Fenotipe Bibit Kambing Dan Kambing Muda
Fenotipe Bibit Kambing Dan Kambing Muda
OLEH :
DIDIN JULIYADI
B1D 017 059
SKRIPSI
Diserahkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat Yang Diperlukan
Untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan pada
Program Studi Perternakan (S-1)
FAKULTASPETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2021
FENOTIP CALON BIBIT DAN BIBIT KAMBING LOKAL
KABUPATEN LOMBOK BARAT
Oleh
DIDIN JULIYADI
Menyetujui:
Mengesahkan:
Ketua,
DEDIKASI
ii
MOTTO:
Yakinlah segala sesuatu yang dimulai pasti akan menuju akhirnya dan
yakinlah bahwa setiap habis gelap akan terbitlah terang.
Hidup itu sebuah perjalanan, perjalanan cerita yang kita tidak akan pernah
tahu kemana arahnya tapi perjalanannya selalu mengikuti arah kaki kita
melangkah, mimpi yang membawa kita semua menikmati indahnya hidup,
mimpi adalah awal dari cita-cita, teruslah bermimpi sampai Allah SWT
memeluk mimpi kita.
PERSEMBAHAN :
Akhirnya sampailah saya pada ujung kontrak yang telah dibuat dengan ibu
dan keluarga tercinta. Saya berharap dikemudian hari kontrak yang saya buat ini
dapat berbuah manis. Untuk itu skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang
tercinta yang ada disekeliling saya.
Kepada kedua orang tua tercinta Bapak Mohammad Ali, S.Sos dan Ibu Sri
Hestuti, SKM yang selalu mengirimkan doa-doa terbaiknya untuk saya.
Kepada kakak saya Dadang Febriyadi dan adik saya Alvian Martiyadi yang
selalu semangat untuk jangan pernah menyerah
Sahabat-sahabat yang sudah saya anggap saudara yang ada dalam organisasi
saya yaitu UKM Menwa,UKM-F Farms Community, UKM-F Olahraga yang
telah membantu saya .
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala kesempatan dan
kekuatan yang diberikan, sehingga skripsi yang berjudul Fenotip Calon Bibit dan
terhormat:
1. Bapak Dr. Ir. Maskur, M.Si selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas
Mataram.
Universitas Mataram
3. Ibu Ir. Rahma Jan, MP selaku ketua Laboratorium Pemuliaan Ternak Fakultas
6. Kedua orang tua yang telah sabar, berjuang dan tak kenal lelah mendidik
dengan penuh kasih sayang, serta selalu memotivasi dan mendoakan penulis.
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan demi penyempurnaan
skripsi.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ......................................................................................................... i
DEDIKASI.................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ x
ABSTRAK.................................................................................................... xi
ABSTRACT.................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
v
2.4 Menentukan Umur Ternak........................................................... 5
5.1 Kesimpulan............................................................................... 22
LAMPIRAN.................................................................................................. 26
RIWAYAT HIDUP...................................................................................... 37
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
13. Timbangan............................................................................................... 35
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
5. Dokumentasi Kandang............................................................................... 36
ix
FENOTIP CALON BIBIT DAN BIBT KAMBING LOKAL
DI KABUPATEN LOMBOK BARAT
Oleh
Didin Juliyadi
B1D 017 059
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat kualitatif dan kuantitatif pada
calon bibit dan bibit kambing lokal di Kabupaten Lombok Barat. Penelitian ini
dilaksanakan pada 30 Agustus – 4 September 2021, data kuantitatif dianalisis dengan
menghitung nilai rata-rata dan standar deviasi sedangkan data kualitatif dianalisis
berdasarkan distribusi persentase. Penelitian ini dilakukan di 2 Kecamatan di
Kabupaten Lombok Barat yaitu Kecamatan Gunung Sari dan Kediri. Total sampel
kambing lokal yang diamati sebanyak 61 ekor berjenis kelamin betina dan jantan
berumur diatas 3 bulan - < 8 bulan untuk calon bibit kambing betina, umur 8 - 12
bulan untuk bibit kambing betina dan berumur 3 – 12 bulan untuk calon bibit
kambing jantan, umur 12 – 18 bulan untuk bibit kambing jantan. Variabel yang di
amati adalah sifat kuantitatif dan sifat kualitatif diantaranya profil muka, bentuk
telinga, warna bulu, tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, bobot badan dan
panjang telinga. Berdasarkan hasil penelitian pada sifat kualitatif menyatakan bahwa
calon bibit dan bibit kambing lokal sudah mengalami percampuran genetik dengan
kambing kacang yang ditandai dengan garis muka menunjukan 26% datar dan 74%
cembung untuk calon bibit serta 32% datar dan 68% untuk bibit kambing, bentuk
telinga 100% menjuntai kebawah. Pada warna bulu calon bibit 26% cokelat putih,
26% cokelat, 44% putih hitam, 4% cokelat hitam dan pada warna bulu bibt kambing
13% cokelat putih, 18% cokelat, 36% putih hitam, 33% cokelat hitam. Pada
kuantitatif meliputi tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada telah memenuhi
standar bibit, untuk bobot badan dan panjang telinga belum dapat memenuhi Standar
Bibit Nasional, dengan persentase yaitu 60% sudah memenuhi standar kriteria dan
30% belum memenuhi standar kriteria untuk bobot badan serta persentase panjang
telinga yang memenuhi syarat yaitu 67% dan yang belum memenuhi syarat yaitu
33%.
