Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH GREEN MARKETING, BRAND FAMILIARITY

TERHADAP PURCHASE INTENTION AIR MINUM DALAM


KEMASAN MEREK ADES

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Metode Penelitian Bisnis

Oleh

DIAH FAUZIAH

NIM.2000405

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Popularitas dan kepercayaan suatu merek terhadapnya dapat
memberikan rasa gengsi dan kebanggaan bagi konsumen, sehingga menjadi hal
pertama yang dipikirkan konsumen saat membeli suatu produk. (Laroche, Kim
dan Zhou 1996), di era modern peningkatan teknologi, pasar (persaingan) lebih
mudah memainkan produk yang dipasarkan untuk memberikan nilai tambah
kepada pelanggan dengan cara yang berbeda, sehingga pesaing tidak bisa begitu
saja meniru (Laroche, Kim, and Zhou 1996). Purchase Intention
menggambarkan berapa lama orang ingin membeli (Wang, Jain, Cheng, & Aung,
2012). Sementara itu, Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa minat beli
adalah kesediaan konsumen untuk mengkonsumsi suatu produk atau jasa
berdasarkan pengalamannya menggunakan dan mengkonsumsi produk tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen memiliki proses yang cukup panjang
sebelum mereka tertarik untuk membeli suatu produk. Kesadaran akan merek
merupakan kesanggupan seorang individu untuk mengingat dengan cepat akan
suatu brand yang merupakan bagian dari kategori produk tertentu (Aaker, 1996).
Pada dasarnya, niat beli mewakili apa yang menurut konsumen akan
mereka beli (Blackwell et.al, 2001). Menurut Brown (2003), konsumen yang
berniat membeli produk tertentu menunjukkan tingkat pembelian aktual yang
lebih tinggi daripada pelanggan yang tidak berniat membeli (Lee et al.
2016).Kepercayaan konsumen dapat dipahami sebagai dua jenis: pengetahuan
keyakinan ekstrim dan pilihan. Keyakinan pengetahuan mencerminkan
kepercayaan konsumen pada apa yang diketahui tentang merek yang dirasakan,
seperti atribut yang tersedia, pentingnya atribut tersebut, dan efektivitas merek
pada atribut tersebut. Keyakinan pilihan, di sisi lain, mencerminkan kepastian
konsumen tentang merek mana yang akan dipilih,.(Laroche et al. 1996)

Purchase Intention mengacu pada keinginan konsumen untuk membeli


produk atau jasa. Di tempat lain dengan kata lain, aspek lain yang konsumen beli
setelah mengevaluasi produk. Banyak faktor mempengaruhi niat konsumen ketika
memilih produk, dan keputusan akhir tergantung pada niat konsumen, yang
memiliki faktor eksternal yang besar (Keller, 2001). Keputusan pembelian
dipengaruhi oleh kelompok dari merek produk yang dikenal. Pemilihan merek
didasarkan pada kelompok merek yang koheren (Witt dan Bruce, 1972). Selain
itu, informasi tentang merek yang digunakan oleh anggota grup lainnya juga
memengaruhi keputusan untuk melewatkan merek saat ini dan beralih ke merek
yang digunakan oleh anggota grup lainnya (Witt, 1969). Dengan demikian,
orientasi yang baik dari konsumen mempengaruhi anggota lain untuk membeli
merek tertentu yang digunakan oleh anggota kelompok (Moschis, 1976) (Fathy
2015).

Perusahaan air minum dalam kemasan banyak bermunculan karena


ketertarikan investor dalam bidang ini, hal ini disebabkan karena investor melihat
peluang dari masyarakat yang telah beralih menggunakan AMDK untuk
kebutuhan hidup setiap hari. Selain ketertarikan terhadap maraknya industri
AMDK, para investor juga memperhatikan adanya beberapa merk baru yang
masuk dan keluar dari pasaran serta beberapa perusahaan air minum yang gulung
tikar. Berdasarkan fakta tersebut, studi ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan
suatu proyek pengadaan pabrik AMDK menguntungkan atau tidak. Studi
kelayakan proyek meliputi, aspek pasar, aspek teknis dan aspek ekonomi teknik.
(Putri, Qomariyah, and Nurhadi 2014)

Polusi plastik telah menjadi perhatian para pecinta lingkungan hidup


karena merupakan merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang sedang
dihadapi oleh masyarakat. Penggunaan produk plastik yang tidak ramah
lingkungan secara terus menerus dapat menyebabkan beberapa masalah
lingkungan hidup yang serius. Tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah sampah terus
meingkat setiap harinya. Data Bank Dunia pada tahun 2012 menunjukkan,
Indonesia menghasilkan 85 ribu ton sampah setiap harinya. Jumlah ini
diperkirakan akan terus meningkat hingga 150 ribu ton per hari pada 2025. Dari
sampah yang dihasilkan tersebut, timbunan sampah di Indonesia pada 2016
diketahui mencapai 65,2 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, komposisi sampah
plastik berkontribusi sebesar 16 %, atau sekitar 10 juta ton. Salah satu sampah
plastik yang menyebabkan meningkatnya jumlah timbunan sampah berasal dari
botol air minum dalam kemasan (AMDK) yang terbuat dari bahan plastik
sehingga membutuhkan ruang yang besar di tempat sampah. Pada saat ini industri
AMDK menjadi salah satu industri yang berkembang dengan sangat pesat di
Indonesia. Mulai banyak perusahaan yang terjun dalam industri AMDK,
Berdasarkan data dari Asosiasi Perusahaan Air Kemasan Indonesia (ASPADIN),
konsumsi AMDK pada tahun 2018 tercatat 29 miliar liter secara nasional dan
sudah terdapat lebih dari 700 perusahaan air minum dalam kemasan dengan rata-
rata kenaikan per tahun 10-12%. Banyak perusahaan yang mulai berlomba untuk
dapat menjadikan brand dari produk mereka menjadi yang terbaik (top brand)
sehingga dapat memperkuat bisnis mereka dan menambah laba penjualan.
(Meilyna Rachmawatya dan Imanuddin Hasbi 2020)

Sumber : (worldatlas.com 2020)


GAMBAR 1.1
WATER BOTTLE CONSUMING
Berdasarkan (Worldatlas,2020), Indonesia merupakan negara ke-4
pengguna botol plastik terbesar di dunia. Tercatat penggunaan botol plastik di
negara Indonesia mencapai 4.82 miliar gallons. Plastik Polyethylene
Terephthalate (PET) merupakan produk plastik yang paling banyak digunakan
setelah flexible plastic pada industri food and beverages dan diperkirakan akan
meningkat sebesar 4.2% di tahun 2019. Fakta lain yang ditemukan dari hasil
penelitian terbaru lembaga Sustainable Waste Indonesia yang menunjukkan
bahwa dari 350.000 ton botol PET yang dikonsumsi setiap tahun secara nasional,
terdapat sebanyak 216.047 ton botol PET atau sekitar 62% yang telah berhasil
dikumpulkan kembali, dan 38% belum berhasil dikumpulkan atau keberadaannya
masih mencemari lingkungan. tidak ada satupun makhluk hidup yang bisa hidup
tanpa air. Tubuh manusia terdiri dari mengandung air lebih dari 60% karena sel
dalam tubuh manusia menggunakan air sebagai nutrisi, mineral, dan bahan kimia
dalam proses biologi setiap fungsi dalam tubuh diatur dan tergantung pada air. Air
harus tersedia untuk membawa elemen penting yaitu Oksigen (O2), hormone dan
zat kimia pembawa pesan ke seluruh bagian tubuh. Oleh karena itu kebutuhan air
sangat penting maka kualitas hidup.

