DI JAWA BARAT
Disusun oleh:
BANDUNG
2021 M/1442 H
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
Tujuan dari makalah ini adalah diharapkan agar mahasiswa tau tentang sebagaimana
pemerintah khususnya MUI dalam menangani produk halal yang ada di indonesia ini
Akhir kata, penulis mohon maaf kepada semua pihak apabila ada kesalahan dan
Penulis
PERAN LEMBAGA MUI DALAM MENGEMBANGKAN DAN
MEMAJUKAN PRODUK HALAL
ABSTRAK
Dengan adanya globalisasi,sertifikat dan labelisasi halal baru dilakukan sebagian produk
kecil seperti produk makanan,minuman,obat-obatan,kosmetik dan produk lainnya yang
beredar di masyarakat.Majelis Ulama Indonesia melalui LPPOM MUI dan Komisi Fatwa
telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan jaminan produk halal khususnya bagi
orang muslim melalui sertifikasi kehalalan yang bertujuan untuk memberikan kepastian
kehalalan suatu produk.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk hidup individu dan sosial mempunyai kebutuhan yang tidak
terbatas.Untuk itu setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhannya masing-masing yang
diperlukan.Kebutuhan manusia terdiri dari sandang,pangan,papan.Pangan merupakan
kebutuhan yang paling utama bagi manusia karena itu pemenuhannya menjadi hak asasi
setiap individu manusia.
Dalam Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945 pasal 29 ayat (2) berbunyi,”Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.”Untuk menjamin setiap penduduk yang
memeluk agamanya,negara berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan jaminan
tentang kehalalan produk yang dikonsumsi dan yang aman digunakan.
Jaminan kehalalan menjadi sangat penting saat ini mengingat tentang kemajuan
teknologi dan pengetahuan di bidang pangan, obat-obatan, dan kosmetik yang berkembang
pesat. Jaminan mengenai produk halal dilakukan sesuai dengan asas perlindungan, keadilan,
kepastian hukum, efektifitas, efisiensi, serta profesionalitas. Jaminan penyelenggaraan produk
halal bertujuan memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian
ketersediaan produk halal bagi masyarakat yang mengkonsumsi.
Menurut pasal 1 angka 5 peraturan pemerintah No.69 Tahun 1999 tentang Label dan
Iklan pangan yaitu:
“Pangan halal adalah pangan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang haram atau
dilarang untuk dikonsumsi umat islam,baik yang menyangkut bahan baku pangan,bahan
tambahan,bahan bantu dan bahan penolong lainnya termasuk bahan pangan yang diolah
melalui proses rekayasa genetika dan iradiasi pangan dan yang pengelolaannya dilakukan
sesuai dengan ktentuan hukum agama islam.”
Allah SWT telah menerangkan mengenai makanan haram dan makanan halal secara jelas di
Al Quran surat Al Maidah ayat 3. Allah SWT berfirman agar manusia tidak memakan
bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih bukan atas nama Allah.
َّ ّللا به َوال ُمنخَنقَةُ َوال َموقُوذَة ُ َوال ُمت ََردِّ َيةُ َوالنَّطي َحةُ َو َمآ ا َ َك َل ال
سبُ ُع ا ََّل ٰ علَيكُ ُم ال َميتَةُ َوالدَّ ُم َولَح ُم الخنزير َو َمآ اُه َّل لغَير
َ ُح ِّر َمت
س الَّذينَ َكف َُروا من دينكُم فَ َل ت َخشَوهُم َواخشَون َ صب َواَن ت َست َقس ُموا باَلَز ََلم ٰذلكُم فسق اَليَو َم يَ ِٕى
ُ ُّعلَى الن َ َما ذَ َّكيتُم َو َما ذُب َح
َّللا َ علَيكُم نع َمتي َو َرضيتُ لَكُ ُم اَلس َل َم دينًا فَ َمن اضطُ َّر في َمخ َم
ٰ صة غَي َر ُمت َ َجانف َِّلثم فَا َّن َ ُاَليَو َم اَك َملتُ لَكُم دينَكُم َواَت َممت
غفُور َّرحيم
َ
Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan
yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan
(diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib
dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang
kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada
mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu,
dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.
Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh,
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Adapun dalil lain yang menjelaskan tentang mengkonsumsi makanan haram (QS. Al-Baqarah
Ayat 168):
Selain itu banyaknya produk yang masih belum bersertifikasi halal mengakibatkan konsumen
terutama konsumen muslim sulit untuk membedakan produk mana yang benar-benar aman
dan halal yang bisa dikonsumsi sesuai dengan syariat islam yang berlaku.Dari data yang
dimiliki oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LLPOM MUI) tahun
2007,jumlah produk yang telah didaftarkan rata-rata dari perusahaan besar yang terkenal di
pasaran.Konsumen memiliki resiko yang sangat rentan dikarenakan sering dan mudah
terpengaruh oleh penawaran menarik yang tidak tahu asal usulnya.
Pada tahun 1999 telah lahir Undang-Undang terkait pelindungan konsumen yaitu UU
No,8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang disebut UUPK.UU ini bertujuan
untuk memberikan kepastian hukum kepada konsumen.Dalam undang-undang ini dijelaskan
mengenai tanggung jawab pelaku usaha yang tentunya hal ini diatur untuk memberikan
kepastian hukum serta melindungi hak para konsumen tersebut.Pelindungan konsumen ini
adalah jaminan yang seharusnya didapatkan oleh para konsumen terkait setiap produk yang
dibeli dari produsen atau pelaku usaha.
Sertifikasi halal dan label halal adalah dua hal yang berbeda ,karena sertifikasi halal
dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI),sedangkan label halal dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia apabila perusahaan tersebut telah mendapatkan
sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan kata lain bahwa label halal tidak
bisa didapatkan atau dikeluarkan tanpa adanya sertifikat halal.Adapun persyaratan terkait
memperoleh sertifikat halal yaitu:
C.TUJUAN
Menurut Syariat Islam, Landasan hukum produk halal sesuai Syariat Islam
antara lain terdapat dalam QS. Al-Baqarah: 168 artinya, Wahai manusia Makanlah
dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah setan, sungguh setan musuh yang nyata bagimu.orang-
orang yang beriman. QS. al –Baqarah: 172 artinya, Wahai orang orang yang beriman
makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah
kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya. QS. Al-Baqarah:173
artinya Sesunguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi
dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah.Tetapi
barang siapa terpaksa (memakannya) bukan karena menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sungguh Allalh Maha Pengampun.
Keputusan Mentri Agama Nomor 519 tahun 2001, Pasal 1 menyatakan bahwa
Majelis Ulama Indonsia sebagai lembaga pelaksana pemeriksaan pangan yang
dinyatakan halal yang dikemas dan diperdagangkan di Indonesia.
”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.”
Selain itu telah tercantum juga dalam QS. Al-Maidah: 88 yang artinya:
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepada-Nya.”
“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan
Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya
kepada-Nya saja menyembah.”
Apabila dalam sidang fatwa halal, menyatakan produk halal, maka BPJPH
menerbitkan sertifikat halal dalam waktu paling 7 hari sejak keputusan halal dari
MUI. Sebaliknya apabila dalam sidang fatwa halal MUI menyatakan produk tidak
halal, maka BPJPH mengembalikan permohonan sertifikat halal kepada pelaku usaha
disertai dengan alasan. Selanjunya BPJPH harus mempublikasikan penerbitan
sertifikat halal (pasal 34).
Pelaku usaha yang telah memperoleh sertifikat halal dari BPJPH, wajib
mencantumkan label halal pada kemasan produk, bagian tertentu atau tempat tertentu
pada produk yang mudah dilihat, dibaca serta tidak mudah dihapus, dilepas dan
dirusak (Pasal 38 dan 39). Pelaku usaha yang tidak mencantumkan label halal sesuai
ketentuan pasal 38 dan 39 dikenai sanksi adminstratif berupa teguran lisan, peringatan
tertulis, pencabutan sertifikat halal.
Sertifikat halal berlaku selama 4 tahun sejak sertifikat diterbitkan oleh BPJPH,
kecuali terdapat perubahan komposisi. Pelaku usaha wajib memperpanjang sertifikat
halal paling 3 bulan sebelum masa berlaku sertifikat halal berakhir. Biaya sertifikat
halal ditanggung oleh pelaku usaha, untuk pelaku usaha mikro dan kecil biaya
sertifikasi dapat difasilitasi oleh pihak lain (Pasal 42).
