IRWAN EFENDI
105960196715
PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
USAHATANI LADA PUTIH DI DESA LUNJEN
KECAMATAN BUNTU BATU
KABUPATEN ENREKANG
IRWAN EFENDI
105960196715
SKRIPSI
PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
iii
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
penulis dengan penuh ketenangan hati dan keteguhan fikiran untuk menyelesaikan
skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akhir untuk memperoleh gelar
Makassar.
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
terhormat :
1. Dr. Ir. Arifin Fattah, M.Si selaku pembimbing I dan Sitti. Arwati, S.P.,M.Si
2. Dr. Ir. Hj. Andi Kheriyah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P selaku Ketua Prodi agribisnis fakultas Pertanian
penulis.
vi
5. Terkhusus buat Ayahanda dan Ibunda tercinta yang banyak memberikan do’a,
dorongan, perhatian dan kasih sayangnya dengan tulus selama ini dan suluruh
7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir
Irwan Efendi
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….xii
I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
viii
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................................ 36
Berganda ...................................................................................................... 53
ix
5.3.4. Pestisida (X4) berpengaruh terhadap produksi (Y) ................................ 57
x
DAFTAR TABEL
11. Tabulasi Silang Pupuk Terhadap Produksi Lada Putih di Desa Lunjen
xi
13. Variabel Produksi Pada Usaha tani Lada Putih di
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
I. PENDAHULUAN
Sandiago, 2009)
masukan (input), seperti pupuk, pestisida tenaga kerja, lahan, irigasi dan lain
susu, daging, kelapa, minyak, dan sebagainya yang merupakan masukan bagi
dibutuhkan sudah terpenuhi. Faktor produksi terdiri dari empat komponen yaitu
literatul, sebagai para ahli mencamtumkan hanya tiga faktor produksi, yaitu tanah,
dan tenaga kerja. Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan
saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses
1
produksi atau usaha tani tidak akan berjalan, terutama ketiga faktor seperti tanah,
Faktor produksi tanah terdiri dari beberapa faktor alam lainnya seperti air,
tidak hanya dilihat dari segi luas sempitnya saja, tetapi juga dari segi yang lain,
seperti jenis tanah, macam penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan, dan
faktor produksi modal.Makin tinggi modal tinggi modal perunit usaha digunakan
maka usaha tersebut dinamakan makin padat modal atau makin intensif. Apakah
makin intensif suatu usaha maka makin tinggi atau tidak keuntungannya itu masih
Sama seperti tanah tenaga kerja juga mempunyai peran yang penting
adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia manusia yang tidak dapat
dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Menurut sebagian
pakar ekonomi pertanian, tenaga kerja (man power) adalah penduduk dalam usia
kerja, yaitu yang berumur 10-64 tahun, merupakan penduduk potensial yang dapat
adalah lada putih yang merupakan salah satu rempah/bumbu masakan yang lebih
dikenal sebagai sayuran rempah, yang berarti hanya dibutuhkan dalam jumlah
2
yang kecil.Namun karena setiap orang mengemarinya dan hampir setiap masakan
optimal, penggunaan pupuk dan didukung oleh tenaga kerja yang mempunyai
yang besar terhadap kelangsungan hidup petani lada putih.Harga lada putih sering
turun dan lebih parah lagi jika hasil produksi yang telah diprediksikan jauh lebih
tahun yang lalu terutama disekitaran Kecamatan Buntu Batu.Lada putih ini
beradaptasi cukup baik pada daerah daratan tinggi beriklim dingin.Salah satu
problem mendasar yang selalu dialami oleh petani adalah turunnya harga hasil
pertanian pada saat panen raya, sehingga pembiayaan lebih besar dari penerimaan,
usahanya.
yang sangat potensial untuh usaha budidaya tanaman lada putih dari 12
3
Batu luas serta produksi yang cukup tinggi. Hal ini dapat kita lihat pada tabel 1
berikut ini:
Tabel 1. Luas area dan produksi lada putih di Kabupaten Enrekang Tahun 2020
satu daerah penghasil lada putih.Kecamatan Buntu Batu memiliki luas area
sebesar 484 ha, sehingga mampu menghasilkan produksi 1.056,1 ton.Ini berarti
bahwa Kecamatan Buntu Batu sangat cocok untuk budidaya lada putih.
faktor-faktor produksi (input) yang belum optimal oleh para petani. Ketidak
optimalan penggunaan luas lahan, modal dan tenaga kerja juga dapat
faktor yang mempengaruhi produksi usahatani lada putih desa lunjen kecamatan
4
1.2 Rumusan masalah
berikut : faktor Apa saja yang mempengaruhi usaha produksi lada putih di Desa
usaha produksi lada putih di Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten
Enrekang?
Putih dan pengalaman serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
Makassar.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
input atau faktor-faktor produksi (tenaga kerja, teknologi, pupuk, benih, dan
tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat (Abd. Rahim dan Diah Retno
Dwi Hastuti, 2007). Adapun pengertian usahatani lainnya dapat dilihat dari
efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Usahatani pada dasarnya adalah alokasi sarana produksi yang efisien untuk
berhasil kalau diperoleh produksi yang tinggi dan sekaligus juga pendapatan yang
alternatif penggunaan sumber daya yang terbatas yang meliputi lahan, tenaga
6
kerja, dan waktu. Dalam usahatani juga terjadi kegiatan mengorganisasi
(mengelola) aset dan cara dalam pertanian atau suatu kegiatan yang
mengorganisasi (mengelola) aset dan cara dalam pertanian atau suatu kegiatan
yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha
dua corak dalam pengelolaannya yaitu usahatani yang bersifat subsisten adalah
adanya suatu usahatani untuk mencari laba atau profit yang sebesar-besarnya.
keluarga sehari-harinya.
7
1.2 Faktor Produksi Usahatani
panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama
tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan
faktor produksi pun ikut sebagai penentu pencapaian produksi. Proses produksi
baru bisa berjalan bila pensyaratan ini yang dibutuhkan dapat dipenuhi.
Pensyaratan ini lebih dikenal dengan nama faktor produksi. Fakto-faktor yang
dalam suatu usahatani.Tanah merupakan syarat mutlak bagi petani untuk dapat
memproduksi lada putih. Dengan memiliki lahan yang cukup berarti petani sudah
mempunyai modal utama yang sangat berharga sebagai seorang petani karena
pada lahan inilah petani akan melakukan proses produksi sehingga menghasilkan
lada putih.
hidrologi, tanah, flora dan fauna yang secara bersama-sama dengan hasil kegiatan
manusia baik di masa lampau maupun masa sekarang yang akan mempengaruhi
penting dalam proses produksi ataupun usahatani dan usaha pertanian. Semakin
8
luas lahan (yang digarap/ditanami), semakin besar jumlah produksi yang di
pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibandingkan
lahan yang lebih luas.Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usaha
tani dilakukan.Kecuali bila suatu usaha tani dijalankan dengan tertib dan
terletak penerapan teknologi, karena pada luasan yang lebih sempit, penerapan
teknolongi cenderung berlebihan (hal ini berhubungan erat dengan konversi luas
Faktor produksi tanah tidak hanya dilihat dari segi luas atau sempitnya
saja, tetapi juga dilihat dari segi lain seperti produktivitas tanah yang tergantung
pengairan, sarana prasarana), topografi (tanah dataran tinggi, dataran rendah, atau
daerah pantai), pemilikan tanah, nilai tanah serta fragmantasi tanah. Jenis tanah
serta pilihan metode pengelolahan tanah. Selain itu juga mempengaruhi petani
dalam pemilihan tanaman, pilihan waktu bertanam dan cara bercocok tanam.