TABEL 1.1
Tingkat
No Brand Jenis air Kadar TDS Varian isi
keasaman
1. Air Mineral
EQUIL 89 mg/l 7,2 380ml, 760 ml
Alami
2. AQUA Air Mineral Tidak di Tidak di
380 ml, 750 ml
Reflection Alami ketahui ketahui
3. 240 ml, 330 ml,
Air Mineral 88 mg/L- 450 ml, 600 ml,
AQUA 6,7–7,2
Alami 190 mg/L 750 ml,1500 ml,
19000 ml
4. Air Mineral
Eternal Plus < 38 mg/L >8,3 250 ml, 500 ml
Alami
5. 400 ml, 600 ml,
Air Mineral Tidak di
Prestine 8 1500 ml, 19000
Alami ketahui
ml
6. Air Mineral 330 ml, 600 ml,
Le Mineral 177 mg/L 7,2-7,7
Alami 1500 ml
AIR MINUM DALAM KEMASAN TERBAIK 2021
Sumber : (Dinasti Review 2021)
Berbagai macam merek air mineral telah banyak dikenal oleh masyarakat
Khusus nya Batam antara lain Aqua, Sanford, Mindi, Vit, dan berbagai macam
merek air mineral dalam kemasan lainnya. Banyaknya merek air mineral yang
beredar di pasaran tentunya membuat konsumen melakukan pertimbangan tertentu
dalam memilih merek air minum yang akan dibeli dan yang akan dikonsumsi.

TABEL 1.2
NEGARA DENGAN CADANGAN AIR TAWAR TERBESAR DI DUNIA
No Negara Total Renewable Water
1 Brazil 8233
2 Russia 4498
3 Canada 3300
4 United States 3069
5 Indonesia 2838
6 China 2829.6
7 Colombia 2132
8 Peru 1913
9 India 1907.8
10 Kongo 1283
Sumber : Maps of world (2022)
Tabel 1.2 Menunjukan bahwa negara Indonesia berada di posisi kelima di
dunia dengan cadangan air tawar terbesar yang memiliki sumber air sebanyak
2838 meter kubik, sedangkan untuk posisi pertamanya ditempati oleh negara
Brazil dengan cadangan air tawar yang memiliki sumber air sebanyak 8233 meter
kubik. Indonesia sendiri meski dikenal kaya akan sumber daya air sejumlah
wilayah Indonesia justru kerap dilanda krisis air bersih.
Sumber : Databoks (2020)
GAMBAR 1.2
PRESENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR UTAMA YANG
DIGUNAKAN UNTUK MINUM
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, air isi ulang menjadi
sumber air minum utama yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga di
Indonesia pada tahun 2020. Ada 29,1% rumah tangga yang menyatakan minum
air isi ulang. Sebanyak 19,09% rumah tangga memilih minum air yang berasal
dari sumur bor atau pompa. Kemudian ada 14,35% rumah tangga yang minum air
dari sumur terlindung. Ada 10,23% rumah tangga yang minum dari air kemasan
bermerek pada tahun 2020. Sedangkan, sebanyak 9,87% rumah tangga meminum
air yang berasal dari leding atau kran.
TABEL 1.3
DAFTAR AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA
No Perusahaan Merek
1 PT.Tirta Investama AQUA
2 PT.Akasha Wira Internasional, Tbk Nestle Pure Life
3 PT.Coca Cola Amatil Indonesia Ades
4 PT.Panfila Indosari Ron 88
5 PT.Amidis Tirta Mulia Amidis
6 PT.Buana Tirta Abadi Vit
7 PT.Duta Serpack Inti 2Tang
8 PT.Tirta Tama Bahagia Club
9 PT.Sariguna Prima Tirta Cleo
10 PT.Tirta AMarta Bottling Company Viro
11 PT.Super Wahana Tehno Pristine
12 PT.Tirta Fresindo Jaya Le minerale
13 PT Indo Tirta Jaya Aguaria
14 PT.Tri Banyan Tirta. Tbk Alto
15 PT.Oasis Waters Internasional Oasis
16 PT.Muawana Al Ma‟some Al Ma‟soem dan Quam
Zam
17 PT.Sinar Sosro Prim-A
18 PT.Atlentic Biruraya Cheers
Sumber :(ASPADIN 2020)

Hal ini menunjukkan bahwa persaingan produk air minum dalam


kemasan (AMDK) sangat kompetitif di Indonesia karena banyaknya merek air
minum dalam kemasan di Indonesia yang menyebabkan persaingan yang ketat
antar perusahaan tersebut. Setiap produsen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
membuat variasi produk untuk menarik perhatian konsumen, didukung dengan
strategi pemasaran yang baik. Selain menggunakan strategi pemasaran, setiap
bisnis harus memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan bisnis lainnya.
Perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) bersaing untuk mendapatkan
perhatian konsumen dengan melakukan berbagai upaya untuk membeli produknya
guna memperluas pangsa pasarnya, yang berdampak pada penjualan produk.
Pangsa pasar yang berkembang juga menjadi salah satu indikator keberhasilan
suatu perusahaan.

TABEL 1.4
TOP BRAND INDEX AIR MINUM DALAM KEMASAN TAHUN 2019-2022
Top Brand Index
Brand 2019 2020 2021 2022
Aqua 61.0% 61.5% 62.5% 57.2%
Le minerale 5.0% 6.1% 4.6% 12.5%
Ades 6.0% 7.8% 7.5% 6.4%
Cleo 4.7% 3.7% 3.7% 4.2%
Club 5.1% 6.6% 5.8% 3.8%
Sumber: (Top Brand Index, 2019,2020,2021,2022)
Hal ini menunjukkan bahwa Ades menempati urutan ke-3 dengan rata-
rata Top Brand Indeks sebesar 6,9%. Pada tahun 2019 hasil penjualan Ades
sebesar 6,0%, lalu pada tahun 2020 penjualan Ades tumbuh 1,8% jumlah dari
tahun sebelumnya 7,8%, namun pada tahun 2021 penjualan Ades turun menjadi
7,5% dan mengalami penurunan tajam menjadi 6.4% pada tahun 2022.

Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukan terdapat beberapa faktor


yang berpengaruh terhadap Purchase Intention, hasil penelitiannya menjelaskan
bahwa Green marketing berpengaruh secara signifikan posistif terhadap Purchase
Intention. Konsumen kini lebih pintar dalam mengkonsumsi produk. Mereka tidak
hanya sekedar membeli produk tapi juga memperhatikan apa manfaat dari produk
tersebut. Bahkan konsumen yang tidak akan segan untuk mengeluarkan biaya
lebih untuk mendapatkan produk yang berkualitas. Hampir sebagian besar produk
minuman siap minum dikemas dalam botol plastik (Septiani, 2014). Hal ini tentu
akan berdampak pada lingkungan seperti pencemaran limbah plastik yang
semakin meningkat. Saat ini telah muncul istilah Green consumerism. Green
consumerism merupakan kesadaran konsumen akan hak-haknya untuk
mendapatkan produk yang layak, aman, dan produk yang ramah lingkungan
(environment friendly) (Balawera, 2013). Maraknya isu global warming
diberbagai belahan dunia, secara tidak langsung turut mempengaruhi pola perilaku
hidup masyarakat. Bahkan di Indonesia, produk-produk ramah lingkungan
mendapatkan tempat tersendiri di hati konsumen (bisnisukm.com). Sehingga
banyak perusahaan yang menggunakan strategi pemasaran dengan mengangkat
isu-isu tentang lingkungan untuk menarik perhatian konsumen atau lebih dikenal
dengan green marketing. Green marketing merupakan pendekatan pemasaran
yang baru menjadi perhatian karena semakin banyak kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh bencana atau manusia itu sendiri.

