses sejarah yang
amanahnya berisi hikmah
mengiringinya.
nasehatnya berisi manfaat
Namun setelah agama Islam merasuki
pesannya berisi iman
kajinya mengandung budi kebudayaan Melayu, tafsir-tafsir empirik itu
contohnya pada yang senonoh menggapai keabsahannya sebagai nilai yang
teladannya di jalan Tuhan dianggap kekal, apabila ia bersesuaian dengan
(Tenas Effendy, 2015: 10-11) pesan dan nilai dari kitab-kitab otoritatif (Al-
Quran, Hadits, kitab-kitab para ulama dan aulia).
Kandungan (isi) ‘tunjuk ajar’ Melayu Sedangkan pembacaan terhadap kitab-kitab
berpaksi pada ajaran Islam, norma-norma sosial, otoritatif mengalami proses penegasan dengan
serta tafsir budaya yang disimpul-simpai melalui realitas, melahirkan tafsir-tafsir berupa butir-butir
hubungan timbal-balik yang mendalam antara nilai yang mutlak. Bila realitas tidak bersesuaian
manusia Melayu dengan lingkungan luasnya. dengannya, maka realitas itu harus diubah.
Ini misalnya tercermin dari isi tiga rangkap/bait Dengan sumber dan proses transformasi
pantun berikut: yang seperti itu, di alam Melayu ‘tunjuk ajar’
memiliki kedudukan yang sangat penting, menjadi
apalah isi periuk besar rujukan atau patokan utama kesadaran, moralitas,
beras ditanak menjadi nasi
dan pembentukan jati diri dalam kehidupan
apalah isi tunjuk ajar
masyarakat. Fungsinya luas, yang secara metaforik
isinya syara’ dan sunnah nabi
disebut sebagai ‘pegangan’, ‘azimat’, ‘pakaian’,
banyak periuk dijerang orang ‘rumah’, ‘tulang’, ‘jagaan’, ‘amalan’ dan ‘timang-
periuk besar tudungnya hitam timangan’ bagi diri. Diri yang mengabaikannya
banyak petunjuk dikenang orang dianggap tidak akan menjadi ‘orang’, tidak
tunjuk ajar mengandung alam ‘selamat’, tidak ‘terpuji’, tidak ‘bertuah’, tidak
‘terpandang’, tidak ‘sentosa’, tidak ‘terpilih’, tidak
2 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau
‘Tunjuk ajar’ Melayu bersarang di
dalam tradisi lisan, sehingga selalu terancam
dilupakan. Menyadari itu, budayawan Tenas
Effendy mendokumentasikannya secara tertulis,
mengemasnya dalam bentuk buku, yang untuk
pertama kali diterbitkan oleh Dewan Kesenian
Riau pada bulan September 1994, berjudul Tunjuk
Ajar Melayu (Butir-butir Budaya Melayu). Pada
tahun 2006, teks itu diterbit-ulang oleh Penerbit
Adicita Yogyakarta. Tahun 2013, diterbitkan pula
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Riau bersama Tenas Effendy Foundation. Lalu,
pada tahun 2015, diterbitkan lagi oleh Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau
bersama Tenas Effendy Foundation.
Bab “Nilai-nilai Asas Jati Diri” di bawah ini
pada umumnya diturunkan dari tunjuk ajar yang
didokumentasikan, ditulis, dan diterbitkan oleh
Tenas Effendy, terutama dari buku Tunjuk Ajar
Tenas Effendy
Melayu dan Kearifan Pemikiran Melayu.
‘diberkahi’, tidak ‘disayangi’, dan lain sebagainya.
(Tenas Effendy, 2015: hal. 22-24). 1.2.1 Takwa Kepada Tuhan
Secara tradisional, ‘tunjuk ajar’ disebarkan Bagi orang Melayu, agama Islam merupakan
dan diwariskan dengan menggunakan dua cara, anutan. Seluruh nilai budaya dan norma-norma
yaitu bahasa dan suri-teladan ((Tenas Effendy, sosial masyarakat wajib merujuk pada ajaran
2015: 25), baik di ruang personal maupun Islam dan dilarang keras bertelikai, apalagi
komunal, domestik maupun publik. Penyebaran menyalahinya. Sehingga, semua nilai budaya yang
dan pewarisan melalui suri-teladan dilakukan dianggap belum serasi dan belum sesuai dengan
dengan perbuatan, tindakan, dan perilaku dalam ajaran Islam harus “diluruskan” terlebih dahulu.
perjalanan dan penyelesaian masalah kehidupan Nilai yang tidak dapat diluruskan segera dibuang.
sehari-hari. Sedangkan yang menggunakan Acuan ini menyebabkan Islam tidak lepas dari
bahasa dilakukan melalui peristiwa-peristiwa lisan budaya, adat-istiadat ataupun norma-norma sosial
sehari-hari (misalnya: nasehat orang tua dan orang lainnya dalam kehidupan orang Melayu. Hal ini
tua-tua kepada anak-kemenakannya), maupun pula yang menjadi salah satu penyebab, mengapa
peristiwa lisan yang khas (yang digayakan maupun orang di luar Islam yang menganut agama Islam
tidak), yang maujud dalam berbagai genre seni disebut “masuk Melayu” dan sebaliknya. Bila
bahasa dan upacara (personal/domestik, misalnya: orang Melayu keluar dari agama Islam, tanggallah
penceritaan dongeng, dendang syair dan pantun hak dan kewajibannya sebagai orang Melayu.
ibu yang menidurkan anaknya; yang komunal/ Orang yang keluar dari Islam tidak lagi dianggap
publik, misalnya: pertunjukan seni, serta upacara- sebagai orang Melayu. Di dalam ungkapan adat
upacara adat dan daur hidup). dikatakan, “siapa meninggalkan syarak, maka

Nilai-nilai Asas Jati Diri 3


Tunjuk Ajar Pernikahan. Batin Akit Memberikan Tunjuk Ajar Pernikahan kepada Memplelai Laki-laki dalam Adat Pernikahan Suku
Akit [Foto: Ensiklopedia Budaya Bengkalis].

ia meninggalkan Melayu, siapa yang memakai apa tanda Melayu jati


syarak, maka ia masuk Melayu”, atau “bila tanggal Islam melekat di dalam hati
syarak, maka gugurlah Melayu”.
apa tanda Melayu jati,
Kekentalan dan persebatian orang Melayu
dengan Islam ia bersebati
dengan agama Islam tercermin pula dari ungkapan
adat: apa tanda Melayu bertuah,
memeluk Islam tiada menyalah
adat bersendi syarak,
syarak bersendi kitabullah apa tanda Melayu bertuah,
adat adalah syarak semata sebarang laku menurut sunnah
adat semata Qur’an dan sunnah
adat sebenar adat ialah Kitabullah dan sunnah Nabi apa tanda Melayu bertuah,
syarak mengata, adat memakai hidup takwa kepada Allah
ya kata syarak, benar kata adat apa tanda Melayu bertuah,
adat tumbuh dari syarak, syarak tumbuh dari Kitabullah hidup mati bersama akidah
berdiri adat karena syarak
apa tanda Melayu berakal,
Tingkat persebatian kehidupan orang memeluk Islam ianya kekal
Melayu dengan Islam dapat disimak dari tunjuk
ajar Melayu yang amat banyak mengandung apa tanda Melayu berakal,
di dalam Islam ia beramal
nilai-nilai luhur ajaran Islam, serta anjuran dan
dorongan agar setiap insan Melayu hendaklah apa tanda Melayu berakal,
hidup dengan penuh takwa kepada Allah, Tuhan membela Islam tahan dipenggal
Yang Maha Esa.
Beberapa butir tunjuk ajar ketakwaan apa tanda Melayu pilihan,
kepada Tuhan Yang Maha Esa antara lain: hidup matinya dalam beriman

apa tanda Melayu jati, Ungkapan-ungkapan di atas dengan jelas


bersama Islam hidup dan mati mencerminkan keterpaduan antara orang Melayu
dengan agama Islam sebagai anutan, sebagai

4 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


jati diri, dan sebagai pegangan hidup. Di bawah supaya hidup tidak mubazir, banyakkan amal, betulkan zikir
ini juga dapat disimak butir-butir tunjuk ajar supaya hidup tidak mubazir, luruskan akal, betulkan fikir
yang mengandung arahan untuk meningkatkan supaya hidup tidak mubazir, berbuat baik janganlah kikir
supaya hidup kokoh beriman, pelihara minum, jagalah makan
ketakwaan terhadap Allah serta arahan untuk
supaya hidup kokoh beriman, dekatkan diri kepada Tuhan
mengamalkan ajaran agama Islam sebaik dan supaya hidup kokoh beriman, syarak dan sunnah jangan ditinggalkan
sesempurna mungkin. supaya hidup beroleh hidayah, mohon petunjuk kepada Allah
supaya hidup beroleh hidayah, sebarang kerja jangan menyalah
yang Islam diperdalam supaya hidup beroleh hidayah, dalam beramal tahan berlelah
yang ibadah ditambah supaya hidup tidak menyesal, banyakkan amal sebagai bekal
yang ibadat diperkuat supaya hidup tidak menyesal, jauhkan sifat sumbang dan janggal
yang kaji dihalusi supaya hidup tidak menyesal, ingatlah kepada asal muasal
yang amal diperkekal supaya hidup tidak terkeji, kepada Allah berserah diri
yang syarak disimak supaya hidup tidak terkeji, menunaikan ibadah jangan berhenti
yang sunnah dimamah supaya hidup tidak terkeji, beramal dengan bersungguh hati
yang iman dipadatkan membangkitkan tuah dengan ibadah, menegakkan adat dengan ibadat
yang hati disucikan membangkitkan Melayu dengan ilmu, menegakkan tuah dengan bekerja
yang akal disempurnakan membangkitkan martabat dengan taat, menegakkan budi dengan kaji

Di dalam ungkapan lain disebut: Berikutnya, tunjuk ajar Melayu mengatakan:

supaya hidup beroleh rahmat, amal ibadat jangan disukat apalah tanda Melayu jati,
supaya hidup beroleh rahmat, berbuat kebajikan janganlah lambat tahu asal kejadian diri,
supaya hidup beroleh rahmat, sebelum berbuat luruskan niat tahu hidup akan mati,
supaya hidup beroleh rahmat, kerja yang baik jangan dihad tahu akhirat tempat berhenti
supaya hidup beroleh berkah, amal banyak, takwa melimpah
supaya hidup beroleh berkah, banyaklah ingat kepada Allah hamba tahu akan Tuhannya
supaya hidup beroleh berkah, banyakkan kerja yang berfaedah makhluk tahu akan Khaliknya
supaya hidup beroleh bekal, beramal shaleh hendaklah kekal tahu syahadat pangkal ibadat
supaya hidup beroleh bekal betulkan laku, banyakkan amal tahu iman jadi pegangan
supaya hidup beroleh bekal, syarak dan sunnah usah ditinggal tahu Islam penyelamat alam
supaya hidup membawa faedah, banyakkan takwa kepada Allah tahu kaji sempurna budi
supaya hidup membawa faedah, betulkan iman, elokkan sembah
supaya hidup membawa faedah, elokkan perangai, betulkan tingkah apalah tanda Melayu bertuah,
supaya hidup membawa manfaat, banyakkan amal, luruskan niat imannya tiada menyeman
supaya hidup membawa manfaat, jangan berlengah dalam ibadat ibadahnya tiada menyalah
supaya hidup membawa manfaat, nikmat Allah wajib diingat ilmunya tiada keliru
supaya hidup tak sia-sia, berbuat kebajikan jangan berkira sifatnya tiada menyesat
supaya hidup tak sia-sia, dalam beramal jangan sambil lewa
supaya hidup tak sia-sia, berbuat baik selama di dunia apalah tanda Melayu bermarwah,
supaya hidup tidak terbuang, duduk berzikir, tegak sembahyang kerjanya membawa faedah
supaya hidup tidak terbuang, tujuan hidup hendaklah kenang elok di tepi, molek ke tengah
supaya hidup tidak terbuang, ingat kepada pantang dan larang menyebut Allah lidahnya basah
supaya hidup tidak tersesat, kepada Allah banyakkan ingat
supaya hidup tidak tersesat, selama di dunia ingat akhirat apalah tanda Melayu bijak,
supaya hidup tidak tersesat, syarak dan sunnah dipegang erat imannya teguh tiada berkocak

Nilai-nilai Asas Jati Diri 5


berbuat baik tiada mengelak berbuat khianat engkau jauhi
di atas yang benar ianya tegak banyakkan olehmu bertanam budi
supaya kelak hidup terpuji
apalah tanda Melayu handal,
ia berilmu dalam beramal wahai ananda bahaya mata,
terhadap dirinya ianya kenal janganlah tamak kepada harta
pada kebajikan ianya kekal mencari nafkah berpada-pada
Untuk lebih memperjelas dan supaya hidupmu tiada ternista
mempermudah orang memahami, mencerna, dan wahai ananda sibiran tulang,
betulkan kaji, tegakkan sembahyang
menyelami tunjuk ajar yang disebutkan dalam
umur yang ada jangan dibuang
ungkapan-ungkapan tadi, tunjuk ajar dalam
supaya hidupmu dipandang orang
bentuk untaian pantun atau syair juga lazim
diberikan. Untaian pantun atau syair disebut wahai ananda buah hati bunda,
“nasehat orang tua” atau “petunjuk orang tua berpegang teguhlah pada agama
terhadap anaknya”. Bait-bait pantun syair dapat beramallah engkau sehabis daya
disampaikan secara langsung melalui percakapan supaya selamat dari neraka

biasa dan dapat didendangkan melalui lagu-lagu


wahai ananda belahan diri,
rakyat atau nyanyian menidurkan anak. Cara ini
kerja menyalah jangan hampiri
dipakai sebagai upaya menyempurnakan tunjuk berbuat maksiat jangan sekali
ajar yang diberikan dalam bentuk ungkapan supaya hidupmu diberkahi Ilahi
secara umum.
Di antara bentuknya adalah: wahai ananda mustika hati,
pandai-pandailah membawa diri
wahai ananda hendaklah ingat hasutan orang jangan peduli
hidup di dunia amatlah singkat serahkan diri pada Illahi
banyakkan amal serta ibadat
supaya selamat dunia akhirat wahai ananda intan terpilih,
jadilah engkau anak yang saleh
wahai ananda dengarkan peri berbuat baik jangan memilih
tunangan hidup adalah mati bergaul jangan memilih kasih
carilah bekal ketika pagi
supaya tidak menyesal nanti wahai ananda kekasih ibu,
dalam beramal dalamkan ilmu
wahai ananda dengarlah madah, dalam beriman janganlah ragu
baikkan laku elokkan tingkah ridho Allah yang engkau rindu
banyakkan kerja yang berfaedah
supaya hidupmu beroleh berkah wahai anada kekasih ayah,
hanya Allah yang engkau sembah
wahai ananda dengarlah pesan ibu dan bapa jangan disanggah
kuatkan hati teguhkan iman supaya engkau beroleh berkah
jangan didengar bisikan setan
supaya dirimu diampuni Tuhan wahai ananda intan dikarang,
duduk berguru janganlah kurang
wahai ananda peganglah janji, berbuat baik jangan kepalang
supaya kelak hidupmu tenang

6 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


akan bertambah dan bersih. Selain itu dengan
mensyukuri nikmat seseorang akan terhindar dari
sifat-sifat loba dan tamak, jauh dari sifat serakah
dan kufur nikmat, serta terhindar dari berbagai
keburukan lainnya. Dalam ungkapan dikatakan,
“siapa hidup mensyukuri nikmat, hidup matinya
beroleh rahmat.” Di dalam ungkapan lain
mengatakan, “siapa bersyukur, terhindar dari
kufur” dan “siapa mensyukuri nikmat Allah,
hidup matinya tiada menyalah”. Orang tua-tua
mengatakan, bahwa nikmat Allah tidak dapat
dihitung oleh makhluk-Nya. Oleh karenanya,
manusia wajib bersyukur dan memohon agar
Allah tetap melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya. Dengan mensyukuri nikmat, rasa takwa akan
meningkat, rasa kesadaran sebagai hamba Allah
akan bertambah, dan rasa sombong, angkuh,
loba, dan tamak akan hilang. Dengan bersyukur,
rasa kesetiakawanan akan bertambah sempurna,
sehingga kehidupan bermasyarakat akan dilandasi
oleh kesadaran bahwa semua nikmat dalam bentuk
Khatam Al-Quran [Foto: InKalam]. apapun adalah karunia Allah. Karunia Allah wajib
wahai ananda tambatan hati, dimanfaatkan untuk kepentingan umat. Orang
jauhkan sifat iri dan dengki tua-tua mengatakan “kalau menyadari nikmat
bekerjalah dengan bersungguh hati Allah, tolong menolong tidak berkilah” dan “bila
itulah bekal hidup dan mati tahu nikmat Allah, tentu hidupnya tidak serakah”.
Sikap orang Melayu yang mensyukuri
wahai ananda ratna manikam,
nikmat Allah dapat disimak dari ungkapan
berpegang teguhlah kepada Islam
berikut:
banyakkan amal siang dan malam
supaya hidupmu tiada tenggelam
Apa tanda Melayu jati,
wahai ananda kuntum pilihan, Nikmat Allah ia syukuri
syarak dan sunnah jangan abaikan
berbuat kebajikan janganlah segan Apa tanda Melayu jati,
supaya engkau dirahmati Tuhan Nikmat yang ada ia syukuri

Apa tanda Melayu jati,


1.2.2 Menyukuri Nikmat-Nya
Mensyukuri nikmat sepenuh hati
Tunjuk ajar Melayu menganjurkan
agar setiap anggota masyarakat tahu dan mau Apa tanda orang beriman,
mensyukuri nikmat yang dikaruniakan Allah Mensyukuri nikmat menyembah Tuhan
kepadanya. Mensyukuri nikmat Allah, rezeki