tanah milik atau tanah hak milik, tanah sewa, tanah sakap, tanah gadai dan tanah
yang dimiliki atau dikelola petani dapat digolongkan atas beberapa jenis proses
9
penguasaan dan status tanah, yaitu: dibeli, disewa, disakap, pemberian oleh
tingkat kesuburannya atau kelas tanahnya, fasilitas irigasi, posisi lokasi terhadap
dasar pengertian lahan dan fungsi lahan diatas dapat disimpulkan bahwa lahan
merupakan faktor yang penting dalam sektor pertanian ini. Lahan mempunyai
nilai ekonomis yang bisa sangat tinggi dengan begitu akan menggantungkan
pemiliknya. Dalam konteks pertanian, penilian tanah subur mempunyai nilai yang
kekayaan seseorang, yaitu semua harta berupa uang, tabungan, tanah, rumah,
mobil, dan lain sebagainya yang dimiliki. Modal tersebut dapat mendatangkan
modalnya.Dalam ilmu ekonomi juga dapat definisi tentang modal. Menurut Von
Bohm Bawek, arti modal atau kapital adalah segala jenis barang yang dihasilkan
digunakan untuk memproduksi barang-barang baru dan inilah yang disebut modal
10
Modal adalah faktor terpenting dalam pertanian khususnya terkait bahan
produksi dan biaya tenaga kerja. Dengan kata lain, keberadaan modal sangat
sehingga menimbulkan resiko kegagalan atau rendahnya hasil yang akan diterima
1. Modal tetap, meliputi: tanah dan bangunan. Modal tetap dapat diartikan
sebagai modal yang tidak habis pada satu periode produksi. Jenis modal ini
pinjaman atau kredit, hadiah, warisan, dari usaha lain dan kontrak.
permodalan.Para petani pada umumnya memiliki modal sendiri yang relatif kecil,
modal pinjaman (kredit).Baik kredit itu berasal dari pemerintah, bank, lembaga
11
Sebenarnya kredit mwmpunyai arti sebagai suatu tranksaksi antara dua
ekonomi berupa uang, barang atau jasa) dan pihak kedua disebut debitor
petani, petani dengan pedagang, dan petani dengan rentiner juga terjadi kredit
(bimbingan missal), yang mulai disalurkan tahun 1997 sampai dengan musim
modalnya dalam usaha tani lada putih.Pada awalnya, realisasi pengucuran kredit
dan kemacetan atau terjadi tunggakan.Sehingga semakin lama jumlah kredit dan
barang-barang baru yaitu hasil pertanian (Mubyarto, 1989: 106). Dengan adanya
modal ini diharapkan petani dapat mengoptimalkan proses produksi sehingga akan
12
c. Faktor Produksi Tenaga Kerja
Tenaga kerja (man power) yaitu penduduk dalam usai kerja, yaitu yang
berumur antara 15-64 tahun, merupakan penduduk potensial yang dapat bekerja
untuk memproduksi barang atau jasa, dan disebut angkatan kerja (labor force)
adalah penduduk yang bekerja dan mereka yang tidak bekerja, tetapi siap untuk
Tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik dan otak manusia, yang tidak
dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Setiap usaha
pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu
dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya
tenaga kerja efektif yang dipakai. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecinya
berapa tenaga kerja efektif yang dipakai. Skala usaha akan mempengaruhi besar
kecilnya berapa tenaga kerja yang dibutuhkan dan pula menentukan macam
Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani
sendiri. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani merupakan sumbangan
keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak perna dinilai dalam
dari keluarga sendiri belum mencukupi barulah petani menggunakan tenaga kerja
dari luar dan biasanya sudah dibayar dengan sistem upah sesuai dengan jam
13
1) Tenaga kerja manusia, dapat berupa tenaga kerja laki-laki, perempuan
maupun anak-anak. Tenaga kerja ini dapat pula berasal dari dalam
keluarga atau berasal dari luar keluarga. Tenaga kerja dari luar keluarga
dapat diperoleh melalui cara mengupah, sambatan atau arisan tenaga kerja.
Tenaga kerja dalam pertanian adalah pencurahan tenaga kerja dalam proses
tenaga kerja usahatani dimaksudkan agar proses produksi dapat berjalan maka
pada tiap tahapan kegiatan usahatani diperlukan masukan tenaga kerja yang
sepadan. Dengan adanya masukan tenaga kerja yang sepadan diharapkan proses
d. Hasil Produksi
Hasil yaitu keluaran (output) yang diperoleh dari pengelolaan input produksi
(sarana produksi atau biasa disebut masukan) dari suatu usaha tani (Daniel, 2004).
Hasil produksi merupakan hasil keluaran (output) yang dapat diperoleh dari
sumber-sumber yang tersedia dengan harapan akan mendapatkan hasil yang lebih
peningkatan atau perluasan produksi, baik jumlah maupun mutunya. Usaha untuk
14
meningkatkan jumlah dan mutu hasil produksi dapat dilakukan melalui beberapa
a) Eksstensifikasi
b) Intensifikasi
c) Diversifikasi
d) Spesialisasi
yang dihasilkan juga meningkat dan kualitas hasil kerja akan lebih baik.
f) Memberi proteksi
15
masuknya barang-barang tertentu yang industri dalam negeri sudah dapat
sebagainya.
b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga tenaga kerja, tingkat
c. Pendapatan Usahatani
atau hal materi lainya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia
bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap
anggota rumah tangga dalam bentuk uang yang diperoleh baik sebagai gaji atau
setelah selesai proses produksi baik masih berwujud barang-barang hasil produksi
16
maupun uang dari hasil penjualan hasil produksi tersebut. Menurut Soekartawi
jual produk. Biaya usahatani biasanya diklasifikasi menjadi dua, yaitu: biaya tetap
(fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ini umumnya
didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan
walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, contohnya pajak, sewa
tanah, iuran pengairan, dan alat produksi.Biaya tidak tetap didefinisikan sebagai
biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh contohnya
biaya untuk produksi seperti tenaga kerja, bibit, pupuk dan sebagainya.
Pada setiap akhir panen petani selalu menghitung berapa hasil bruto yang
semuanya untuk biaya usaha taninya tersebut seperti pupuk, pestisida, pengolahan
tersebut dikurangkan terhadap hasil yang didapatkan barulah bisa dihitung berapa
mengelola usahataninya seperti biaya pupuk, obat, tenaga kerja, dan lain-
lain.
17
b. Pendapatan total, merupakan selisih dari penerimaan dengan pendapatan
biaya, baik biaya tunai ataupun yang diperhitungkan. Dari kedua segi
adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau
memelihara tenak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu.