Kata kunci : Fenotip, Kualitatif, kuantitaif calon bibit dan bibit kambing lokal
x
PHENOTIES OF PROSPECTIVE BREEDINGS AND LOCAL GOAT
BREEDS
IN WEST LOMBOK DISTRICT
By
Didin Juliyadi
B1D 017 059
ABSTRACT
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
menjadi plasma nutfah di Indonesia. Kambing lokal memiliki suatu karakteristik khas
yang hanya dimiliki ternak tersebut setelah berkembang beberapa generasi dan
mendiami suatu wilayah (Ilham, 2014). Jumlah populasi kambing Nusa Tenggara
Barat (NTB) jumlah populasi kambing pada tahun 2020 adalah 709.768 ekor
sedangkan di Lombok Barat berjumlah 45.340 ekor (BPP Lombok Barat, 2020).
khas kambing lokal Indonesia adalah tanduk relatif kecil dan pendek, postur tubuh
relatif kecil, berbulu lurus dengan tekstur kasar, dahi datar, ekor melengkung ke atas,
Penampilan genetik akan muncul dengan jelas ketika kondisi di lingkungan sesuai
dengan kriteria yang dibutuhkan, sehingga bibit unggul menjadi suatu hal yang
mutlak untuk meningkatkan daya produksi ternak yang selanjutnya (Faozi et al.,
2013).
1
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik ingin meneliti fenotip calon
Bagaimana sifat kualitatif dan sifat kuantitatif ternak kambing lokal yang
dijadikan sebagai standar bibit kambing yang dipelihara di Kabupaten Lombok Barat.
1. Untuk mengetahui sifat kualitatif pada calon bibit dan bibit kambing lokal
2. Untuk mengetahui sifat kuantitatif pada calon bibit dan bibit kambing lokal
bersangkutan
Universitas Mataram.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bovidae, sub famili Caprinae dan genus Capra. Kambing (Capra hircus Aegagrus)
merupakan hewan pertama yang didomistifikasi oleh manusia, hidup didaerah sulit
Barat selama abad ke-7 sampai ke-9 sebelum Masehi (Budisatria, et al., 2019).
Domestikasi pada ternak kambing telah menghasilkan 2 rumpun ternak kambing yang
paling banyak ditemukan di Indonesia yaitu kambing kacang dan kambing etawah
(Ilham, 2014).
daerah kering dan berbukit atau daerah pegunungan. Ternak kambing dapat
digolongkan menjadi dua tipe, yaitu kambing potong (penghasil daging) dan kambing
kambing juga digolongkan menjadi dua, yaitu kambing untuk pembibitan dan
Kambing lokal sering juga disebut kambing kacang, kambing jawa dan atau
menyebutnya kambing gunung untuk kambing lokal yang lebih besar
tubuhnya.kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia, kambing lokal
3
merupakan tipe pedaging dan banyak tersebar di Indonesia (Dinas Peternakan
Kabupaten Lebak, 2019).
Bibit kambing betina yang bagus dalam keadaan sehat, dapat dilihat dari
performancenya atau bentuk badan, punggung lurus, sehat, gemuk, tidak cacat ,
tubuh berisi, bulu mengkilat, mata bersih, dan tidak belekan. Selain kesehatan yang
dapat diamati dari luar maka ternak yang dapat dipilih sebagai bibit adalah kambing
muda atau beranak maksimal satu kali, perkiraan umur sekitar 8 – 12 bulan. Bibit
Pejantan yang ideal sebaiknya dipilih dari sekelompok kambing jantan yang kondisi
pertumbuhan dan perkembanganya baik, dan dipilih pejantan yang terbaik dari
kelompok tersebut. Terutama harus dipilih kambing jantan yang sehat, tidak cacat,
keadaan ini dapat dilihat dari eksterior yaitu bulu, kambing jantan jika berdiri kokoh,
perawakan besar, relative panjang, dan tidak rabun mata. Umur masih muda
bertujuan untuk menyediakan bibit ternak yang baik dan bermutu, baik untuk indukan
maupun pejantan. Pemilihan bibit ternak kambing harus disesuaikan dengan tujuan
pemeliharaan dan bangsa kambing yang ada, contohnya untuk penghasil susu
sebaiknya dipilih dari kambing Etawah/kambing Saanen. Bibit yang akan dipilih
sifat-sifat yang tampak. Dalam cara ini memilih bibit hampir sama saja dengan
seleksi untuk tujuan produksi. Ternak untuk bibit sebaiknya dipilih pada waktu masih
4
muda, paling tidak seumur pasca sapih, sehingga masih ada waktu untuk
atau pemilihan bakalan yang akan digemukkan. Kambing yang berumur di bawah
kambing biasanya relatif berhenti, tidak bertambah besar lagi. Besar kecilnya badan
kambing, dan ada tidaknya tanduk, tidak dapat dipakai sebagai patokan umur. Hal itu
karena ukuran badan lebih dipengaruhi oleh jenis, dan cara pemeliharannya. Cara
kartu catatan produksi atau regristrasi kambing yang bersangkutan. Di luar negeri,
cara ini sudah biasa dilakukan. Namun di Indonesia, kambing tidak memiliki catatan
sama sekali. Cara lain mengetahui umur kambing adalah dengan melihat kondisi
giginya. Cara ini tidak bisa menentukan umur kambing secara pasti, karena hanya
berdasarkan perkiraan. Gigi seri kambing hanya terdapat pada rahang bawah
sebanyak delapan buah atau empat pasang. Gigi seri ini sudah keluar lengkap sejak
dilahirkan. Gigi seri yang sejak lahir belum berganti dinamakan gigi seri susu,
sedangkan gigi seri yang telah tanggal akan tumbuh lagi. Gigi seri baru ini dinamakan
5
Pergantian dan pertumbuhan gigi seri kambing sangat teratur waktunya. Gigi
seri menggantikan gigi seri susu dengan bentuk yang lebih besar, kuat, dan warnanya
lebih kekuningan. Berdasarkan pergantian dan pertumbuhan gigi seri, umur kambing
bisa ditentukan. Penentuan umur kambing kurang dari satu tahun dengan memeriksa
dengan memeriksa pertumbuhan gigi gerahamnnya. Anak kambing yang baru lahir,
mempunyai 2-8 buah gigi seri, dan umur sembilan bulan gigi geraham nomor lima
variasi indukan, gen-gen yang membawa dan interaksi antara genetik dan lingkungan.
Potensi yang merupakan sifat kualitatif akan diatur oleh satu atau beberapa pasang
gen dimana sifat ini tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan, dan sifat kuantitatif
dipengaruhi oleh banyak pasang gen yang sangat peka terhadap pengaruh lingkungan
(Ariyanda, 2017).
diakukan melalui program pemuliaan ternak dengan seleksi ternak. seleksi harus
Retnaningtyas. 2014).
eksternal melalui pengamatan sifat kualitatif. Sifat dan karakteristik fenotip baik sifat
dapat digunkan dalam tahap pemuliaan ternak untuk melakukan seleksi indukan
Sifat kualitatif merupakan suatu sifat yang dapat diamati atau dideskripsikan
kelompok atau lebih, seperti warna bulu, Profil Muka dan Panjang telinga (Wahyuni
et al., 2016).
warna bulu yang terdiri 3 warna tunggal yaitu: putih, hitam dan coklat, ada kombinasi
dua warna yaitu: putih coklat, hitam putih dan persentase warna coklat (20,175%),
(33,333%).
Variasi garis punggung ada 3 macam yaitu cembung, cekung dan datar, yang
paling banyak adalah bentuk cembung (57,018%), diikuti cekung (37,719%) dan
datar (5,263%).
Profil muka ada dua macam yaitu cembung (82,456%) dan datar (17,544%).
Panjang telinga ada 3 katagori yaitu sedang (93,86%), panjanng (5,263%) dan pendek
(0,877%).
langsung melainkan harus dilakukan dengan cara penimbangan dan pengukuran pada
tubuh ternak, seperti bobot badan (Wahyuni et al., 2016). Pengukuran sifat kuantitatif
7
ini didalamnya terdiri dari lingkar dada, bobot badan, tinggi pundak, lebar dada dan
panjang badan yang mempunyai peranan penting dalam menentukan tipe dari suatu
dihasilkan, sedangkan bobot badan itu sendiri dipengaruhi sifat perdagingan, karkas
dan gemuknya hewan, isi perut serta besarnya pertulangan kepala, kaki dan kulit.
