Anda di halaman 1dari 19

OLIMPIADE SAINS BIDANG EKONOMI

MATERI:
EKONOMI INTERNASIONAL

Oleh:
Dhiah Fitrayati, S.Pd., ME
Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Unesa
2014
Modul Ekonomi Internasional

Bagian I: Perdagangan Internasional

A. Mengapa terjadi Perdagangan Internasional?


1. Perbedaan tingkat kelangkaan sumber daya alam
2. Perbedaan biaya produksi
3. Perbedaan tingkat teknologi
4. Perbedaan selera dan budaya

B. Manfaat Perdagangan Internasional


Segi Importir Segi Eksportir
Memperoleh barang dan jasa Memperoleh manfaat dari kegiatan spesialisasi, baik
yang belum diproduksi dalam keuntungan mutlak maupun keuntungan komparatif
negeri
Terjadinya alih teknologi Meningkatkan produktivitas dan efisiensi produk
Memperluas daerah pemasaran
Meningkatkan penerimaan devisa

C. Teori Keuntungan Absolut (Absolute Advantage)


Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith, yang menyatakan bahwa perdagangan
internasional akan terjadi antar negara mengadakan spesialisasi kerja. Pertukaran akan
terjadi jika masing-masing Negara memiliki absolute advantage atas produknya.
Absolute advantage artinya dengan factor produksi yang sama, masing-masing Negara
dapat menghasilkan produk yang lebih besar dibandingkan dengan negara lain. Adapun
asumsi yang digunakan dalam teori ini sebagai berikut:
a. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja
b. Adanya kualitas barang yang diproduksi oleh dua negara
c. Pertukaran dilakukan secara barter bukan dengan uang
d. Biaya transpor diabaikan

Perhatikan tabel berikut ini:


Tabel 1. Indonesia dan China – Kapasitas Produksi Kentang dan Jeruk
Kentang Jeruk
Indonesia 12 3
China 4 8
Keterangan:
• Setiap tenaga kerja di kedua Negara dapat memproduksi kentang dan jeruk
• 1 tenaga kerja di Indonesia dapat memproduksi 12kg kentang atau 3kg jeruk
• 1 tenaga kerja di China dapat memproduksi 4kg kentang atau 8kg jeruk

1
Modul Ekonomi Internasional

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 1 tersebut di atas, dengan


membandingkan kapasitas pekerja di kedua negara dapat disimpulkan bahwa Indonesia
memiliki keuntungan absolut pada komoditas kentang, sementara China memiliki
keuntungan absolut pada komoditas jeruk.
Keuntungan perdagangan internasional yang diperoleh suatu negara atau Gain
from Trade (G of T)dapat dihitung melalui selisih nilai dasar tukar dalam negeri (DTDN)
dengan nilai dasar tukar internasional (DTI).

Perhitungan Nilai Dasar Tukar Dalam Negeri (DTDN)


Kentang Jeruk DTDN
Indonesia 12 3 12kg = 3kg atau 1kg = ¼ kg
China 4 8 4kg = 8kg atau 1kg = 2kg

Analisis untuk Indonesia:


Berdasarkan tabel di atas, tanpa melakukan spesialisasi dan perdagangan internasional,
nilai tukar dalam negeri yang berlaku adalah 1kg kentang untuk ¼ kg jeruk.
Akan tetapi, jika Indonesia melakukan spesialisasi pada komoditas kentang dan
mengekspornya ke China untuk ditukarkan dengan jeruk, maka 1kg kentang yang
diproduksi di Indonesia dapat ditukarkan dengan 2kg Jeruk di China.
Dengan demikian G of T atas ekspor kentang ke China adalah
G of T = 2kg – ¼ kg = 1 ¾ kg jeruk

Analisis Untuk China:


Berdasarkan tabel di atas, tanpa melakukan spesialisasi dan perdagangan internasional,
nilai tukar dalam negeri yang berlaku adalah 1kg kentang untuk 2kg jeruk atau 1kg jeruk
untuk ½ kg kentang
Akan tetapi, jika China melakukan spesialisasi pada komoditas jeruk dan
mengekspornya ke Indonesia untuk ditukarkan dengan kentang, maka 1kg jeruk yang
diproduksi di China dapat ditukarkan dengan 4kg Jeruk di Indonesia.
Dengan demikian G of T atas ekspor Jeruk kentang ke Indonesia adalah
G of T = 4kg – ½ kg = 3 ½ kg kentang

Kelemahan teori Absolute Advantage


Menurut teori ini, perdagangan internasional hanya akan terjadi jika masing-
masing negara memiliki keunggulan absolut yang berbeda. Namun, jika keunggulan
absolut hanya dimilki oleh satu negara saja, maka tidak akan terjadi perdagangan
internasional.

