Anda di halaman 1dari 24

Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

1
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

Prakata Penulis

Segala puji bagi Allah SWT yang telah


memberikan kami kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan feature perjalanan wisata ini. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan feature ini dengan baik. Shalawat beserta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Habibana Wanabiyana Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas


limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik
maupun akal pikiran, sehingga feature perjalanan wisata
yang berjudul “Eksotisnya Hutan Mati Gunung
Papandayan ” ini mampu untuk di selesaikan. Feature ini
bertujuan memberikan sebuah pengalaman berwisata ke
salah satu objek wisata di Kabupaten Garut yang berada
di Kecamatan Cisurupan dan menjalani tempat wisata
yaitu Hutan Mati Gunung papandayan. Kami juga
megucapkan banyak-banyak terima kasih kepada dosen

2
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

Jurnalisme Sastra pa Feri Purnama M.Sos., yang telah


memberikan materi dan pemahaman mengenai
Jurnalisme Sastra dalam pembahasan saat kuliah maupun
di luar jam kuliah . Selain itu, terimakasih pula kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan
feature sederhana ini.

Penulis tentu menyadari bahwa feature ini masih


jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca ,
supaya feature nantinya dapat menjadi feature yang lebih
baik lagi. Demikian, semoga feature ini dapat bermanfaat
dan berguna. Terima kasih.

Penulis

Fawwaz Zulfiqar Aziz

3
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

Daftar Isi

Prakata Penulis 3

Daftar Isi 4

Eksotisnya Hutan Mati Gunung papandayan 5

Empat Pemuda Bersama Liburan Dadakannya 6

Petualangan di dunia lain 17

Penutup 22

Tentang Penulis 23

4
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

Eksotisnya Hutan Mati Gunung papandayan

Namanya memanglah seram dan kelam Hutan Mati.


Namun, dari namanya yang seram bak alam yang
tersembunyi mistis terdapat suguhan pesona yang indah
memberikan kesan begitu eksotis. Hembusan angin
dingin menyelimuti, gerimis air hujan membasahi
ditengah ribuan pohon yang tinggi.

Dua kesan menjadi satu antara indah dan sunyi. Menatap


langit yang begitu tebal dan awan kelabu, menatap tanah
yang putih layaknya pasir di pantai dan aroma kawah yang
khas menusuk penciuman . Itulah perjalanan menuju
Hutan Mati yang begitu epik.

Jika dunia fantasi itu hadir dibumi ini, maka Hutan Mati
adalah bagiannya. Suguhan alam indah yang terus
menyambut dan menemani, bukanlah rekayasa bukanlah
settingan ini adalah Takdir yang diberikan Tuhan Yang
Maha Kuasa untuk hamba Nya agar selalu mensyukuri
ciptaan-Nya.

5
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

Inilah Hutan Mati Gunung Papandayan, meski mati


hutannya tapi hidup namanya akan rasa syukur yang terus
dipanjatkan.

Empat Pemuda Bersama Liburan Dadakannya.

Tak terasa libur sekolah telah usai dan hati berkata “Kamu
belum puas menikmati liburan perlu adanya sebuah
klimaks sehingga liburan sekolah ini begitu epik dan
menyenangkan”. Ternyata bukan hanya hati saya yang
berkata begitu tapi hati sahabat saya pun mengatakan
seperti itu.

Kami adalah empat pemuda yang mengisi waktu libur


sekolah bersama. Pertama, Yoesma seorang pemuda yang
kaya dan manja. Kedua, Wisnu seorang pemuda yang
tinggal dikos dekat sekolah. Asal rumahnya dari
Pamengpeuk atau biasa disebut Garut Selatan memiliki
perawakan tinggi dan tegap, maklumlah rumah dekat
dengan pantai sehingga tak jarang setiap hari bisa renang.
Ketiga, Zam zam seorang pemuda yang memiliki tubuh
yang kurang tinggi. Keempat, saya sendiri Fawwaz

6
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

memiliki tubuh kecil namun diantara yang lain sayalah


yang paling tinggi. Kami berempat sering dipanggil
pemuda bukan anak anak karena semangat kami sama
dengan pemuda yang haus akan sebuah tantangan dan
petualangan.

Suara ayam berkokok di pagi yang cerah di hari Minggu,


saya menghangatkan motor beranjak akan pergi dari
rumah untuk bertemu teman.

“Waz, bade kamana enjing keneh atos ngahaneutan


motor?” kalau dalam bahasa Indonesia (Waz, mau
kemana pagi hari sudah menghangatkan motor). Ucap
Ayah sambil bingung.

“Bade ka bumi Yoesma” (mau ke rumah Yoesma). Jawab


saya sembari menghidupkan motor. “Muhun, kade
dijalanna” (Oke, hati-hati dijalannya). Ucap ayah sambil
melanjutkan minum kopi di teras rumah. Saya pun
berangkat ke rumah Yoesma dengan menaiki sepeda
motor dan tak lupa mengucapkan salam agar diberikan
keselamatan selama diperjalanan.

7
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

Sesampainya di rumah Yoesma, saya memparkirkan


motor dihalaman depan dan beranjak mengetuk pintu
sembari mengucapkan salam. Tok tok tok (Suara ketukan
pintu)

“Assalamu’alaikum Yoesma”

Akhirnya pintu terbuka, dan yang membuka bukanlah


Yoesma atau keluarga yang lain.

Ternyata yang membuka pintu adalah Wisnu.

“Waalaikum Salam warrahmatullahi wabarakatu “Jawab


wisnu

Saya pun terheran dengan keberadaan Wisnu yang keluar


membukakan pintu rumah Yoesma.

“Walah, naha aya Wisnu?” (Walah, kenapa ada Wisnu?)


Ujar saya sambil terheran.

“Kamari weungi Waz, abdi diajakan ku Yoesma mondok,


kumargi Yoesma teu aya batur kanggo maen PS, Barinage
di kost wae mah bete” (Kemarin malam Waz, saya diajak
oleh Yoesma menginap, soalnya Yoesma tidak ada teman

8
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

untuk main PS, lagipula kalau di kost terus bete ).

Jawab Wisnu menjelaskan alasannya menginap.

“Oh kitu, Yoesma na dimana?”(Oh gitu, Yoesma nya


dimana?) Ucap saya kepada Wisnu sambil melepas
sandal.

“Yoesma masih bobo, maklum kamari weungi begadang


maen PS, manga kalebet” (Yoesma masih tidur, maklum
kemarin malam begadang main PS, silahkan masuk)
Jawab Wisnu sambil membukakan pintu kepada saya.

Pada hari itu keluarga Yoesma seperti ayah dan ibunya


tidak sedang ada dirumah. Meraka sedang mengunjungi
kerabatnya diluar. Jadi hanya ada Yoesma didalam rumah
bersama Wisnu.

Saya pun masuk ke kamar Yoesma dan


membangunkannya.

‘Yoesma, gugah atos siang “(Yoesma, bangun sudah


siang)” Ucap saya sambil berteriak agar Yoesma bangun.

9
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

“Eummm” Jawab Yoesma hanya bergumam seperti suara


badak.

“Ongkoh hoyong liburan, soalna enjing atos masuk sakola


deui” (Katanya mau liburan, soalnya besok sudah masuk
sekolah lagi). Ujar saya sambil membujuknya bangun.

Yoesma pun seketika bangun dengan cepat dan


mengatakan.

“Hayu atuh liburan bete yeuh” (Ayo liburan, bete nih).


Jawab Yoesma dengan semangat meski masih ada
kotoran dipinggir matanya dan rambut yang acak-acakan
seperti singa.

“Gera ka cai hela tamas, ngarah seger” (Cepat ke kamar


mandi dulu, cuci muka dulu biar segar” Ujar Wisnu dari
belakang saya.

Setelah Yoesma mencuci mukanya, kami mengobrol dan


saling bertukar pengalaman mengenai liburan sekolah.
Kami bertiga adalah teman satu kelas. Jadi sudah akrab
meski baru 1 semeter juga. Tak terasa liburan pun akan
usai dan besok masuk sekolah lagi. Akhirnya kami

10
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

memutuskan untuk liburan bersama dan menjadikannya


penutup untuk liburan sekolah selama 2 Minggu.

Ini bisa dibilang liburan dadakan karena tanpa adanya


rencana sebelumnya. Namun, jika liburan ini hanya
bertiga rasanya akan kurang, karena akan ada 1 oramg
yang membonceng dengan angina atau jok belakang
motor nya kosong apakah milik saya atau Yoesma.
Hingga Yoesma mengajak temannya melalui telepon.

“Asslamualaikum” Ucap Yoesma kepada Zam zam


melalui telepon.

“Waalaikum Salam warrahmatullahi wabarakatu,


Kumaha Yus aya periyogi naon nganelpon? (Gimana yus,
ada keperluan apa menelpon?) Jawab Zam zam dalam
telepon.

“Jadi kieu, kan enjing teh atos masuk deui sakola, kumaha
lamun urang ayeuna liburan terakhir kaburu otak kudu
diasah deui, setidaknya arurang refreshing hela lah “(Jadi
begini, besok tuh sudah masuk sekolah lagi, gimana jika
sekarang liburan terakhir keburu besok otak harus diasah

11
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

lagi, setidaknya kita refreshing dulu lah” Ujar Yoesma


membujuk Zam zam supaya bisa ikut.

“Oh hayu. Tapi kumaha nya, abdi mah bakal moal tiasa
nyandak motor, soalna bakal dianggo ku teteh. Emang
sareng saha wae liburana?” (Oh ayo. Tapi gimana yah,
saya gak akan bawa motor, soalnya akan dipakai sama
kaka, emannya sama siapa saja liburannya?). Jawab Zam
zam sembari kebingungan.

“Tenang zam, wios dibonceng weh. Liburanna aya Abdi,


Fawwaz, Wisnu sareng Zam zam weh hiji deui “(tenang
zam, gapapa dibonceng saja, liburannya ada saya,
Fawwaz, Wisnu dan Zam zam satu lagi.” Jawab Yoesma
sambil memegang handphone dan mondar mandir.

“Oh siap, jemput” Ujar Zam zam yang bersemangat.

“Oke, ke dikabaran, Assalamualaikum” Ucap Yoesma

“Waalaikum Salam warrahmatullahi wabarakatu” Jawab


Zam zam.

Akhirnya Zam zam pun ikut bergabung bersama kami


untuk liburan.

12
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

Mentari semakin lama semakin menyinari, terangnya


membuat kami berfikir bahwa liburan ini akan menjadi
liburan yang menyenagkan dan akan membuat klimaks
terbaik sebagai penutup liburan diawal semester.

Saya pun bergegas pulang kembali kerumah untuk


mempersiapkan liburan, meski tidak tahu akan pergi
kemana yang jelas difikiran saya adalah hari ini libur, hari
ini harus menyenangkan dan bagaimana caranya liburan
ini harus membuat hati puas. Sesampainya dirumah,
ternyata rumah sepi tidak ada siapa siapa. “Sunyi sekali”.
Ucap saya, tapi bodo amat saya harus mandi dan bergegas
untuk mencari pakaian yang akan digunakan untuk
liburan.

Tapi saya hanya focus pada penampilan, hingga saya tak


menyadari bahwa saya tak punya uang untuk liburan.
Disana saya bingung dan harus bagaimana, akhirmya saya
menunggu ayah pulang dari kerja sambil mandi dan
mempersiapkan yang lain sebagainya.

Hampir 2 jam saya menunggu, mentari sudah hampir


ditengah dan kami janjian untuk berangkat pada siang hari

13
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

dan kumpul di rumah Yoesma, selepas waktu pertama


Dzuhur. Kumandang Adzan terdengar tatapi ayah tidak
kunjung pulang, akhirnya saya sholat dulu, semoga saja
setelah beres Sholat ayah sudah pulang. Tinggal beberapa
menit lagi berangkat tapi ayah masih saja belum pulang,
Saya pun pergi tanpa membawa uang sepeser pun untuk
liburan, dan berharap Yoesma bisa meminjamkan
uangnya kepada saya.

Saat diperjalanan menuju ke rumah Yoesma, saya pun


bertemu dengan ayah yang sedang mengendarai motor.

Saya pun berteriak “Yahhhh, eureun helaaaa” (Yahhhhh,


berhenti dulu).

Ayah pun menghentikan motornya dan menjawab “Aya


naon Waz, gogorowokan di jalan?” (Ada apa Waz, teriak
teriak dijalan)

“Nyungken artos, abdi ayena bade liburan”. (Minta uang,


saya sekarang mau liburan) Ujar saya sambil mengangkat
tangan layaknya pengemis.

“Liburan kamana?” (Liburan kemana?) Tanya ayah saya


yang bingung.

14
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

“Teu apal nu penting mah liburan” (Tidak tahu yang


penting liburan) Jawab saya yang sama bingung tapi yang
rusuh takut telat.

“Yeuh gaduh 20 rebu, sok sing awet” Ujar ayah saya


sambil memberikan uang.

“Hatur nuhun. Abdi mios hela, Assalamualaikum”


(Terimakasih. Saya berangkat dulu, Assalamualaikum)
Ujar saya sambil menerima uang dan mencium tangan
ayah.

“Waalaikum Salam warrahmatullahi wabarakatu, sok


kade dijalanna. Ulah ngebut” (Hati hati dijalanya, jangan
ngebut) Ucap ayah saya seperti memberikan amanat
kepada anaknya.

Saya pun melanjutkan kembali perjalanan menuju rumah


Yoesma.