Umur dan jenis kelamin turut mempengaruhi bobot badan dan ukuran ternak. Bobot
badan pada umumnya mempunyai hubungan positif dengan semua ukuran linier
tubuh, Secara fisiologis lingkar dada memiliki pengaruh yang besar terhadap bobot
badan karena dalam rongga dada terdapat organ-organ seperti jantung dan paru-paru,
begitu juga dengan pertumbuhan panjang badan tubuh ternak. Pertumbuhan tubuh
pertumbuhan ternak. Di samping itu, pertambahan bobot badan juga dipengaruhi oleh
penyusun punggung, lebih lanjut dijelaskan panjang kaki tumbuh lebih awal
dibandingkan dengan bagian tubuh lain secara keseluruhan. ukuran tinggi pundak
lebih ditentukan oleh tulang pembentuk tubuh (Isroli, 2012). Berdasarkan penelitian
tinggi pundak pada kelompok gabungan umur dapat meningkatkan bobot badan
Dombos jantan sebesar 0,69 - 0,77 kg dengan nilai korelasi sebesar 0,63 dan
8
Apriliyani (2007) menyatakan bobot badan dan lingkar badan ternak semakin
meningkat dengan bertambahnya umur ternak, laju pertumbuhan bobot badan lebih
cepat daripada laju pertumbuhan lingkar dada, lingkar dada mempunyai proses
pertumbuhan terakhir, serta lingkar dada lebih mengikuti pertumbuhan bobot badan
tulang belakang yang terdiri dari tulang punggung, tulang pinggang dan tulang
kenaikan panjang badan pada kelompok gabungan umur dapat meningkatkan bobot
badan Dombos jantan sebesar 0,71-0,77 kg dengan nilai korelasi sebesar 0,71 dan
kualitatif dan kuantitatif benih kambing. Persyaratan kualitatif kambing adalah warna
bulu putih-hitam atau putih-coklat, profil muka cembung, tanduk jantan dan betina
meliputi berat badan, tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, panjang. Parameter
yang dilihat untuk menentukan sifat kuantitatif kambing tertuang pada lampiran.
ukuran tubuh kambing lokal yang ditemukan di Lombok Tengah adalah bervariasi,
9
banyak faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan ternak, bagian tubuh
yang erat hubungannya dengan bobot badan adalah sifat perdagingannya, umur,
Bobot badan adalah bobot ternak kambing yang diperoleh dengan cara
melakukan penimbangan pada ternak. Hasil penelitian ini diperoleh rata-rata bobot
badan kambing lokal adalah 34,8 ± 2,56 kg untuk jantan, dan 30,8 ± 3,97 kg untuk
betina. Devendra dan Burns (1970) menyatakan bahwa penyebab keragaman bobot
hidup ternak dewasa karena beda bangsa, jumlah anak lahir seperindukan, pakan,
wawancara bahwa variasi bobot badan disebabkan oleh genetik dan lingkungan.
Genetik yaitu adanya variasi induk jantan dan betina, sedangkan lingungan yang
Tinggi pundak diukur dari jarak tegak lurus dari titik tertinggi pundak sampai
ketanah atau lantai. Hasil penelititan ini diperoleh rata-rata tinggi pundak kambing
lokal di Lombok Tengah adalah 69,5 ± 4,84 cm pada jantan, dan 63,6 ± 6,50 cm pada
betina. Hal ini kemungkinan dikarenakan perkawinan yang tidak diatur, sehingga
kambing lokal di Lombok Tengah tinggi gumbanya sangat bervariasi. Panjang badan
diukur dari jarak lurus dari siku depan sampai benjolan tulang duduk (Dwiyanto,
2013). Hasil penelitian ini diperoleh rata-rata panjang badan kambing lokal adalah
71,8 ± 3,93 cm pada jantan, dan 66,0 ± 5,81 cm pada betina. Panjang badan kambing
lokal di Lombok tengah bervariasi sesuai dengan pendapat Devendra dan Burns
(1970) bahwa kambing di daerah tropis dan subtropis beragam ukuran tubuhnya.
10
Selanjutnya dikatakan bahwa meskipun ukuran fenotipenya banyak dipengaruhi oleh
lingkungan, dan khususnya oleh makanan, keragaman dasar antar bangsa kambing
Lingkar dada yaitu ukuran yang diukur melingkar tepat dibelakang scapula
(Dwiyanto, 2013). Hasil penelitian ini diperoleh rata-rata lingkar dada kambing lokal
adalah 78,7 ± 7,87 cm untuk jantan dan 72,2 ± 7,52 cm untuk betina. Hasil penelitian
Tengah sebagian besar hasil persilangan antara kambing PE dengan kambing kacang
11
BAB III
Kecamatan Gunung Sari dan Kediri Kabupaten Lombok Barat, Provinsi NTB.
