Anda di halaman 1dari 4

Nama : Tita Rohiyatul Zanah

NPM : 202001500593
Judul : ‘’Pernikahan Dini Pasca Pandemi (Studi Fenomenologi Trend
Pernikahan Dini Pasca Pandemi).’’

BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Perkawinan dan pernikahan adalah salah satu fitrah manusia yang merupakan
sebuah bentuk pengikatan janji suci antara 1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.
Pernikahan tidak dapat dilakukan sembarangan karena ini merupakan bentuk ibadah
sepanjang masa dan diusahakan agar dapat terus bersama dengan pasangan sampai maut
memisahkan. Banyak aspek yang perlu diperhatikan oleh setiap individu yang hendak
melangsungkan pernikahan, mulai dari segi finansial, kesiapan mental, pemahaman agama,
kesehatan, usia dan lain sebagainya. Pernikahan merupakan media untuk membentuk
sebuah keluarga yang harmonis, menciptakan anak-anak yang bahagia, pasangan yang
mampu bekerja sama dan saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Sesungguhnya
pernikahan tidak hanya bertujuan untuk memenuhi insting dan berbagai keinginan yang
bersifat materi atau kebutuhan seksual saja. Lebih dari itu, terdapat berbagai tugas yang
harus dipenuhi, baik segi kejiwaan, ruhaniah, kemasyarakatan yang harus menjadi
tanggung jawabnya. Dari sini, tidak diperkenankan dalam memilih istri/suami hanya
berdasarkan dari segi fisiknya saja dan mengesampingkan sisi lainnya yang justru lebih
krusial. Pernikahan akan menjadi ladang ibadah paling lama apabila kita mampu
menjalankan apa yang menjadi tanggung jawab baik sebagai istri maupun suami,
bagaimana kita mampu bersikap saling menghargai, menyayangi, menghormati dan
menjaga satu satu sama lain.

Setelah berbagai penjuru dunia berhasil melewati era pandemi dimana pada era itu
anak-anak sekolah melangsungkan pembelajaran secara virtual atau lebih lebih kita kenal
pembelajaran dalam jaringan selama kurang lebih 2 tahun lamanya. Pada era itu juga media
informasi ramai membahas fenomena pernikahan dini yang dilangsungkan oleh anak-anak
yang masih berstatus pelajar, contohnya pernikahan yang dilangsungkan oleh Nurhaliza
gadis asal NTB yang masih berstatus siswi kelas 1 Madrasah Aliyah dengan alasan bosan
karena belajar daring. Namun meski pandemi sudah berhasil kita lewati fenomena
pernikahan dini nyatanya menjadi semakin trend di masyarakat.. UU Nomor 16 Tahun
2019 mengatur batas usia minimal laki-laki dan perempuan untuk melakukan pernikahan
adalah 19 tahun. "Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai
umur 19 (sembilan belas) tahun," demikian Pasal 7 Ayat (1) UU Nomor 16 Tahun 2019.
Komnas Perempuan mencatat sepanjang tahun 2021, ada 59.709 kasus pernikahan
dini yang diberikan dispensasi oleh pengadilan. Pernikahan yang dilangsungkan oleh
individu yang belum memadai secara usia, kesiapan mental, finansial dan kesehatan
cenderung akan melahirkan masalah-masalah baru seperti perceraian, resiko meninggal
ketika melahirkan, kemiskinan, KDRT dan lain sebagainya. perkawinan yang terjadi di
bawah umur akan menemui batu sandungan karena sangat bergantung pada keadaan jiwa
seseorang. Hal itu senada yang diungkapkan oleh para dokter, bahwa sebelum
melangsungkan pernikahan hendaknya calon suami-istri benar-benar berpikir secara jernih
dan matang terutama kesiapan jasmaninya dan rohaninya.Oleh karena itu, sudah menjadi
kewajiban orang tua untuk mempersiapkan anak-anak mereka sebaik mungkin dengan
memberikan pendidikan yang memadai. Kepada mereka hendaknya ditekankan bahwa
alangkah baiknya melangsungkan pernikahan setelah mencapai usia dewasa. Muda-mudi
yang memilih menikah muda akan mengorbankan banyak hal seperti hak untuk
mengenyam bangku Pendidikan, mengorbankan masa untuk mengeskplor banyak hal,
menggapai cita-cita, juga melakukan hobi.