The Coca-cola Company menampilkan Ades sebagai air minum dalam


kemasan yang murni, aman dan terpercaya. Botol Ades 600 ml memakai bahan
plastik yang lebih sedikit sehingga mudah diremukkan. Dengan volume botol
kosong yang lebih kecil setelah diremukkan, maka akan menghemat ruang
ditempat sampah. Dan selanjutnya juga menghasilkan jejak emisi karbon yang
lebih kecil saat sampah tersebut diangkut. Perusahaan ini sudah mulai
menerapkan praktik hijau dimana secara garis besar menyatakan dalam
melindungi lingkungan dengan cara menghasilkan produk yang dibuat
dengan perusakan lingkungan seminimal mungkin (Palaguna & Ekawati, 2016).
(Dimediasi and Brand 2021)

Dengan tampilan baru ini, Ades memiliki misi untuk menjadikan


Indonesia lebih baik melalui tindakan sederhana untuk lingkungan (Coca-
colaamatil.com). Ades memperkenalkan tiga langkah dalam mengkonsumsi
sebuah air minum dalam kemasan yaitu Pilih, Minum, dan Remukkan. Ades ingin
menyasar para generasi muda yang memiliki kekuatan untuk melakukan
perubahan, terbuka terhadap peluang baru, dan siap mewujudkannya dalam
tindakan nyata. Dengan inovasi produk yang ramah lingkungan, CCAI mencoba
meningkatkan kesadaran dari para konsumen untuk lebih peka terhadap
lingkungan Berdasarkan uraian diatas, dimana konsumen kini lebih cerdas dalam
memilih produk dan muncul berbagai merek dengan keunggulannya masing-
masing yang membuat persaingan bisnis di industri AMDK semakin sulit. Suatu
produk dikatakan telah dikonsumsi oleh konsumen apabila produk tersebut telah
diputuskan oleh konsumen untuk dibeli. Keputusan untuk membeli dipengaruhi
oleh nilai produk yang dievaluai. Bila manfaat yang dirasakan lebih besar
dibanding pengorbanan untuk mendapatkannya, maka dorongan untuk
membelinya semakin tinggi. (Krishna et al. n.d.)

Brand Familiarity menjadi salah satu solusi strategi pemasaran yang


tepat untuk meningkatkan minat beli karena pengetahuan yang terbatas mengenai
brand akan menuntun pada usaha kognitif yang lebih besar dalam membuat
keputusan pembelian, hal ini menunjukan bahwa pelanggan dengan hubungan
brand yang tidak familiar akan mengalami kesulitan dalam mencari informasinya
tentunya akan mengakibatkan hasil penilaian. Brand yang sudah familiar atau
tanda kualitas akan menjadi petunjuk yang kuat dan dapat mempengaruhi
keputusan pembelian (Widiawaty 2015) Brand Familiarity mengacu pada jumlah
waktu yang dihabiskan pelanggan untuk memproses yang terkait dengan merek
informasi, terlepas dari jenis atau konten yang terlibat (Baker et al., 1986). Brand
Familiarity bentuk struktur pengetahuan merek konsumen (Campbell dan Keller,
2003). Brand Familiarity penting dalam mempengaruhi proses konsumen dan
tahapan pembiasaan dan kebosanan (Campbell dan Keller, 2003). Berdasarkan
analisis historis, merek tersebut memiliki pengaruh yang kuat asosiasi dengan
indera manusia (Bastos dan Levy, 2012) seperti persepsi harga, persepsi risiko
dan kualitas layanan yang dirasakan (Nguyen et al., 2015). Brand Familiarity juga
mempengaruhi kepercayaan merek pelanggan, kesukaan dan niat perusahaan
merek (Ha dan Perks, 2005; Nguyen dkk., 2015). Efek ini bahkan diperkuat di
sektor berbasis kepercayaan, seperti dalam keuangan produk yang terkait dengan
perbankan, asuransi, dan investasi karena keakraban merek adalah dianggap
sebagai salah satu faktor terpenting dalam menarik dan mempertahankan
pelanggan di pasar keuangan (Cronin et al., 2000).(Rahayu et al. 2021)

Popularitas dan kepercayaan terhadap suatu merek dapat memberikan rasa


prestige dan bangga kepada konsumennya sehingga hal tersebut menjadi hal yang
pertama yang menjadi pertimbangan konsumen untuk mempunyai niat membeli
suatu produk, (Astuti (2004: 95) 2017) ,dalam literatur psikologis kepercayaan
keseluruhan evaluasi merek sering dianggap sebagai salah satu dimensi dari
konstruksi sikap, (Laroche et al. 1996). Dimasa kini dengan kecanggihan
teknologi yang semakin meningkat mempermudah permainan dipasar
(persaingan) dalam meniru produk yang dipasarkan. Hal tersebut menyebabkan
produk yang khusus atau sulit diperoleh, kini menjadi komoditas yang mudah
diperoleh, pemasaran dituntut untuk senantiasa menawarkan nilai tambah kepada
pelanggan dengan berbagai cara agar tidak dapat ditiru dengan mudah oleh
pesaing.

Brand Familiarity mencerminkan 'bagian pikiran' dari konsumen tertentu


dicapai untuk merek tertentu dan sejauh mana konsumen langsung dan
pengalaman tidak langsung dengan sebuah merek (Alba dan Hutchinson, 1987;
Kent dan Allen, 1994). Campbell dan Keller (2003) berpendapat bahwa Brand
Familiarity ditentukan oleh kekuatan asosiasi bahwa nama merek membangkitkan
dalam memori konsumen, dan dengan cara ini dapat menangkap skema sikap
merek konsumen. Temuan mereka menunjukkan efek utama dari keakraban
merek pada ingatan merek yang tidak ditandai sedemikian rupa sehingga merek
yang sudah dikenal lebih baik diingat daripada merek yang tidak dikenal (Alba
dan Hutchinson, 1987; Kent dan Allen 2009). Pentingnya peranan merek dalam
proses pengambilan keputusan konsumen membuat pemasar menempatkan merek
sebagai salah satu asset perusahaan yang paling penting. Berberapa hal yang
melatar belakangi tumbuhnya minat pada pengelolaan merek. Pertama, banyak
perusahaan besar di dunia yang tidak segan-segan membayar untuk
mempertahankan merek produk-produk yang mereka hasilkan. Mereka
menyadarkan bahwa menciptakan merek baru yang memiliki ekuitas yang sama
kuatnya di pasar membutuhkan investasi yang jauh lebih besar dibandingkan
mempertahankan merek-merek yang sudah ada . Kedua, pemasar professional
menyadari bahwa menggunakan harga sebagai komoditas.Pemasaran saat ini
yakin bahwa strategi pemasaran yang saat ini sebaiknya ditempuh adalah
membangun kekuatan berkelanjutan berdasarkan pada non-price competition.
Ketiga, pemasar menyadari pentingnya mengoptimalkan utilisasi asset mereka
untuk memaksimalkan kinerja perusahaan. Aset utama yang biasa di eksploitas
adalah merek (Astuti (2004: 95) 2017)

