Disusun
Oleh:
Nufiar Syamsuddin
1
DAFTAR ISI
Ilmu Kalam merupakan salah satu disiplin keilmuan yang telah tumbuh dan berkembang di
antara tradisi kajian keIslaman yang lain seperti Tafsir, Hadits, Fiqh, Tasawuf, dan Filsafat.
Secara sederhana Ilmu Kalam bisa disebut sebagai ilmu yang berbicara mengenai aspek-
aspek ketuhanan dan sejarah pemikiran dan perdebatan ketuhanan dalam Islam. Oleh
karena itu, Ilmu Kalam menempati posisi paling pokok dalam pemahaman ajaran Islam.
Karena pentingnya juga, seringkali penyampaiannya dilakukan melalui pendekatan
doktrinasi dan dogmatis.
Adapun silabus Ilmu Kalam ini akan diarahkan pada aspek kajian historis sejarah pemikiran
Kalam dalam Islam. Dimulai dengan pengenalan terhadap Ilmu Kalam, mahasiswa
selanjutnya akan dikenalkan terhadap aliran-aliran yang berkembang dalam ranah teologi
Islam. Oleh sebab itu, mata kuliah ini akan menekankan pada pemahaman terhadap cara
berpikir para mutakallimun dalam menetapkan pendapatnya.
Tujuan utama dari kajian ini adalah untuk menjelaskan landasan keimanan umat Islam
dalam tatanan yang filosofis dan logis. Mahasiswapun diharapkan akan dapat
berargumentasi terhadap aqidah mereka. Akhirnya, dengan mengetahui keragaman cara
berpikir para mutakallimun, mahasiswa diharapkan dapat menghargai perbedaan perndapat
yang berkembang dalam masyarakat Muslim.
2
2. Setiap mahasiswa (dibagi dalam beberapa kelompok) mempresentasikan tema
tertentu dan membuat makalah untuk materi yang akan dipresentasikan. Mahasiswa
diharuskan mempelajari materi-materi yang sudah ditentukan dan diharapkan dapat
melengkapinya dengan materi yang relevan. Mahasiswa juga diminta untuk
membuat tiga pertanyaan untuk setiap pertemuan. Penilaian untuk setiap presentasi,
makalah dan penugasan adalah 25%.
3. Ujian Tengah Semester (UTS) diadakan untuk mengevaluasi penguasaan materi
selama setengah semester dengan penilaian 25%. Sedangkan Ujian Akhir Semester
(UAS) diadakan untuk mengevaluasi penguasaan keseluruhan materi selama satu
semester dengan penilaian 40%.
Buku Wajib
1. Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-Aliran, Sejarah Analisa Perbandingan, UI-
Press, Jakarta, 2002
2. Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 2007
Pertemuan : Kesatu
Materi Perkuliahan : Pengertian dan Objek Kajian ilmu Kalam
1. Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, Dar al-Fikr, Beirut, 1997,
2. Muhammad Abu Zahrah, Tarikh al-Madzahib al-Islamiyah, Dar al-Fikr, Beirut, tt
3. Ahmad Hanfi, Theology Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1974
Pertemuan : Kedua
Materi Perkuliahan : Sejarah Munculnya Ilmu Kalam dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya.
1. Asyari, dkk., Pengantar Studi Islam, IAIN Sunan Ampel Press, Surabaya, 2004, hal:
167-176
2. Mulyadi Kartanegara, Mozaik Khazanah Islam, Bunga Rampai dari Chicago,
Paramadina, Jakarta, 2000, hal: 142-145
3. Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam, Rajawali Press, Jakarta,
Pertemuan : Ketiga
Materi Perkuliahan : Hubungan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf
Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu
kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Objek kajian
filsafat adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia dan segala
3
sesuatu yang ada. Objek kajian tasawuf adalah tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan
terhadap-Nya.
Argumentasi filsafat dan ilmu kalam di bangun di atas dasar logika. Kerelatifan hasil karya
logika itu menyebabkan beragamnya kebenaran yang dihasilkan. Ilmu kalam dengan
metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan
dengannya. Filsafat berusaha menghampiri kebenaran baik tentang alam maupun manusia
(yang belum atau tidak dapat di jangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada di luar atau
di atas jangkauannya) atau tentang tuhan. Sementara itu tasawuf berusaha menghampiri
kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan Tuhan spiritual menuju Tuhan.
Titik perbedaan diantara tiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu
kalam sebagai ilmu yang menggunakan logika disamping argumentasi-argumentasi
naqliah. Berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat
tampak nilai-nilai apologinya. Sebagai sebuah dialog keagamaan, ilmu kalam berisi
keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan melalui argument-argumen
rasional.
Sementara itu filsafat adalah sebuah ilmu yang di gunakan untuk memperoleh kebenaran
rasional, peranan filsafat sebagaimana di katakana Socrates adalah berpegang teguh pada
ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep (the gaining of conceptual
clarity). Di dalam filsafat di kenal apa yang di sebut kebebaran korespondensi. Dalam
pandangan korespondensi, kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan fakta dan data
itu sendiri. Dengan bahasa yang sederhana, kebenaran adalah persesuaian antara apa yang
ada di dalam rasio dengan kenyataan sebenarnya di alam nyata. Di dalam pandangan
koheransi, kebenaran adalah kesesuaian antara suatu pertimbangan baru dan suatu
pertimbangan yang telah di akui kenenarannya, secara umum dan permanen. Di dalam
filsafat di kenal juga kebnaran pragmatik. Dalam pandangan pragnatisme kebenaran adalah
sesuatu yang bermanfaat ( utility ) dan mungkin dapat di kerjakan (workability) dengan
dampak yang memuaskan.
Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa (intuisi) dari pada rasio.
Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif. Bahasa tasawuf sering tampak aneh
bila di lihat dari aspek rasio. Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf
adalah intuisi atau ilham, atau inspirasi yang datang dari tuhan. Kebenaran yang di hasilkan
berkembang ilmu tasawuf di kenal dengan istilah kebenaran hudhuri, yaitu sesuatu yang
kebenaran objeknya dating dari dalam diri subjeknya sendiri. Ilmu seperti ini dalam sains di
kenal dengan ilmu yang di ketahui bersama atau tacit knowledge, dan bukan ilmu
professional.
Ilmu kalam atau (teologi) menjadi teologi rasional dan teologi tradisional. Filsafat
berkembang menjadi sains filosafat sendiri. Sains berkembang menjadi sains ke alaman
social, dan humaniora, sedangkan filsafat berkembang lagi menjadi filsafat klasik,
pertengahan, dan filsafat modern. Tasawuf berkembang menjadi tasawuf praktis dan
tasawuf teoritis. Adapun filsafat lebih berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang
yang mempunyai rasio sangat prima diharapkan dapat mengenal tuhan secara meyakinkan
melalui rasionya. Adapun tasawuf lebih berperan sebagai ilmu yang member kepuasan
4
kepada orang yang telah melepaskan rasionya secara bebas karena tidak di peroleh apa
yang ingin di carinya.
Sebagian orang memandang bahwa ke tiga ilmu memiliki jenjang tertentu. Jenjang pertama
adalah ilmu kalam, kemudian filsafat dan yang terkhir adalah ilmu tasawuf.
Titik singgung antara ilmu kalam dan ilmu tasawuf. Argumentasi rasional yang di
maksudkan adalah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berfikir
filosofis, sedangkan argumentasi naqliah biasanya bertendensi pada argumentasi berupa
dalil-dalil Al-qur’an dan Hadist. Ilmu kalam sering mendapatkan dirinya pada kedua
pendekatan ini atau (aqli dan naqli). Ilmu kalam atau ilmu tauhid tidak menjelaskan
bagaimanakah seorang hamba dapat merasakan langsung bahwa Allah mendengar dan
melihatnya. Yang membicarakan tentang penghayatan sampai pada penanaman ke jiwaan
manusia adalah ilmu tasawuf. As-sunah memberikan perhatian yang begitu besar terhadap
masalah tasdzawuq. Ada tiga perkara yang mengakibatkan seorang dapat merasakan
seorang lezatnya iman yaitu orang yang mencintai karena Allah, dan takut kembali kepada
kekufuran, orang yang mencintai Allah dan rasulnya lebih dari yang lain. Adapun pada
ilmu tasawuf di temukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakn keyakinan
dan ketentraman, serta upaya menyelamatkan diri dari kemunfikan. Dalam kaitannya
dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam
pemahaman kalam.
Dengan demikian ilmu tasawuf merupakan penyempurna ilmu tauhid jika di lihat bahwa
ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah dari ilmu tauhid. Ilmu kalam pun berfungsi
sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena itu jika timbul suatu aliran yang
bertentangan denga akidah atau lahir suatu kepercayaan baru yang bertentangan dengan Al-
qur’an dan As-sunnah. Selain itu ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi
kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa
ilmu kalam dalam dunia Islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung rasional
di samping muatan naqliah. Di sinilah ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah
sehingga ilmu kalam tidak terkesan sebagai dialetika ke islaman belaka, yang kering
kesadaran penghayatan atau sentuhan secara qabliah. Jika cahaya tauhid telah lenyap akan
timbulah penyakit-penyakit qalbu, seperti ujub, congkak, riya , dengki, hasud dan sombong.
Dari sinilah dapat di lihat bahwa ilmu tauhid merupakan jenjang pertama dalam pendakian
menuju Allah (pendakian para kaum sufi). Menurut nama tuhan Ar-rahman dan Ar-rahim,
pada aplikasi rohaniahnya merupakan sebuah sifat yang harus di teldani. Jika sifat Ar-
rahman di aplikasikan, seorang akan memandang orang yang durhaka dengan kelembutan
bukan kekasaran, melihat orang dengan mata rahim, bukan dengan mata yang menghina.
Dengan ilmu tasawuf semua persoalan dalam kajian ilmu tauhid terasa lebih bermakna
tidak kaku tetapi ,lebih dinamis dan aplikati
5
Pertemuan : Keempat
Materi Perkuliahan : Pemikiran Teologi al-Khawarij dan al-Murji’ah
1. Mulyadi Kartanegara, Mozaik Khazanah Islam, Bunga Rampai dari Chicago,
Paramadina, Jakarta, 2000
2. Kamil Muhammad ‘Uwaidhah, Al-Falsafah al-Islamiyah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
Beirut, 1995,
3. Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, Dar al-Fikr, Beirut, 1997,
4. Muhammad Abu Zahrah, Tarikh al-Madzahib al-Islamiyah, Dar al-Fikr, Beirut, tt
Pertemuan : Kelima
Materi Perkuliahan : Pemikiran Teologi al-Jabariyah dan al-Qadariyah
1. Joesoef Sou’yb, Mu’tazilah, Peranannya dalam Perkembangan Alam Pikiran Islam,
Al-Husna Zikra, Jakarta, 1982
2. Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, Dar al-Fikr, Beirut, 1997,
3. Muhammad Abu Zahrah, Tarikh al-Madzahib al-Islamiyah, Dar al-Fikr, Beirut, tt
Pertemuan : Keenam
Materi Perkuliahan : Pemikiran Teologi al-Mu’tazilah
1. Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, Dar al-Fikr, Beirut, 1997,
2. Muhammad Abu Zahrah, Tarikh al-Madzahib al-Islamiyah, Dar al-Fikr, Beirut, tt
3. Muhammad bin A.Wal’Aqil, Manhaj Aqidah Imam as-Syafi’i, (edisi terjemahan:
Nabhani) Pustaka Imam Syafi’i, Bogor, 2002.
Pertemuan : Ketujuh
Materi Perkuliahan : Pemikiran Teologi al-Syi’ah
Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, Dar al-Fikr, Beirut, 1997, hal: 74-83
1. Muhammad Abu Zahrah, Tarikh al-Madzahib al-Islamiyah, Dar al-Fikr, Beirut, tt
Pertemuan : Kedelapan
Materi Perkuliahan : Pemikiran Teologi Ahl al-Sunnah: Khalaf (al-Asy’ari dan al-
Maturidi)
1. Muhammad Abu Zahrah, Tarikh al-Madzahib al-Islamiyah, Dar al-Fikr, Beirut, tt
Pertemuan : Kesembilan
Materi Perkuliahan : Pemikiran Teologi Ahl al-Sunnah: Salaf (Ahmad ibn Hanbal
dan Ibn Taimiyah)
Pertemuan : Kesepuluh
6
Materi Perkuliahan : Perbandingan Pemikiran Teologi tentang Pelaku Dosa Besar,
Iman dan Kufur
Pertemuan : Kesebelas
Materi Perkuliahan : Perbandingan Pemikiran Teologi tentang Perbuatan Tuhan
dan Manusia; Kehendak Mutlak dan Keadilan Tuhan
7
Nufiar, M.Ag
NIP. 19720412200511009
Ilmu Kalam menurut bahasa bermakna.... اللفظ الدال على معنىsedangkan maknanya
menurut istilah adalah sbb:
para mutakallimin memberikan beberapa definisi tentang ilmu kalam dengan
redaksi yang beragam yaitu;
Sa’aduddun At Taftazani:
الدينية عن األدلة اليقينية1العلم بالعقائد
( Ilmu tentang akidah-akidah agama yang berisi dalil-dalil yang menyakinkan)
.العمل اذلي يبحث فيه عن إثبات أصول ادلين الاساليم ابألدةل املفيدة لليقني هبا
ilmu yang membahas tentang penetapan dasar-dasar agama Islam melalui dalil- (
)dalil yang tepat sehingga dapat memberikan bukti-bukti yang yakin
1
‘Aqaid jama’ dari aqidah bermakna “ ma yuqsadu bihi nafsun al ‘I’tiqad duna amal. Yaitu
sesuatu yang berkaitan dengan kenyakinan bukan amalan. Untuk memperjelas makna I’tiqad kiranya perlu
menjelaskan bahwa perkara agama kadangkala berkaitan dengan I’tiqad adakalanya berhubungan dengan
amaliah (ibadah dan mu’amalah). Ibnu khaldun menjelaskan bahwa yang termasuk dalam perkara I’tiqad
adalah hal-hal yang telah dibebankan kepada kita untuk membenarkannya dengan hati dan mengikatnya dalan
jiwa kita serta mengakui dengan lidah kita..
8
3
إبيراد احلجج ودفع الشبه2عمل يقتدر معه عىل إثبات العقائد ادلينيّة
ilmu yang dapat memberikan kemampuan untuk menetapkan akidah-akidah(
agama dengan mengajukan argumen-argumen yang dapat melenyapkan keragu-
)raguan
عن العقائد اإلميانية ابألدةل العقلية والرد عىل املبتدعة املنحرفني يفGعمل يتضمن احلجاج
الاعتقادات عن مذاهب السلف وأهل السنة
(Ilmu yang mencakup hujjah-hujjah keimanan berdasarkan bukti-bukti logis dan
membantah ahli bd’ah yang menyimpang dari dogma mazhab Salaf dan
Ahlussunah).
9
keimanan dan keyakinan terhadap pendapat-pendapat ulama salaf dan membantah
syubhat yang dilontarkan oleh ahli bid’ah. Argument-argumen rasional hannya
dapat dipergunakan setelah menyakini dalil-daliil naqli sebagaimana diajarkan oleh
ulama salaf.
Ibnu khaldun menyatakan bahwa tujuan dari perumusan ilmu kalam adalah untuk
membantah pandangan-pandangan orang kafir yang ingkar dan menyatkan bahwa
pokok-pokok keimanan yang dipertahankan adalah benar.
5
Al Maghribi, Al Firaq Al Kalamiyah Al Islamiyah, Maktabah wahbah, Al Qahirah, At Tab’ah at
Tsaniyah, 1415, hal.13
6
Al Maghribi, Al Firaq Al Kalamiyah........, hal. 15
10
E. Sejarah Munculnya Ilmu Kalam
Ali Abdul Fattah al Maqribi 7dalam bukunya” Haqiqat al -Khilaf baina al-
Mutakallimin”, menjelaskan seputar kemunculan awal persoalan kalam sebagai
berikut: pada saat Rasul masih hidup semua persoalan keagamaan mendapat
penjelasan, penerangan dan bimbingan Rasul dimulai dari persoalan fiqh sampai ke
persoalan i’tiqadiyah.bahkan rasul melarang para shahabatnya untuk
memperbincangkan masalah aqidah sabdanya:
( )
masyarakat islam pada masa itu membenarkan apa yang dibawa oleh rasulullah dan
berserah diri terhadap apa yang dibawa rasul, mereka tidak mediskusikan masalah-
masalah aqidah karena cahaya iman merasuki hati mereka, rasul hidup ditengah-
tengah mereka dan dapat bertaya apa saya yang menjadi problem mereka. Tak ada
pertanyaan tentang sifat Allah, apakah ia zat atau sifat dan lain sebagainya.
Persoalan-persoalan baru muncul pasca masa Rasul dimana masalah aqidah mulai
dirasionalkan dan perdebatan dipeutar akidah terus meluas.
Kemunculan ilmu kalam dipenegaruhi oleh beberapa faktor yang komplicated.
Ahmad Hanafi menyebutkan tiga faktor penting lahirnya Ilmu Kalam.8
1. Isi Alquran yang dengan tegas menyinggung dan membantah kepercayaan-
kepercayaan yang tidak benar di tengah-tengah masyarakat arab saat itu, seperti
mereka yang mengingkari adanya Tuhan, anggapan bahwa penyebabab
kebinasaan dan kehancuran adalah waktu saja (al Jasiah:24), peyembah bintang,
matahari dan bulan ( Al An’an 76-78), mempertuhankan nabi Isa (al Maidah:
116), menyembah berhala-berhala (Al An’am: 74 dan as Syu’ara: 9) , tidak
percaya kepada nabi utusan Tuhan (Isra’:94), ingkar terhadap kebangkitan hari
kemudian (al Anbiya: 104), dan ada juga yang percaya bahwa semua yang
terjadi di dunia ini adalah dari perbuatan Tuhan tidak ada campur tangan
manusia (Ali Imran:154).
2. Ekpansi atau perluasan wilayah kekuasaan Islam pada masa kekhalifahan
menyebabkan terjadi persentuhan dengan berbagai budaya dan filsafat lain dari
luar Islam sehingga pemikiran filsafat mulai masuk dan digunakan dalam
argumentasi kalam mereka.
3. Persoalan politik (khilafat) tentang siapa yang berhak menjadi khalifah sampai
pada pembunuhan Usman sehingga merembes ke masalah akidah.
Abdul Aziz Dahlan dalam bukunya” Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam
Islam” mensinyalir ada dua hal penyebab munculnya ilmu kalam dalam sejarah
Theologi Islam.
1. Penghancuran akidah Islam dari dalam. Salah satu tokoh terkenal yang
menyusup kedalam Islam adalah abdullah bin Saba’. Dia memanfaatkan
7
Ali Abdul Fattah al Maqribi, Haqiqat al -Khilaf baina al-Mutakallimin”, Maktabah Wahbah, al Qahirah,
bidunisanah, ha. 32-40.
8
Ahmad Hanafi, Theologi Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1974, hal. 6-8
11
kelemahan politik umat Islam pada masa Ali bin abi Thalib dengan
menyebarkan fitnah bahwa pada diri Ali terdapat unsur ilahi, dia washy
rasulullah dan khilafahnnya berdasarkan nash, ia tidak mati dibunuh, dia tetap
hidup dan akan kembali, dia berjalan diatas awan, petir merupakan suaranya dan
kilat sebagai cambuknya.
2. Gerakan penerjemahan buku-buku filsafat ke dalam Islam.
Pada abad dua hijriah, pemikiran-pemikiran falsafi mulai masuk ke dalam Islam
melalui gerakan penerjemahan buku-buku filsafat. Sedikit banyak telah
mempengaruhi cara berfikir umat Islam sehingga para teolog mencoba
menyusun buku untuk melawan dan menangkal akidah luar Islam yang
menyelinap masuk kedalam islam. Pemikiran filsafat mulai dipelajari untuk
membantah dan membela akidah Islam secara falsafi untuk melawan majusi,
atheis dll.9
Menurut ibnu khaldun, ayat-ayat mutasyabihat menjadi pemicu perbedaan
pendapat karena ayat-ayat ini menimbulkan berbagai diskusi dan perdebatan
dengan menggunakan akal sebagai argumen ditambah dalil naqli. Sebagai
contoh para salaf tidak mempersoalkan beberapa ayat mutasyabihat mereka
mengimaninya dan tidak mempersolakan makna yang terkandung dengan cara
takwil dan meneliti. Namun pada saat itu muncul juga kelompok mujassimah
yang berpendapat bahwa Allah mempunyai bentuk tubuh.inilah yang disebut
sebagai penyebar bid’ah.
F. Keterkaitan ilmu kalam dengan ilmu Tasauf, ilmu Filsafat dan Ushul fiqh
G. Kontroversi Metode Berfikir Ilmu Kalam.
H. Pemikiran Akidqah Salaf: Ahmad bin hanbal
Sebelum dibahas tentang pemikiran kaum salaf, perlu kiranya dijelaskan apa makna
terminologi Salaf. Menurut bahasa, kata Salaf berakar kata dari salafa-yaslufu-
sulufan artinya taqaddama (mendahului).kata salaf bermakna orang yang
mendahuluimu, yang terdiri dari bapak-bapakmu dan keluargamu yang lebih dahulu
atau lebih tua usianya dan kemuliannya darimu.10 Menurut terminologi terdapat
beberapa definisi tentang salaf diantaranya adalah:
1. Salaf adalah generasi awal yang teguh dalam ilmu dan mengambil petunjuk dari
Nabi serta memlihara sunnahnya.
2. Imam Abu Al Hasan memberikan definisi salaf adalah para sahabat yang harus
diikuti perkataan, perbuatan, takwil serta istimbatnya.
3. Ibnu Naji berkata: kata Salaf berlaku untuk para sahabat semata dan tidak
berlaku untuk selain mereka.
4. Muhammad ahmad Khafanji:
9
Abdul Aziz Dahlan, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Islam, Beuneubi Cipta, Jakarta, 1987, hal.
29-33.
10
Lihat Lisanul Arab,…….
12
Bagian Dua: Mazhab dan Pemikiran dalam Ilmu Kalam
A. Pemikiran Khawarij
B. Pemikiran Murjiah
C. Pemikiran Jabariah
D. Pemikiran Qadariah
E. Pemikiran Muktazilah
F. Pemikiran Syiah
G. Pemikiran Ahlussunnah
13
فعالم بعلمه لم يعملن -معذب من قبل عباد الوثن
14