3. Pita ukur digunakan untuk mengukur tubuh kambing (lingkar dada dan panjang
telinga
5. Tongkat Ukur digunakan untuk mengukur panjang badan dan tinggi badan
kambing.
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit kambing
lokal, jenis kelamin jantan dan betina, yang berumur diatas 3 bulan - < 8 bulan untuk
calon bibit kambing betina, umur 8 - 12 bulan untuk bibit kambing betina dan
berumur 3 – 12 bulan untuk calon bibit kambing jantan, umur 12 – 18 bulan untuk
12
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kediri dan Gunung Sari, Kabupaten
Lombok Barat. Tempat penelitian ini dipilih karena banyaknya ternak kambing lokal
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
kambing lokal yang sehat,berisi tanpa ada cacat yang berumur diatas 3 bulan - < 8
bulan untuk calon bibit kambing betina, umur 8 - 12 bulan untuk bibit kambing betina
dan berumur 3 – 12 bulan untuk calon bibit kambing jantan, umur 12 – 18 bulan
untuk bibit kambing jantan milik responden cara memilih umur dengn melihat
kondisi gigi dan catatan dari petugas keswan. Responden dipilih dari setiap
kecamatan terpilih di Kabupaten Lombok Barat yang melihara lebih dari 30 ternak
kambing. Sampel diambil di 2 lokasi sebanyak 61 sampel yaitu di desa Ombe Baru
Kecamatan Kediri punya usaha warga yang bernama pak H. Ahmad sebanyak 37
sampel yaitu 16 calon bibit dan 21 bibit kambing dengan populasi kambing sekitar 80
ekor kambing, dan di desa Midang Kecamatan Gunung Sari punya usaha warga yang
bernama pak H.Syamsul sebanyak 24 sampel yaitu 11 calon bibit dan 13 bibit dengan
memiliki cara pemeliharaan yang sama dengan sistem intensif. Menurut (Irmawan,
2019) Sistem pemeliharaan dimana hampir seluruh waktu dari hewan peternakan
tersebut dihabiskan dalam kandang, dan makanannya pun disediakan secara khusus
dalam kandang.dan pemberian pakan yang sama dengan memberi pakan 2x sehari
13
pagi dan sore, pakan yang diberikan yaitu rumput lapangan dan hasil limbah panen
jagung
A. Data Kualitatif
1. Warna bulu dikelompokkan mengikuti Kusuma (2016) dengan variasi warna putih,
hitam, cokelat, putih cokelat, hitam putih yaitu tunggal dan kombinasi: dilakukan
dengan cara melihat warna bulu pada bagian kepala, leher, punggung, pinggul, pantat,
2. Bentuk telinga diukur dari pangkal sampai dengan ujung telinga diklasifikasi
3. Garis muka dilihat dari samping pada posisi normal diklasifikasi kedalam
B. Data Kuantitatif
1. Bobot badan diukur menggunakan timbangan digital. Alat diset sesuai dengan
penggunaan, kemudian kambing dinaikkan ke atas timbangan. Nilai yang tertera pada
2. Panjang badan diukur dari garis lurus antara titik bahu sampai bagian pangkal
3. Tinggi pundak yaitu Jarak tertinggi pundak sampai alas kaki, diukur menggunakan
4. Lingkar dada diukur melingkar tepat dibelakang scapula dengan menggunakan pita
ukur.
14
5. Panjang telinga yaitu jarak antara pangkal sampai ke ujung telinga menggunakan
pita ukur dalam satuan cm.
Data yang diperoleh dari penelitian ini ditabulasi sesuai kategori calon bibit
dan bibit dan jenis kelamin. Data sifat kualitatif dihitung presentasenya dan data sifat
berdasarkan sifat kuantitatif dan kualitatif yang dijadikan sebagai standar bibit
kambing lokal yang dipelihara di Kabupaten Lombok Barat yang akan dibandingkan
x=
∑x Keterangan:
n x = rata-rata
∑ x = jumlah nilai data
n = banyak data
S=
√ 1
n−1
∑ ( x i−x )2
Keterangan:
S = standar deviasi
xi = nilai x ke-i
n = banyak data
x = Rata-rata
15
BAB IV
berjumlah 6,3% (45.340) dari populasi ternak kambing di NTB sekitar 709.768 ekor,
Populasi kambing di Kecamatan Kediri sekitar 3.360 ekor (BPP Kecamatan Kediri,
2020). Populasi kambing di Kecamatan Gunung Sari sekitar 5.529 ekor (BPP
pakan tersedia secara add libitum , pakan yang diberikan berupa rumput lapangan dan
hasil limbah panen jagung. Kandang yang digunakan adalah kandang panggung.
