Anda di halaman 1dari 2

Untuk keperluan akuntansi suatu aktiva dan kewajiban mata uang asing dikatakan

menghadapi resiko mata uang jika pada kondisiyang seperti apa?

Secara umum, risiko nilai tukar mata uang asing timbul ketika perusahaan
melakukan transaksi keuangan dalam mata uang asing. Sementara itu, dalam
operasi dan pelaporan keuangan, mereka menggunakan mata uang domestik,
dan Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva dan kewajiban mata uang asing dikatakan
menghadapi resiko mata uang jika terjadi perubahan kurs nilai mata uang asing tersebut
menyebabkan mata uang domestik perusahaan (pelaporan) juga berubah.

Misalnya, perusahaan Indonesia menggunakan rupiah dalam kegiatan sehari-


hari dan laporan keuangan. Namun, untuk sumber pendapatan, perusahaan
juga mendapatkannya dari pasar Amerika Serikat, yang mana berdenominasi
dolar AS. Selain itu, perusahaan mungkin juga memiliki pinjaman dalam dolar
AS. Jadi, ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berubah, itu
mempengaruhi pendapatan dan beban bunga pinjaman.

Kemudian, di akhir periode akuntansi, perusahaan melaporkan hasil


operasinya dalam rupiah. Oleh karena itu, perusahaan harus mengkonversi
pendapatan dan beban bunga dalam dolar AS ke dalam rupiah.

Satu contoh lagi. Investor Amerika Serikat yang memegang obligasi


pemerintah Indonesia juga menghadapi risiko nilai tukar. Pembayaran kupon
dan pokok obligasi adalah dalam rupiah. Sedangkan, mata uang harian untuk
operasional investor adalah dolar AS. Sehingga, ketika kupon dan pokok
direalisasikan dan ditranslasikan ke dolar AS, nilainya akan bergantung pada
nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Katakanlah, obligasi pemerintah menawarkan kupon 10% dengan nilai pokok


sebesar IDR100 juta. Asumsikan, hanya satu investor Amerika Serikat yang
membeli obligasi tersebut. Jika nilai tukar pada saat pembelian adalah
IDR1/USD, maka investor akan menerima kupon sebesar USD10 juta (10% x
Rp100 juta) dan pokok sebesar USD100 juta.

Selanjutnya, katakanlah, nilai tukar rupiah terdepresiasi menjadi IDR2/USD (2


rupiah = 1 dolar AS). Dalam kasus ini, pemerintah Indonesia tetap membayar
pokok sebesar IDR100 juta dan kupon sebesar IDR10 juta (10% x IDR100
juta).

Tapi, depresiasi tersebut mengubah pokok dan kupon ketika investor


mentranslasikan ke dalam dolar AS. Secara spesifik, investor mendapatkan
pokok sebesar USD50 juta dan kupon sebesar USD5 juta. Oleh karena itu,
secara keseluruhan, investor kehilangan sebagian dari investasinya karena
depresiasi.

Anda mungkin juga menyukai