PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
DIAH FAUZIAH
NIM.2000405
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Popularitas dan kepercayaan suatu merek terhadapnya dapat
memberikan rasa gengsi dan kebanggaan bagi konsumen, sehingga menjadi hal
pertama yang dipikirkan konsumen saat membeli suatu produk. (Laroche, Kim
dan Zhou 1996), di era modern peningkatan teknologi, pasar (persaingan) lebih
mudah memainkan produk yang dipasarkan untuk memberikan nilai tambah
kepada pelanggan dengan cara yang berbeda, sehingga pesaing tidak bisa begitu
saja meniru (Laroche, Kim, and Zhou 1996). Purchase Intention
menggambarkan berapa lama orang ingin membeli (Wang, Jain, Cheng, & Aung,
2012). Sementara itu, Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa minat beli
adalah kesediaan konsumen untuk mengkonsumsi suatu produk atau jasa
berdasarkan pengalamannya menggunakan dan mengkonsumsi produk tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen memiliki proses yang cukup panjang
sebelum mereka tertarik untuk membeli suatu produk. Kesadaran akan merek
merupakan kesanggupan seorang individu untuk mengingat dengan cepat akan
suatu brand yang merupakan bagian dari kategori produk tertentu (Aaker, 1996).
Pada dasarnya, niat beli mewakili apa yang menurut konsumen akan
mereka beli (Blackwell et.al, 2001). Menurut Brown (2003), konsumen yang
berniat membeli produk tertentu menunjukkan tingkat pembelian aktual yang
lebih tinggi daripada pelanggan yang tidak berniat membeli (Lee et al.
2016).Kepercayaan konsumen dapat dipahami sebagai dua jenis: pengetahuan
keyakinan ekstrim dan pilihan. Keyakinan pengetahuan mencerminkan
kepercayaan konsumen pada apa yang diketahui tentang merek yang dirasakan,
seperti atribut yang tersedia, pentingnya atribut tersebut, dan efektivitas merek
pada atribut tersebut. Keyakinan pilihan, di sisi lain, mencerminkan kepastian
konsumen tentang merek mana yang akan dipilih,.(Laroche et al. 1996)
TABEL 1.1
Tingkat
No Brand Jenis air Kadar TDS Varian isi
keasaman
1. Air Mineral
EQUIL 89 mg/l 7,2 380ml, 760 ml
Alami
2. AQUA Air Mineral Tidak di Tidak di
380 ml, 750 ml
Reflection Alami ketahui ketahui
3. 240 ml, 330 ml,
Air Mineral 88 mg/L- 450 ml, 600 ml,
AQUA 6,7–7,2
Alami 190 mg/L 750 ml,1500 ml,
19000 ml
4. Air Mineral
Eternal Plus < 38 mg/L >8,3 250 ml, 500 ml
Alami
5. 400 ml, 600 ml,
Air Mineral Tidak di
Prestine 8 1500 ml, 19000
Alami ketahui
ml
6. Air Mineral 330 ml, 600 ml,
Le Mineral 177 mg/L 7,2-7,7
Alami 1500 ml
AIR MINUM DALAM KEMASAN TERBAIK 2021
Sumber : (Dinasti Review 2021)
Berbagai macam merek air mineral telah banyak dikenal oleh masyarakat
Khusus nya Batam antara lain Aqua, Sanford, Mindi, Vit, dan berbagai macam
merek air mineral dalam kemasan lainnya. Banyaknya merek air mineral yang
beredar di pasaran tentunya membuat konsumen melakukan pertimbangan tertentu
dalam memilih merek air minum yang akan dibeli dan yang akan dikonsumsi.
TABEL 1.2
NEGARA DENGAN CADANGAN AIR TAWAR TERBESAR DI DUNIA
No Negara Total Renewable Water
1 Brazil 8233
2 Russia 4498
3 Canada 3300
4 United States 3069
5 Indonesia 2838
6 China 2829.6
7 Colombia 2132
8 Peru 1913
9 India 1907.8
10 Kongo 1283
Sumber : Maps of world (2022)
Tabel 1.2 Menunjukan bahwa negara Indonesia berada di posisi kelima di
dunia dengan cadangan air tawar terbesar yang memiliki sumber air sebanyak
2838 meter kubik, sedangkan untuk posisi pertamanya ditempati oleh negara
Brazil dengan cadangan air tawar yang memiliki sumber air sebanyak 8233 meter
kubik. Indonesia sendiri meski dikenal kaya akan sumber daya air sejumlah
wilayah Indonesia justru kerap dilanda krisis air bersih.
Sumber : Databoks (2020)
GAMBAR 1.2
PRESENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR UTAMA YANG
DIGUNAKAN UNTUK MINUM
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, air isi ulang menjadi
sumber air minum utama yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga di
Indonesia pada tahun 2020. Ada 29,1% rumah tangga yang menyatakan minum
air isi ulang. Sebanyak 19,09% rumah tangga memilih minum air yang berasal
dari sumur bor atau pompa. Kemudian ada 14,35% rumah tangga yang minum air
dari sumur terlindung. Ada 10,23% rumah tangga yang minum dari air kemasan
bermerek pada tahun 2020. Sedangkan, sebanyak 9,87% rumah tangga meminum
air yang berasal dari leding atau kran.
TABEL 1.3
DAFTAR AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA
No Perusahaan Merek
1 PT.Tirta Investama AQUA
2 PT.Akasha Wira Internasional, Tbk Nestle Pure Life
3 PT.Coca Cola Amatil Indonesia Ades
4 PT.Panfila Indosari Ron 88
5 PT.Amidis Tirta Mulia Amidis
6 PT.Buana Tirta Abadi Vit
7 PT.Duta Serpack Inti 2Tang
8 PT.Tirta Tama Bahagia Club
9 PT.Sariguna Prima Tirta Cleo
10 PT.Tirta AMarta Bottling Company Viro
11 PT.Super Wahana Tehno Pristine
12 PT.Tirta Fresindo Jaya Le minerale
13 PT Indo Tirta Jaya Aguaria
14 PT.Tri Banyan Tirta. Tbk Alto
15 PT.Oasis Waters Internasional Oasis
16 PT.Muawana Al Ma‟some Al Ma‟soem dan Quam
Zam
17 PT.Sinar Sosro Prim-A
18 PT.Atlentic Biruraya Cheers
Sumber :(ASPADIN 2020)
TABEL 1.4
TOP BRAND INDEX AIR MINUM DALAM KEMASAN TAHUN 2019-2022
Top Brand Index
Brand 2019 2020 2021 2022
Aqua 61.0% 61.5% 62.5% 57.2%
Le minerale 5.0% 6.1% 4.6% 12.5%
Ades 6.0% 7.8% 7.5% 6.4%
Cleo 4.7% 3.7% 3.7% 4.2%
Club 5.1% 6.6% 5.8% 3.8%
Sumber: (Top Brand Index, 2019,2020,2021,2022)
Hal ini menunjukkan bahwa Ades menempati urutan ke-3 dengan rata-
rata Top Brand Indeks sebesar 6,9%. Pada tahun 2019 hasil penjualan Ades
sebesar 6,0%, lalu pada tahun 2020 penjualan Ades tumbuh 1,8% jumlah dari
tahun sebelumnya 7,8%, namun pada tahun 2021 penjualan Ades turun menjadi
7,5% dan mengalami penurunan tajam menjadi 6.4% pada tahun 2022.
Jika suatu perusahaan ingin tetap menguasai pangsa pasar di era tekanan
lingkungan serta tekanan persaingan antar kompetitor dalam strategi pemasaran
hijau maka perusahaan harus mengintegrasikan konsep ini ke dalam seluruh aspek
kegiatan usahanya.
Tujuan dari green marketing tidak hanya melihat profit sebagai satu-
satunya tujuan perusahaan, tetapi adanya tambahan kepedulian terhadap
lingkungan hidup karena pada hakikatnya green marketing mengurangi dampak
pada lingkungan. John Grant, (2021:89) membagi tujuan green marketing ke
dalam 3 tahap yaitu:
a. Green
Bertujuan ke arah untuk berkomunikasi bahwa merek atau perusahaan adalah
peduli lingkungan hidup. Tahapan ini merupakan tahapan awal bagi
perusahaan yang menerapkan konsep green marketing.
b. Greener
Selain untuk komersialisasi sebagai tujuan utama perusahaan, tetapi juga untuk
mencapai tujuan yang berpengaruh kepada lingkungan hidup. Perusahaan
mencoba merubah gaya konsumen mengkonsumsi/memakai produk. Misalnya
penghematan kertas, menggunakan kertas bekas maupun kertas recycle.
Menghemat air, listrik, penggunaan AC, dll.
c. Greenest
Perusahaan berusaha merubah budaya konsumen ke arah yang lebih peduli
lingkungan hidup. Budaya konsumen yang diharapkan adalah kepedulian terhadap
lingkungan dalam semua aktivitas tanpa terpengaruh oleh produk perusahaan yang
ditawarkan.
2.1.3 Manajemen Pemasaran Hijau (Green Marketing Management)
Kegiatan manajemen pemasaran dengan baik merupakan kunci penting
yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam menjalankan bisnis. Peneliti
mengangkat manajemen pemasaran hijau sebagai salah satu kegiatan penting yang
perlu diperhatikan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan
terhadap kelestarian lingkungan dan tidak hanya memandang keuntungan.
TABEL 2.2
MANAJEMEN PEMASARAN HIJAU (GREEN MARKETIN
MANAGEMENT) MENURUT PARA AHLI
Judul Definisi
No Nama Ahli
Buku/Jurnal
1 Dahlstrom Green Marketing mengemukakan bahwa “green
(2018:10) Management marketing management as the
process of planning and
executing marketing mix to
facilitate consumption,
production, distribution,
promotion, packaging and
product reclamation in a
manner that is sensitive or
responsive to ecological
concerns”. Pernyataan tersebut
dapat diartikan bahwa
manajemen pemasaran hijau
merupakan sebuah proses
perencanaan dan pelaksanaan
bauran pemasaran untuk
memfasilitasi konsumsi,
produksi, distribusi, promosi,
pengemasan dan reklamasi
produk dengan cara yang
sensitif atau responsif terhadap
masalah ekologi.
Sumber: sutain.wisconsin.edu
Gambar 2.1 Struktur Pendekatan Triple Bottom line
2.1.4 Bauran Pemasaran Hijau (Green Marketing Mix)
Bauran pemasaran hijau sama dengan bauran pemasaran konvensional.
Namun, prosesnya dalam bauran pemasaran hijau lebih ramah lingkungan
daripada bauran pemasaran konvensional. Di dalam penerapannya perusahan
perlu memodifikasi seluruh aspek yang berkaitan dengan bauran pemasaran hijau
seperti modifikasi produk, perubahan dalam proses pengemasan, perubahan harga,
tempat bahkan perubahan pada strategi promosi yang ditetapkan.
Menurut Agustina et al., (2016:172) green marketing mix atau bauran
pemasaran hijau merupakan kegiatan pemasaran yang terdiri beberapa unsur tanpa
menimbulkan dampak kerugian apapun bagi lingkungan sekitar. Adapun
unsurunsur dalam pemasaran hijau ialah sebagai berikut:
a. Produk Hijau (Green Product)
Produk yang dirancang dan diproses dengan suatu cara tertentu untuk
mengurangi dampak negatif bagi lingkungan dan tidak berbahaya bagi manusia,
tidak menghasilkan sampah berlebih dan tidak melibatkan kekejaman kepada
binatang. Selain itu produk hijau tidak hanya tentang membuat atau
mengembangkan sebuah produk dari bahan yang dapat di daur ulang namun juga
sejauh mana produk tersebut dapat berkontribusi terhadap pengurangan polusi,
mengatakan atribut produk terdiri dari kualitas produk, fitur produk, desain
produk.
b. Harga Premium (Green Price)
Berhubungan dengan individu yang bersedia membayar lebih tinggi untuk
produk hijau. Dengan kata lain harga premium berarti sejumlah nilai yang perlu
dikorbankan oleh konsumen untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau
menggunakan sebuah produk hijau. Harga yang ditetapkan untuk produk ramah
lingkungan akan bernilai lebih tinggi karena Di dalamnya terdapat biaya
perawatan dan pelestarian lingkungan.
c. Tempat (Green Place)
Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang digunakan sebagai saluran
distribusi yang meminimalkan dampak kerusakan lingkungan serta ditujukan
untuk mencapai target konsumen. Sistem distribusi ini mencakup lokasi,
transportasi dan pergudangan. Saluran distribusi yang ramah
d. Promosi (Green Promotion)
Aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan dan
menyampaikan manfaat produk atau jasa serta membujuk konsumen potensial
melalui iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan maupun hubungan
masyarakat yang berkonsep ramah lingkungan
2.1.5 Brand Familiarity
Brand familiarity (merek) merupakan salah satu bagian terpenting dari
suatu produk. Merek dapat menjadi suatu nilai tambah bagi produk baik itu
produk yang berupa barang atau jasa. Merek adalah identitas yang mudah
dikenali dan dapat menjanjikan nilai tertentu.
TABEL 2.3
BRAND FAMILIARITY MENURUT PARA AHLI
Green
Marketing
(X1) Purchase
intention
(Y)
Brand
Familiarity (x2)
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada
nilai (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu:
1. Variabel Terikat (dependent variable), yaitu variabel yang menjadi
perhatian utama peneliti (Sekaran, 2006). Variabel terikat adalah variabel
yang nilainya tergantung pada variabel lain, dimana nilainya akan berubah
jika variabel yang mempengaruhinya berubah (Sutrisni, 2010). Variabel
terikat dalam penelitian adalah minat beli konsumen (Y2).
