Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang tua menginginkan anak-anaknya cerdas, berwawasan luas dan

bertingkah laku yang baik, berkata sopan dan kelak anak-anak mereka bernasib lebih

baik dari mereka dari aspek kedewasaan pikiran maupun kondisi ekonomi. Oleh

karena itu, disetiap benak orang tua bercita-cita menyekolahkan anak meraka supaya
berfikir lebih baik, bertingkah laku sesuai dengan Agama serta yang paling utama

sekolah dapat mengantar anak-anak mereka kepintu gerbang kesuksesan susuai

dengan profesinya.1

Pendidikan tidak hanya menggarap akal saja, melainkan menggarap

seluruhbagian-bagian jiwa (rasa, akal, kehendak dan ingatan), isi jiwa serta

manifestasi isijiwa itu ke dalam bicara, sikap, tingkahlaku, perbuatan dan kegiatan.

Pendidikan itukegiatanmerubah dan membentuk individu menjadi bercerah diri. 2

Putus sekolah bukan merupakan salah satu permasalahan pendidikan yang tak

pernah berakhir. Masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan penyebabnya,

tidak hanya karena kondisi ekonomi, tetapi ada juga yang disebabkan oleh kekacauan
dalam keluarga, dan juga dibutuhkannya kesadaran tentang pentingnya pendidikan

pada masa sekarang ini.

Berdasarkan data statistik kemendikbud tahun 2019 tercatat sebanyak 9.838

kasus anak putus sekolah di provinsi Sulawesi Selatan. Antara lain pada tingkat

Sekolah Dasar (SD) sebanyak 1.763 anak laki-laki dan 1.329 anak perempuan, pada
1
Mulyadi Kartanegara, Mozaik Khazanah: Bunga Rampa Dari Chicago (Cet.I ; Jakarta
Selatan: Paramadina, 2000), h. 7.
2
Hasan Ali dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
2003), h. 41

1
2

Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 1.527 anak laki-laki dan 785 anak

perempuan, serta pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA Sederajat) sebanyak

2.882 anak laki-laki dan 2.049 anak perempuan.3

Terlihat dengan jelas betapa banyak jumlah kasus anak putus sekolah di

Sulawesi Selatan dan di sinilah letak masalah yang paling serius terkait dengan

kondisi pendidikan di Indonesia. Kita semua mengesampingkan tentang pentingnya

kesadaran pendidikan yang membuat meningkatnya tingkat anak putus sekolah pada
saat ini.

Pentingnya pendidikan membutuhkan kesadaran dari individu itu sendiri

maupun lingkungan di sekitar sehingga diperlukan upaya agar dapat menangani anak

putus sekolah tersebut dengan cara mengembangkan atau menanamkan ilmu spiritual

pada anak sehingga anak tetap mendapatkan ilmu meski tidak berada di bangku

pendidikan formal.

Jumlah anak yang tidak melanjutkan pendidikan di Desa Labuaja Kecamatan

Cenrana tergolong banyak. Anak-anak hingga remaja yang seharusnya menghabiskan

waktunya di bangku pendidikan malah sibuk dengan kehidupannya sendiri yang

tidak ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Kurangnya melakukan kegiatan-

kegiatan yang bermanfaat membuat beberapa di antara mereka kadang melakukan


hal-hal di luar norma dari ajaran Agama maupun aturan hukum.

Keadaan seperti ini yang menyebabkan beberapa anak melakukan hal-hal

yang mengarah ke arah yang negatif, karena kurangnya pemahaman tentang ilmu

agama maupun ilmu-ilmu lainnya yang berkaitan dengan prilaku baik maupun buruk.

Apalagi jelas diketahui bahwa pada usia anak menuju remaja sangat mudah tertarik

terhadap hal-hal yang baru, seperti contohnya mudah menerima ajakan teman untuk
3
Pusat Data dan Teknologi Informasi, http://statistik.data.kemdikbud.go.id/ , diakses pada 22
Juli 2020 pukul 17.51.
3

berbuat hal yang tidak baik, selain itu juga rentang terjadinya perkelahian antara

anak.

Penyuluh agama harus mampu mengatasi kendala-kendala yang menjadi

penyebab dekadensi akhlak anak. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal

tersebut adalah dengan memberikan pengetahuan tentang ajaran agama melalui

kegiatan-kegiatan positif, berupa kegiatan pengajian, dakwah maupun kegiatan-

kegiatan keagamaan lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut diupayakan dapat


merangsang anak untuk mudah menyerap ilmu agama yang dipelajari.

Pada pembinaan mental tersebut dibutuhkan peran sosok penyuluh sebagai

tokoh pemuka agama yang bisa memberikan pendidikan nonformal kepada anak

putus sekolah sehingga anak putus sekolah tetap mendapatkan ilmu agama maupun

ilmu lainnya walaupun tidak menduduki bangku sekolah.Allah telah memerintahkan

dalam QS An-Nisa : 9

ْ @ُ‫@وا ٱهَّلل َ َو ۡليَقُول‬


‫@وا قَ@ ۡ@واٗل‬ ْ @ُ‫وا َعلَ ۡي ِهمۡ فَ ۡليَتَّق‬
ْ ُ‫ض ٰ َعفًا َخاف‬ ۡ ‫وا ِم ۡن‬
ِ ‫خَلفِ ِهمۡ ُذرِّ ي َّٗة‬ َ ‫َو ۡليَ ۡخ‬
ْ ‫ش ٱلَّ ِذينَ لَ ۡو ت ََر ُك‬
٩ ‫َس ِديدًا‬

Terjemahnya:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar 4.

Untuk menghindari semakin banyaknya kenakalan yang dilakukan, maka

harus ada upaya yang dilakukan untuk membina mental anak putus sekolah sehingga

anak mendapat ilmu ataupun kegiatan-kegiatan agar terhindar dari perlaku buruk

4
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, 2012), h. 281.
4

yang berkembang di kalangan anak-anak pada masa sekarang ini. Dan juga tidak

hanya melakukan pembinaan pada anak yang berperilaku menyimpang, tapi juga

pada semua anak yang tidak melanjutkan pendidikan sehingga dapat mencegah dari

perilaku-perilaku yang buruk. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul “Peran

Penyuluh Agama dalam Membina Mental Anak Putus Sekolah di Desa Labuaja

Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros”.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus


1. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini yang berjudul “Peran Penyuluh Agama Islam Dalam

Membina Mental Anak Putus Sekolah di Desa Labuaja Kecamatan Cenrana”, akan

difokuskan pada Peran penyuluh dalam membina mental anak putus sekolah di Desa

Labuaja Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros

2. Deskripsi Fokus

Berdasarakan pada fokus penelitian di atas,maka deskripsi fokus penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Peran penyuluh agama Islam dalam membina mental anak putus sekolah

Peran penyuluh agama Islam yang dimaksud dalam hal ini adalah seberapa

banyak upaya yang dilakukan oleh penyuluh agama Islam, baik penyuluh agama
Islam yang berstatus Pegawai Negri Sipil maupun penyuluh agama Islam honorer

dalam membina mental pada anak putus sekolah. Adapun upaya yang biasa

dilakukan penyuluh agama Islam di Desa Labuaja adalah dengan memberikan

motivasi kepada anak putus sekolah.

b. Upaya penyuluh agama dalam membina mental

Pembinaan mental merupakan salah satu cara untuk membentuk akhlak

sesorang agar bisa menjadi pribadi yang bermoral, agar dapat terhindar dari sifat-sifat
5

tercela sebagai langkah penanggulangan untuk melidungi diri dari perbuatan yang

melanggar ajaran agama maupun pemerintah. Pembinaan mental juga bisa menjadi

salah satu tumpuan dalam Islam. Karena dengan mental yang sehat akan

menghasilkan perbuatan yang baik dan kebahagiaan pada kehidupan manusia.

Pembinaan dilakukan secara berkelompok dengan cara membentuk majelis taklim di

setiap masjid dan melakukan bimbingan atau pengajaran sekali dalam seminggu.

Berikut upaya yang di lakukan penyuluh dalam pembinaan mental anak putus
sekolah :

1) Pembentukan majelis taklim

Majelis taklim merupakan tempat pangajaran atau pendidikan agama Islam

yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh waktu. Sifatnya terbuka usia berapa pun,

profesi apa pun, suku apa pun, dapat bergabung di dalamnya. Waktu

penyelenggaraannya pun tidak terikat, bisa pagi, siang, sore, atau malam. Lokasi

taklim pun bisa dilakukan di dalam maupun di luar ruangan.

2) Mengadakan pengajian

Pengajian agama merupakan salah satu bentuk kegiatan dakwah atau tabligh,

karena di dalam pengajian itu sendiri tidak lepas dari usaha penyampaian ajaran-

ajaran Islam dalam rangka mengajak atau membina umat manusia untuk senantiasa
berada di jalan Islam, sehingga tercapai kedamaian dan kebahagiaan di dunia dan di

akhirat. Pengajian merupakan salah salah satu kegiatan keagamaan dalam Islam.

Pengajian tidak hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu, seperti santri dan siswa

namunpengajian juga diikuti oleh Bapak- bapak, ibu-ibu, remaja dan anak-anak serta

untuk semua kalangan.

3) Pemberian motivasi dan bimbingan


6

Pemberian motivasi adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu

perubahan pada diri seseorang yang Nampak pada gejala kejiawaan, perasaan, dan

juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu

dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan.

c. Faktor penyebab anak putus sekolah

Putus sekolah merupakan kondisi dimana seseorang yang awalnya bersekolah

namun karena beberapa faktor tertentu memutuskan untuk tidak malanjutkannya lagi.
Beberapa faktor yang menjadi alasan biasanya karena kurangnya kemampuan orang

tua dalam hal membiayai hingga kurangnya kesadaran individu tentang pentingnya

pendidikan pada masa sekarang ini. Kemudian di bedakan menjadi 2 bagian yaitu

faktor internal dan faktor eksternal, di jabarkan sebagai berikut :

1) Faktor internal

a) Kurangnya motivasi dan minat

Motivasi belajar siswa tidak tumbuh secara kebetulan atau terjadi begitu saja,

tetapi di butuhkan suatu bimbingan berencana dari semua pihak baik guru mata

pelajaran, guru pembimbing dan orang tua yang membantu siswa agar dapat

meningkatkan motivasi belajarnya yang disebut dengan motivasi eksternal.

b) Rasa malas dan ingin bebas


Faktor ini merupakan faktor yang sudah tidak asing lagi bukan hanya jika

remaja ditanya mengapa tidak melanjutkan sekolah. Untuk melakukan aktifitas yang

lain alasan ini juga sering diungkapkan baik oleh diri sendiri maupunorang lain.

Faktor kemalasan ini memang tak bisa dipungkiri membawa dampak yang

sebenarnya tidak diinginkan sepenuhnya. Rasa malas ini sebenarnya besifat hanya

sementara apabila seseorang mampu untuk mengendalikan sifat tersebut.

2) Faktor eksternal
7

a) Faktor ekonomi

Faktor ekonomi yang dimaksudkan adalah ketidakmampuan keluarga si anak

untuk membiayai segala proses yang dibutuhkan selama menempuh pendidikan atau

sekolah dalam satu jenjang tertentu. Menurut Simbolon dalam kehidupan

berkeluarga, peranan orang tua sangat menentukan dalam proses pemenuhan

kebutuhan lahir dan batin, misalnya kebutuhan yang sangat komsumtif bagi

anggotakeluarganya.
b) Latar belakang pendidikan orang tua

Latar belakang pendidikan orang tua dilihat dari segi tingkat pendidikan

orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua

terhadap anaknya. Pendidikan yang pernah ditempuh orang tua sangat mempengaruhi

terhadap pendidikan seorang anak. Di dalam lingkungan keluarga (informal) yang

berperan menjadi pendidikan adalah orang tua. Orang tua dalam membimbing anak

di rumah berbeda satu sama lain, karena tingkat pendidikan dan latar belakang

pendidikan orang tua yang berbeda. Cara membimbing anak di rumah akan

berpengaruh terhadap minat anak untuk bersekolah.

c) Faktor lingkungan

Lingkungan tempat tinggal yang dimaksud adalah pengaruh dari masyarakat


sekitar, atau pengaruh dari pergaulan teman-teman sebaya. Teman bergaul yang baik

akan berpengaruh baik pula terhadap diri siswa, begitu pula sebaliknya apabila siswa

bergaul dengan teman yang tidak baik maka akan berpengaruh tidak baik pula

terhadap diri siswa tersebut.

Adapun yang akan menjadi objek penelitian merupakan anak yang berusia

10-16 tahun yang tidak melanjutkan jenjang pendidikannya ke SMP maupun SMA di

Desa Labuaja Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros.


8

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang telah dijelaskan, maka

yang menjadi pokok permasalahan penelitian ini ialah “Peran Penyuluh Agama

Dalam Membina Mental Anak Putus Sekolah di Desa Labuaja Kecamatan Cenrana

Kabupaten Maros ?”

Dari pokok masalah tersebut, maka dirimuskan sub-sub masalah sebagai

berikut:
1. Bagaimana upaya penyuluh agama Islam dalam membina mental anak putus

sekolah di Desa Labuaja Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros ?

2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan anak putus sekolah di Desa Labuaja

Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros ?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat penyuluh agama Islam dalam

membina mental anak putus sekolah di Desa Labuaja Kecamatan Cenrana

Kabupaten Maros ?

D. Kajian Pustaka

1. Hubungannya dengan buku-buku

Buku karangan Ati Novianti Fathonah, yang berjudul “Pentingnya Pendidikan

bagi Kita” yang menjelaskan tentang pentingnya kesadaran pendidikan yang


menekankan pada aspek intelektual, keterampilan, profesi dan lain-lain. Kesadaran

pendidikan juga menjadi penentu keberhasilan pendidikan Islam, pendidikan

Nasrani, pendidikan Hindu dan sebagainya. Demikian pula pendidikan memberi

petunjuk tentang jenis kebutuhan hidup, asal-usulnya, kewenangan mengelolanya,

cara mengelolanya, cara mengembangkannya, dan cara menghindar dari eksploitasi

yang dilakukan pihak-pihak tertentu.

2. Hubungannya dengan penelitian terdahulu


9

Adapun penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian ini

sebagai berikut :

a. Penelitian yang dilakukan oleh Rafiqah Yunalis dari Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada tahun 2018 dengan

judul “Peran Penyuluh Agama dalam Membina Mental Keberagamaan Anak

Putus Sekolah di Desa Kalosi Kecamatan Duapitue Kabupaten Sindereng

Rappang"5.Dalam penelitiannya, ada dua faktor penyebab anak putus sekolah


yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang

bersumber dari individu itu sendiri seperti tidak adanya kemauan pada diri anak

dan kurangnya minat belajar bagi anak. Adapun faktor eksternal ialah faktor

yang bersumber dari luar seperti pengaruh lingkungan dan teman sepergaulan,

larangan dari pihak orangtua sendiri, hubungan orangtua yang kurang harmonis,

hamil di luar nikah, latar belakang pendidikan orangtua dan ekonomi yang tidak

mencukupi.

b. Penelitian yang dilakukan oleh A. Sri Ira Wahyuni dari Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam pada tahun 2018 dengan

judul “Peranan Penyuluh Agama Islam TerhadapPembinaan Akhlak Remaja

Putus Sekolah di Desa Lorong Kecamatan Ujung Loe Kabupaten


Bulukumba”.Dalam penelitiannya juga membahas tentang beberapa faktor

penyebab anak putus sekolah dan juga upaya penyuluh agama Islam dalam

membina akhlak remaja putus sekolah di Desa Lorong Kecamatan Ujung Loe

Kabupaten Bulukumba yaitu : mengedepankan disiplin waktu, mengikutsertakan

para remaja untuk shalat berjamaah, mengikutsertakan remaja putus sekolah

5
Rafiqah Yunalis. “Peran Penyuluh Agama dalam Membina Mental Anak Putus Sekolah di
Desa Kalosi Kecamatan Duapitue Kabupaten Sindereng Rappang" (Skripsi Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, UIN Alauddin Makassar, 2018).
10

pada setiap pengajian di masjid yang ada di desa tersebut, memberikan motivasi

dan bimbingan, dan pentuluh agama menjalin kerjasama yang baik terhadap

orang tua remaja.6

c. Penelitian yang dilakukan oleh Amrullah dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi

jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada tahun 2013 dengan judul “Peran

Penyuluh Agama dalam Membina Anak Putus Sekolah di Desa Tana Bangka

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa”. Dan salah satu hasil penelitiannya adalah
dampak yang ditimbulkan oleh anak putus sekolah di desa tana Bangka di

antaranya adalah : tidak adanya pendidikan untuk mereka, bertambahnya jumlah

pengangguran, kurangnya pemahaman keilmuan bagi anak putus sekolah,

munculnya penilaian dar sebagian masyarakat bahwa remaja putus sekolah

identik dengan perilaku menyimpang7

Penelitian yang akan di bahas adalah faktor penyebab anak putus sekolah

serta peran penyuluh dalam pembinaan mental anak putus sekolah di Desa Labuaja

Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan di lakukan penelitian adalah :

6
A. Sri Ira Wahyuni “Peranan Penyuluh Agama Islam Terhadap Pembinaan Akhlak Remaja
Putus Sekolah di Desa Lorong Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba” (Skripsi Fakultas
Dakwah dan Kpmunikasi UIN Alauddin Makassar 2018).
7
Amrullah “Peran Penyuluh Agama dalam Membina Anak Putus Sekolah di Desa Tana
Bangka Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa” (Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Alauddim Makassar 2013)
11

a. Untuk mengetahui upaya penyuluh agama dalam membina mental anak putus

sekolah.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di Desa

Labuaja Kecamatan Cenrana.

c. Untuk mengetahui faktor penghambat penyuluh agama Islam dalam membina

mental anak putus sekolah di Desa Labuaja Kecamatan Cenrana Kabupaten

Maros.
2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan teoretis

1) Sebagai bahan informasi bagi anak putus sekolah bahwa pentingnya peran

penyuluh dalam membina mental

2) Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kajian

ilmu pengetahuan, memberikan masukan, serta menjadi pertimbangan demi

terbukanya wawasan dan keterbukaan berpikir dalam proses penyadaran

akademik khususnya bagi penulis sendiri.

b. Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam membangun

karakter masyarakat terutama kepada para anak putus sekolah.

Anda mungkin juga menyukai