Kepercayaan konsumen dapat dikonseptualisasikan sebagai dua jenis,


keyakinan tepi pengetahuan dan keyakinan pilihan. Keyakinan pengetahuan
mencerminkan kepastian konsumen tentang apa yang diketahui tentang merek
yang dipertimbangkan, seperti atribut yang tersedia, pentingnya atribut tersebut,
dan kinerja merek pada atribut tersebut. Keyakinan pilihan, di sisi lain tangan,
mencerminkan kepastian konsumen mengenai merek mana untuk memilih,
Dickson, dan Wilkie (1989), Park dan Lessig (1981) menunjukkan bahwa
individu kepercayaan keseluruhan pada merek yang dipilih yaitu kepercayaan
pilihan merupakan fungsi dari keakraban seseorang dengan merek. Dulu
menemukan bahwa pada tingkat keakraban yang rendah, konsumen tidak cukup
diskriminatif dalam pilihan mereka. Akibatnya, tidak dikenal konsumen lebih
cenderung menunjukkan tingkat pilihan yang rendah kepercayaan diri.(Laroche et
al. 1996)

Berdasarkan uraian diatas, dimana konsumen kini lebih cerdas dalam


memilih produk dan muncul berbagai merek dengan keunggulannya masing-
masing yang membuat persaingan bisnis di industri AMDK semakin sulit. Maka
penulis tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul “Pengaruh Green
marketing, Brand Familiarity terhadap Minat Beli Air Minum dalam Kemasan
Merek Ades”.

1.2 Rumusan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan masalah


penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh Green marketing terhadap minat beli pada


produk AMDK merek Ades?
2. Apakah terdapat pengaruh Brand Familiarity terhadap sikap konsumen
pada produk AMDK merek Ades?
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan penelitian, maka tujuan penelitian ini untuk


memperoleh temuan mengenai:

1. Untuk menganalisis pengaruh Green marketing terhadap minat beli pada


produk AMDK merek Ades.
2. Untuk menganalisis pengaruh Brand Familiarity terhadap minat beli pada
produk AMDK merek Ades.
1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis


maupun praktis sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat memberikan maanfaat bagi perusahaan sebagai sumber


informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
minat beli konsumen terhadap suatu produk
2. Penelitian ini dapat memberikan maanfaat Bagi pembaca Menambah
wawasan dan dapat digunakan sebagai pembanding bagi pembaca yang
ingin melaksanakan penelitian dibidang pemasaran khususnya tentang
minat beli.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka dari suatu penelitian sering disebut juga sebagai studi
literatur atau tinjauan pustaka, dimana didalamnya memaparkan landasan teori
baik secara umum maupun secara khusus yang berkaitan dengan permasalahan
dan variabel yang diteliti. Kajian pustaka ini diperlukan agar penelitian yang
dilakukan mempunyai dasar teori yang kokoh. Teori yang akan dikemukakan
dalam sub bab ini adalah teori yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat
yaitu Pengaruh Green Marketing, Brand Familiarity Terhadap Purchase Intention
Air Minum Dalam Kemasan Merek Ades. Pada uraian selanjutnya peneliti akan
menyajikan kerangka landasan teori yang digunakan.
2.1.1 Pendekatan Teori yang Digunakan
Peneliti menggunakan berbagai banyak sumber dan literatur baik berupa
buku maupun referensi lain sebagai landasan teori. Selain landasan teori,
dilakukan juga pengkajian hasil penelitian sebelumnya dari jurnal-jurnal yang
mendukung sebagai acuan atau referensi peneliti. Judul yang diangkat dalam
penelitian ini adalah Pengaruh Green Marketing, Brand Familiarity Terhadap
Purchase Intention Air Minum Dalam Kemasan Merek Ades.
2.1.2 Pemasaran Hijau (Green Marketing)
Pemasaran merupakan salah satu fungsi bisnis dalam perusahaan untuk
mencapai target penjualan yang telah ditetapkan sebelumnya serta
mempertahankan dan mengembangkan siklus hidup perusahaannya. Hal ini
disebabkan karena pemasaran merupakan sebuah aktivitas yang berhubungan
langsung dengan konsumen lebih dari itu kegiatan pemasaran juga meliputi proses
analisis dan pengevaluasian terhadap segala kebutuhan dan keinginan konsumen.
Saat ini mulai banyak perusahaan yang berusaha untuk memproduksi
produk yang menarik dengan melakukan inovasi strategi perusahaan menjadi
lebih hijau atau disebut juga green marketing yakni menjadikan produknya
sebagai produk ramah lingkungan.
TABEL 2.1
PEMASARAN HIJAU (GREEN MARKETING) MENURUT PARA AHLI
N Judul Definisi
Nama Ahli
o Buku/Jurnal
1 Delafrooz dan Effect of green pemasaran hijau merupakan
Nouri marketing on sebuah tindakan yang
consumer dimaksudkan untuk
purchase menggantikan kebutuhan dan
behavior. keinginan saat ini dengan
qscience connect. dampak berbahaya minimal
terhadap lingkungan, alat green
marketing guna sebagai sarana
dalam mengkomunikasikan
praktik-praktik diantaranya
eco-label, eco-brand dan
environmental advertisement.

2 Arseculeratne & How Green konsep pemasaran hijau


Yazdanifard Marketing Can mencakup karakteristik
Create A eksklusif seperti pemasaran
Sustainable produk yg safety bagi
Competitive lingkungan. Pengembangan dan
Advantage for A pemasaran produk yang bisa
Business. meminimalkan bahaya bagi
International lingkungan, menghasilkan,
Business mempromosikan dan mengemas
Research produk dengan cara yang sesuai
sebagai akibatnya melindungi
lingkungan. Dari konsep
pemasaran hijau dapat
diperoleh manfaat seperti
menghasilkan produk yang
ramah lingkungan, produsen
dan pemasaran iklan
mengembangkan produk yang
mereka upayakan untuk
memenuhi keinginan
masyarakat yang peduli akan
lingkungan serta lebih inovatif

3 Mintu and Lozada Green Marketing mendefinisikan pemasaran rama


(1993) dalam Lozad Education: A h lingkungan (green marketing)
a Call. For sebagai “aplikasi dari
Action,"Marketin alat pemasaran untuk
g Education memfasilitasi perubahan yang
Review memberikan kepuasan
organisasi dan tujuan
individual dalam melakukan
pemeliharaan, perlindungan,
dan konservasi pada lingkungan
fisik.

