'siri'. Tak lama setelah menikah, mereka dikaruniai seorang anak perempuan. Sebab kebutuhan yang
ditanggung nya semakin banyak, mengharuskan Joko mencari uang tambahan dengan merantau ke luar
kota. Tahun-tahun berlalu, joko tidak pernah kembali, tidak ada kabar yang didapat keluarga nya di desa.
Sosok Joko pergi meninggalkan istri dan anaknya yang beranjak dewasa.
Adit: Semuanya terkesan tiba tiba, dalam waktu yang gak gue perkirakan, gue harus kehilangan orang
tua sekaligus.
Adit memejamkan matanya, menghela napas panjang pada lekukan tangan. Detik berikutnya, seutas
tarikan pada salah satu bibirnya menyabit,
Adit: Bagus juga, meringankan beban gue. Tapi sayangnya mengambil jatah gue. Seharusnya kedua
orang itu mati ditangan gue, bukan orang lain.
Buku-buku tangan nya memutih, mempererat genggaman sebelum dipukulnya pada meja.
Zera: Denger,
Zera: Gak usah sok stress, muka lo gak nunjukin kalau lo berduka.
Adit: menurut gue kematian nya cukup janggal. Lo apa gak kepikiran?
Zera: Engga tuh? Bukan urusan gue juga. Lagian, bukannya seharusnya lo senang? Gak ada lagi yang
menuntut lo untuk melakukan apapun, sekarang lo bebas.
Adit: Gue mau selidikin kasus ini. Siapapun dalang dibalik kejadian ini, dia harus menerima semua
amarah, rasa sakit, dan membayar dendam gue yang gak bisa tersalurkan ke orang tua gue.
Pada hari berikutnya, sesuai tempat yang mereka sepakati, dipilihnya cafe amang dipinggir kota sebagai
tempat diskusi. Sesuai perkataan Zera, dia mengundang orang lain pada diskusi kali ini.
Sabrina: hm.
Sabrina: Lo bisa baca secara jelas disitu. Lagian, gak ada yang gue gak bisa.
Sabrina: selagi ada uang, lo bisa sepenuhnya percaya sama gue. Setidaknya sampai lo udah gak butuh
gue.
Adit: oke, sepakat. Ini bayaran pertama lo, setiap tugas akan ada bayaran nya. Lo bisa berantem kan?
Sabrina: bisa. Tapi gue perlu laptop untuk ini, sayangnya laptop gue rusak.
Zera: pakai aja punya adit, laptop dia banyak, lo bisa ambil kalau mau.
Sabrina: boleh. Ngomong ngomong, lo gak punya kartu identitas? Seenggaknya nomor telepon atau
alamat rumah. Data kayak gini gak bisa dicari dalam waktu singkat. Biar setelah ketemu bisa langsung
gue kasih.
Adit: sebentar—
Sabrina: o..k?
Mengakhiri diskusi dengan kesepakatan. Sabrina pamit lebih dulu, mengingat hari sudah malam dan dia
harus kembali ke panti asuhan.
Kalimat terakhir Zera malam itu, sebelum akhirnya menghilang ditelan jarak.
Yasmin: gue suka belajar, gue juga suka ngelakuin banyak hal yang menyita waktu gue untuk hal
bermanfaat.
Nafasnya terkecat. Didalam kehiningan, zara tidak menyahut. Memilih menjadi pendengar.
Yasmin: gue seneng, tapi kadang gue juga mau punya waktu istirahat. Di hari libur yang seharusnya gue.
Bisa santai pun, ada aja kegiatan yang harus gue lakuin.
Yasmin: Bukan sekedar suka, gue mau melakukan itu dengan menikmatinya. Seakan waktu gak ngebiarin
gue berhenti sejenak untuk ambil napas. Gue jadi merasa gak punya kebebasan.
Sabrina mendorong tumpukan berkas dihadapannya ke hadapan Adit. Lelaki itu langsung membaca nya
dengan teliti, seolah tidak boleh ada satupun keterangan terlewat.
Adit: isra anak dari om kai, nayshila temen deketnya, Yasmin anak om Charles.
Sabrina: Orang tua yang kehilangan anaknya jauh lebih menyakitkan dari anak yang kehilangan orang
tua.
Adit: hm.
Sabrina: sesuai prediksi, keluarga mereka orang penting sehingga banyak data yang disembunyikan. Tapi
buat sekarang, menurut gue data ini udah cukup. Tinggal gimana lo ngatur rencana.
Adit mengangguk.
Adit: cerdik juga lo Sabrina.
Sabrina: Hahahaha.
Malam itu angin beriuk kencang, menghantar udara sejuk yang menerbangkan dedaunan.
Nayshila: Ulang tahun lo, persiapan nya gimana? Mau bikin pesta?
Isra: sayang aja kalau harus ngeluarin uang banyak buat acara kayak gini. Lagian juga ini pakai uang gue
sendiri.
Isra: Ikut, tapi mungkin telat. Karena gue harus nunggu mereka pulang ke Neo city.
Nayshila: wahh, kok gitu ya? Kalau orang tua gue mungkin bakal nemenin gue selama hari ulang tahun
gue.
Isra: loh, buat hari biasa aja orang tua lo jarang di rumah. Apalagi nemenin lo ngerayain ulang tahun?
Yakin bakal pulang?
Nayshila: Kalau gue ulang tahun, gue mau mereka ada buat nemenin gue.
Isra: Nay, lo bisa anggap orang tua gue sebagai orang tua lo juga.
Sore itu, Yasmin menyusuri jalan setapak. Sore ini jalan raya tidak terlalu ramai karena kebetulan bukan
jalan utama. Yasmin menunduk, napasnya memburu. Hari ini dia benar benar Lelah.
Bruk.
Adit: gue beneran minta maaf, atau mungkin sebagai tanda permintaan maaf, gue traktir lo ke café di
sekitar sini?
Yasmin: boleh.
Yasmin: jadi?
Adit: maaf, mamah gue telepon, disuruh balik sekarang. Kalua lo masih mau tawarannya, datang aja ke
rumah gua hari sabtu jam 09.00 pagi. ini kartu nama gue.
Yasmin: oke.