METODE PERCOBAAN
Permulaan dari praktikum kali ini ditandai dengan pencarian bahan bahan yang diperlukan, seperti
stik es krim, karton, per pegas klep, lem korea, dan lem tembak.
Setelah melakukan pencarian bahan-bahan yang diperlukan, tahap selanjutnya adalah membuat
design untuk bangunan tahan gempa agar nantinya pembuatan maket sesuai dengan yang diharapkan.
Setelah membuat design maket bangunan yang diinginkan, diperlukan perhitungan gaya-gaya
yang bekerja pada maket bangunan tersebut terutama pada ke-elastisitasan suatu pegas. Hal ini
bertujuan agar setelah proses perakitan, pegas pada maket bangunan tersebut dapat memberikan
peristiwa elastisitas pegas.
Langkah selanjutnya yaitu menyambungkan setiap bagian-bagian stik eskrim yang sudah
dipotong dengan ukuran tertentu dan kemudian dirakit sesuai design.
Setelah maket bangunan tahan gempa selesai dirakit, dilakukan pengujian terhadap bangunan
tersebut. Hal yang dinilai dari pengujian kali ini yaitu terutama pada pegas yang digunakan harus
mampu berikan peristiwa elastisitas serta bangunan harus berada dalam keadaan yang stabil ketika
diberikan gaya berupa guncangan.
Setelah melakukan pengujian pada maket bangunan tahan gempa, kemudian hasil dari pengujian
tersebut di perhitungkan lagi gaya yang bekerja pada bangunan tersebut terutama pada pertambahan
panjang pegas.
7. Selesai
Setelah semua hal tersebut dilakukan, maka telah selesai sudah pengujian pada maket bangunan
tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.1 merupakan maket bangunan tahan gempa yang terbuat dari bahan dasar stik es
kirm, serta alat penopang untuk maket bangunan tahan gempa ini yaitu per pegas klep.Dan beberapa
alat yang digunakan antara lain gunting, penggaris, spidol, lem tembak, dan lem korea. Maket
bangunan tahan gempa ini memiliki lebar 12 cm dan tinggi 54 cm.
Maket bangunan tahan gempa harus berada dalam keadaan yang stabil ketika diberikan
gaya berupa guncangan. Namun yang terjadi pada maket bangunan tahan gempa kali ini adalah
tidak terjadi peristiwa elastisitas pegas atau sama dengan pondasi mati, dan jika direalisasikan
pada dunia nyata dapat menyebabkan bangunan akan tetap roboh atau dalam kata lain tidak tahan
guncangan gempa. Kelompok praktikan tidak dapat melakukan percobaan terhadap maket
bangunan tahan gempa ini dikarenakan pegas yang digunakan terlalu banyak dan pendek pegas
tidak sesuai dengan kriteria yaitu semakin tinggi sebuah maket, maka panjang pegas yang
digunakan harus panjang dengan minimal 1/3 dari tinggi maket bangunan tersebut, sehingga
kelompok praktikan tidak bisa mendapatkan data berupa pertambahan panjang yang dihasilkan
oleh guncangan yang diberikan. Hal ini dikarenakan kurang telitinya dalam proses pembuatan
maket bangunan dan kurangnya pemahaman tentang konsep elastisitas pegas. Serta ada kesalahan
dimana kelompok praktikan melakukan pembelian pegas terlalu pendek serta kaku. Sehingga
praktikum kali ini dinyatakan gagal dikarenakan pegas yang digunakan terlalu kaku serta pendek,
yang dapat dilihat pada gambar 4.2, sehingga tidak terjadi peristiwa elastisitas pegas.
Maket bangunan tahan gempa ini seharusnya menggunakan pegas yang panjangnya 1/3
bangunan agar terjadi peristiwa elastisitas pegas karena itulah yang diperlukan dalam praktikum
kali ini bukan seperti pondasi mati yaitu pegas yang kaku dan dibutuhkan 4 pegas saja. Serta
disarankan memberi benda berupa kelereng atau sejenis benda berbentuk lingkaran ke dalam
bangunan tersebut agar ketika terjadi guncangan, benda tersebut akan melawan arah guncangan
yang terjadi sehingga mampu membuat bangunan akan tetap berada dalam posisi yang stabil.
F
σ=
A
0N
¿
1,44 m2
¿ 0 N /m2
Pada perhitungan diatas yang menggunakan rumus tegangan, diketahui hasil tegangan sebesar
0 N/m . Nilai tersebut didapat dari hasil perhitungan gaya yang menyebabkan bangunan tersebut
2
bergerak sebesar 0 N (diam), lalu dibagi dengan luas penampang sebesar 1,44 m2. Dari hasil
perhitungan diatas diketahui tidak menghasilkan tegangan dikarenakan tidak ada gaya yang diberikan
pada bangunan tersebut sehingga nilai tegangan pegas yang didapatkan sebesar 0 N/m2.
∆L
e=
L0
0m
=
0m
=0
Pada perhitungan diatas yang menggunakan rumus regangan, diketahui hasil regangan sebesar
0 . Nilai tersebut didapat dari hasil perhitungan pertambahan panjang pada pegas yang digunakan
pada maket bangunan tersebut sebesar 0 m, lalu dibagi dengan panjang mula mula sebesar 0 m. Dari
hasil perhitungan diatas diketahui tidak terjadi regangan pada pegas yang digunakan pada maket
bangunan tersebut.
σ
E=
e
0 N /m2
=
0
=0
Pada perhitungan diatas yang menggunakan rumus modulus young, diketahui hasil modulus
young sebesar 0 . Nilai tersebut didapat dari hasil tegangan sebesar 0 N/m2, lalu dibagi dengan
regangan sebesar 0 m. Dari hasil perhitungan diatas diketahui tidak terjadi tegangan serta regangan
pada pegas yang digunakan pada maket bangunan tersebut, sehingga tidak dapat diketahui nilai
perbandingan antara tegangan dengan regangan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2Saran
Berdasarkan kesalahan dalam praktikum kali ini, ada beberapa saran yang disampaikan yaitu:
- Dalam melakukan praktikum ini harus lebih teliti ketika proses pembuatan maket
bangunan tahan gempa terutama pada panjang pegas yang ingin digunakan minimal
1/3 dari tinggi maket bangunan dan tidak dianjurkan untuk menggunakan terlalu
banyak pegas agar terjadi peristiwa elastisitas pegas sehingga dapat dilakukan
pengujian terhadap maket bangunan tersebut.
- Serta diharapkan mahasiswa sudah terlebih dahulu memahami konsep elastisitas pegas
agar tidak terjadi kesalahan yang sama. Selain itu untuk menunjang keberhasilannya
praktikum ini, diharuskan mahasiswa melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing
terhadap konsep maket bangunan yang akan dikerjakan.
DOKUMENTASI