Anda di halaman 1dari 6

Cara Menyusun Kebijakan dan Strategi

Mengidentifikasi masalah merupakan langkah utama untuk menyusun kebijakan


dan strategi penanganan tanggap darurat sesuai dengan skenario dan asumsi
dampak. Masalah dapat diidentifikasi dari dampak yang telah prediksi, misalnya
masalah pada aspek kependudukan, masalah pada aspek kesehatan, masalah pada
aspek fasilitas, pemerintahan, dan lingkungan yang berdapak pada kesehatan atau
sistem kesehatan, termasuk masalah koordinasi, kurangnya kapasitas sumber daya,
dan masalah krisis kesehatan lainnya. Berikut ini contoh identifikasi masalah dari
skenario yang dikembangkan di bab sebelumnya:

Tabel 1. Contoh identifikasi masalah dari skenario


Skenario Daftar Masalah
Pada hari Jum’at tanggal 28 September -
20xx, jam 18.02. WITA, telah terjadi
Gempa Bumi dengan skala 7.4 SR. Pusat
gempa berada di 26 km Utara Donggala
dan 80 km Barat laut Kota Palu dengan
kedalaman 10 km yang diikuti dengan
Tsunami yang melanda pantai barat
Pulau Sulawesi, Indonesia dan
Likuifaksi.
Guncangan gempa bumi tersebut
dirasakan di Kabupaten Donggala, Kota
Palu, Kabupaten Parimo, Kabupaten
Sigi, Kabupaten Poso, Kabupaten Toli
Toli, Kabupaten Mamuju bahkan
hingga Kota Samarinda, Kota
Balikpapan dan Makassar. Gempa
tersebut memicu terjadinya Tsunami
hingga ketinggian 5 M di Kota Palu,
dan menimbulkan terjadinya likuifaksi
di beberapa titik lokasi yaitu di
Kelurahan Balaroa, Kelurahan Petobo
dan Desa Jono Oge.
Gempa mengakibatkan ribuan warga - Banyak korban jiwa yang meninggal
panik dan berusaha menyelamatkan dan hilang serta mengalami luka
diri. Dampak dari gempa bumi, berat dan ringan.
tsunami dan likuifaksi tersebut yakni - ….
total korban jiwa 4.402 jiwa, meninggal - ….
2.665 jiwa, hilang 701 jiwa. Selanjutnya - ….
total pengungsi 172.999 jiwa tersebar di
lebih dari 100 titik pengungsian.
Gempa juga berdampak pada fasilitas- - Faskes terkena dampak langsung
fasilitas kesehatan dan pemerintahan, bencana sementara banyak korban
dimana 9 puskesmas terdampak rusak jiwa yang butuh pertolongan
berat dari 4 kabupaten, 1 rumah sakit - ….
rusak berat dan 17 pustu rusak berat. - ….
Skenario Daftar Masalah
- ….
Tenaga kesehatan juga menjadi korban - Banyak tenaga kesehatan yang
akibat bencana. menjadi korban
- ….
- ….
- ….
Sarana prasarana yang tidak berfungsi - Sarana prasana terputus sekitar 4
yakni listrik padam, komunikasi hari yaitu listrik padam, komunikasi
terputus, dan alat transportasi yang terputus, saran air bersih terganggu,
tidak dapat berfunngsi sebagaimana dan alat transportasi tidak berfungsi
mestinya. krn BBM terbatas.
- Akses jalan terputus terkhusus di
daerah terdampak terisolir .
- ….
- ….
- ….
Selama masa tanggap darurat banyak - Muncul penyakit diare di beberapa
korban bencana terkena penyakit diare titik pengungsian
di titik pengungsian. - ….
- ….
- ….
Sehingga Gubernur Daerah Provinsi - Koordinasi belum berjalan dengan
Sulawesi Tengah menetapkan Status baik pada satu minggu pertama
Tanggap Darurat selama 14 hari sejak kejadian bencana
tanggal 28 September. - Satu minggu pertama kejadian
pengaturan relawan yang datang
belum terkoordinir dengan baik,
beberapa relawan tidak melapor ke
kedatangan dan kepulangan ke
Klaster Kesehatan
- ….
- ….
- ….
-

Sumber: Dokumen Dinkes Disaster Plan Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng revisi 1 tahun
2020

Daftar masalah membantu tim penyusun untuk menentukan kebijakan dan strategi
untuk mengatasinya dengan mempertimbangkan kemampuan kapasitas yang
dimiliki, kecepatan waktu, dan operasionalitas. Pindahkan daftar masalah ke tabel
kebijakan dan strategi seperti contoh di bawah ini.
Tabel 2. Tabel contoh kebijakan dan strategi
N Identifikasi Kebijakan Strategi
o Masalah
1. Banyak Setiap korban • Berkoordinasi dengan DVI
korban jiwa meninggal dan luka • Menetapkan alur rujukan pasien.
yang berat ditangani • Menetapkan rumah sakit rujukan
meninggal sesuai prosedur • Mobilisasi EMT mobile dan EMT
dan hilang fix ke lokasi
serta • Rilis update data korban sesuai
mengalami hasil identifikasi .
luka berat
dan ringan.
2 Fasilitas Memastikan fungsi • Mendirikan Pos kesehatan dan
kesehatan fasilitas kesehatan rumah sakit lapangan di titik-
terkena tetap berjalan titik kritis untuk triase dan
dampak pertolongan awal
langsung • Menetapkan
bencana Faskesyankes/rumah sakit
sementara rujukan
banyak • Membangun pos kesehatan di
korban jiwa pengungsian-Koordinasi dengan
yang butuh LS terkait.
pertolongan • Mendistribusikan relawan
kesehatan/EMTdan perbekalan
kesehatan ke fasilitas kesehatan
yang terdampak untuk
mendukung layanan kesehatan
tetap berjalan
3 Banyak Memastikan fungsi • Mengidentifikasi jumlah tenaga
tenaga jabatan tenaga kesehatan yang di butuhkan
kesehatan kesehatan yang • Meminta tenaga kesehatan dari
yang menjadi menjadi korban luar daerah seperti tenaga
korban tetap berjalan relawan/ rilis permintaan
bantuan tenaga kesehatan,
relawan kesehatan
• Mendistribusikan relawan
kesehatan/EMT ke fasilitas
kesehatan yang terdampak untuk
mengantikan fungsi tenaga
kesehatan yang terdampak
4 Sarana Memastikan  Koordinasi untuk perbaikan
prasana pelayanan tetap jaringan listrik yang rusak
terputus berjalan dengan PLN
sekitar 4 hari menggunakan  Koordinasi jaringan komunikasi
yaitu listrik sarana alternatif yang rusak dengan Dinas
N Identifikasi Kebijakan Strategi
o Masalah
padam, lainnya. Misalnya Informatika
komunikasi genset  Koordinasi pengadaan air bersih
terputus, di tempat pengungsian
saran air • Koordinasi pengadaan stok BBM
bersih oleh pihak pertamina
terganggu,
dan alat
transportasi
tidak
berfungsi krn
BBM terbatas.
5 Akses jalan Masyarakat terisolir  Koordinas di perbaikan akses
terputus yang terkena oleh PU
terkhusus di dampak bencana  Koodinasi dengan pihak TNI AU
daerah harus mendapatkan untuk menyiapkan sarana
terdampak pelayanan transportasi udara ke daerah
terisolir. kesehatan secepat yang terisolir untuk melakukan
mungkin. layanan kesehatan
 Menetapkan Pos
Kesehatan/rumah sakit rujukan
terdekat
 Mobilisasi EMT mobile dan EMT
fix ke lokasi
6 Muncul Memastikan • Sub Klaster P2 Kesling, Promkes
penyakit penderita diare (PHBS) melakukan pelayanan
berpotensi mendapatkan kesehatan di titik pengungsian
KLB seperti pengobatan sesuai dengan fungsinya
Diare dan • Tindak lanjut Pengendalian
Malaria dan DiareTidak KLB.
serta • Tindak lanjut program penyakit
peningkatan menular langsung (ISPA)
kasus penyakit
menular
seperti ISPA di
beberapa titik
pengungsian

7 Muncul Memastikan - Koordinasi dengan BPBD untuk


Permasalahan pengungsi/kelomp mendirikan tenda dapur PMBA
masalah gizi ok rentan (bayi dan di masing-masing puskesmas.
balita) - Koordinasi dengan Dinsos, Dinas
mendapatkan Ketahanan Pangan, dan Pemdes.
asupan gizi yang - Sub Klaster Gizi melakukan
N Identifikasi Kebijakan Strategi
o Masalah
baik rencana intervensi PMT dan
pemantauan gizi bagi kelompok
risiko (bayi, balita dan anak)

8 Muncul Memastikan - Sub Klaster Keswa melakukan


permasalahan pengungsi dan kegiatan PFA
Kesehatan korban bencana - Kordinasi dengan Dinsos dan
jiwa mendapatkan Dinas Pemberdayaan perempuan
dukungan dan Anak (DP3A) untuk kegiatan
psikososial pendampingan Kesehatan jiwa
pengungsi.
7 Koordinasi Ada sistem - Mengaktifkan sistem komando
belum komando yang jelas tim bencana kesehatan yang
berjalan sudah ditentukan atau tim klaster
dengan baik kesehatan
pada satu - Mengaktifkan klaster kesehatan
minggu
pertama
kejadian
bencana.
9 -

8 Satu minggu Relawan yang  manajemen relawan dilakukan di


pertama datang mengikuti Pos Komando Klaster Kesehatan
kejadian sistem yang sudah  ada satu orang atau lebih
pengaturan ada di daerah bertugas untuk manajemen
relawan yang relawan
datang belum  menyiapkan Surat tugas, ID,
terkoordinir form dan alur relawan
dengan baik,  mensosialisasikan dan
N Identifikasi Kebijakan Strategi
o Masalah
beberapa melakukan sweeping untuk
relawan tidak registrasi EMT ke klaster
melapor ke kesehatan
kedatangan  menata distribusi EMT yang ada
dan secara merata ke wilayah
kepulangan terdampak sesuai kebutuhan
ke Klaster
Kesehatan

Pada tahap penentuan respons tanggap darurat untuk rencana kontingensi


penanggulangan krisis kesehatan ini, tim penyusun harus terus melakukan
brainstorming, diskusi dan koreksi, termasuk konsultasi dengan para pengambil
keputusan setingkat bidang dan seksi. Diskusi dengan lintas sektor yang terlibat dan
pakar juga penting untuk dilakukan agar masalah, kebijakan dan strategi yang
ditentukan menjadi lebih detil mendekati situasi yang sebenarnya akan terjadi serta
memprediksi segala ketidakpastian terburuk yang mungkin terjadi.

Anda mungkin juga menyukai