Anda di halaman 1dari 9

ETIKA PROFESI DAN KEMUHAMMADIYAHAN

Kelompok 5
Reza Aditya Nugroho (2207062057)
Magfirah Ulfa (2207062058)
Fissilmi Kafah (2207062059)
Alfira Amaristi (2207062060)
Muhammad Ath Thaariq Wahyu (2207062061)
Salsa Mellina Gayuh Anggraeni (2207062062)
Anzili Winda Nur Azizah (2207062063)
Nur Indah Kurniasih (2207062064)
Nur Latifa Aulia (2207062065)
Ari Gustina Clara Fitri (2207062066)
Dea Rachma Immelinia (2207062067)
Seni Samma Ambaroh (2207062068)
Medy Rikardi (2207062069)
Nurjani A. Hasan (2207062070)

Nama Dosen:
apt. Lalu Muhammad Irham S.Farm., M.Farm., PhD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS
AHMAD DAHLAN
2022
TUTORIAL 4
Skenario Kasus 17
Apoteker pendamping (APING) apotek Y mempunyai masalah dengan konsumen terkait
ketidakjujuran dan kesalahan dalam memberikan informasi obat sehingga menyebabkan
konsumen marah dan mengancam akan mempublikasikan di koran lokal Jogja. Mendengar
ada konsumen marah-marah, APA apotek Y turun tangan menyelesaikan masalah tersebut.
APA kemudian melakukan pemecatan kepada APING dan meminta APING untuk menulis
permintaan maaf kepada konsumen di koran lokal Jogja.
Tugas:
1. Apakah permasalahan pada kasus tersebut berkaitan perundang-undangan, etika dan
kemuhammadiyahan
2. Bagaimana penyelesaian dari permasalahan menurut perundang-undangan, etika dan
kemuhammadiyahan.

Jawab:
1. Permasalahan :
Aping tidak jujur dan melakukan kesalahan dalam pemberian informasi obat
Berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Bab III menyebutkan
bahwa:a
Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan
yang seimbang dan bertanggung jawab.
Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk
tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga
kesehatan.
Berdasarkan PMK No. 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek BAB III Pelayanan Farmasi Klinik menyebutkan bahwa:
Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi klinik
meliputi:
1. Pengkajian Resep;
2. Dispensing;
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
4. Konseling;
5. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 73 tahun 2016, halaman 16,


dijelaskan bahwa:

● Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali


mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep);
● Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
● Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
● Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat;
● Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait dengan obat
antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-lain;
● Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik,
mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil;
● Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya;
● Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh apoteker (apabila
diperlukan);
● Menyimpan resep pada tempatnya;
● Apoteker membuat catatan pengobatan pasien. Informasi yang harus disampaikan
kepada pasien menurut Permenkes No. 73 tahun 2016:
❖ Dosis
❖ Bentuk sediaan
❖ Formulasi khusus
❖ Rute dan metoda pemberian
❖ Farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif,
❖ Efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui,
❖ Efek samping,
❖ Interaksi,
❖ Stabilitas
❖ Ketersediaan
❖ Harga
❖ Sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain

Kasus tersebut juga melanggar hak konsumen yang telah tertuang pada UU No. 8
tahun 1999 BAB III Hak dan Kewajiban Pasal 4 yaitu:
Hak konsumen adalah:
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa;
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Kode etik yang dilanggar oleh APING:

● Kode Etik Apoteker BAB II tentang Kewajiban Apoteker Terhadap Diri


Sendiri pasal 8 dijelaskan bahwa :

“Seorang Apoteker harus berbudi luhur, sanggup menjaga dan mempertahankan


nama baiknya, kepercayaan terhadap profesinya dan kompetensi profesinya serta
menjadi contoh yang baik bagi orang lain.”

● Kode Etik Apoteker BAB III tentang Kewajiban Apoteker Terhadap


Penerima Pelayanan dan/atau Pelanggan pada pasal 11 dijelaskan bahwa :

“Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan


kepentingan dan menghormati hak asasi penerima pelayanan dan/atau pelanggan,
serta melindungi makhluk hidup insani dengan berlandaskan norma-norma yang
berlaku.”

Dalil Al-Qur’an tentang berbuat baik kepada sesama:


Al Qur’an surat Al-Baqarah : 195 (Allah menyukai orang yang berbuat baik)
َ‫َوَأ ْنفِقُوا فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َواَل تُ ْلقُوا بَِأ ْي ِدي ُك ْم ِإلَى التَّ ْهلُ َك ِة ۛ َوَأحْ ِسنُوا ۛ ِإ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬
Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al Baqarah :
195).
Dalil Al-Qur’an tentang perilaku bertanggung jawab:
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungjawabannya." (QS. al-Isra: 36)
Dalil Al-Qur’an tentang perilaku jujur:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya,
maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (QS. Al Ahzab: 70-
71).
Hadits tentang perilaku jujur (As-Sidiq) dalam HPT terkait asas kegiatan
berbisnis :
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW
bersabda, “Hendaklah kamu berlaku jujur karena kejujuran menuntunmu pada
kebenaran, dan kebenaran menuntunmu ke surga. Dan senantiasa seseorang berlaku
jujur dan selalu jujur sehingga dia tercatat di sisi Allah SWT sebagai orang yang jujur.
Dan hindarilah olehmu berlaku dusta karena kedustaan menuntunmu pada kejahatan,
dan kejahatan menuntunmu ke neraka. Dan seseorang senantiasa berlaku dusta dan
selalu dusta sehingga dia tercatat di sisi Allah SWT sebagai pendusta.” (HR. Muslim)
Diriwayatkan dari Abu Sa’id dari Nabi saw (diriwayatkan bahwa) beliau bersabda:
Pedagang yang jujur dan terpercaya bersama para Nabi, orang-orang yang jujur, dan
syuhada (HR. a-Tarmizi)
Salah ayat Al-Quran yang memerintahkan muslim agar menahan amarah dan bersabar
adalah surat Ali ‘Imran [3] ayat 134 yang berbunyi:

ُ ‫اس َوهّٰللا‬ ۤ َّ ‫الَّ ِذ ْينَ يُ ْنفِقُوْ نَ فِى ال َّس ۤ َّرا ِء َوال‬


ِ ۗ َّ‫ء َو ْال ٰك ِظ ِم ْينَ ْال َغ ْيظَ َو ْال َعافِ ْينَ َع ِن الن‬ƒِ ‫ض َّرا‬
١٣٤ َ‫سنِ ْي ۚن‬
ِ ْ‫يُ ِحب ُّْال ُمح‬

“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah
mencintai orang yang berbuat kebaikan.”

Hadits tentang menahan amarah:

‫ ع َْن َأبِي ِه؛‬،‫س‬


ٍ َ‫ ع َْن َسهْل ْب ِن ُم َعاذ ْب ِن َأن‬،‫ َح َّدثَنِي َأبُو َمرْ حُوم‬،‫ َح َّدثَنَا َس ِعي ٌد‬،‫ َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ يَزيد‬:ُ‫ال اِإْل َما ُم َأحْ َمد‬
َ َ‫ق‬

ِ ‫رُُؤوس ْالخَ الِئ‬


،‫ق‬ ِ ‫ َدعَاهُ هللاُ َعلَى‬،‫ " َم ْن َكظَ َم َغ ْيظًا َوهُ َوقَا ِد ٌر َعلَى َأ ْن يُ ْنفِ َذه‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
َ ِ ‫َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
ِ ‫َحتَّى يُخي َرهُ ِم ْن أيِّ ْالح‬
‫ُور َشا َء‬
Artinya: "Barang siapa menahan amarah, sedangkan dia mampu untuk
melaksanakannya, maka Allah kelak akan memanggilnya di mata semua makhluk,
hingga Allah menyuruhnya memilih bidadari manakah yang disukainya," (Hadis
diriwayatkan Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Majah).

2. Penyelesaian Permasalahan
A. Berdasarkan Kode Etik Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) tahun 2022
Pada BAB IV tentang Kewajiban Apoteker Terhadap Teman Sejawat pada
Pasal 16, disebutkan bahwa:

“Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik.”

Pedoman pelaksanaannya :

(1) Bilamana Seorang Apoteker mengetahui sejawatnya melanggar Kode Etik,


dengan cara yang santun dia harus melakukan komunikasi dengan
sejawatnya tersebut untuk memberitahukan adanya kekeliruan.
(2) Bilamana ternyata yang bersangkutan sulit menerima maka dia dapat
menyampaikan kepada Pengurus Cabang, Pengurus Daerah, atau pengurus
Majelis Etik secara berjenjang.

Sehingga penyelesaian permasalahan tersebut salah satunya adalah APA selaku


teman sejawat APING memberikan edukasi dengan cara yang santun. Apabila
APING sulit menerima maka permasalahan dapat disampaikan kepada PC IAI.

Apoteker yang bertanggungjawab (APA) perlu memastikan telah adanya SPO


terkait pelayanan informasi obat dan telah diinformasikan kepada seluruh tenaga
farmasis yang bertugas di apotek Y tersebut. Hal ini seperti yang disebutkan pada
Kode Etik Apoteker Pasal 6 yang berbunyi :

“Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang ilmu


pengetahuan dan teknologi, peraturan perundang-undangan, dan isu terkini
tentang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.”

Salah satu pedoman pelaksanaan dari pasal tersebut adalah “Seorang Apoteker
harus membuat/mempunyai SPO (Standar Prosedur Operasional) sebagai
pedoman kerja bagi seluruh personil di sarana pelayanan kefarmasian sesuai
kewenangan atas dasar peraturan perundang-undangan yang ada.”
B. Berdasarkan dari sisi konsumen:
Penyelesaian permasalahan berdasarkan Kemuhammadiyahan
Konsumen sebaiknya menyelesaikan masalah dengan melakukan mediasi dan
komunikasi dengan APING dan APA apotek Y, sehingga ditemukan
penyelesaian secara baik-baik di luar jalur hukum. Konsumen dan APING dapat
saling memaafkan, karena perilaku tersebut memiliki banyak keutamaan
berdasarkan Qur’an dan Hadits.
Dalil Al-Qur’an tentang memaafkan dalam Q.S Al-A’raf ayat 199:

ِ ْ‫ُخ ِذ ْال َع ْف َو َوْأ ُمرْ بِ ْالعُر‬


َ‫ف َوَأ ْع ِرضْ َع ِن ْال َجا ِهلِين‬
Artinya: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf,
serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199).
Hadis Meminta Maaf dan Memaafkan

ُ‫ َم ْن َأتَاهُ َأ ُخوْ ه‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


َ ِ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬:‫ي ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ رضي هللا عنه قَا َل‬
َ ‫ر ُِو‬
َ ْ‫ي ْال َحو‬
‫ض‬ َّ َ‫ فَِإ ْن لَ ْم يَ ْف َعلْ لَ ْم يَ ِر ْد َعل‬،ً‫ك ِم ْنهُ ُم ِحقّا ً َكانَ َأوْ ُمب ِْطال‬
َ ِ‫ُمتَنَصِّ الً فَ ْليَ ْقبَل َذل‬
Artinya:
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang didatangi saudaranya
(sesama Muslim) untuk mengakui dan meminta maaf (atas kesalahannya) maka
hendaklah dia menerimanya, baik dia yang bersalah atau benar, karena jika dia
tidak melakukan itu (memaafkan saudaranya) maka dia tidak akan mendatangi
telagaku (di akhirat kelak).”
Hadis Meminta Maaf Terlebih Dahulu

َ ‫ َو َما تَ َو‬،‫ ِإاَّل ِع ًّزا‬،‫ َو َما َزا َد هللاُ َع ْبدًا بِ َع ْف ٍو‬،‫ص َدقَةٌ ِم ْن َما ٍل‬
ُ‫اض َع َأ َح ٌد هَّلِل ِ ِإاَّل َرفَ َعهُ هللا‬ ْ ‫ص‬
َ ‫ت‬ َ َ‫َما نَق‬
Artinya:
“Sedekah itu tidak mengurangi harta dan tidaklah Allah menambah bagi seorang
hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan (di
dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah
kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat).”
Penyelesaian permasalahan apabila ingin dilaksanakan menurut peraturan
undang-undang dapat dilakukan dengan mengacu kepada UU No. 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan BAB XI Penyelesaian Perselisihan pasal 77-
79.
Pasal 77
“Setiap penerima pelayanan kesehatan yang dirugikan akibat kesalahan atau
kelalaian Tenaga Kesehatan dapat meminta ganti rugi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.”
Pasal 78
“Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam
menjalankan profesinya yang menyebabkan kerugian kepada penerima
pelayanan kesehatan, perselisihan yang timbul akibat kelalaian tersebut harus
diselesaikan terlebih dahulu melalui penyelesaian sengketa diluar
pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Pasal 79
“Penyelesaian perselisihan antara tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”
Apabila konsumen merasa dirugikan atas ketidakjujuran dan kesalahan dalam
memberikan informasi obat yang dilakukan oleh APING apotek Y, maka
konsumen memiliki hak untuk menuntut ganti rugi seperti yang diatur pada UU
No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 58.
(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat
kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi
tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
SOP Pelayanan Informasi Obat

Nama Sarana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Halaman 1 dari 1


Pelayanan PELAYANAN INFORMASI OBAT
………………

Disusun Oleh …. BAGIAN SEKSI No….


Tanggal…… Tanggal Berlaku…

Disusun oleh… Diperiksa oleh… Disetujui oleh… Mengganti No….


Tanggal… Tanggal…. Tanggal…… Tanggal…

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
Apoteker untuk memberikan informasi dan konsultasi secara akurat, tidak bias,
faktual, terkini, mudah dimengerti, etis dan bijaksana.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker
3. PROSEDUR
a. Memberikan informasi kepada pasien berdasarkan resep atau catatan pengobatan
pasien (patient medication record) atau kondisi kesehatan pasien baik lisan
maupun tertulis.
b. Melakukan penelusuran literatur bila diperlukan, secara sistematis untuk
memberikan informasi.
c. Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis
dan bijaksana baik secara lisan maupun tertulis.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan kepada pasien:
1) Jumlah, jenis dan kegunaan masing-masing obat
2) Bagaimana cara pemakaian masing-masing obat yang meliputi : bagaimana
cara memakai obat, kapan harus mengkonsumsi/menggunakan obat, seberapa
banyak/dosis dikonsumsi sebelumnya, waktu sebelum atau sesudah makan,
frekuensi penggunaan obat/rentang jam penggunaan
3) Bagaimana cara menggunakan peralatan kesehatan
4) Peringatan atau efek samping obat
5) Bagaimana mengatasi jika terjadi masalah efek samping obat
6) Tata cara penyimpanan obat
7) Pentingnya kepatuhan penggunaan obat
e. Menyediakan informasi aktif (brosur, leaflet, dan lain-lain)
f. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat

Disusun Oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh

Anda mungkin juga menyukai