Anda di halaman 1dari 56

EPIDEMIOLOGI DAN TATALAKSANA KASUS ZOONOSIS

PADA MANUSIA

Disampaikan pada
Pertemuan Koordinasi Program P2 Zoonosis
9 Desember 2022
LATAR BELAKANG
70% Emerging Infectious Disease adalah Zoonosis

Avian Influenza 15 provinsi kasus pada manusia (Kemenkes)

Rabies 26 provinsi endemis (Kemenkes)

Anthrax 14 provinsi endemis (kementan), 9 provinsi pada manusia (Kemenkes)

Brucellosis 23 provinsi endemis (Kementan)

Leptospirosis 11 provinsi endemis (Kemenkes)

Zika Ditemukan di 1 kabupaten Provinsi Jambi (Eijkman)

Indonesia adalah hotspot zoonosis


Zoonosis Prioritas

Zoonosis Prioritas berdasarkan Zoonosis Prioritas berdasarkan


Keputusan Menteri Pertanian Peraturan Menteri Kesehatan
No. 237 tahun 2019 No. 1501 tahun 2010
• Avian Influenza • Pes
• Rabies • Rabies
• Antraks • Avian Influenza H5N1
• Brucellosis • Antraks
• Leptospirosis • Leptospirosis.
6
Rabies
• Penyakit menular disebabkan oleh virus Rabies dari family Rhabdoviridae
yang menyerang sistem saraf pada manusia dan hewan berdarah panas
• ditularkan melalui saliva hewan penderita rabies melalui gigitan atau luka
terbuka.
• Penyakit ini bersifat fatal, biasanya berakhir dengan kematian.
• Ditularkan oleh kelompok Hewan Penular Rabies (HPR) yang dapat
membawa dan menularkan virus Rabies seperti anjing, kucing dan monyet
• Sampai saat ini belum ada obatnya
Virus Rabies
qtermasuk dalam ordo mononegales virus, family
qRhabdoviridae, dan genus lyssavirus.
qbersifat neurotropik, berbentuk menyerupai peluru dengan panjang 130-300 nm dan
diameter 70 nm.
qterdiri dari inti RNA (Ribo Nucleic Acid) rantai tunggal diselubungi lipoprotein. Pada
selubung luar terdapat tonjolan yang terdiri dari glikoprotein G yang berperan penting
dalam timbulnya imunitas oleh induksi vaksin dan penting dalam identifikasi serologi
dari virus rabies.
qDapat bertahan pada pemanasan dalam beberapa waktu lamanya. Pada pemanasan
suhu 56°C, virus dapat bertahan selama 30 menit dan pada pemanasan kering
mencapai suhu 100°C masih dapat bertahan selama 2-3 menit.
qDi dalam air liur dengan suhu udara panas dapat bertahan selama 24 jam. Dalam
keadaan kering beku dengan penyimpanan pada suhu 4°C virus dapat bertahan
selama bertahun- tahun, hal inilah yang menjadi dasar mengapa vaksin anti rabies
harus disimpan pada suhu 2°C - 8°C.
qPada dasarnya semakin rendah suhunya semakin lama virus dapat bertahan.
GAMBARAN UMUM RABIES DI INDONESIA, 2017 –2022

q 26 Provinsi Endemis Rabies


q 8 Provinsi Bebas Rabies.

Rabies merupakan TANTANGAN BESAR


Indonesia, GHPR rata-rata 79.218 kasus, dan
kematian rata-rata 86 dalam 5 tahun terakhir9
Situasi GHPR dan Pemberian VAR di Indonesia
Tahun 2018 – SEPT 2022
120.000 12 0

100.000 10 0

80.000 80

60.000 60

40.000 40

20.000 20

- -
2018 2019 2020 2021 2022
GHPR 80.617 100.826 82.634 57.257 70.610
VAR 57.887 67.625 56.797 42.773 68.474
Kemat ian 111 105 40 62 70