Berdasarkan Pasal 66, sejak berlaku UUJPH, peraturan yang mengatur tentang
JPH masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan UU JPH. Kewajiban
sertifikat halal bagi produk yang diperdagangkan di wilayah Indonesia mulai berlaku
5 tahun sejak undang-undang ini diundangkan ( Pasal 67). Berarti pada tahun 2019
semua produk yang beredar di masyarakat sudah harus bersertifikat halal.
Sertifikat halal adalah fatwa MUI secara tertulis menyatakan kehalalan suatu produk
sesuai dengan syariat Islam. Pemberian sertifikat halal pada pangan, obat-obatan dan
kosmetika untuk melindungi konsumen muslim terhadap produk yang tidak halal. Sertifikat
halal merupakan hak konsumen muslim yang harus mendapat perlindungan dari negara.
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 mengatur tentang hak-hak konsumen.
Pasal 4 huruf a menyatakan hak konsumen atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan
dalam mengkonsumsi barang atau jasa. Berkaitan dengan Pasal 4 huruf a tersebut konsumen
muslim berhak atas produk yang memberi rasan aman, nyaman dan tenteram. Oleh sebab itu
pelaku usaha dalam memperdagangkan suatu produk agar memberi rasa aman, nyaman dan
tenteram, maka pelaku usaha berkewajiban mengajukan permohonan sertifikat halal melalui
LPOM MUI untuk mendapat sertifikat halal dan kemudian mencantumkan logo halalnya
pada produk.
Selanjutnya Pasal 4 angka C Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen menyatakan, “ konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas
dan jujur mengenai kondisi barang atau jasa”. Merujuk pada Pasal 4 huruf C tersebut untuk
melindungi konsumen muslim terhadap produk yang tidak halal, pelaku usaha dalam
memproduksi barang atau jasa untuk diperdagangkan berkewajiban untuk memberikan
informasi yang jelas dan jujur bahwa produk yang diperdagangkan tersebut adalah produk
halal dengan mencantumkan logo sertifikat halal MUI. Tujuan Logo sertifikat halal MUI
adalah memberi perlindungan dan kepastian hukum hak-hak konsumen muslim terhadap
produk yang tidak halal. Mencegah konsumen muslim mengkonsumsi produk yang tidak
halal.
1) Setiap orang yang memproduksi pangan di dalam negeri untuk diperdagangkan wajib
mencantumkan label didalam dan/atau pada kemasan pangan.
2) Setiap orang yang mengimpor pangan untuk dperdagangkan wajib mencantumkan label
didalam atau pada kemasan pangan.
3) Pencantuman label didalam atau pada kemasan pangan sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) ditulis atau dicetak dengan mengunakan bahasa Indonesia paling
sedikit memuat, nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih, nama dan
alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor, halal bagi yang dipersyaratkan, tanggal
dan kode produksi, tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa, nomor izin bagi bahan yang
diolah da asal usul bahan pangan tertentu.
Merujuk pada Keputusan Menteri Pertanian tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa
pelaku usaha berkewajiban mencantumkan logo halal pada kemasan produk pangan yang
diperdagangkan di wilayah Indonesia, tujuannya adalah untuk melindungi dan memberi
kepastian hukum hak-hak konsumen muslim terhadap produk yang halal. Pasal 30 ayat (2)
Undang-undang Pangan huruf, pada penjelasannya disebutkan bahwa keterangan halal suatu
produk sangat penting bagi msyarakat Indonesia yang mayoritas memeluk agam Islam.
Berdasarkan Undang-Undang pangan kewajiban pelaku usaha untuk mencantumkan logo
halal yang diperoleh melalui LPPOM MUI sebelum produk diperdagangkan, tujuannya
adalah untuk melindungi dan memberi kepastian hukum hak-hak konsumen terhadap produk
yang tidak halal. Logo halal memberi manfaat kepada Konsumen muslim, karena terhindar
dari produk yang tidak halal. Importir daging yang berasal dari luar negeri, disamping harus
dijaga, bahwa daging itu harus sehat dan halal untuk melindungi konsumen muslim terhadap
produk yang tidak halal, memberi ketenteraman bagi konsumen muslim, untuk
mewujudkannya hal tersebut diperlukan pemotongan ternak yang dilakukan menurut syariat
Islam yang dinyatakan dalam sertifikat halal.
Tujuan pencantuman logo halal pada produk makanan dan minuman adalah untuk
melindungi konsumen hak-hak konsumen muslimin terhadap produk yang tidak halal.
Memberikan kepastian hukum kepada konsumen muslim bahwa produk makanan dan
minuman tersebut benar-benar halal sesuai yang disyariatkan oleh Hukum Islam. Konsumen
muslim tidak akan ragu-ragu membeli produk makanan dan minuman, karena pada kemasan
produk makanan dan minuman tercantum logo halal dan mencegah konsumen muslim
terhadap produk yang tidak halaJika produk makanan dan minuman tidak halal sesuai
Undang-Undang
Produk Jaminan Halal, pelaku usaha berkewajiban untuk memberikan tanda pada
produk makanan dan minuman tersebut tidak halal. Tanda dapat dalam bentuk gambar,
seperti kalau di Bali di tempat makanan dan minuman yang mengandung unsur babi terdapat
gambar babi. Ini berarti pelaku usahanya jujur, karenan dalam undang-undang perlindungan
konsumen pelaku usaha berkewajiban untuk memberikan informasi mengenai komposisi
pada produk makanan dan minuman. Selayaknya pelaku usaha di Indonesia yang
memperdagangkan produk makanan dan minuman memberikan informasi yang jelas, jujur
mengenai komposisi, kehalalan produk makanan dan minuman yang diperdagangkan untuk
melindungi hak-hak konsumen muslim terhadap produk yang tidak halal.
Namun masih banyak ditemukan produk makanan dan minuman yang beredar
dimasyarakat belum mencantumkan logo halal atau logo halal masih diragukan
kebenarannya. Produk yang tidak ada logo halalnya belum tentu haram, begitu juga produk
yang ada logo halalnya belum tentu juga halal, karena tidak tertutup kemungkinan produknya
tidak halal. Dalam Hukum Islam yang dikatakan halal tidak hanya zatnya, tapi juga mulai
dari proses produksi dari hulu sampai hilir harus terbebas dari zat zat yang diharmkan oleh
syariat Islam. Penyimpanan produk yang halal tidak boleh berdekatan dengan produk yang
halal, artinya tempat penyimpanan produk halal harus terpisah dengan produk yang tidak
halal. Begitu juga alat yang dipakai untuk memproses produk halal tidak boleh dipakai
bersama dengan produk yang tidak halal. Sertifikat halal tidak hanya memberi manfaat
perlindungan hukum hak - hak konsumen muslim terhadap produk yang tidak hala, tapi juga
meningkatkan nilai jual produk pelaku usaha, karena konsumen tidak akan ragu lagi untuk
membeli produk yang diperdagangkan pelaku usaha. Logo sertifikat halal memberikan
kepastian hukum kepada konsumen muslim bahwa produk tersebut halal sesuai syariat Islam.
B. SERTIFIKASI HALAL
Namun itu dulu sifatnya sukarela, tapi sekarang setelah diundangkan, berdasarkan
Undang-undang 33 Nomor 33 tahun 2014 tentang “ Jaminan Produk Halal ”, nantinya semua
produk farmasi dalam hal ini obat-obatan harus berertifikasi. Masih sedikitnya produsen yang
mensertifikatkan produknya karena sebagian besar bahan yang digunakan merupakan import,
sehingga kalau produknya ingin mendapatkan sertifikasi halal butuh biaya tambahan. Alasan
pada umumnya mengatakan bahan baku 95% impor, sehingga kita tidak tahu status
kehalalannya, jadi kalau ingin halal perlu melacak kehalalannya ke produsennya memerlukan
tambahan biaya dan waktu.
Saat ini, produk yang disajikan di pasaran diolah sedemikian rupa agar menjadi produk yang
mudah dikonsumsi. Selain itu, penampilan produk juga dirancang untuk menggugah selera
konsumen, bertahan segar dengan warna, aroma, rasa, dan tekstur yang di inginkan. Campur
tangan teknologi dan kompleksitas bahan menjadi hal yang tak terhindarkan. Perlu fatwa
halal melalui proses sertifikasi halal untuk memperjelas status hukum halal dan haram produk
yang masih syubhat. Hal ini disampaikan oleh Wakil Direktur LPPOM MUI, Ir. Muti
Arintawati, M.Si. dalam webinar Membangun Kepercayaan Konsumen dengan Sertifikasi
Halal sebagai Kesiapan Memasuki Pasar 4.0 yang diselenggarakan oleh Belanjaukm.com
beberapa waktu lalu. “ Tak dapat dipungkiri, produk masa kini tak terlepas dari campur
tangan teknologi sehingga sulit untuk mengidentifikasi kehalalannya. Karena itu, perlu pihak
ketiga untuk memastikan produk bisa dijamin kehalalannya. LPPOM MUI hadir untuk
memenuhi hal ini ”.
Utamanya ada tiga hal yang menjadi prinsip dalam sertifikasi halal produk
diantaranya :
1. Sertifikasi halal memastikan semua bahan yang digunakan dalam proses produksi
memenuhi persyaratan halal.
2. Sertifikasi halal memastikan tidak adanya kontaminasi bahan haram/najis terhadap produk,
baik berasal dari peralatan produksi, pekerja, maupun lingkungan produksi. Prinsip kedua
ini penting untuk diperhatikan. Karena meskipun seluruh bahan sudah halal, namun
ternyata menggunakan peralatan yang dipakai bersama dengan produk non halal, maka
ada kemungkinan bahan terkontaminasi najis atau bahan non halal. Sekalipun tidak kasat
mata. Jika ditinjau lebih lanjut bahwa kontaminasi bisa bersumber dari karyawan,
utamanya ketika pelaku usaha mempekerjakan seorang nonmuslim. Ada kemungkinan
pekerja memegang bahan-bahan yang tidak halal sebelum mengolah produk.
2). Aturan Lengkap untuk Memperoleh Izin Edar Obat dan Makanan dari BPOM
Publik kembali diriuhkan soal obat ivermectin yang disebut-sebut bisa sebagai obat
Covid-19. Belakangan BPOM menegaskan belum memberikan izin edar ivermectin sebagai
obat covid-19. Status Ivermectin adalah obat cacing dan harus berdasarkan resep dokter.
Setiap obat dan produk makanan dan minuman yang dijual di pasar harus terdaftar dan
mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. Lalu bagaimana cara
mendaftarkan produk makanan maupun obat-obatan ke BPOM untuk mendapatkan izin edar
tersebut?. Yang perlu diketahui, aturan soal izin edar dari BPOM ini tidak saja berlaku untuk
perusahaan farmasi yang memproduksi obat secara massal, tapi juga berlaku untuk usaha
skala kecil dan rumahan bila ingin menjangkau pasar yang lebih luas. Selain wajib
mengantongi izin usaha seperti Sertifikat Penyuluhan atau SP dan sertifikat produksi pangan
produksi industri rumah tangga atau SPP - PIRT, IE dari BPOM juga diperlukan jika
pembisnis makanan, minuman maupun obat - obatan yang ingin merambah pasar yang lebih
luas. Perlu diketahui bahwa produsen makanan, minuman maupun obat-obatan yang ingin
memasarkan produknya secara luas wajib memiliki IE yang dikeluarkan BPOM. Izin dari
BPOM ini berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM nomor 27 tahun 2017 tentang
Pendaftaran Makanan Olahan sebagai jaminan kepada konsumen bahwa produk yang dijual
layak dan aman untuk dikonsumsi.
Keuntungan mengantongi IE dari BPOM adalah apabila produk dari usaha makanan,
minuman atau obat saat diteliti Badan POM terindikasi berbahaya untuk dikonsumsi, maka
produsen dapat segera memperbaikinya. Jika produsen menjual produknya ke pasar luas
tanpa mengantongi izin dari BPOM, apabila produk ternyata diketahui mengandung bahan
yang membahayakan konsumen, maka produsen harus bersiap - siap berurusan dengan pihak
yang berwajib. Dengan mengantongi izin edar dari BPOM, selain meyakinkan konsumen
akan keamanan produk, kita juga tidak perlu khawatir jika terjadi hal yang tidak di inginkan
yang disebabkan oleh produk yang kita pasarkan.
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh untuk mendapatkan izin edar dari BPOM
diantaranya sebagai berikut :
1. Hal pertama sebelum melakukan pendaftaran produk ke BPOM adalah, siapkan terlebih
dahulu produk beserta dokumen yang diperlukan. Untuk produk yang didatangkan dari
luar negeri alias dengan kode produk ML dari BPOM, yang perlu disiapkan adalah:
a. Salinan sertifikat dari Kementerian Kesehatan atau health certificate dari negara asal.
c. Label berwarna.
2. Daftarkan badan usaha ke BPOM terlebih dahulu sebelum mendaftarkan produk yang akan
diuji untuk mendapatkan IE. Pendaftaran badan usaha bisa dilakukan secara daring dengan
mengakses laman pendaftaran e-bpom di http://e-bpom.pom.go.id/. Adapun cara daftarnya
yaitu:
b. Setelah form pendaftaran ditampilkan isi sesuai dengan data yang dibutuhkan seperti
Data Perusahaan, Data Penanggung Jawab serta Data Login Anda.
c. Masukkan data pemeriksaan sarana oleh balai atau PSB yang dimiliki pabrik lokal
dengan mengunggah file dokumen yang disyaratkan seperti data produk, spesifikasi
bahan baku produk, data hasil analisa laboratorium, data informasi nilai gizi atau ING,
dan data klaim produk.
e. Hasil pemeriksaan akan disampaikan via surel, jadi pastikan bahwa email yang
didaftarkan merupakan alamat yang valid.
Selain via daring, kita juga dapat secara langsung mendatangi BPOM Pusat maupun
Balai Besar POM di daerah masing - masing. Adapun kelengkapan yang perlu disiapkan
adalah:
A. Kesimpulan
1. Seiring waktu berjalan, apa yang diperiksa badan MUI itu tidak hanya sekedar
makanan dan minuman, akan tetapi produk - produk lain seperti pakaian, detergen,
alat masak, bahkan hingga barang elektronik. Semua barang baku yang ada di
Indonesia proses produksinya sudah memenuhi syarat dan halal dari MUI, jika
tidak halal maka di wadah - wadah makanan ataupun minuman tidak ada cap halal
dari MUI. Jumlah produk yang bersetifikat halal MUI setiap tahunnya mengalami
peningkatan grafik, artinya setiap tahunnya semakin banyak produk yang telah
bersertifikat halal MUI.
2. Produk yang sudah bersertifikasi halal hingga pada saat ini baru sekitar 22 item.
“22 obat tersebut masing-masing 2 vaksin, beberapa obat gosok, aroma terapi dan
obat terbuat dari cacing dan sisanya belum. Dampaknya di era globalisasi ini
sangat besar khususnya orang islam karena kehalalan suatu produk itu nomor satu.
Dampak perkembangan dalam arti benturan / pengaruh kuat yang
mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif) di era globalisasi sebagai proses
integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk,
pemikiran dan aspek-aspek kebudayaan lainnya, dalam hal ini produk obat-obatan
halal sangat signifikan, karena :
1. Konsumen muslim harus cerdas membeli produk makanan dan minuman harus melihat
logo halal pada kemasan, karena masih banyak produk makanan dan minuman beredar
dimasyarakat belum berlogo halal MUI atau logo Halal MUI diragukan kebenarannya.
Jika konsumen masih ragu kehalalan produk, cek pada webside MUI produk yang sudah
bersertifikat halal.
2. Pelaku usaha dalam memperdagangkan suatu produk harus beritikad baik tidak hanya
mengejar keuntungan tapi harus mengindahkan hak-hak konsumen termasuk hak-hak
konsumen muslim terhadap produk halal. Untuk mendapatkan sertifikat hal pelaku usaha
mengajukan permohonan sertifikat halal melalui LPPOM MUI.
Keputusan Mentri Agama Republik Indonesia Nomor 519 tahun 2001 tanggal 30 November
2001 tentang Lembaga pelaksana Pemerintah Pangan Halal.
Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2015), hal. 80-81.
Mohammad Daud Ali, loc.cit 47 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya,
Diponegoro, Bandung, 2005, hlm. 97. 48 Departemen Agama RI, Op.cit, hlm.122
Sutedi, Adrian. Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2006.