Nilai-nilai Asas Jati Diri 7


Apa tanda orang budiman, Bagi orang Melayu, mensyukuri nikmat
Mensyukuri nikmat ia utamakan Allah tidak dapat ditawar-tawar. Orang yang tidak
bersyukur atas karunia Allah dianggap kufur
Apa tanda orang berbudi,
(paling tidak kufur nikmat) dan tak tahu diri. Oleh
Tahu mensyukuri nikmat ilahi
karenanya, semua orang harus mensyukuri nikmat
Apa tanda orang berbudi, yang diterimanya serta memanfaatkannya untuk
Nikmat tidak dimakan sendiri keselamatan diri, keluarga, dan masyarakatnya.
Dalam ungkapan dikatakan, “dengan nikmat Allah
Apa tanda orang bertuah, hidup berfaedah”, “siapa yang memanjangkan
Mensyukuri nikmat tiada lengah karunia Tuhan, hidup matinya dalam beriman”,
dan “siapa memanjangkan karunia Allah, dunia
Apa tanda orang bermarwah,
Nikmat diterima menjadi sedekah
akhirat beroleh berkat”. Prinsip mensyukuri
nikmat dan karunia Allah serta memanfaatkan
Apa tanda orang semenggah, dengan sebaik-baiknya di jalan yang diridhoi
Menerima nikmat tiada serakah Allah akan mengembangkan sikap “tahu diri”
dan tenggang rasa, serta menumbuhkan rasa
Apa tanda orang amanah, kesetiakawanan dalam sosial masyarakat. Orang
Mensyukuri nikmat karena lillah
tua-tua mengatakan, “mulia rizki dibagi-bagi,
Di dalam untaian syair dikatakan:
elok harta karena merata” dan “rizki sama dibagi,
nikmat sama mendapat, karunia sama merasa”.
Wahai ananda dengarlah madah, Orang Melayu juga melarang orang yang
Syukuri segala nikmat Allah hanya mementingkan diri sendiri dan tidak
Karunia-Nya banyak tiada hingga memikirkan orang lain yang membutuhkan
Supaya hidupmu beroleh berkah bantuannya. Dalam ungkapan dikatakan, “rizki
pantang sendiri, harta jangan membawa celaka”.
Wahai ananda dengarlah pesan,
Bersyukurlah engkau kepada Tuhan
Dalam ungkapan lain ditegaskan, “rizki jangan
Nikmat-Nya banyak bukan buatan dibawa mati”. Ungkapan lain mengingatkan
Supaya selamat di hari kemudian supaya karunia dan nikmat yang diberikan Allah
jangan sampai membawa kebinasaan, baik bagi
Wahai ananda dengarlah amanat, dirinya maupun bagi masyarakat, bangsa, dan
Bersyukurlah engkau beroleh nikmat negaranya. Ungkapan itu berbunyi, “rizki jangan
Karunia Allah wajib diingat
mematikan, harta jangan membutakan, nikmat
Supaya hidupmu beroleh rahmat
jangan menyesatkan”. Kunci dari kebermanfaatan
Wahai ananda dengarlah petuah, harta, karunia, dan nikmat yang dilimpahkan oleh
Banyakkan syukur kepada Allah Allah kepada makhluk-Nya adalah kesadaran
Nikmat-Nya banyak berlimpah-limpah orang mensyukuri semua karunia itu dan
Supaya imanmu terus bertambah memanfaatkannya untuk kepentingan diri, kaum,
masyarakat, bangsa, dan negaranya secara ikhlas.
Wahai ananda dengarlah nasehat,
Mensyukuri nikmat jangan terlambat
1.2.3 Ketaatan Kepada Ibu dan Bapa
Siang dan malam hendaklah ingat
Supaya hidupmu mendapat berkat Ketaatan ibu dan bapa yang disebut

8 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


“mentaati orang tua-tua” amat diutamakan apa tanda Melayu menakah,
dalam kehidupan orang Melayu. Orang tua-tua membela ibu bapa tahan bersusah
mengatakan, “Siapa taat ke orang tuanya, di dunia apa tanda Melayu menakah,
memelihara ibu bapa tak kenal lelah
selamat, akhirat pun mulia”. Sebaliknya, barang
apa tanda Melayu berbudi,
siapa durhaka kepada ibu dan bapanya, bukan membela ibu bapa sampai mati
saja disumpahi oleh masyarakat, tetapi akan apa tanda Melayu beradat,
disiksa di akhirat kelak. Sastra lisan Melayu amat terhadap ibu bapa hemat dan cermat
banyak mengisahkan keburukan anak durhaka apa tanda Melayu beradat,
yang hidupnya berakhir dengan malapetaka dan kepada ibu bapa ia berkhidmat
kemalangan. Sebaliknya, banyak pula diceritakan apa tanda Melayu beradat,
membela ibu bapa tak kenal penat
kisah kemuliaan anak yang taat kepada orang
apa tanda anak menakah,
tuanya. Di dalam tunjuk ajar Melayu, banyak kepada ibu bapa pantang menyanggah
pula ungkapan yang berkaitan dengan keutamaan apa tanda anak berbudi,
mentaati ibu dan bapa, sebagai acuan masyarakat. kepada ibu bapa ia mengabdi
Butir-butir tentang ketaatan kepda orang apa tanda anak beriman,
tua antara lain: kepada ibu bapa ianya sopan
apa tanda anak berilmu,
apa tanda Melayu jati, memelihara ibu bapa ianya tahu
kepada ibu bapa ia berbakti apa tanda anak manusia,
apa tanda Melayu jati, ibu bapanya tak tersia-sia
mentaati ibu bapa sepenuh hati
apa tanda Melayu jati, Selanjutnya, dikatakan:
ibu bapanya dijunjung tinggi bila hidup hendak selamat,
apa tanda Melayu bertuah, kepada ibu bapa hendaklah taat
taat setia kepada ibu bapa kalau hidup hendak selamat,
apa tanda Melayu bertuah, ibu dan bapa wajib diingat
terhadap ibu bapa ia amanah kalau hidup hendak selamat,
apa tanda Melayu bertuah, kepada ibu bapa tempat berkhidmat
kepada orang tuanya tiada menyalah kalau hodup hendak selamat,
kepada ibu bapa wajiblah hormat
apa tanda Melayu bertuah, kalau hidup hendak selamat,
memelihara ibu bapa tiada lengah ibu dan bapa wajib dipelihara
apa tanda Melayu pilihan, kalau hidup hendak beruntung,
ibu bapanya ia utamakan ibu bapa wajib dijunjung
apa tanda Melayu pilihan, kalau hidup hendakkan berkah,
ibu bapanya ia muliakan pada ibu bapa hendaklah ramah
apa tanda Melayu pilihan, kalau hidup hendak berbakti,
kepentingan ibu bapa ia dahulukan ibu bapa hendaklah minati
kalau hidup hendak semenggah,
apa tanda Melayu terpilih, ibu bapa pantang disanggah
memelihara ibu bapa hatinya bersih kalau hidup hendak terpandang,
apa tanda Melayu terpilih, memelihara ibu bapa berkasih sayang
kepada ibu bapa sayang nya terpilih kalau hidup hendak terpuji,
apa tanda Melayu menakah, pada ibu dan bapa hendaklah sopan
kepada ibu bapa sayang tak sudah kalau hendak beroleh ampun,

Nilai-nilai Asas Jati Diri 9


pada ibu bapa hendaklah santun Ungkapan-ungkapan tersebut menunjuk-
kalau hendak beroleh berkat, kan betapa utamanya orang tua dalam kehidupan
pada ibu bapa elokkan sifat orang Melayu. Mereka sangat memuliakan ibu
kalau hendak beroleh tuah,
bapaknya sesuai ajaran agama Islam yang mereka
ibu dan bapa jangan dibantah
kalau hendak beroleh tuah,
anut. Selain itu, banyak pula ungkapan sebagai
ibu dan bapa jangan dibantah cerminan dari akibat buruk bila tidak memuliakan,
kalau hendak beroleh rahmat, tidak menghormati, menyia-nyiakan, atau
ibu bapa jangan diumpat mendurhakai ibu bapak.
kalau hendak menjadi orang, Di antara ungkapan itu adalah:
ibu dan bapa jangan dibuang siapa durhaka ke ibu bapak,
kalau hendak menjadi orang, di dunia hina di akhirat rusak
budi ibu bapa hendaklah dikenang siapa durhaka ke ibu bapak,
kalau hendak menjadi orang, ke dalam neraka badan tercampak
nasehat ibu bapa hendaklah pegang siapa durhaka ke ibu bapak,
dunia akhirat tertimpa balak
Di dalam bentuk bait-bait syair dikatakan: siapa durhaka ke ibu bapak,
celaka menimpa laknat pun banyak
wahai ananda kekasih bunda, siapa durhaka ke orang tua,
janganlah durhaka kepada ibu bapa dunia akhirat hidup merana
tunjuk ajarnya janganlah lupa siapa durhaka ke orang tua,
supaya hidup aman sentosa dunia akhirat badan terhina
siapa durhaka ke orang tua,
wahai ananda dengarlah peri, Tuhan benci, orang mencerca
ibu dan bapa engkau kasihi siapa durhaka pada orang tua,
jangan sekali membesarkan diri lambat laun masuk penjara
supaya hidupmu diberkati ilahi kalau ibu bapa engkau sakiti,
di kerak neraka tempatmu nanti
wahai ananda dengarlah madah, kalau ibu bapa engkau aniaya,
ibu dan bapa jangan disanggah besarlah azab akan menimpa
dosanya besar azab terdedah kalau ibu bapa engkau abaikan,
dunia akhirat mendapat susah di situlah tempat murka Tuhan
wahai ananda dengarlah pesan, kalau ibu bapa engkau abaikan,
ibu dan bapa jangan disakitkan hidup dan mati dalam kehinaan
balanya besar bukan buatan kalau ibu bapa engkau abaikan,
kutuknya turun zaman berzaman tanda hatimu dikemudikan setan
kalau ibu bapa engkau abaikan,
wahai ananda ingatlah amanat, tanda hatimu tiada beriman
pada ibu bapa hendaklah khidmat kalau ibu bapa engkau sanggah,
jangan sekali engkau khianat di situlah tempat kutukan Allah
supaya hidupmu tidak terlaknat kalau ibu bapa engkau sanggah,
dunia akhirat takkan semenggah
wahai ananda kekasih ibu, kalau ibu bapa engkau sanggah,
pada ibu jangan terlalu Tuhan murka, orang pun menyunggah
bela pelihara setiap waktu kalau ibu bapa engkau sanggah,
supaya engkau tak dapat malu ke laut ke darat orang menyumpah

10 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


kalau ibu bapa engkau lawan, bila tidak ada yang dituakan,
di dunia teruk, di akhirat bentan banyaklah orang yang jadi menyeman
kalau ibu bapa engkau buang,
azabnya besar bukan kepalang kalau tak ada yang memimpin,
kalau ibu bapa engkau aniaya, naas menimpa hidup pun lenjin.
Tuhan murka, orang pun menghina
kalau ibu bapa jadikan budak, Di dalam kehidupan orang Melayu,
di dunia celaka, di akhirat dipijak “orang yang dituakan” atau pemimpin amatlah
kalau ibu bapa jadikan hamba,
penting. Karenanya, pemimpin wajib dihormati,
di neraka jahanam badan disiksa
ditaati, dan dipatuhi sepanjang ia menjalankan
kalau ibu bapa direndah-rendahkan,
dunia akhirat dilaknati Tuhan kewajibannya dengan baik dan benar. Pemimpin
kalau ibu bapa dileceh-lecehkan, yang dikemukakan oleh masyarakatnya disebut
dosa besar tak diampuni Tuhan ditinggikan seranting, didahulukan selangkah,
kalau ibu bapa dipandang enteng, lazimnya diambil atau dipilih dari warga masyarakat
ke dalam neraka badan terpelanting yang memenuhi kriteria tertentu. Orang inilah
kalau ibu bapa diumpat-umpat,
yang dijadikan ikutan, contoh, dan teladan yang
di neraka jahanam badan dihembat
lidahnya asin, pintanya kabul, yang dianggap
kalau ibu bapa dikeji-keji,
di neraka jahanam badan dibaji mampu mendatangkan kedamaian, ketertiban,
kalau ibu bapa disumpah seranah, dan kesejahteraan bagi masyarakat. Karena
di neraka jahanam bungkang tanah pemimpin adalah orang pilihan, berwibawa,
memiliki berbagai keutamaan dan kelebihan,
1.2.4 Taat Setia Kepada Pemimpin sebagai contoh dan teladan, dan sebagainya, maka
Ungkapan adat Melayu mengatakan: adat Melayu mewajibkan anggota masyarakatnya
untuk mendukung dan membantunya sekuat daya
bertuah rumah ada tuanya, masing-masing.
bertuah negeri ada pucuknya
Pendurhakaan terhadap pemimpin
sejati menjadi pantangan besar dan dianggap
elok kampung ada tuanya,
elok negeri ada rajanya mencorengkan arang di kening keluarga dan
masyarakat. Di dalam ungkapan adat dikatakan,
Ungkapan ini menunjukkan, bahwa dalam “siapa durhaka kepada pemimpinnya, aibnya
kehidupan mausia, baik di lingkungan kecil tidak terbada-bada” atau “siapa mendurhakai
(rumah tangga) sampai kepada masyarakat luas, yang dirajakannya, di sanalah tempat ia binasa”.
haruslah ada “tua” nya, yakni ada pemimpinnya. Acuan pantang mendurhaka ini ditujukan kepada
Tanpa pemimpin, kerukunan dan kedamaian di pendurhakaan pemimpin yang terpuji, adil, dan
dalam rumah tangga atau masyarakat tidak akan benar, bukan terhadap pemimpin yang “menyalah”,
terjamin. Dalam ungkapan lain dikatakan: zalim, dan sebagainya. Hal ini tercermin dalam
ungkapan, “raja adil raja disembah, raja zalim raja
bila rumah tidak bertua, disanggah”. Jadi, hanya pemimpin yang adil dan
celaka datang bala menimpa benar-benar sempurna wajib ditaati, sedangkan
pemimpin yang zalim haruslah disanggah,
bila negeri tidak beraja,
dilawan, disingkirkan, atau setidak-tidaknya diberi
alamat hidup aniaya menganiaya

Nilai-nilai Asas Jati Diri 11


peringatan dan teguran. Anjuran yang berkaitan tua menjadi tunjuk langit
dengan ketaatan terhadap pemimpin antara lain tua menjadi pasak bumi
tertuang dalam butir-butir tunjuk ajar berikut: tua pantang didurhakai
adat bertua jadi ikutan
adat rumah ada tuanya
adat kampung ada penghulunya Adat terhadap yang dituakan:
adat negeri ada rajanya
pertama, pantang berbalik belakang
tua rumah membawa hikmah kedua, pantang bercakap temberang
tua penghulu menghapus malu ketiga, pantang dikebelakangkan
tua raja tegak daulatnya keempat, pantang direndahkan
kelima, pantang disia-siakan
tua disebut membawa tuah keenam, pantang dipermainkan
tua tidak tersia-sia tua ketujuh, pantang dipermalukan
ada tunjuk ajarnya delapan, pantang dilangkahkan
tua umur tua pengalaman sembilan, pantang ditinggalkan
tua tempat minta petuah sepuluh, pantang diketepikan
tua teluk timbunan kapar sebelas, pantang membuang muka
dua belas, pantang mendurhaka
tua tanjung pumpunan angin tiga belas, pantang mengada-ada
tua dituakan orang ramai empat belas, pantang dibiga-biga
tua ditinggikan seranting lima belas, pantang dianiaya
tua didahulukan selangkah enam belas, pantang diperdaya
tujuh belas, pantang dilaga-laga
tua sama dijunjung tinggi
tua adil dimuliakan adat bertua diumpamakan:
tua lurus diteladani diingat amanah, dikenang pesan
tua benar ditaati ditiru laku, diteladani jalan
tua bijak diikuti nasehat diingat, petuah dijaga
tua arif disayangi mulut diikut, lidahnya disembah
tua berakal dihormati apalah adat orang Melayu,
tua yang patut dituakan adat bertuah ianya tahu
tua yang layak dikemukakan berbuat durhaka ianya malu
langgar dan kasar ia tak mau
tua menjadi payung negeri
tua jauh mula tampak apalah adat orang bertua,
tua dekat mula bersua taatnya tidak berbagi belah
tua rimbun tempat berteduh setianya tidak mengada-ada
tua kuat tempat berlindung
tua besar tempat bernaung adat hidup ada bertua:
tua kokoh tempat bersandar pantang berlaku tidak semenggah
tua wajib dihormati pantang ingkar pantang menyalah
tua pantang didurhakai pantang mengelak pantang berhelah
adat bertua jadi ikutan
adat hidup ada bertua:
tua menjadi tiang tuo taat setia dengan ikhlasnya
tua menjadi tiang seri

12 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


tuanya tempat minta amanah tunjuk ajarnya usah disanggah
tuanya penyuluh dalam gulita supaya hidupmu diridhoi Allah
tuanya dapat mencelikkan mata
tuanya dapat tempat bertanya wahai ananda cahaya mata,
tuanya jadi penunjuk langkah terhadap pemimpin taat setia
tuanya mengandung tuah dan berkah tunjuk ajarnya engkau pelihara
supaya hidupmu selamat sejahtera
adat hidup orang berilmu,
memuliakan pemimpin ianya tahu Ungkapan yang berkaitan dengan ketaatan
adat hidup orang berbudi, terhadap “orang yang dituakan” atau pemimpin
terhadap pemimpin ia hormati
cukup banyak jumlahnya. Hal ini semakin
adat hidup orang terhormat,
memperjelas betapa orang Melayu sejak dahulu
kepada pemimpinnya ianya taat
adat hidup orang terpuji, menghormati dan menjunjung tinggi para
pemimpinnya dijunjung tinggi pemimpin mereka, sekaligus mengikuti tunjuk
taatnya tak terbelah bagi ajar dan petuah amanahnya. Orang tua-tua
setianya kokoh menahan uji Melayu menjelaskan betapa buruknya akibat
yang ditimbulkan bila masyarakat membelakangi,
adat hidup orang beriman,
menyia-nyiakan, apalagi mendurhakai
kepada pemimpin mengambil teladan
pemimpinnya. Dalam ungkapan disebut:
taat setia tiada menyeman
apa tanda orang celaka,
tunjuk ajarnya ia amalkan
terhadap pemimpin ia durhaka
apa tanda orang yang jahat,
Di dalam bait-bait syair dikatakan:
terhadap pemimpin ia khianat
wahai ananda dengarlah madah,
apa tanda orang yang jahat,
terhadap pemimpin janganlah menyalah
terhadap pemimpin umpat mengumpat
tunjuk ajarnya jadikan petuah
apa tanda orang menyalah,
supaya hidupmu beroleh berkah
terhadap pemimpin ia menyanggah
apa tanda orang menyalah,
wahai ananda dengarlah manat,
pemimpin sejati ia bantah
terhadap pemimpin hendaklah taat
apa tanda orang yang bodoh,
tunjuk ajarnya hendaklah ingat
terhadap pemimpin tidak senonoh
supaya hidupmu beroleh manfaat
apa tanda orang terbuang,
terhadap pemimpin ia membangkang
wahai ananda dengarlah pesan,
apa tanda orang terbuang,
terhadap pemimpin hendaklah sopan
petunjuk pemimpin tidak dipegang
tunjuk ajarnya wajib kau simpan
apa tanda orang yang malang,
supaya hidupmu dirahmati Tuhan
kepada pemimpin berbalik belakang
apa tanda orang yang nista,
wahai ananda dengarlah peri,
kepada pemimpin ia berdusta
terhadap pemimpin rendahkan diri
apa tanda orang merugi,
tunjuk ajarnya engkau ikuti
petunjuk pemimpin ia ingkari
supaya hidupmu diberkahi Ilahi
apa tanda orang merugi,
kepada pemimpin tidak perduli
wahai ananda dengarlah amanah,
apa tanda orang yang sesat,
terhadap pemimpin elokkan tingkah
kepada pemimpin berdendam kesumat

Nilai-nilai Asas Jati Diri 13


apa tanda orang terkutuk, Prinsip inilah yang sejak dulu dijadikan
terhadap pemimpin berlaku buruk acuan bagi orang Melayu, sehingga mereka
apa tanda orang terkutuk, senantiasa hidup untuk mencari persahabatan
terhadap pemimpin hatinya busuk
dan memupuk perdamaian, saling menghormati,
apa tanda orang yang keji,
terhadap pemimpin niatnya dengki
bersikap terbuka, dan selalu berprasangka baik
kepada sesama manusia. Prinsip ini pulalah
1.2.5 Kebersamaan, Persebatian, Gotong Royong, yang menyebabkan orang yang datang ke bumi
Tenggang Rasa Melayu senantiasa disambut dengan “muka
Sisi lain dari nilai luhur tunjuk ajar Melayu yang jernih dan hati yang suci” yang selanjutnya
ialah mengutamakan persatuan dan kesatuan, menumbuhkan keakraban, persatuan tali darah
menjunjung tinggi kegotongroyongan, dan (nikah kawin), dan sebagainya. Hubungan ini pula
mengekalkan tenggang rasa di dalam kehidupan yang lambat laun melahirkan masyarakat Melayu
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Orang yang majemuk dengan kebudayaan yang beraneka
tua-tua menegaskan, bahwa rasa persatuan dan ragam.
kesatuan, kegotongroyongan, serta bertenggang Sikap dan pandangan orang dan masyarakat
rasa adalah inti kepribadian Melayu. Mengacu Melayu terhadap prinsip persatuan dan kesatuan,
prinsip bahwa pada hakikatnya manusia adalah kegotongroyongan, dan bertenggang rasa dapat
bersaudara, bersahabat, dan berkasih sayang, disimak dari ungkapan di bawah ini:
maka tunjuk ajar yang berkaitan dengan persatuan
adat hidup menjadi manusia
dan kesatuan, gotong royong, dan bertenggang
pahit manis sama dicecah
rasa senantiasa hidup dan diwariskan secara
adat hidup berkaum bangsa
turun temurun. Mereka juga menegaskan, bahwa sakit senang sama dirasa
prinsip-prinsip tersebut akan mampu mewujudkan adat hidup di atas dunia
kedamaian di muka bumi ini. mencari kawan serta saudara
Dalam ungkapan adat dikatakan: adat hidup berkaum bangsa
tolong menolong rasa merasa
ketuku batang ketakal jaga menjaga tiada lengah
duanya batang keladi bagi membagi di dalam susah
muyang kita sesuku dengan seasal sama ke tepi, sama ke tengah
kita senenek serta semoyang sama merugi, sama melaba
sama tinggi, sama rendahnya
Kandungan isi ungkapan ini secara
adat hidup berkawan-kawan,
jelas menunjukkan sikap orang Melayu yang
sama melangkah seiring sejalan
menganggap manusia seluruhnya bersaudara sama mengingat, sama menjagakan
karena berasal dari nenek moyang yang sama, sama merasa rezeki di pinggan
yakni Adam dan Hawa. Oleh karenanya, setipa
orang patut dan layak memelihara hubungan adat hidup dengan sahabat,
baik dan persaudaraan, tanpa memandang suku kalau berlaba sama mendapat
kalau lupa ingat-mengingat
dan bangsanya. Dalam ungkapan lain ditegaskan
kalau berbeban sama diangkat
bahwa perwujudan rasa persaudaraan itu antara
kalau menimbang sama berat
lain, senasib sepenanggungan, seaib semalu. kalau menakar sama sesukat

14 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


adat hidup sama sebanjar, di sanalah tempat tumbuhnya seteru
sama beri tunjuk dan ajar bila masyarakat tidak bersatu,
dalam sempit sama bergelar banyak sengketa bertambah seteru
dalam susah sama bersandar bila hidup berpecah belah,
dalam gelabah sama bersabar bangsa yang kuat menjadi lemah
dalam duduk sama setikar bila hidup berpecah belah,
tuah tercampak ke dalam pelimbah
adat hidup sama sekampung, bila hidup berpecah belah,
sakit senang sama ditampung banyaklah kerja tidak semenggah
laba rugi sama dihitung bila hidup berpecah belah,
beban dan hutang sama ditanggung banyaklah laku yang menyalah
di dalam sempit sama berlindung bila hidup berpecah belah,
bila karam sama mengapung malu tersingkap, aib terdedah
adat lembaga sama dijunjung bila hidup berpecah belah,
petuah amanah sama dikungkung di sanalah tempat binasa marwah
sama ke teluk, sama ke tanjung bila hidup berpecah belah,
sama seperiuk, sama selusung di sanalah tempat berkembang fitnah

adat hidup sama senegeri, 1.2.6 Keadilan dan Kebenaran


di dalam susah beri memberi Tunjuk Ajar Melayu juga banyak memuat
bila hilang sama merugi
nilai-nilai yang menjunjung keutamaan dan
bila lenyap sama dicari
kemuliaan keadilan dan kebenaran. Bagi orang
bila berhutang sama dibagi
bila jatuh sama berdiri Melayu, keadilan dan kebenaran adalah kunci
bila kurang sama mengisi utama dalam menegakkan tuah dan marwah,
mengangkat harkat dan martabat, serta mendirikan
adat hidup berbangsa-bangsa, daulat dan kewibawaan. Keadilan dan kebenaran
sakit senang sama dirasa tidak dapat ditawar-tawar, karena semuanya
kalau makan sama perisa
acuan mengenai kehidupan, pemerintahan, dan
sikap hidupnya mengacu pada sikap adil dan
adat lembaga sama dibela
harta pusaka sama dipelihara benar. Oleh karenanya, pemimpin yang dianggap
hak dan milik sama dijaga tidak adil dan menyimpang dari kebenaran wajib
duduk dan tegak sama setara diingatkan, disanggah, atau diganti. Hukum
yang adil wajib ditegakkan demi terwujudnya
adat hidup sama saudara, masyarakat yang adil dan makmur. Kebenaran
lebih dan kurang usah berkira
wajib didirikan demi terlaksananya syarak dan
baik dan buruk pelihara memelihara
sunnah, petuah dan amanah, ketentuan adat
sakit dan senang bela membela
lembaga, dan sebagainya. Orang Melayu berani
Ungkapan tradisional Melayu banyak pula mati untuk membela kebenaran. Orang tua-tua
yang menggambarkan akibat buruk tidak adanya mengatakan, “takut karena salah, berani karena
persatuan dan kesatuan, tidak adanya kegotong- benar”.
royongan, dan tidak adanya tenggang rasa. Untuk mengetahui dan memahami sejauh
Di dalam ungkapan tunjuk ajar dikatakan: mana orang Melayu menjunjung tinggi keadilan
bila hidup tidak bersatu, dan kebenaran dapat disimak dari untaian

Nilai-nilai Asas Jati Diri 15


ungkapan tunjuk dan ajarnya di bawah ini: membela yang adil hendaklah
tabah membela yang benar jangan gelabah
apa tanda Melayu jati, supaya hidupmu beroleh faedah
membela keadilan berani mati
apa tanda Melayu jati, wahai ananda intan terpilih,
menegakkan yang benar tahan mati berlaku adil jangan memilih
apa tanda Melayu jati, lurus dan benar jangan dialih
menegakkan yang benar jatinya diri supaya menjadi anak yang saleh
apa tanda Melayu jati,
adil dan benar dipegang mati wahai ananda tambatan hati,
apa tanda Melayu jati, ingatlah pesan ayahmu ini
adil dan benar pelita hati berlaku adil engkau taati
apa tanda Melayu jati, berlaku benar engkau ikuti
adil menghukum, benar mengkaji
apa tanda Melayu bertuah, Dalam untaian pantun dikatakan:
adil dan benar menjadi tuah pasang kandil di tengah rumah
apa tanda Melayu bertuah, terangnya sampai ke tengah halaman
adil dan benar menegakkan marwah orang yang adil diberkahi Allah
apa tanda Melayu bertuah, orang yang benar dirahmati Tuhan
membela keadilan tiada lengah
apa tanda Melayu bertuah, pasanglah bedil petang Jumat
mendirikan yang benar tahan dilapah bedil setinggar keras bunyinya
apa tanda Melayu bertuah, orang yang adil beroleh rahmat
adil dan benar tempat bertanah adil dan benar menjadi cahaya
apa tanda Melayu berbudi,
adil dan benar tempat berdiri pasang bedil sebunyi berteh
apa tanda Melayu terpuji, dipasang terus tiada terhenti
adil dan benar ia taati orang yang adil hatinya bersih
orang yang benar hatinya suci
Di dalam untaian syair dikatakan:
wahai ananda dengarlah madah, Dalam untaian ungkapan lain dikatakan:
pegang olehmu petuah amanah apa tanda orang yang adil,
berlaku adil janganlah lenah bila menimbang sama beratnya
berbuat yang benar jangan menyalah bila menakar sama sukatnya
bila mengukur sama panjangnya
wahai ananda kekasih ayah, bila menghitung sama panjangnya
pada yang adil jangan membantah bila memandang sama tepatnya
pada yang benar jangan bertingkah bila mendengar sama bunyinya
supaya hidupmu beroleh berkah
apa tanda adil dan benar,
wahai ananda mustika bunda, adat dan syarak tempat bersandar
adil dan benar hendaklah bela tunjuk dan ajar menjadi dasar
jagalah dengan sehabis daya pantang larang tiada dilanggar
supaya hidupmu beroleh pahala
bertuah hukum karena adilnya
wahai ananda kekasih ayah, bertuah alim karena benarnya

16 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


bertuah raja karena marwahnya sudah diajar dan dilatih sejak dini untuk rela
bertuah penghulu karena sifatnya dan ikhlas dalam menolong sesama umat, dalam
bertuah rakyat karena taatnya berbuat kebajikan, dan lain sebagainya. Sikap ini
menyebabkan kebanyakan orang Melayu mau
elok hukum karena adil
elok adat karena syarak
berbagi harta, hutan tanah, milik, dan sebagainya
elok undang karena benar dengan berbagai pihak luar atau pendatang. Dari
elok lidah karena lurus sikap inilah kemudian banyak pendatang yang
elok budi karena niat diterima menjadi anggota masyarakat Melayu,
elok kerja karena lillahi menjadi kaum kerabat dan sahabat handai, yang
selanjutnya menyatu dan membentuk masyarakat
Karena keadilan dan kebenaran amat yang majemuk.
diutamakan dalam kehidupan orang Melayu, maka Bagi orang Melayu, menolong sesama umat
banyak pula ungkapan yang menggambarkan sudah menjadi kewajiban. Mereka menolong
keburukan bila masyarakat mengabaikan atau dengan kesadaran bahwa orang lain adalah
meninggalkan keadilan dan kebenaran. saudara, sahabat, atau kerabatnya. Adat bersaudara,
Di antara ungkapan yang dimaksud adalah: adat bersahabat, atau adat berkerabat mewajibkan
orang Melayu untuk berbuat kebajikan secara
bila keadilan sudah mati,
di sanalah tempat binasa negeri
ikhlas dan mengorbankan apa saja secara suka
bila keadilan sudah lesap, rela. Sikap ini tercermin dalam untaian ungkapan:
di sanalah tempat setan menyelap
bila keadilan sudah hilang, apa tanda Melayu sejati,
orang pun menjadi binatang jalang tulus ikhlas di dalam hati
bila keadilan dilupakan orang,
celaka tiba laknat pun datang apa tanda Melayu sejati,
bila keadilan sudah tercampak, tulus dan ikhlas pakaian diri
rakyat sengsara negeri pun rusak
apa tanda Melayu sejati,
rela berkorban sampai mati
1.2.7 Ikhlas dan Rela Berkorban
Sifat ikhlas dan rela berkorban menjadi sifat
apa tanda Melayu sejati,
yang diutamakan dalam kehidupan orang Melayu. berkorban tidak mengharap ganti
Orang tua-tua mengatakan, bahwa dengan bersifat
ikhlas, setiap pekerjaan akan menjadi amal apa tanda Melayu sejati,
saleh yang diridhoi Allah. Dengan sifat ikhlas berkorban tidak berbelah hati
dan rela berkorban, rasa kesetiakawanan sosial
apa tanda Melayu sejati,
akan semakin tinggi, mengakar, dan kemudian
menolong orang dengan berputih hati
membuahkan persaudaraan sejati. Bagi orang
membantu dengan merendah diri
Melayu yang bersifat terbuka dan berbaik sangka,
sifat ikhlas dan rela berkorban sudah ditanamkan apa tanda Melayu sejati,
sejak dini kepada anak cucunya. Itulah sebabnya ikhlasnya tidak terbelah bagi
mengapa kebanyakan orang Melayu senang relanya tidak dapat dibeli
membantu dan berbuat baik dan budi. Sikap itu apa tanda Melayu terbilang,
hati ikhlas muka belakang
dilakukan tanpa mengharapkan imbalan. Mereka

Nilai-nilai Asas Jati Diri 17


apa tanda Melayu beradat, apa tanda Melayu bijak,
ikhlas bergaul sesama umat hatinya suci ikhlasnya nampak
berkorban pantang diingat-ingat berkorban tidak lagak melagak
menolong orang tiada mengumpat
apa tanda Melayu budiman,
apa tanda Melayu beradat, tulus ikhlas sesama insan
tulus ikhlas menjadi sifat menolong umat mau berkorban
berkorban tidak memilih tempat hidup matinya pada kebajikan

apa tanda Melayu beriman, Dalam untaian syair dikatakan:


tulus dan ikhlas jadi pegangan wahai ananda bijak bestari,
apa tanda Melayu beriman, tulus dan ikhlas dalam berbudi
hidup dan mati rela berkorban berkorban dengan hati yang suci
apa tanda Melayu terpuji, berbuat kebajikan usah berhenti
tulus ikhlas pakaian diri
apa tanda Melayu terpuji, wahai ananda cahaya mata,
rela berkorban, rajin memberi tulus dan ikhlas jadikan mahkota
berkorban jangan memandang bangsa
apa tanda Melayu menakah, di atas kebaikan engkau bertahta
tulus dan ikhlas dalam melangkah
mau berkorban di dalam susah Di dalam untaian ungkapan dikatakan:
pantang menolong meminta upah

bila hidup hendak bertuah,


apa tanda Melayu menakah,
pertama, ikhlas karena Lillah
hati bersih bermanis muka
kedua, berkorban di jalan Allah
terhadap berkorban tiada menyanggah
ketiga, menolong bermanis muka
berbuat baik tiada lengah
keempat, membantu tidak mengharapkan upah
kelima, bergaul dengan baik sangka
apa tanda Melayu bersaudara,
keenam, bekerja membawa faedah
muka jernih hati pun rela
ketujuh, taat setia pada amanah
apa tanda Melayu berbangsa,
delapan, baik tidak karena dipaksa
tulus ikhlas sebarang bicara
sembilan, rajin tidak karena dipaksa
berkorban tidak mengharap jasa
sepuluh, setia tidak mengambil muka
sebelas, elok bukan karena harta
apa tanda Melayu berbudi,
tulus ikhlas laku pekerti
bila hidup hendak bermanfaat,
berkorban tidak mengharap budi
pertama, tulus ikhlas dalam niat
kedua, berkorban tidak mengumpat
apa tanda Melayu ikhlas,
ketiga, berbakti tidak menjilat
berkorban tidak mengharap balas
keempat, dipercaya tidak khianat
kelima, berjanji ianya tepat
apa tanda Melayu bertuah,
keenam, membela saudara hatinya bulat
tulus ikhlas dalam bertingkah
ketujuh, berbuat baik tiada bersekat
berkorban tidak mengharap upah
delapan, tunjuk ajar tiada berhad
apa tanda Melayu terpandang,
sembilan, terhadap agama ianya taat
niat ikhlas berkasih sayang
sepuluh, terhadap orang tua ianya berkhidmat
berkorban tidak jadi piutang

18 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


sebelas, terhadap pemimpin ianya hormat dalam berkorban tiada ingkar
dua belas, sesama makhluk bersahabat tolong menolong pantang bertengkar
tiga belas, hidup mati dalam ingat
empat belas, petuah amanat dipegang erat 1.2.8 Kerja Keras, Rajin, dan Tekun
lima belas, sebarang kerja luruslah niat Bekerja keras, rajin, dan tekun menjadi
kewajiban setiap anggota masyarakat. Orang
apa tanda orang yang ikhlas,
tua-tua mengatakan, bahwa kejayaan Melayu di
lahir batin tiada culas
tentukan oleh ketekunan dan kesungguhan mereka
apa tanda orang beriman, dalam bekerja. Dalam ungkapan dikatakan, “kalau
pada yang benar rela berkorban Melayu hendak berjaya, bekerja keras dengan
sesungguhnya”, “siapa rajin, hidup terjamin”, atau
apa tanda orang berbangsa, “siapa tekun, berdaun rimbun”. Bagi orang Melayu,
membela yang benar mau binasa
bekerja dan mencari nafkah amat diutamakan dan
dijadikan tolak ukur dalam menilai atau melihat
adat hidup sama saudara,
tulus ikhlas sebarang bicara kepribadian seseorang. Siapa yang mau bekerja
berkorban tidak kira mengira keras, rajin, dan bersungguh hati dianggap sebagai
menolong tidak bermasam muka teladan dan bertanggung jawab, serta dihormati
oleh anggota masyarakatnya. Sebaliknya, orang
adat hidup sesama sahabat, yang malas, berlalai-lalai, tidak tekun, dan mudah
tulus ikhas sama berbuat
putus asa dianggap sebagai orang yang tidak
berani berkorban dimana sempat
bertanggung jawab dan tidak tahu akan hak
menolong tidak umpat mengumpat
dan kewajibannya. Orang seperti ini lazimnya
adat hidup orang berbangsa, dipandang rendah, bahkan dilecehkan oleh
tulus ikhlas sama dirasa masyarakatnya.
berkorban tidak membilang masa Di dalam tunjuk ajar Melayu, keutamaan
menolong tidak karena harta bekerja keras, tekun, dan tabah cukup banyak
adat hidup sama sekampung,
disebutkan. Orang tua-tua Melayu juga
tulus dan ikhlas dalam menolong
menegaskan, bahwa pekerjaan yang baik dan
berkorban tidak mencari untung
berbuat baik tidak dihitung benar ialah pekerjaan yang halal, yakni pekerjaan
yang tidak menyalahi ajaran Islam, adat, dan
norma-norma sosial masyarakatnya. Mereka
adat hidup adik beradik, menyebutkan, bahwa pekerjaan yang sesuai
hati ikhlas niat pun baik dengan ajaran Islam, adat istiadat, dan ketentuan-
berkorban tidak karena cerdik
ketentuan yang berlaku adalah pekerjaan yang
menolong tidak beradu sisik
harus dicari dan dilakukan sepenuh hati. Hasil
adat hidup orang senegeri, dari pekerjaan ini diyakini menjadi “darah daging”
tulus ikhlas pakaian diri yang dapat membawa kebaikan dan kebahagiaan
terhadap berkorban harus berani atau membawa berkah bagi kehidupan ukhrawi.
tolong menolong tiada diingkari Sebaliknya, apapun bentuk dan jenis pekerjaan
yang menyimpang atau menyalahi ketentuan
adat hidup sama sebanjar,
agama, adat, dan sebagainya, maka pekerjaan itu
tulus ikhlas kecil dan besar

Nilai-nilai Asas Jati Diri 19


tidak dibenarkan dan dianggap akan membawa Dalam untaian syair tunjuk ajar dikatakan:
kebinasaan. wahai ananda dengarkan amanah,
Dalam kehidupan Melayu tradisional, bekerja keras janganlah lengah
supaya hidupmu beroleh berkah
acuan ini sejak dini sudah diajarkan kepada anak-
dunia akhirat mendapat faedah
anak mereka. Anak kemenakan dan anggota
masyarakat dilatih untuk mampu bekerja keras, wahai ananda dengarlah pesan,
mampu menghadapi tantangan, dan mampu terhadap bekerja janganlah segan
melewati halangan, sehingga mereka menjadi supaya dapat melepaskan beban
manusia-manusia tangguh. Dalam mencari semoga hidupmu diberkahi Tuhan
jodoh, pilihan utama lazimnya dijatuhkan kepada
wahai ananda cahaya mata,
anggota masyarakat yang tangguh itu, karena
rajin dan tekun dalam bekerja
orang seperti itulah yang nantinya mampu
penat dan letih usah dikira
mewujudkan kehidupan rumah tangga sejahtera supaya kelak hidupmu sejahtera
dan mandiri. Untuk melihat sejauh mana orang
Melayu mengutamakan kerja keras, rajin, tekun, wahai ananda kekasih ibu,
tabah, dan halal, dapat disimak dari untaian bekerjalah engkau sepanjang waktu
ungkapan berikut: bekerja keras janganlah malu
semoga Allah memberkahi hidupmu
apa tanda Melayu jati, bekerja keras di mana pun jadi
apa tanda Melayu jati, bekerja tekun sampai ke mati wahai ananda buah hati bunda,
apa tanda Melayu jati, bekerja dengan sepenuh hati bekerjalah engkau sehabis daya
apa tanda Melayu jati, bekerja tidak nanti menanti supaya hidupmu tak sia-sia
apa tanda Melayu jati, bekerja tidak iri mengiri saudara mara tidak kecewa
apa tanda Melayu jati, bekerja dengan budi pekerti
apa tanda Melayu jati, tabah bekerja ke tengah ke tepi wahai ananda kesayangan ayah,
apa tanda Melayu jati, bekerja tidak membilang hari bekerja jangan ingatkan susah
apa tanda Melayu jati, bekerja tidak dengki mendengki tahankan olehmu penat dan lelah
apa tanda Melayu jati, bekerja tekun di jalan Ilahi supaya kelak hidupmu menakah
apa tanda Melayu jati, bekerja tidak karena dipuji
apa tanda Melayu jati, bekerja karena kesadaran diri wahai ananda dengarlah manat,
apa tanda Melayu jati, bekerja karena tahu diri bekerjalah engkau berhemat cermat
apa tanda Melayu bertuah, bekerja keras karena Lillah jauhkan sifat dengki khianat
apa tanda Melayu bertuah, bekerja tekun tiada menyalah supaya hidupmu tiada tersesat
apa tanda Melayu bertuah, menunaikan tugas tiada lengah Dalam untaian ungkapan lain juga
apa tanda Melayu bertuah, bekerja tidak mengenal lelah dikatakan:
apa tanda Melayu bertuah, rajin bekerja mencari nafkah
apa tanda Melayu bertuah, dalam bekerja ia menakah kalau hendak meraja, elokkan kerja
apa tanda Melayu bertuah, bekerja keras sampai ke tua kalau hendak menghulu, bekerja tahu
apa tanda Melayu bertuah, dalam bekerja ia semenggah kalau hendak terpandang, ringankan tulang
apa tanda Melayu bertuah, bekerja tekun pada yang berfaedah kalau hendak ternama, peluh jangan dikira
apa tanda Melayu bertuah, dalam bekerja tahan bersusah kalau hendak mendapat, carilah kerja yang bermanfaat
apa tanda Melayu bertuah, terhadap bekerja tiada berkilah kalau hendak berjaya, tulang urat jangan berkira
apa tanda Melayu bertuah, terhadap bekerja tiada membantah kalau hendak beruntung, bekerja jangan tanggung
kalau hendak beruntung, dalam bekerja berhitung-hitung

20 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


kalau hendak berlaba, dalam bekerja pandai berkira sebagai “kerja menyalah” yang dipantangkannya.
kalau hendak berlaba, sebarang kerja hendaklah coba Mereka juga menjelaskan akibat buruk dari “kerja
kalau hendak selamat, jangan berkira tulang urat menyalah” ini, baik bagi diri pelakunya maupun
bagi masyarakat, bangsa, dan negaranya. Di dalam
kalau hendak dikasih orang,
dalam bekerja berpantang curang
ungkapan dikatakan:
sakit sempit pantang mengerang
masa jangan dibuang-buang yang disebut kerja menyalah:
cepatkan tangan ringankan tulang menyalahi syarak beserta sunnah
menyalahi adat dengan lembaga
menyalahi undang dengan hukumnya
Secara khusus, orang tua-tua memberi
menyalahi petuah dengan amanahnya
tunjuk ajar dalam memilih pekerjaan yang
menyalahi tunjuk dengan ajarnya
baik dan benar, yaitu pekerjaan yang halal dan menyalahi soko dengan pusaka
bermanfaat. Dalam untaian ungkapan tunjuk ajar
dikatakan:
1.2.9 Percaya Diri dan Mandiri
mencari kerja hendaklah bijak,
Sikap mandiri dan percaya diri adalah sikap
pilih yang sesuai menurut syarak
hidup yang terpuji dan mulia. Kemandirian dan
mencari kerja hendaklah ingat,
pilih yang sesuai menurut adat percaya diri merupakan puncak dari kemampuan
mencari kerja hendaklah faham, seseorang untuk tegak dan kokoh di atas kakinya
pilih yang sesuai menurut Islam sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain.
mencari kerja hendaklah berilmu, Sikap mandiri dan percaya diri dalam kehidupan
pilih yang sesuai dengan dirimu orang Melayu disebut “sifat jantan”, “sifat laki-laki”,
mencari kerja hendaklah pandai,
atau “teguh hati, berani berjalan sendiri”. Sebutan
pilih olehmu yang bermanfaat
lain terhadap orang yang mandiri dan percaya
diri adalah “duduk tidak bersandar, tegak tidak
Yang disebut kerja berfaedah:
pertama, tidak menyalahi agama bertongkat”. Orang tua-tua mengatakan, “kalau
kedua, sejalan dengan adat lembaga hendak menjadi orang, jangan menumpang
ketiga, tidak membuat rusak binasa di ketiak orang”, yang artinya bila hendak
keempat, tidak menurutkan selera menjadi orang, yakini menjadi manusia yang
kelima, tidak sia-sia sempurna lahiriah dan batiniah, maka jangan
keenam, tidak menyalah
menggantungkan diri kepada orang lain.
yang dikatakan kerja bermanfaat:
Di dalam tunjuk ajar melayu dikatakan
tidak menyalahi syarak dan adat
tidak membawa mudarat pula,” apa tanda orang yang bijak, di kaki
tidak sesat menyesat sendiri ianya tegak”. Orang tua-tua menjelaskan,
tidak membawa laknat bahwa dapat hidup mandiri, setiap anggota
tidak umpat mengumpat masyarakat harus mendidik anak-anaknya sejak
tidak lipat melipat dini ke arah sikap hidup mandiri dan percaya
tidak cacat mencacat
diri. Dalam ungkapan dikatakan, “supaya besar
dapat tegak, sejak kecil hendaklah pinak”, yang
Orang tua-tua Melayu dengan tegas
artinya bila anak kemenangan mereka mampu
menyebutkan pula apa saja yang dianggap
berdiri sendiri dan percaya diri, maka sejak kecil

Nilai-nilai Asas Jati Diri 21


hendaklah ditanamkan nilai-nilai luhur yang wahai ananda dengarlah madah,
dapat membentuk kepribadian anak ke arah yang hidup di dunia bersusah payah
di inginkan itu. Dalam ungkapan lain dikatakan, kokohkan tegak janganlah goyah
bulatkan hati jangan terbelah
“supaya dapat berdiri sendiri, sejak kecil petunjuk
diberi” atau “supaya tidak menyusahkan orang, wahai ananda cahaya mata,
tunjuk dan ajar jangan kurang”. bantuan orang jangan dicinta
Untuk melihat kandungan isi tunjuk ajar manfaatkan segala sendi anggota
yang berkaitan dengan sikap mandiri dan percaya di kaki sendiri engkau bertahta
diri ini, dapat disimak dari untaian ungkapan
dibawah ini : wahai ananda intan terpilih,
kokohkan tegak jangan beralih
pertolongan orang usah ditoleh
apa tanda Melayu jati,
kemampuan sendiri jadikan benih
di kaki sendiri ia berdiri
apa tanda Melayu jati,
wahai ananda intan dikarang,
tegak di atas kaki sendiri
jangan bergantung kepada orang
apa tanda Melayu jati,
tegak sendiri janganlah goyang
percaya teguh ke diri sendiri
kuatkan hati jangan lah bimbang
apa tanda Melayu jati,
hatinya tidak berbelah bagi
wahai ananda kekasih bunda,
apa tanda Melayu jati,
kepada dirimu engkau percaya
hidup menumpang ia tak sudi
bulatkan tekat sehabis daya
apa tanda Melayu jati,
tegap berdiri kuat melangkah
percaya kepada kemampuan diri
apa tanda melayu terbilang,
pantang menumpang tuah orang Dalam untaian ungkapan lain juga
apa tanda melayu terbilang, dikatakan:
pantang menyelip di ketiak orang
apa tanda melayu terbilang, apa tanda orang berbudi,
ke diri sendiri ia berpegang tegak di atas kaki sendiri
apa tanda melayu terbilang, pahit dan pedih ia hadapi
berani tegak dalam gelanggang bantuan orang ia hindari
apa tanda melayu terpandang, petuah amanah ia taati
tegaknya tidak menyusahkan orang menghadapi musuh tiada lari
apa tanda melayu terpandang,
bangkit tidak ditolong orang apa tanda orang berbudi,
apa tanda melayu bertuah, hidup percaya ke diri sendiri
tegaknya tidak mengharap dipapah memikul beban ia berani
pahit getir ia hadapi
Di dalam untaian syair juga dikatakan: tidak mengharap orang memberi
tidak pula membesarkan diri
wahai ananda dengarlah madah,
hidup di dunia tidaklah mudah apa tanda orang beradat,
kuatkan kakimu dalam melangkah percaya diri serta bertingkat
teguhkan hati jangan menyerah hidup dengan teguh semangat
tidak memilih ringan dan berat

22 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


apa tanda orang beradat, Keutamaan budi di dalam kehidupan orang
percaya diri menjadi sifat Melayu dapat disimak dari ungkapan tunjuk ajar
hidup sendiri menjadi niat di bawah ini:
hatinya teguh pikiran bulat
bekerja tidak mengenal penat
mati semut karena manisan,
bergaul tidak jilat menjilat
mati Melayu karena budi

1.2.10 Budiman apa tanda Melayu jati, bertanam budi sebelum mati
Bertanam budi dan membalas budi apa tanda Melayu jati, termakan budi ianya mati
merupakan perbuatan mulia dan terpuji. Orang apa tanda Melayu jati, hidup ikhlas menanam budi
tua-tua mengatakan, ”bila sudah termakan budi, apa tanda Melayu jati, elok perangai mulia pekerti
di sanalah tempat Melayu mati”. Dalam kehidupan apa tanda Melayu jati, sakit senang menanam budi
apa tanda Melayu jati, hidupnya tahu membalas budi
Melayu, sebutan ”orang berbudi” melambangkan
apa tanda Melayu jati, membalas budi sampailah mati
perilaku terpuji, mulia, dan dihormati oleh
apa tanda Melayu jati, karena budi berani mati
masyarakatnya. Sebaliknya, jika disebut ”tak tahu apa tanda Melayu terpilih, bertanam budi tiada memilih
budi” atau “tak membalas budi”, maka seseorang apa tanda Melayu pilihan, membalas budi ia utamakan
dianggap jahat, tak tahu adat, berprilaku buruk apa tanda Melayu pilihan, membalas budi ia dahulukan
dan hina, dibenci dan dijauhi masyarakatnya. apa tanda Melayu pilihan, bertanam budi jadi amalan
Orang tua-tua juga menegaskan, bahwa sebaik-
baik manusia adalah orang yang tahu berbudi dan Dalam untaian syair tunjuk ajar dikatakan:
tahu pula membalas budi.
wahai ananda ibu bermadah,
Dalam ungkapan dikatakan, ”hal hidup
Membalas budi janganlah lengah
berbudi, sempurnalah ia mati”, yang maksudnya
Budi termakan hutang tak sudah
bila seseorang selama hayatnya beramal saleh Balas olehmu karena Lillahi
dengan menanam kebajikan, berbuat kebaikan, wahai ananda intan karang,
dan berbudi kepada makhluk Tuhan, maka Bertanam budi janganlah kurang
pahalanya akan menyelamatkannya, baik ketika Kalau termakan budinya orang
di dunia maupun ketika di akhirat. Karena budi Balas olehmu pagi dan petang

tidak dapat dibalas seperti membayar hutang harta


wahai ananda intan terpilih,
benda, maka seseorang yang sudah termakan budi
menanam budi berhati bersih
maka akan terus terkenang selama hidupnya. membalas budi janganlah jerih
Dalam ungkapan dikatakan ”hutang emas dibayar niat yang suci jangan dialih
emas, hutang budi dibawa mati”. Namun demikian,
adalah menjadi kewajiban bagi mereka yang wahai ananda cahaya mata,
termakan budi itu untuk membalasnya, bukan banyakkan berbudi dari berkata
termakan budi balaslah segera
dengan rupiah, ringgit, atau sejenisnya, tetapi
supaya hidupmu tiada nista
dengan budi baik dan kebajikan pula. Acuan inilah
yang diwariskan turun menurun yang menjadi wahai ananda tambatan hati,
bagian tunjuk ajar Melayu. Hal ini menyebabkan bertanam budi jangan berhenti
kebanyakan orang Melayu berusaha supaya tidak membalas budi engkau ingati
termakan budi, tetapi sebaliknya berupaya untuk supaya hidupmu tidak terkeji
bertanam budi.

Nilai-nilai Asas Jati Diri 23


wahai ananda mustika ibu, apa tanda Melayu pilihan,
membalas budi hendaklah tahu bertanggung jawab memikul beban
budi yang mulia tempat bertumpu apa tanda Melayu pilihan,
perbuatan baik jadi amalmu melepaskan tanggung jawab ia pantangkan
apa tanda Melayu pilihan,
1.2.11 Bertanggung jawab bertanggung jawab berat dan ringan
Tunjuk ajar Melayu juga banyak apa tanda Melayu pilihan,
terhadap tanggung jawab tiada menyeman
mengungkapkan betapa pentingnya rasa tanggung
apa tanda Melayu bertuah,
jawab dalam kehidupan manusia. Setiap anggota
terhadap tanggung jawab tiada menyalah
masyarakat dituntut untuk hidup bertanggung apa tanda Melayu bertuah,
jawab, baik terhadap diri, keluarga, masyarakat, bertanggung jawab senang dan susah
maupun bangsa dan negaranya. Orang tua- apa tanda Melayu bertuah,
tua mengatakan, “orang beradab, bertanggung bertanggung jawab menahan lapah
jawab”. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang apa tanda Melayu bertuah,
terhadap tanggung jawab tidak berkilah
yang menunjukkan rasa tanggung jawab tinggi
apa tanda Melayu bertuah,
akan dihormati dan dihargai masyarakat.
karena tanggung jawab mau dilapah
Sebaliknya, orang yang tidak bertanggung jawab apa tanda Melayu bertuah,
akan direndahkan, dilecehkan, bahkan diejek karena tanggung jawab mau bersusah
oleh masyarakat. Untuk menanamkan sikap apa tanda Melayu bertuah,
hidup bertanggung jawab, sejak kecil anak-anak tanggung jawabnya tiada berbelah
Melayu sudah diajar dan dilatih untuk memahami apa tanda Melayu beradat,
bertanggung jawab dalam berbuat
makna tanggung jawab dan ditunjukkan manfaat
apa tanda Melayu beradat,
bertanggung jawab dan kehinaan orang yang
terhadap tanggung jawab hatinya bulat
tidak bertanggung jawab.
Butir-butir tunjuk ajar Melayu yang Dalam untaian syair tunjuk ajar dikatakan:
berkaitan dengan tanggung jawab antara lain:
wahai ananda dengarlah pesan,
apa tanda Melayu jati, pakai olehmu sifat anak jantan
bertanggung jawab sampai ke mati bertanggung jawab dalam perbuatan
apa tanda Melayu jati, beban dipikul pantang dielakkan
terhadap tanggung jawab tiada lari wahai ananda intan pilihan,
apa tanda Melayu jati, sifat tanggung jawab engkau amalkan
bertanggung jawab sepenuh hati berani mencencang terpotong tangan
apa tanda Melayu jati, berani berhutang tumbuhlah beban
bertanggung jawab ke tengah ke tepi
apa tanda Melayu jati, wahai ananda permata hikmat,
bertanggung jawab pakaian diri tanggung jawab mu hendaklah ingat
apa tanda Melayu terbilang, berani menanggung sebab akibat
bertanggung jawab muka belakang berani berbuat tahan dikebat
apa tanda Melayu terbilang,
melepaskan tanggung jawab ia pantang wahai ananda intan terserlah,
apa tanda Melayu terbilang, bertanggung jawab dalam bertingkah
bertanggung jawab sakit dan senang berani menanggung sakit dan susah
berani mati mempertahankan lidah

24 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


1.2.12 Tahu Malu apa tanda Melayu jati,
Malu adalah sifat yang dijunjung tinggi malu berbuat yang tidak terpuji
oleh orang Melayu. Orang tua-tua mengatakan, apa tanda Melayu jati,
memelihara malu sepenuh hati
“kalau malu sudah hilang, hidupnya sama
apa tanda Melayu jati,
dengan binatang”. Dalam tunjuk ajar Melayu, malu bersifat dengki mendengki
sifat malu adalah cermin moral. Malu yang malu bersifat iri mengiri
dimaksud disini adalah malu berbuat kejahatan, malu bersifat khianat mengkhianati
malu melakukan pekerjaan tercela, malu berkata malu bersifat caci mencaci
kasar, malu menyombong, malu menipu, malu malu menyombong berbesar hati
berkhianat, malu berdurhaka, malu menjilat, malu malu mungkir menyalahi janji
malu makan kenyang sendiri
mengambil muka, malu merampas hak orang lain,
malu menolong meminta budi
malu berbuat semena-mena, malu melepaskan malu bercakap dan tinggi hati
kewajiban dan tanggung jawab, malu membuka malu meminta rajin memberi
aib orang, malu menyingkap keburukan orang, malu melagak membesarkan diri
dan sebagainya.
Di sisi lain, orang Melayu memantangkan apa tanda Melayu bertuah,
malu dalam hal-hal yang baik, misalnya malu malu hidup melanggar sumpah
malu mati menyalahi sunnah
menuntut ilmu, malu mengakui kesalahan dan
malu berbuat tidak semenggah
kebodohan diri sendiri, malu berterus terang, malu bercakap bercabang lidah
malu bertanggungjawab, malu melakukan malu kaya menganiaya yang susah
pekerjaan kasar yang halal, malu meminta petuah malu berkuasa memaksa yang rendah
dan amanah, dan sebagainya. malu bekerja yang tidak berfaedah
Orang tua-tua mengatakan: malu duduk kain tersimbah
malu tegak sumbang langkah
kalau malu berbuat ibadat, dunia akhirat hidup tersesat malu berkawan sunggah menyunggah
kalau malu bekerja, hidup pun sengsara malu bersaudara bantah membantah
kalau malu meminta nasehat, malu berkaum sanggah menyanggah
dunia akhirat hidup sengsara malu berbangsa ludah meludah
kalau malu beramal, alamat mati tak berbekal
Merujuk pada acuan tersebut, maka orang Orang tua-tua mengatakan, amatlah buruk
Melayu melarang malu di jalan kebaikan dan perangai orang yang menyingkapkan aib malu
menyuruh untuk malu berbuat keburukan. orang, sedangkan ia tidak menyadari aib malu
Dalam kehidupan orang Melayu, orang sendiri. Mereka juga mengatakan bahwa hidup
yang tidak beraib malu amatlah hina. Orang ini tidak beraib malu sama artinya dengan hidup
dianggap amat rendah, hina, dan dapat disamakan durjana, yakni menyalahi agama, adat, dan norma-
dengan hewan. Oleh karenanya, orang Melayu norma sosial yang bernilai luhur.
berusaha memelihara sifat malu sepanjang Di dalam ungkapan dikatakan:
hayatnya.
siapa tak tahu malu,
Pandangan orang Melayu terhadap sifat
tanda hatinya berbulu
malu dapat disimak dari ungkapan tunjuk ajar kalau aib disingkap-singkap,
berikut ini. tanda dirinya tiada beradab

Nilai-nilai Asas Jati Diri 25


siapa menyingkap aib orang, Malu yang dipantangkan,
tanda malunya sudah hilang malu berguru menuntut ilmu
siapa mendedahkan aib malu orang, malu bertanya kepada ulama
aibnya tak ada akal pun kurang malu menuntut kepada yang patut
siapa berbuat yang tidak patut, malu mengaji kepada yang ahli
tanda malunya sudah ke buntut malu memikul beban di bahu
siapa menjilat mencari pangkat, malu membayar hutang disandang
aibnya hilang, malu tak ingat malu menebus aib malu
siapa berlaku tidak senonoh, malu menghapus arang di kening
aib malunya sudah menjauh
siapa berbuat tidak semenggah, 1.2.13 Kasih Sayang dengan Sesama
aib malunya masuk pelimbah Kasih sayang adalah sifat terpuji yang
tanda hati sudah berkarat,
dijunjung tinggi dalam kehidupan orang Melayu.
aib malu ia tak ingat
Bagi mereka, berkasih sayang tidak hanya terbatas
tanda hati sudah berdaki,
aib dan malu tiada perduli dalam ruang lingkup keluarga dan kaum kerabat,
tetapi juga dalam bersahabat dan bermasyarakat.
Terdapat malu yang disuruh dan ada pula Orang tua-tua memberi petunjuk bahwa hidup
malu yang dilarang. Malu yang harus dikerjakan terpuji dan hidup mulia adalah hidup dengan
pada hakikatnya ialah malu melakukan atau berkasih sayang antar sesama, tanpa membedakan
berbuat yang tidak baik, berlaku tidak beradab, suku, bangsa, kedudukan, pangkat, kejayaan, dan
dan sebagainya. Malu yang dilarang atau malu sebagainya. Mereka juga menjelaskan bahwa hanya
yang dipantangkan ialah malu yang merugikan, dengan berkasih sayang, kehidupan yang aman
misalnya malu mengakui kebodohan diri sendiri, dan sejahtera serta kehidupan yang tertib dan
malu menuntut ilmu pengetahuan, malu minta damai dapat diwujudkan. Oleh karenanya, setiap
petuah amanah atau tunjuk ajar, malu melakukan anggota masyarakat hendaklah saling mengasihi,
perbuatan baik dan terpuji, malu bergaul, malu saling menghormati, saling menghargai, dan
mengakui kesalahan sendiri, malu bertanggung saling menolong dengan ikhlas. Para tetua
jawab, malu membela kebenaran, malu mengatakan apabila kehidupan berumah tangga,
menegakkan keadilan, malu berkata benar, malu bermasyarakat, dan berbangsa tidak dilandasi oleh
mempertahankan yang hak, dan sebagainya. rasa saling mengasihi, saling menghormati, dan
Di dalam untaian ungkapan dikatakan: saling menghargai, maka lambat laun masyarakat
itu akan rusak dan menemui kehancurannya.
yang disebut malu elok, Dalam ungkapan dikatakan, “kalau hidup berkasih
malu berbuat tidak senonoh sayang, negeri damai, hidup pun tenang” atau
malu bertengkar membuat gaduh “karena kasih, lenyap selisih”.
malu bekerja tidak semenggah
Sebaliknya juga dikatakan, “kalau hidup
malu bekerja tidak menyudah
benci membenci, bangsa rusak binasalah
malu bekerja tidak berfaedah
malu bekerja tidak amanah negeri”. Dalam adat dan tradisi Melayu, upaya
malu melanggar perintah Allah menumbuhkan rasa kasih sayang dimulai
malu menyimpang dari sunnah sejak dini dan dilakukan dalam lingkungan
malu menyalahi adat lembaga keluarga, tetangga, sahabat handai, saudara mara,
malu menghabiskan harta pusaka masyarakat, dan bangsa. Anak-anak mereka

26 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


diajarkan tentang kelebihan hidup berkasih sayang 1.2.14 Tahu Hak dan Milik
dengan ditunjukkan contohnya dalam kehidupan Orang Melayu menjunjung tinggi hak dan
sehari-hari. Dengan demikian, terwujudlah rumah milik, baik yang dimiliki pribadi, masyarakat, atau
tangga sejahtera dan berkasih sayang, pergaulan penguasa. Orang tua-tua mengatakan, “yang hak
yang saling menghormati, dan masyarakat yang berpunya, yang milik bertuan”. Ungkapan adatnya
aman dan damai. Untuk mengetahui sejauh mana mengatakan, “hak orang kita pandang, milik
orang Melayu memiliki nilai luhur dalam berkasih orang kita kenang, pusaka orang kita kandang”,
sayang, dapat dilihat dalam ungkapan berikut: yang maksudnya adalah hak dan milik orang
apa tanda Melayu jati, wajib dipandang, dikenang, dipelihara, dihormati,
kasih sayangnya sampai mati dan dijunjung tinggi. Mengambil hak milik, harta,
apa tanda Melayu jati,
atau pusaka orang lain secara semena-mena
berkasih sayang sepenuh hati
sangat dipantangkan, karena menyalahi syarak
apa tanda Melayu jati,
berkasih sayang ke tengah ke tepi dan adat istiadatnya. Merampas atau menguasai
apa tanda Melayu bertuah, hak milik orang secara tidak halal atau tidak sah
berkasih sayang sesama manusia dianggap sebagai perbuatan terkutuk dan diyakini
apa tanda Melayu bertuah, akan dilaknat oleh Allah. Dalam ungkapan adat
kasih tiada memilih bangsa dikatakan, “apa tanda orang terkutuk, mengambil
sayang tiada memandang harta
milik orang ia kemaruk” atau “apa tanda orang
apa tanda Melayu bertuah,
celaka, mengambil hak orang semena-mena”.
berkasih sayang dengan hamba Allah
apa tanda Melayu bertuah, Acuan tersebut menyebabkan orang
berkasih sayang tiada menyalah Melayu dengan amat hati-hati menjaga hak
apa tanda Melayu bertuah, milik orang lain dan memelihara hak miliknya.
kasih sayangnya tiada memilah Oleh karenanya, dahulu, bila terjadi perselisihan
Tunjuk ajar Melayu menyebutkan pula akibat mengenai hal milik, maka orang Melayu lazimnya
buruk bila anggota masyarakat meninggalkan akan “mengalah”. Ia mengalah bukan karena
kehidupan berkasih sayang, meninggalkan rasa takut kepada lawannya, tetapi karena ia takut
kasih mengasihi, membuang rasa hormat, dan melanggar syarak dan takut melanggar adat,
tidak saling menghargai. sebab kemungkinan ia termakan hak orang lain.
Di dalam ungkapan dikatakan: Sifat “mengalah” orang Melayu ini kadangkala
dimanfaatkan orang lain untuk menguasai hak
kalau hidup membuang kasih,
milik mereka. Kelapangan dada dan kebesaran
banyak bertengkar dengan selisih
jiwa orang Melayu yang mau bertolak ansur, tidak
kalau hidup membuang sayang,
sengketa tumbuh muka belakang loba, dan tidak tamak terhadap harta tidak jarang
kalau tak mau berkasih sayang, menyebabkan mereka dirugikan pihak lain yang
celaka tiba malang pun datang serakah, bahkan mau “bertikam bunuh” karena
kalau tak mau berkasih sayang, memperebutkan harta.
dengan saudara parang memarang Orang tua-tua Melayu mengatakan, bahwa
kalau tak mau berkasih sayang,
orang Melayu mampu dan berani pula ‘bertikam
alamat badan masuk pelubang
bunuh’ dalam mempertahankan hak miliknya,
terutama bila menyangkut harkat, martabat, tuah
dan marwah atau harga dirinya. Namun, sepanjang

Nilai-nilai Asas Jati Diri 27


bila bertolak ansur dan sepanjang tidak merusak hak miliknya ia cermati hak milik orang ia hormati
atau pun menimbulkan aib malu, maka orang apa tanda Melayu jati,
Melayu selalu mau mengalah dan mau berkorban, terhadap hak milik berhati-hati
apa tanda Melayu jati,
apalagi untuk menolong sesama makhluk yang
memanfaatkan hak milik berhati-hati
memerlukannya. apa tanda Melayu jati,
Kenyataan sejak dahulu menunjukkan, membela yang hak berani mati
bahwa para pendatang selalu diberi tempat apa tanda Melayu jati,
berteduh, bahkan banyak pula di antaranya membela hak milik menahan cemeti
yang diberi “hutan tanah”, tempat mereka hidup apa tanda Melayu jati,
berketurunan. Pemberian itu ada yang dilakukan memelihara hak milik sepenuh hati
apa tanda Melayu bertuah,
oleh penguasanya dan banyak pula yang diberikan
terhadap hak milik ia amanah
secara kekeluargaan oleh anggota masyarakat apa tanda Melayu bertuah,
Melayu, termasuk memberikan hak milik terhadap hak milik tiada menyalah
pribadinya.
Orang tua-tua juga mengingatkan supaya Tunjuk ajar Melayu mengingatkan pula,
anak kemenakan atau pun anggota masyarakatnya agar orang tidak berbuat semena-mena atau
tidak menuruti hawa nafsu dan menjauhkan sifat menyalah terhadap hak milik, harta, pusaka,
loba dan tamak kepada harta. Kalaupun memiliki atau kepunyaan orang lain. Bahkan, tunjuk ajar
harta benda, hendaknya dipelihara dengan baik Melayu juga menganjurkan agar masyarakatnya
dan benar supaya dapat memberikan manfaat bagi memelihara hak milik, harta, dan pusaka sendiri
kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat. dengan cermat. Orang tua-tua memberi petunjuk
Salah satu cara pemanfaatannya adalah dengan bahwa siapa pun yang berbuat tidak senonoh
memberikan harta itu kepada siapa saja yang terhadap hak milik, harta, dan pusaka orang lain,
benar-benar memerlukannya atau diwakafkan maka ia akan mendapat keburukan, dibenci, dan
untuk kepentingan umum. dikutuk orang, serta akan mendapat siksaan di
Prinsip ini pula yang mendorong orang tua- akhirat kelak. Hal ini dikarenakan pelanggaran
tua dahulu untuk bekerja keras membuat kebun hak milik dengan merampas, menguasai, atau
yang luas atau kebun tanaman keras. Mereka memakan hak milik yang tidak halal, tidak saja
bercocok tanam bukan untuk kepentingan mereka melanggar adat lembaga, tetapi diharamkan pula
sendiri, tetapi lebih diniatkan untuk anak cucunya oleh agama.
di belakang hari atau untuk kepentingan umum. Akibat perbuatan buruk terhadap hak
Sampai sekarang, hal ini masih dapat dilihat milik, harta, dan pusaka tercermin dalam untaian
dengan masih banyaknya kebun tua yang hasilnya ungkapan di bawah ini:
dapat dinikmati anak cucunya secara turun
temurun. siapa mengambil hak milik orang,
Untuk mengetahui sejauh mana orang dunia akhirat hidup mengerang
Melayu memandang, memanfaatkan, dan siapa memakan barang yang haram,
di dunia celaka, di akhirat jahanam
memelihara hak milik dapat disimak dari untaian
siapa merampas hak milik orang,
ungkapan berikut: azabnya keras bukan kepalang
siapa merampas harta pusaka,
apa tanda Melayu jati, dunia akhirat kena pedaka

28 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


1.2.15 Musyawarah dan Mufakat oleh orang yang patut dan layak, juga harus
Salah satu sandaran adat Melayu adalah memelihara ketertiban dan adat istiadatnya. Di
musyawarah dan mufakat. Orang tua-tua antara adat istiadat bermusyawarah adalah:
mengatakan,”tegak adat karena mufakat, tegak - lidah diberi bergelangganan, maksudnya,
tuah karena musyawarah”. Acuan ini menyebabkan setiap orang bebas mengeluarkan pendapat
mereka amat menghormati, menjunjung tinggi, dan pikiran.
dan memuliakan musyawarah dan mufakat dalam - tangan bebas menjangkau, kaki bebas
kehidupan sehar-hari. Apapun bentuk rancangan melangkah, maksudnya, setiap orang bebas
dan pekerjaan, baik bersifat pribadi, keluarga, atau menyampaikan kritik atau sanggahan, bebas
umum harus dimusyawarahkan, setidak-tidaknya memberikan contoh, dan sebagainya.
dalam lingkungan terbatas. - duduk sama rendah, tegak sama tinggi,
Orang Melayu menyadari bahwa tanpa maksudnya, dalam bermusyawarah,
musyawarah selain dianggap melecehkan hakikatnya setiap orang memiliki hak
adat istiadat, pekerjaan yang dirancang juga dan kewajiban yang sama. Tidak ada yang
akan mengalami hambatan dan sulit untuk memaksa atau berbuat semena-mena dan
dilaksanakan. Mereka memahami benar, bahwa tidak ada yang merasa lebih berkuasa atau
melalui musyawarah dan mufakat, tunjuk ajar lebih menentukan dibanding yang lainnya.
dapat dikembangkan bersama dengan pikiran, Sebenarnya, masih banyak adat istiadat
ide, atau gagasan yang dapat disalurkan. Dalam musyawarah dan mufakat yang pada hakikatnya
ungkapan adat dikatakan, “di dalam musyawarah, bertujuan untuk mewujudkan kelangsungan
buruk baiknya akan terdedah” atau “di dalam musyawarah dan mufakat yang murni, sehingga
mufakat, berat ringan sama diangkat”. hasilnya benar-benar mencerminkan aspirasi,
Menurut adat dan tradisi Melayu, bila pikiran, dan kesepakatan semua anggota
tercapai kesepakatan dalam musyawarah, maka musyawarah. Orang tua-tua mengatakan pula,
kesepakatan itu menjadi tanggung jawab bersama bahwa musyawarah dan mufakat yang dilakukan
dan tidak boleh diabaikan. Semua pihak yang menyimpang dari adat istiadatnya tidak dianggap
terlibat tidak boleh berlepas tangan. Siapa pun sebagai musyawarah dan mufakat yang benar,
yang menyalahi kesepakatan dianggap melanggar dan dengan demikian maka keputusannya pun
adat dan ia menjadi hina dalam pandangan tidak wajib ditaati. Musyawarah dan mufakat
masyarakatnya. Melanggar kesepakatan amat yang menyalahi adat ini disebut “musyawarah
memalukan, baik bagi diri maupun keluarga dan menyalah, mufakat tak beradat” atau “musyawarah
masyarakat. dibuat-buat, mufakat kelat mengkelat”.
Orang tua-tua mengatakan,”bila bulat Untuk mengetahui keutamaan musyawarah
mufakat, berat ringan wajib diangkat”, sebaliknya dan mufakat dalam kehidupan orang Melayu,
“siapa ingkar dari mufakat, tanda dirinya tidak dapat menyimak untaian ungkapan tunjuk ajar
beradat”. Orang tua-tua mengatakan pula, bahwa berikut:
musyawarah dan mufakat adalah menjadi tempat
“kata putus”, maksudnya, melalui musyawarah apa tanda Melayu jati,
dan mufakat itulah diambil keputusan yang wajib musyawarah mufakat tempatnya mati
apa tanda Melayu jati,
dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakatnya.
musyawarah mufakat tempatnya berdiri
Musyawarah dan mufakat selain diikuti

Nilai-nilai Asas Jati Diri 29


apa tanda Melayu jati, tidak memuji karena tinggi
musyawarah mufakat ia taati tidak menjilat karena kuat
apa tanda Melayu jati, tidak mengampu karena berilmu
musyawarah mufakat sampai ke hati
apa tanda Melayu jati, Tunjuk ajar Melayu menyebutkan pula
musyawarah mufakat pegangan diri keburukan orang atau masyarakat yang tidak mau
apa tanda Melayu jati,
melakukan musyawarah dan mufakat.
musyawarah mufakat ia mengerti
Dalam ungkapan adat dikatakan:
apa tanda Melayu jati,
musyawarah mufakat ke tengah ke tepi
barang siapa meninggalkan mufakat,
sebarang kerja akan tersekat
Orang Melayu menyadari pula, bahwa
barang siapa meninggalkan musyawarah,
musyawarah dan mufakat baru dapat mencapai
sebarang kerja takkan semenggah
tujuan dan bermanfaat bila dilakukan dengan bila hidup tidak mufakat,
adat istiadatnya secara baik dan benar. Orang tua- celaka tumbuh sengketa mendekat
tua mengingatkan agar musyawarah dilakukan bila hidup tidak mufakat,
secara terbuka, jujur, dan bebas mengeluarkan banyaklah orang hidup melarat
pendapat dan tidak ada paksaan dengan tetap
mengutamakan persatuan dan kesatuan, duduk 1.2.16 Keberanian
sama rendah dan tegak sama tinggi, menghormati Orang Melayu menunjung tinggi sifat
pendapat dan pikiran orang lain, menjunjung berani, kesatria, taat, dan setia. Orang tua-tua
keadilan dan kebenaran, menjauhkan buruk mengatakan, “adat jantan berani, adat perempuan
sangka, mendahulukan kepentingan diri sendiri lembut hati”. Dalam ungkapan lain dikatakan, “siapa
atau kelompok tertentu, tidak pilih kasih, dan berani, ia terpuji; siapa penakut, ia akan hanyut”.
sebagainya. Sesuai dengan adat istiadatnya, Tunjuk ajar Melayu menunjukkan pula bahwa sifat
pelaksanaan musyawarah dan mufakat harus berani yang dijunjung tinggi dan dihormati adalah
benar-benar adil dan terbuka, bebas, dan tidak berani karena benar, berani pada yang hak, berani
ada paksaan. Musyawarah seperti ini akan menegakkan keadilan, berani menghapus arang
menghasilkan kata bulat yang menjadi tanggung di kening, berani di jalan Allah, dan sebagainya,
jawab, pegangan, dan acuan seluruh lapisan yang bersifat menuju dan mengacu pada kebaikan.
masyarakat. Orang tua-tua mengingatkan pula supaya tidak
Di dalam ungkapan dikatakan: “berani babi” atau berani membabi buta dan
adat musyawarah dalam mufakat: melarang berani membela yang buruk, berani
tidak menyalah pada agama melanggar agama, berani melanggar adat, dan
tidak merusak pada syarak sebagainya. Keberanian sangat diperlukan dalam
tidak menyesat dari adat kehidupan manusia, terutama untuk menegakkan
tidak menyimpang dari undang
keadilan, untuk membela kebenaran, dan untuk
tidak mencedera pada lembaga
memperjuangkan keperluan hidup, berusaha
tidak mencacat pada amanat
tidak melanggar tunjuk dan ajar mencari nafkah, membela bangsa dan negara,
tidak menyanggah petuah amanah dan sebagainya. Orang tua-tua mengatakan, “adat
tidak menyeman kepada iman lelaki berani mati, adat perempuan memelihara
tidak mengadu keras lidah kehormatan”.
tidak memandang keras tulang