Bertolak dari pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa antara petani dan
pertanian tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.Oleh karena itu
perbedaanya hanya terletak pada obyek saja. Menurut Slamet (2000), petani asli
adalah petani yang memiliki tanah sendiri, bukan penyakap ataupun penyewa.
Petani asli misalnya ya, saya punya lahan sendiri, dikerjakan sendiri.Kalau yang
palsu kita cuman ketengan.Paling kita beli satu tahun, gitu.Sewa.Soalnya, bukan
tanah sendiri. Misalnya itu, sudah satu tahun kan sudah habis. Kalau sudah nggak
bisa bayar lagi ya orang lain. Ketika ditanya, jika seseorang yang memiliki tanah
tetapi pengelolaannya dikerjakan oleh buruh tani, apakah masih bisa disebut
petani asli, pak Slamet mengatakan, “ya bisa, itu namanya petani.Menurutnya
sekecil apapun tanah yang dimiliki seorang petani, dia tetap disebut petani asli
menguasai tanah luas, tetapi tanah yang dikuasainya itu bukan miliknya sendiri,
dia tidak bisa disebut sebagai petani asli, melainkan petani ketengan.Menurutnya,
18
seluas apapun tanah yang dikuasai oleh petani ketengan, dia belum bisa disebut
orang kaya.Karena itu, tidak mengherangkan jika seorang petani ketengan tidak
penguasaan tanahnya.
petani yang “sebenarnya”(the real peasant). Penambahan kata “asli” dalam kata
gambaran ideal sosok petani yang hidup dalam konstruksi persepsi masyarakat.
Disi kita bisa mendikotomikan “asli” dan “palsu”, melainkan “citra ideal” dan
“kenyataan empiri”. Ideal dalam konteks ini tidak berarti hanya hidup dalam
dunia ide dan harapan, karena bisa juga lahir dari sebuah kenyataan yang pernah
ada.Itu artinya, presepsi tersebut lahir dari sebuah pandangan historis tentang
petani yang pernah dikenal masyarakat diwaktu lampau. Dengan kalimat lain,
penambahan kata “asli” dalam kata “petani” menandakan bahwa secara hostoris
apa yang disebut petani itu adalah orang yang menggarap dan mengelola tanah
miliknya sendiri. Singkatnya, pengertian petani secara genuine adalah orang yang
terletak pada soal, bahwa tanah adalah tanah adalah alat produksi utama petani,
yang tidak memiliki tanah sendiri tidak dianggap sebagai petani sejati atau
19
kepemilikannya atas tanah.Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa konsep
menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari itu, petani adalah sebuah
cara hidup (way of life atau livehood) bagi sebagian besar petani. Oleh karena
sektor dan sistem pertanian harus mendapatkan subjek petani sebagai pelaku
sektor pertanian secara utuh, tidak saja petani sebagai economicus, melainkan
juga sebagai homo socius dan homo religious. Konsekuensi pandangan ini adalah
dikaitkannya unsur-unsur nilai sosial-budaya local, yang memuat aturan dan pola
Konsep pertanian tidak akan menjadi suatu kebenaran umum, karena akan
selalu terkait dengan paradigma dan nilai budaya petani local, yang memiliki
kebenaran umum tersendiri. Oleh karena itu pemikiran sistem agribisnis yang
paradigma pertanian tentu saja sarat dengan sistem nilai, budaya, dan ideologi dari
tempat asalnya yang patut kita kaji kesesuaiannya untuk diterapkan di Negara
terhadap kehidupan (ideologi) mereka sendiri, yang perlu digali dan dianggap
20
persaingan, distribusi, produksi dan komsumsi yang melindungi petani tidak akan
misalnya, jenis banyak yang ditanam adalah Belantung dan Kerinci.Di Bangka
jenis yang banyak ditanam adalah “Lampung Daun Kecil”(LDK) dan “Lampung
Daun Lebar” (LDL), Merapin, Chunuk dan Jambi. Di Kalimantan, jenis ini lada
yang banyak ditanam adalah varietas Bengkayang. Di Provinsi Jawa Barat, Jenis
penyakit utama lada, sehingga petani dapat memilih jenis varietas lada mana yang
Tanaman lada putih tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian
mulai dari 0-700 m di atas permukaan laut (dpdl). Penyebaran tanaman lada
sangat luas berada di wilayah tropika antara 200 LU dan 200 LS, dengan curah
hujan dari 1.000-3.000 mm per tahun, merata sepanjang tahun dan mempunyai
hari hujan 110-170 hari per tahun, musim kemarau hanya 2-3 bulan per tahun.
Kelembaban udara 63-98% selama musim hujan, dengan suhu maksimum 35ºC
dan suhu minimum 20ºC. Lada dapat tumbuh pada semua jenis tanah, terutama
21
tanah berpasir dan gembur dengan unsure hara cukup, drinase (air tanah), baik,
2.5 m x 2.5 m (1600 tanaman/ Ha) atau 3.0 m (1100 tanaman/ Ha) dengan ukuran
lebar x dalam). Tanah galian dibiarkan terbuka agar terkena matahari selama
kurang lebih 40 hari sebelum tanam. Tanah yang berasal dari bagian atas
dicampur dengan bahan organik atau kompos dan mikroba berguna seperti:
apabila diperlukan. Tanaman lada tumbuh kurang baik pada areal yang
maculate), dadap cangkring (Erythrina Fusca Lour) atau jenis tanaman lainnya
yang mempunyai sifat cepat tumbuh, dapat dipangkas secara periodik dengan
sistem perakaran yang dalam. Panjang dan diameternya kurang lebih 2 cm dan 5
2.4.4 Penanaman
Bibit setek lada yang telah berakar dan tumbuh 5 sampai 7 buku (ruas)
dapat langsung ditanam dan diletakkan miring yaitu 30º sampai 45º mengarah ke
22
tajar. Ruas daun setinggi 3 sampai 4 buku bagian pangkal (tanpa daun)
disandarkan dan diikat pada tajar. Apabila bibit lada ditumbuhkan dalam polybag,
alang-alang atau lainnya yang mudah diperoleh agar terlindung dari teriknya sinar
matahari.Pelindung dapat dibuka atau diangkat apabila tanaman lada telah kuat.
2.4.5 Pupuk
dengan tujuan menambah kandungan unsur hara dalam tanah yang secara
diberikan ada dua jenis yaitu pupuk organik dan anorganik.Pemupukan memiliki
maksimal ini disebabkan oleh tanah yang kurang mengandung bahan organic
Menurut Sutarno dan Agus Andoko (2003), dalam mencapai hasil yang
maksimal pemupukan harus dilakukan dengan tepat dosis, tepat waktu, dan secara
terus menerus sampai tanaman lagi tidak produktif. Pemupukan tanaman lada
dilakukan dari awal tanaman dengan diawali dengan pemberian pupuk organik
dengan dosis 1 kg/lubang tanam dan juga pupuk anorganik berupa pupuk NPK
23
sebanyak 20 gram/tanaman. Pemupukan selanjutnya diberikan setelah tanaman
berumur 3 bln diberikan pupuk NPK dengan gabungan pupuk kandang dengan
Pada saat tanaman lada memasuki fase generatif atau berumur 17 bulan
saat tanaman lada sudah berbuah dilakukan dengan menambah dosis pupuk yang
pembentukan bunga dan buah (T. Sarpian 2003). Pada saat tanaman berbuah
dilakukan pemberian pupuk 3 kali dalam setahun yaitu pada bulan januari, mei,
dan oktober. Pada januari diberikan pupuk urea sebanyak 55gram / ditambah
dengan 150 gram pupuk kandang. Pada bulan mei diberikan pupuk 55 gram urea,
115 gram TSP, dan 200 pupuk kandan pertanam, sedangkan pada bulan oktober
diberikan 100 gram urea, 175 gram TSP, dan 300 gram pupuk kandang. Pola
pemberian pupuk tersebut terus dilakukan sampai tanaman tidak lagi berproduksi
Serangan hama dan penyakit menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
pestisida merupakan salah satu cara yang digunakan untuk membunuh berbagai
hama. Bagi prtani, hama adalah sangat luas diantaranya tungau, tumbuhan
pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi atau jamur, bacteria
24
dan virus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan (Subyako dan
Sudarmo, 1991 dalam tri Bowo 2010). Menurut hasil penelitian Amanda R.N,
tanaman jagung dengan nilai signifikasi 0,045< α = 0,05. Dengan demikian ada
lada.
Hama `utama yang menyerang tanaman lada adalah penggerek batang, pengisap
bunga dan pengisap buah.Sedangkan penyakit utama lada adalah penyakit kuning,
hama dan penyakit utama lada dapat dilakukan dengan menerapkan teknik budaya
sesuai anjuran, menanam Arachis pintoi sebagai tanaman penutup tanah, dan
pertamanya.Setelah tanaman lada menginjak umur tiga tahun, muncul bunga tahap
kedua yang diberikan menjadi buah.Pada umur 3 tahun, tanaman sudah dapat
9 bulan setelah 9 bulan persarian selesai sehingga panen pertama terjadi pada
umur tanaman kurang lebih 4 tahun.Pada tahun keempat ini, hasil panen lada
mencapai jumlah yang paling banyak. Budidaya lada dengan media tiang panjat
mati dan pemeliharaan yang baik akan mulai memproduksi pada umur 2 sampai 3
25
Sejak terbentuknya bunga sampai buah matang memerlukan waktu yang
cukup lama, yaitu sekitar 8 sampai 9 bulan.Panen buah lada dilakukan tergantung
pada produk lada yang dihasilkan, lada hitam atau lada putih.Hasil untuk produk
lada putih dilakukan pada saat buah berwarna kuning kemerahan. Buah yang
terlalu matang (berwarna merah) akan menurunkan mutu lada karena akan
buah lada sebaiknya dilakukan beberapa kali dengan tujuan mendapatkan kualitas
buah yang seragam sehingga akan diperoleh lada bermutu tinggi. Rata-rata
produksi maksimal yang dihasilkan lada putih mencapai 4 ton per hektar. Jumlah
penyakit.
Menurut Suwarto dan Yuke (2010) tahapan pengolahan lada putih secara
minggu.Tumpukkan karung lada sebaiknya dibolak balik agar pelepasan biji dari
dihasilkan menjadi rendah. Setelah dicuci bersih, biji lada dijemur sampai kering
26
dibutuhkan dapat terpenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal dengan nama faktor
seperti alam, tenaga kerja, teknologi dan pengelolaan yang ditujakan pada
putih yang dilakukan petani disana semakin menurun dari tahun ketahun.Produksi
lada putih petani disana juga sangat bergantung faktor-faktor produksi yang
kerja, pupuk, pestisida. Secara sistematis uraian diatas dapat ditunjukkan dalam
Pupuk (X3)
Pestisida (X4)
27
Kabupaten Enrekang bahwa bagaimana pengaruh luas lahan (X 1) terhadap
produksi lada putih (Y), bagaimana pengaruh pupuk (X3) terhadap produksi lada
putih (Y), bagaimana pengaruh pestisida (X4) terhadap produksi lada putih
(Y).
28
III. METODE PENELITIAN
Kabupaten Enrekang. Penelitan ini akan dilakukan selama dua bulan mulai April
totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran
lengkap dan jelas yang ingin dipelajari dari sifat-sifatnya. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh petani yang sedang melakukan usahatani lada putih
Populasi dalam penelitian ini adalah petani lada putih di Desa Lunjen
dengan jumlah populasi sebanyak 245 petani lada putih, dari jumlah tersebut
(simple random sampling). Penentuan dilakukan sebesar 15% dari populasi, jadi
Adapun jenis dan sumber data dalam penelitian ini terdiri dari primer dan
data sekunder:
29
1. Data Primer
Data Primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau
kelompok (orang) maupun hasil observasi dari suatu objek. Kejadian atau hasil
menjawab pertanyaan riset (metode survey) yang diamati dalam penelitian ini
2. Data Sekunder
Data Skunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh media perantara
atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, buku yang telah ada, atau
arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.
Data skunder dalam penelitian ini didapat dari instansi terkait yang berhubungan
dengan penelitian yaitu kantor desa Lunjen kecamatan Buntu Batu Kabupaten
Enrekang. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis survei yaitu penelitian
30
1. Observasi.
adalah suatu istilah umum yang mempunyai arti semua bentuk penerimaan data
Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada
2. Wawancara
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksud pada tulisan ini ada dua macam, yakni dokumen
cetak (hard copy) dan dokumen online atau file (soft copy). Adapun dokumen non
cetakan adalah dokumen yang diperoleh melalui cara mengunduh (download atau
penelitian ini adalah menganalisis pengaruh luas lahan, tenag kerja, pupuk,
pestisida, terhadap produksi ladah putih di Desa Lunjen , Kecamatan Buntu Batu,
31
Kabupaten Enrekang .
regresi berganda . Untuk melihat pengaruh luas lahan (X1), tenaga kerja (X2),
pupuk (X2), pestisida (X4) terhadap produksi ladah putih (Y) digunakan
sebagian
berikut
lnY = ln α + β1 ln X1 + β2 ln X2 + β3 ln X3 + β4 ln X4 + β5 ln µ………..(3)
Dimana :
Y = Nilai produksi
X3 = Pupuk (kg)
X4 = Pestisida (ml)
βₒ = Konstanta
µ = Error Term
Ln = Logaritma Natural
32
3.5.2 Uji Hipotesis
- Jika nialai thitung > nilai ttabel, maka Ho ditolak artinya koefisien
- Jika nilai thitung < nilai ttabel, maka Ho diterima artinya koefisien regresi
- Hipotesis Nol (Ho) Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang meyatakan tidak
adanya hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y).
variabel independen (X) dan variabel dependen (Y) yang diteliti. Hasil
33
2. Luas lahan adalah total luas lahan yang digunakan oleh petani ladah putih
3. Tenaga kerja adalah yang digunakan dalam sekali panen ladah putih di
mulai dari pengolahan tanah sampai panen, baik yang berasal dari keluarga
maupun luar keluarga, dan diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK).
