Anda di halaman 1dari 41

MELAKUKAN PERAN SERTA (CONTRIBUTE)

PADA SISTEM MUTU


C.24LAS01.002.1

i
DAFTAR ISI
Daftar Isi ................................................................................................. ii

Kata Pengantar ....................................................................................... 1

A. Pendahuluan …………………………………………………………………… ... 2

B. Panduan Penggunaan Materi .............................................................. 2

C. Daftar Ikon ......................................................................................... 4

D. Bacaan Referensi ................................................................................ 5

E. Pengantar Teori .................................................................................. 6

F. Langkah Kerja .................................................................................. 22

G. Implementasi Unit Kompetensi ......................................................... 29

1. Elemen Kompetensi 1 ................................................................. 29

1.1 Referensi……………………………………………………………..29

1.2 Aktivitas………………………….…………………………………..29

2. Elemen Kompetensi 2 ................................................................. 30

2.1 Referensi……………………………………………………………..30

2.2 Diskusi……………………………………………………......….....30

2.3 Pemeriksaan……………………………………………………….. 30

2.4 Pikirkan………………………………………….…………...…….. 30

3. Elemen Kompetensi 3…………………………………….…….………….. 31

3.1 Video Youtube………………………………….…….…………….. 31

3.2 Aktivitas………………………………………….…….……………. 31

3.3 Diskusi……………………………………………….……………… 31

3.4 Pikirkan………………………………………….………………….. 32

H. Lampiran.......................................................................................... 33

1. Kamus Istilah ............................................................................. 33

2. Referensi ..................................................................................... 35

3. Unit Kompetensi ......................................................................... 36

4. Daftar Nama Penyusun ............................................................... 39


ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT buku Materi


Pelatihan Berbasis Kompetensi dengan judul ”Melakukan Peran Serta
(Contribute) pada Sistem Mutu (C.24LAS01.002.1)” dapat tersusun
dengan baik dan menjadi media pembelajaran untuk mentransformasikan
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kepada peserta pelatihan.

Penyusunan Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi merupakan hasil


identifikasi silabus, capaian unit kompetensi, kriteria capaian yang lalu
dituangkan ke dalam pokok pembahasan sebagaimana ditentukan dalam
pedoman penyusunan materi pelatihan berbasis kompetensi.

Materi pelatihan berbasis kompetensi diformulasikan menjadi 2 (dua)


buku, yakni buku Materi dan buku Asesmen (penilaian) yang tidak
terpisahkan dalam penggunaannya. Materi pelatihan ini menjadi salah satu
bahan pengajaran kepada peserta pelatihan agar pelaksanaan pelatihan
dapat dilakukan secara efektif dan efesien.

Kami berharap materi ini dapat meningkatkan kemampuan aplikatif


bagi peserta pelatihan dan instruktur serta dapat dikembangkan lebih
lanjut.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan tuntunan kepada kita


semua dalam melakukan berbagai upaya untuk menunjang proses
pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi guna menghasilkan tenaga
kerja yang kompeten dan berdaya saing tinggi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, September 2020

1
A. PENDAHULUAN

Tuntutan program pembelajaran berbasis kompetensi menjadi sangat


penting dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
yang kompeten, sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja.
Selaras dengan tuntutan kualitas SDM yang unggul sesuai dengan
standar pasar kerja, maka dibutuhkan mekanisme pelatihan yang lebih
praktis, aplikatif, serta dapat menarik dilaksanakan sehingga
memotivasi para peserta dalam melaksanakan pelatihan yang diberikan.
Semakin mudahnya teknologi yang digunakan, maka materi pelatihan
dapat disajikan dengan berbagai media pembelajaran yang dapat
diakses melalui berbagai media yang mempermudah bagi peserta dalam
proses persiapan, kegiatan di kelas maupun dalam mengakses kembali
untuk pendalaman pemahaman mengenai materi pelatihan yang ada.
Atas dasar kebutuhan ini, maka buku panduan pelatihan disajikan
dengan format sebagai berikut:

B. PANDUAN PENGGUNAAN MATERI

Beberapa ketentuan panduan penggunaan materi yang harus


diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Materi ini dapat dijadikan rujukan untuk pelaksanaan PBK dengan


penggunaannya dapat dikembangkan dan dikontekstualisasikan
sesuai dengan kebutuhan, materi ini terdiri dari:

a. Bacaan Referensi

b. Pengantar Teori

c. Langkah Kerja

d. Implementasi Unit kompetensi

e. Lampiran :

1) Kamus istilah

2) Daftar referensi

3) Unit kompetensi

4) Daftar penyusun

2. Slide powerpoint dan video merupakan kelengkapan yang dapat


2
dijadikan referensi bagi para instruktur.

3. Peran instruktur terkait dengan penggunaan modul, antara lain:

a. Instruktur dapat menggunakan modul dengan referensi video


dan powerpoint yang terlampir dalam modul sebagai referensi,
diharapkan dapat mengembangkan bahan yang disesuaikan
dengan BLK masing-masing

b. Proses pembelajaran dapat disampaikan dengan menggunakan


berbagai sumber yang menguatkan peserta pelatihan, baik
melalui tahapan persiapan, pelaksanaan di kelas, praktek,
melakukan investigasi, menganalisa, mendiskusikan, tugas
kelompok, presentasi, serta menonton video.

c. Keseluruhan materi yang tersedia sebagai referensi dalam buku


ini dapat menjadi bahan dan gagasan untuk dikembangkan oleh
instruktur dalam memperkaya materi pelatihan yang akan
dilaksanakan.

4. Buku penilaian menjadi kesatuan, namun disajikan dalam paket


buku penilaian secara terpisah. Buku penilaian dapat berupa soal
tertulis, panduan wawancara, serta instruksi demonstrasi yang akan
dilaksanakan sesuai dengan proses penilaian yang dilaksanakan.

5. Referensi merupakan referensi yang menjadi acuan dalam


penyusunan buku panduan pelatihan ini.

6. Lampiran merupakan bagian yang berisikan lembar kerja serta


bahan yang dapat digunakan sebagai berkas kelengkapan pelatihan.