Sesampainya dirumah Yoesma. Saya pun di suruh


Yoesma untuk menjemput Zam zam karena Zam zam
tidak ada yang mengantar karena motornya dipakai
kakanya. Sedangkan Yoesma akan membeli nasi timbel,

15
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

karena dirumahnya tidak ada siapa siapa dan tidak ada


yang masak.

Saya pun lupa membawa nasi untuk makan selama


liburan, tapi jika beli takut uang tidak cukup untuk jajan
dan yang lainnya, gtapi untungnya motor saya akan di isi
bensin oleh Wisnu, karena Wisnu aka dibonceng oleh
saya. Sehingga uang bensin tidak dikeluarkan. Saya pun
pergi kerumah Zam zam, yang telah diberitahu oleh
Yoesma keberadaanya.

Sesampainya dilokasi rumah Zam zam, akhirnya Zam


zam keluar dengan ditemani ibunya, dan ibu Zam zam
seperti ibu saya. Sama memiliki profesi menjadi kepala
sekolah. Zam zam pun pamitan dengan ibunya dan
langsung naik motor, selama diperjalan kami saling
mengobrol tentang segala hal hingga kami bisa akrab.

Setelah sampai di rumah Yoesma, kami berempat pun


berdiskusi tentang tujuan liburan yang dekat epic dan
yang jelas murah. Akhirmya secara spontan kami
mengatakan Gunung Papandayan. Akhirnya kami empat
pemuda berangkat ke Gunung Papandayan untuk mengisi

16
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

waktu libur meski dadakan tetapi kami yakin akan


menjadi liburan yang menyenangkan.

Petualangan di dunia lain

Selama di perjalanan, kami disuguhkan dengan keindahan


keindahan yang begitu eksotis. Banyak pohon cemara dan
pinus yang menjulang tinggi, hutan yang daunnya telah
menjadi berwarna kekuningan layaknya musim kemarau
di Eropa dan jalanan yang teramat bagus dengan belokan
yang seperti sirukit di ajang Moto GP. Kami

berfirik bahwa liburan hari ini akan terasa menyenangkan


ditambah lagi bahwa pergi ke Hutan Mati Gunung
Papandayan merupakan liburan saya pertama kali.

Perjalanan kami menuju Hutan Mati Gunung Papandayan


tidak semudah membalikan telur mata ikan dalam wajan
penggorengan. Kami harus dihadapkan dan disuguhkan
dengan begitu banyak rintangan dan tantangan. Terdapat
4 gerbang yang harus kami lalui. Gerbang pertama adalah
tempat membayar tiket masuk dan menjadi gerbang yang
sangat menyeramkan. Karena disana kami harus

17
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

menumbalkan sesuatu yang sangat berharga dari dompet


yaitu uang. Namun, yang namanya tumbal pasti akan
ditebus juga dengan sesuatu yang bernilai sama. Kenapa
juga harus dinamakan tumbal, baik tapi membayar uang
tiket masuk. Gerbang kedua adalah musuh terbesar dari
para bangsa pegguna kursi roda yaitu tangga. Tapi, bukan
tangga nama grup band yah dan bukan tangga tokoh film
AADC (itu Rangga). Mungkin perlu menjadi keluhan
juga kepada pengelola untuk menyediakan lift atau
escalator seperti di mal mal kebanyakan sehingga para
bangsa pengguna kursi roda dapat menikmati keindahan
Gunung Papandayan. Baiklah, selanjutnya gerbang ketiga
yaitu jalanan yang begitu terjal. Perlu pembaca ketahui,
bahwa kami pergi liburan ke Gunung Papandayan terjadi
pada tahun 2016 yang pengelolanya masih dibawah
pemerintah bukan seperti sekarang yang pengelolanya
adalah swasta. Jadi, tak heran juga jika sarana dan
prasarana masih belum mencukupi termasuk batuan terjal
yang harus dilalui, tapi sekarang jalanan sudah bisa di
akses dengan mudah. Seperti di dalam video game kami
harus fokus dan teliti dalam memijakan telapak kaki.
Jangan sampai kita terkecoh dengan batu yang terlihat

18
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

keras eh ternyata batunya licin atau itu hanya gumpulan


lumpur yang dapat membuat sepatu malah menjadi kotor
atau terhisap seperti pasir penghisap di Film The Mummy.
Selesai dari jalanan yang terjal oleh batu sampai lah kami
di Gerbang keempat yaitu pusat perbelanjaan. Aneh
memang nama gerbang ini, namun aneka pernak pernik,
oleh oleh, makanan, gorengan, minuman, warkop
semuanya ada disini. Namun, kami memilih untuk
berisitirahat sejenak dan sembari bersua selfie. Matahari
tengah berada ditengah ubun ubun kepala dan hembusan
angin mengatakan untuk melanjutkan perjalanan ini.
Kami pun beranjak pergi dari tempat itu karena jika terlalu
lama yang ada banyak tumbal dari dompet. Akhirnya
kami telah sampai di tempat yang menjadi destinasi para
wisata yaitu kawah Gunung Papandayan. Aroma bau yang
khas, cuaca yang begitu panas saat itu dan kawah yang
begitu indah, hasil dari letusan Gunung Papandayan.
Semua ini menjadi paket komplit liburan kami. Tak terasa
selama kami disana yang dihabiskan dengan bersua foto
awan kelabu datang hembusan angin dingin
menghampiri. Sepertinya akan terjadi hujan yang begitu
lebat. Namun, ada spot yang belum kami kunjungi yaitu

19
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

Hutan Mati. Dimana menjadi tempat untuk para Hiking


membangun tenda bukan membangun rumah tangga.
Sehingga kami melanjutkan perjalanan meski ditengah
perjalanan kami diguyur dengan hujan yang lebat. Taka
da jas hujan, taka da paying yang menenmani hanya tekad
dan keinginan kuat untuk bisa sampai ke Hutan Mati
Gunung Papandayan. Kami seperti ikan yang melawan
arus sungai, ketika ikan yang lain mengikuti arus sungai
untuk bisa berteduh dan pulang kami malah
memberanikan diri untuk pergi ke Hutan Mati Gunung
Papandayan. Kurang lebih, 15 Menit kami melangkah tak
terasa akhirnya kami telah sampai di Hutan Mati Gunung
Papandayan dan menjadi tempat yang begitu eksotis di
wisata Gunung Papandayan. Kami layaknya di hipnotis
untuk bisa datang ke tempat sini karena keindahannya
yang begitu eksotis. Semua kelelahan, kecapean, rasa
dingin terbayar sudah di tempat ini. Namun, disana kami
merasakan hal hal yang begitu aneh seperti anjing liar
berkeliaran, suara teriakan yang entah dari mana asalnya,
hawa dingin yang menembuh baju dan pohon tinggi yang
menyeramkan. Kami seperti berada di dunia yang bukan
dunia dan menamainya dunia lain. Selain tidak adanya

20
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

sinyal telepon disini baterai kami pun habis dan tidak bisa
berfoto di tempat ini.

Namanya juga Hutan Mati pasti akan ada mitos yang


berkembang di tengah masyarakat seperti orang yang
pernah mati atau bunuh diri di tempat ini sehingga
menambah kesan yang begitu mistis. Tapi bagi para
pengagum keindahan alam ini adalah hutan yang
memiliki banyak pohon yang menjulang tinggi dan tidak
memiliki daun daunan seperti hutan yang telah terbakar.

Akhir dari perjalanan ini kami harus mengaku kalah,


bukan oleh hawa yang dingin, bukan tempat yang
menakutkan, bukan juga baterai hp yang habis tapi perut
kami yang lapar sehingga kami harus pulang. Biarlah,
Hutan Mati Gunung Papandayan akan menjadi saksi bisu
keindahan begitu eksotis yang tersembunyi di Gunung
Papandayan.

21
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

Penutup

Sekian perjalanan yang dapat saya ceritakan tentang


Hutan Mati Gunung Papandayan, itu murni saya rasakan
bukan orang lain, jadi. Tidak dilebih lebihkan ataupun
dikurang kurani. Saya berharap pembaca mengerti dari
tulisan ini. Namun, apabila penasaran silahkan untuk
berkunjung langsung ke tempatnya dan jangan lupa bawa
makanan yang banyak karena jika membeli makanan
disana sangatlah mahal. Jaga keindahan dan kebersihan
Gunung Papandayan jangan sampai membuang sampah
sembarangan. Terima kasih selamat berpetualang!

22
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

Tentang penulis

Fawwaz Zulfiqar Aziz mulai


tertarik menulis saat usianya
beranjak 20 tahun. Meski masih
pemula dalam menulis sebuah
tulisan jurnalistik. Beliau sudah
membuat blog pribadi di sosial
media yang memuat
pemikirannya yang ditungakan

dalam sebuah halaman di blog pribadinya tersebut.


Sehingga meski dikatakan masih pemula tetapi
kecintaanya terhadap menulis tidak ada hentinya. Tahun
2020 ini beliau akan menulis buku yang berjudul Kelam
(Kenangan Terdalam) sebagai buku auotibiografinya
kedua setelah buku Hidup Tak Seindah Senja.

23
Ekstotisnya Hutan Mati Gunung Papandayan

24

Anda mungkin juga menyukai