Persepsi kurang tepat dari anak-anak muda yang hanya melihat pernikahan dari sisi
positifnya saja tanpa memperhatikan resiko yang ada, tanggung jawab dan menilik sudah
sejauh mana kapasitas mereka untuk dapat menjalankannya menjadi salah satu penyebab
mengapa angka pernikahan dini terus meningkat setiap tahunnya. Tak hanya itu, kemajuan
arus teknologi informasi dimana di dunia maya, kita bisa melihat ada banyak pasangan
yang menggemborkan pernikahan muda dengan dalih agama atau hanya sekedar bisa terus
bersama dengan pasangan. Dan mirisnya pernikahan dini ini kerap tejadi di masyarakat
dengan tingkat ekonomi menengah kebawah, berbagai alasan menjadi pemicu mengapa
para orangtua memilih menikahkan anak mereka di usia-usia yang belia, diantaranya untuk
melepaskan tanggung jawab ekonomi si anak kepada suaminya, untuk membantu
perekonomian keluarga, dan juga pemahaman adat di beberapa daerah mengenai
pernikahan yang masih kerap dijalankan. Namun, jika fenomena ini tidak segera kita atasi,
akan semakin banyak masalah-masalah kompleks yang muncul di masyarakat. Oleh sebab
itu dibutuhkan adanya pemahaman bagi setiap muda-mudi bahwa pernikahan merupakan
kegiatan yang sakral, dimana kita telah berjanji dihadapan tuhan, diatas hukum dan
disaksikan langsung oleh kedua orangtua, keluarga besar dan masyarakat umum untuk
dapat bertanggung jawab dan menjalankannya pernikahan dengan sebaik-baiknya.

Menilik maraknya fenomena pernikahan dini yang kian trend pasca pandemi, maka
peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan sebuah topik ‘’ Pernikahan
Dini Pasca Pandemi (Studi Fenomenologi Trend Pernikahan Dini Pasca Pandemi).‘’
Dengan harapan penelitian ini dapat meberikan sumbangsih berupa solusi atas fenomena
pernikahan dini yang marak terjadi di masyarakat saat ini. Pemahaman yang tepat akan
esensi pernikahan dan kehidupan berkeluarga yang dipaparkan dalam penelitian serta
kondisi nyata dari subjek di lapangan diharapkan dapat memberikan gambaran yang sesuai
dengan realita sehingga muda-mudi yang tergesa-gesa menikah di usia remaja dapat
mempertimbangkan ulang keputusannya.
2. Identifikasi Masalah
Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Pernikahan dini timbul akibat persepsi kurang tepat dari muda-mudi yang hanya
melihat pernikahan dari sisi positifnya saja dan mengabaikan tanggung jawab
dan resiko yang ada
2. Pernikahan dini yang menjadi trend pasca pandemic berlangsung
3. Berbagai resiko yang muncul akibat pernikahan dini seperti perceraian
4. Pernikahan dini yang kerap terjadi di lingkungan masyarakat menengah
kebawah dilakukan sebagai bentuk pembebasan tanggung jawab ekonomi dari
orangtua

3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, terlihat bahwa permasalahan yang muncul


sangat kompleks. Maka karena keterbatasan waktu, tenaga, pengetahuan dan biaya
peneliti memfokuskan penelitian hanya pada :

1. Persepsi muda-mudi mengenai pernikahan dan resiko perceraian sebagai akibat


dari pernikahan dini
2. Pernikahan dini sebagai jawaban masyarakat menengah kebawah untuk
melepaskan tanggung jawab ekonomi
3. Pernikahan dini sebagai trend muda-mudi pasca pandemic

4. Rumusan Masalah

Dalam melakukan penelitian ini rumusan masalah yang dikemukakan adalah


sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi muda-mudi mengenai pernikahan?


2. Bagaimana perceraian bisa menjadi salah satu resiko dari pernikahan dini?
3. Bagaimana alasan ekonomi bisa menjadi salah satu faktor pernikahan dini pada
masyarakat menengah kebawah?
4. Apakah era pandemi yang pernah melanda membawa pengaruh pada fenomena
pernikahan dini?

5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini dibedakan menjadi tujuan umum dan khusus:

1. Tujuan Umum
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
yang dapat digunakan oleh rekan-rekan program studi Bimbingan Konseling
kedepannya dan digunakan untuk kebermanfaatan bersama
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana pandangan atau persepsi muda-mudi
terhadap pernikahan
b. Untuk mengetahui alasan perceraian bisa menjadi salah satu dampak
dari pernikahan dini
c. Untuk mengetahui alasan masyarakat menengah kebawah memilih
pernikahan dini sebagai solusi dari permasalahan ekonomi
d. Untuk mengetahui apakah pandemi yang pernah melanda menjadi
salah satu faktor penyebab fenomena pernikahan dini yang marak saat
ini

6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahun
yang dapat digunakan oleh rekan-rekan program studi Bimbingan Konseling
kedepannya dan digunakan untuk kebermanfaatan bersama

2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian
berikutnya dan menambah teori-teori baru untuk penelitian dengan topik
sejenis

7. Struktur Organisasi
Dalam penyusunan sistematika penelitian ini terdiri dari tiga bagIan antara lain:
1. BAB 1 PENDAHULUAN
Meliputi Latar belakang, Identifikasi masalah, Batasan masalah, Rumusan
masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian dan Struktur Organisasi.

2. BAB 2 LANDASAN TEORI


Meliputi ---------------------------------------------------------------------------------

3. BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN


Meliputi----------------------------------------------------------------------------------

4. BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Meliputi----------------------------------------------------------------------------------

5. BAB 5 PENUTUP
Meliputi----------------------------------------------------------------------------------

6. DAFTAR PUSTAKA

7. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai