Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ANALISIS KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB 4 : INSTRUMEN ANALISA KUALITAS LINGKUNGAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Analisis Kesehatan Lingkungan

Dosen Pengampu : Yulia Khairina Ashar, S.K.M., M.K.M

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

AJENG FEBRIAN SURBAKTI 0801212404

ALYA SUWAYYA 0801213377

JIHAN MAISHE SALWA 0801211080

PROGRAM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATRA UTARA

MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Sholawat dan salam
semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah memberikan dan
mengarahkan umatnya kepada jalan kebenaran.

Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Yulia Khairana Ashar,
S.K.M., M.K.M.. selaku dosen mata kuliah Analisis Kesehatan Lingkungan yang
telah memberikan arahan pada kami untuk menyusun makalah yang berjudul
“Instrumen Analisa Kualitas Lingkungan” ini sehingga memudahkan kami untuk
menyelesaikannya dengan tepat waktu.

Kami selaku penyusun makalah sangat berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami dan para pembaca. Kami juga
mohon maaf bila masih terdapat kekurangan di dalamnya dan bersedia menerima
usulan, kritik, serta masukan yang bersifat edukatif dan konstruktif sebagai bahan
perbaikan di masa yang akan datang.

Medan, 17 Oktober 2022

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................4
C. Tujuan dan Manfaat Makalah............................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................6
A. Pengertian Instrumen Analisis Kesehatan Lingkungan.....................................6
B. Tujuan dan Manfaat Instrumen Analisis Kesehatan Lingkungan .....................8
C. Prinsip dan Metode Instrumen Analisis Kesehatan Lingkungan.......................9
D. Instrumen Pengukur Sampel Air......................................................................12
E. Peralatan...........................................................................................................13
F. Bahan dan Saran..............................................................................................15
G. Volume Sampel................................................................................................16
H. Instrumen Pengukur Sampel Air.....................................................................17
I. Aktif Simpling/ Secara Konvensional.............................................................19

BAB III PENUTUP...................................................................................................27


A. Kesimpulan......................................................................................................27
B. Saran................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau
determinan dalam kesejahteraan penduduk. Dimana lingkungan yang sehat
sangat dibutuhkan bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi
kerja/belajar. Kesehatan lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi
elemen-elemen hayati dan non hayati dalam ekosistem. Bila lingkungan tidak
sehat maka sakitlah elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka
sehat pulalah ekosistem tersebut. Perilaku yang kurang baik dari manusia
telah mengakibatkan perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah
sanitasi. Menurut Hendrik L. Bloom derajat kesehatan dipengaruhi oleh
empat faktor, yaitu: faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan
faktor keturunan.

Faktor lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terbesar diikuti


perilaku, fasilitaskesehatan dan keturunan.Lingkungan sangat bervariasi,
salah satunya berhubungan dengan lingkungan fisik. Lingkungan yang
berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air limbah, udara, tanah,
ikim, perumahan, dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah yang akan dibahas pada makalah ini, diantaranya :

a. Apa yang dimaksud Instrumen AKL?


b. Apa saja jenis dari Instrumen AKL?
c. Apa tujuan dari adanya Instrumen AKL?
4
d. Apa saja keunggulan dan kekurangan dari Instrumen AKL?
e. Bagaimana cara penggunaan Instrumen AKL?

C. Tujuan dan Manfaat Makalah


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah :

a. Mengetahui dan memahami arti dari Instrumen AKL.


b. Menetahui apa saja macam – macam jenis Instrumen AKL.
c. Mengetahui tujuan dari adanya Instrumen AKL.
d. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Instrumen AKL.
e. Mengetahui cara penggunaan Instrumen AKL.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Instrumen Analisis Kesehatan Lingkungan


Secara umum, instrumen menggambarkan sebuah alat. Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan pengertian instrumen merupakan
suatu alat yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu. Secara umum
instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam
maupun fenomena sosial yang diamati. Terdapat berbagai macam pendapat
pakar mengenai pengertian instrument. Instrument merupakan alat bantu bagi
peneliti dalam menyimpulkan data. Djaali menegemukan dalam bidang
penelitian instrument diartikan sebagai alat untul mengumpulkan data
mengenai variable-variabel penelitian. Alat ukur (instrumen) yang dibuat/
disusun untuk melakukan pengukuran sebelum digunakan harus terlebih
dahulu dikalibrasi atau divalidasi. Jadi instrument dapat digunakan untuk
mengukur phenomena alam yang akan diamati, namun terlebih dahulu
dilakukan kalibrasi sebelum dipergunakan.

Instrumen merupakan sesuatu yang sangat penting keberadaannya


dalam melakukan suatu kegiatan penelitian, karena instrumen memegang
peranan dalam menentukan mutu dari suatu penelitian. Terdapat berbagai
pendapat mengenai pengertian dari instrumen, antara lain:

1) Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk


mengumpulkan data penelitian, baik data yang kualitatif, berupa gambar,
kata, dan benda yang non angka, maupun data kuantitatif, yang berupa angka.
Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti
(Kartowagiran, 2009).

2) Menurut Kothari (2004:73), instrumen mengungkapkan fakta


menjadi data, sehingga jika instrumen yang digunakan mempunyai kualitas
yang memadai dalam arti valid dan reliabel maka data yang diperoleh akan
6
sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di lapangan.

3) Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti


untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran. Cara ini
dilakukan untuk memperoleh data yang objektif yang diperlukan untuk
menghasilkan kesimpulan penelitian yang objektif pula (Purwanto,
2010:183).

Berdasarkan berbagai pendapat mengenai pengertian instrument,


maka dapat dikatakan bahwa instrumen merupakan suatu alat bantu yang
digunakan oleh peneliti, dalam mengolah fakta dan opini yang ada di
lapangan untuk dijadikan sebuah data.

7
B. Tujuan dan Manfaat Instrumen Analisis Kesehatan Lingkungan
Instrumentasi sebagai alat pengukuran meliputi instrumentasi
survey/statistik, instrumentasi pengukuran suhu, dll. Contoh dari
instrumentasi sebagai alat analisis banyak dijumpai di bidang kimia dan
kedokteran, misalnya, sementara contoh instrumentasi sebagai alat kendali
banyak ditemukan dalam bidang elektronika, industri dan pabrik-pabrik.
Sistem pengukuran, analisis dan kendali dalam instrumentasi ini bisa
dilakukan secara manual (hasilnya dibaca dan ditulis tangan), tetapi bisa juga
dilakukan secara otomatis dengan menggunakan komputer (sirkuit
elektronik). Untuk jenis yang kedua ini, instrumentasi tidak bisa dipisahkan
dengan bidang elektronika dan instrumentasi itu sendiri. Instrumentasi
sebagai alat pengukur sering kali merupakan bagian depan/ awal dari bagian
bagian selanjutnya (bagian kendalinya), dan bisa berupa pengukur dari semua
jenis besaran fisis, kimia, mekanis, maupun besaran listrik. Beberapa contoh
di antaranya adalah pengukur: massa, waktu, panjang, luas, sudut, suhu,
kelembaban, tekanan, aliran, pH (keasaman), level, radiasi, suara, cahaya,
kecepatan, torque, sifat listrik (arus listrik, tegangan listrik, tahanan listrik),
viskositas, density, dll. Sedangkan Manfaat dari instrumen untuk analisa
kualiatas lingungan sebagai berikut:

a. Membantu dalam perumusan kebijakan

b. Sarana untuk mengevaluasi efektifitas program lingkungan

c. Membantu dalam mendesain program lingkungan

d. Mempermudah komunikasi dengan publik sehubungan dengan

kondisi lingkungan.

8
C. Prinsip dan Metode Instrumen Analisis Kesehata Lingkungan
a. Prinsip Instrumen Analisis Kesehatan Lingkungan

Instrumen memiliki karakteristik penting yang dapat menunjukkan


kualitas dari suatu hasil penelitian. Karakteristik tersebut adalah validitas
dan reliabilitas. Instrumen dikatakan valid (tepat/absah) apabila instrumen
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam hal ini
sasaran kepada siapa instrumen itu ditujukan merupakan salah satu aspek
yang harus dipertimbangkan dalam menganalisis validitas suatu
instrumen.. Aspek lainnya misalnya kesesuaian indikator dengan butir
soal, penggunaan bahasa, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku,
kaidah-kaidah dalam penulisan butir soal, dsb. Ada tiga tipe validitas,
yakni ;

(1) Validitas Prediktif

Validitas prediktif atau ada juga yang menyebut dengan validitas kriteria
terkait, dicari manakala instrumen akan digunakan untuk mengestimasi
beberapa bentuk tingkah laku penting yang ada di luar dari hasil
pengukuran instrumen itu sendiri. Besar kecilnya harga estimasi validitas
prediktif suatu instrumen digambarkan dengan keofisien korelasi antara
prediktor dengan kriteria tersebut.

(2) Validitas Isi

Validitas isi suatu instrumen adalah sejauh mana butir-butir dalam


instrumen itu mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan obyek
yang hendak diukur (aspek representasi) dan sejauh mana butir-butir itu
mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (aspek relevansi). Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat validitas isi suatu instrumen sedikit-banyak
tergantung pada penilaian subyektif individual penilai.

(3) Validitas Konstruk

Validitas konstruk adalah validitas yang menunjukkan sejauh

9
mana instrumen mengungkap suatu konstruk teoritik yang hendak
diukurnya. Karakteristik instrumen itu harus reliabel. Sebenarnya
reliabilitas itu mengacu pada konsistensi pengukuran, yaitu bagaimana
skor tes atau hasil penilaian yang lain tetap (tidak berubah, sama) dari satu
pengukuran ke pengukuran yang lain. Allen dan Yen (1979),
mengemukakan tiga metode yang umum digunakan untuk menaksir
koefisien reliablitas yaitu:

(1) Metode tes ulang

Metode tes ulang pengambil tes yang sama mengikuti tes dua kali
dengan menggunakan tes yang sama kemudian hasilnya dikorelasikan.

(2) Metode tes parelel

Reliabilitas tes paralel adalah korelasi antara nilai amatan dua tes yang
paralel.

(3) Metode konsistensi internal

Reliabilitas konsistensi internal ditaksir dengan satu kali pelaksanaan


tes sehingga permasalahan yang menyertai metode tes ulang dapat
dihilangkan
b. Metode Instrumen Analisis Kesehatan Lingkungan
Tahapan analisis kualitas lingkungan sebagai berikut. (Badrus Zaman,
Syafrudin, 2012)
a. Tujuan Analisis
Untuk tujuan disesuaikan dengan tujuan penelitian dan hipotesis,
tujuan yang digunakan harus jelas dan logis (dapat dicapai dengan
biaya dan waktu yang direncanakan.
b. Pemilihan Parameter
Pemilihan paramater disesuaikan dengan kualitas lingkungan yang
akan diukur seperti jenis media lingkungan (tanah, air, udara), sumber
pencemaran, ketersediaan dana, waktu dan tenaga.

10
c. Sampling
Sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berhubungan
dengan pengambilan sebagian dari populasi. Jika sampling dilakukan
dengan metode yang tepat, analisis statistik dari suatu sampel dapat
digunakan untuk menggeneralisasikan keseluruhan populasi. Metode
sampling banyak menggunakan teori probabilitas dan teori statistika.
d. Analisis Laboratorium
Cara untuk analisis laboratorium sebagai berikut.
1. Pilih laboratorium yang terakreditasi oleh KAN
2. Pilih metode yang standar (SNI)
3. Pilih instrumen/peralatan yang telah dikalibrasi
4. Dikerjakan oleh tenaga profesional
e. Quality Assurance and Quality Control
Quality Assurance (QA) adalah prinsip‐prinsip operasi yang
harus diikuti secara disiplin selama pengumpulan sampel sampai
dengan analisis sehingga didapatkan data yang berkualitas (terjamin)
atau data hasil analisis yang diperoleh mempunyai akurasi pada level
kepercayaan yang tinggi. Quality Control (QC) berfungsi untuk
mendapat data yang kredibel, harus dilakukan oleh analis yang
kompeten (sertifikasi kemampuan operator), sehingga mampu
menghasilkan analisis yang baik
f. Analisis & Elaborasi Data
Data yang terkumpul dianalisis: INFORMASI
Content:
1. Metode Statistik : analisis data menggunakan metode statistika
sesuai dengan pendekatan atau permasalahan penelitian
2. Pemodelan Matematik : tiruan dari kondisi nyata dalam bentuk
persamaan matematis : memprediksi dan estimasi
3. Optimasi : instrumen pengambilan keputusan dengan
mempertimbangkan beberapa aspek
4. Baku Mutu Lingkungan : acuan untuk menilai kualitas lingkungan

11
g. Pengambilan Keputusan
Cara mengambil keputusan sebagai berikut.
a. Data yang telah diperoleh di lapangan akan diolah dan dianalisis
menjadi hasil analisis data
b. Selanjutnya hasil analisis data akan interpretasikan
c. Setelah adanya diskusi mengenai hasil analisis data selanjutya akan
diambil keputusan. Setelah keputusan diambil akan diinformasikan
kemasyarakat.

D. Instrmen Pengukuran Sampel Air


Metode pengambilan sampel air dimaksudkan sebagai pegangan dalam
pengambilan sampel air di lapangan untuk uji kualitas air. Tujuan metode ini
untuk mendapatkan sampel yang andal. Metode pengambilan sampel ini
meliputi persyaratan dan tata cara pengambilan sampel kualitas air
untuk keperluan perneriksaan kualitas air yang mencakup pemeriksaan sifat
fisik, kimia, mikrobiologi, biologi dan lain-lain. Beberapa pengertian yang
dimaksud dalam metode ini meliputi :

1. Sumber air adalah air permukaan, air tanah dan air meteorik
2. Air permukaan adalah air yang terdiri dari: air sungai, air danau, air waduk,
air saluran, mata air, air rawa dan air gua / air karst