2
Modul Ekonomi Internasional

D. Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)


Kelemahan yang terdapat dalam teori absolut advantage (Adam Smith)
disempurnakan oleh David Ricardo dengan teorinya Comparative Advantage atau
keunggulan komparatif baik secara Cost Comparatif (Labor Efficiency) maupun
Production Comparative (Labor Productivity).
1) Cost Comparatif (Labor Efficiency)
Teori cost comparative advantagedidasarkan pada nilai tenaga kerja atau
Theory of Labor Value. Artinya,nilai atau harga sutu produk ditentukan oleh jumlah
waktu atau hari kerja untuk memproduksinya.
Menurut teori cost comparative advantage, suatu negara akan memperoleh
manfaat perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi dan mengeskpor
barang yang dapat diproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang yang
diproduksi relatif kurang/tidak efisien. Dengan kata lain, sebuah negara akan
mendapatkan keuntungan komparatif jika memproduksi produk yang memiliki nilai
oportunity cost terendah.
Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 2. Indonesia dan China - Perbandingan Jam Kerja Produksi Gula dan Sutra
Gula Sutra
Indonesia 3 jam 2 jam
China 4 jam 5 jam

Berdasarkan teori absolut Advantage, maka keunggulan mutlak berada pada


Indonesia saja sehingga tidak akan terjadi perdagangan internasional. Akan tetapi,
menurut teori cost comparative advantage, walaupun Indonesia memiliki
keunggulan mutlak untuk kedua produk tersebut di atas, perdagangan
internasional yang menguntungkan antara China dan Indonesia tetap dapat
dilakukan jika negara tersebut melakukan spesialisasi dan memiliki cost
comparative advantage.
Perhitungan cost comparative advantage dapat dilakukan dengan menghitung
oportunity cost untuk setiap komoditas
Perhitungan Oportunity Cost
Gula OC Gula Sutra OC Sutra
Indonesia 3 jam 3 2 jam 2
2 3
China 4 jam 4 5 jam 5
5 4

Analisis untuk Indonesia


 Jika seorang pekerja Indonesia memproduksi gula, maka opportunity costnya
3
adalah jam kerja
2

3
Modul Ekonomi Internasional

 Jika seorang pekerja Indonesia memproduksi sutra, maka opportunity costnya


2
adalah jam kerja
3

Analisis untuk China


 Jika seorang pekerja China memproduksi gula, maka opportunity costnya
4
adalah jam kerja
5
 Jika seorang pekerja China memproduksi sutra, maka opportunity costnya
5
adalah jam kerja
4

Simpulan:
Dengan demikian untuk komoditas sutra, Indonesia memiliki nilai oportunity cost yang
lebih rendah dari pada China yaitu, sehingga Indonesia akan berspesialisasi pada komoditas
sutra. Sementara untuk komoditas gula, China memiliki oportunity cost yang lebih rendah,
sehingga China berspesialisasi pada komoditas gula.

Teknik untuk menghitung comparative advantage juga dapat dilakukan dengan


membandingkan jumlah jam kerja di dua negara, sebagaimana contoh perhitungan berikut
ini:
Perhitungan Perbandingan Jam Kerja
Gula Sutra
Indonesia 3 2
jam jam
China 4 5

China 4 5
jam jam
Indonesia 3 2

Berdasarkan perhitungan di atas, diketahui bahwa tenaga kerja Indonesia


lebih efisien dalam memproduksi sutra dibandingkan tenaga kerja China dimana
2
untuk memproduksi 1 yard sutra di Indonesia hanya membutuhkan jam kerja,
5
5
sementara tenaga kerja China membutuhkan jam kerja.
2
Sebaliknya tenaga kerja di China lebih efisien dalam memproduksi gula dari
pada produksi sutra, dimana untuk memproduksi gula pekerja China hanya
4 5
membutuhkan jam kerja dari pada produksi sutra yaitu jam kerja.
3 2
Analisis G of T pada teori Cost Comparatif (Labor Efficiency) dapat dihitung
sebagai berikut:
Gula Sutra DTDN Sutra DTDN Gula
Indonesia 1 ½ yard 1/3 ton = ½ yard 1
ton ½ yard = ton
3 2/3 ton = 1 yard 3
3/2 yard = 1 ton

4
Modul Ekonomi Internasional

China ¼ ton 1 1 1
yard ¼ ton = yard yard = ¼ ton
5 5 5
5/4 ton = 1 yard 4/5 yard = 1 ton

2) Production Comparative (Labor Productivity)


Berikut ini adalah data kedua negara
Tabel : Perbandingan Hari Kerja Dalam Produksi
Negara Produksi
1 Ton Gula 1 Unit Mesin Jahit
Indonesia 6 Hari kerja 8 hari kerja

Cina 12 hari kerja 10 hari kerja

Data cost comparative advantage pada tabel diatas dapat diubah menjadi
production comparative advantage seperti pada tabel berikut ini:
Tabel : Labor Productivity
Negara Produksi Tiap Tenaga Kerja Per Hari DTDN
Indonesia 1 1 4
6 ton gula 8 unit mesin jahit 3 ton = 1 unit
1 kg = ¾ unit
Cina 1 1 5
12 ton gula 10 unit mesin jahit 6 ton = 1 unit
6
1 ton = 5 unit

Berdasarkan data labor productivity, maka dapat dibandingkan keadaan


tanpa dan dengan melakukan spesialisasi dan perdagangan sebagai berikut:
a. Tidak melakukan spesialisasi dan perdaganngan internasional
Jika Indonesia dan Cina tidak melakukan spesialisasi dan perdagangan
luar negeri, maka berdasarkan NTDN antara produsen gula dan kain terjadi
sebagai berikut:
Tabel : Perbandingan Kaeadaan Peragangan Dua Negara Ketika Tidak
Melakukan Spesialisasi dan Perdagangan Internasional
No Di Indonesia Di Cina
1. 1 ton gula dinilai sama 1 ton gula dinilai sama
dengan ¾ unit mesin jahit dengan 6/5 unit mesin jahit

2. 1 unit mesin jahit dinilai 1 unit mesin jahit dinilai sama


sama dengan 4/3 ton gula dengan 5/6 ton gula

5
Modul Ekonomi Internasional

b. Melakukan spesialisasi dan perdaganngan internasional


Dari data tabel Perbandingan Kaeadaan Peragangan Dua Negara Ketika
Tidak Melakukan Spesialisasi dan Perdagangan Internasional, dapat dihitung
labor productivity tenaga kerja per HK, sebagai betikut:

Tabel 2.11
Labor Productivity
Perbandingan Produksi Gula Kain
Indonesia 1 1
6 12 8 10 5
Cina 1
=
6
=2
1
=
8
=
4
12 ton 10 unit
Cina 1 1
12 6 1 10 8 4
Indonesia 1
=
12
=
2 1
= =
10 5
6 ton 8 unit

Tabel di atas, menunjukkan jika tenaga kerja Indonesia lebih produktif


dibandingkan tenaga kerja Cina dalam produksi gula (2 ton) daripada produksi
5
kain ( 4 unit). Sehingga, mendorong Indonesia untuk melakukan spesialisasi
dan mengekspor gula. Sebaliknya, tenaga kerja Cina lebih produktif
4
dibandingkan tenaga kerja Indonesia dalam produksi mesin jahit ( 5 unit)
1
daripada produksi gula ( 2 ton). Sehingga, mendorong Cina untuk melakukan
spesialisasi dan mengekspor kain.

6
Modul Ekonomi Internasional

Bagian 2: NeracaPerdagangan

A. Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan merupakan suatu daftar yang mencatat nilai ekspor dan
impor secara sistematis berdasarkan kronologi/urutan kejadiannya. Perubahan nilai
ekspor dan impor dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi keadaan neraca
perdagangan. Berikut ini macam-macam keadaan dalam neraca perdagangan:
1) Nilai ekapor lebih besar dari pada impor (X > M), maka neraca perdagangan disebut
surplus/aktif/favourable
2) Nilai ekspor lebih kecil daripada impor (X<M), maka neraca perdagangan disebut
defisit/pasif/unfavourable
3) Jika nilai ekspor sama dengan impor (X = M), maka neraca perdagangan disebut
seimbang/balance

B. Neraca Pembayaran
1) Pengertian Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran adalah pencatatan atas transaksi ekonomi yang terjadi
antara penduduk dengan bukan penduduk Indonesia pada suatu periode tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat dua hal penting yang menyangkut
neraca pembayaran, yaitu: transaksi ekonomi dan waktu pencatatan transaksi.
a. Transaksi Ekonomi,
Transaksi ekonomi adalah semua transaksi yang dapat menimbulkan
perpindahan kepemilikan aset dan kewajiban antara penduduk dan bukan
penduduk. Secara umum, transaksi ekonomi yang tercakup dalam Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI) dapat dibagi menjadi dua kelompok:
(1). Transaks iberjalan (current account), meliputi barang (goods), jasa
(services), pendapatan (income), dan transfer berjalan (current transfer);
(2). Transaksi modal dan finalsial (capital and financial account), meliputi
transaksi modal/finansial (capital/financial).
b. WaktuPencatatanTransaksi
Pencatatan transaksi ekonomi dalam NPI pada dasarnya dilakukan pada
saat terjadi perpindahan kepemilikan antara penduduk dengan bukan
penduduk Indonesia dengan nilai yang didasarkan atas kesepakatan kedua
belah pihak. Hal ini konsisten dengan prinsip akuntansi akrual, yang
mensyaratkan pendapatan dan beban dicatat pada saat timbul (incurred),

7
Modul Ekonomi Internasional

bukan saat penyelesaian (settled) yang dapat berlangsung beberapa waktu


kemudian.
Dalam transaksi berjalan (current account), perpindahan kepemilikan
dianggap terjadi ketika kepemilikan legal suatu barang berganti, ketika suatu
jasa telah disediakan, dan ketika penghasilan bertambah/berkurang.
Sementara untuk transaksi finansial (financial account), perubahan kepemilikan
terjadi saat transaksi muncul dalam pembukuan transaktor, yaitu saat aset
atau kewajiban finansial luar negeri diperoleh, dilepaskan dengan perjanjian,
dijual, atau dilunasi.

2) MetodePencatatanDoubleEntrySystem
Pencatatan transaksi dalam NPI dilakukan secara sistem akunting entri ganda
(double entry). Dengan sistem ini, setiap transaksi ekonomi yang terjadi dicatat
pada dua entri yang berbeda dengan nilai yang sama. Pencatatan dilakukan dari
sudut pandang penduduk Indonesia. Sebagai contoh, penerimaan bantuan pangan
dari luar negeri akan dicatat sebagai impor barang dan penerimaan transfer; ekspor
minyak oleh pemerintah akan dicatat sebagai ekspor barang dan penerimaan
cadangan devisa. Kedua entri tersebut dicatat sebagai transaksi debit dan kredit
sesuai dengan praktek pembukuan yang berlaku umum.
Pada transaksi berjalan, transaksi debit merupakan pengeluaran kepada
bukan penduduk dan transaksi kredit merupakan penerimaan dari bukan
penduduk. Pada transaksi modal dan finansial, transaksi debit menunjukkan
peningkatan aset atau penurunan kewajiban kepada bukan penduduk, sementara
transaksi kredit menunjukkan penurunan aset atau peningkatan kewajiban kepada
bukan penduduk. Kesepakatan yang digunakan dalam pemberian tanda terhadap
transaksi debit/kredit di NPI adalah: transaksi debit ditunjukkan dengan tanda (-)
dan transaksi kredit ditunjukkan dengan tanda (+).Adapun transaksi yang dicatat
dalam sisi debet dan kredit adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2. Transaksi Yang Dicatat Dalam Neraca Pembayaran
No Debet Kredit
1. Impor barang Ekspor barang
2. Impor jasa Ekspor jasa
3. Pemberian hadiah kepada nonresiden Penerimaan hadiah dari nonresiden
4. Penjualan aset yang dimiliki nonresiden Pembelian aset milik residen oleh
nonresiden
5. Pembelian surat-surat Penjualan surat-surat
berharga/securities milik nonresiden berharga/securities kepada
nonresident
6. Penanaman modal langsung oleh Penanaman modal langsung (direct
residen di luar negeri (direct investment investment abroad) oleh nonresiden
abroad)
7. Pinjaman kepada nonresiden Pinjaman dari nonresiden

8
F
o
M
t
p
d
jg
B
T
n
y
b
m
P
c
r
e
N
k
if
s
la
K
b
p
u
t
e
f
l
d
o
M
i
k
s
n
a
r
T
c
y
g
v
F
8.

9.
Pembayaran utang (debt repayment)
kepada nonresident
Pembelian emas milik nonresiden

3) MetodePenyajianNeracaPembayaran
Modul Ekonomi Internasional

Pembayaran utang (debt repayment)


oleh nonresident
Penjualan emas milik nonresiden

Klasifikasineracapembayaranstandarterdiridariduakelompokneracautama:
transaksiberjalan (currentaccount) dan transaksi modal dan finansial (capital and
financialaccount).

Transaksi Berjalan

9
Modul Ekonomi Internasional

Transaksi berjalan mengukur penerimaan dan pengeluaran Indonesia yang


berasal dari transaksi barang dan jasa, pendapatan, dan transfer berjalan dengan
bukan penduduk. Transaksi yang digolongkan ke dalam transaksi berjalan terdiri
dari barang dan jasa (goods and services), pendapatan (income), dan transfer
berjalan (current transfer).

Transaksi Modal
Transaksi modal mencakup transfer modal dan transaksi terkait aset
nonfinansial tidak terbarukan (non-produced, non-financialassets). Transfer modal
berisikan transfer kepemilikan atas aset tetap tanpa imbalan secara langsung, atau
transfer dana yang terkait dengan aset tetap, atau pembatalan klaim finansial
dengan kesepakatan bersama antara kreditur dan debitur (pengampunan utang—
debt forgiveness). Transaksi akuisisi/pelepasan aset nonfinansial tidak terbarukan
meliputi transaksi terkait aset tak berwujud seperti hak cipta, paten, atau merek
dagang, dan transaksi penjualan/pembelian tanah oleh kedutaan dan lembaga
ekstrateritorilainnya. Transaksi ini belum tercatat dalam NPI. Transaksi
akuisisi/pelepasan aset nonfinansial tidak terbarukan menimbulkan hak yang
selanjutnya dapat digunakan untuk menghasilkan uang atau aset lainnya.

Transaksi Finansial
Transaksi finansial memberi hak untuk menerima atau kewajiban untuk
menyediakan uang atau instrumen finansial lainnya. Transaksi finansial terdiri dari
transaksi yang terkait dengan perubahan kepemilikan aset dan kewajiban finansial
luar negeri Indonesia.
Berikut ini merupakan ringkasan Neraca Pembayaran Indonesia

10
Modul Ekonomi Internasional

4) Surplus dan Defisit Neraca Pembayaran


Neraca pembayaran selalu disusun berdasarkan prinsip pembukkuan
berpasangan (double entry system), artinya jumlah debet harus sama dengan
jumlah kredit.
 Surplus Neraca Pembayaran, jika jumlah transaksi kredit lebih besar dari
jumlah transaksi debet
 Defisit Neraca Pembayaran, jika jumlah transaksi kredit lebih kecil dari jumlah
transaksi debet
Dampak Neraca PembayaranSurplus
a. Nilai mata uang dalam negeri naik
b. Kurs valuta asing turun
c. Produksi dalam negeri meningkat
d. Memperluas kesempatan kerja
e. Penanaman modal asing semakin kuat
Untuk menyeimbangkan neraca pembayaran maka dilakukan:
 Pengiriman modal keluar negeri
 Memasukkan emas moneter ke dalam negeri

Dampak Neraca Pembayaran Defisit

11
Modul Ekonomi Internasional

a. Nilai mata uang dalam negeri melemah


b. Kurs valuta asing naik
c. Produksi dalam negeri menurun
d. Peningkatan laju inflasi
Untuk menyeimbangkan neraca pembayaran maka dilakukan:
 Mengadakan pinjaman luar negeri
 Ekspor cadangan emas moneter ke luar negeri

Bagian 3: Pembayaran Internasional


A. Alat Pembayaran Internasional
Kegiatan ekspor-impor yang dilakukan oleh berbagai negara dapat berlangsung
dengan lancar karena adanya suatu alat pembayaran yang diakui secara internasional.
Alat pembayaran internasional itulah yang disebut sebagai devisa. Devisa ini dapat
berupa valas, emas, bill of exchange, dan traveller cheque.
1) Valuta asing (Valas)
Valuta asing adalah mata uang asing yang dapat digunakan sebagai alat
pembayaran internasional. Di antaranya, Dolar-Amerika, Euro-Eropa, Yen-Jepang,
Yuan-Cina, dan Riyal-Arab Saudi.
2) Emas
Emas yang dapat digunakan sebagai devisa adalah emas dalam bentuk batangan
dengan kadar 24 karat.
3) Bill of Exchange (Wesel)
Bill of Exchange (wesel) adalah surat perintah dari nasabah kepada banknya untuk
melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu.
4) Traveller Cheque (TC)
Traveller Cheque (TC) adalah cek khusus untuk digunakan dalam perjalanan biasanya
12
Modul Ekonomi Internasional

untuk turis dan dapat dicairkan pada bank-bank yang ditunjuk di negara yang
dituju.

Setiap negara yang melakukan perdagangan internasional menginginkan untuk


memperoleh devisa sebanyak-banyaknya. H a l i n i k arena devisa dapat digunakan
untuk membiayai pembangunan, membiayai impor, dan menyeimbangkan neraca
pembayaran agar tidak mengalami defisit sehingga perekonomian di dalam negeri
stabil.
Suatu negara dapat memperoleh devisa dari kegiatan perdagangan internasional,
yaitu dengan mengekspor barang/jasa ke luar negeri, bea masuk barang-barang impor, dan
transfer penghasilan. Misalnya, devisa yang diperoleh dari para tenaga kerja Indonesia di
luar negeri ke dalam negeri.
Total valuta asing yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta dari suatu negara
disebut sebagai cadangan devisa. Cadangan devisa dapat diketahui dari posisi balance of
payment (BOP) atau neraca pembayaran internasionalnya. Makin banyak devisa yang
dimiliki oleh pemerintah dan penduduk suatu negara maka berarti makin besar
kemampuan negara tersebut dalam melakukan transaksi ekonomi dan keuangan
internasional dan makin kuat pula nilai mata uang negara tersebut.
Cadangan devisa suatu negara biasanya dikelompokkan atas cadangan devisa
resmi dan cadangan devisa nasional. Keduanya adalah berikut ini.
a. Cadangan devisa resmi, yaitu cadangan devisa yang dimiliki oleh negara
(pemerintah). Cadangan devisa ini dikelola, dikuasai, diurus, dan ditatausahakan
oleh Bank Sentral.
b. Cadangan devisa nasional, yaitu seluruh devisa yang dimiliki oleh perorangan,
badan atau lembaga, terutama perbankan yang secara moneter merupakan
kekayaan nasional (termasuk milik bank umum nasional).

B. Tata Cara Pembayaran Internasinal


1) Private compensation
Pembayaran yang dilakukan antara pembeli dan penjual dengan cara melakukan
kompensasi atas utang-piutang sehingga mengurangi atau meniadakan transfer
valas ke luar negeri.
Misalnya, ada importir X dan eksportir Y di Malaysia yang masing-masing melakukan
hubungan dagang dengan importir A dan eksportir B di Indonesia. Suatu ketika
importir X menerima sejumlah barang yang telah dikirim oleh eksportir B dari
Indonesia. Demikian juga importir A di Indonesia telah menerima kiriman barang
dari importir Y dari Malaysia. Untuk transaksi ini importir X tidak perlu melakukan
transfer valas untuk melakukan pembayaran kepada eksportir B di Indonesia,
ia cukup melakukan transfer domestik kepada eksportir Y di negaranya. Demikian
juga importir A di Indonesia tidak perlu melakukan transfer valas ke Malaysia, ia

13
Modul Ekonomi Internasional

cukup melakukan transfer domestik kepada eksportir B di Indonesia. Untuk lebih


jelas lagi, perhatikan bagan mekanisme private compensation berikut ini!

Gambar 5.18. Mekanisme Private Compensation

2) Cash Payment
Pembayaran tunai yang dilakukan bersamaan denga surat pesanan atau
menunggu kabar bahwa barang telah dikapalkan, biasanya dilakukan oleh
eksportir yang belum mengenal importir.

3) Cash in advance
Pembayaran secara tunai yang dilakukan pembeli/importir kepada
penjual/eksportir sebelum barang dikapalkan.

4) Commercial bill of exchange


Eksportir menarik surat wesel atas importir dengan sejumlah barang dan jasa serta
biaya pengirimannya.

5) Open account
Pembayaran dilakukan setelah produk dikirim atau setelah jangka waktu tertentu.
Cara ini biasa dilakukan oleh penjual atau pembeli yang sudah saling percaya.

6) Letter of Credit (L/C)


Surat pernyataan yang dikeluarkan oleh issuing bank atas permintaan
pembeli/importir yang ditujukan kepada penjual/eksportir melalui
advising/confirming bank dengan menyatakan bahwa issuing bank akan membayar
sejumlah uang tertentu apabila syarat-syarat yang ditetapkan dalam L/C telah
dipenuhi. Mekanisme pembayaran menggunakan L/C secara garis besar adalah
sebagai berikut.

14
Modul Ekonomi Internasional

Gambar 5.19. Mekanisme Letter of Credit

Keterangan:
(1) Pembuatan sales contract antara importir dan eksportir
(2) Importir mengajukan aplikasi pembukaan L/C kepada BNI selaku issuing bank
(3) Issuing bank mengirimkan L/C kepda eksportir melalui Bank of Johor sebagai
confirming bank
(4) Advising/confirming bank memberikan advise atau pemberitahuan kepada
eksportir tentang kedatangan L/C dan meminta eksportir untuk menunjukkan
bukti pengiriman barang/surat muat barang atau bill of lading (B/L) untuk dapat
menerima pembayaran
(5) Eksportir mengirim barang kepada importir melalui perusahaan pelayaran
dengan mendapat surat tanda muat atau bill of lading (B/L) dan sertifikat
pemeriksaan barang atau certificate of inspection dari perusahaan surveyor atau
bea dan cukai
(6) Perusahaan pelayaran menyerahkan B/L kepada eksportir
(7) Eksportir menyerahkan B/L dan dokumen lainnya kepada Bank of Johor untuk
mendapatkan pembayaran
(8) Bank of Johor menyelesaikan pembayaran kepada eksportir atas dasar
penyerahan B/L
(9) Bank of Johor meneruskan B/L dan dokumen lainnya kepada BNI untuk
diteruskan kepada importir Indonesia
(10) BNI menyampaikan B/L kepada importir untuk penyelesaian pengeluaran
barangnya di pelabuhan setelah membayar bea masuk dan pungutan impor
lainnya yang diwajibkan di kantor bea dan cukai
(11) Importir menyelesaikan pelu nasan pembayaran dengan BNI dan Bank of Johor.

C. Mekanisme Pasar Valuta Asing

15
Modul Ekonomi Internasional

mesin
Importir Ekspo
Sby JPN
USD 10.000

Kurs beli Kurs jual


USD USD
BNI BI BCA
Rp Rp

Kurs jual K

USD 10.000
Importir Eksportir
JPN Sby
garmen

D. Sistem Kurs Valuta Asing


Penentuan nilai tukar mata uang dapat dilakukan dengan sistem fixed axchange
rate system, floating exchange rate system, dan managed floating exchange rate
system. Kebijakan nilai tukar yang dilakukan oleh otoritas moneter, selain untuk
mempengaruhi nilai tukar mata uang itu sendiri, juga dapat digunakan pemerintah
untuk kepentingan perdagangan internasionalnya.

1) SistemNilaiTukarTetap”Fixed Exchange Rate System”


Suatu negara dikatakan menganut sistem nilai tukar tetap jika negara
tersebut menetapkan nilai mata uangnya secara tetap dengan mata uang asing
tertentu. Misalnya Indonesia menetapkan nilai tukar Rupiah secara tetap terhadap
dolar Amerika. Dengan penetapan ini maka akan timbul kemungkinan over-valued
(kurs yang ditetapkan lebih tinggi dari nilai dalam mekanisme kesimbangan pasar)
atau under-valued (kurs yang ditetapkan lebih rendah dari nilai dalam mekanisme
kesimbangan pasar).

