Anda di halaman 1dari 18

MENGIDENTIFIKASI UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT

KERJA DALAM KEPERAWATAN


“Untuk Memenuhi Tugas Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kesehatan Kerja
Dalam Keperawatan”

OLEH:

KELOMPOK 1
01 I Dewa Gede Eka Sanjita Yoga (213213269)
02 I Gusti Bagus Agung Taruna Jaya (213213271)
03 Ni Putu Dian Yonitari (213213272)
04 Ni kadek Ira Apriliani (213213273)
05 Ni Kadek Virna Erikayani (213213275)
06 Ni Putu Candra Dewi Windari (213213276)
07 Ni Made Ria Ariani (213213277)

Dosen Pengampu:
Ns. Kiki Rizki Fista Andriana, S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat beliaulah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Mengidentifikasi Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Dalam
Keperawatan” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan
Pasien Dan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan . Meskipun penulis
sudah mengumpulkan banyak referensi untuk membangun makalah ini, tetapi
penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
serta kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari
para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih baik. Akhir kata penulis
berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Denpasar, 26 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PEMNGANTAR……………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………….
Latar Belakang……………………………………………………………..
Rumusan Masalah…………………………………………………………..
Tujuan Makalah……………………………………………………………….
Manfaat Makalah……………………………………………………………….
BAB II
PEMBAHASAN……………………………………………………………….
2.1. Penyakit akibat kerja pada perawat ………………………………………
2.2. Penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada perawat
2.3. Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat

BAB III
PENUTUP……………………………………………………………….
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………….
3.2. Saran……………………………………………………………….

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………….
ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat
atauaplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan
masyarakatlingkungannya.Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat
pekerja dan masyarakatlingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha-usaha
preventif, promotif dan kuratifterhadap penyakit-penyakit atau gangguan-
gangguan kesehatan akibat kerja ataulingkungan kerja. Kesehatan kerja adalah
lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan secara
menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam artiusaha-usaha
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif, higine, penyesuaian faktormanusia
terhadap pekerjaannya dan sebagainya.
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadi masalah yang besar
bagikelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa
kerugian materiyang cukup besar namun kehilangan sumber daya manusia
merupakan kerugian yangsangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber
daya yang tidak dapatdigantikan oleh teknologi apapun. Upaya pencegahan dan
pengendalian bahaya kerjayang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapatdilakukan dengan penerapan keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja. Salah satuhazard atau bahaya yang dapat terjadi dalam
lingkungan pekerjaan adalah psikososial para pekerjanya.
Psikososial adalah hubungan antara kondisi sosial seseorang atau pekerja
dengankesehatan mental/emosionalnya. Hazard psikososial adalah suatu bentuk
bahaya yangdapat mengancam kesehatan mental para pekerja dan risiko penurunan
produktifitas pekerja. Dikarenakan hal tersebut upaya atau pencegahan pada
hazard psikososial yangakan dibahas ini menjadi hal penting selain melindungi
atau mencegah bahaya fisik atauluar lainnya. Dengan demikian untuk mewujudkan
K3 perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan
salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja sendiri baik
sebagai subyek maupun obyek perlindungandimaksud dengan memperhatikan
banyaknya risiko yang diperoleh.
iii
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Penyakit akibat kerja pada perawat


2. Jelaskan Penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada perawat
3. Jelaskan Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami Penyakit akibat kerja pada perawat


2. Untuk mengetahui dan memahami Penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja
pada perawat
3. Untuk mengetahui dan memahami Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada
perawat
1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat teoritis

a. Bagi IPTEK

Makalah ini diharapkan dapat dijadikan dokumen dasar dalam pemberian


informasi terkait membedakan upaya pencegahan penyakit akibat kerja dalam
keperawatan

b. Bagi Penulis

Memenuhi tugas kelompok terkait mata kuliah Keselematan Pasien Dan


Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan. Selain itu, juga untuk menambah
wawasan, pengetahuan, dan keterampilan penulis.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Pembaca

Makalah ini bagi pembaca dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan terkait upaya pencegahan penyakit akibat kerja dalam keperawatan
b. Bagi Penulis

Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan dokumen yang bermanfaat
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, serta dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan untuk makalah selanjutnya.

BAB II

1
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi sistem reproduksi
Anatomi dan fisiologi adalah ilmu yang mempelajari urai tubuh beserta
fungsinya. Anatomi pada tubuh manusia merupakan sebuah ilmu yang mempelajari
struktur tubuh manusia, dimana memiliki susunan berupa sel, jaringan, organ dan sistem
organ. Sistem organ ini diartikan sebagai bagian yang menyusun tubuh manusia. Di
dalam sistem ini terdiri dari beberapa jenis organ yang punya struktur maupun fungsi
khusus yang khas. Setiap sistem organ biasanya akan saling bergantung satu sama lain,
secara langsung maupun tidak langsung. Anatomi adalah cabang dari biologi yang
memplajari susunan tubuh mahluk hidup. Istilah anatomi digunakan untuk ilmu tentang
stuktur tubuh manusia dan hewan, semsntara struktur tubuh diplajari dalam anatomi
tubuh. Anatomi dan fisiologi yang masing-masing mempelajari struktur dan fungsi
organisme dan bagian-bagiannya, merupakan pasangan alami dari disiplin ilmu yang
terkait, dan keduanya sering dipelajari bersama-sama.
2.2 Anatomi Sistem Reproduksi Perempuan
Secara anatomi, sistem reproduksi wanita terdiri dari genitalia eksternal dan genitalia
internal. Genitalia eksternal terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris,
glandula vestibularis mayor, glandula vestibularis minor.

2
Sedangkan genitalia internal terdiri dari vagianhymen, tuba uterina, uterus, ovarium.
A. Genitalia Eksternal
1. Mons pubis
Mons pubis adalah penonjolan berlemak di sebelah ventral simfisis dan
daerah supra pubis. Sebagian besar mons pubis terisi oleh lemak, jumlah
jaringan lemak bertambah pada pubertas dan berkurang setelah menopause.
Setelah dewasa, mons pubis tertutup oleh rambut kemaluan yang kasar.

2. Labia mayora

Labia mayora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan yang
memanjang berjalan ke kaudal dan dorsal dari mons pubis dan keduanya
menutup rima pudendi (pudendal cleft). Permukaan dalamnya licin dan tidak
mengandung rambut. Kedua labia mayora di bagian ventral menyatu dan
terbentuk komisura anterior. Jika dilihat dari luar, labia mayora dilapisi oleh
kulit yang mengandung banyak kelenjar lemak dan tertutup oleh rambut
setelah pubertas.
3. Labia minora
Labia minora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan kulit kecil
terletak di antara kedua labia mayora pada kedua sisi introitus vaginae. Kedua
labium minus membatasi suatu celah yang disebut sebagai vestibulum
vaginae. Labia minora ke arah dorsal berakhir dengan bergabung pada
aspectus medialis labia mayora dan di sini pada garis mereka berhubungan
satu sama lain berupa lipatan transversal yang disebut frenulum labii.
Sementara itu, ke depan masing-masing minus terbagi menjadi bagian lateral
dan medial. Pars lateralis kiri dan kanan bertemu membentuk sebuah lipatan di
atas (menutup) glans klitoris disebut preputium klitoridis. Kedua pars medialis

3
kiri dan kanan bergabung di bagian kaudal klitoris membentuk frenulum
klitoris. Labia minora tidak mengandung lemak dan kulit yang menutupnya
berciri halus, basah dan agak kemerahan.

4. Klitoris

Terletak dorsal dari komisura anterior labia mayora dan hampir


keseluruhannya tertutup oleh labia minora. Klitoris mempunyai tiga bagian
yaitu krura klitoris, korpus klitoris dan glans klitoris.
5. Glandula vestibularis mayor
Sering disebut juga kelenjar Bartholini, merupakan kelenjar yang bentuknya
bulat/ovoid yang ada sepanjang dan terletak dorsal dari bulbus vestibule atau
tertutup oleh bagian posterior bulbus vestibuli.
6. Glandula vestibularis minor
Glandula vestibularis minor mengeluarkan lendir ke dalam vestibulum
vagina untuk melembapkan labia minora dan mayora serta vestibulum vagina.
Organ ini adalah daerah dengan peninggian di daerah dengan peninggian di
daerah median membulat terletak ventral dari simfisis pubis. Sebagian besar
terisi oleh lemak. Setelah pubertas, kulit diatas tertutup rambut kasar.

B. Genitalia Internal
1. Vagina
Secara anatomi, vagina merupakan organ yang berbentuk tabung dan
membentuk sudut kurang lebih 60 derajat dengan bidang horizontal. Namun,
posisi ini berubah sesuai dengan isi vesika urinaria. Dinding ventral vagina
yang ditembus serviks panjangnya7,5 cm, sedangkan panjang dinding
posterior kurang lebih 9 cm. Dinding anterior dan posterior ini tebal dan dapat
diregang. Dinding lateralnya di bagian cranial melekat pada ligament
Cardinale, dan di bagian kaudal melekat pada diafragma pelvis sehingga lebih
rigid dan terfiksasi. Vagina ke bagian atas berhubungan dengan uterus,
sedangkan bagian kaudal membuka pada vestibulum vagina pada lubang yang
disebut introitus vaginae.
2. Himen
Adalah lipatan mukosa yang menutupi sebagian dari introitus vagina.
Himen tidak dapat robek disebut hymen imperforatus. Terdapat beberapa

4
bentuk himen diantaranya: himen anular, himen septal, himen kribiformis,
himen parous.
3. Tuba uterine
Tuba uterina atau tuba fallopi memiliki panjang masing-masing tuba kurang
lebih 11-14 cm. Dibagi atas 4 bagian yaitu pars intramuralis, isthmus tubae,
ampulla tubae, dan infundibulum tubae.Tuba falopii terdiri dari:
1) Pars intramuralis/intertisialis: bagian tuba yang terdapat di dalam uterus
(dari uterus kea rah ovarium).
2) Pars ismika/istmus: bagian sempit pada sudut antara uterus dan tuba.
3) Pars ampularis/ampula: bagian yang membentuk saluran yang lebar
meliputi ovarium.
4) Infundibulum: bagian ujung tuba yang terbuka mempunyai umbul yang
disebut fimbriae, melekat pada ovarium untuk menangkap telur yang
dilepas oleh ovarium menuju tuba.

4. Uterus
Uterus merupakan organ berongga dengan dinding muscular tebal, terletak
di dalam kavum pelvis minor (true pelvis) antara vesika urinaria dan rectum.
Ke arah kaudal, kavum uteri berhubungan dengan vagina. Uterus berbentuk
seperti buah pir (pyriformis) terbalik dengan apeks mengarah ke kauda dorsal,
yang membentuk sudut dengan vagina sedikit lebih 90 derajat uterus
seluruhnya terletak di dalam pelvis sehingga basisnya terletak kaudal dari
aperture pelvis kranialis. Organ ini tidak selalu terletak tepat di garis median,
sering terletak lebih kanan. Posisi yang tidak tepat (fixed) bisa berubah

5
tergantung pada isi vesika urinaria yang terletak ventro kaudal dan isi rectum
yang terletak dorso cranial. Panjand uterus kurang kebih 7,5 cm, lebarnya
kurang lebih 5 cm, tebalnya kurang lebih 2,5 cm, beratnya 30-40 gram. Uterus
dibagi menjadi tiga bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri.

5. Ovarium
Ukuran dan bentuk ovarium tergantung umur dan stadium siklus
menstruasi. Bentuk ovarium sebelum ovulasi adlah ovoid dengan permukaan
licin dan berwarna merah muda keabu-abuan. Setelah berkali-kali mengalami
ovulasi, maka permukaan ovarium tidak rata/licin karena banyaknya jaringan
parut (cicatrix) dan warnanya berubahm menjadi abu-abu. Pada dewasa muda
ovarium berbentuk ovoid pipih dengan panjang kurang lebih 4 cm, lebar
kurang lebih 2 cm, tebal kurang lebih 1 cm dan beratnya kurang lebih 7 gram.
Posisi ovarium tergantung pada posisi uterus karena keduanya dihubungkan
oleh ligamen-ligamen.

6. Ligamentum
Parametrium membentuk suatu sistem penunjang uterus sehingga terfiksasi
relative cukup baik, jaringan itu terdiri dari:
1) Ligamentum kardinale sinistrum dan dekstrum, merupakan
ligamentum yang terpenting untuk mencegah agar uterus tidak turun.
Ligamentum ini terdiri dari jaringan ikat tebal, berjalan dari serviks
dan puncak vagina kearah lateral dinding.
2) Ligamentum sakroutireum sinistrium dan dekstrum, merupakan

6
Ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak,
berjalan melengkung dari belakang serviks kiri dan kanan melalui
dinding rectum kea rah os sacrum kiri dan kanan.
3) Ligamentum rotundum sinistrum dan dekstrum: menahan uterus dalam
posisi antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke
daerah inguinal kiri dan kanan.
4) Ligamentum pubovesikale sinistrum dan dekstrum: berjalan dari os
pubis melalui kandung kencing seterusnya ke ligamentum
vesikouterinum sinistra dan ligamentum vesikouterinum dekstra ke
serviks.
5) Ligamentum latum sinistrum dan dekstrum: berjalan dari uterus ke
lateral, tidak banyak mengandung jaringan ikat, merupakan bagian dari
peritonium viserale yang meliputi uterus dan kedua tuba, bentuknya
sebagai lipatan. Bagian lateral dan belakang ditemukan indung telur.
6) Ligamentum infundibulum pelvikum: menahan tuba falopii, berjalan
dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan urat
saraf, saluran limfe, arteri dan vena ovarika sebagai alat penunjang.
7) Ligamentum ovarii prorium sinistrum dan dekstrum: berjalan dari
sudut kiri dan kanan belakang fundus uteri ke ovarium. Ligamentum
ini mudah dikendorkan sehingga alat genital mudah berganti posisi.
Ligamentum latum suatu lipatan peritonium yang menutupi uterus dan
kedua tuba.

2.3 Fisiologi Sistem Reproduksi Perempuan


A. Genitalia eksternal
1. Glandula vestibularis mayor
Berfungsi melubrikasi bagian distal vagina.
2. Glandula vestibularis minor
Berfungsi mengeluarkan lendir untuk melembabkan vestibulum vagina dan
labium pudendi.
B. Genitalia internal
1. Vagina
Sebagai organ kopulasi, jalan lahir dan menjadi duktus ekskretorius darah

7
menstruasi.
2. Tuba uterine
Berfungsi membawa ovum dari ovarium ke kavum uteri dan mengalirkan
spermatozoa dalam arah berlawanan dan tempat terjadinya fertilisasi.
3. Uterus
Sebagai tempat ovum yang telah dibuahi secara normal tertanam dan tempat
normal dimana organ selanjutnya tumbuh dan mendapat makanan sampai bayi
lahir.
4. Ovarium
Sebagai organ eksokrin (sitogenik) dan endokrin. Disebut sebagai organ
eksokrin karena mampu menghasilkan ovum saat pubertas, sedangkan disebut
sebagai organ kelenjar endokrin karena menghasilkan hormone estrogen dan
progesteron.
C. Hormon Pada Wanita
a) Hormon Esterogen
Estrogen memengaruhi organ endokrin dengan menurunkan sekresi FSH,
dimana pada beberapa keadaan akan menghambat sekresi LH dan pada keadaan
lain meningkatkan LH. Pengaruh terhadap organ seksual antara lain pada
pembesaran ukuran tuba falopii, uterus, vagina, pengendapan lemak pada mons
veneris, pubis, dan labia, serta mengawali pertumbuhan mammae. Pengaruh
lainnya adalah kelenjar mammae berkembang dan menghasilkan susu, tubuh
berkembang dengan cepat, tumbuh rambut pada pubis dan aksilla, serta kulit
menjadi lembut.
b) Hormon progesterone
Dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta, bertanggung jawab atas
perubahan endometrium dan perubahan siklik dalam serviks serta vagina.
Progesteron berpengaruh sebagai anti estrogenic pada sel-sel miometrium. Efek
progesterone terhadap tuba falopii adalah meningkatkan sekresi dan mukosa. Pada
kelenjar mammae akan meningkatkan perkembangan lobulus dan alveolus
kelenjar mammae, kelenjar elektrolit serta peningkatan sekresi air dan natrium.
c) Foliclle stimulating hormone (FSH)
FSH dibentuk oleh lobus anterior kelenjar hipofisi. Pembentukan FSH ini
akan berkurang pada pembentukan/pemberian estrogen dalm jumlah yang cukup
seperti pada kehamilan.
8
d) Lutein hormone (LH)

LH bekerjasama dengan FSH untuk menyebabkan terjadinya sekresi


estrogen dari folikel de Graaf. LH juga menyebabkan penimbunan substansi dari
progesterone dalam sel granulosa.
e) Prolaktin atau luteotropin hormone (LTH)
Fungsi hormon ini adalah untuk memulai mempertahankan produksi
progesterone dari korpus luteum.
D. Ovulasi
Pada wanita yang mempunyai siklus seksual normal 28 hari, sesudah terjadinya
menstruasi, tidak berapa lama sebelum ovulasi, dinding luar folikel yang menonjol
akan membengkak dengan cepat. Dalam waktu 30 menit kemudian cairan akan mulai
mengalir dari folikel ke stigma. Sekitar 2 menit kemudian, folikel menjadi lebih kecil
karena kehilangan cairan. Stigma akan robek cukup besar dan cairan yang lebih kental
yang terdapat di bagian tengah folikel akan mengalami evaginasi keluar dan kedalam
abdomen. Cairan kental ini membawa ovum yang dikelilingi oleh beberapa ratus sel
granulose kecil yang disebut corona radiata.
E. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses dari bentuk betina gametogenesis yang setara
dengan jantan yakni spermatogenesis. Oogenesis berlangsung melibatkan
pengembangan berbagai tahap reproduksi telur sel betina yang belum matang.

Menstruasi

9
Wanita yang sehat dan tidak hamil setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah
dari alat kandungannya yang disebut menstruasi (haid). Siklus menstruasi terjadi karena
selaput lendir rahim dari hari ke hari mengalami perubahan yang berulang-ulang, dalam 1
bulan mengalami 4 masa (stadium):
1) Stadium menstruasi (deskuamasi). Pada masa ini endometrium terlepas dari dinding
rahim disertai dengan perdarahan, hanya lapisan tipis yang tinggal disebut stratum
basale (berlangsung selama 4 hari). Pada saat haid keluar darah, luruhan dinding
endometrium, dan lendir dari serviks. Darah ini tidak membeku karena ada fermen
(biokatalisator) yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan luruhan mukosa.
Banyaknya perdarahan pada saat haid kira-kira 50cc.
2) Stadium post-menstruasi (regenerasi). Luka yang terjadi karena endometrium terlepas
berangsur-angsur ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang terjadi dari sel epitel
kelenjar endometrium. Pada masa ini, tebal endometrium kira-kira 0,5mm
(berlangsung selama 4 hari).
3) Stadium inter-menstruasi (ploriferasi). Pada masa ini endometrium tumbuh menjadi
tebal kira0kira 3,5mm. kelenjar-kelenjar tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain
(berlangsung kira-kira 5-14 hari dari dari pertama haid).
4) Stadium pra-menstruasi (sekresi). Pada stadium ini endometrium tetap tebalnya tetapi
bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku-liku dan mengeluarkan getah.
Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai
makanan untuk sel telur. Perubahan ini untuk mempersiapkan endometrium untuk
menerima telur.
pada endometrium sudah dapat dibedakan lapisan atas yang padat (stratum
kompaktum) yang hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar kelenjar; lapisan
stratus spongiosum yang banyak lubang-lubangnya karena disini terdapat rongga dari
kelenjar; lapisan bawah yang disebut stratum basale. Stadium ini berlangsung 14-28
hari. Bila tidak terjad kehamilan, maka endometrium dilepas dengan perdarahan dan
siklus menstruasi berulang lagi.
2.4 Respon seksual
Siklus respon seksual dapat dibagi menjadi 4 fase, yaitu excitement (timbulnya hasrat),
plateau (keinginan), orgasme (puncak), dan resolusi (klimaks).
1. Excitement: tubuh memperlihatkan perubahan dan tanda terangsang dan bangkitan
seksual. Dengan tanda yang bisa diperhatikan seperti dimulainya ereksi penis, ereksi