3. Air tanah babas adalah air dari akifer yang hanya sebagian terisi air dan
terletak pada suatu dasar yang kedap air serta mempunyai permukaan bebas
4. Air tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh air dengan
bagian alas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air
5. Akifer adalah suatu lapisan pembawa air

6. Epilimnion adalah lapisan alas danau/waduk yang suhunya relatif sama


7. Termoklin/metalimnion adalah lapisan danau yang mengalami penurunan
suhu yang cukup besar (Iebih dari 1°C/m) ke arah dasar danau
8. Hipolimnion adalah lapisan bawah danau yang mempunyai suhu relatif
sama dan lebih dingin dari lapisan di atasnya, biasanya lapisan ini
mengandung kadar oksigen yang rendah dan relatif stabil
12
9. Air meteorik adalah air meteorik dari labu ukur di stasion meteor, air
meteorik yang ditampung langsung dari hujan dan air meteorik dari bak
penampung air hujan

10. Sampel adalah sampel uji air untuk keperluan pemeriksaan kualitas air

E. Peralatan

a. Persyaratan alat pengambil sampel


Alat pengambil sampel harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :

1) Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat sampel (misalnya


untuk keperluan pemeriksaan logam, alat pengambil sampel tidak terbuat
dari logam)

2) Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya

3) Sampel mudah dipindahkan ke dalam botol penampungan tanpa ada


sisa bahan tersuspensi di dalammya

4) Kapasitas alat 1 - 5 L tergantung dari maksud pemeriksaan


5) Mudah dan aman dibawa

b. Jenis alat pengambil sampel


Beberapa jenis alat pengambil sampel yang dapat digunakan
meliputi :

1) Alat pengambil sampel sederhana berupa :

a. Botol biasa, ember plastik atau gayung plastik yang bertangkai panjang
dapat digunakan pada permukaan air secara langsung. Alat sederhana ini
paling sering digunakan untuk mengambil air permukaan atau air sungai
yang relatif dangkal.

b. Botol biasa yang diberi pemberat yang digunakan pada kedalaman


tertentu

13
2) Alat pengambil sampel setempat secara mendatar, dipergunakan untuk
mengambil sampel di sungai atau di tempat yang airnya mengalir pada
kedalaman tertentu, sampel alat ini adalah tipe Wohlenberg
3) Alat pengambil sampel setempat secara tegak, dipergunakan untuk
mengambil sampel pada lokasi yang airnya tenang atau alirannya sangat
lambat seperti di danau, waduk, dan muara sungai pada kedalaman
tertentu, sampel alat ini adalah tipe Ruttner

4) Alat pengambil sampel pada kedalaman yang terpadu, digunakan untuk


pemeriksaan zat padat tersuspensi atau untuk mendapatkan sampel yang
mewakili semua lapisan air, sampel alat ini adalah tipe USDH Alat
Pengambil Sampel Air Tipe Kedalaman Terpadu (Integrated Depth
Sampler - USHD)

5) Alat pengambil sampel secara otomatis yang dilengkapi alat pengatur


waktu dan volume yang diambil, digunakan untuk sampel gabungan
waktu dari air limbah atau air sungai yang tercemar, agar diperoleh
kualitas air rata-rata selama periode tertentu,

6) Alat pengambil untuk pemeriksaan gas terlarut yang dilengkapi tutup,


sehingga alat dapat ditutup segera setelah terisi penuh ; sampel alat ini
adalah tipe Cascila

7) Alat pengambil sampel untuk pemeriksaan bakteriologi adalah botol


gelas yang di tutup kapas/aluminium foil, tahan terhadap panas dan
tekanan selama proses sterilisasi;

8) Alat pengambil sampel untuk pemeriksaan plankton berupa jaring yang


berpori 173 mesh/inci, yang biasa digunakan adalah jaring plankton
no.20/SI
9) Alat pengambil sampel untuk pemeriksaan hewan benthos disesuaikan
dengan jenis habitat hewan benthos yang akan diambil, beberapa sampel
alat untuk jenis habitat tertentu, antara lain: a. Eckman grab, dibuat dari
baja, yang beratnya + 3,2 kg, dengan ukuran 15 x 15 cm,
dipergunakan untuk pengambilan sampel pada sumber air yang alirannya
14
relatif kecil dan mempunyai dasar lumpur dan pasir
b. Jala Surber, terbuat dari benang nilon yang ditenun dan mempunyai
ukuran mata jaring 0,595 mm dalam keadaan terbuka, panjang jala 69 cm
dan ukuran permukaan depan 30,5 cm x 30,5 cm, alat ini biasa
dipergunakan pada sumber air yang alirannya deras dan mempunyai dasar
berbatu-batu,
c. Petersen grab, terbuat dari baja yang luasnya antara 0,06 - 0,09 m2
dengan berat antara 13,7 - 31,8 kg biasanya dipergunakan pada sumber air
yang mempunyai dasar keras, misalnya lempung, batu dan pasir
d. Ponar grab, terbuat dari baja seluas 23x23 cm dengan berat ±20 kg
banyak digunakan di danau yang dalam dan pada dasar sumber air yang
bervariasi
10) Jaring apung terbuat dari benang nilon yang ditenun, mempunyai
ukuran mata jarring 0,595 mm dan luas 929 cm2 dipergunakan untuk
mengumpulkan hewan yang hidup dipermukaan sumber air dan lamanya
waktu yang dipergunakan dalam satu kali pengambilan adalah tiga jam.

c. Alat penyaring

Alat ini dilengkapi dengan pompa isap atau pompa tekan agar dapat
menahan kertas saring yang mempunyai ukuran pori 0,45/um.

d. Alat pendingin

Alat ini dapat menyimpan sampel pada 4°C, dapat membekukan


sampel bila diperlukan dan mudah diangkut ke Iapangan.

F. Bahan dan Sarana

1. Bahan kimia untuk pengawet

Bahan kimia yang digunakan untuk pengawet harus memenuhi


persyaratan bahan kimia untuk analisis dan tidak mengganggu atau
mengubah kadar zat yang akan diperiksa.

2. Wadah Sampel

Wadah yang digunakan untuk menyimpan sampel harus memenuhi


15
persyaratan sehagai berikut :

1. Terbuat dari bahan gelas atau plastik

2. Dapat ditutup dengan kuat dan rapat

3. Mudah dicuci

4. Tidak mudah pecah

5. Wadah sampel untuk pemeriksaan mikrobiologi harus dapat disterilkan


6. Tidak menyerap zat-zat kimia dari sampel

7. Tidak melarutkan zat-zat kimia ke dalam sampel

8. Tidak menimbulkan reaksi antara bahan wadah dengan sampel.

Sarana yang dapat digunakan adalah :

1. Sedapat mungkin menggunakan jembatan atau lintasan gantung sebagai


tempat pengambilan sampel

2. Bila sarana pada poin tersebut diatas tidak ada, maka dapat menggunakan
perahu

3. Untuk sumber air yang dangkal, dapat dilakukan dengan merawas.

G. Volume sampel

Volume sampel yang diambil untuk keperluan pemeriksaan di lapangan dan


laboratorium
bergantung dari jenis pemeriksaan yang diperlukan sebagai berikut :
1. Untuk pemeriksaan sifat fisik air diperlukan lebih kurang 2 L
2. Untuk pemeriksaan sifat kimia air diperlukan lebih kurang 5 L
3. Untuk pemeriksaan bakteriologi diperlukan lebih kurang 100 mL
4. Untuk pemeriksaan biologi air (khlorofil) diperlukan 0,5 - 20 L (tergantung
pada kadar khlorofil di dalam sampel).

16
H. Instrumen Pengukuran Sampel Udara
Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada
lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik
Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan
manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Kualitas
udara berpengaruh akan kesehatan masyarakat di sekitar, hasil sisa
pembakaran dari kendaraan banyak mengandung CO2, dimana zat ini
merupakan racun bagi manusia. Pencemaran udara ini harus selalu diukur
menggunakan Alat Pengukuran Kualitas Udara atau seperti perangkat
untuk mengukur kualitas udara secara indoor yaitu salah satunya Air
Quality meter, dengan melakukan pengukuran dan monitoring lingkungan
maka akan didapatkan data yang konkret untuk
mengendalikan pencemaran udara pada lingkungan masyarakat, sehingga
data tersebut dapat menjadi himbauan dan acuan dalam hal menangulangi
dan mencegah pencemaran udara lebih luas.

Alat pengukuran kualitas udara sangat diperlukan sesuai dengan


peraturan daerah yang ada, contoh Peraturan Daerah Khusus Ibukota
Jakarta no. 2 tahun 2005 tentang Pengandalian pencemaran udara
pengertian Udara Ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada
lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik
Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia,
makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.

Alat ukur untuk mengetahui tingkat kualitas udara dapat


dikelompokkan menjadi lima parameter, yaitu:
1. Thermometer untuk menyatakan besaran derajat panas/dingin suatu benda.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1405/MENKES/SK/XI/2002
tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri
standart suhu adalah suhu 18°c –28°c

17
2. Higrometer digunakan untuk mengukur kelembapan udara atau jumlah uap
air di udara. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan kerja perkantoran dan industri standart kelembaban
adalah 40%-60%

3. Light Meter/Lux Meter digunakan untuk mengukur jumlah penyinaran


pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara
efektif. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan kerja perkantoran dan industrii standart intensitas cahaya di ruang
kerja minimal 100 lux. Prinsip penerangan yang baik adalah jumlah dan
intensitas penerangan yang diperlukan hendaknya disesuaikan dengan
jenis pekerjaan, daya lihat seseorang dan lingkungannya.

18
I. Aktif Sampling/ Secara Konvensional
Aktif sampling adalah pengambilan sampel udara dengan
menggunakan peralatan mekanik, misalnya pompa untuk mengalirkan
udara kedalam media sampling. Pada sampling aktif, terdapat 3 elemen
utama, yaitu:

1) Calibrator digunakan untuk menunjukan berapa banyak udara yang


telahdi dorong atau diisap, dengan kalibrator pompa dapat dikalibrasi
sehinggavolume udara yang terisap dapat ditentukan secara akurat.

2) Sampling pump pompa yang digunakan untuk mendorong atau


mengisap udara

3) Sampling media,media yang digunakan untuk mengumpulkan


kontaminan udara Untuk menetapkan kadar gas-gas berbahaya secara
konvensional, digunakan alat yang disebut air sampler impinge.

Peralatan impinger secara keseluruhan terdiri dari :


1) Pompa vakum : dibuat dengan sistem vibrasi ganda yang tahan
korosi.Kecepatan hisap stabil dan dapat diatur dengan potensiometer
2) Tabung impinger : tempat reaksi antara kontaminan udara dengan
larutan penangkap. Dapat lebih dari satu tabung.

3) Moisture adsorber : tabung berisi bahan penyerap uap air (desikan) untuk
melindungi pompa dari korosi.

4) Flow meter, yaitu alat pengukur kecepatan aliran udara dengan metoda
bubbleflow.

Sampling udara dengan impinger pada hakikatnya terdiri dari


beberapa langkah yaitu:

1) Menarik udara dengan pompa hisap ke dalam tabung impinger yang berisi
larutan penangkap.

2) Mengukur kontaminan yang tertangkap atau bereaksi dengan larutan


penangkap baik dengan metoda konvensional maupun instrumental.
19
3) Menghitung kadar kontaminan dalam udara berdasarkan jumlah udara
yang dipompa dan hasil pengukuran.

Dalam melaksanakan satu penilaian biasanya digunakan lebih dari satu


metode atau instrumen, agar kelemahan yang satu dapat ditutup dengan kebaikan yang lain.
Kadang-kadang sesuatu metode merupakan keharusan untukdipakai dalam penelitian.
Tetapi kadang-kadang merupakan salah satu alternatif saja, sehingga pilihan metode yang
dapat digunakan dapat dipilih-pilih. Beberapa metode telah ditetapkan oleh Standar
Nasional Indonesia (SNI) dijelaskan pada tabel berikut:

NOMOR
NO. JUDUL
SNI
Air dan air limbah – Bagian
1 : Cara uji daya hantar
1. SNI 6989.1:2019
listrik
(DHL)
Air dan air limbah – Bagian
2 : Cara uji Kebutuhan
Oksigen
2. SNI 6989.2:2009 Kimiawi (Chemical Oxygen
Demand/COD) dengan
refluks tertutup secara
spektrofotometri
Air dan air limbah – Bagian
2 : Cara uji kebutuhan
oksigen
kimiawi (chemical oxygen
3. SNI 6989.2:2019
demand / COD) dengan
refluks
tertutup secara
spektrofotometri
Air dan air limbah – Bagian
3 : Cara uji padatan
4. SNI 06-6989.3-2004 tersuspensi
total (Total Suspended Solid,
TSS) secara gravimetri
Air dan air limbah – Bagian
3 : Cara uji padatan
tersuspensi
5. SNI 6989.3:2019
total (Total Suspended
Solids, TSS) secara
gravimetri
20
Air dan air limbah – Bagian
4 : Cara uji besi (Fe) secara
6. SNI 6989.4:2009
Spektrofotometri Serapan
atom (SSA)-nyala
Air dan air limbah – Bagian
5 : Cara uji mangan (Mn)
7. SNI 6989.5:2009 secara
Spektrofotometri Serapan
atom (SSA)-nyala
Air dan air limbah – Bagian
6 : Cara uji tembaga (Cu)
8. SNI 6989.6:2009 secara
Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA)-nyala
Air dan air limbah – Bagian
7 : Cara uji seng (Zn) secara
9. SNI 6989.7:2009
Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA)-nyala
Air dan air limbah – Bagian
8 : Cara uji timbal (Pb)
10. SNI 6989.8:2009 secara
Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA)-nyala
Air dan air limbah – Bagian
9 : Cara uji nitrit (NO2-N)
11. SNI 06-6989.9-2004
secara
spektrofotometri
Air dan air limbah – Bagian
10 : Cara uji minyak dan
12. SNI 6989.10-2011
lemak
secara gravimetri
Air dan air limbah – Bagian
11 : Cara uji derajat
13. SNI 06-6989.11-2004 keasaman
(pH) dengan menggunakan
alat pH meter
Air dan air limbah – Bagian
11 : Cara uji derajat
14. SNI 6989.11:2019 keasaman
(pH) dengan menggunakan
pH meter
Air dan air limbah – Bagian
12 : Cara uji kesadahan total
15. SNI 06-6989.12-2004 kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg) dengan
metode titrimetri
16. SNI 06-6989.13-2004 Air dan air limbah – Bagian
21
13 : Cara uji kalsium (Ca)
dengan metode titrimetri
Air dan Air limbah – Bagian
14 : Cara uji oksigen terlarut
17. SNI 06-6989.14-2004
secara yodometri
(modifikasi azida)
Air dan air limbah – Bagian
15 : Cara uji kebutuhan
oksigen
18. SNI 06-6989.15-2004 kimiawi (KOK) refluks
terbuka dengan refluks
terbuka
secara spektrofotometri
Air dan air limbah – Bagian
15 : Cara uji kebutuhan
oksigen
19. SNI 6989.15:2019 kimiawi (chemical oxygen
demand/COD) dengan
refluks
terbuka secara titrimetri
Air dan air limbah – Bagian
16 : Cara uji kadmium (Cd)
20. SNI 6989.16:2009
secara Spektrofotometri
Serapan atom (SSA)-nyala
Air dan air limbah – Bagian
17 : Cara uji krom total (Cr-
21. SNI 6989.17:2009 T)
secara Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA)-nyala
Air dan air limbah – Bagian
18 : Cara uji nikel (Ni)
22. SNI 6989.18:2009 secara
Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA)-nyala
Air dan air limbah – Bagian
23. SNI 6989.19:2009 19 : Cara uji klorida (Cl–)
dengan metode argentometri
Air dan air limbah – Bagian
20 : Cara uji sulfat (SO42-)
24. SNI 6989.20:2009
secara
turbidimetri
Air dan air limbah – Bagian
25. SNI 6989.20:2019 20 : Cara uji Sulfat (SO42-)
secara turbidimetri
26. SNI 06-6989.21-2004 Air dan air limbah – Bagian
21 : Cara uji kadar fenol
secara
22
spektrofotometri
Air dan air limbah – Bagian
22 : Cara uji nilai
27. SNI 06-6989.22-2004
permanganat
secara titrimetri
Air dan air limbah – Bagian
28. SNI 06-6989.23-2005 23 : Cara uji suhu dengan
termometer
Air dan air limbah – Bagian
29. SNI 06-6989.24-2005 24 : Cara uji warna secara
perbandingan visual
Air dan air limbah – Bagian
25 : Cara uji kekeruhan
30. SNI 06-6989.25-2005
dengan
nefelometer
Air dan air limbah – Bagian
26 : Cara uji kadar padatan
31. SNI 06-6989.26-2005
total
secara gravimetri
Cara uji padatan total (Total
32. SNI 6989.26:2019 Solids, TS) secara
gravimetri
Air dan air limbah – Bagian
27 : Cara uji kadar padatan
33. SNI 06-6989.27-2005
terlarut total secara
gravimetri
Air dan air limbah – Bagian
34. SNI 6989.27:2019
27 : Cara uji padatan terarut
Air dan air limbah – Bagian
35. SNI 06-6989.28-2005 28 : Cara uji karbon organik
total (TOC)
Air dan air limbah – Bagian
29 : Cara uji fluorida (F–)
36. SNI06-6989.29-2005 secara
spektrofotometri dengan
SPADNS
Air dan air limbah – Bagian
30 : Cara uji kadar amonia
37. SNI 06-6989.30-2005
dengan spektrofotometer
secara fenat
Air dan air limbah – Bagian
31 : Cara uji kadar fosfat
38. SNI 06-6989.31-2005 dengan
spektrofotometer secara
asam askorbat
39. SNI 06-6989.32-2005 Air dan air limbah – Bagian
32 : Cara uji kadar sulfit
23
(SO32-)
secara titrimetri
Air dan air limbah – Bagian
33 : Cara uji kadar perak
40. SNI 06-6989.33-2005 (Ag)
dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA)
Air dan air limbah – Bagian
34 : Cara uji aluminium (Al)
41. SNI 6989.34:2009
secara Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA)-nyala
Air dan air limbah – Bagian
35 : Cara uji kadar
aluminium
42. SNI 06-6989.35-2005 (Al) terlarut dengan
spektrofotometer secara
eriokromsianin
R
Air dan air limbah – Bagian
36 : Cara uji kadar
aluminium
43. SNI 06-6989.36-2005 (Al) dengan
Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA) secara
tungku karbon
Air dan air limbah – Bagian
37 : Cara uji kadar kadmium
(Cd) dengan
44. SNI 06-6989.37-2005
Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA) secara
ekstraksi
Air dan air limbah – Bagian
38 : Cara uji kadar kadmium
(Cd)
45. SNI 06-6989.38-2005 denganSpektrofotometer
Serapan Atom (SSA) secara
tungku
karbon
Air dan air limbah – Bagian
39 : Cara uji kadar barium
46. SNI 06-6989.39-2005 (Ba)
dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA)
47. SNI 06-6989.40-2005 Air dan air limbah – Bagian
40 : Cara uji kadar barium
(Ba)
dengan Spektrofotometer
24
Serapan Atom (SSA) secara
tungku
karbon
Air dan air limbah – Bagian
41 : Cara uji kadar mangan
(Mn)
48. SNI 06-6989.41-2005
dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) secara
ekstraksi
Air dan air limbah – Bagian
42 : Cara uji kadar mangan
(Mn)
49. SNI 06-6989.42-2005 dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) secara
tungku
karbon
Air dan air limbah – Bagian
43 : Cara uji kadar seng (Zn)
50. SNI 06-6989.43-2005 dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) secara
ekstraksi
Air dan air limbah – Bagian
44 : Cara uji kadar seng (Zn)
dengan Spektrofotometer
51. SNI 06-6989.44-2005
Serapan Atom (SSA) secara
tungku
karbon
Air dan air limbah – Bagian
47 : Cara uji kadar timbal
(Pb)
52. SNI 06-6989.45-2005
dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) secara
ekstraksi
Air dan air limbah – Bagian
46 : Cara uji kadar timbal
(Pb)
53. SNI 6989.46:2009 dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) –
tungku
karbon
Air dan air limbah – Bagian
47 : Cara uji kadar nikel
(Ni)
54. SNI 06-6989.47-2005
dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) secara
ekstraksi
55. SNI 06-6989.48-2005 Air dan air limbah – Bagian
25
48 : Cara uji kadar nikel
(Ni)
dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) secara
tungku
karbon
Air dan air limbah – Bagian
49 : Cara uji kadar besi (Fe)
56. SNI 06-6989.49-2005 dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) secara
ekstraksi
Air dan air limbah – Bagian
50 : Cara uji kadar besi (Fe)
dengan Spektrofotometer
57. SNI 06-6989.50-2005
Serapan Atom (SSA) secara
tungku
karbon
Air dan air limbah – Bagian
51 : Cara uji kadar surfaktan
58. SNI 06-6989.51-2005 anionik dengan
spektrofotometer secara biru
metilen
Air dan air limbah – Bagian
52 : Cara uji kadar nitrogen
59. SNI 06-6989.52-2005
organik secara makro
kjedahl dan titrasi
Air dan air limbah – Bagian
53 : Cara uji kadar krom
heksavalen (Cr-VI) dengan
60. SNI 6989.53-2010
Spektrofotometer Serapan
Atom
(SSA) secara ekstraks

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen merupakan sesuatu
yang sangat penting keberadaannya dalam melakukan suatu kegiatan
penelitian, karena instrumen memegang peranan dalam menentukan mutu
dari suatu penelitian.

Adapun manfaat dari Instrumen ini adalah dapat membantu dalam


perumusan kebijakan, sarana untuk mengevaluasi efektifitas program
lingkungan, membantu dalam mendesain program lingkungan,
mempermudah komunikasi dengan publik sehubungan dengan kondisi
lingkungan.

B. Saran

Dengan selesainya makalah ini, kami berharap penulis dan para


pembaca dapat memahami mengenai materi Instrumen Analisis Kesehatan
Lingkungan. Dalam makalah ini masih terdapat banyak sekali kekurangan,
baik dalam segi materi maupun bahasa penyampaian. Diharapkan kritik
dan saran yang membangun dapat membuat makalah ini menjadi lebih baik
lagi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Catherine Ganzleben, e. a. (2017).Penyusun Instrumen Kinerja SMK-SBI., 14


November 2009, di PATK Matematika, Yogyakarta.

Mukono, H.J., Epidemiologi Lingkungan (Surabaya: Airlangga University Press,


2002)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 Tentang


Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.

Rumahlatu, Dominggus, ‘Biomonitoring: Sebagai Alat Asesmen Kualitas Perairan


Akibat Logam Berat Kadmium Pada Invertebrata Perairan’, SAINTIS, 2012.

WHO. (2011, Oktober). Dipetik September 24, 2022, dari


https://www.who.int/ceh/capacity/biomarkers.pdf.

Wibowo, Satriyo Aji (2005). Bahan Ajar Toksikologi Lingkungan. Jakarta: Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

28
29
30

Anda mungkin juga menyukai