16
Modul Ekonomi Internasional

Stabilisasi nilai tukar dilakukan oleh otoritas moneter melalui mekanisme


devaluasi atau revaluasi. Apabila tendensi kurs valas akan turun maka otoritas
moneter membeli valuta asing di pasar untuk menstabilkannya. Apabila tendensi
kurs valas akan naik maka otoritas moneter menjual valuta asing di pasar untuk
menstabilkannya. Upaya pencegahan kenaikan kurs lebih sulit karena cadangan
valuta asing yang dimiliki suatu negara terbatas

2) Sistem Nilai Tukar Mengambang ”Floating Exchange Rate System”


Sistem nilai tukar mengambang adalah penetapan nilai tukar (kurs) mata
uang domestik terhadap mata uang asing ditentukan oleh mekanisme pasar, yaitu
oleh tarik menarik antara permintaan dan penawaran mata uang Rupia dan mata
uang asing.

3) Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate)


Sistem nilai tukar mengambang terkendali merupakan gabungan antara nilai
tukar tetap dan nilai tukar mengambang penuh. Pada sistem nilai tukar
mengambang terkendali, nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap valas
ditetapkan oleh otoritas moneter. Selanjutnya, otoritas moneter menjaga nilai
tukar tersebut melalui intervensi di pasar valas.

E. Dampak Neraca Pembayaran Terhadap Nilai Tukar


Neraca pembayaran Surplus akan menyebabkan nilai tukar Rupiah terhadap valuta
asing semakin kuat. Sebaliknya, jika neraca pembayaran Defisit, maka nilai tukar Rupiah
terhadap valuta asing semakin melemah.

F. Dampak Inflasi Terhadap Nilai Tukar


Laju inflasi yang tinggi dapat menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami Depresiasi
terhadap valuta asing. Sebaliknya, jika laju inflasi rendah rendah dapat menyebabkan nilai tukar
mengalami apresiasi.

Bagian 4: Kebijakan Perdagangan Internasional


Kebijakan perdagangan internasional menyangkut kebijakan ekspor dan impor,
diantaranya:
1) Tarif/Bea, yaitu pembebanan atas barang yang melintasi daerah pabean. Jenis tarif
antara lain: tarif ekspor, tarif impor, bea transit

17
Modul Ekonomi Internasional

2) Kebijakan Kuota, yaitu bentuk pembatasan dalam perdagangan internasional melalui


pembatasan jumlah yang ditetapkan dan waktu yang ditetapkan. Jenis kuota meliputi:
kuota ekspor, kuota impor
Macam-macam kuota tiga empat, yaitu:
a) Absolute/Unilateral Quota, merupakan sistem kuota yang ditetapkan secara
sepihak (tanpa negosiasi)
b) negotiated/bilateral quota, merupakan sistem kuota yang ditetapkan secara
berdasarkan kesepakatan atau perjanjiantarif kuota, yaitu pembatasan impora yang
dilakukan dengan mengkombinasikan antara sistem tarif dan kuota
c) Mixing Quota, yaitu pembatasan impor bahan baku tertentu untuk melindungi
industri dalam negeri
3) Dumping merupakan kebijakan menjual barang ke luar negeri lebih murah daripada di
dalam negeri. Tujuannya adalah untuk menguasai pasar internasional dalam jangka
panjang. Bagi negara yang menjadi sasaran kebijakan dumping, kebijakan ini akan
mengancam keberlangsungan industri dalam negeri.
4) Kebijakan subsidi dan premi
Subsidi merupakan bentuk bantuan pemerintah terhadap produsen dalam negeri,
sehingga produsen dapat menjual barang lebih murah.
Premi merupakan kelebihan harga yang dibayar oleh pemerintah untuk setiap unit hasil
produksi atau setiap unit barang yang di ekspor. Tujuannya adalah untuk merangsang
produksi dalam negeri
5) Kebijakan embargo, meliputi: embargo ekspor, embargo impor

18

Anda mungkin juga menyukai