Jika suatu perusahaan ingin tetap menguasai pangsa pasar di era tekanan
lingkungan serta tekanan persaingan antar kompetitor dalam strategi pemasaran
hijau maka perusahaan harus mengintegrasikan konsep ini ke dalam seluruh aspek
kegiatan usahanya.
Tujuan dari green marketing tidak hanya melihat profit sebagai satu-
satunya tujuan perusahaan, tetapi adanya tambahan kepedulian terhadap
lingkungan hidup karena pada hakikatnya green marketing mengurangi dampak
pada lingkungan. John Grant, (2021:89) membagi tujuan green marketing ke
dalam 3 tahap yaitu:
a. Green
Bertujuan ke arah untuk berkomunikasi bahwa merek atau perusahaan adalah
peduli lingkungan hidup. Tahapan ini merupakan tahapan awal bagi
perusahaan yang menerapkan konsep green marketing.
b. Greener
Selain untuk komersialisasi sebagai tujuan utama perusahaan, tetapi juga untuk
mencapai tujuan yang berpengaruh kepada lingkungan hidup. Perusahaan
mencoba merubah gaya konsumen mengkonsumsi/memakai produk. Misalnya
penghematan kertas, menggunakan kertas bekas maupun kertas recycle.
Menghemat air, listrik, penggunaan AC, dll.
c. Greenest
Perusahaan berusaha merubah budaya konsumen ke arah yang lebih peduli
lingkungan hidup. Budaya konsumen yang diharapkan adalah kepedulian terhadap
lingkungan dalam semua aktivitas tanpa terpengaruh oleh produk perusahaan yang
ditawarkan.
2.1.3 Manajemen Pemasaran Hijau (Green Marketing Management)
Kegiatan manajemen pemasaran dengan baik merupakan kunci penting
yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam menjalankan bisnis. Peneliti
mengangkat manajemen pemasaran hijau sebagai salah satu kegiatan penting yang
perlu diperhatikan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan
terhadap kelestarian lingkungan dan tidak hanya memandang keuntungan.
TABEL 2.2
MANAJEMEN PEMASARAN HIJAU (GREEN MARKETIN
MANAGEMENT) MENURUT PARA AHLI
Judul Definisi
No Nama Ahli
Buku/Jurnal
1 Dahlstrom Green Marketing mengemukakan bahwa “green
(2018:10) Management marketing management as the
process of planning and
executing marketing mix to
facilitate consumption,
production, distribution,
promotion, packaging and
product reclamation in a
manner that is sensitive or
responsive to ecological
concerns”. Pernyataan tersebut
dapat diartikan bahwa
manajemen pemasaran hijau
merupakan sebuah proses
perencanaan dan pelaksanaan
bauran pemasaran untuk
memfasilitasi konsumsi,
produksi, distribusi, promosi,
pengemasan dan reklamasi
produk dengan cara yang
sensitif atau responsif terhadap
masalah ekologi.

2 Polinsky (1994) Green Marketing Green Marketing atau bisa juga


disebut dengan environmental
marketing didefinisikan sebagai
konsistensi dari semua aktivitas
yang mendesain pelayanan dan
fasilitas bagi kepuasan
kebutuhan dan keinginan
manusia, dengan tidak
menimbulkan dampak pada
lingkungan alam.
3 Mintu and Lozada Green Marketing Mendefinisikan pemasaran ram
(1993) dalam Lozad Education: A ah lingkungan (green
a Call. For marketing) sebagai “aplikasi
Action,"Marketin dari alat pemasaran untuk
g Education memfasilitasi perubahan yang
Review memberikan kepuasan
organisasi dan tujuan
individual dalam melakukan
pemeliharaan, perlindungan,
dan konservasi pada lingkungan
fisik.

Tolak ukur keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan


manajemen pemasaran hijau dapat dilihat melalui triple bottom line atau sering
disebut pula tiga pilar pendukung, diantaranya sebagai berikut:
a. People (social performance)
Perusahan perlu menjaga komitmennya dalam memberikan manfaat
kepada masyarakat sekitar seperti dengan membuat kegiatan sosial yang ditujukan
bagi masyarakat sekitar yang berada di lingkungan perusahaan, dengan begitu
akan terciptanya hubungan baik antara perusahaan dan masyarakat sekitar
b. Planet (environmental performance)
Bagaimana perusahaan berusaha menciptakan bisnis yang selaras dengan
alam dan meminimalkan dampak negatif bagi lingkungan. Dimana tujuannya 33
yaitu untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menghindari dampak buruk yang
mungkin bisa merusak lingkungan, seperti banjir, kebakaran lahan, hingga climate
change (perubahan iklim).
c. Profit (economic performance)
Dapat diartikan bahwa perusahaan perlu tetap fokus dalam menjaga
keberlangsungan hidup perusahaan lewat keuntungan yang didapatkan.

Sumber: sutain.wisconsin.edu
Gambar 2.1 Struktur Pendekatan Triple Bottom line
2.1.4 Bauran Pemasaran Hijau (Green Marketing Mix)
Bauran pemasaran hijau sama dengan bauran pemasaran konvensional.
Namun, prosesnya dalam bauran pemasaran hijau lebih ramah lingkungan
daripada bauran pemasaran konvensional. Di dalam penerapannya perusahan
perlu memodifikasi seluruh aspek yang berkaitan dengan bauran pemasaran hijau
seperti modifikasi produk, perubahan dalam proses pengemasan, perubahan harga,
tempat bahkan perubahan pada strategi promosi yang ditetapkan.
Menurut Agustina et al., (2016:172) green marketing mix atau bauran
pemasaran hijau merupakan kegiatan pemasaran yang terdiri beberapa unsur tanpa
menimbulkan dampak kerugian apapun bagi lingkungan sekitar. Adapun
unsurunsur dalam pemasaran hijau ialah sebagai berikut:
a. Produk Hijau (Green Product)
Produk yang dirancang dan diproses dengan suatu cara tertentu untuk
mengurangi dampak negatif bagi lingkungan dan tidak berbahaya bagi manusia,
tidak menghasilkan sampah berlebih dan tidak melibatkan kekejaman kepada
binatang. Selain itu produk hijau tidak hanya tentang membuat atau
mengembangkan sebuah produk dari bahan yang dapat di daur ulang namun juga
sejauh mana produk tersebut dapat berkontribusi terhadap pengurangan polusi,
mengatakan atribut produk terdiri dari kualitas produk, fitur produk, desain
produk.
b. Harga Premium (Green Price)
Berhubungan dengan individu yang bersedia membayar lebih tinggi untuk
produk hijau. Dengan kata lain harga premium berarti sejumlah nilai yang perlu
dikorbankan oleh konsumen untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau
menggunakan sebuah produk hijau. Harga yang ditetapkan untuk produk ramah
lingkungan akan bernilai lebih tinggi karena Di dalamnya terdapat biaya
perawatan dan pelestarian lingkungan.
c. Tempat (Green Place)
Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang digunakan sebagai saluran
distribusi yang meminimalkan dampak kerusakan lingkungan serta ditujukan
untuk mencapai target konsumen. Sistem distribusi ini mencakup lokasi,
transportasi dan pergudangan. Saluran distribusi yang ramah
d. Promosi (Green Promotion)
Aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan dan
menyampaikan manfaat produk atau jasa serta membujuk konsumen potensial
melalui iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan maupun hubungan
masyarakat yang berkonsep ramah lingkungan
2.1.5 Brand Familiarity
Brand familiarity (merek) merupakan salah satu bagian terpenting dari
suatu produk. Merek dapat menjadi suatu nilai tambah bagi produk baik itu
produk yang berupa barang atau jasa. Merek adalah identitas yang mudah
dikenali dan dapat menjanjikan nilai tertentu.
TABEL 2.3
BRAND FAMILIARITY MENURUT PARA AHLI

1 Aaker (1991) Managing brand Mengatakan salah satu


equit : capitalizing konsep utama adalah
on the value of a menjelaskan mekanisme
brand name pengaruh keterkenalan
nama pada penilaian
pelanggan adalah hubungan
nama.
2 Alba dan Hutchinson ournal of costumer Mengemukakan bahwa brand
(1987) familiarity berfungsi sebagai
research
Dimensions of sumber informasi penting
costumer tentang suatu merek, yang
ditingkatkan oleh akumulasi
pengalaman dalam suatu
merek atau seringnya terpapar
dengan merek tersebut.