3
C. DAFTAR IKON

Daftar ikon yang dapat digunakan dalam buku ini, antara lain:

Ikon Keterangan

Ikon ini memiliki arti anda diminta untuk mencari


atau menemui seseorang untuk mendapatkan
informasi
Pemeriksaan

Icon ini memiliki arti anda diminta untuk


menuliskan/mencatat,melengkapi,latihan/aktivitas
(bermain peran, presentasi) dan mencatatkan
dalam lembar kerja pada buku/media lain sesuai
Aktivitas instruksi

Icon ini memiliki arti anda harus melihat pada


aturan atau kebijakan yang berlaku dan prosedur-
prosedur atau materi pelatihan/ sumber informasi
lain untuk dapat melengkapi latihan/ aktivitas ini.
Referensi
material/manual

Icon ini memiliki arti ambil waktu untuk Anda


dapat berpikir/ menganalisa informasi dan catat
gagasan-gagasan yang anda miliki.
Berpikir

Icon ini memiliki arti berbicara/ berdiskusi lah


dengan rekan anda untuk gagasan yang anda
Komunikasi/ miliki.
Diskusi

Icon ini memiliki arti pilihlah bacaan yang


dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan materi
pelatihan.
Membaca

Icon ini memiliki arti pilihlah video/youtube yang


dibutuhkan dalam materi pelatihan.
Video/Youtube

4
D. BACAAN REFERENSI

Membaca secara lengkap:

1. Inspeksi Pengelasan.
a. INSPEKSI PENGELASAN
https://drive.google.com/file/d/1hAtV8D2-
-
7bem6J_BBqNjXOUTwPmoqki/view?usp=sh
aring

2. Cacat Las dan Quality Assurance


https://drive.google.com/file/d/1hC33Kxa
QjSZJskmOHrPCoXAkEiwkZXYF/view?usp=
sharing
3. Standard Acceptance criteria Pengelasan
a. BKI VOL 6 Rules for Welding BAHAN
TRAINING ALS
USE_1https://drive.google.com/file/d/1e8
m5QvbzowytqLOdoE1AplbJCWW5T9Qd/vie
w?usp=sharing
b. ASME B31_4_PIPELINE TRANSPORTATION
SYSTEMS BAHAN TRAINING ALS USE
https://drive.google.com/file/d/12cyAwzH
MnPc0Pa8_Ipn4IoSaPP6zSIv1/view?usp=sh
aring

4. STD ISO 9001 2015. Quality Management


System.
https://drive.google.com/file/d/14zym6Uoy
KEs3MgV_lqYpGwleaZCi5agw/view?usp=sh
aring
5. Tahapan pelaksanaan pengelasan
6. Tahapan pelaksanaan pengelasan
7. i kerja dan atau spesifikasi produk pengelasan
https://drive.google.com/file/d/1vD49QBYqzD2n
IcJe-vx9pH5MlJCqrhrL/view?usp=sharing

Contoh Prosedur Pengelasan GMAW

8. Contoh Spesifikasi Teknik Pelanggan/Pemilik:


9.
10.
11. SPESIFIKASI TEKNIS TANGKI TIMBUN
12. https://drive.google.com/file/d/1u9Ry-
5
oD4EgtlxyKudAjkzoZfeC04S19V/view?usp=sharing
E. PENGANTAR TEORI

MELAKUKAN PERAN SERTA (CONTRIBUTE) PADA SISTEM MUTU

1. Kata “mutu atau kualitas “selalu datang dalam pemikiran seseorang


bilamana terjadi proses pembelian atau pemasaran suatu produk atau
jasa. Banyak ahli yang telah mencoba memberikan definisi tentang
mutu. Beberapa pengertian mutu atau kualitas yang banyak dijadikan
acuan dalam manajemen mutu di antaranya:

1.1. Dari sudut pandang konsumen ( oleh J.M Juran ):“ mutu adalah
sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan atau cocok terhadap
pemakaian “

1.2. Dari sudut pandang produsen ( P.B Crosby ): “ mutu adalah


memenuhi persyaratan (conformance to requirement), sesuai
dengan keinginan pelanggan “

1.3. Menurut ISO, mutu adalah totalitas karakteristik suatu produk


yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan
yang dispesifikasikan atau ditetapkan

2. Dari beberapa definisi di atas jelas bahwa mutu ditentukan oleh


pelanggan. Artinya, suatu produk dikatakan bermutu jika produk
tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan memuaskan pelanggan.
Dengan kata lain dapat dikatakan, mutu adalah kepuasan pelanggan
(customer satisfaction)

3. Produk bermutu mungkin tidak sempurna tetapi akan selalu


menyesuikan dengan tujuan pembuatan. Sebagai contoh anda dapat
membayangkan bahwa cacat porosity yang kurang dari 1 mm didalam
pengelasan, secara mutu akan diterima karena cacat tersebut tidak
terlihat dan tidak mengubah estetika dalam pengelasan, dan pelanggan
tidak melihatnya. Tetapi porosity dipermukaan las dengan ukuran yang
terlihat kasat mata, secara mutu tidak akan diterima.

4. Mutu mempunyai aspek yang lain di samping penampilan (appearance).


Salah satunya adalah kehandalan (reliability), yang mempunyai arti
dapat melakukan pekerjaan untuk waktu yang lama tanpa memerlukan
perbaikan. Dari contoh kasus nomor satu diatas, terlihat bahwa porosity

6
(bagian dalam lasan) yang tidak diperbaiki akan menurunkan keandalan
produk atau bahkan menyebabkan kegagalan pada lasan.

5. Siapa yang memutuskan suatu mutu? Jawabannya adalah orang yang


menggunakan/membeli/memesan produk. Pengertiannya bahwa client
tidak akan menerima barang dengan mutu yang jelek, dan dia
meninggalkan kita jika kita tetap memberikan produk yang tidak
bermutu. Jika client tidak puas dengan produk kita, maka dia akan
mencari produk lain.

6. Jadi pelanggan adalah orang yang menentukan suatu mutu dari suatu
produk, di mana pelanggan dapat digolongkan kedalam dua jenis yaitu :

6.1. Luar/External: Pelanggan ini adalah bukan anggota perusahaan


yang memproduksi barang. Mereka adalah orang yang membeli
produk.

6.2. Dalam/Internal: Pelanggan ini ada di dalam perusahaan dan


sebagai penerima produk berikutnya. Mereka mungkin dalam
departemen berikutnya, atau mungkin operasi berikutnya
beberapa meter setelah anda.

7. Sebagai contoh, dalam suatu bagian proses pengelasan, ada bagian


pertama yang menyiapkan material lalu ada bagian kedua yaitu fit up,
dan bagian letiga pengelasan dan ada bagian ke empat yaitu
assembling/perakitan. Bagian kedua yaitu fit up memerlukan material
yang sesuai untuk mendapatkan hasil fit up yang baik. Pada bagian
ketiga yaitu pengelasan memerlukan fit up yang bagus untuk bisa
dilakukan pengelasan. Maka dapat di asumsikan bahwa bagian pertama
(persiapan material) mempunyai pelanggan bagian fit up, dan harus
memenuhi mutu sesuai permintaan bagian pengelasan.

8. Pada tahap akhir, pelanggan akan berubah dari internal ke External


yaitu pemesan. Maka secara makro bahwa workshop pengelasan dan
asembling menjadi satu dan mempunyai pelanggan external yaitu
pemesan.

9. Prinsip-prinsip Manajemen Mutu. Ada beberapa prinsip pokok yang


dapat digunakan sebagai pedoman ketika berfikir bagaimana kita bisa
berperan dalam sistem mutu. Ingat kontribusi mutu adalah tentang

7
penyelesaian masalah, bukan tentang mencari kambing hitamnya.
Prinsip pokok tersebut adalah:

9.1. Dalam sistem pengelasan selalu akan timbul variasi.

Mutu bukan biaya, namun investasi yang ditanam dan akan di panen
karena produknya terjual.

9.2. Setiap orang berkontribusi dalam mutu dan tujuannya melayani


pelanggan.

9.3. Manajemen mutu dalam industri pengelasan selalu berdasarkan


standard acuan.

9.4. Manajemen mutu harus berdasarkan fakta dan data.

10. Sekarang kita bahas satu persatu :

10.1. “Dalam sistem pengelasan selalu akan timbul variasi”

Variasi adalah biasa dalam pengelasan. Sebagai contoh, dapatkah anda


mendapatkan hasil lasan yang identik (mirip 100% baik dimensi dan
cacat-cacatnya)? Tidak mungkin. Pengelasan selalu akan menimbulkan
suatu perbedaan sekecil apapun. Setiap kali kita melakukan
pengelasan, detailnya akan berbeda dengan waktu sebelumnya.
Perbedaan mungkin kecil atau besar. Variasi ini tidak bisa kita hindari,
tetapi dalam industri ini menjadikan masalah jika perbedaannya sangat
besar. Oleh karena itu, hal yang biasa dalam industri ditetapkan suatu
standard keberterimaan sebuah produk pengelsan, untuk menetapkan
bahwa variasi yang terjadi tidak melebihi ketentuan. Standard inilah
yang menjadi acuan untuk menetapkan bermutu tidaknya sebuah
produk pengelasan. Untuk itu diperlukan inspeksi pengelasan untuk
menetapkan keberterimaan hasil lasan.

Link download:
8
https://drive.google.com/file/d/1hAtV8D2--
7bem6J_BBqNjXOUTwPmoqki/view?usp=sharing
a.

Produk pengelasan boleh bervariasi namun tidak boleh melanggar


ketentuan standard yang diacu. Jika variasi terlalu besar maka harus
dilakukan repair/kerja ulang, dan ini tergantung dai hasil inspeksinya.

Meminimumkan variasi/cacat produksi adalah tujuan pengendalian


mutu. Dengan menurunkan variasi dalam produk, perusahaan
menghemat waktu dan uang dalam memperbaiki masalah, unggul dalam
kompetisi dan lebih memuaskan semua pihak. Pekerja tidak hanya ingin
“menghasilkan barang-barang yang benar “tetapi ingin “mengerjakan
dengan benar barang-barang“. Manajemen mutu membantu perusahaan
dan pekerja untuk mencapainya.

10.2. “Mutu bukan biaya, namun investasi yang ditanam dan akan
dipanen karena produknya terjual “

Banyak orang percaya bahwa mutu yang baik adalah mahal. Mereka
melihat pada harga sebuah produk lasan, dan berasumsi bahwa barang
yang termahal adalah mutu yang terbaik. Tetapi definisi dari mutu
mengatakan “sesuai dengan spesifikasi”, meskipun harga tersebut lebih
murah namun memenuhi kesesuain dengan spesifikasi, maka dikatakan
bermutu. Sebenarnya, harga jual sebuah produk sudah mencakup biaya
produksi dan biaya perusahaan. Ini berarti bahwa tiap kali dalam proses
produksi diperlukan re-work, atau adanya scrap dan material terbuang
akan merugikan perusahaan dan tenaga kerja. Biaya dari re-work dan
scrap akan ditanggung perusahaan sedangkan pendapatan dari
penjualan produksi tidak mengkompensasinya/tidak termasuk biaya
repair/rework atau material terbuang. Manajemen Mutu memberikan
pada perusahaan suatu alat yang digunakan untuk memproduksi
barang-barang dengan benar, tanpa re-work atau scrap. Ini menuju pada
kulitas barang pada harga yang termurah. Investasi dalam bentuk lain
adalah budaya kerja 5R, yang berkontribusi pada keberhasilan sistem
mutu di tempat kerja,

10.2.1. Konsep 5R

9
a. RINGKAS, adalah memisahkan segala sesuatu yang diperlukan
dan menyingkirkan yang tidak diperlukan dari tempat kerja.
Mengetahui benda mana yang tidak digunakan, mana yang akan
disimpan, serta bagaimana cara menyimpan supaya dapat diakses
dengan mudah.

b. RAPI, adalah menyimpan barang sesuai dengan tempatnya.


Kerapian adalah hal mengenai seberapa cepat kita meletakkan
barang dan mendapatkannya kembali pada saat diperlukan
dengan mudah.

c. RESIK, adalah membersihkan tempat/lingkungan kerja,


mesin/peralatan dan barang-barang agar tidak terdapat debu dan
kotoran. Kebersihan harus dilaksanakan dan dibiasakan oleh
setiap orang.

d. RAWAT, adalah mempertahankan hasil yang telah dicapai pada


3R sebelumnya.

e. RAJIN, adalah terciptanya kebiasaan pribadi karyawan untuk


menjaga dan meningkatkan apa yang sudah dicapai. RAJIN di
tempat kerja berarti pengembangan kebiasaan positif di tempat
kerja. Apa yang sudah baik harus selalu dalam keadaan prima
setiap saat.

10.3. “Setiap orang berkontribusi dalam mutu dan tujuannya


melayani pelanggan “

Kita tahu bahwa pelanggan/konsumen adalah orang yang memakai hasil


kerja kita dan memberikan nilai barang.

Jika pelanggan tidak puas, dia akan membeli ketempat lain. Sekarang
kita juga tahu bahwa pelanggan/internal juga penting. Pelanggan
internal adalah orang atau operasi berikut yang menerima prdoduk
suatu proses.

Perusahaan yang telah memperkenalkan prosedur mutu mempunyai apa


yang mereka sebut “perjanjian pemasok”.

Ini merupakan perjanjian kontrak antara supplier internal dengan


pelanggan internal yang spesifik, apa yang supplier berikan pada
pelanggan, kapan pengiriman, jumlah yang dikirim, dan mutu atau

10
kualitasnya. Perjanjian ini mempunyai arti bagi perusahaan untuk dapat
membuat kepastian/yakin permintaan pelanggan terpenuhi
meliputi/termasuk proses berikutnya dalam perusahaan yang sama.

10.4. “Manajemen mutu dalam industri pengelasan selalu


berdasarkan standard acuan.”

Dalam industri pengelasan, orang mempunyai kebiasaan jika ada


masalah dalam produksinya atau ditemukan cacat pengelasan sering
kali diselesaikan dengan repair. Padahal akar masalahnya bukan di
rapir melainkan pada proses yang dilakukan. Ketika mereka akan
memperbaiki proses, mereka kesulitan mengambil keputusan karena
tidak ada dokumen, data dan rekaman, sehingga proses perbaikan tidak
berhasil dilakukan. Akhirnya cacat las akan selalu timbul dan repair
akan selalu dilakukan dan berulang, sedangkan proses sebagai biang
keladi cacat tidak diperbaiki. Maka dari itu sebagai implementasi dalam
kontribusi sistem mutu, pekerja diwajibkan membuat rekaman data dan
menggunakan acuan standard dalam proses produksinya. Beberapa
acuan standard mencantumkan persyaratan minimum yang harus
dipenuhi jika produknya dinyatakan memenuhi mutu.

10.5. “Manajemen mutu harus berdasarkan fakta dan data”.

“Jika sesuatu tidak bisa diukur, maka hal itu tidak dapat diawasi. Dan
jika sesuatu tidak dapat diawasi maka hal ini tidak dapat diperbaiki”

Hal ini diperlukan perhatian bahwa pembuat keputusan, benar-benar


menggunakan data dan fakta sesungguhnya. Dugaan saja tidak cukup.
Bagaimana dapat kita mengukur mutu jika kita tidak mempunyai fakta
untuk mengukurnya.

Kita dapat memastikan bahwa kita dapat memperbaiki mutu jika kita
mempunyai fakta dan data yang mendukung pekerjaan kita.

Waktu sebelum manajemen mutu diterapkan, orang dalam departemen


yang terpisah bertanggungjawab pada mutu ditempat masing-masing.
Mereka adalah pemeriksa.

Mereka seperti polisi, yang bekerja menemukan kesalahan yang


mempengaruhi mutu dan mencegahnya untuk melepas kepasaran.
Mereka tidak popular, karena mereka telah menyita barang-barang yang
mereka putuskan mempunyai mutu rendah
11
Ada dua kesalahan dengan cara ini dalam pemeriksaan barang-barang.
Mengambil tanggung jawab mutu jauh dari pekerja yang membuat
barang tersebut. Apakah pekerja merasa risau terhadap mutu prosesnya
ketika mereka tahu barang-barang akan diperiksa oleh orang lain?

Ini tidak sesuai dengan kebijakan Manajemen Mutu pada produk


barang. Suatu pemborosan akan terjadi pada produk yang cacat atau
mutu yang rendah ketika sudah selesai dikerjakan. Pikirkan bahan baku
sebelum melewati masing-masing proses.

11. Penerapan management mutu

Pada industri yang menerapkan sistem management mutu, maka


seluruh karyawannya, baik dari tingkat paling atas sampai kepada
tingkat yang paling bawah, harus menampilkan perilaku sebagai berikut:

a. Selalu mengerjakan apa yang tertulis (peraturan, prosedur, instruksi


kerja) dan menulis apa yang telah dikerjakan

b. Bertindak tepat dan benar pada awal pekerjaan dan setiap saat

c. Mengutamakan kepentingan pelanggan, artinya selalu berupaya


untuk berbuat yang terbaik untuk kepentingan pelanggan

d. Efisien dalam penggunaan sumber daya, baik waktu, material, energi


maupun uang

e. Menghargai tugas, tanggung jawab dan wewenag orang lain


(menghargai kesejawatan)

f. Memiliki tanggung jawab (sense of responsibility) terhadap


pelaksanaan tugas

g. Memiliki semangat untuk melayani (sense of service), artinya ada


perasaan bahagia apabila dapat melayani pelanggan dengan baik

h. Memiliki kepekaan terhadap mutu (sense of quality), artinya selalu


berusaha maksimal untuk melaksanakan pekerjaan dengan mutu
terbaik

i. Memiliki dorongan kuat untuk melakukan peningkatan (sense of


improvement)

j. Memiliki semangat kerja sama (team work) dalam melakukan


kegiatan dan memecahkan masalah

12
k. Memiliki disiplin diri yang kuat (self discipline) tidak tergantung pada
kedisiplinan orang lain

l. Memiliki prakarsa (self initiative) artinya melakukan pekerjaan yang


menjadi tanggung jawabnya tanpa menunggu perintah

m. Memiliki apresiasi dan komitmen terhadap tugas dan tanggung jawab

13
12. Elemen-elemen Mutu

a. Kinerja (Performnace): adalah karakteristik utama produk.

b. Ciri khas (Feature): adalah kekhasan dari produk tersebut.

c. Kehandalan (Reliability): adalah diukur dari waktu terjadinya


kerusakan pertama dengan rata-rata waktu terjadinya kerusakan
berikutnya.

d. Kesesuaian (Comformance): adalah kesesuaian desain produk dan


karakteristik operasinya dengan standar yang telah ditentukan

e. Ketahanan (Durability): adalah daya tahan umur produk yang diukur


dari seberapa lama produk tersebut dapat dimanfaatkan sampai
harus diganti.

f. Daya guna (serviceability): adalah kemampuan produk dalam hal


pemakaiannya.

g. Estetika (Aesthetic): adalah yang berhubungan dengan keindahan


yang melekat pada produk.

h. Mutu yang dirasakan (Perceived Quality): adalah berkaitan dengan


reputasi.

13. Sistem Mutu ISO 9001 2015.

13.1. SNI ISO 9001:2015 adalah standar yang menyediakan


sekumpulan persyaratan yang dibakukan untuk suatu sistem
manajemen mutu, tidak peduli apa yang dilakukan organisasi
pengguna, ukurannya, atau apakah swasta atau pemerintahan. SNI
ISO 9001:2015 adalah standar dalam organisasi yang dapat
disertifikasi, walaupun sertifikasi bukanlah persyaratan wajib dari
standar tersebut.

13.2. Tanpa keberadaan pelanggan yang dipuaskan, suatu organisasi


dalam bahaya. Organiasi tersebut perlu untuk memenuhi
persyaratan mereka (pelanggan). Standar SNI ISO 9001:2015
menyediakan kerangka kerja yang telah dicoba dan teruji untuk
melaksanakan pendekatan yang sistematis untuk mengelola proses-

14
proses organisasi sehingga organisasi tersebut menghasilkan produk
yang memuaskan harapan pelanggan

13.3. Implementasi awal dalam SNI ISO 9001:2015 adalah sistem


dokumentasi (baik berupa `hardcopy` maupun `softcopy` sebagai
salah satu persyaratan pemenuhan standar. Sistem dokumentasi
umumnya terbagi atas:

• Panduan Mutu

• Prosedur

• Instruksi Kerja

• Formulir

• Dokumen Pendukung (baik yang berasal dari internal selain


Panduan Mutu, Prosedur, Instruksi Kerja, maupun yang berasal
dari esksternal seperti surat pelanggan, peraturan dan
perundang-undangan yang terkait dengan organisasi dan
produknya)

14. Proses manufaktur secara menyeluruh diinspeksi untuk memastikan


pencapaian standar mutu. Sebagai contoh proses manufaktur yang
sederhana dalam proses pembuatan produk lasan adalah sebagai
berikut:

Proses
Bahan Baku Proses Inspeksi
Pemotongan Delivery
Masuk pengelasan Produk
dan fit up

Setiap proses saling berkaitan dan masing-masing memiliki standar


mutu yang ditetapkan sehingga pada setiap proses dapat dilakukan
inspeksi.

Proses manufaktur didesain oleh organisasi dengan pertimbangan bahwa


tanggungjawab, prosedur, aktifitas, kapabilitas dan sumber daya yang
kesemuanya bertujuan untuk meyakinkan bahwa produk, proses akan
dinyatakan “memuaskan”.

15. Quality manual digunakan sebagai rujukan untuk pengerjaan


pengelasan dan melakukan inspeksinya.
15
Quality manual yang terkait dalam pengelasan tertuang dalam prosedur
dan instruksi kerja. Rujukan ini harus dipatuhi oleh setiap individu
yantg terlibat agar produk lolos inspeksi dan dinyatakan memenuhi
standar mutu yang disyaratkan.

Rujukan yang tertuang dalam instruksi kerja mengandung standar


acuan atau kriteria keberterimaan suatu produk lasan. Sebagai contoh:

1. Produk pengelasan struktur baja diatur dalam standard AWS D1-1

2. Produk pengelasan Bejana Tekan diatur dalam standard ASME


BPVC Section VIII.

3. Perkapalan diatur dalam Peraturan Biro Klasifikasi Indonesia,


berupa standar konstruksi kapal dan bangunan apung lainnya

4. Perpipaan diatur dalam standar ANSI/ASME B 31 series.

5. Produk alat berat diatur dalam standar acuan produsen/pemegang


merek.

Contoh standard acuan:

a. BKI RULE VOL 6. WELDING

Standard dapat di download.


https://drive.google.com/file/d/1e8m5QvbzowytqLOdoE1AplbJCWW
5T9Qd/view?usp=sharing

b. ASME BPVC Sec IX. QUALIFICATION STANDARD FOR


WELDING….

1 ASME BPVC

16
2 ANSI/ASME B31.4. PIPELINE
c. Contoh standard dapat di download
ASME B31_4_PIPELINE TRANSPORTATION SYSTEMS BAHAN TRAINING
https://drive.google.com/file/d/12cyAwzHMnPc0Pa8_Ipn4IoSaPP6zSIv1/view?usp=sharing

d. Standard AWS D1-1. Structural Welding Code-Steel

3 Standard AWS D1-1. Structural Welding Code-Steel


e. ISO 5817 Fusion Welding-Quality Levels for Imperfection

4 ISO 5817 Fusion Welding-Quality Levels for Imperfection

16. Spesifikasi dan Instruksi Kerja

Setiap saat anda berurusan dengan spesifikasi atau instruksi kerja,


anda akan berurusan dengan system mutu. Spesifikasi dibuat oleh
seseorang dalam perusahaan sesuai dengan permintaan pelanggan
tentang apa yang dia inginkan dalam produk.

Spesifikasi juga menentukan kondisi minimum yang harus dipenuhi oleh


produk atau jasa agar memenuhi “ kesesuaian dengan tujuan”.

Perusahaan harus menyusun bagaimana mengawasi proses manufaktur


agar produknya memenuhi apa yang pelanggan inginkan. Instruksi kerja
(biasa disebut prosedur operasi standar/SOP), menunjukkan bagaimana
17
melakukan pekerjaan yang terbaik. SOP tidak boleh dilanggar karena
telah dibuat dengan kajian yang terbaik untuk memenuhi mutu produk

17. Hasil pengerjaan dipastikan sesuai dengan SOP. Digunakan lembar


periksa untuk memastikan bahwa hasil pengerjaan produk telah sesuai.
a. Pemeriksaan dan Pengujian
Untuk mendukung bahwa hasil pekerjaan telah sesuai maka dilakukan
pemeriksaan dan pengujian. Sekarang kita tahu bahwa pemeriksaan terbaik
dikerjakan oleh juru las atau supervisor yang mengawasi proses. Dimana
juru las dan supervisor tersebut dapat menemukan bahan cacat (tidak
sesuai) sesegera mungkin setelah diproduksi.
Bagaimanapun produk yang telah selesai dibuat diperlukan pemeriksaan,
khususnya jika banyak komponen dirakit secara bersama untuk membuat
peralatan yang rumit/komplek. Di sini juru las bertanggungjawab terhadap
mutu atau kualitas hasil lasannya. Juru las mengerjakan produk yang
dibuat dan membandingkan dengan spesifikasi. Jika tidak memenuhi
spesifikasi, juru las akan memperbaikinya. Inspektor bersama juru las harus
mampu mendeteksi produk yang cacat sebelum masuk proses berikutnya.
Laporan pemeriksaan ini dijaga, agar selanjutnya mereka dapat menganalisis
dalam meningkatkan proses berikutnya.

Berikut contoh perusahaan yang tidak menggunakan prinsip manajemen


mutu. Mereka mempunyai tukang las yang mengelas kerangka secara
bersama-sama (tanpa pemeriksaan) kemudian kerangka dicat oleh bagian
lain dari perusahaan. Sebagai pemeriksaan hasil akhir, pengecatan
kerangka diperiksa. Jika hasil akhir tidak halus kerangka di rejek. Sekali
rejek, kerangka dikembalikan pada bagian sebelumnya di mana cat dilepas,
kerangka dibersihkan, dan dicat ulang. Di sini kita telah menemukan cacat
dengan memeriksa produk akhir. Dalam keadaan seperti ini, semua biaya
telah dibebankan pada produk. Re-work tidak membuat produk lebih baik.
Apakah anda melihat bahwa waktu, uang dan usaha telah terbuang?

Kemudian perusahaan menerapkan manajemen mutu, dan dimulai dengan


mengumpulkan data dari tiap proses produksi. Akhirnya dapat diketahui
sumber utama cacat dan dapat diatasi dengan mudah misalkan dengan
melepas terak las dengan menggunakan sikat baja sebelum produk
dipindahkan ke bagian pengecatan. Kemudian prosedur operasi standar
(SOP) dibuat dengan tahapan bahwa juru las harus membersihkan lasan
18
sebelum produk masuk ke bagian pengecatan. SOP ini mencegah
pengiriman produk cacat ke pelanggan.

Dengan pendekatan manajemen mutu ini, cacat ditemukan lebih awal


sehingga juru las juga tahu/sadar bahwa dia bertanggung jawab pada mutu
permukaan las, sehingga dia akan bekerja lebih hati-hati.

Contoh cacat las:


WELD_DISCONTINUITIES_POSTER_LINCOLN

2.1 Contoh Cacat Las

Referensi dokumen:
a. Cacat Las dan Quality Assurance
https://drive.google.com/file/d/1hC33KxaQjSZJskmOHrPCoXAkEiwkZXYF/view?usp=sha
ring
b. POSTER CACAT LAS USE
https://drive.google.com/file/d/1KbreNNO3-
_BDwegTczl9hANisAfnaGZ_/view?usp=sharing

18. Semua rekaman mutu pekerjaan didokumentasikan

Pilar berikutnya yang digunakan demi menyukseskan proses implementasi


ISO 9001 ini adalah “Delapan prinsip manajemen mut” yang bertujuan
untuk mengimprovisasi kinerja system agar proses yang berlangsung sesuai
dengan focus utama yaitu effectivitas continual improvement, 8 prinsip
manajemen yang dimaksud adalah:

19
5 Siklus Implementasi ISO 9001

1) Customer Focus: Semua aktifitas perencanaan dan implementasi


system semata-mata untuk memuaskan customer.
2) Leadership: Top Management berfungsi sebagai Leader dalam
mengawal implementasi System bahwa semua gerak organisasi selalu
terkontrol dalam satu komando dengan commitment yang sama dan
gerak yang synergy pada setiap elemen organisasi
3) Keterlibatan semua orang: Semua element dalam organisasi terlibat
dan concern dalam implementasi system management mutu sesuai
fungsi kerjanya masing-masing, bahkan hingga office boy sekalipun
hendaknya senantiasa melakukan yang terbaik dan membuktikan
kinerjanya layak serta berqualitas, pada fungsinya sebagai office boy.
4) Pendekatan Proses: Aktifitas implementasi system selalu mengikuti
alur proses yang terjadi dalam organisasi. Pendekatan pengelolaan
proses dipetakan melalui business process. Dengan demikian,
pemborosan karena proses yang tidak perlu bisa dihindari atau
sebaliknya, ada proses yang tidak terlaksana karena pelaksanaan
yang tidak sesuai dengan flow process itu sendiri yang berdampak
pada hilangnya kepercayaan pelanggan
5) Pendekatan System ke Management: Implementasi system
mengedepankan pendekatan pada cara pengelolaan (management)
proses bukan sekedar menghilangkan masalah yang terjadi. Karena
itu konsep kaizen, continual improvement sangat ditekankan. Pola
pengelolaannya bertujuan memperbaiki cara dalam menghilangkan
akar (penyebab) masalah dan melakukan improvement untuk
20
menghilangkan potensi masalah.
6) Perbaikan berkelanjutan: Improvement, adalah roh implementasi ISO
9001:2015
7) Pendekatan Fakta sebagai Dasar Pengambilan Keputusan: Setiap
keputusan dalam implementasi system selalu didasarkan pada fakta
dan data. Tidak ada data (bukti implementasi) sama dengan tidak
dilaksanakannya system ISO 9001:2015
8) Kerjasama yang saling menguntungkan dengan pemasok: Supplier
bukanlah Pembantu, tetapi mitra usaha, business partner karena itu
harus terjadi pola hubungan saling menguntungkan.

21
F. LANGKAH KERJA

MELAKUKAN PERAN SERTA (CONTRIBUTE) PADA SISTEM MUTU

No PANDUAN GAMBAR CAPAIAN KETERANGAN


1. Berikut adalah langkah-langkah yang harus anda 1. Mengikuti tahapan sesuai
ikuti untuk dapat berperan serta dalam sistem SOP
mutu. 2. Melakukan pemeriksaan
secara detail dan teliti
3. Hasil periksa dicatat pada
lembar periksa secara detail
dan teliti

2. Melakukan inspeksi pengelasan 1. Kesesuaian hasil 1. Download link yang


Siapkan checklist untuk melakukan inspeksi pengelasan dengan standar diberikan.
pengelasan. pengelasan 2. Untuk dapat mendownload
Checklist dapat diakses melalui link berikut: maka diperluikan koneksi
https://drive.google.com/file/d/1wPrcm8ZYn_jVKF internet.
Ey4Xs2311n65mnrpdN/view?usp=sharing 3. Download dapat dilakukan
dari perangkat komuinikasi
CHECKLIST INSPEKSI PENGELASAN HP, PC, Lap Top atau tablet.

22
No PANDUAN GAMBAR CAPAIAN KETERANGAN
6 CHECKLIST INSPEKSI PENGELASAN

3. Memeriksa hasil produk sesuai prosedur

Siapkan prosedur pembuatan produk, atau


prosedur pengelasan, atau standar produk lasan.
Sebagai contoh dokumen mutu adalah:
a. Manual mutu produk, prosedur, instruksi
kerja dan atau spesifikasi produk pengelasan
https://drive.google.com/file/d/1vD49QBYqz
D2nIcJe-
vx9pH5MlJCqrhrL/view?usp=sharing

Contoh Prosedur Pengelasan GMAW

3.1. Hasil produk diperiksa sesuai prosedur


atau standard acuan.

23
No PANDUAN GAMBAR CAPAIAN KETERANGAN
standard acuan:

a. BKI RULE VOL 6. WELDING

3.2. Cacat las diidentifikasi sesuai dengan


kriteria keberterimaan (acceptance criteria).

4. Menerapkan standar mutu pada pengerjaan


pengelasan
4.1. Proses manufaktur secara menyeluruh 2. Proses pengelasan sesuai
diinspeksi untuk memastikan pencapaian dengan standar mutu.
standar mutu.
Contoh proses manufaktur

24
No PANDUAN GAMBAR CAPAIAN KETERANGAN

2.1 Proses Manufaktur Bejana Tekan

Link Video Proses Manufaktur.


https://youtu.be/ARDJsUbYalM

4.2. Quality manual yang sesuai digunakan


sebagai rujukan untuk pengerjaan
pengelasan.
Contoh Quality Manual:

1. Contoh Quality Manual Welding 1

25
No PANDUAN GAMBAR CAPAIAN KETERANGAN

2. Contoh Quality Manual Welding 2

4.3. Hasil pengerjaan dipastikan sesuai


tahapan pekerjaan pengelasan.

4.4. Semua rekaman mutu pekerjaan


didokumentasikan sesuai prosedur.
Contoh rekaman mutu.

Contoh Rekaman Mutu Hasil Pengelasan 1

26
No PANDUAN GAMBAR CAPAIAN KETERANGAN

Contoh Rekaman Mutu 2

5. Memastikan proses pengerjaan pengelasan sesuai


prosedur

5.1. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan


sesuai prosedur yang telah ditetapkan
Prosedur-Pengelasan-Piping
https://drive.google.com/file/d/1F2e8GXsWBcDD4
LT4YwqBqvHT-LruFdlz/view?usp=sharing

7 Contoh Prosedur

27
No PANDUAN GAMBAR CAPAIAN KETERANGAN
5.2. Prosedur pengerjaan dan standar
produk dari pelanggan/pengguna/pemilik
diidentifikasi.

Contoh Spesifikasi Teknik Pelanggan/Pemilik:

SPESIFIKASI TEKNIS TANGKI TIMBUN


https://drive.google.com/file/d/1u9Ry-
oD4EgtlxyKudAjkzoZfeC04S19V/view?usp=sharing

28
G. IMPLEMENTASI UNIT KOMPETENSI

Elemen Kompetensi 1
Memeriksa hasil produk sesuai prosedur

Baca Referensi 1.1:

Silahkan untuk mempalajari hal-hal berikut:


1. Cara memeriksa hasil produk pengelasan
2. Cara mengidentifikasi cacat las yang timbul

3. Cara menetapkan keberterimaan produk yang


diperiksa

Aktivitas 1.2 :
Silakan mencari jenis-jenis cacat las yang ada pada hasil
pengelasan dan mencari penyebabnya.
Diberikan satu contoh test produk las-lasan.

29
Elemen Kompetensi 2

Menerapkan standar mutu pada pengerjaan pengelasan

Baca Referensi 2.1:

Silahkan untuk mencari informasi dan membaca beberapa hal


sebagai berikut:

1. BUKU TEORI MELAKUKAN PERAN SERTA PADA SISTEM MUTU


WHB V1 CH 13
https://drive.google.com/file/d/1HsuW7nalyxGEc4YvYlp0xcJNaRX
5IY4u/view?usp=sharing

Diskusi 2.2 :

Silahkan untuk mendiskusikan hasil mencarian informasi mengenai


hal berikut yang telah Anda pelajari:

1. Jenis jenis cacat las


2. Acceptance criteria pengelasan
3. Jensi dokumen mutu pada industri pengelasan
Dari hasil diskusi yang dilakukan dalam kelompok, buatlah catatan
dan presentasikan di kelas hasil diskusi setiap kelompok.

Pemeriksaan 2.3 :

Silahkan dibaca prosedur pengelasan yang sudah diberikan lalu


jelaskan beberapa hal berikut ini:

1. Sebutkan peralatan yang memadai untuk pengelasan agar


menghailkan produk yang bermutu
2. Jelaskan salah satu proses pembuatan produk lasan, dimulai dari
penyiapan material sampai dengan delivery/pengiriman
3. Jelasakan dokumen sistem mutu menurut ISO 9001:2015

Catat hasil pembelajaran.

Pikirkan 2.4 :

Aspek K3 yang penting diperhatikan dalam proses pengelasan


menurut saya adalah:

Elemen Kompetensi 3
30
Elemen Kompetensi 3

Memastikan proses pengerjaan pengelasan sesuai prosedur

Video Youtube 3.1:

Silahkan download materi video berikut ini:


Link:
https://drive.google.com/file/d/1uOGKSmB7XhMbub6d2r_BVdcH9
X3ppmg5/view?usp=sharing
(Download)
atau
Lihat Link video, kontribusi pada sistem mutu bidang pengelasan.
https://youtu.be/RCXoyrAU0qo
(lihat online)

Link Video Proses Manufaktur.


https://youtu.be/ARDJsUbYalM
(lihat online)

Catat rangkum hasil Anda menyaksikan tayangan video tersebut.


Aktivitas 3.2 :

Silahkan untuk mencoba menjelakan kontribusi anda dalam


menjamin mutu produk lasan, sesuai dengan video yang ada
diatas

Mempersiapkan dokumen pengelasan untuik menjamin muitu produk.

Tuliskan jenis dokumen yang depat menjamin mutu produk pengelasan:

Sebutkan alat-alat pengelasan yang digunakan untuk dapat menjamin mutu produk:

Sebutkan hasil identifikasi cacat cacat las dan penyebabnya:

Cari infromasi Keberterimaan (Acceptance criteria) untuk setiap jenis cacat las
(identifikasi standard acuan yang digunakan, dimensi/ukuran cacat, jenis cacat,
kedalaman dan bentuk cacat las).

Diskusi

Diskusi 3.3 :
31
Silahkan diskusikan hasil yang telah anda peroleh dan membahas
Bersama rekan untuk hasil lain yang rekanmu peroleh. Presentasikanlah
Pikirkan 3.4:
1. Pikirkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjamin mutu
produk lasan.
2. Identifikasi dokumen yang diperlukan untuk menjamin mutu produk
lasan
3. Pikiran-pikiran pokok dalam implementasi ISO 9001:2015
4. Pikirkan isi dokumen dan rekaman mutu yang diperlukan dalam
industri pengelasan.

Pikirkan 3.5 :
Studi Kasus 1
Ternyata panduan mutu, dokumen dan informasi untuk melakukan
pemeriksaan hasil lasan tidak tersedia, sedangkan saudara diminta
berkontribusi menjamin kualitas lasan.
Apa yang saudara lakukan?