30 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


Sifat orang Melayu yang mengutamakan apa tanda orang terkutuk,
sifat berani dapat disimak dari ungkapan tunjuk membela yang benar ia menyuruk
ajar berikut: apa tanda orang pengecut,
membela yang hak ianya takut
apa tanda orang celaka,
apa tanda Melayu jati, di jalan Allah berani mati
membela yang hak putihlah muka
apa tanda Melayu jati, menegakkan keadilan berani mati
apa tanda Melayu jati, membela yang hak lupakan mati
apa tanda Melayu jati, menebus malu tak ingat mati 1.2.17 Kejujuran
apa tanda Melayu jati, membela negeri sampai ke mati Tunjuk ajar Melayu amat banyak menyebut
apa tanda Melayu jati, pada yang benar tempatnya mati keutamaan sifat jujur, taat, setia, ikhlas, dan
apa tanda Melayu terbilang, di jalan Allah mati dan hilang bersih hati. Orang tua-tua mengatakan, “siapa
jujur, hidupnya mujur”. Orang Melayu berusaha
Dalam untaian ungkapan selanjutnya menanamkan sifat jujur kepada anak-anaknya
dikatakan: sejak dini. Dalam kehidupan sehari-hari, orang
mati kayu karena terbakar,
yang jujur, ikhlas, lurus, dan bersih hati dihormati
mati Melayu membela yang benar
dan disegani oleh masyarakat. Kejujuran selalu
dimana tempat Melayu mati,
pertama, membela agama Allah dijadikan teladan bagi anak-anak mereka.
kedua, membela anak isterinya Cerita-cerita rakyat lazim mencerminkan pula
ketiga, membela orang tuanya keberuntungan orang yang jujur dan keburukan
keempat, membela bangsanya orang yang tidak jujur. Dalam untaian ungkapan
kelima, membela negerinya tunjuk ajar Melayu, keutamaan kejujuran
keenam, membela hak miliknya
digambarkan antara lain dengan:
ketujuh, membela yang hak
delapan, membela yang benar
apa tanda Melayu jati, lurus dan jujur sampai ke hati
sembilan, membela yang adil
apa tanda Melayu jati, jujurnya tidak berbelah bagi
sepuluh, membela yang teraniaya
apa tanda Melayu jati, hidupnya jujur sampailah mati
sebelas, membela tuah dan marwah
apa tanda Melayu jati, lidahnya jujur hatinya suci
dua belas, membela adat lembaga
apa tanda Melayu jati, jujur di mulut, lurus di hati
tiga belas, membela saudara mara
apa tanda Melayu jati, karena jujurnya bau melati
empat belas, membela janji amanah
apa tanda Melayu jati, kepada kejujuran maulah mati
lima belas, membela aib malu
apa tanda Melayu jati, membela kejujuran berani mati
enam belas, membela soko pusaka
apa tanda Melayu terbilang, hatinya jujur dadanya lapang
tujuh belas, membela harkat dan martabat diri

Tunjuk ajar Melayu juga banyak


Dalam tunjuk ajar Melayu juga disebutkan
menggambarkan keburukan orang-orang yang
bagaimana buruknya sifat pengecut, tidak berani
tidak jujur, tidak ikhlas, tidak cacat, dan khianat
membela agama, takut membela keadilan dan
yang disebut sikap celaka atau dikatakan,
kebenaran, tidak berani membela yang lemah,
“menggunting dalam lipatan, telunjuk lurus
dan sikap sejenisnya. Orang yang tidak memiliki
kelingking berkait, angguk tidak geleng ya, lidah
keberanian untuk membela yang hak serta tidak
bercabang, lain di mulut lain di hati, lain di muka
berani membela keadilan dan kebenaran lazim
lain di belakang, bermuka dua”, dan sebagainya.
disebut “dayus” serta dihina oleh masyarakatnya.
Dalam ungkapan disebut:
Dalam ungkapan, keburukan orang
pengecut ini dikatakan:

Nilai-nilai Asas Jati Diri 31


apa tanda orang yang keji, lain di mulut lain di hati Ungkapan tunjuk ajar menunjukkan pula
apa tanda orang terkutuk, hati berbulu, lidah berkelok keburukan orang yang hidupnya tidak mau
apa tanda orang terlaknat, mulut busuk, lidah berkarat berhemat, tidak cermat, tidak pandai berjimat,
apa tanda orang durjana, lain kerja, lain bicara
tidak pandai berhitung dan sebagainya. Orang
apa tanda orang munafik, hati busuk, lidah terbalik
apa tanda orang mungkar, tak pernah jujur dalam menakar
tua-tua mengatakan, “siapa tak mau berhemat
cermat, alamat susah dunia akhirat”. Orang yang
1.2.18 Hemat dan Cermat tidak mau berhemat, apalagi hidup berfoya-foya
Hemat dan cermat adalah sifat terpuji atau bermewah-mewah, bekerja ceroboh, dan
dalam kehidupan orang Melayu. Orang tua- tidak memperhitungkan berbagai kemungkinan
tua mengatakan, “siapa hemat mendapat, siapa secara cermat dan jimat, oleh masyarakat
cermat selamat”. Acuan ini menyebabkan orang dianggap sebagai orang yang “berfikiran pendek”,
Melayu berusaha menanamkan nilai-nilai luhur “kurang akal”, “bebal”, “lupa diri”, dan sebagainya
yang berkaitan dengan hemat dan cermat kepada yang dibenci masyarakat. Mereka percaya, orang
anggota masyarakatnya. Mereka menyadari benar seperti ini hidupnya tidak akan selamat, baik di
tentang manfaat berhemat dan cermat. Dengan dunia maupun di akhirat.
berhemat, mereka terhindar dari sikap boros,
berfoya-foya, berbuat mubazir, dan sebagainya Di dalam ungkapan tunjuk ajar dikatakan:
yang tidak bermanfaat. Dengan berhemat, mereka
tidak hemat, hidup terjerat
dapat memperhitungkan berbagai kemungkinan
tidak cermat, hidup berulat
sehingga kehidupan dan ekonominya dapat
tidak hemat, lumat
berjalan lancar, memadai, dan mencukupi. Sikap tidak cermat, kiamat
cermat mendorong mereka untuk bersikap hati- kalau tidak berhemat cermat,
hati dan penuh perhitungan dalam hidupnya. kerja yang baik menjadi mudarat
Dengan sikap cermat, mereka mampu melakukan, kalau tidak berhemat cermat,
merancang, dan berusaha dengan baik dan benar. banyak usaha takkan selamat
kalau tidak berhemat cermat,
Kecermatan lazimnya menyebabkan seseorang
karam di laut sesat di darat
tidak berbuat semena-mena, tidak berbuat
kalau tidak berhemat cermat,
tanpa pengetahuan, tanpa pengetahuan, tanpa kawan menjauh rezeki tersumbat
pertimbangan, dan sebagainya. Dalam ungkapan
adat dikatakan, “orang hemat takkan melarat, 1.2.19 Rendah Hati
orang cermat takkan sesat”. Salah satu sifat terpuji dalam budaya Melayu
Dalam tunjuk ajar Melayu, keutamaan lainnya adalah sifat rendah hati. Sikap ini secara
hemat dan cermat ini digambarkan dengan turun temurun dikekalkan dalam kehidupan
ungkapan sebagai berikut: mereka sebagai jati dirinya. Konon, istilah
“Melayu” itu pun berasal dari “melayukan diri”,
apa tanda Melayu jati, hemat cermat sebarang pekerti
yakni merendahkan hati, berlaku lemah lembut,
apa tanda Melayu jati, hemat cermat pakaian diri
apa tanda Melayu jati, hemat cermat duduk berdiri
dan berbuat ramah tamah. Oleh karenanya,
apa tanda Melayu jati, hemat cermat memelihara budi orang Melayu umumnya menjauhi sifat angkuh,
apa tanda Melayu bertuah, hemat cermat dalam melangkah mengelakkan sombong dan pongah, menghindari
apa tanda Melayu bertuah, hemat cermat sebarang tingkah berkata kasar, dan tidak mau membesarkan diri
sendiri.

32 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


Orang tua-tua mengatakan, “adat Melayu Dalam ungkapan dikatakan:
merendah selalu”. “Merendah” yang dimaksud di
sini ialah merendahkan hati, bermuka manis, dan apa tanda orang celaka,
berlembut lidah, tidak “rendah diri” atau pengecut. sifatnya sombong bercampur pongah
apa tanda orang yang keji, s
Sifat rendah hati adalah cerminan dari kebesaran
uka membesarkan diri sendiri
hati, ketulusikhlasan, tahu diri, dan menghormati
apa tanda orang tak senonoh,
orang lain. kemana pergi sifatnya angkuh
Dengan sifat “rendah hati” ini orang apa tanda orang merugi,
Melayu lazim terlihat sederhana, baik dalam cakap besar lagak meninggi
berpakaian maupun dalam kelengkapan rumah apa tanda orang tercela,
tangganya. Sifat ini merupakan kebalikan dari tinggi hati besar kepala
apa tanda orang terkutuk,
sifat yang suka memamerkan kekayaan. Orang
sifat sombong perangai pun buruk
yang sengaja menonjolkan kekayaan harta,
apa tanda orang terlaknat,
pangkat, kepandaian, keturunan, dan kedudukan, membanggakan diri ke laut ke darat
lazim disebut sebagai orang besar kepala, bengak, apa tanda orang yang hina,
sombong, pongah, besar mulut, tinggi hati, tak suka melagak semena-mena
tahu diri, dan sebagainya. Orang seperti ini tidak apa tanda orang yang nista,
disenangi oleh masyarakat, bahkan mereka diejek cakap besar dadanya hampa
kalau hidup suka menyombong,
serta direndahkan dalam pergaulan. Orang tua-tua
lambat laut perut pun gembung
mengatakan pula, “siapa suka berlagak sombong,
kalau hidup angkuh dan sombong,
dadanya hampa kepalanya kosong”. Sebaliknya, alamat badan ditimpa tembung
orang yang rendah hati disanjung, dipuji, dan kalau hidup suka melagak,
dihormati oleh masyarakatnya. lambat laun kepala bengkak
Sikap orang Melayu yang mengutamakan kalau hidup besar kepala,
sifat “rendah hati” dapat disimak dari ungkapan lambat laun ditimpa bala
kalau hidup bersikap angkuh,
tunjuk ajar berikut:
lambat laun kena pelupuh

apa tanda Melayu jati, budi halus dan rendah hati


1.2.20 Baik Sangka
apa tanda Melayu jati, lemah lembut sebarang pekerti
apa tanda Melayu jati, sesama umat ia hormati Tunjuk ajar Melayu mengajarkan pula
apa tanda Melayu jati, pantang baginya membesarkan diri agar setiap anggota masyarakat selalu bersangka
apa tanda Melayu jati, sifatnya tidak tinggi hati baik terhadap sesama makhluk. Orang tua-
apa tanda Melayu jati, lidahnya lunak pantang meninggi tua mengatakan, “adat orang baik-baik, selalu
apa tanda Melayu terbilang, hatinya rendah dadanya lapang bersangka baik”. Mereka menjelaskan, bahwa
Tunjuk ajar Melayu menyebutkan pula dengan bersangka baik persatuan dan kesatuan
keburukan orang yang suka membanggakan masyarakat dan bangsa serta kerukunan dalam
diri, besar kepala, sombong, angkuh, bercakap sehari-hari akan terpelihara. Sebaliknya, bila
besar, dan merendahkan orang lain. Sikap yang hidup penuh dengan kecurigaan dan bersangka
bertentangan dengan rendah hati amat dibenci buruk hanya akan menumbuhkan fitnah
orang Melayu. Jika ada orang yang berperilaku memfitnah, tomah menomah, iri mengiri,
buruk, ia akan disisihkan dan dilecehkan oleh dengki mendengki, dan sebagainya yang dapat
masyarakat.

Nilai-nilai Asas Jati Diri 33


menimbulkan perpecahan dan permusuhan. Hal apa tanda Melayu terbilang,
ini dapat pula menggoyahkan persatuan, kesatuan berbaik sangka kepada orang
dan kerukunan masyarakat. apa tanda Melayu terbilang,
berbaik sangka muka belakang
Mereka menjelaskan lagi bahwa kehidupan
apa tanda Melayu beradat,
bersangka baik menyebabkan tali persaudaraan berbaik sangka sesama umat
antara sesama bangsa, kaum, dan sahabat tetap apa tanda Melayu beradat,
kokoh. Bersangka baik mencerminkan perilaku bersangka baik jauh dan dekat
terpuji yang menjadi darah daging orang Melayu.
Mereka dengan ikhlas menyambut siapa saja yang Orang tua-tua melalui tunjuk ajarnya
tiba. Sikap inilah yang sejak dahulu menyebabkan mengingatkan pula tentang keburukan sifat orang
orang Melayu dikenal ramah-tamah dan terbuka. yang bersangka buruk dan berhati jahat terhadap
Sikap bersangka baik ini pula yang kadangkala sesama manusia.
dimanfaatkan orang lain untuk “menipu” orang Dalam ungkapan dikatakan:
Melayu.
Orang tua-tua mengingatkan, walaupun siapa suka bersangka buruk,
orang bersangka buruk, tetapi orang Melayu lambat laun kepalanya pesuk
siapa suka bersangka buruk,
hendaklah tetap bersangka baik tanpa memandang
budinya jahat hatinya busuk
suku dan bangsa. Ungkapan adat mengatakan, siapa suka bersangka buruk,
“apa tanda orang mulia, berbaik sangka sesama orang melaknat, hidup pun teruk
manusia”. Dalam ungkapan lain dikatakan, siapa suka bersangka buruk,
“siapa hidup berbaik sangka, dunia akhirat hidup ke dalam majelis tidak kan masuk
sentosa”. Sebaliknya, orang yang selalu bersangka siapa suka bersangka buruk,
buruk terhadap orang lain amatlah dibenci dan ke tengah ke tepi orang mengutuk
siapa suka bersangka buruk,
dipantangkan. Orang tua-tua mengatakan, “siapa
dunia akhirat akan terpuruk
hidup bersangka buruk, dunia akhirat kena kutuk”.
Acuan di atas menyebabkan orang Melayu selalu 1.2.21 Sifat Perajuk
bersangka baik kepada siapa saja. Mereka dengan Sifat perajuk adalah cerminan dari sifat
ikhlas dan berlapang dada menyambut kedatangan lemah semangat, rendah hati, berpikiran sempit,
orang lain dan berusaha untuk membantu dan pemalu, cepat putus asa, dan tidak memiliki
menyenangkan. keberanian serta harga diri. Orang Melayu amat
Sikap orang Melayu yang menjunjung memantangkan anggota masyarakatnya memiliki
tinggi sifat bersangka baik ini dapat dilihat dari sifat perajuk. Dalam tunjuk ajar Melayu amat banyak
ungkapan tunjuk ajar berikut: ungkapan yang melarang anggota masyarakatnya
menjadi perajuk dan menggambarkan berbagai
apa tanda Melayu jati,
bersangka baik berlurus hati keburukan sifat perajuk itu. Dalam kehidupan
apa tanda Melayu jati, sehari-hari, sifat perajuk dianggap hina dan
bersangka buruk ia jauhi tidak bertanggung jawab. Selain dijadikan bahan
apa tanda Melayu bertuah, ejekan, bahan cemooh, dan dilecehkan, orang
bersangka baik pada manusia perajuk lazim tidak diikutsertakan dalam berbagai
apa tanda Melayu bertuah,
kegiatan. Orang perajuk, sadar atau tidak, akan
berbaik sangka pada makhluk Allah

34 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


tersingkir dari kehidupan masyarakatnya. Orang Di dalam untainan ungkapan selanjutnya
tua-tua mengatakan, “orang perajuk mati hanyut”, dikatakan:
“orang perajuk hidupnya teruk”, atau “orang
perajuk mati terpuruk”. orang perajuk, hatinya bengkok
Dalam ungkapan tunjuk ajar Melayu orang perajuk, akalnya busuk
orang perajuk, hidupnya teruk
disebut:
orang perajuk, dimakan kutuk
orang perajuk, perangainya buruk
apa tanda Melayu jati, daripada merajuk eloklah mati
apa tanda Melayu jati, sifat perajuk ia jauhi
Bila menyimak ungkapan tunjuk ajar di
apa tanda Melayu jati, rajuk merajuk ianya benci
apa tanda Melayu budiman, sifat merajuk ia haramkan atas dengan teliti, tampak bahwa pada hakikatnya
apa tanda Melayu budiman, daripada merajuk biar tak makan orang Melayu sangat menjauhi sifat perajuk itu.
apa tanda Melayu budiman, daripada merajuk biar terlendan Gambaran keburukan sifat perajuk yang tersirat di
apa tanda Melayu budiman, menjadi perajuk ia pantangkan dalam ungkapan-ungkapan tersebut menunjukkan
apa tanda Melayu beriman, rajuk merajuk ia jauhkan bahwa orang Melayu membenci perilaku perajuk
apa tanda Melayu beriman, daripada merajuk biar terhumban
dalam bentuk apa pun juga. Dengan demikian,
apa tanda Melayu terbilang, daripada merajuk rela terbuang
tentulah keliru bila ada anggapan bahwa orang
apa tanda Melayu terbilang, daripada merajuk biarlah hilang
apa tanda Melayu berbangsa, daripada merajuk biar binasa Melayu bersifat perajuk atau suka merajuk.
apa tanda Melayu beradat, daripada merajuk biar melarat Kalaupun benar ada orang Melayu yang perajuk,
apa tanda Melayu beradat, daripada merajuk biar terkebat tentu ia sudah meninggalkan tunjuk ajarnya
apa tanda Melayu beradat, sifat perajuk ia melaknat dan sudah tercabut dari akar nilai-nilai luhur
Dalam untaian pantun tunjuk ajar budayanya. Kalau pun ada orang perajuk, tentu
disebutkan: berkait dengan kepribadiannya, bukan budayanya.
Jadi amat berlebihan bila menyamaratakan
pucuk putat batangnya bungkuk
orang Melayu sebagai perajuk, padahal yang
di bawah bukit tumbuh menjemba
merajuk hanya sebagian kecil saja. Orang tua-tua
buruklah sifat orang perajuk
salah sedikit lari ke rimba mengatakan, “karena nira setitik, rusak santan
sebelanga”, karena ada beberapa orang Melayu
apalah tanda batang keduduk yang dianggap perajuk, lalu semua orang Melayu
bila dipatah tunas tak tumbuh dianggap perajuk. Hal ini tentu tidak benar dan
apalah tanda orang perajuk perlu diluruskan.
bila disanggah lari menjauh

1.2.22 Tahu Diri


apalah tanda batang keduduk
Pada hakikatnya yang dimaksud dengan
tumbuh di bukit berbunga ungu
apalah tanda orang perajuk sifat “tahu diri” dalam acuan budaya Melayu
hatinya sempit akal pun beku adalah kesadaran diri pribadi terhadap hakikat
hidup, tujuan hidup, akhir hidup, serta berbagai
apalah tanda pindang terubuk hak dan kewajiban yang harus dipenuhinya, baik
kuahnya banyak perisa rasanya sebagai bagian masyarakat maupun sebagai hamba
apalah tanda orang perajuk
Allah. Orang tua-tua mengatakan, orang tahu
olahnya banyak lemah jiwanya
diri memiliki kesadaran tinggi dalam hidupnya.
Dengan tahu diri, ia akan tahu menempatkan

Nilai-nilai Asas Jati Diri 35


diri dalam pergaulan berumah tangga maupun tahu beban hidup dan mati
bermasyarakat. Orang tahu diri akan berkelakuan tahu hutang yang akan diisi
terpuji, karena ia telah memahami kekurangan dan
apa tanda Melayu jati:
kelebihan dirinya dan orang lain. Orang yang tahu
tahu dirinya menjadi hamba
diri sadar akan tanggung jawabnya, baik tanggung tahu dunia tempat singgah
jawab terhadap diri, keluarga, masyarakat, maupun tahu akhirat tempat berpindah
bangsa dan negaranya. tahu benar tahu kan salah
Di dalam ungkapan adat disebut: tahu kerja membawa faedah
tahu bergaul berelok tingkah
yang dikatakan tahu diri tahu berkata memelihara lidah
tahu hak dan kewajiban tahu berjalan memelihara langkah
tahu hutang beserta beban
tahu adat jadi pegangan Di dalam ungkapan lain dikatakan:
tahu syarak jadi sandaran adat hidup orang berbudi, hati bersih dan tahu diri
tahu sunnah jadi pedoman adat hidup orang berilmu, tahu diri beraib malu
adat hidup orang terbilang, tahu diri dada pun lapang
tahu pusaka jadi warisan adat hidup orang terpuji, tahu diri elok pekerti
tahu ico jadi pakaian adat hidup orang terpandang, tahu diri pikiran panjang
tahu adab dengan sopan adat hidup orang bertuah, tahu diri hati pun rendah
tahu dimana tempat makan adat hidup orang bermarwah, tidak iri sikap peramah
tahu dimana tempat berjalan adat hidup orang terpilih, tahu diri amal pun saleh
tahu hidup berkesudahan adat hidup orang mulia, tahu diri hati pemurah
tahu mati berkekalan adat hidup orang berbangsa, tahu diri mengenang jasa
adat hidup orang bangsawan, tahu diri teguh beriman
Dalam kehidupan sehari-hari, orang yang
tahu diri akan memperlihatkan kelakuan yang Sifat tak tahu diri seseorang dalan tunjuk
terpuji, menunjukkan budi pekerti mulia, rendah ajar Melayu lazim disebut tak beradat, tak tahu
hati, mentaati agama, beriman, bertenggang malu, tak tahu adat, tak beraib, tak sadar diri,
rasa, suka menolong, rajin bekerja, jujur, dan tak tahu untung, dan sebagainya. Orang tua-tua
setia, dan sebagainya yang secara keseluruhan mengatakan, bahwa orang yang tak tahu diri pasti
memperlihatkan perilaku yang baik. Di dalam hidupnya akan tercela, menyalah, dan sebagainya
tunjuk ajar Melayu, keutamaan dan kelebihan yang umumnya mendatangkan keburukan bagi
orang yang tahu diri ini digambarkan dalam diri, keluarga, dan kaum kerabatnya. Orang
ungkapan sebagai berikut: ini tentu akan dijauhi atau dilecehkan oleh
masyarakatnya.
apa tanda melayu jati, Di dalam ungkapan disebut:
tahu kepada diri sendiri
tahu syarak dan sunnah Nabi apa tanda tak tahu diri,
tahu asal mula jadi orang bebal mengaku ahli
tahu hidup akan mati orang dungu mengaku guru
tahu pelabuhan tempat berhenti orang murtad mengaku ustad
tahu jalan yang akan diteliti orang zalim mengaku alim
tahu hidup membalas budi orang tua berlagak muda
tahu setia mentaati janji

36 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


apa tanda tak tahu malu, keterbukaan disesuaikan dengan keputusan dan
orang ke hilir awak ke hulu kelayakan. Dalam keterbukaan tetap dipelihara
duduk beramai memandai-mandai nilai-nilai luhur yang berlaku dan dihormati
tegak bersama mengada-ada
masyarakatnya, tidak bersifat mengaib-malukan
dalam berunding tengking menengking
dalam mufakat umpat mengumpat
orang, tidak berniat buruk dan berlebih-lebihan,
dalam majelis tekis menekis dan sikap lain yang tidak dibenarkan oleh agama,
dalam helat cacat mencacat adat, dan norma-norma sosial masyarakatnya.
di bawa ke tengah ia menyanyah Orang tua-tua mengatakan, “berterus terang
di bawa ke tepi ia mengiri menurut patutnya, berbuka-buka menurut
layaknya”, ”kalau hendak berterus terang, niatnya
apa tanda tak tahu untung,
jangan menghina orang”, atau “bila hendak
diri bebal lagak menyombong
ke tengah menyalah ke tepi bingung
berbuka-bukaan, jangan membawa kebinasaan.”
hidup meninggi kepala kosong Dalam ungkapan lain dikatakan, ”buka kulit
tampak isi, jangan membuang budi pekerti”.
1.2.23 Keterbukaan Selanjutnya juga dikatakan, ”terbuka jangan hina
Orang melayu menjunjung tinggi sifat menghina, terus terang jangan menganiaya orang”.
terbuka, yang mereka sebut sebagai sikap berterus- Orang tua-tua Melayu menganjurkan agar
terang, buka kulit tampak isi, atau dikatakan sifat keterbukaan hendaklah dilakukan secara arif dan
berbuka-bukaan. Sikap terus terang atau terbuka bijaksana. Sikap ini hakikatnya juga dilandasi oleh
ini dianggap sebagai cerminan dari kejujuran, niat iktikad baik yang bermanfaat bagi kepentingan
baik, berbaik sangka, bertanggungjawab, lurus umum dan berfaedah bagi kehidupan pribadi.
hati dan ikhlas. Oleh karenanya, sikap ini harus Keterbukaan dilakukan untuk memberikan
melekat dalam diri setiap insan melayu. Orang tua- pengertian dan pemahaman bagi masyarakat
tua Melayu mengatakan, “kalau hidup berterus- serta menjauhkan salah paham atau prasangka
terang, bala menjauh sengketa pun hilang,”buka buruk. Selain itu, keterbukaan dapat meluruskan
kulit tampak isi, tanda sudara sehidup semati” kekeliruan atau memperbaiki kesalahan serta
atau “kalau runding berbuka-bukaan, beban menyepurnakan kekurangan.
berat menjadi ringan”. Dengan ungkapan lain Ungkapan-ungkapan yang berkaitan
dikatakan,”kalau suka berterus-terang, alam yang dengan keterbukaan antara lain:
sempit menjadi lapang”.
Apa tanda Melayu jati, buka kulit tampaklah isi
Sebaliknya, sifat tertutup sering disebut
Apa tanda Melayu jati, berterus terang berikhlas hati
sebagai sikap menutup diri atau menyurukkan
Apa tanda Melayu jati, berbuka-buka ia fahami
hati. Orang yang memiliki sikap ini lazim Apa tanda Melayu bertuah, niat lurus hati terbuka
dianggap tidak baik, diragukan kesetiaan dan Apa tanda Melayu amanah, pertama setia, kedua terbuka
keikhlasannya, serta diragukan itikad baiknya. Apa tanda Melayu berbudi, berterus terang berlapang hati
Orang tua-tua melayu mengatakan, ”siapa suka Apa tanda Melayu beradat, lidah terbuka hatinya taat
menutup diri, taat setianya belum pasti” atau Apa tanda Melayu beradat, dalam terbuka memegang amanat
Apa tanda Melayu beradat, terbuka tidak karena khianat
“kalau tak mau berterus terang, walaupun lurus
Apa tanda Melayu beradat, terbuka tidak umpat mengumpat
disangka melintang” atau “bila tak mau berterus
terang, sahabat setia berbalik belakang”.
Adat dan tradisi Melayu mengatur agar

Nilai-nilai Asas Jati Diri 37


Dalam ungkapan selanjutnya dikatakan: taat memeluk agama Islam, dendam kesumat
Adat hidup orang terpuji, lurus lidah terbuka hati ia haramkan” atau “siapa setia memegang adat,
Adat hidup orang terpandang, ikhlas bercakap muka belakang dendam kesumat ia pantangkan”. Ungkapan lain
Adat hidup orang beriman, ikhlas bercakap lurus berkawan
menyebutkan “siapa pemurah hidup bertuah” dan
Adat hidup orang beradat, membuka diri sesama umat
Adat hidup sama sekampung, sama terbuka dalam menghitung
“siapa pemaaf beroleh berkah”.
Adat hidup dengan saudara, tulus iklas sebarang bicara Dalam kehidupan sehari-hari, orang
Adat hidup sama sebangsa, berterus-terang apa dirasa Melayu memelihara kerukunan masyarakatnya
Apabila hidup berterus terang, silang sengketa tidak kan datang dengan berdada lapang, pemaaf, pemurah,
Apabila hidup berterus terang, kusut selesai sengketa hilang dan bertenggang rasa untuk menjauhkan
Apabila hidup berterus terang, sangkaan buruk sama dibuang munculnya bibit permusuhan antar sesama. Oleh
karenanya, setiap terjadi perbedaan pendapat atau
Dalam melakukan keterbukaan, orang
perselisihan hendaklah cepat diredam dengan
diingatkan supaya tetap kokoh memelihara
cara saling memaafkan. Secara arif, orang Melayu
nilai-nilai luhur yang mereka anut, seperti
mengatakan,”bunga api jangan dibiarkan merebak
menjunjung tinggi sikap tenggang menenggang
membakar negeri”, maksudnya bibit permusuhan
atau bertenggang rasa, mempertimbangkan baik
ataupun dendam kesumat jangan dibiarkan
dan buruknya, memikirkan untung dan ruginya,
berkembang dalam kehidupan bermasyarakat
memikirkan dampaknya terhadap kehidupan
supaya tidak menimbulkan kebiasaan buruk bagi
masyarakat, memikirkan akibat keserasian dan
kehidupan masyarakatnya.
kerukunan masyarakatnya, dan sebagainya. Oleh
Acuan ini menyebabkan sifaat pemaaf,
karenanya, keterbukaan hendaknya dilakukan
sikap pemurah, sikap tenggang rasa, dan sikap
secara arif dan bijaksana serta dilandasi oleh niat
kesetiakawanan amat dimuliakan. Sebaliknya,
yang terpuji.
sifat yang membangkang, tidak mau memaafkan,
mau menang sendiri, dan keras kepala dianggap
Di dalam ungkapan dikatakan:
sebagai sifat-sifat buruk dan menyalahi ajaran
Kalau mau berbuka-bukaan,
Aib dan malu sama ditahan
agama serta adat istiadatnya.
Kalau mau berterus terang,
Niat ikhlas dada pun lapang Tunjuk ajar Melayu mengatakan :
Kalau mau berterus terang,
Mulut manis akal pun panjang Apa tanda Melayu jati,
Berbuka kulit tampak isi, dendam kesumat ia jauhi
Niat tidak sakit menyakiti tulus ikhlas bermurah hati
kesalahan orang iam ampuni
1.2.24 Pemaaf, Pemurah, Dermawan
Apa tanda Melayu jati,
Sifat pemaaf dan pemurah amat
hidup pemaaf dan murah hati
dimuliakan dalam kehidupan masyarakat
Melayu. Orang tua-tua mengatakan, bahwa sifat Apa tanda Melayu jati,
ini mencerminkan kesetiakawanan sosial yang hidup tidak benci membenci
tinggi, menggambarkan rendah hati, ikhlas,
tidak pendendam, bertenggang rasa, dan berbudi Apa tanda Melayu jati,
luhur. Dalam ungkapan adat dikatakan, “siapa dendamnya tidak dibawa mati

38 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


Apa tanda Melayu terbilang, alamat putus takkan bertampun
pemaaf pemurah muka belakang Siapa tak sadar dosa dirinya,
alamat hidup akan aniaya
Apa tanda Melayu bertuah, Kalau hidup berdendam kesumat,
pertama pemaaf kedua pemurah saudara menjauh sahabat tak dekat

Apa tanda Melayu bermarwah, Orang Melayu juga menjunjung tinggi


memberi maaf ia pemurah sifat pemurah yang disebut murah hati. Orang
pemurah tidak mementingkan dirinya sendiri,
Apa tanda Melayu beradat,
tapi tahu kepada penderitaan orang lain, serta mau
pantang hidup berdendam kesumat
melihat dan merasakan perasaan dan kesusahan
Apa tanda Melayu beriman, orang lain. Di dalam ungkapan dikatakan, ”orang
hati pemaaf pemurah tangan pemurah tanda bermarwah”, “orang pemurah
hidupnya berkah”, “orang pemurah dikasihi
Apa tanda Melayu berbangsa, Allah”, dan “orang pemurah membawa tuah”.
hidupnya rukun sepanjang masa
Sebaliknya, orang loba, tamak, dan tidak mau
memperhatikan orang lain akan selalu diejek
Apa tanda Melayu berbudi,
maafnya kekal sampai ke mati, dan dijauhi masyarakatnya. Dalam ungkapan
pemurahnya tidak terbelah bagi dikatakan, “orang tamak hatinya kemak”, “orang
bakhil hatinya jahil”, dan “orang kedekut hatinya
Apa tanda Melayu pilihan, berlumut”. Orang tua-tua selalu menyampaikan
hidup mau bermaaf-maafan tunjuk ajarnya agar anggota masyarakat menjauhi
hati pemurah dalam berkawan
sifat loba, tamak, kedekut, serakah, dan sejenisnya.
dendam dan loba ia jauhkan
Hal ini dilakukan supaya mereka dapat hidup
Apa tanda Melayu berakhlak, tolong-menolong, rasa-merasa, tenggang-
memberi maaf pantang mengelak meneggang, dan maaf-memaafkan. Cara inilah
hati pemurah budinya banyak yang mampu mewujudkan kehidupan yang aman,
tertib, dan sejahtera.
Tunjuk ajar Melayu menunjukkan pula Dalam ungkapan dikatakan:
keburukan orang yang tidak mau memaafkan
orang lain, pendendam, dan tidak mau menyadari Adat hidup Melayu jati,
kesalahan sendiri. hati pemurah elok pekerti
Dalam ungkapan dikatakan: Adat hidup Melayu terbilang,
tangan pemurah menolong orang
Siapa tak mau memaafkan orang, Adat hidup Melayu budiman,
tanda akalnya masih kurang tahu kepada kesusahan teman
Siapa tak mau memaafkan orang,
tanda imannya masih berguncang Adat hidup Melayu berbudi,
Siapa tak mau memaafkan orang, banyaklah unjuk serta memberi
tanda dadanya belum lapang Adat hidup Melayu terpilih,
Siapa tak tahu kesalahan sendiri, memberi dengan bermuka jernih
lambat laun hidupnya keji
Siapa salah tak minta ampun,

Nilai-nilai Asas Jati Diri 39


Adat hidup Melayu beradat, Orang tamak, matinya linyak
hati pemurah amal pun taat Orang tamak, matinya tercampak
Adat hidup Melayu pilihan, Orang serakah, mati berdarah
penderitaan orang ia rasakan Orang serakah, mati meranggah
Adat hidup Melayu terpuji, Orang serakah, mati terlapah
memberi dengan ikhlas hati Orang serakah, mati melukah
Adat hidup Melayu beriman Orang serakah, takkan semenggah
hati pemurah laku pun sopan Orang serakah, aib terdedah
Adat hidup Melayu berakhlak, Orang serakah, hidup menyampah
hati pemurah lidah pun lunak
1.2.25 Amanah
Di dalam bait-bait syair dikatakan : Sifat amanah, taat, setia, teguh pendirian,
Wahai ananda cahaya mata,
dan terpercaya amat dihormati orang Melayu,
Dengarlah pesan ayah dan bunda
orang tua-tua Melayu mengatakan, bahwa
Supaya hidupmu selamat sejahtera
Murahkan hati lapangkan dada sifat amanah mencerminkan iman dan takwa,
menunjukan sikap terpercaya, dan menunjukan
Wahai ananda cahaya negeri, tahu tanggungjawab, jujur dan setia. Oleh
Dengar olehmu bunda berperi karenanya, setiap anggota masyarakat dituntut
Supaya hidupmu kelak terpuji memiliki sifat-sifat tersebut, supaya hidupnya
Berlaku pemurah jangan berhenti
beroleh berkah dan sejahtera. Dalam ungkapan
dikatakan, “Orang amanah membawa tuah”,
Wahai ananda cahaya rumah,
Pakai olehmu sifat pemurah “Orang amanah membawa marwah”, dan
Kepada orang beramah-tamah “Orang amanah dikasihi Allah”. Ungkapan lain
Menolong memberi jangan berlengah menyebutkan, “Siapa hidup memegang amanah,
Wahai ananda intan terpilih, dunia akhirat beroleh berkah”, dan “Siapa hidup
Sifat pemurah yang dialih memegang amanah, kemana pergi tidak kan
Nampakan sayang beserta kasih
susah”.
Jangan berkira pahit dan pedih
Sebaliknya, orang yang tidak amanah
dianggap ingkar, tak dapat dipercaya, dan tidak
Orang yang tidak mau mengulurkan tangan
bertanggungjawab. Orang ini tidak mendapat
untuk menolong orang lain, tidak mau merasakan
tempat yang layak dan dijauhi masyarakat. Dalam
penderitaan orang lain, tamak, dan lobak disebut
ungkapan dikatakan,”Siapa tidak memegang
kedekut dan terkunci tangan. Orang seperti ini
amanah, tanda dirinya tidak semenggah” dan
dianggap buruk, sebagaimana tercermin dalam
“Siapa hidup tidak amanah, hidup celaka mati
ungkapan:
menyalah”.
Orang kedekut, mati hanyut Dalam tunjuk ajar Melayu dikatakan:
Orang kedekut, matinya sempot
Orang kedekut, matinya mengerekot Apa tanda Melayu jati,
Orang kedekut, mati takut memegang amanah sampai mati
Orang tamak, matinya kemak Apa tanda Melayu jati,
Orang tamak, mati terpijak karena amanah berani mati
Orang tamak, matinya di semak Apa tanda Melayu jati,
Orang tamak, matinya menyalak amanah melekat di dalam hati