GHPR : Gigitan Hewan Penular Rabies


VAR : Pemberian Vaksin Anti Rabies
10
Kematian Karena Rabies
Intervensi dg cuci luka
Perjalanan Penyakit
dan pemberian VAR utk
memunculkan antibodi, Rabies
bila perlu VAR dan SAR
(Timeline)
Replikasi virus
Gejala Klinis

Kasus GHPR Otak/SSP Meninggal

4-6 hari

2 minggu s/d 2 tahun


KLASIFIKASI LUKA GHPR (WHO)

Derajat
Jenis Kontak Tatalaksana
luka
Sentuhan atau jilatan HPR pd Tak perlu tindakan,
I
kulit tanpa luka tp sebaiknya cuci
Luka cakar, luka abrasi/lecet,
II luka ringan, jilatan pd kulit Cuci luka, beri VAR
luka
Luka multiple, luka dalam,
III luka risiko tinggi, saliva HPR Cuci luka, VAR, SAR
pd mukosa
JENIS LUKA
• Luka Risiko Rendah
Jilatan pada luka, Cakaran / Gigitan yang menimbulkan
luka lecet di area badan, tangan dan kaki
• Luka Risiko Tinggi
Jilatan/percikan pada mukosa, luka di daerah bahu (leher,
muka, kepala), area genitalia, luka lebar dan dalam, luka
multiple
TATALAKSANA
KASUS GIGITAN HPR
1. Wound Toilet
- Cuci luka dengan sabun
- Keringkan
- Pemberian antiseptik
2. Wound Treatment
- Obat-obatan : Antibiotika, Analgetik, ATS
3. Pasteur treatmen
- VAR
- VAR dan SAR
3 Langkah Cegah Rabies

15
PRINSIP CUCI LUKA
1. Lakukan pd semua kasus GHPR (100%);
2. Cuci luka dengan air mengalir dan sabun 10-15
menit;
3. Hindari tindakan invasif seperti menyikat luka, dll;
4. Golden period cuci luka : 12 jam. Namun tetap
lakukan, meski terlambat.
5. Setelah cuci luka : diberi betadin atau antiseptik
yg lain
à SEGERA KE SARANA KESEHATAN
Luka gigitan tidak boleh dijahit, bila sangat diperlukan
(luka dalam, perdarahan) lakukan jahitan situasi;
FLOW CHART PENATALAKSANAAN KASUS GIGITAN
HEWAN TERSANGKA /RABIES

Kasus gigitan
.
`
Anjing,
Kucing, Kera

Hewan pengigit lari Hewan pengigit


/hilang & tdk dpt di dapat ditangkap &
tangkap, mati/dibunuh diobservasi 10-14
hari

Luka Luka Luka Luka


resiko tinggi resiko rendah resiko tinggi resiko rendah

Segera Segera Segera Tidak diberi


Diberi VAR Diberi VAR diberi VAR VAR tunggu
& SAR & SAR hasil Obs.

Jika tdk dpt Hewan Hewan Hewan Hewan


Spc. otak dapat
diperiksa Lab. sehat mati mati sehat
diperiksa di Lab.
lanjutkan VAR

Stop Beri / lanjutkan Tidak


Positif Negatif VAR VAR di VAR

Spc. otak
diperiksa di Lab.
VAR lanjutkan Stop VAR

Positif Negatif

VAR Stop VAR


lanjutkan
Pemberian Vaksin Anti Rabies

§ Tidak ada kontraindikasi absolut/berat


§ Bisa diberikan pada bumil/busui, anak/lansia
§ Semakin cepat semakin baik.
§ Bersaing antara kecepatan pembentukan antibodi
dengan perjalanan virus rabies
§ Pemberian VAR hari ke-21 dapat dihentikan, bila
HPR tetap sehat pada hari ke-14
§ Merupakan active immunization
19
Gambaran klinis Antraks pada manusia sebagian besar (>90%)
merupakan Antraks Tipe Kulit yang disebabkan kontak langsung
dengan hewan sakit antraks. 20
Bakteri Antraks

Bacillus anthracis, pertama kali ditemukan oleh


Davaine dan Bayer (1849), yang kemudian
diidentifikasi lebih lanjut oleh Pollender (1855).
merupakan bakteri berbentuk batang, ujung- ujungnya
persegi dengan sudut-sudut yang nampak jelas,
tersusun dua-dua atau berderet, sehingga nampak
seperti ruas-ruas bambu atau susunan batu bata,
membentuk spora, bersifat gram positif, dengan
ukuran 1-2 μ m x 5-10 μ m
Gambar 19. Distribusi Kasus Antraks pada Manusia di Indonesia
Tahun 2010 - 2020
SITUASI ANTRAKS DI INDONESIA
TAHUN 2019 – NOV 2022
35

30

25

20
Axis Title

15

10

0
Jat eng NTT Sulsel Gorontal o Jawa Timur DIY
2019 19 13 4 4 31
2020 14 5 24 1 3
2021 1 4 13
2022 23
24
Terapi

a) Dengan pemberian antibiotika ciprofloxacin, penicillin


atau doxycycline dengan dosis sesuai dengan berat
badan penderita antraks. Obat tersebut tersedia di
Puskesmas dan rumah sakit.
b) Tidak dianjurkan prophilaksis
c) Belum ada vaksin untuk manusia di Indonesia
26
27
28
29
infeksi yang disebabkan oleh virus influenza A
subtipe H5N1 (H=hemagglutinin;
Avian Influenza N=neuraminidase) yang pada umumnya
menyerang unggas (burung dan ayam) dan
dapat menular ke manusia.

Virus influenza merupakan anggota keluarga Orthomyxoviridae,


terdiri dari 3 tipe A, B dan C. Virus influenza tipe A dapat
menyebabkan Flu Burung (H5N1), ang dapat menyerang manusia
dan hewan, gejala ringan sampai berat, mudah menular dan
dapat menyebabkan pandemi.
Virus influenza A subtipe Flu Burung (H5N1) mempunyai sifat
sebagai berikut :
Ø Dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan
lebih dari 30 hari pada suhu 0°C
Ø Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas sakit, dapat
hidup lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30
menit, 56°C selama 3 jam dan pemanasan 80°C selama 1
menit.
Ø Mati dengan deterjen/sabun, desinfektan misalnya formalin, karbol,
kaporit, klorin dan cairan yang mengandung iodin atau alkohol 70%.
SITUASI FLU BURUNG, 2015 – 2022 GERMAS

◦ Kasus suspek dan konfirmasi Flu


Burung pada manusia sudah
sangat menurun
◦Periode 2015 s.d. 2021 hanya
dilaporkan 3 kasus jika
dibandingkan pada periode 2010
– 2014 sebanyak 37 kasus.
Kasus konfirmasi Flu Burung

terakhir terjadi September 2017 di
Kabupaten Klungkung - Bali
Situasi Flu Burung di Indonesia
Tahun 2005 – 2022
12 0

10 0

80

60

40

20

0
20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12 20 13 20 14 20 15 20 16 20 17 20 18 20 19 20 20 20 21
kasus 20 55 42 24 21 9 12 9 3 2 2 0 1 0 0 0 0
meninggal 13 45 37 20 19 7 10 9 3 2 2 0 1 0 0 0 0
CFR (%) 65 81 ,82 88 ,10 83 ,33 90 ,48 77 ,78 83 ,33 10 0,00 10 0,00 10 0,00 10 0,00 0,0 0 10 0,00 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0
34
Gejala dan Tanda Flu Burung pada Manusia

35
Cara Penularan Flu Burung

36
Pengobatan

37
Pertolongan Pertama jika ada yang tertular Flu Burung

38
Pencegahan Penularan Flu Burung

39
40
SITUASI PES DI INDONESIA TAHUN
2007 - 2022
Hasil Assesment Pes di Indonesia Januari 2019 à Bakteri pes Y. pestis
daerah risiko rendah dan terlokalisir àLow
Endemis Pes

Inang pes
Pinjal tikus

Tidak ditemukan
Pes pada Manusia, sejak
2007, kasus terakhir di
Pasuruan 41
Daerah Pes di Indonesia

Kasus Pes di Manusia terakhir tahun 2007. Hasil Eksternal Assesment Jan’19 ditetapkan ke 4 Kab tersebut
merupakan daerah risiko sangat rendah yang terlokalisir.