2. Varibel Bebas (independent variable), yaitu variabel yang mempengaruhi
variabel terikat, entah secara positif atau negatif. Variabel independen
dalam penelitian ini terdiri dari green marketing (X1) dan brand awareness
(X2).
3. Variabel mediasi (intervening), yaitu variabel antara yang menghubungkan
sebuah variabel independen utama pada variabel dependen yang dianalisis.
Variabel ini berperan sama seperti fungsi sebuah variabel independen
(Ferdinand, 2006). Variabel intervening dalam penelitian ini adalah sikap
konsumen (Y1).
Keterangan :
n = ukuran sampel
Z = score pada tingkat signifikansi tertentu (derajat keyakinan ditentekuan 95%).
Maka, Z= 1,96
Moe = margin of error, tingkat kesalahan maksimum adalah 10% Dengan rumus
diatas maka dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut: 96,04 dibulatkan
menjadi 100
Berdasarkan perhitungan diatas maka diperoleh jumlah sampel yang akan diteliti
adalah 100 responden.
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah non
probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
menjadi sampel (Sugiyono, 2008). Peneliti menggunakan pertimbangan tertentu
dalam pengambilan sampel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan (sampling
purposive). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah orang yang sedang tinggal
di Kota Semarang dan mengetahui produk AMDK merek Ades.
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner.suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam
penelitian ini mengukur validitas dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar
skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel (Ghazali, 2012).
Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel.
Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan
atau indicator tersebut dinyatakan valid (Ghazali, 2012).
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
3.5.2.1 Uji Normalitas
Sumber: Husni (2010), Novitasari, dkk (2013), kusuma dan Untarini (2014), Siswanto
dan Rumambi (2013), Ansar (2013), diolah.
GAMBAR 3.1
MODEL ANALISIS REGRESI BERGANDA GREEN MARKETING DAN
BRAND AWARENESS TERHADAP MINAT BELI DIMEDIASI OLEH SIKAP
KONSUMEN
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai actual dapat diukur
dari Good of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai
koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. perhitungan statistic
disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah
kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima (Ghazali, 2012).
3.5.4.1 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
(Alba dan Hutchinson, 1987; Kent dan Allen, 1994). Campbell dan Keller (2003).
2009. “Cross-Cultural Advertising Communication: Visual Imagery, Brand
Familiarity, and Brand Recall.” Journal of Business Research 62(10):931–
38. doi: 10.1016/j.jbusres.2007.11.019.
Astuti (2004: 95). 2017. “Pengaruh Brand Familiarity Dan Sikap Skeptis Pada
Informasi Dalam Iklan Terhadap Minat Beli Konsumen Produk Shampo
Merek Lifebouy Dikota Yogyakarta.” (December).
Laroche, Michel, Chankon Kim, and Lianxi Zhou. 1996. “Brand Familiarity and
Confidence as Determinants of Purchase Intention: An Empirical Test in a
Multiple Brand Context.” Journal of Business Research 37(2):115–20. doi:
10.1016/0148-2963(96)00056-2.
Lee, Tan Shea, Mohd Shoki Md Ariff, Norhayati Zakuan, and Zuraidah Sulaiman.
2016. “Assessing Website Quality Affecting Online Purchase Intention of
Malaysia’s Young Consumers.” Advanced Science, Engineering and
Medicine 8(10):836–40. doi: 10.1166/asem.2016.1937.
Meilyna Rachmawatya dan Imanuddin Hasbi. 2020. “Jurnal Bisnis Dan Kajian
Strategi Manajemen PENGARUH GREEN MARKETING DAN BRAND
IMAGE TERHADAP MINAT BELI AMDK ADES Studi Pada Konsumen
Produk Air Minum Dalam Kemasan ADES Di Indonesia Jurnal Bisnis Dan
Kajian Strategi Manajemen.” 4:71–79.
Rahayu, Sri, Hijrah Hati, Niken Iwani, Surya Putri, Sigit Wibowo, and Anya
Safira. 2021. “Brand Familiarity vs pro Fi T-Sharing Rate : Which Has a
Stronger Impact on Muslim Customers ’ Intention to Invest in an Islamic
Bank ?” (May). doi: 10.1108/JIMA-08-2020-0247.
widiawaty, pengaruh brand familiarity terhadap minat beli. 2015. “No Title.”
Pengaruh Brand Familiarity Terhadap Purchase Intention Volume
8,N(pengaruh brand familiarity terhadap purchase intention melalui brand fit
pada hotel mulia jakarta):18.
Dawar, N. and Lei, J. (2009), “Brand crises: the roles of Brand familiarity and
crisis relevance in determining the impact on brand evaluations”,
Journal of Business Research, Vol. 62, pp.509−16.