Faktanya pelanggan dapat lebih mudah mengakses dan memproses


informasi untuk keterkenalan nama daripada nama yang tidak terkenal karena
hubungan yang dibangun dengan baik. Jika pelanggan memiliki hubungan yang
kuat dan menyenangkan dengan nama yang terkenal ini seperti memiliki
hubungan positif dengan nama.
2.1.6 Fungsi Brand Familiarty
Bagi konsumen, fungsi Brand familiarity dapat mengidentifikasi mutu
produk baik berupa barang maupun jasa. Disamping itu merek dapat
meningkatkan efisiensi pembeli. Dengan adanya nama/merek maka akan
memudahkan pembeli menemukan produk yang dicari/dibeli. Hal ini tentunya
lebih efisien dan efektif. Brand juga dapat membantu menarik perhatian
konsumen atas suatu produk baru yang mungkin memberikan keuntungan bagi
mereka.
Fungsi Brand bagi produsen adalah memudahkan penjual untuk
memproses pesanan dan menelusuri masalah yang timbul dan dapat membantu
penjual dalam melakukan segmen pasar juga membantu penjual dalam menarik
pelanggan/konsumen yang setia dan yang menguntungkan. Brand bagi
produsen dapat mengidentifikasikan produk dalam perdagangan dan
mengidentifikasi keunggulan produk yang dimiliki yang membedakan
produk tersebut dengan produk lain terutama produk saingan.
2.1.7 Bran Fit
Park (1996) mendefinisikan cabang nama sebagai dua atau lebih nama
untuk membentuk produk atau jasa baru yang memberikan nilai yang lebih baik
untuk pelanggan. Cabang nama ini diakui sebagai cara untuk mendapatkan
tujuan tertentu dan untuk meningkatkan nilai nama dalam pasaran. Ketika dua
nama ini digabungkan dalam persekutuan maka pelanggan secara alami akan
menilai dua nama sebagai satu kesatuan. Umumnya cabang nama didasarkan
pada kesesuaian atau persamaan antara nama atau kategori produk. Sehingga
kesesuaian yang diterima antar nama adalah faktor yang penting dalam menilai
keberhasilan strategi cabang nama.
Brand Fit sangat penting untuk hotel yang ingin menarik calon
pelanggan baru tanpa pengalaman nama sebelumnya atau pengetahuan karena
pelanggan ini melihat hotel sebagai sinyal isyarat untuk merek, posisi hotel dan
kualitas hotel tersebut. Schmiit dan Simonson (2007) mendukung pandangan
bahwa merek harus dimasukan ke dalam identitas hotel. Mengingat bahwa setiap
perkenalan dengan merek dalam bentuk pengetahuan tentang merek
akan meningkatkan dan memperluas dampak dari hotel tersebut.
Brand Fit merupakan penguatan merek yang sangat penting bagi
konsumen atau pelanggan yang sebelumnya belum mengetahui pentingnya
pengalaman merek. Dengan adanya kesesuaian konsumen dan pengalaman merek
maka akan mengakibatkan reposisi yang memuaskan.
2.1.8 Purchase Intention
TABEL 2.4
PURCHASE INTENTION MENURUT PARA AHLI
Judul Definisi
No Nama Ahli
Buku/Jurnal
1 Kottler (1999) Prinsip-Prinsip Perilaku konsumen
Pemasaran, menentukan niat beli
Eduisi Delapan konsumen. Pemasar perlu
memusatkan perhatian pada
niat beli konsumen. Minat
beli adalah suatu keadaan
dalam diri seseorang pada
dimensi kemungkinan
subjektif yang meliputi
hubungan antara orang itu
sendiri dengan beberapa
tindakan. Minat beli
mengacu pada hasil dari
tindakan yang kelihatan
dalam situasi yaitu minat
untuk melakukan respon
nyata khusus yang akan
diramalkan.

2 Simamora (2002) Panduan Riset Purchase Intention adalah


Perilaku minat atau sesuatu yang
Konsumen. pribadi dan berhubungan
dengan sikap individu yang
berminat terhadap suatu
objek akan mempunyai
kekuatan atau dorongan
untuk melakukan
serangkaian tingkah laku
untuk mendekati atau
mendapatkan objek
tersebut.
3 Anoraga (2001) Psikologi dalam Menyatakan bahwa
Perusahaan. popularitas dan kepercayaan
terhadap suatu merek dapat
memberikan rasa prestige
dan banggakepada
konsumennya sehingga hal
tersebut menjadi hal yang
pertama dan utama yang
menjadi pertimbangan
konsumen untuk mempunyai
niat membeli suatu produk.
Minat membeli dan sikap
royal dari konsumen adalah
hal terpenting bagi hotel
untuk dapat
mempertahankan
eksistensinya dan agar dapat
konsumen yang ada dan
menarik perhatian
konsumen baru. Hotel harus
memberikan tingkat
pelayanan yang baik dan
tenaga kerja yang
berkualitas supaya memberik
kesan pengalaman positif
kepada konsumen dan pada
akhirnya dapat tercipta rasa
kepuasan dan percaya
konsumen terhadap hotel
tersebut. Hal inilah yang
dijadikan alasan untuk
mengangkat minat beli
(Purchase Intention) yang
dipengaruhi oleh kepuasan
dan kepercayaan
konsumen. Media sosial
juga diharapkan bisa
membantu dalam penyebaran
informasi dan media promosi
dari hotel tersebut sehingga
dapat meningkatkan minat
beli pembelian konsumen.

2.2 Kerangka Pemikiran

Rancangan penelitian ini merupakan survey yang bertujuan untuk


menguji hipotesis mengenai Pengaruh Green Marketing, Brand Familiarity
Terhadap Purchase Intention Air Minum Dalam Kemasan Merek Ades, dimana
menitikberatkan pada pengujian hipotesis dengan menggunakan data terukur
sehingga diharapkan akan dapat ditarik suatu kesimpulan.

Green
Marketing
(X1) Purchase
intention

(Y)
Brand
Familiarity (x2)

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir peneletian


2.3 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:182) mengemukakan bahwa hipotesis adalah


jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran dai atas, maka hipotesis
penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Green Marketing,
Brand Familiarity Terhadap Purchase Intention Air Minum Dalam Kemasan
Merek Ades baik secara parsial dan simultan”. Berdasarkan tinjauan diatas maka
hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

H1: Green Marketing diduga berpengaruh terhadap keputusan pembelian Air


Minum Dalam Kemasan Merek Ades (x1)

H2: Brand Familiarity diduga berpengaruh terhadap keputusan pembelan


pembelian Air Minum Dalam Kemasan Merek Ades (x2)
H3: Purchase Intention diduga Green Marketing dan Brand Familiarity
mempengaruhi keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian air minum bermerk
(Y)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada
nilai (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu:
1. Variabel Terikat (dependent variable), yaitu variabel yang menjadi
perhatian utama peneliti (Sekaran, 2006). Variabel terikat adalah variabel
yang nilainya tergantung pada variabel lain, dimana nilainya akan berubah
jika variabel yang mempengaruhinya berubah (Sutrisni, 2010). Variabel
terikat dalam penelitian adalah minat beli konsumen (Y2).
2. Varibel Bebas (independent variable), yaitu variabel yang mempengaruhi
variabel terikat, entah secara positif atau negatif. Variabel independen
dalam penelitian ini terdiri dari green marketing (X1) dan brand awareness
(X2).
3. Variabel mediasi (intervening), yaitu variabel antara yang menghubungkan
sebuah variabel independen utama pada variabel dependen yang dianalisis.
Variabel ini berperan sama seperti fungsi sebuah variabel independen
(Ferdinand, 2006). Variabel intervening dalam penelitian ini adalah sikap
konsumen (Y1).