4. Pupuk adalah jumlah pupuk yang digunakan dalam proses produksi ladah
dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram (Kg).
34
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Desa Lunjen adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Buntu Batu
dan berada di bagian timur Kabupaten Enrekang. Secara geografis Desa Lunjen
adalah daerah yang berbukit-bukit dan berada di dataran tinggi dengan ketinggian
antara 750–1196 meter di atas permukaan laut dan Desa Lunjen mempunyai luas
748 Ha.
Iklim dan curah hujan di Desa Lunjen hampir sama dengan daerah lainnya
yang ada di Kabupaten Enrekang yakni terdapat 2 musim (musim hujan dan
musim kemarau). Musim hujan biasanya mulai pada bulan November sampai Juli
dan oleh masyarakat petani dimanfaatkan untuk memulai pengolahan tanah untuk
tanaman padi. Musim kemarau biasanya terjadi antara bulan Agustus sampai
Oktober, namun di antara musim kemarau tersebut masih sering terjadi hujan
meskipun hanya sesekali. Desa Lunjen juga memiliki suhu udara rata-rata harian
35
Desa Lunjen terbagi atas 5 dusun yaitu sebagai berikut :
1. Dusun Galung
2. Dusun Nusa.
3. Dusun Bamba
4. Dusun Rumbia
5. Dusun Madata
dan sekaligus sebagai modal utama suatu Negara dikatakan berkembang atau
maju bahkan suksesnya pemanunan disegala bidang dalam Negara tidak bisa
terlepas dari peran penduduk, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya
dan pendidikan, sekaligus sebagai faktor utama dalam pembangunan fisik maupun
Jumlah penduduk di Desa Lunjen yaitu berjumlah 1.907 jiwa yang terdiri dari
laki-laki sebanyak 969 jiwa dan perempuan sebanyak 938 jiwa yang tersebar
dalam 5 dusun dengan perincian dapat di lihat pada Tabel 2 sebagai berikut:
36
Sumber : kantor Kecamatan Buntu Batu dalam Angka, 2020.
yang terbanyak di Dusun Galung dengan jumlah 463 orang dengan jumlah
247 orang dengan jumlah persentase 8 persen. Keadaan penduduk di Desa Lunjen
terhitung mulai angka bayi sampai umur berlanjut. Keadaan penduduk Desa
Lunjen masih sangat potensial untuk mengembangkan satu titik usaha yang
maksimal karna masih banyak di dominasi oeh umur yang masih produktif
Suatu generasi atau yang biasa disebut sebagai kelompok usia merupakan
lingkungan politik, sejarh dan ekonomi. Disebut sebagai kelompok usia karena
mereka telah berbagai sejarah, perilaku dan nilai bersama yang bersifat unik.
menjelaskan suatu sikap, nilai-nilai dan perilaku dari suatu kelompok umur serta
memprediksi sikap nilai dan perilaku di masa yang akan datang (Del
Hawkins,2007).
37
Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Lunjen, 2020.
NO. Kelomok Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 0-11 360 23,00
2. 12-21 320 21,00
3. 22-31 201 14,00
4. 32-41 222 11,00
5. 42-51 417 10,00
6. 52-61 183 8,00
7. 62-71 160 7,00
8. 72-80 23 4,00
9. >80 19 2,00
Jumlah 1.907 100,00
Sumber : Kantor Kecamatan Buntu Batu dalam Angka, 2020.
yang ada di Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang terbagi
dalam 8 kelompok umur. Kelompok umur terbanyak berada pada umur 0-11 tahun
sebanyak 360 orang, terendah berada pada kelompok umur >80 tahun sebanyak
19 orang.
kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan keputusan usaha. Oleh karena itu,
38
Tabel 4. Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Lunjen, 2021
NO. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. SMP 992 46,00
2. SMA 720 28,00
3. SD 270 20,00
4. S1 41 6,00
5. S2 22 1,00
Jumlah 2.045 100,00
Sumber : Kantor Kecamatan Buntu Batu dalam Angka, 2020.
tingkat pendidikan SMP dengan jumlah 992 orang, dengan terendah adalah
penduduk yang mengenyam hingga strata 2 (S2) dengan jumlah 22 orang. Hal ini
Enrekang sebagian besar adalah petani. Namun tidak semua penduduk Desa
Lunjen bermata pencaharian sebagai petani karena ada juga sebagian masyarakat
yang mata pencahariannya sebagai buruh, PNS, Peternak dan pengusaha kecil dan
39
Tabel 5 menunjukan bahwa mayoritas penduduk di Desa Lunjen
mata pencahariannya sebagai buruh tani seanyak 19 orang. Hal ini menunjukkan
Sarana adalah suatu alat yang dapat di pergunakan untuk mencapai tujuan,
sedangkan prasarana adalah jembatan untuk menuju tingkat sarana. Aktivitas dan
tersebut, oleh karena itu sarana dan prasarana sosial ekonomi merupakan salah
Jenis sarana yang ada di Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten
bahwa petani lada tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi
dan penjuaan hasil pertanian, sarana transportasi sudah cukup tersedia. Keadaan
40
Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten
Enrekang, 2020.
NO Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit) Persentase (%)
belum mencukupi kehidupan sosial, politik dan budaya, namun dalam masa
aktifitas dan kegiatan suatu Desa oleh sebab itu sarana dan prasarana sosial
41
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang rnernpengaruhi produksi usaha tani lada putih di Desa Lunjen Kecamatan
data penyebaran kuisioner kepada responden, temyata sernua kuisioner di isi dan
sebanyak 30 kuisioner, dari 245 populasi yang menjadi sampel yaitu 30 petani
lada putih.
Untuk rnernperoleh garnbaran yang lebih jelas data yang telah terkumpul
dapat dilihat pada tabel-tabel distribusi frekuensi yang telah dianalisis sesuai
rneliputi:
42
5.1.1 Distribusi responden Berdasarkan jenis kelamin
dua yaitu: kelompok laki-laki dan kelompok perempuan, serta laki-laki dan
hal. Untuk lebih jelasnya adapun rincian responden dapat dijelaskan dalam
Berdasarkan hasil penelitian, responden yang ditemui pada saat penelitian sebagai
besar adalah laki-laki yaitu sebanyak 18 orang (75% dari total jumlah responden),
responden). Hal ini dikarenakan saat pengambilan sampel, responden yang diteliti
43
Usia Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
25 – 31 5 21
32 – 38 4 17
39 – 45 3 8
46 – 52 8 30
53 – 59 5 12
60 – 66 5 12
Total 30 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah,2021
sebanyak 5 orang (21% dari jumlah total responden), kemudian responden yang
responden yang berusia 39 sampai 45 sebanyak 3 orang (8% dari jumlah total
(12% dari jumlah total responden), dan responden yang berusia 60 sampai 66
usia diatas adalah 46 sampai 52 sebanyak 13 orang (30% dari jumlah total
44
diploma, hingga perguruan tinggi, perbandingan persentase tingkat pendidikan
atau tidak sampai tamat sekolah dasar sebanyak 6 orang (20.9% dari total jumlah
yaitu sebanyak 9 orang (29.1% dari total jumlah responden), dan tingkat
yaitu sebanyak 9 orang (29.1% dari total jumlah responden), dan minoritas
luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), pupuk (X3), pestisida (X4), dan produksi
lada putih (Y) serta untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh luas lahan (X1),
45
tenaga kerja (X2), pupuk (X3), pestisida (X4), terhadap produksi lada putih di
Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang, maka data yang
menguji hipotesis, deskrisi dari masing-masing variabel dalam penelitian ini yaitu
luas lahan, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan produksi Ladah Putih petani di
Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang dapat diketahui dari
Gambaran tentang luas lahan pertanian petani lada putih di Desa Lunjen
masing responden diperoleh hasil seperti yang terangkum pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 9. Tabulasi Silang Antara Luas Lahan Terhadap Produksi Lada Putih di
Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang
No Luas Lahan Produksi Total
(Ha) 1200- 1820- 3040- 3060- 3676- 4300-
1819 3039 3059 3675 4299 4919
(Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg)
1 0,10 - 0,15 7 0 0 0 0 0 7
2 0,16 - 0,21 0 4 0 0 0 0 4
3 0,22 - 0,27 0 1 4 0 0 0 5
4 0,28 - 0,33 0 0 0 6 0 0 6
5 0,34 - 0,39 0 0 0 0 5 3 8
Total 7 5 4 6 5 3 30
Sumber: Data Primer Setelah Diolah,2021
memiliki luas lahan 0,10 - 0,15 ha memproduksi lada putih 1200 - 1819 kg.
46
Sedangkan sebanyak 4 orang petani yang memiliki luas lahan 0,16 - 0,21 ha
memproduksi lada putih 1820 - 3039 kg. Sedangkan 1 orang petani lada putih
yang memiliki luas lahan 0,22 - 0,27 ha memproduksi lada putih 1820- 3039 kg,
sebanyak 4 orang petani yang memiliki luas lahan 0,22 - 0,27 ha memproduksi
lada putih 3040 - 3059 kg. Sedangkan 6 orang petani lada putih yang memiliki
luas lahan 0,28 - 0,33 ha memproduksi lada putih 3060 - 3675 kg. Sedangkan
sebanyak 5 orang petani yang memiliki luas lahan 0,34 -0,39 ha memproduksi
lada putih 3676 - 4299 kg, 3 orang petani lada putih yang memiliki luas lahan
Tabel 10. Tabulasi Silang Tenaga Kerja Terhadap Produksi Lada Putih di
Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.
Produksi
Tenaga Kerja
No 1200 1820 - 3040 - 3060 - 3676 - 4300 -
(Hok) Total
-1819 3039 3059 3675 4299 4919
(Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg)
1 188.000 - 5 3 0 0 0 1 9
234.000
2 235.000 - 0 0 0 0 0 0 0
281.000
3 282.000 - 0 5 4 3 0 0 12
328.000
4 329.000 - 0 0 0 3 2 0 5
375.000
5 376.000 - 0 0 0 2 1 1 4
422.000
Total 5 8 4 8 4 1 30
47
Sumber: Data Primer Setelah Diolah,2021
dengan penggunaan tenaga kerja dalam hitungan HOK (Hari Orang Kerja)
petani dengan penggunaan tenaga kerja dalam hitungan HOK (Hari Orang Kerja)
petani lada putih dengan penggunaan tenaga dalam hitungan HOK (Hari
kg. Sedangkan 5 orang petani lada putih dengan penggunaan tenaga kerja
lada putih 1820 - 3039 kg. sebanyak 4 orang petani lada putih dengan penggunaan
tenaga kerja dalam hitungan HOK (Hari Orang Kerja) Rp.282.000 – Rp.328.000
memproduksi lada putih 3040 - 3059 kg, sebanyak 3 orang petani lada putih
dengan penggunaan tenaga kerja dalam hitungan HOK (Hari Orang Kerja)
orang petani lada putih dengan penggunaan tenaga kerja dalam hitungan HOK
3675 kg, 2 orang petani dengan penggunaan tenaga kerja dalam hitungan HOK
4299 kg. Sedangkan 2 orang petani lada putih dengan penggunaan tenaga kerja
memproduksi lada putih 3060 - 3675 kg, 1 orang petani lada putih dengan
penggunaan tenaga kerja dalam hitungan HOK (Hari Orang Kerja) Rp376.000
48
–Rp.422.000 memproduksi lada putih 3676 - 4299 kg, dan 1 orang petani
lada putih dengan penggunaan tenaga kerja dalam hitungan HOK (Hari Orang
masing responden diperoleh hasil seperti yang terangkum pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 11. Tabulasi Silang Pupuk Terhadap Produksi Lada Putih di Desa
Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang
Produksi
1200 1820 3040 3060 3676 4300
Pupuk
No. - - - - - - Total
(Kg)
1819 3039 3059 3675 4299 4919
(Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg)
1 50 – 79 7 0 0 0 0 0 7
2 80 – 109 0 2 0 0 0 0 2
3 110 - 139 0 3 5 0 0 0 8
4 140 - 169 0 0 0 6 0 0 6
5 170 - 199 0 0 0 0 4 0 4
6 200 - 229 0 0 0 0 0 3 3
Total 7 5 5 6 4 3 30
Sumber: Data Primer Setelah Diolah,2021
Sedangkan terdapat 2 orang petani lada putih yang menggunakan pupuk antara 80
orang petani lada putih yang menggunakan pupuk antara 110 - 139 kg
memproduksi lada putih 1820 - 3039 kg, sebanyak 5 orang petani lada putih yang
49
3059 kg. Sedangkan terdapat 6 orang petani yang menggunakan pupuk antara 140
- 169 kg yang memproduksi lada putih 3060 - 3675 kg. Sedangkan terdapat 4
orang petani yang menggunakan pupuk antara 170 - 199 kg yang memproduksi
lada putih 3676 - 4299 kg. Sedangkan terdapat 3 orang petani yang menggunakan
pupuk antara 200 - 229 kg yang memproduksi lada putih 4300 - 4919 kg.
masing responden diperoleh hasil seperti yang terangkum pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 12. Tabulasi Silang biaya pestisida Terhadap Produksi Lada Putih di
Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.
No. Pestisida (Ml) Produksi Total
1200 1820 3040 3060 3676 4300
- - - - - -
1819 3039 3059 3675 4299 4919
(Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg)
1 850 – 1359 7 0 0 0 0 0 7
2 1360 – 1869 0 2 0 0 0 0 2
3 1870 – 2379 0 4 4 0 0 0 8
4 2380 – 2889 0 0 0 8 0 0 8
5 2890 – 3399 0 0 0 0 3 0 3
6 3400 – 3909 0 0 0 0 0 2 2
Total 7 6 4 8 3 2 30
Sumber: Data Primer Setelah Diolah,2021
yang menggunakan pestisida antara 850 - 1359 ml, memproduksi lada putih 1200
-1819 kg. Sedangkan terdapat 2 orang petani lada putih yang menggunakan
pestisida antara 1360 - 1869 ml, memproduksi lada putih 1820 - 3039 kg.