Pembersihan kandang dilakukan 2 kali seminggu agar ternak terhindar dari penyakit.
Pemilihan bibit dan calon bibit kambing oleh semua responden dilakukan dengan 2
cara yaitu mengambil bibit dari peternak lain dan anakan dari kandang sendiri dengan
Hasil pengamatan pola warna bulu pada calon bibit kambing lokal memiliki
pola warna tunggal dan warna kombinasi yaitu warna tunggal cokelat sebesar 26%,
dan pola warna kombinasi cokelat putih sebesar 26%, pola warna bulu putih hitam
sebesar 44%, dan pola warna bulu cokelat hitam memiliki persentase sebesar 1%.
Hasil pengamatan pola warna bulu pada bibit kambing lokal, memiliki pola warna
bulu tunggal dan warna bulu kombinasi yaitu warna tunggal cokelat sebesar 18%,
pola warna kombinasi yaitu cokelat putih sebesar 13%, pola warna bulu putih hitam
sebesar 36%, dan pola warna bulu cokelat hitam memiliki persentase sebesar 33%.
Hal ini sesuai dengan pendapat Budiarsana (2013) bahwa mayoritas kambing
peranakan etawa memiliki kombinasi warna putih hitam atau putih cokelat, namun
demikian kambing warna dominan putih dengan kepala hitam banyak disukai dan
mempunyai harga yang lebih tinggi. Beragamnya warna tubuh dominan pada
kambing merupakan salah satu ciri beragamnya jenis kambing yang ada dan juga
berhubungan dengan seleksi yang mengarah pada faktor kesenangan terhadap salah
17
Profil muka calon bibit dan bibit kambing lokal di Kabupaten Lombok Barat
Tabel 2. Profil Muka Calon Bibit dan Bibit Kambing Lokal di Kabupaten Lombok
Barat
Calon Bibit Bibit
Profil Garis Muka Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(n=27) (%) (n=34) (%)
Datar 7 26 11 32
Cembung 20 74 23 68
Hasil pengamatan profil muka calon bibit kambing lokal dengan garis muka
yang datar yaitu sebanyak 26% dan garis muka cembung sebesar 74%, dan garis
profil muka bibit datar yaitu 32% dan muka cembung sebesar 68%. Hasil
dengan kambing kacang, Menurut Pamungkas (2014) salah satu ciri utama kambing
PE adalah garis profil muka yang cembung sehingga hasil ini mengindikasikan
bahwa ternak kambing telah memiliki percampuran genetik dengan kambing kacang
dan sebagian berasal dari kambing PE. Beberapa karakter penting dari kambing PE
antara lain bentuk muka cembung dan telinga yang relatif panjang (Wasiati dan
Faizal, 2018).
Hasil pengamatan bentuk telinga pada calon bibt dan bibit kambing lokal
memiliki bentuk telinga sebesar 100% menjuntai kebawah. Hal ini diduga oleh
perkawinan silang antara kambing kacang dengan kambing etawa. Beberapa karakter
penting dari kambing PE antara lain bentuk muka cembung dan telinga yang relatif
18
4.3 Sifat Kuantitatif
Hasil pengukuran tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, bobot badan
Tabel 3. Rerata Tinggi Pundak (TP), Panjang Badan (PB), Lingkar Dada (LD), Bobot
Badan (BB), Panjang Telinga (PT) Calon Bibit dan Bibit Kambing Lokal di
Kabupaten Lombok Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa calon bibit kambing betina dan jantan
didapatkan ukuran tinggi pundak secara berturut-turut adalah 62,5 ± 2,45 cm dan 68,7
± 1,48 cm. Pada bibit kambing betina dan jantan sudah memenuhi standar bibit
mengingat tinggi pundak kambing betina dan jantan yaitu 67,5 ± 2,88 cm dan 74,2 ±
1,30 cm. Hasil ukuran tinngi pundak lebih tinggi dari hasil penelitian Victori et al
(2016) tinggi pundak kambing 56,06 ± 8,47. Terjadinya perbedaan ukuran tinggi
diduga karena bangsa kambing sudah tercampur dengan bangsa-bangsa kambing lain
atau perkawinan acak yang dilakukan peternak sehingga anakan yang dihasilkan
sangat bervariasi. Ukuran tinggi badan pada kambing jantan lebih tinggi
Hasil pengukuran panjang badan dari calon bibit dan bibit kambing dapat
diketahui bahwa ukuran panjang badan menunjukkan hasil yang sesuai terhadap
19
kriteria dengan hasil pengukuran panjang badan calon bibit betina dan jantan secara
berturut-turut yaitu 55,4 ± 2,30 cm dan 66,2 ± 2,86 cm. Ukuran panjang badan bibit
betina dan jantan secara berturut-turut yaitu 67,5 ± 2,88 cm dan 74,2 ± 1,30 cm.