3.1.2 Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Sugiyono (2004) adalah suatu definisi yang


diberikan pada suatu variabel dengan memberikan arti atau menspesifikasikan
kegiatan atau membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur
variabel tersebut. Definisi opersional dalam penelitian ini dapat dilihat dalam
Tabel 3.1
TABEL 3.1
DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
No.
Variabel Definisi
No Sumber Indikator Perta
penelitian opersional
nyaan
1. Green AM Kegiatan 1. Non-toxic X1.1
Marketin A pemasaran yang X1.2
g (X1) (197 memperhatikan 2. menggunakan
5), lingkungan. bahan baku
diolah. yang dapat
X1.3
didaur ulang
3. Menggunakan
eco label
2. Brand Bismok Kemampuan 1. Ades adalah X2.1
Awarenes o konsumen AMDK
s (X2) (2014) untuk pertama yg
dan mengenali atau terpikir
Aaker mengingat 2. Ades mudah
(1991), kembali bahwa diingat diantara X2.2

diolah. suatu merek merek lainnya


merupakan
bagian dari
kategori produk
tertentu.
3. Attitude Sumarw Ungkapan 1. Berpikir X3.1
(Y1) an perasaan positif
(2011) konsumen 2. Kepercayaan
tentang suatu X3.2
objek

4. Purchas Ferdina Tahapan 1. Keinginan Y.1


e nd dimana untuk segera
Intention (2002) konsumen membeli
(Y2) dan melakukan 2. Selalu
Putri pengevaluasian mencari
Y.2
(2013) terhadap informasi
, informasi yang mengenai
diolah. diterima. produk
3. Mereferensi-
kan produk
kepada orang
Y.3
lain
4. Memiliki
preferensi
utama pada
produk
Y.4

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi menurut Sugiyono (2008) adalah wilayah generalisasi yang


terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Sampel diartikan sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen AMDK
merek Ades di Kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini mempunyai jumlah
yang tidak diketahui secara pasti. Karena ukuran populasi tidak teridentifikasi,
maka untuk menentukan ukuran sampel penelitian dari populasi tersebut dapat
digunakan rumus Slovin (Herlambang, 2013), yaitu:

Keterangan :
n = ukuran sampel
Z = score pada tingkat signifikansi tertentu (derajat keyakinan ditentekuan 95%).
Maka, Z= 1,96
Moe = margin of error, tingkat kesalahan maksimum adalah 10% Dengan rumus
diatas maka dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut: 96,04 dibulatkan
menjadi 100
Berdasarkan perhitungan diatas maka diperoleh jumlah sampel yang akan diteliti
adalah 100 responden.
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah non
probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
menjadi sampel (Sugiyono, 2008). Peneliti menggunakan pertimbangan tertentu
dalam pengambilan sampel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan (sampling
purposive). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah orang yang sedang tinggal
di Kota Semarang dan mengetahui produk AMDK merek Ades.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Terdapat dua jenis sumber data dalam penelitian ini, yaitu:


1. Data Primer
Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli (tidak melalui media perantara) (Indriantoro dan Supomo,
2013). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara penyebaran
kuesioner. Cara ini digunakan untuk mendapatkan data tentang identitas
dan tanggapan responden mengenai green marketing, brand awareness,
Attitude dan purchase intention.
2. Data Sekunder
Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan
dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2013). Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari perusahaan,
membaca jurnal, buku, majalah, dan internet. Cara ini digunakan untuk
mendapatkan data konsumsi Ades dikota Semarang dan pangsa pasar
AMDK dikota Semarang.
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Data kualitatif, data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar
seperti literatur serta teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.
2. Data kuantitatif, data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
dibuat menjadi angka (scoring) (Herlambang, 2013).

3.4 Metode Pengumpulan Data


3.4.1 Kuesioner (Angket)

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau


mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden. Responden adalah
orang yang memberikan tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
(Hasan, 2002).
Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis pertanyaan kuesioner :
1. Kuesioner terbuka
Merupakan kuesioner yang pertanyaan atau pernyataannya
memberikan kebebasan kepada responden, untuk memberikan jawaban
dan pendapatnya sesuai dengan keinginan mereka (Hasan, 2002).
2. Kuesioner tertutup
Merupakan kuesioner yang pertanyaan atau pernyataannya tidak
memberikan kebebasan kepada responden, untuk memberikan jawaban
dan pendapatnya sesuai keinginan mereka (Hasan, 2002).
Peneliti menggunakan skala likert untuk mengukur variabel penelitian
dengan menentukan skor pada setiap jawaban. Skala likert merupakan jenis skala
yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik),
seperti sikap, pendapat, dan persepsi sosial seseorang atau sekelompok orang
(Hasan, 2002).
Untuk keperluan analisis secara kuantitatif, jawaban-jawaban diberi skor
dengan skala 5.
1 = sangat tidak setuju
2 = tidak setuju
3 = netral (ragu)
4 = setuju
5 = sangat setuju
3.4.2 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah kegiatan mengumpulkan data yang berkaitan
dengan penelitian. Data ini dapat berasal dari jurnal, buku, skripsi, thesis, majalah,
dan internet yang dianggap layak untuk dijadikan sumber.

3.5 Metode Analisis Data


3.5.1 Analisis Kuantitatif
3.5.1.1 Uji Realibilitas

Realibilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan


indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu (Ghazali, 2012). Dalam SPSS untuk mengukur uji realibilitas
adalah dengan uji Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan
reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha >0,70 (Ghazali, 2012).
3.5.1.2 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner.suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam
penelitian ini mengukur validitas dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar
skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel (Ghazali, 2012).
Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel.
Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan
atau indicator tersebut dinyatakan valid (Ghazali, 2012).
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
3.5.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,


variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang
baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali,
2012).
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan normal probability
plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan
distribusi kumulatif dari data normal. Dasar pengambilan keputusan dalam uji
normalitas adalah:
1. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data (titik) menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas
Selain itu, penelitian ini juga menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov
(K- S) untuk menguji normalitas dari data. Uji K-S dilakukan dengan membuat
hipotesis pada tingkat signifikan 0,05:
H0: p > 0,05 data residual berdistribusi normal
H1: p < 0,05 data residual tidak berdistribusi normal
3.5.2.2 Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi


ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel indenpen (Ghazali, 2012).
Dalam penelitian ini teknik untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas
didalam model regresi adalah dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance
inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance ≤ 0,10 dan nilai VIF ≥ 10 (Ghazali,
2012). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antara variabel
bebas dalam model regresi
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model


regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengematan yang
lain. Cara untuk mendeteksinya adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y
yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-standardized (Ghazali, 2012).
Dasar analisis untuk uji heteroskedastisitas adalah:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu
teratur (bergelombang, melebur kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.5.3 Analisis Regresi Berganda

Analisis Regresi Linear Berganda ini digunakan untuk mengetahui ada


tidaknya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam analisis
regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga
menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen (Ghozali, 2006).
Dalam penelitian ini hubungan antar variabel independen (green marketing
dan brand awareness) dengan variabel dependen (minat beli) dimediasi oleh
variabel intervening (sikap konsumen), digambarkan dengan model variabel
seperti berikut ini:

Sumber: Husni (2010), Novitasari, dkk (2013), kusuma dan Untarini (2014), Siswanto
dan Rumambi (2013), Ansar (2013), diolah.
GAMBAR 3.1
MODEL ANALISIS REGRESI BERGANDA GREEN MARKETING DAN
BRAND AWARENESS TERHADAP MINAT BELI DIMEDIASI OLEH SIKAP
KONSUMEN

Adapun persamaan regresi linier bergandanya adalah sebagai berikut:


Persamaan 1:
Y1 = α + b1X1 + b2 X2 + e1 (3.1)
Persamaan 2:
Y2 = α + b3Y1 + e2 (3.2)
Dimana:
Y2 = Variabel dependen (minat beli)
Y1 = sikap konsumen
X1 = Variabel independen (green marketing)
X2 = Variabel independen (brand awareness)
α = Konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien regresi
e = Variabel lain yang tidak diteliti atau dimasukkan dalam model
3.5.4 Uji Goodness of Fit

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai actual dapat diukur
dari Good of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai
koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. perhitungan statistic
disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah
kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima (Ghazali, 2012).
3.5.4.1 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu


variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat
(Kuncoro, 2004).
Derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai signifikan
lebih kecil dari derajat kepercayaan maka hipotesis alternatif diterima. Hal ini
menyatakan bahwa suatu variabel independen secara varsial mempengaruhi
variabel dependen. Analisis uji t disajikan dalam tabel “coefficient”.
3.5.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji statistik F)

Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas


yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel terikat (Kuncoro, 2004).
Dengan derajat kepercayaan yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai F hasil
perhitungan lebih besar daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis alternatif
diterima. Hal ini menyatakan bahwa semua variabel independen secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dalam SPSS analisis uji F ini
disajikan dalam tabel “ANOVA”.
3.5.4.3 Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh


kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen sangat terbatas. Nilai yang medekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghazali, 2012)
DAFTAR PUSTAKA

(Alba dan Hutchinson, 1987; Kent dan Allen, 1994). Campbell dan Keller (2003).
2009. “Cross-Cultural Advertising Communication: Visual Imagery, Brand
Familiarity, and Brand Recall.” Journal of Business Research 62(10):931–
38. doi: 10.1016/j.jbusres.2007.11.019.

(Baker, Hutchinson, Moore, &. Nedungadi 1986). 2013. “Corporate Social


Responsibility and Product Evaluation: The Moderating Role of Brand
Familiarity.” Corporate Social Responsibility and Environmental
Management 20(4):245–56. doi: 10.1002/csr.1297.

Astuti (2004: 95). 2017. “Pengaruh Brand Familiarity Dan Sikap Skeptis Pada
Informasi Dalam Iklan Terhadap Minat Beli Konsumen Produk Shampo
Merek Lifebouy Dikota Yogyakarta.” (December).

Dimediasi, Yang, and Oleh Brand. 2021. “Green marketing.” 10(5):479–98.

Fathy, Ahmed. 2015. “Identifying the Factors Affecting Customer Purchase


Intention.” Global Journal of Management and Business Research:
Administration and Management 15(2):1–6.

Krishna, Abraham, M. Osiyo, Prof Hatane, Jurusan Manajemen Pemasaran,


Universitas Kristen Petra, and Jl Siwalankerto. n.d. “Pengaruh Green
marketing Terhadap Green Brand Image Dan Purchase Intention Pelanggan
Pada Starbucks Cofee Malang.”

Laroche, Michel, Chankon Kim, and Lianxi Zhou. 1996. “Brand Familiarity and
Confidence as Determinants of Purchase Intention: An Empirical Test in a
Multiple Brand Context.” Journal of Business Research 37(2):115–20. doi:
10.1016/0148-2963(96)00056-2.

Lee, Tan Shea, Mohd Shoki Md Ariff, Norhayati Zakuan, and Zuraidah Sulaiman.
2016. “Assessing Website Quality Affecting Online Purchase Intention of
Malaysia’s Young Consumers.” Advanced Science, Engineering and
Medicine 8(10):836–40. doi: 10.1166/asem.2016.1937.

Meilyna Rachmawatya dan Imanuddin Hasbi. 2020. “Jurnal Bisnis Dan Kajian
Strategi Manajemen PENGARUH GREEN MARKETING DAN BRAND
IMAGE TERHADAP MINAT BELI AMDK ADES Studi Pada Konsumen
Produk Air Minum Dalam Kemasan ADES Di Indonesia Jurnal Bisnis Dan
Kajian Strategi Manajemen.” 4:71–79.

Putri, N. R., S. Qomariyah, and K. Nurhadi. 2014. “Studi Kelayakan


Pembangunan Proyek Air Minum Dalam Kemasan Galon (AMDK).”
Matriks Teknik Sipil 793–99.

Rahayu, Sri, Hijrah Hati, Niken Iwani, Surya Putri, Sigit Wibowo, and Anya
Safira. 2021. “Brand Familiarity vs pro Fi T-Sharing Rate : Which Has a
Stronger Impact on Muslim Customers ’ Intention to Invest in an Islamic
Bank ?” (May). doi: 10.1108/JIMA-08-2020-0247.

widiawaty, pengaruh brand familiarity terhadap minat beli. 2015. “No Title.”
Pengaruh Brand Familiarity Terhadap Purchase Intention Volume
8,N(pengaruh brand familiarity terhadap purchase intention melalui brand fit
pada hotel mulia jakarta):18.

Dawar, N. and Lei, J. (2009), “Brand crises: the roles of Brand familiarity and
crisis relevance in determining the impact on brand evaluations”,
Journal of Business Research, Vol. 62, pp.509−16.

Shanahan, K. J. and Hyman, M. R. (2007), “An exploratory study of the desired


hotel attributes for Americans vacationing in China and Ireland”, Journal
of Vacation Marketing, Vol. 13No. 2, pp. 107−18.
Shanka, T. and Taylor, R. (2004), “An investigation into the perceived
importance of service and facility attributes to hotel satisfaction”,
Journal of Quality Assurance in Hospitality & Tourism, Vol. 4 Nos 3−4,
pp. 119−34.

Arseculeratne, D. & Yazdanifard R. (2014). How Green Marketing Can Create A


Sustainable Competitive Advantage for A Business. International Business
Research

Dahlstrom, Robert. 2011. Green Marketing Management. Canada: Nelson Education.


Ltd.
Tunis, A.J., & Martina, S. (2016). Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap
Keputusan Pembelian Di Thesecret Factory Outlet. Pariwisata, Vol. III No.
1 April 2016. ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220.

Delafrooz, N., Teleghani, M., & Nouri, B. (2014). Effect of green marketing on


consumer purchase behavior. qscience connect.

Grant, John. 2007. The Green Marketing Manifesto. Edisi Pertama. Cetakan


Kedua. Gramedia, Jakarta

Imamora. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT Gramedia. Pustaka


Utama, Jakarta. Mc Graw, Hill. 2006. Services Marketing : Integrating
Customer

Anda mungkin juga menyukai