Penilaian:

Penilaian Catatan :

Kompeten/Belum Kompeten

Peserta Instruktur

Nama/Tandatangan/tgl Nama/Tandatangan/tgl

32
H. LAMPIRAN

KAMUS ISTILAH

ANSI American National Standards Institute. Adalah


sebuah lembaga nirlaba swasta yang mengawasi
pengembangan standar konsensus sukarela
untuk produk.

ASME American Society of Mechanical Enginer. Adalah


asosiasi yang menerbitkan standard untuk
memproduksi, memeriksa dan mensertifikasi
peralatan yang bertekanan.

AWS American Welding Society. Adalah asosiasi yang


menerbitkan standard untuk desain, fabrikasi,
inspeksi dan reparasi bangunan struktur baja.

Bahan induk/Base Metal adalah material utama berupa logam atau


campurannya yang akan disambung
menggunakan proses pengelasan.

Bahan tambah/ adalah bahan yang ditambahkan dalam proses


consumable pengelasan.

continual improvement Adalah suatu metode untuk mengidentifikasi


peluang perbaikan untuk merampingkan cara
kerja dan mengurangi pemborosan.

ISO (International adalah badan pembuat/penerbit standar


Organization for internasional yang terdiri dari wakil-wakil dari
Standardization) badan standardisasi nasional setiap negara.

Juru Las/Tukang Las/ adalah personil yang melakukan pekerjaan


Welder pengelasan

Manajemen Mutu diartikan sebagai sistem manajemen yang


mengangkat kualitas sebagai strategi utama dan

33
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan
melibatkan seluruh anggota organisasi.

Pengelasan/Welding adalah suatu proses penyambungan dua buah


bahan atau lebih yang didasarkan pada prinsip-
prinsip proses fusi, sehingga terbentuk suatu
sambungan melalui ikatan kimia yang
dihasilkan dari pemakaian panas dan tekanan.

Standards/Acuan adalah suatu norma atau persyaratan berupa


suatu dokumen formal yang menciptakan
kriteria, metode, proses, dan praktik rekayasa
atau teknis yang harus dipenuhi sebagai
persyaratan minimum

Welding Procedure adalah suatu dokumen yang memuat variabel


Specification (WPS) penting dalam pengelasan dengan aplikasi yang

spesifik untuk menjamin hasil lasan sesuai


dengan yang disyaratkan.

34
REFERENSI
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2. AWS, Welding Handbook, Volume 1 - Welding Science and Technology by Jenney, Cynthia L.
O’Brien, Annette (Eds.). Chapter 13, 14, 15, 16
3. ASME BPVC (Boiler and Pressure Vessel Code) Section II A, IIC dan Section IX.
4. ANSI/ASME B31.4. Tentang Desain, fabrikasi, instalasi, testing dan inspeksi perpipaan
5. AWS D1.1/D1.1M:2020 Structural Welding Code-Steel
6. BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) RULE VOL 6. WELDING
7. ISO 5817 Fusion Welding-Quality Levels for Imperfection
8. STD ISO 9001 2015. Quality Management System.

35
UNIT KOMPETENSI

KODE UNIT : C.24LAS01.002.1

JUDUL UNIT : Melakukan Peran Serta (Contribute) pada Sistem


Mutu

DESKRIPSI UNIT : Unit ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan


sikap kerja dalam melakukan peran serta (contribute)
pada sistem mutu.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Memeriksa hasil produk 1.1 Hasil produk diperiksa sesuai


sesuai prosedur prosedur.
1.2 Cacat las diidentifikasi sesuai dengan
kriteria keberterimaan (acceptance
criteria).

2. Menerapkan standar 2.1 Proses manufaktur secara menyeluruh


mutu pada pengerjaan diinspeksi untuk memastikan
pengelasan pencapaian standar mutu.
2.2 Quality manual yang sesuai
digunakan sebagai rujukan untuk
pengerjaan pengelasan.
2.3 Hasil pengerjaan dipastikan sesuai
tahapan pekerjaan pengelasan.
2.4 Semua rekaman mutu pekerjaan
didokumentasikan sesuai prosedur.

3. Memastikan proses 3.1 Pelaksanaan pekerjaan dilakukan


pengerjaan pengelasan sesuai prosedur yang telah ditetapkan
sesuai prosedur 3.2 Prosedur pengerjaan dan standar
produk dari pelanggan/pengguna/
pemilik diidentifikasi.

BATASAN VARIABEL

1. Konteks variabel

1.1 Unit kompetensi ini mencakup memastikan hasil pengelasan,


menerapkan standar mutu pada pengerjaan pengelasan, dan
memastikan proses pengerjaan pengelasan sesuai prosedur dalam
melakukan peran serta (contribute) pada sistem mutu.
36
2. Peralatan dan perlengkapan

2.1 Peralatan

2.1.1 Dokumen gambar, spesifikasi, kontrak

2.1.2 Komputer, alat bantu hitung, alat bantu cetak

2.2 Perlengkapan

2.2.1 ATK

3. Peraturan yang diperlukan

(Tidak ada)

4. Norma dan standar

4.1 Norma

(Tidak ada.)

4.2 Standar

(Tidak ada.)

PANDUAN PENILAIAN

1. Konteks penilaian

1.1 Penilaian dilakukan terhadap pengetahuan, keterampilan dan


sikap kerja dalam melakukan peran serta (contribute) pada sistem
mutu.

1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan tes lisan atau tertulis dan/atau
praktik atau observasi.

1.3 Penilaian dapat dilakukan di tempat kerja, dan/atau di Tempat


Uji Kompetensi (TUK).

2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan

(Tidak ada)

3.2 Keterampilan

(Tidak ada)

4. Sikap kerja yang diperlukan


37
4.1 Disiplin

4.2 Teliti

4.3 Cermat

5. Aspek kritis

5.1 Kedisiplinan dalam menggunakan quality manual yang sesuai


sebagai rujukan untuk pengerjaan pengelasan

38
DAFTAR NAMA PENYUSUN

Jabatan Dalam
NO. NAMA PROFESI
Tim

1. Alim Saadi  Instruktur Biro Klasifikasi Penyusun


Indonesia Bidang
Pengelasan
 Pengkaji Utama dibidang
kompetensi, inspeksi,
sertifikasi dan audit
sistem manajemen mutu

2. Arif Hafidiyanto - Verifikator

3. Bayu - Validator

39

Anda mungkin juga menyukai