40 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


Apa tanda Melayu jati, Apa tanda pasanglah surut
sifat amanah pakaian diri Air timpas tampaklah tanah
Apa tanda Melayu terbilang, Apa tanda orang patut-patut
membela amanah berputih tulang Hati ikhlas memegang amanah
Apa tanda Melayu terbilang,
amanah melekat sampai ke tulang Apa tanda pasang menyenak
Apa tanda Melayu terbilang, Air laut mudik ke hulu
taat memegang amanah orang Apa tanda orang yang bijak
Apa tanda Melayu bertuah, Amanah diikut mati pun mau
taat sedia memegang amanah
Apa tanda Melayu bermarwah, Berbuah pisang di belakang rumah
hidup dan mati dalam amanah Tandannya lebat jantungnya besar
Apa tanda Melayu bermarwah, Bertuah orang memegang amanah
mentaati janji memelihara amanah Pengajaran dapat pahalanya besar
Apa tanda Melayu berbudi,
memegang amanah menahan uji Pisang lidi batangnya rendah
Apa tanda Melayu terpuji, Masak setandan dimakan tupai
petuah amanah ia taati Orang berbudi memegang amanah
Apa tanda Melayu beradat, Adabnya sopan elok perangai
petuah amanah dipegang erat
Apa tanda Melayu pilihan, Dalam untaian ungkapan dikatakan:
amanah orang ia peliharakan
Apa tanda Melayu terpilih, Adat hidup orang Melayu,
karena amanah rela disembelih Memelihara amanah sejak dahulu
Apa tanda Melayu bijak,
memegang amanah pantang berganjak Adat hidup orang beradat,
Dalam untaian syair dikatakan: Memelihara amanah ianya taat
Adat hidup orang terpandang,
Wahai ananda kekasih ibu, Janji diturut amanah dipegang
Amanah orang pelihara olehmu
Peganglah dengan sepenuh hatimu Adat hidup orang terbilang,
Supaya hidup tak dapat malu Janji ditunggu amanah disandang

Wahai ananda kekasih ayah, Adat hidup orang pilihan,


Taatlah engkau memegang amanah Sifatnya amanah serta beriman
Amanah orang jangan dilengah
Nasehat orang jangan dilapah Adat hidup orang berbudi,
Petuah amanah dijunjung tinggi
Wahai ananda kekasih hati,
Petuah amanah engkau taati Adat hidup orang budiman,
Membela amanah biarlah mati Petuah amanah jadi pegangan
Supaya hidupmu ada berarti
Adat hidup orang mulia,
Dalam pantun tunjuk ajar dikatakan: Petuah amanah dipelihara
Adat hidup orang bertuah,
Taat setia memelihara amanah

Nilai-nilai Asas Jati Diri 41


1.2.26 Menghargai dan Memanfaatkan Apa tanda Melayu jati,
“Apa tanda orang berilmu, ianya terhadap waktu berhati-hati
tahu memanfaatkan waktu”. Ungkapan ini Apa tanda Melayu terbilang,
terhadap waktu ianya sayang
menunjukkan bahwa orang Melayu pada
Apa tanda Melayu terpandang,
hakikatnya menyadari pentingnya pemanfaatan pantang baginya waktu terbuang
waktu. Dalam ungkapan adat dikatakan,”pantang Apa tanda Melayu berilmu,
Melayu membuang waktu”, ”siapa suka menyia- memanfaatkan waktu ianya tahu
nyiakan masa, alamat hidupnya akan binasa”. Apa tanda Melayu beradat,
Dalam ungkapan lain dikatakan, “barang siapa terhadap waktu ianya ingat
berlalai-lalai, anak bininya akan kebelai”, “barang Apa tanda Melayu beradat,
menghabiskan waktu pada yang bermanfaat
siapa suka berlengah, alamat hidupnya tidakkan
Apa tanda Melayu beradat,
semenggah”. menggunakan waktu secara tepat
Ungkapan-ungkapan ini secara tegas Apa tanda Melay beriman,
menunjukkan pandangan orang Melayu enghabiskan waktu dengan perhitungan
yang sangat menghargai waktu. Waktu harus Apa tanda Melayu berakal,
dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, agar memanfaatkan waktu mencari bekal
mereka dapat hidup sejahtera. Siapa saja yang Apa tanda Melayu berbangsa,
hidupnya pantang membuang masa
tidak tahu atau tak mau memanfaatkan waktu,
Apa tanda Melayu bijak,
hidupnya akan sengsara dan penuh penderitaan. membuang masa ia tah hendak
Ungkapan yang mengandung nilai pemanfaatan Apa tanda Melayu budiman,
waktu cukup banyak dalam sastra lisan Melayu. memanfaatkan waktu untuk amalan
Kebaikan orang yang pandai memanfaatkan Apa tanda Melayu budiman,
waktu diperbandingkan dengan orang yang membuang waktu ia pantangkan
membuang waktu, sehingga masyarakat dapat
mengambil teladan mana yang baik dan mana Di dalam untaian syair dikatakan:
Wahai ananda kekasih ibu,
yang buruk. Orang-orang tua dengan arif
Janganlah engkau membuang waktu
memberi keteladanan pemanfaatan waktu dengan Memanfaatkan masa hendaklah tahu
melakukan berbagai kegiatan. Seorang petani Supaya kelak selamat hidupmu
harus dapat memanfaatkan musim, memanfaatkan
waktu di ladang, di kebun dan lain-lain. Seorang Wahai ananda kekasih ayah,
nelayan juga harus memberi contoh dengan Terhadap waktu jangan berlengah
memanfaatkan musim untuk turun ke laut. Itulah Memanfaatkan umur selagi muda
Supaya kelak hidupmu sentosa
sebabnya, kebanyakan orang Melayu hidup di laut
dan hidup di darat. Mereka berprofesi sebagai Wahai ananda sibiran tulang,
petani sekaligus menjadi nelayan, atau nelayan Masa hidupmu jangan dibuang
yang juga petani. Pola hidup ini mencerminkan Bekerjalah engkau pagi dan petang
pemanfaatan waktu yang telah diwarisi turun Beramal saleh jangan berkelang
temurun.
Sikap orang Melayu yang memandang Wahai ananda buah hati bunda,
Gunakan waktu selagi muda
waktu penting dengan memanfaatkan sebaik
Tuntutlah ilmu banyaklah bekerja
mungkin dapat disimak dari ungkapan berikut: Supaya hidupmu kelak sejahtera

42 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


Wahai ananda intan karang, mata untuk kehidupan masa kini, tetapi juga
Masa mudamu jangan dibuang memikirkan nasib anak cucunya. Orang-orang
Tuntutlah ilmu lunasi hutang Melayu sangat menganjurkan agar masyarakat
Supaya tua hidupmu tenang
mampu mempersiapkan bekal bagi anak cucu,
memikirkan kehidupan layak bagi anak cucu, dan
Orang Melayu menyebutkan pula berbagai
sebagainya. Pikiran ini menyebabkan masyarakat
keburukan orang yang tidak mau memanfaatkan
tidak boleh bersikap serakah atau tamak, yakni
waktu dengan baik dan cermat. Orang yang
tidak boleh menghabiskan kekayaan alam tanpa
menyia-nyiakan usia, membuang-buang waktu,
memikirkan nasib anak cucunya. Dalam ungkapan
bermalasan, dan berlalai-lalai disebut “orang tak
dikatakan, “makan jangan menghabiskan, minum
ingat mati”, orang merugi, dan sebagainya yang
jangan mengeringkan”. Dalam ungkapan lain
menunjukkan sifat tidak baik.
dikatakan, “makan ingat ke anak cucu, minum
Di dalam ungkapan dikatakan:
ingat ke anak menantu”.
Apa tanda orang aniaya,
Mereka menjelaskan, bahwa kalau “makan
waktunya habis sia-sia menghabiskan” dan “minum mengeringkan”
Apa tanda orang merugi, bermakna akan memunahkan kekayaan alam
waktu terbuang tak ada arti dan harta kaum serta bangsanya. Kepunahan itu
Apa tanda orang celaka, tentunya menimbulkan kesengsaraan bagi anak
waktunya habis tak ada faedah cucunya di kemudian hari. Dalam ungkapan
Apa tanda orang terlaknat,
dikatakan, “kalau makan menghabiskan, anak
waktunya habis pada maksiat
Apa tanda orang yang malang,
cucu kelaparan” atau “kalau minum mengeringkan,
waktunya habis terbuang-buang anak cucu hidupnya bentan”. Mereka menjelaskan
Apa tanda orang yang sesat, bahwa dengan berpandangan jauh ke depan dan
waktunya habis tak ada manfaat dengan mengingat nasib anak cucu di kemudian
Apa tanda orang yang bebal, hari diharapkan akan muncul gagasan yang dapat
waktunya habis karena membual menjamin kelangsungan hidup anak cucunya
Apa tanda orang yang dungu,
serta dapat menyadarkan masyarakat untuk
waktunya habis tak menentu
bersiap diri. Dalam ungkapan dikatakan, “kalau
memandang jauh ke depan banyaklah bekal perlu
1.2.27 Berpandangan Jauh ke Depan
disiapkan” atau “siapa memandang jauh ke muka,
Orang Melayu diharapkan berpandangan
hilanglah sifat loba serakah”.
jauh ke depan dan berpikiran panjang. Hidup
Tunjuk ajar Melayu menunjukkan pula
tidak hanya untuk masa silam dan hari ini,
keburukan sifat orang-orang yang tidak mau
tetapi juga amat penting untuk masa mendatang,
memandang jauh ke muka. Dalam ungkapan
baik kehidupan dunia maupun akhirat. Dengan
dikatakan “siapa tak mau memandang ke muka,
memandang jauh ke depan, seseorang diharapkan
hidupnya sesat anak cucu celaka”, “bila sempit
memiliki wawasan luas, pikiran panjang, dan
pandangan, akal pendek, hidup menyeman”,
perhitungan semakin cermat. Berpandangan jauh
atau “siapa berpandangan sempit, dirinya hina
ke depan akan menumbuhkan rasa tanggungjawab
anak cucu terhimpit”. Acuan ini mendorong
terhadap anak cucu (generasi mendatang),
orang Melayu untuk berpandangan jauh ke
sehingga tindakan yang dilakukan tidak semata-
depan, berusaha untuk mencukupi hidupnya,

Nilai-nilai Asas Jati Diri 43


dan berupaya untuk menyejahterakan kehidupan Banyak kerja dapat dirancang
anak cucunya di belakang hari. Ungkapan yang Kalau memandang jauh ke muka,
berkaitan dengan sikap berpandangan ke depan Banyak kerja dapat dijangka

ini antara lain:


Kalau memandang jauh ke muka,
Musim beralih takkan terlena
Apa tanda Melayu jati,
Kalau memandang jauh ke depan,
Memikirkan hidup kemudian hari
Siaplah ia menghadapi perubahan

Apa tanda Melayu jati,


Orang Melayu dalam tunjuk ajarnya
Masa lalu ia tahu
Masa sekarang ia timang menyebutkan pula keburukan dan kerugian
Masa mendatang ia kenang orang yang berpikiran singkat dan sempit. Orang
tua-tua mengatakan, “siapa berfikiran pendek,
Apa tanda Melayu jati, masa depan ia fikiri banyaklah kerja yang tidak baik”, “siapa berfikiran
Apa tanda Melayu beradat, ke anak cucu ianya ingat singkat, lambat laun akan terjerat”, dan “siapa
Apa tanda Melayu beradat, ke anak cucu ianya ingat
berfikiran sempit, lambat laun akan terjepit”. Oleh
Apa tanda Melayu terbilang, jauh memandang ke masa
karenanya, orang tua-tua menganjurkan agar
datang
Apa tanda Melayu berbudi, membaca zaman ianya ahli setiap anggota masyarakat mampu berpikiran
Apa tanda Melayu berbudi, masa depannya ia kaji luas, berpandangan jauh ke depan, dan menyimak
peredaran zaman, serta memperhatikan secara
Apa tanda Melayu bertuah, cermat perubahan di dalam masyarakatnya.
Tahu berguru pada yang sudah Orang Melayu menganggap rendah orang yang
tahu berbuat pada yang ada
berpikiran sempit dan tidak memperhatikan hari
tahu memandang jauh kemuka
depan dirinya dan hari depan bangsanya.
Dalam ungkapan dikatakan:
Di dalam untaian pantun dikatakan:
Apa tanda orang yang sesat,
Apa tanda pinang berbuah
hati sempit fikiran singkat
Banyak burung menyeri mayangnya
Apa tanda orang merugi,
Apalah tanda orang bertuah
hidup memikirkan diri sendiri
Bijak menghitung hari depannya
Apa tanda orang yang malang,
tak mau memikirkan masa mendatang
Apa tanda si pinang ketai
Apa tanda orang nista,
Isinya keras bila dimakan
tidak memikirkan anak cucunya
Apalah tanda orang yang pandai
Apa tanda orang celaka,
Berfikiran luas ke masa depan
mati tidak meninggalkan pusaka
Siapa berfikiran singkat,
Apa tanda batang tebu
hari depannya pasti melarat
Ada buku ada ruasnya
Siapa berfikiran sempit,
Apa tanda orang berilmu
sesudah mati anak cucunya menjerit
Mengkaji waktu dengan cerkasnya
Siapa tak mau berfikiran panjang,
anak cucunya dililit hutang
Di dalam ungkapan dikatakan:
1.2.28 Hidup Sederhana
Kalau ingat ke masa datang

44 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


Tunjuk Ajar Melayu memberikan acuan Acuan mengenai hidup sederhana dalam
mengenai hidup sederhana, tidak berlebih- tunjuk ajar Melayu dapat disimak dari ungkapan
lebihan apalagi bermewah-mewah dan mubazir. berikut:
Orang tua-tua selalu mengingatkan, agar anggota
masyarakat hidup dengan sederhana sesuai dengan Apa tanda Melayu jati,
Bermewah-mewah ia tak sudi
kemampuan masing-masing dan menjauhi gaya
hidup yang terlalu berlebih-lebihan yang dapat
Apa tanda Melayu jati,
menimbulkan kesenjangan dan kecemburuan Tahu dunia, akhirat mengerti
sosial. Mereka juga mengingatkan agat anggota
masyarakat “tahu diri”, maksudnya menyadari Apa tanda Melayu jati,
sejauh mana kepatutan hidup di dunia ini, agar Dunia akhirat hidup serasi
mereka tidak terpuruk dalam nafsu serakah,
Apa tanda Melayu terpuji,
loba, tamak, membesarkan diri, dan sebagainya
Berlebih-lebihan ianya benci
yang hanya akan membawa bala bencana. Dalam
ungkapan dikatakan, “siapa hidup berlebih- Apa tanda Melayu terpuji,
lebihan, di situlah bersarang setan”. Ungkapan Hidup sederhana sampai mati
lain mengatakan, “siapa yang bermegah-megah,
di situlah tempat tercampak marwah” dan “apabila Apa tanda Melayu bertuah,
terlalu bermewah-mewah, tumbuhlah sifat gah Hidup sederhana mengikuti sunnah
Dalam untaian syair dikatakan:
dan serakah”.
Wahai ananda dengarlah pesan,
Hidup sederhana atau disebut hidup
Hidupnya di dunia wajib difikirkan
pertengahan dianggap cerminan sikap hidup Hidup di akhirat wajib siapkan
orang Melayu yang tahu diri dan tidak bermewah- Supaya hidupmu diridhoi Tuhan
mewah, tetapi tidak pula melarat, miskin atau
melupakan tanggung jawab duniawi. Masyarakat Wahai ananda dengarlah peri,
Melayu senantiasa menjaga keseimbangan antar Bermewah-mewah jangan sekali
Hidup sederhana tahukan diri
kebutuhan lahiriah dan kebutuhan batiniah
Dunia dapat akhirat berisi
serta menjaga keserasian anatara hidup di dunia
dan hidup di akhirat nantinya. Dalam ungkapan Wahai ananda kekasih ibu,
dikatakan, “kalau hidup mabuk dunia, di akhirat Hidup berlebihan hendaklah malu
badan celaka” dan “kalau hidup melupakan dunia, Mengejar dunia jangan terlalu
di akhirat bala menimpa”. Ungkapan ini bermakna Kehidupan akhirat wajiblah tahu
bahwa kalau seorang hidup semata-mata karena
mementingkan dunia, di akhirat akan mendapat Pola hidup sederhana tidaklah berarti sama
siksa. Sebaliknya, bila hidup melupakan kewajiban sekali menafikan dunia atau hidup miskin. Hidup
selaku manusia yang berkeluarga, berkaum sederhana adalah hidup tak berlebih-lebihan,
bangsa, dan bernegara, di akhirat ia akan dimintai tidak bermewah-mewahan, dan tidak melupakan
pertanggungjawaban dan akan mendapat siksa kewajibannya selaku hamba Allah. Hidup sederhana
pula. Oleh karenanya, hidup hendaklah serasi dan adalah hidup yang serasi dengan kemampuan
seimbang antara dunia dan akhirat. Sikap inilah masing-masing sesuai dengan kesanggupannya
yang mewujudkan pola hidup sederhana. dan memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar.

Nilai-nilai Asas Jati Diri 45


Dalam ungkapan dikatakan, “hidup pertengahan, hidup minta sedekah, diri hina bangsa pun
sesuai pasak sesuai tiangnya, sejudu tubuh dengan rendah”.
bayang-bayangnya”. Ungkapan lain menyebutkan , Acuan ini menyebabkan setiap orang
“hidup sederhana, tidak tinggi tidak rendah”. Melayu wajib berusaha mengangkat harkat dan
Orang Melayu juga tidak menyukai martabatnya dan meningkatkan kesejahteraan
kemiskinan, kemelaratan, dan penderitaan. hidup dan kecerdasannya, agar mereka mampu
Kemiskinan bukan saja menyebabkan orang hidup layak dan tidak terlena sekali melakukan
menderita dan melarat, tetapi dapat pula hal-hal melanggar hukum, agama, adat dan
menghilangkan harga diri, tuah dan marwah diri sebagainya. Dalam ungkapan adat dikatakan,
dan anak cucunya. Namun demikian, mereka “mencari nafkah jangan serakah, mencari rezeki
menganjurkan bahwa ketakutan akan kemiskinan jangan mendengki, mencari makan jangan
tidak sampai menyebabkan mereka melakukan menyetan”.
perbuatan apapun tanpa mempertimbangkan Di dalam untaian ungkapan adat dikatakan:
halal dan haram, dan tanpa mempedulikan orang
lain. Dalam ungkapan dikatakan, “takut melarat, Adat mencari rezeki,
pantang sekali lupakan budi
jangan membuang ajaran adat” atau “karena
Adat orang berusaha,
hendak hidup senang, pantang berbuat sewenang-
pantang berbuat tak semenggah
wenang”. Adat hidup mencari makan,
Keburukan hidup miskin dan melarat pantang sekali melupakan iman
disadari benar oleh orang Melayu. Oleh karenanya, Mencari rezeki pada yang suci,
mereka menganjurkan agar anggota masyarakat mencari makan mengikut aturan
bekerja keras, rajin, dan tekun dalam hidupnya. Mencari nafkah di jalan Allah,
mencari makan diridhoi Tuhan
Dalam ungkapan dikatakan, “kalau hidup melarat,
Kalau hendak mencari makan,
orang baik menjadi jahat”, “bila hidup miskin dan
jangan turutkan hasutan setan
papa, alamat badan menjadi nista”, atau “kalau Kalau hendak mencari nafkah,
jangan turutkan nafsu serakah

46 Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau


Daftar Pustaka

Braginsky. 1998. Yang Indah, Berfaedah, dan


Kamal: Sejarah Sastra Melayu dalam Abad
7-19. Jakarta: INIS.
Effendy, Tenas. 2010. Tunjuk Ajar Melayu.
Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan
Budaya Melayu dan AdiCita.
Ensiklopedia Budaya Bengkalis. 2017. Bengkalis:
Pemerintah Kabupaten Bengkalis.
Junus, Hasan, dkk.. 1996. Raja Ali Haji dan Karya-
karyanya, Pekanbaru: Pusat Pengajian
Bahasa dan Kebudayaan Melayu-Unri.

Nilai-nilai Asas Jati Diri

Anda mungkin juga menyukai