10
klitoris, lubrikasi awal hingga kelamin mengembang karena aliran darah menuju
kelamin.
2. Plateau: bangkitan seksual terus meningkat dan terpelihara terus dalam jangka
waktu yang relatif lama sebelum klimaks seksual. Ereksi meningkat, lubrikasi
bertambah dan semakin banyak, dan saat ini penetrasi kelamin dalam hubungan
seksual terjadi dalam durasi lebih lama di banding fase lainnya.
3. Orgasm: pencapaian klimaks atau puncak dari ketegangan seksual. Yang ditandai
dengan kontraksi atau mengejangnya otot-otot tanpa disadari, puting payudara teras
lebih keras lagi, detak jantung sangat meningkat, rasa nikmat yang luar biasa dengan
terkadang disertai desahan kuat. Pada laki-laki umumnya disertai dengan ejakulasi.
4. Resolution: relaksasi dan kembali ke keadaan semula sebelum mengalami
rangsangan seksual. Ereksi penis kembali mengendur, ereksi klitoris mengendur ke
arah normal, lubrikasi berhenti, detak jantung kembali melambat, tubuh menjadi letih
dan lemas. Semua kembali ke normal dan seringkali menjadi tidur.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Anatomi dan fisiologi adalah ilmu yang mempelajari urai tubuh beserta fungsinya. Anatomi
pada tubuh manusia merupakan sebuah ilmu yang mempelajari struktur tubuh manusia,
dimana memiliki susunan berupa sel, jaringan, organ dan sistem organ. Secara anatomi,
sistem reproduksi wanita terdiri dari genitalia eksternal dan genitalia internal.

Siklus respon seksual dapat dibagi menjadi 4 fase, yaitu excitement (timbulnya hasrat),
plateau (keinginan), orgasme (puncak), dan resolusi (klimaks). Anatomi dan fisiologi yang

11
masing-masing mempelajari struktur dan fungsi organisme dan bagian-bagiannya, merupakan
pasangan alami dari disiplin ilmu yang terkait, dan keduanya sering dipelajari bersama-sama.

Saran

Mungkin makalah ini cukup banyak kesalahan dan kejanggalan baik dalam penulisan
maupun dalam materi pembahasan, oleh karena itu kami mengharapkan kritikan yang
membangun bagi kami dalam penulisan makalah ini, agar kedepannya lebih sempurna lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Sri Handayani. (2021). Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Iainbatusangkar.ac.id.
https://doi.org/623606847X

Ramadhanti. (2021, July 17). Kenali Pengertian Anatomi Menurut Ahli - Pinhome.

Pinhome. https://www.pinhome.id/blog/pengertian-anatomi/
Darmawan, I. (2017). Sasaran Belajar : 15–35.
Fatmawati, L., St, S., & Kes, M. (2020). Keperawatan Maternitas I Anatomi Fisiologi

12
Sistem Reproduksi. Keperawatan Maternitas I Anatomi Fisiologi Sistem
Reproduksi, 1(1), 1–18. http://elibs.unigres.ac.id/678/1/DIKTAT ANFIS
REPRO.pdf
Drs. H. Syaifuddin, A. (2011). Anatomi Fisiologi . In A. Drs. H. Syaifuddin, Anatomi
Fisiologi (pp. 588-598). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
https://blog.angsamerah.com/respon-seksual/

13

Anda mungkin juga menyukai