Kab. Boyolali - Jateng


Kab. Pasuruan - Jatim

Kab. Bandung - Jabar


Kab. Sleman - DIY

42
Komponen penularan pes
• Penyebab pes (Agent) Bakteri pes Y. pestis

– Bakteri Yersinia pestis


• Vektor
– Pinjal (Xenopsylla cheopis, Pinjal tikus

Neopsylla sondaica, dan Stivalius


cognatus)
• Reservoir
Inang pes
– Rodensia (tikus rumah, tikus
kebun, dan tikus got)
– Kucing (potensial) 43
JENIS PENYAKIT PES
1. Pes Bubonic
Gejala khas pada jenis ini adalah adanya pembesaran kelenjar getah
bening (diameter 2-10 cm)
2. Pes Septicaemic
Pada jenis ini tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening,
tapi bakteri pes pada kelenjar getah bening bisa masuk ke dalah dan
menyebar ke seluruh tubuh
3. Pes Pnuemonic
Jenis ini disebabkan adanya penyebaran bakteri pes ke paru paru.
Penderita pes jenis ini dapat menyebarkan bakteri pes ke orang sehat
melalui aliran pernafasan atau cairan yang dikeluarkannya.
44
ANCAMAN PANDEMI (PES PARU)

45
GEJALA UTAMA PENYAKIT PES

No Gejala Bubonic Septicaemic Pneumonic

1 Demam tinggi + + +

2 Bubo + +/- -

3 Batuk darah - - +
KRITERIA KASUS PES

No Kriteria Hasil Laboratorium

1 Suspek Pes Ada gejala klinis dan Pemeriksaan mikroskopis menyerupai Y pestis
kesesuaikan secara
epidemiologi

2 Presumptive Ada gejala klinis dan Isolasi Y.pestis


kesesuaikan secara Serum positif (1 kali pengambilan)
epidemiologi

3 Konfirm Pes Ada gejala klinis dan Isolasi Y.pestis à phage lysis
kesesuaikan secara Kenaikan titer antibodi
epidemiologi
Pengobatan (sumber : WHO 2004)
No Antibiotika Dosis Interval Adminsitrasi pemberian

1 Streptomycin
- Dewasa 2 gr/ hari 12 IM
- Anak 30 mg/kg/hari 12 IM
2 Gentamycin
- Dewasa 3 mg/kg/hari 8 IM atau IV
- Anak 6 – 7,5 mg/kg/hari 8 IM atau IV
3 Tetracycline
- Dewasa 2 g / hari 6 PO
- Anak 25 – 50 mg/kg/hari 6 PO
4 Chloramphenicol
- Dewasa 50 mg/kg/hari 6 PO atau IV
- Anak 50 mg/kg/hari 6 PO atau IV
5 Doxycycline
- Dewasa 200 mg/ hari 12 atau 24 PO
- Anak 200 mg/hari 12 atau 24 PO
6 Oxytetracycline
- Dewasa 250 – 300 mg/hari 8, 12 atau 24 PO atau IM
- Anak 250 mg/hari 8, 12 atau 24 PO atau IM
Prophylaksis (sumber : WHO 2004)

No Antibiotika Dosis Interval Adminsitrasi


pemberian
1 Tetracycline
- Dewasa 1 - 2 g / hari 6 atau 12 Oral
- Anak 25 – 50 mg/kg/hari 6 atau 12 oral

2 Sulfamethosazole/Trimethoprin
- Dewasa 1,6 g/kg/hari 12 Oral
- Anak 40 mg/kg/hari 12 Oral

3 Doxycycline
- Dewasa 100 - 200 mg/ hari 12 atau 24 Oral
- Anak 100 - 200 mg/hari 12 atau 24 Oral
Taeniasis
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai