PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
TITO ADITYA PERDANA, S.E., M.E.
Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Dian Nuswantoro
TEORI PRAKLASIK MERKANTILISME (1)
• Ide pokok Merkantilisme:
Suatu negara/ raja akan kaya/ makmur dan kuat bila ekspor
lebih besar daripada impor (X > M)
Surplus yang diperoleh dari selisih
(X – M) positif pemasukan logam mulia (LM)
Semakin besar ekspor netto, semakin banyak LM yang
dimiliki atau diperoleh dari luar negeri
Pada waktu LM digunakan sebagai alat pembayaran
TEORI PRAKLASIK MERKANTILISME (2)
LM yang banyak digunakan oleh raja untuk membiayai armada
perang guna memperluas perdagangan luar negeri dan
penyebaran agama
Teh Sutra
Produk per satuan
TK/Hari
TS DS TS DS
Indonesia 12 Kg 24 Kg 3m 0m
Cina 4 Kg 0 Kg 8m 16 m
Produk dua negara 16 Kg 24 Kg 11 m 16 m
Kelemahan Teori Adam Smith
TK Indonesia lebih efisien dalam memproduksi 1 M kain yaitu selama atau 0.8 hari kerja
dibandingkan jika memproduksi 1 gula yang memerlukan waktu selama atau 0.5 hari kerja.
Kondisi mendorong Indonesia melakukan spesialisasi produksi dan ekspor gula.
TK Cina lebih efisien dalam memproduksi 1 m kain yang memerlukan waktu selama atau 1.25
M kain dibandingkan jika memproduksi 1 hari kg gula yaitu selama atau 2 hari kerja. Kondisi
mendorong Cina melakukan spesialisasi produksi dan ekspor kain
Teori Klasik (Comparative Advantage; David Ricardo) 4
Gains From trade
Gains From Trade
Gula kain DTDN
Negara (Dasar Tukar
Dalam Negeri)
1 kg = ¾ m
Indonesia 1/3 kg 1/4 m 1 m = 4/3 kg
1 kg = 6/5 m
Cina 1/6 kg 1/5 m 1 m = 5/6 kg
Indonesia mengekspor 1 kg gula ke china akan memperoleh m kain.
sedangkan menurut DTDN hanya m.
Keuntungan ekspor Indonesia = - m = m
China mengekspor 1 m kain ke Indonesia akan memperoleh m
kain. sedangkan menurut DTDN hanya m.
Keuntungan ekspor China = - = kg
Teori Klasik (Production Advantage; David Ricardo) 1
1. Production Advantage (Labor Productivity)
Perhitungan Production Comparative Advantage Tenaga kerja Indonesia lebih produktif dibandingkan dengan
tenaga kerja China dalam produksi gula (6/3 kg) dari pada kain
Perbandingan Gula Kain (5/4 kg)
Produksi
Hal ini mendorong Indonesia untuk berspesialisasi untuk
memproduksi dan mengekspor gula. dari ekspor gula ke China
Indonesia/Cina 6/3 (2) 5/4 (0.25) sebanyak 1 kg akan memperoleh 6/5 m kain, sedangkan di dalam
negeri hanya dinilai 3/4 m kain.
Cina/Indonesia 3/6 (0.5) 4/5 (0.8) Jadi Indonesia mendapatkan kentungan 6/5 m - 3/4 m = 9/20
m
Kelemahan Teori Comparative Advantage
1. Tidak dapat menjelaskan mengapa terjadi perbedaan harga untuk
barang/ produk sejenis walaupun fungsi faktor produksi
(produktivitas dan efisiensi) sama di kedua negara
2. Teori ini mengatakan perdagangan internasional dapat dapat terjadi
karena adanya perbedaan efisiensi dan produktivitas perbedaan
harga antara 2 negara
3. Jika pada poin pertama terjadi kesamaan antara 2 negara tentu
tidak ada perdagangan internasional
4. Muncul teori moder dari HO yang menjelaskan butir 1 terjadi, tetap
terdapat perdagangan internasional . Hal ini terjadi karena adanya
perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki oleh
masing-masing negara, sehingga terjadi perbedaan harga barang yang
dihasilkan
Teori H-O (The proportional factors theory) 1
Profile: Eli Filip Heckscher (24 November 1879 – 23 December 1952)
Swedish political economist and economic Historian
Banchelor of Arts, University in Uppsala (1917); Profesor Ekonomi Politik dan
Statistic di Stockholm School for Economics (1909-1929); Profesor emeritus
(1945)
Negara-negara yang memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah
dalam memproduksi suatu barang akan melakukan spesialisasi dan
mengekspor barang tersebut, vice versa
Teori H-O (The proportional factors theory) 3
Konsep Isocost – Isoquant
Kurva Isocost Kurva Isoquant
kurva yang melukiskan total biaya produksi yang kurva yang menggambarkan kombinasi input yang
harus dikeluarkan atas penggunaan faktor digunakan untuk menghasilkan output yang sama di
produksi sepanjang kurva
K
25 K 80
Teori H-O (The proportional factors theory) 4
Matriks Gain Trade berdasar Teori H-O
• Perdagangan internasional terjadi antara dua negara (dalam hal ini Indonesia dan
Korea Selatan). Setiap negara memproduksi dua komoditi yang sama (misalnya
300 sepatu dan 80 televisi). Setiap negara menggunakan dua jenis faktor produksi
yaitu labor dan kapital, dengan jumlah proporsi yang berbeda
Teori H-O (The proportional factors theory) 5
Produksi Sepatu
Di Indonesia - isoquant 300 sepatu melalui labor
intensif, akan menyinggung isocost $800 pada titik A
Sehingga proses produksi 300 unit sepatu akan lebih
murah, karena jumlah faktor produksi (labor) yang
dimiliki oleh Indonesia relatif lebih melimpah dan murah
sehingga unit biaya hanya $2,66
Di Korea - isoquant 300 sepatu melalui labor intensif
akan menyinggung isocost $3000 pada titik B
Sehingga proses produksi 300 unit sepatu yang akan
lebih mahal, karena jumlah faktor produksi (labor)
yang dimiliki oleh Korea Selatan relatif lebih sedikit
dan mahal sehingga unit biaya menjadi $10
Teori H-O (The proportional factors theory) 6
Produksi Televisi
Di Indonesia - isoquant 90 unit TV melalui
capital intensif, menyinggung isocost $900
pada titik C Sehingga proses produksi 90
unit TV akan lebih mahal, karena jumlah
faktor produksi (kapital) yang dimiliki oleh
Indonesia relatif lebih langka dan mahal
sehingga unit biaya menjadi $10
Di Korea - isoquant 90 televisi melalui labor
intensif akan menyinggung isocost $800
pada titik D proses produksi 90 unit
televisi akan lebih murah, karena jumlah
faktor produksi (kapital) yang dimiliki oleh
Korea Selatan relatif lebih sedikit dan
murah sehingga unit biaya menjadi $8,88
Teori H-O (The proportional factors theory) 8
Kritik Teori H-O
Berdasar teori H-O perbedaan harga barang sejenis dapat terjadi karena adanya
perbedaan proporsi atau jumlah faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara
dalam memproduksi barang tersebut. Sehingga apabila jumlah atau proporsi faktor
produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang sejenis
akan sama pula sehingga perdagangan internasional sulit terjadi
Fakta yang ada dalam dunia nyata menunjukkan walaupun jumlah atau proporsi faktor
produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama sehingga harga barang
sejenis relatif sama, ternyata perdagangan internasional tetap dapat terjadi
Aplikasi teori H-O terbatas, atau tidak dapat diterapkan secara umum. Oleh karena itu
teori hanya dapat menjelaskan terjadinya perdagangan antara negara yang kaya
tenaga kerja dengan negara yang kaya kapital, dimana hanya merupakan sekitar 40%
dari volume perdagangan dunia.
Alternatif Theory
IPLC Theory Competitive Hyper Competitive
(International product Life Advantage of Nation
cycle Theory)
Merupakan tahap awal, yang merupakan tahap perkenalan dilakukan oleh perusahaan
pioneer
“seek to build product awareness and develop a market for the product”
Pada umumnya barang yang dijualbelikan merupakan barang baru, ongkos produksi
per unitnya relative tinggi, sehingga memerlukan promosi yang agresif, dengan
distibusi produk yang terabatas, sehingga tingkat laba yang diperoleh rendah
Ciri:
• penjualan yang masih rendah
• volume pasar berkembang lambat (karena tingginya market resistance)
• persaingan yang masih relatif kecil
• tingkat kegagalan relatif tinggi
• masih banyak dilakukan modifikasi produk dalam pengujian dan
pengembangannya (karena pemahaman yang keliru dengan pasar)
• biaya produksi dan pemasaran sangat tinggi
IPLC Theory (3)
Tahap Pertumbuhan – (Growth)
Dalam tahapan ini, tingkat penjualan dan laba yang diperoleh perusahaan mulai
meningkat secara signifikan
“seek to build brand preference and increase market share”
Dalam tahap ini, pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga terdapat persaingan
menjadi lebih ketat
Ciri:
• masyarakat sudah mengetahui produk bersangkutan
• permintaan sudah sangat meningkat
• usaha promosi yang dilakukan oleh suatu perusahaan tersebut
tidak seagresif
• Persaingan usaha lebih ketat
IPLC Theory (4)
Tahap Kedewasaan – (Maturity)
Dalam tahapan ini, merupakan tercapainya titik tertinggi dalam penjualan perusahaan
Ciri:
• perubahan selera pasar
• pasar merasa jenuh terhadap produk yang ada
• produk substitusi diterima konsumen (baik dan dalam negeri
maupun dan luar negeri)
• perubahan teknologi
Competitive Advantage of Nation (Michael Porter) 1
Michael Porter (1990) mendefinisikan empat atribut (determinan) yang menentukan
keunggulan kompetitif suatu bangsa
Mengemukakan tentang tidak adanya korelasi langsung antara
dua faktor produksi (sumber daya alam yang melimpah dan
sumber daya manusia yang murah) yang dimiliki suatu negara,
yang dimanfaatkan menjadi keunggulan daya saing dalam
perdagangan internasional.
Industri terkait dan pendukung (Related and Supporting Industries), mengacu pada
tersedianya serangkaian dan adanya keterkaitan kuat antara industri pendukung dan
perusahaan, hubungan dan dukungan ini bersifat positif yang berujung pada peningkatan
daya saing perusahaan (aglomerasi industry)
Strategi perusahaan, struktur, dan persaingan (Firm strategy, Structure and Rivalry),
mengacu pada strategi dan struktur yang ada pada sebagian besar perusahaan dan intensitas
persaingan pada industri tertentu akan mendorong inovasi dan meningkat daya saing
perusahaan
Competitive Advantage of Nation (Michael Porter) 3
Competitive Advantage of Nation (Michael Porter) 4
⬩ Setiap negara harus memikirkan strategi yang tepat untuk menghadapinya: Sustainable
Competitive Advantage (SCA).
SCA ini relatif lebih tepat dan paling menguntungkan untuk dilakukan dalam sektor agro
industri karena sumbernya dapat diperbarui.
Hyper Competitive (Richard d’aveni) 2
Ancaman dari Korea, Taiwan, Persaingan yang ketat sesame negara berkembang
Singapura terhadap elektronik Jepang, Untuk produk industry ringan (tekstil, sepatu,
AS, Eropa industry agro)
Sustainable Competitive
invention dan innovation
Advantage (SCA)
Sustainable profit