50
- 2379 ml, memproduksi lada putih 1820 - 3039 kg, sebanyak 4 orang petani lada
putih yang menggunakan pestisida antara 1870 - 2379 ml, memproduksi lada
putih 3040 - 3059 kg. Sedangkan terdapat 8 orang petani lada putih yang
3675 kg. Sedangkan terdapat 3 orang petani lada putih yang menggunakan
pestisida antara 2890 - 3399 ml, memproduksi lada putih 3676 - 4299 kg.
Sedangkan terdapat 2 orang petani lada putih yang menggunakan pestisida antara
Tabel 13. Variabel Produksi Pada Usaha tani Lada Putih di Desa Lunjen
Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.
Produksi (Kg) Frekuensi Persentase (%)
1200-1819 8 25
1820-3039 4 12,5
3040-3059 5 16,7
3060-3675 8 25
3676-4299 3 12,5
4300-49119 2 8,3
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah,2021
tani Ladah Putih di Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang
dengan persentase produksi terbesar yaitu 1200 - 1819 kg dan 3060 - 3675 kg
dengan persentase ebesar 25% dan perentase produksi terkecil yaitu 4300 -
51
49119 kg dengan persentase 8,3%.
lahan (X1), tenaga kerja (X2), dan pupuk (X3) terhadap produksi
petani (Y). Alat analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan program
SPSS for Windows Release 16.0. Berdasarkan perhitungan, maka diperoleh hasil :
Linear Berganda
Tabel 14. Hasil Menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda Hasil Uji Secara
Simultan Atau Bersama – Sama
ANOVAb
Sum of Sig
Model Squares Df Mean Square F
1 Regression 5.306 5 1.061 29.265 .000
Residual .653 18 .036
.000a
Total 5.958 23
a. Predictors: (Constant),X3, X4, X1,X2
b. Dependent Variable: Y
variabel independen (X1, X2, X3, X4) berpengaruh terhadap variabel dependen
(Y), dengan membandingkan nilai f hitung dan f tabel, dan menentukan tingkat
(produksi). Kriteria uji regresi dari variabel independen (Luas lahan,tenaga kerja,
52
antara variabel independen terhadap variabel dependen secara bersma – sama
- Jika nilai f hitung < f tabel, maka Ho diterima artinya koefisien regresi tidak
signifikan
- Jika nilai f hitung > f tabel, maka Ho ditolak artinya koefisien regresi
signifikan
Keputusan :
Karena nilai f hitung > f tabel (29,265 > 2,77), maka Ho ditolak, artinya ada
pengaruh secara signifikan atau nyata antara luas, tenaga kerja, pupuk, dan
pestisida secara bersama – sama terhadap produksi lada putih di Desa Lunjen
Tabel 15. Hasil Menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda Hasil Uji Secara
Parsial atau Satu – Persatu
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model t
B Std. Error Beta Sig.
1 (Constant) 3.144 1.300 2.536 .021
X1 -.075 .137 -.074 -.546 .592
X2
-.108 .163 -.120 -.664 .515
X3 .125 .138 .083 .907 .376
X4 .030 .137 .026 .173 .864
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan Tabel 15 maka hasil regresi berganda dapat ditulis sebagai berikut :
53
0,030 In XBerdasarkan hasil regresi menunjukkan nilai konstanta sebesar 3.144
yang bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa, tingkat nilai rata-rata produksi
tetap sama.
produksi Lada Putih petani di Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten
Enrekang diketahui dari nilai koefesien determinasi (R 2) sebesar 0,860 berarti data
Ladah Putih di Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang yang
dijelaskan oleh variabel X (luas lahan, tenaga kerja, pupuk, pestisida) adalah
sebesar 86,0 %. Adapun sisanya pengaruh variabel yang lain dijelaskan diluar
menhasilkan t hitung sebesar -0,0546 dengan tingkat signifikan 0,592. Hal ini
hitung sebesar 6,213 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000. Hal ini
hitung sebesar 0,173 dengan tingkat signifikan 0,864. Hal ini menunjukkan
54
bahwa pestisida tidak berpengaruh terhadap produksi.
5.4. Pembahasan
luas lahan artinya luas lahan di Desa Lunjen memiliki pengaruh terhadap produksi
lada putih dengan kata lain apabila ada penambahan luas lahan sebesar 1 are
maka terjadi penambahan jumlah produksi lada putih sebesar 108 kg sehingga
perlu adanya penambahan luas lahan agar lebih meningkatkan hasil produksi lada
menerangkan bahwa, lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan
terhadap usaha tani. Luas lahan lada putih yang semakin berkurang berakibat
Hasil dari lapangan menunjukan bahwa produksi lada putih di Desa Lunjen
cukup baik sehingga penambahan luas lahan perlu ditambahkan agar hasil dari
produksi lada putihnya pun semakin meningkat. Akan tetapi hal ini mungkin
sulit dilakukan karena pada kenyataan dilapangan bahwa penambahan luas lahan
itu ternyata tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan lahan merupakan faktor
55
yang sekarang ini sering dijadikan untuk perumahan.
tenaga kerja dalam hitungan HOK (hari orang kerja), artinya penambahan tenaga
kerja memiliki pengaruh nyata terhadap produksi lada putih di Desa Lunjen
Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Tenaga kerja yang digunakan dalam
sekali panen yaitu mulai dari pengolahan lahan sampai panen, baik yang berasal
dari keluarga maupun luar keluarga. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
cristy (2010), bahwa dalam teori produksi jumlah output/produksi yang nantinya
berhubungan dengan produksi bergantung pada tenaga kerja. Hal ini berarti
bahwa dengan adanya tenaga kerja maka petani dapat memproduksi lada
Hal ini sesuai dengan kondisi lapangan bahwa jumlah tenaga kerja yang
banyak akan meningkatkan mutu dan kualitas mereka dalam berkerja, selain itu di
Desa Lunjen rasa belas kasihan terhadap sesama masih kental, misalnya ketika
salah satu petani melihat ada petani lain yang sedang bekerja atau
memanen lada putih maka petani tersebuat akan ikut membantau karena rasa
Enrekang.
56
Sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Budiono, (2002) yang mengatakan
Penggunaan pupuk yang tidak sesuai dosis tersebut maka produktivitas dalam
oleh karena itu berapa dan dalam kondisi bagaimana faktor-faktor produksi
pengaruh terhadap peningkatan jumlah produksi Ladah Putih oleh karena itu
jumlah produksi di Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Oleh
karena itu perlu adanya penambahan pestisida sesuai dengan takarannya. Sesuai
hasil penelitian Ameriana (2008) dan sulistiyono et.al (2008) bagi petani serangan
OPT merupakan hal yang sangat penting sebagai penyebab kehilangan hasil, dan
57
penyemprotan pestisida dengan frekuensi penyemprotan yang sangat tinggi,
memperhitungkan ada atau tidak adanya hama (saptana et.al, 2010, Badrudin dan
jazilah, 2013).
produksi lada putih yang sangat baik disebabkan karena petani di Desa Lunjen
melakukan perawatan tanaman lada putih secara maksimal, mereka sangat rajin
dan teliti dalam hal perawatan, setiap hari area tanaman lada putih
dibersihkan apabila di area tanaman lada putih banyak tanaman- tanaman liar
yang tumbuh sehingga perlu di bersihkan, dan apabila pada tanaman lada putih
terlihat ada daun yang membusuk langsung segera dipotong atau dicabut oleh
petani, untuk mencegah penularan hama penyakit yang disebabkan oleh jamur.