Berdasarkan hasil pengukuran dapat diketahui bahwa ukuran panjang badan kambing
jantan lebih tinggi daripada kambing betina, hal ini disebabkan kambing jantan
memiliki hormon androgen yang memicu laju pertumbuhan lebih cepat dibandingkan
Hasil pengukuran lingkar dada calon bibit betina dan jantan secara berturut-
turut yaitu 66,7 ± 1,98 cm dan 74,6 ± 3,00 cm. Hasil rata-rata lingkar dada calon bibit
kambing jantan dan betina pada penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian Victori
et al., (2016) yaitu 49,67 ± 8,14 cm pada kambing umur I0. Hasil ukuran lingkar dada
bibit betina dan jantan secara berturut-turut yaitu 73,8 ± 3,55 cm dan 80,8 ± 1,78 cm.
Terjadinya perbedaan ukuran lingkar dada diduga karena perbedaan konsumsi jenis
nutrisi yang diberikan sesuai dengan jenis dan jumlah tanaman pakan yamg tersedia.
Hasil pengpukuran bobot badan calon bibit betina dan jantan pada kelompok
umur I0 secara berturut-turut yaitu 21,4 ± 1,57 kg dan 25,4 ± 1,23 kg. Hasil rata-rata
bobot badan calon bibit kambing PE jantan dan betina pada penelitian ini lebih tinggi
dari hasil penelitian Victori et al., (2016) yaitu 7,45 kg ± 8,43 kg pada kambing umur
I0. Hasil ukuran bobot badan bibit betina dan jantan secara berturut-turut yaitu 25,2 ±
1,58 kg dan 34 ± 1,22 kg. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bobot badan bibit
kambing betina sudah memenuhi standar bibit dan jantan ada beberapa yang belum
memenuhi standar bibit sesuai kriteria standar bibit menurut SNI yaitu 60% sudah
20
memenuhi standar kriteria dan 40% belum memenuhi standar kriteria. Pada bibit
kambing betina menunjukkan hasil yang sesuai dengan kriteria dibandingkan dengan
bibit kambing jantan. Ternak yang mendapatkan asupan jumlah dan kualitas pakan
Hasil penelitian total panjang telinga calon bibit kambing lokal betina yaitu
20,2 ± 1,36 Cm, jantan 21,8 ± 1,90 Cm dan panjang telinga bibit kambing lokal betina yaitu
22,8 ± 1,48 Cm, jantan 27 ± 1,00 Cm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panjang
telinga calon bibit dan bibit kambing lokal jantan maupun betina ada yang belum dan
ada yang memenuhi standar bibit sesuai kriteria. Persentase panjang telinga yang
sudah memenuhi yaitu 67 % dan yang belum memenuhi yaitu 33%. Hal ini
21
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Warna bulu pada calon bibit yaitu warna cokelat (26%). Kombinasi dua warna
adalah warna cokelat putih (26%), warna putih hitam (44%) cokelat hitam
(1%) sedangakan. Pada bibit warna bulu adalah warna cokelat (18%),
Kombinasi dua warna adalah warna cokelat putih (13%), warna putih hitam
(36%) dan cokelat hitam (33%). Profil muka calon bibit yaitu datar dengan
bibit kambing yaitu datar 32%, cembung dengan persentase 68%. Bentuk
2. Calon bibit dan bibit kambing lokal ditinjau dari sifat kualitatif memiliki
kemiripan terhadap kriteria standar bibit SNI yaitu kambing PE. Sifat
memenuhi standar bibit, untuk bobot badan dan panjang telinga belum dapat
memenuhi standar kriteria dan 40% belum memenuhi standar kriteria untuk
bobot badan serta persentase panjang telinga yang memenuhi syarat yaitu
22
5.2 Saran
lokal yang ada sehingga dapat meningkatkan dan menjaga mutu genetik pada
kambing lokal dengan cara dilakukan perbaikan recording dan seleksi terhadap
kambing lokal untuk meningkatkan produksi ternak kambing, serta perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang fenotip kambing di daerah- daerah lain di Nusa
Tenggara Barat
23
DAFTAR PUSTAKA
Edey, A., S . 2011. Klasifikasi Kuantitatif Pada Ternak. Jakarta : Penebar Swadaya
Faozi, A. N, A. Priyono, P. Yuwono. 2013. Ukuran Vital Cempe Pra Sapih dan
Hubungannya dengan Bobot Tubuh Berdasarkan Tipe Kelahiran Pada
Kambing Peranakan Etawa. J. Ilmiah Peternakan. Halaman 184-194.
Ginting. 2011. Cara mengetahui umur kambing. Teknologi Solusi Dunia Peternakan
Wart.4zoa vol. /6 no. 2 th.
Ilham, F., N. K. Laya., D. Daud., F. Nursali. 2019. Karakteristik Sifat Kualitatif dan
Kuantitatif Kambing Lokal di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Jurnal
Ketahanan Pangan. Vol. 3(2) Hal. 8-14.
24
Irmawan, H. S., 2019. 3 Macam Sistem Peternakan. Plengdut.com. Published
September 3, 2019. Accessed September 30, 2021.
https://www.plengdut.com/2019/09/peternakan-sistem-macam-sebutkan.html
Kusuma, L.M.D. 2016. Identifikasi Keragaman Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Pada
Kambing Lokal di Lombok Tengah. Kabupaten Lombok Tengah
25
Lampiran I
Data Hasil Pengamatan Kuantitatif (Tinggi Pundak, Panjang Badan, Lingkar
Dada, Bobot Badan, Panjang Telinga)
26
Lanjutan I
Umur (bulan)
Parameter Satuan
0,5 - 12 >12 – 18 >18 – 24
Bobot badan Kg 19 26 34
Tinggi pundak Cm 56 65 69
Panjang badan Cm 51 62 65
Lingkar dada Cm 52 66 72
Panjang telinga Cm 22 26 26
Sumber : SNI 7352.1:2015. Bibit kambing Betina Peranakan Etawah.
Tabel 7. Identifikasi Keragaman Sifat Kuantitatif Pada Kambing Lokal Di Lombok Tengah
Lanjutan I
28
Tabel 8. Umur gigi pada kambing
< 1 tahun Gigi seri susu sudah tumbuh semua
1 – 2 tahun 2 gigi seri susu sudah berganti tetap
2 – 3 tahun 4 gigi seri susu sudah berganti tetap
3 – 4 tahun 6 gigi seri susu sudah berganti tetap
4 – 5 tahun 8 gigi seri susu sudah berganti tetap
>5 Gigi seri tetap sudah mengalami keausan atau mulai tanggal
29
Lampiran II
Tabel 9. Hasil Pengamatan Warna Bulu Calon Bibit Kambing Lokal di Kabupaten
Lombok Barat.
Kecamatan Kecamatan
Warna Bulu Gunung Sari Kediri
Σ % Σ %
Cokelat Putih 3 27% 4 25%
Cokelat 4 36% 3 19%
Putih Hitam 1 10% - -
Cokelat Hitam 3 27% 9 56%
Total 11 100% 16 100%
Tabel 10. Hasil Pengamatan Warna Bulu Bibit Kambing Lokal di Kabupaten Lombok
Barat
Kecamatan Kecamatan
Warna Bulu Gunung Sari Kediri
Σ % Σ %
Cokelat Putih 4 27% 5 19%
Cokelat 3 36% 4 15%
Putih Hitam 2 10% 8 31%
Cokelat Hitam 4 27% 9 35%
Total 13 100% 26 100%
Tabel 11. Hasil Pengamatan Profil Muka Calon Bibit Kambing Lokal di Kabupaten
Lombok Barat
Kecamatan Kecamatan
Profil Garis Muka Gunung Sari Kediri
Σ % Σ %
Datar 9 82% 11 69%
Cembung 2 18% 5 31%
Total 11 100% 16 100%
30
Tabel 12. Hasil Pengamatan Profil Muka Bibit Kambing Lokal di Kabupaten Lombok
Barat
Kecamatan Kecamatan
Profil Garis Muka Gunung Sari Kediri
Σ % Σ %
Datar 10 77% 17 81%
Cembung 3 23% 4 19%
Total 13 100% 21 100%
.
Tabel 13. Identifikasi Keragaman Sifat Kualitatif Pada Kambing Lokal di Lombok
Tengah (Lalu Mawar Dinding Kusuma,2016)
Sifat Kualitatif Tampilan Persentase (%)
Lampiran III
31
Dokumentasi Pengambilan Sampel Data
33
Gambar 9. Profil Muka dan Warn Bulu Gambar 10. Profil Muka dan Warna Bulu
Lampiran IV
Lampiran V
Dokumentasi Kandang
35
Riwayat Hidup
36
Didin Juliyadi, lahir pada tanggal 3 Juli 1999, di
3. Lulus Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2014 di SMPN 1 Labuhan Badas
4. Lulus Sekolah Menengah Atas pada tahun 2017 di SMAN 2 Sumbawa Besar
37
38