5.4.5. Hasil Uji Terhadap Pengaruh Luas Lahan, Tenaga Kerja, Pupuk,
tidak berpengaruh terhadap produksi seperti luas lahan, tenaga kerja, pupuk dan
produksi yaitu pupuk, dimana pupuk ini memiliki nilai cofficients yang sangat
tinggi dibandingkan variabel independen lainya yaitu 0,903 dan memiliki nilai
produksi.
58
dalam proses menambah jumlah produksi lada putih, hal yang dilakukan
adalah petani melakukan pemupukan terhadap lada putih sebanyak tiga kali
selama satu kali musim panen. Pemupukan lada putih yang pertama dilakukan
pada usia 10 hari, pemupukan kedua dilakukan pada usia 20 hari dan pemupukan
ketiga dilakukan pada usia 40-45 hari. Hal inilah yang menujukkan bahwa pupuk
jumlah produksi lada putih di Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten
Enrekang.
59
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
usaha produksi Ladah Putih di Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten
Enrekang yaitu pupuk (X3) menghasilkan t hitung sebesar 6,213 dengan tingkat
terhadap produksi dengan persentase produksi terbesar yaitu 1200 - 1819 kg dan
3060 - 3675 kg dengan persentase ebesar 25% dan perentase produksi terkecil
6.2. Saran
1. Produksi usaha tani Lada Putih di pengaruhi oleh pupuk, jadi disarankan
kepada petani yang berada di Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten
produksi usaha tani Ladah Putih , salah satunya persediaan pupuk yang masih
terbatas.
60
DAFTAR PUSTAKA
BPS kabupaten Enrekang, 2020. Ladah Putih DI akses pada tanggal 15 Januari
2021
Daniel, 2004, faktor produksi dan komponen komponen Faktor produksi. Bandung
: PT Ankasa Renika
Dwi Hastuti, 2007. Pengetahuan dunia pertanian dan metode pengolahan dalam
pertanian. Jakarta : Aneka Sanjaya
Rahim, Abdul dan Diah Retno Dwi Hastuti. 2007. Ekonomika Pertanian
(Pengantar, teori dan kasus). Jakarta : Penebar Swadaya.
T., Sarpian (2003). Pedoman Berkebun Lada dan Analisis Usaha Tani.
Yogjakarta: Penerbit kanisius. Hal 22-27
61
Nurasa, 2012. Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial Usahatani Merica (Piper
Nigrum L.) Didesa Tanete Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang.
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 4 September Suplemen
(2018) : S124- S131.
Paktani. September 2016. Syarat Tumbuh dan 4 Kiat Cara Bertanam Lada yang
Tepat. http://kebun.net/syarat-tumbuh-dan-4-kiat-cara-bertanam-lada-
yang-tepat/. Diakses 26 Juni 2019.
Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT, teknik membedah kasus bisnis. PT. gramedia
Pustaka Utama:Jakarta.
Soekartawi, 2005. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani
Kecil, UI-Press-Jakarta.
Sumantri, dkk. 2004, Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial Usahatani Merica
(Piper Nigrum L.) Didesa Tanete Kecamatan Maiwa Kabupaten
Enrekang. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 4 September
Suplemen (2018) : S124- S131.
Wahid, 1996. Strategi Pengembangan Lada (Studi Kasus Kelompok Tani Indatu
Di Desa Blang Panyang Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe).
Jurnal Agribisnis Pertanian Unsyiah. Volume 2, Nomor 3, Agustus 2017.
62
L
A
M
P
I
R
A
N
63
Lampiran 1. Daftar Kuisioner Penelitian Di Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu
Kabupaten Enrekang.
18 Berapa harga jual Ladah Putih bapak/ibu pada musim panen pertama ?
Rp ………./Kg
19. Berapa harga jual Ladah Putih bapak/ibu pada musim panen kedua ? Rp
………./Kg
20. Bagaimana bapak/ibu mendapatkan modal untuk membeli bahan baku ?
o Modal sendiri
o Bantuan pemerintah o
Pemasok bahan baku o
Pedagang pengumpul o
Lainnya….
21. Apa kendala yang bapak/ibu hadapi selama ini ?
Lampiran 2. Peta Desa Lunjen Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.
Lampiran 3. Identitas Responden Petani Lada Putih di Desa Lunjen Kecamatan Buntu
Batu Kabupaten Enrekang.
Tenaga Produk
Luas Lahan Pupuk/ Pestisida/X
No. Kerja/X2 si/ Y
/ X1 (ha) X3 (Kg) 4 (Ml)
(HOK) (Kg)
1 0,37 228.000 200 3400 4300
2 0,20 211.000 100 1700 2300
3 0,30 328.000 150 3050 3200
4 0,22 282.000 110 1870 3000
5 0,23 282.000 115 1955 3000
6 0,10 188.000 50 850 1300
7 0,32 328.000 160 2720 3300
8 0,11 188.000 55 935 1200
9 0,30 305.000 120 2040 2600
10 0,12 211.000 60 1020 1500
11 0,15 282.000 75 1275 1800
12 0,30 305.000 130 2130 2600
13 0,26 305.000 130 2210 2700
14 0,31 422.000 155 2635 3200
15 0,13 282.000 65 1105 1400
16 0,14 211.000 70 1190 1500
17 0,35 422.000 175 2975 3800
18 0,30 328.000 150 3050 3300
19 0,30 305.000 100 1700 2200
20 0,39 422.000 200 3400 4300
21 0,36 351.000 180 3060 3700
22 0,33 351.000 165 2805 3300
23 0,32 351.000 160 2720 3500
30 0,36 351.000 185 3230 4000
No. LN (Y) LN (X1) LN(X2) LN (X3) LN (X4)
Variables Entered/Removedb
Mod Variables Variables Metho
el
1 Entered
X3, X4, X1, Removed d
. Enter
X2a
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Y
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
a
1 .944 .890 .860 .19042
a. Predictors: (Constant),X3,X4,X1,X2
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5.306 5 1.061 29.265 .000a
Residual .653 18 .036
Total 5.958 23
a. Predictors: (Constant), X3, X4, X1,X2
b. Dependent Variable: Y
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3.144 1.300 2.536 .021
X1 -.075 .137 -.074 -.546 .592
X2 .130 .138 .083 .907 .376
X3 .906 .146 1.039 6.213 .000
X4 .030 .137 .026 .173 .864
a. Dependent Variable: Y
Lampiran 6. Tabel Distribusi F dan Tabel Distribusi T
bersaudara.
pada tahun 2007, SMP Negeri Dua Pitue lulus pada tahun 2010,
SMK Negeri 2 Pare-Pare lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2015 penulis lulus seleksi
Makassar.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah magang di PT. Surya Raya Lestari II
kemudian melakukan KKP di Desa Pao-Pao Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru.
Penulis juga mengikuti berbagai organda yaitu HPMM (Himpunan Pelajar Mahasiswa
Massenrempulu).
Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul