Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN KASUS

MIOMA UTERI

Penyusun:
Abryanna Eka Putri Suyarman
031032000032

Pembimbing:
dr. Komang Arianto, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 19 SEPTEMBER – 30 OKTOBER 2022

JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan penyertaan-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan kasus yang berjudul “Mioma
Uteri”. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas dari syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit
Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Periode 19 September – 30 Oktober 2022.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Komang Arianto, Sp.OG
sebagai pembimbing. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dokter dan
staf-staf Ilmu Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.
Mintohardjo, teman-teman sesama Co-Assisten, dan semua pihak yang turut serta
memberikan bantuan, doa, semangat, dan membantu kelancaran dalam proses
penyusunan referat ini.
Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis menyadari bahwa laporan
kasus ini masih belum sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik penulis
harapkan untuk menyempurnakan laporan kasus ini di kemudian hari. Penulis
berharap semoga referat ini bermanfaat untuk berbagai pihak yang membacanya

Jakarta, Oktober 2022

Abryanna Eka Putri S.

2
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………..2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………3
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………...4
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………….5 BAB
II LAPORAN KASUS……………………………………………………….6
BAB III ANALISA KASUS………………….......……………………………...15
BAB IV TINJAUAN
PUSTAKA………………………………………………...16
4.1 Anatomi Reproduksi Wanita...…………………………………… .………...16
4.2 Fisiologi Reproduksi Wanita……………………………………….………...18
4.3 Definisi Abnormal Uterine Bleeding……………………..........
……………..23
4.4 Epidemiologi Abnormal Uterine Bleeding……………………….……...
…...24
4.5 Etiologi Abnormal Uterine Bleeding………………...……..
………………...25
4.6 Klasifikasi Abnormal Uterine Bleeding……………………….
……………...28
4.7 Patogenesis Abnormal Uterine Bleeding…………………...
………………...34
4.8 Penegakkan Diagnosis Abnormal Uterine Bleeding……….………........……
36
4.9 Diagnosis Banding Abnormal Uterine Bleeding……………………………..40
4.10 Tatalaksana Abnormal Uterine Bleeding…………………….
……………...41
4.11 Komplikasi Abnormal Uterine Bleeding…………………………….
……...49

3
4.12 Prognosis Abnormal Uterine Bleeding …….
………………………………..50
4.13 Definisi Mioma………………...................................……….
……………...50
4.14 Epidemiologi Mioma………………..........................……….
……………...51
4.15 Etiologi Mioma………………...................................……….
……………...51
4.16 Patogenesis Mioma……………….............................……….
……………...52
4.17 Klasifikasi Mioma………………..............................……….……………...52
4.18 Diagnosa Mioma……………….................................……….
……………...53
4.18 Penatalaksanaaan Mioma……………….................................
……………...53

BAB V KESIMPULAN………………………………………………………….56
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………….57

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Organ Eksterna Wanita


……………………………………………….16
Gambar 2. Organ Interna Wanita …………………………………………….….17

4
Gambar 3. Peranan Hormon Dalam Siklus Menstruasi …………………..
……...19
Gambar 4. Oogenesis …..……………............................................…..
………….20
Gambar 5. Siklus Ovulasi.. ……….......................................................
………….20
Gambar 6. Siklus Menstruasi …………………………………........
…………….21
Gambar 7. Parameter Siklus Menstruasi Normal …………………………….….23
Gambar 8. Terminologi AUB ………….......................................………..
……...24
Gambar 9. Klasifikasi Etiologi AUB Menurut FIGO.......................…..
………….29
Gambar 10. Klasifikasi AUB-L.. ………......................................................
…….30
Gambar 11. Manifestasi Klinis Dari AUB Berdasarkan
Etiologi...........................34
Gambar 12. Patogenesis Abnormal Uterine Bleeding …………..........………….35
Gambar 13. Penegakan Diagnosis Abnormal Uterine Bleeding ………...…….
….36
Gambar 14. Pemeriksaan Penunjang AUB …………...................………..
……...40
Gambar 15. Diagnosis Banding AUB.......................….........................
………….40
Gambar 16. Tatalaksana AUB.. ………........................................................
…….49
Gambar 17. Tindakan Bedah AUB.. ……….................................................
…….49
Gambar 18. Patogenesis Mioma.. ……….....................................................
…….52

5
Gambar 19. Klasifikasi Mioma. ………........................................................
…….52
Gambar 20. Tatalaksana Mioma. ………......................................................
…….55

BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu hal yang penting untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal adalah dengan mcmperhatikan kesehatan wanita khususnya kesehatan
reproduksi karena hal tersebut dampaknya luas dan menyangkul berbagai aspek
kehidupan Kesehatan reproduksi wanita mcmbcrikan pengaruh yang besar dan
berperan penting terhadap kelanjutan generasi pcncrus bagi suatu negara.
Kesehatan reproduksi wanita juga merupakan parameter kemampuan negara
dalam mcnyelenggarakan pclayanan kesehatan terhadap masyarakat
Kesehatan reproduksi wanita yang menjadi masalah salah satunya mioma
uteri yang insidensinya terus mcngalami peningkatan. Menurut penelitian World
Health Organisation (WHO) setiap tahun jumlah penderita mioma bertambah
mencapai 6,25 juta orang dalam 10 tahun mendatang diperkirakan 9 juta orang
akan meninggal setiap tahun akibat mioma di dunia akan berada dinegara-negara
yang sedang berkembang
Mioma uteri atau sering disebut fibroid merupakan tumor jinak yang
berasal dari otot polos rahim. Sel tumor terbentuk karena mutasi genetik,

kemudian berkembang akibat induksi hormon estrogen dan progesteron.1,2


Mengingat sifat pertumbuhannya dipengaruhi hormonal, tumor ini jarang
mengenai usia pra- pubertas serta progresivitasnya akan menurun pada masa

menopause.1,2 Leiomioma uteri merupakan jenis tumor jinak yang dapat

menyerang segala usia.2 Sebagian kasus asimptomatis sehingga sering didapati


secara tidak sengaja saat ke dokter karena keluhan lain. Gejala paling sering

6
adalah perdarahan vagina. Tumor ini sering menjadi penyebab subfertilitas wanita
dan pada kehamilan dapat menyebabkan abortus dan prematuritas (diagnosis dan
tatalaksana mioma uteri)

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. M
Usia : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 22/02/1974
Alamat : Citra indah bukit cendana J8 No.19 Jonggol
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Masuk RS : 11/10/2022 , 15.00 WIB
No. RM : 253492

2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara auto-anamnesis dengan pasien pada tanggal 11
Oktober 2022 pukul 15.30 WIB di Pulau Bunyu Ruang 301 B RSAL Dr.
Mintohardjo.
a. Keluhan Utama
Perdarahan dari jalan lahir warna merah segar
b. Keluhan Tambahan
-
c. Riwayat Penyakit Sekarang

7
Pasien P4A0, HPHT 01/05/2022, Pada tanggal 24/05/2022 datang ke
Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSAL Dr. Mintohardjo dengan keluhan haid
yang tidak berhenti sejak tanggal 1 Mei 2022, sejak awal haid sampai tanggal 6
Mei 2022 hanya flek saja, namun seterusnya hingga saat ini darah segar. Ganti
pembalut hingga 5x/hari dan darah merah penuh di pembalut. Terdapat keluhan
pusing yang disertai tubuh terasa lemas dan lebih mudah lelah yang dirasakan 1
minggu SMRS. Pasien merasa kurang tidur. Namun tidak ada mual dan muntah.
Dalam 3-6 bln tidak ada penurunan BB yang mendadak atau terus menerus. Telah
menerima transfusi 1 kantong PRC sebelumnya, nafsu makan baik, BAK dan
BAB tidak ada keluhan. Demam (-), batuk pilek (-), nyeri perut (-).
Pada tanggal 08/09/2017 melalui pemeriksaan USG Transvaginal di Poliklinik
Obstetri dan Ginekologi RSAL Dr. Mintohardjo didapatkan hasil USG terdapat
mioma pada korpus uteri anterior sebesar 3,09cm dan ovarium kanan dan kiri
dalam batas normal. Pada tanggal 19/10/2021 pasien juga mengalami keluhan
haid yang memanjang dan pusing, dan melalui pemeriksaan USG Transvaginal di
Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSAL Dr. Mintohardjo didaptkan hasil
terdapat mioma ukuran 5,3x3,9x4cm dan ovarium kanan dan kiri dalam batas
normal.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien mempunyai riwayat mioma sejak tahun 2011 yang bermula dengan
keluhan menstruasi yang banyak selama 4 bulan SMRS dan dilakukan
miomektomi. Pada tahun 2016 mioma kembali lagi muncul keluhan haid
dengan perdarahan yang banyak dan terdapat nyeri perut, yang diagnosa
adenomiosis dan dilakukan tindakan adenomiomektomi.
- Riwatar Penyakit HT (-) , DM (-) , HIV/AIDS (-)
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Kakak pasien ada yang didiagnosis mioma, dan ayah dari pasien terdapat
penyakit hipertensi.
f. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan maupun makanan.
g. Riwayat Konsumsi Obat-Obatan

8
Pasien tidak memiliki riwayat konsumsi obat-obatan yang rutin diminum.
h. Riwayat Menstruasi
- Menarche: 13 tahu
- Siklus menstruasi: 28-30 hari, HPHT 12 Oktober2022
- Lama haid: 25 hari
- Jumlah pembalut rata-rata per hari: 6-7 pembalut
- Dismenorea: tidak ada
- Keputihan di luar siklus menstruasi: tidak ada
i. Riwayat Persalinan
- Paien melahirkan anak pertama dengan sectio caesaria pada tahun 2008
- Anak ke dua
- Anak ke tiga
- Pasien pernah dilakukan curretase pada kehamilan ke-2 pada tahun 2011
dengan diagnosis dead conseption pada usia kehamilan 20/21 minggu
j. Riwayat Obstetri
Pasien memiliki riwayat persalinan secara sectio caesaria.
k. Riwayat Ginekologi
Pasien tidak memiliki riwayat mioma uteri.
l. Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak menggunakan KB.
Riwayat Kebiasaan
- Pasien makan 3 kali sehari secara rutin dan dalam porsi cukup.
- Pasien kurang rutin berolahraga.
- Aktivitas sehari-hari pasien adalah menjadi ibu rumah tangga.
- Riwayat merokok (-), konsumsi alkohol (-), konsumsi herbal (-).
m. Riwayat Sosial Ekonomi
Penghasilan pasien dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2.3 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum
 Kesan Sakit : Tampak sakit sedang

9
 Kesadaran : Compos mentis, E4M5V6 (GCS = 15)
 Kesan Gizi : Tampak gizi lebih
2. Tanda Vital
 Tekanan Darah : 130/90 mmHg
 Suhu : 36,8oC
 Nadi : 71 x/menit
 SpO2 : 98%
 Pernapasan : 20 x/menit
3. Status Gizi
 Tinggi Badan : 150 cm
 Berat Badan : 74 kg
 IMT : 32,8 kg/m2 (Obesitas)
4. Status Generalis
 Kepala : Normosefali
 Mata : Pupil isokor, CA (+/+), SI (-/-), RCL (+/+), RCTL (+/+)
 Telinga : Normotia, deformitas (-), hiperemis (-), edema (-),
sekret (-)
 Hidung : Simetris, hiperemis (-), edema (-), sekret (-)
 Mulut : Sianosis (-)
 Tenggorokan : Tonsil T2-T2, hiperemis (-), edema (-)
 Leher : Pembesaran KGB (-)
 Thoraks : Dada simetris, retraksi iga (-), massa (-), SNV (+/+),
Ronki (-/-), wheezing (-/-), S1 S2 reguler, murmur (-),
gallop (-)
 Abdomen : Terdapat masa yang memebesar hingga 1 jari dibawah
pusat
 Ekstremitas : Turgor kulit baik, akral hangat, hiperemis (-), edema (-),
CRT < 2 detik
5. Status Ginekologi
- Inspekulo : portio licin, darah (+) dibersihkan kesan tidak mengalir.

10
- VT : Uterus membesar terdapat massa, adneksa kanan/kiri
dalam batas normal, parametrium kanan/kiri lemas, cavum douglas
tidak menonjol..

2.4 Pemeriksaan Penunjang


 Laboratorium
Nilai
Pemeriksaan 24/05/2022 25/05/2022 26/05/2022
Rujukan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Lekosit 6300 8000 7000 5.000 –
10.000
sel/mm3
Eritrosit 2.93 3.57 4.04 4,2 – 5,4
juta/mm3
Hemoglobin 7.8 9.2 10.6 12 – 14 g/dL
Hematokrit 24 29 33 37 – 42%
Trombosit 309000 236000 204000 150.000 –
450.000
sel/mm3
Laju Endap 68 <10 mm/Jam
Darah (LED)
Hitung Jenis
Basofil 0 0 – 1%
Eosinofil 2 0 – 3%
Neutrofil 59 50 – 70%
Limfosit 34 20 – 40%

11
Monosit 5 2 – 8%
MCV 81.8
MCH 26.7
MCHC 32.7

 USGTV

USGTV : Uterus retrofleksi UK 4,6 x 2,6 x 1,8cm


Tampak miom UK 5,3 x 3,9 x 4 cm
Ovarium kanan dan kiri dalam batas normal

2.6 Diagnosis Kerja


- P1A1
- AUB-L (ec mioma)
- Anemia Gravis

2.7 Diagnosis Banding


- Polip
- Adenomyosis
- Malignancy dan Hiperplasia

12
2.8 Tatalaksana
- RL 20 tpm
- Injeksi as. Tranexamat 3 x 250
- Injeksi OMZ 2 x 30
- Progynova 4 x 4 PO
- As. Mefenamat 3 x 500 mg PO
- Andalat Oros 1 x 30 mg
- Tranfusi target HB 10

2.9 Prognosis
 Ad Vitam : ad Bonam
 Ad Fungsionam : ad Bonam
 Ad Sanationam : dubia ad Malam

2.10 Resume
Pasien G2P1A1, HPHT 01/05/2022, Pada tanggal 24/05/2022 datang ke
Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSAL Dr. Mintohardjo dengan keluhan haid
yang tidak berhenti sejak tanggal 1 Mei 2022, sejak awal haid sampai tanggal 6
Mei 2022 hanya flek saja, namun seterusnya hingga saat ini darah segar. Ganti
pembalut hingga 5x/hari dan darah merah penuh di pembalut. Terdapat keluhan
pusing yang disertai tubuh terasa lemas dan lebih mudah lelah yang dirasakan 1
minggu SMRS. Pasien mempunyai riwayat mioma sejak tahun 2011 dan 2016.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis dan Terdapat masa yang
memebesar hingga 1 jari dibawah pusat. Saat dilakukan USGTV didapatkan hasil
Uterus retrofleksi UK 4,6 x 2,6 x 1,8cm, Tampak miom UK 5,3 x 3,9 x 4 cm,
Ovarium kanan dan kiri dalam batas normal. Pada pemeriksaan darah didaptkan
Hb7,8 mg/dl. Pasien memerlukan tranfusi darah.Diagnosa pasien P1A1 dengan
AUB-L dan anemia gravis.

13
2.11 Follow Up

Rabu, 25-05-2022
S Pasien mengeluhkan masih terdapat pendarahan saat BAK tetapi sedikit,
lemas (-), nyeri kepala (+),Pasien merasa kurang tidur, demam(-), mual dan
muntah(-), telah menerima transfusi 1 kantong PRC tadi malam
O - KU : CM, kesan sakit sedang
- TD: 130/90mmHg
- HR: 71x/menit
- RR: 20x/menit

- Suhu: 36,80 C
- SpO2: 98% RA

Status Lokalis : Mata: CA+/+, SI -/-, pupil isokor, reflex pupil +/+, SNV
(+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-), S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
A - P1A1 dengan abnormal uterina bleeding ec mioma dengan anemia

P
- RL 20 tpm
- Inj as. Tranexamat 3 x 250
- Inj OMZ 2 x 30 mg
- Oral Progynova 4 x 4
- Oral As. Mefenamat 3 x 500
- Adalat oros 1 x 30

14
- Rencana transfusi 1 pack lagi PRC

Kamis, 26-05-2022

S Saat ini pasien merasa sudah tidak lemas lagi, darah sudah masuk 3
kantong, terakhir ganti pembalut sore kemarin hingga pagi ini belum ada
darah yang keluar, demam (-) mual (-) muntah (-), nafsu makan baik
O - KU : CM, kesan sakit sedang
- TD: 140/80mmHg
- HR: 89x/menit
- RR: 20x/menit

- Suhu: 36,80 C
- SpO2: 98% RA

Status Lokalis : Mata: CA-/-, SI -/-, pupil isokor, reflex pupil +/+, SNV
(+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-), S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
A - P1A1 dengan abnormal uterina bleeding ec mioma dengan anemia

P
- RL 20 tpm
- Injeksi as. Tranexamat 3 x 250
- Injeksi OMZ 2 x 30
- Progynova 4 x 4 PO
- As. Mefenamat 3 x 500 mg PO
- Andalat Oros 1 x 30 mg

15
BAB III
ANALISA KASUS

Pasien G2P1A1, HPHT 01/05/2022, Pada tanggal 24/05/2022 datang ke


Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSAL Dr. Mintohardjo dengan keluhan haid
yang tidak berhenti sejak tanggal 1 Mei 2022, sejak awal haid sampai tanggal 6
Mei 2022 hanya flek saja, namun seterusnya hingga saat ini darah segar. Ganti
pembalut hingga 5x/hari dan darah merah penuh di pembalut. Keadaan tersebut
menandakan adanya ketidakteraturan dalam siklus menstruasi yang melibatkan
frekuensi, keteraturan, durasi, dan volume aliran di luar kehamilan yang hal
tersebut yang digunakan untuk mendiagnosa Abnormal Uterine Bleeding. Keadan
tersebut terjadi karena berbagai etiologi dengan terdapat 9 kategori utama
perdarahan uterus abnormal disusun sesuai dengan akronim PALM COEIN, yakni
polyp, adenomyosis, leiomyoma, malignancy and hyperplasia, coagulopathy,
ovulatory dysfunction, endometrial dysfunction, iatrogenic, dan not yet classified.
Terdapat keluhan pusing yang disertai tubuh terasa lemas dan lebih mudah
lelah yang dirasakan 1 minggu SMRS dengan dilakukannya pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva anemis, dan diperkuat dengan pemeriksaan penunjang
yang hasil Hb nya 7,8 mg/dl yang dimana pasien dapat diagnosa Anemia dan
memerlukan tranfusi darah.

16
Pada tanggal 08/09/2017 melalui pemeriksaan USG Transvaginal di Poliklinik
didapatkan hasil USG terdapat mioma pada korpus uteri anterior sebesar 3,09cm
dan ovarium kanan dan kiri dalam batas normal. Pada tanggal 19/10/2021 pasien
juga mengalami keluhan yang dan melalui pemeriksaan USG Transvaginal di
Poliklinik didaptkan hasil terdapat mioma ukuran 5,3x3,9x4cm dan ovarium
kanan dan kiri dalam batas normal. Dari penyakit dahulu diketahui pasien
mempunyai miom dan pernah dilakukan tindakan miomektomi yang pada
dasarnya konsi pasien ini menurut klasifikasi masuk kedalam AUB yang kronis.
Melalui pemeriksaan terakhir melalui pemeriksaan USTV didapatkan mioma yang
menandakan AUB yang terjadi dikarenakan miom (AUB-L).
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Anatomi Reproduksi Wanita

Gambar 1. Organ Eksterna Wanita(7)

17
 Vulva ialah tempat bermuaranya sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labia mayora (bibir besar) yang ke arah belakang menyatu
membentuk kommissura posterior dan perineum. Di bawah kulitnya
terdapat jaringan lemak serupa dengan yang ada di mons veneris. Medial
dari bibir besar ditemukan bibir kecil (labia minora) vang ke arah
perineum menjadi satu dan membentuk frenulum labiorum pudendi. Di
depan frenulum ini terletak fossa navikulare. Kanan dan kiri dekat pada
fossa navikulare ini dapat dilihat dua buah lubang kecil tempat saluran
kedua glandula Bartholini bermuara. Ke depan labia minora menjadi satu
dan membentuk prepusium klitoridis dan frenulum klitoridis. Di bawah
prepusium klitoridis terletak klitoris. Kira-kira 1,5 cm di bau.ah klitoris
terdapat orifisium uretra eksternum (lubang kemih). Di kanan kiri lubang
kemih ini terdapat dua lubang kecil dari saluran yang buntu (duktus
parauretralis atau duktus Skene).(8)
 Vagina menghubungkan genitalia eksterna dengan genitalia interna.
Introitus vagina tertutup sebagian oleh himen (selaput dara), suatu lipatan
selaput setempat. Pada seorang virgo selaput daranya masih utuh, dan
lubang selaput dara (hiatus himenalis) umumnya hanya dapat dilalui oleh
jari kelingking. (8)

18
Gambar 2. Organ Interna Wanita(9)
 Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah avokad atau buah pir
yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7 - 7,5 cm, lebar di
tempat yang paling lebar 5,25 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus terdiri atas
korpus uteri (2/3 bagian atas) dan serviks uteri (1/3 bagian bawah). Di
dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang membuka ke luar
melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak di serviks. Bagian bawah
serviks yang terletak di vagina dinamakan porsio uteri (pars vaginalis
servisis uteri), sedangkan yang berada di atas vagina disebut pars

19
supravaginalis servisis uteri. Antara korpus dan serviks masih ada bagian
yang disebut ismus uteri. (8)
 Tuba Fallopii ialah saiuran telur yang berasal (seperti juga uterus) dari
duktus Mtlleri. Rata-rata panjang tuba 11 - 14 cm. Bagian tuba yang
berada di dinding uterus dinamakan pars interstisialis, lateral dari itu ke
arah ujung tuba (3 - 6 cm) terdapat pars ismika yang masih sempit
(diameter 2 - 3 mrn), dan lebih ke arah distal lagi disebut pars ampularis
yang lebih lebar (diameter I - 10 mm); tuba mempunyai ujung terbuka
menyerupai anemon yang disebut infundibulum dan fimbria yang
merupakan tangan-tangannya. (8)
 Indung telur pada seorang dewasa kira-kira sebesar ibu jari tangan, terletak
di kiri dan di kanan uterus, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika.
Ovarium dihubungkan dengan uterus melalui ligamentum ovarii proprium.
Arteria ovarika berjalan menuju ovarium melalui ligamentum
suspensorium ovarii (ligamentum infundibulopelvikum). Ovarium terletak
pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium berada
intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. (8)

4.2 Fisiologi Reproduksi Wanita


Sistem hormon perempuan, seperti pada laki-laki, terdiri atas tiga hierarki
hormon sebagai berikut : (10)
1. Hormon yang dikeluarkan hipotalamus, hormon pelepas gonadotropin
(GnRH). (10)
2. Hormon eks hipofisis anterior, hormon perangsang folikel (FSH) dan
hormon luteinisasi (LH), keduanya disekresi sebagai respons terhadap
pelepasan GnRH dari hipotalamus. (10)
3. Hormon-hormon ovarium, estroen Ādan progesteron, yang disekresi
oleh ovarium sebagai respons terhadap kedua hormon seks perempuan
dari kelenjar hipofisis anterior. (10)
Tidak seperti produksi sperma yang terus-menerus dan sekresi testosteron
yang pada hakikatnya konstan pada pria, pelepasan ovum bersifat berkala dan

20
sekresi hormon-hormon seks wanita memperlihatkan pergeseran siklis yang lebar.
Jaringan yang dipengaruhi oleh hormon-hormon seks ini juga mengalami
perubahan siklik, dengan yang paling jelas adalah daur menstruasi bulanan
(menstruus berarti "bulanan"). Pada setiap siklus, saluran reproduksi wanita
dipersiapkan untuk fertilisasi dan implantasi ovum yang dibebaskan dari ovarium
saat ovulasi. Jika pembuahan tidak terjadi, siklus berulang. Jika pembuahan
terjadi, siklus terhenti sementara sistem pada wanita tersebut beradaptasi untuk
memelihara dan melindungi manusia yang baru terbentuk hingga ia berkembang
menjadi individu yang mampu hidup di luar lingkungan ibu. (11)

Gambar 3. Peranan Hormon Dalam Siklus Menstruasi (10)

Oogenesis sangat berbeda dengan spermatogenesis dalam beberapa aspek


penting, meskipun tahap-tahap identik pada replikasi dan pembelahan kromosom
berlangsung selama produksi gamet pada kedua jenis kelamin. Sel germinativum
primordial yang belum berdiferensiasi di ovarium janin, oogonia (sebanding
dengan spermatogonia), membelah secara mitosis untuk menghasilkan 6 juta
hingga 7 juta oogonia pada bulan kelima gestasi, saat proliferasi mitosis terhenti.
(11)

21
Gambar 4. Oogenesis (11)
Setelah pubertas dimulai, ovarium secara terus-menerus mengalami dua
fase secara bergantian: fase folikular, yang didominasi oleh keberadaan folikel
matang; dan fase luteal, yang ditandai oleh adanya korpus luteum (akan segera
diuraikan). (11)

Gambar 5. Siklus Ovulasi (11)

22
Gambar 6. Siklus Menstruasi (11)

23
Terdapat beberapa fase siklus endometrium yaitu :
 Fase menstruasi : Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus
dengan disertaipendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum
basale. Rata-rata fase iniberlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari).
Pada awal fase menstruasi kadarestrogen, progesteron, LH (Lutenizing
Hormon) menurun atau pada kadarterendahnya selama siklus dan kadar
FSH (Folikel Stimulating Hormon) barumulai meningkat.
 Fase proliferasi : Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat
yang berlangsungsejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid,
misalnya hari ke-10siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18
siklus 32 hari. Permukaanendometrium secara lengkap kembali normal
sekitar empat hari atau menjelangperdarahan berhenti. Dalam fase ini
endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5mm atau sekitar 8-10 kali lipat
dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Faseproliferasi tergantung
pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
 Fase sekresi/luteal : Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai
sekitar tiga hari sebelumperiode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase
sekresi, endometrium sekretoriusyang matang dengan sempurna mencapai
ketebalan seperti beludru yang tebal danhalus. Endometrium menjadi kaya
dengan darah dan sekresi kelenjar.
 Fase iskemi/premenstrual : Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi
terjadi sekitar 7 sampai 10 harisetelah ovulasi. Apabila tidak terjadi
pembuahan dan implantasi, korpus luteumyang mensekresi estrogen dan
progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadarestrogen dan progesteron
yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai.

24
Gambar 7. Parameter Siklus Menstruasi Normal (12)

4.3 Definisi Abnormal Uterine Bleeding


Abnormal Uterine Bleeding (AUB) adalah nama yang saat ini digunakan
untuk perubahan menstruasi akibat peningkatan volume, durasi, atau frekuensi
yang terjadi dalam keadaan tidak dalam kehamilan. AUB juga merupakan istilah
yang digunakan untuk menggambarkan semua kelaianan haid baik dalam hal
jumlah maupun lamanya.(1,2)
Perdarahan uterus abnormal (AUB) adalah istilah luas yang
menggambarkan ketidakteraturan dalam siklus menstruasi yang melibatkan
frekuensi, keteraturan, durasi, dan volume aliran di luar kehamilan. Variasi dalam
salah satu dari 4 parameter ini merupakan perdarahan uterus abnormal. Istilah-
istilah lama seperti oligomenore, menoragia, dan perdarahan uterus disfungsional
harus dibuang demi penggunaan istilah-istilah sederhana untuk menggambarkan
sifat perdarahan uterus abnormal. Revisi terminologi pertama kali diterbitkan pada
tahun 2007, diikuti oleh pembaruan dari Federasi Internasional Obstetri dan
Ginekologi (FIGO) pada tahun 2011 dan 2018. Sistem FIGO pertama-tama
mendefinisikan perdarahan uterus abnormal, kemudian memberikan akronim
untuk etiologi umum. Deskripsi ini berlaku untuk AUB nongestasional kronis.

25
Pada tahun 2018, panitia menambahkan perdarahan intermenstruasi dan
mendefinisikan perdarahan tidak teratur sebagai di luar persentil ke-75. (13)
AUB adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan variasi
gejala dari menstruasi normal (dalam hal frekuensi, keteraturan, durasi, atau
volume) dan juga termasuk perdarahan intermenstruasi. (12)

Gambar 8. Terminologi AUB (12)

4.4 Epidemiologi Abnormal Uterine Bleeding


Prevalensi perdarahan uterus abnormal pada wanita usia reproduksi secara
internasional diperkirakan antara 3% sampai 30%, dengan insiden yang lebih
tinggi terjadi sekitar menarche dan perimenopause. Banyak penelitian terbatas
pada perdarahan menstruasi berat (heavy menstrual bleeding, HMB), tetapi ketika
perdarahan tidak teratur dan intermenstrual dipertimbangkan, prevalensinya
meningkat menjadi 35% atau lebih besar. Banyak wanita tidak mencari
pengobatan untuk gejala mereka, dan beberapa komponen diagnosis bersifat
objektif sementara yang lain subjektif, membuat prevalensi yang tepat sulit untuk
ditentukan.(13,14,15)

26
Hingga sepertiga wanita akan mengalami perdarahan uterus abnormal
dalam hidup mereka, dengan ketidakteraturan paling sering terjadi pada menarche
dan perimenopause. Siklus menstruasi yang normal memiliki frekuensi 24 hingga
38 hari, berlangsung selama 7 hingga 9 hari, dengan kehilangan darah sebanyak 5
hingga 80 mililiter.
Perdarahan uterus abnormal (AUB) adalah entitas klinis yang signifikan.
AUB dan subkelompoknya, perdarahan menstruasi berat (HMB), adalah kondisi
umum yang mempengaruhi 14-25% wanita usia reproduksi dan mungkin
berdampak signifikan pada kualitas hidup fisik, sosial, emosional dan material
mereka. Di Inggris, lebih dari 800.000 wanita mencari bantuan untuk AUB setiap
tahun . Seiring dengan dampak langsung pada wanita dan keluarganya, ada biaya
yang signifikan untuk ekonomi dan pelayanan kesehatan. AUB adalah alasan
paling umum keempat untuk rujukan ke layanan ginekologi di Inggris. Fibroid
(leiomioma) mewakili tumor wanita yang paling umum yang terjadi pada usia 50,
hampir 70% wanita kulit putih dan >80% wanita kulit hitam akan mengalami
setidaknya satu fibroid. Fibroid adalah berhubungan dengan subfertilitas,
keguguran, persalinan prematur dan obstruksi persalinan. Selain itu, mereka dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dan gejala tekanan, yang baisanya masalah
urinary. Dalam keadaan yang jarang, pada ukuran yang lebih besar, mereka dapat
menyebabkan kompresi saluran ginjal dan pembuluh darah panggul yang
menyebabkan gangguan ginjal fungsi dan tromboemboli vena, masing-masing.
Sebaliknya, banyak wanita dengan fibroid akan sepenuhnya tanpa gejala. Namun,
banyak wanita yang paling sering datang ke layanan ginekologi dengan AUB dan
anemia.(4,5,6)

4.5 Etiologi Abnormal Uterine Bleeding


Sebagian besar kondisi yang menyebabkan perdarahan uterus abnormal
dapat terjadi pada semua usia, tetapi beberapa lebih mungkin terjadi pada waktu
tertentu dalam kehidupan seorang wanita.(16,17)
 Pendarahan rahim yang tidak normal pada gadis muda — Pendarahan
sebelum menarche (haid pertama dalam kehidupan seorang gadis) selalu

27
tidak normal. Ini mungkin disebabkan oleh trauma, benda asing (seperti
mainan, koin, atau tisu toilet), iritasi pada area genital (karena mandi busa,
sabun, lotion, atau infeksi), atau masalah saluran kemih. Pendarahan juga
bisa terjadi akibat pelecehan seksual. (16,17)
 Remaja — Banyak gadis mengalami episode perdarahan tidak teratur
selama beberapa bulan pertama setelah periode menstruasi pertama
mereka. Ini biasanya sembuh tanpa pengobatan ketika siklus hormonal dan
ovulasi gadis itu menjadi normal. Jika perdarahan tidak teratur berlanjut
setelah waktu ini, atau jika perdarahan berat, evaluasi lebih lanjut
diperlukan. (16,17)
Perdarahan abnormal pada remaja juga dapat disebabkan oleh salah satu
kondisi yang menyebabkan perdarahan pada semua wanita premenopause,
termasuk: kehamilan, infeksi, dan gangguan perdarahan atau penyakit
medis lainnya. Ini dan penyebab lainnya dibahas di bagian berikutnya. (16,17)
 Wanita pramenopause – Banyak kondisi berbeda yang dapat menyebabkan
perdarahan abnormal pada wanita antara masa remaja dan menopause.
Perubahan mendadak kadar hormon pada saat ovulasi dapat menyebabkan
bercak vagina, atau sedikit pendarahan. Pendarahan yang tidak menentu
atau tidak terduga juga dapat terjadi pada wanita premenopause yang
menggunakan metode kontrasepsi hormonal. (16,17)
Beberapa wanita tidak berovulasi secara teratur dan mungkin mengalami
pendarahan vagina ringan atau berat yang tidak terduga. Meskipun ovulasi tidak
teratur paling sering terjadi ketika periode pertama dimulai dan selama
perimenopause, hal itu dapat terjadi kapan saja selama tahun-tahun reproduksi.
(16,17)

Beberapa wanita yang berovulasi secara teratur mengalami kehilangan darah


yang berlebihan selama periode mereka atau berdarah di antara periode. Penyebab
paling umum dari perdarahan tersebut adalah fibroid rahim, adenomiosis rahim,
atau polip endometrium. Fibroid adalah massa jinak di lapisan otot rahim
(miometrium), sedangkan adenomiosis adalah suatu kondisi di mana lapisan
rahim (endometrium) tumbuh ke dalam miometrium. Polip endometrium adalah

28
pertumbuhan jaringan berdaging (biasanya jinak) yang menonjol ke dalam rongga
rahim. Kondisi ini adalah penyebab umum dari perdarahan uterus abnormal.
Fibroid, adenomiosis dan polip juga dapat terjadi pada wanita anovulasi. (Lihat
"Pendidikan pasien: Fibroid rahim (Melampaui Dasar)" dan "Pendidikan pasien:
Pendarahan menstruasi yang berat atau berkepanjangan (menorrhagia)
(Melampaui Dasar)".) Penyebab lain dari perdarahan uterus abnormal pada wanita
premenopause meliputi: (16,17)
- Kehamilan.
- Kanker atau prakanker serviks atau endometrium (lapisan rahim). (Lihat
"Pendidikan pasien: Diagnosis kanker endometrium, stadium, dan perawatan
bedah (Beyond the Basics)".
- Infeksi atau peradangan pada serviks atau endometrium.
- Gangguan pembekuan seperti penggunaan obat antikoagulan, penyakit von
Willebrand, kelainan trombosit, atau masalah dengan faktor pembekuan.
- Penyakit medis seperti hipotiroidisme, penyakit hati, atau penyakit ginjal
kronis.
Kontrol kelahiran hormonal - Anak perempuan dan wanita yang menggunakan
kontrasepsi hormonal (misalnya, pil, cincin, patch) mungkin mengalami
pendarahan "terobosan" di antara periode. Jika ini terjadi selama beberapa bulan
pertama, mungkin karena perubahan pada lapisan rahim. Jika menetap selama
lebih dari beberapa bulan, evaluasi mungkin diperlukan dan/atau pil KB yang
berbeda mungkin direkomendasikan. Awalnya, wanita yang menggunakan
kontrasepsi suntik sering mengalami pendarahan yang tidak teratur; seiring waktu,
pendarahan berhenti terjadi pada wanita tersebut. Pendarahan tidak teratur sering
terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi implan. Pada wanita yang
menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD), perdarahan seringkali tidak
teratur pada awalnya. Seiring waktu, pendarahan menjadi lebih ringan; jangka
panjang, wanita tersebut sering mengalami sedikit pendarahan, bercak, atau tidak
ada pendarahan. Infeksi serviks (termasuk yang disebabkan oleh klamidia atau
trikomoniasis) dapat menyebabkan perdarahan yang tidak teratur, terutama setelah
hubungan seksual. (16,17)

29
 Wanita dalam transisi menopause — Sebelum periode menstruasi
berakhir, seorang wanita melewati masa yang disebut transisi menopause
atau perimenopause. Selama transisi menopause, waktu menstruasi mulai
berubah karena ovulasi menjadi kurang teratur. Sementara ovarium pada
wanita perimenopause terus membuat estrogen, sekresi progesteron
menurun. Perubahan hormonal ini dapat menyebabkan endometrium
tumbuh dan menghasilkan jaringan berlebih, meningkatkan kemungkinan
polip atau endometrium. (16,17)

4.6 Klasifikasi Abnormal Uterine Bleeding


a) Klasifikasi AUB Berdasarkan Jenis Perdarahan(18)
- Perdarahan uterus abnormal akut : didefinisikan sebagai perdarahan
haid yang banyak sehingga perlu dilakukan penanganan segera untuk
mencegah kehilangan darah. Perdarahan uterus abnormal akut dapat
terjadi pada kondisi AUB kronik atau tanpa riwayat sebelumnya. (18)
- Perdarahan uterus abnormal kronik : merupakan terminologi untuk
perdarahan uterus abnormal yang telah terjadi lebih dari 3 bulan.
Kondisi ini biasanya tidak memerlukan penanganan yang segera
seperti AUB akut. (18)
- Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding) merupakan perdarahan
haid yang terjadi di antara dua siklus haid yang teratur. Perdarahan
dapat terjadi kapan saja atau dapat juga terjadi di waktu yang sama
setiap siklus. (18)
b) Klasifikasi Berdasarkan Etiologi AUB
Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO)
(2011), terdapat 9 kategori utama perdarahan uterus abnormal disusun sesuai
dengan akronim PALM COEIN, yakni polyp, adenomyosis, leiomyoma,
malignancy and hyperplasia, coagulopathy, ovulatory dysfunction, endometrial
dysfunction, iatrogenic, dan not yet classified.(4)
Kelompok PALM merupakan kelompok kelainan struktur yang dapat dinilai
dengan berbagai teknik pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi. Kelompok

30
COEIN merupakan kelompok kelainan non struktur yang tidak dapat dinilai
dengan teknik pencitraan atau histopatologi. (4)

Gambar 9. Klasifikasi Etiologi AUB Menurut FIGO (4)

- Polip (AUB-P)
Polip endometrium adalah proliferasi epitel dari stroma dan kelenjar
endometrium. Polip biasanya bersifat asimptomatik, tetapi dapat pula
menyebabkan PUA. Kontribusi polip pada kejadian PUA bervariasi antara 3,7%
sampai 65%. Insidens polip dengan fibroid meningkat seiring dengan usia dan
patologi keduanya sering hadir bersama, atau suspek polip terlihat pada
transvaginal ultrasound scanning dapat digambarkan sebagai fibroid (leiomyoma).
(12)

31
- Adenomyosis (AUB-A)
Hubungan antara adenomiosis dengan PUA masih belum jelas,terutama
memperhatikan luas variasi secara diagnosis histopatologi dan radiologi. Secara
khas, adenomiosis berhubungan dengan peningkatan usia dan dapat hadir bersama
dengan fibroid. Selain itu, adenomiosis dapat fokal dan difus dan dapat sulit
ditegakkan diagnosis jika terdapat fibroid. (12)
- Leiomyoma (AUB-L)
Tumor fibromuskular jinak dari miometrium dikenal dengan beberapa
nama, termasuk "leiomyoma," "myoma," dan "fibroid" yang sering digunakan.
"Leiomyoma" umumnya diterima sebagai istilah yang lebih akurat dan dipilih
untuk digunakan dalam sistem saat ini. Seperti polip dan adenomyosis, banyak
leiomyoma tidak bergejala, dan seringkali kehadiran mereka bukanlah penyebab
PUA. Selain itu, leiomyoma memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat
bervariasi, bahkan dalam satu individu. (12)

32
Gambar 10. Klasifikasi AUB-L (4)
- Malignansi dan hiperplasia (AUB-M)
Kanker endometrium merupakan keganasan ginekologik tersering di
negara barat. Menurut sejarah, kanker endometrium jarang terjadi pada wanita
premenopause; tetapi, dengan peningkatan obesitas dan kenaikan prevalensi
sindroma metabolik, frekuensi keganasan endometrium meningkat. Diagnosis
kanker serviks dapat dipertimbangkan, terutama dengan perdarahan
intermentruasi persisten, dan jarang kanker ovarium dapat menyebabkan PUA.
Menariknya, pandangan yang sebelumnya dipegang adalah bahwa pembesaran
uterus dengan cepat akan meningkatkan kecurigaan untuk keganasan. Ini sekarang
tidak lagi dianggap benar karena fibroid jinak dapat tumbuh dengan cepat dan
sarkoma tumbuh secara perlahan. Namun, investigasi yang lebih obyektif masih

33
kurang. Baik ultrasound scanning (USS) dan magnetic resonance imaging (MRI)
belum memiliki kriteria yang kuat untuk secara akurat memprediksi diferensiasi
antara leiomioma dan leiomyosarcoma. (12)
- Koagulopati (AUB-C)
Koagulopati dilaporkan mempengaruhi 13% wanita yang mengalami
perdarahan menstruasi yang berat. Mayoritas wanita ini menderita penyakit Von
Willebrand. Gangguan sistemik hemostasis dapat diidentifikasi pada 90% wanita
yang menggunakan riwayat terstruktur. (12)
- Disfungsi ovulasi (AUB-O)
Siklus anovulatori dapat berkontribusi terhadap PUA oleh efek estrogen
yang tidak diimbangi pada endometrium yang menyebabkan proliferasi dan
penebalan yang nyata yang mengakibatkan perdarahan menstruasi yang berat
bersama dengan frekuensi menstruasi yang berubah. Ini diamati pada usia
reproduksi ekstrim; Namun, dampak pada sumbu HPO bersama dengan
endokrinopati juga ditemukan. Yang terakhir termasuk sindrom ovarium
polikistik, hiperprolaktinemia, hipotiroidisme serta faktor-faktor seperti obesitas,
anoreksia, penurunan berat badan, stres mental dan olahraga ekstrim. (12)
- Endometrium (AUB-E)
PUA yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid teratur akibat
gangguan hemostasis lokal endometrium. AUB-E dapat terjadi akibat pengaruh
dari etiologi lain karena pada dasarnya kelainan pada uterus sendirilah yang dapat
mengganggu hemostasis dari endometrium seperti penyakit koagulopati, adanya
polip, dan myoma. (12)
- Iatrogenik (AUB-I)
Penyebab iatrogenik PUA termasuk terapi eksogen yang dapat
menyebabkan unscheduled bleeding. Ini biasanya dikaitkan dengan terapi
estrogen atau progestin yang terus-menerus (jalur sistemik atau intrauterin) atau
intervensi yang bekerja pada pelepasan steroid ovarium seperti gonadotropin-
releasing hormone (GnRH) agonis dan aromatase inhibitor. Selective estrogen
receptor modulators (SERMs) dan lebih jarang lagi selective progesterone
receptor modulators (SPRMs) dapat menyebabkan PUA melalui aksi langsung

34
pada endometrium. Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (intrauterine
device/IUD) dapat menyebabkan endometritis tingkat rendah yang juga dapat
berkontribusi pada PUA. (12)
- Not yet classified (AUB-N)
Tidak dapat dipungkiri bahwa ada patologi yang langka atau kurang jelas
yang tidak mudah masuk dalam kategori yang dijelaskan sebelumnya. Contohnya
termasuk malformasi arteriovenosa, pseudoaneurisma endometrium, hipertrofi
miometrium dan endometritis kronis (tidak dipicu oleh IUD). Semua ini dapat
terjadi bersamaan dengan AUB-L. (12)

35
36
Gambar 11. Manifestasi Klinis Dari AUB Berdasarkan Etiologi (19)

4.7 Patogenesis Abnormal Uterine Bleeding


Arteri uterina dan ovarium memasok darah ke uterus. Arteri ini menjadi
arteri arkuata; kemudian arteri arkuata bercabang radial yang memasok darah ke 2
lapisan endometrium dan lapisan basalis. Kadar progesteron jatuh pada akhir
siklus menstruasi, yang menyebabkan pemecahan enzim pada lapisan fungsional
dari endometrium. Kerusakan ini menyebabkan kehilangan darah dan peluruhan
yang menyebabkan menstruasi. Trombosit dan trombin yang berfungsi, dan
vasokonstriksi arteri ke endometrium mengontrol kehilangan darah. Setiap
gangguan dalam struktur rahim (seperti leiomioma, polip, adenomiosis, keganasan
atau hiperplasia), gangguan pada jalur pembekuan (koagulopati atau iatrogenik),
atau gangguan sumbu hipotalamus-hipofisis-ovarium (melalui ovulasi / gangguan
endokrin atau gangguan ovarium) iatrogenically) dapat mempengaruhi menstruasi
dan menyebabkan perdarahan uterus abnormal.(12)

37
Gambar 12. Patogenesis Abnormal Uterine Bleeding (20)

38
4.8 Penegakkan Diagnosis Abnormal Uterine Bleeding

Gambar 13. Penegakan Diagnosis Abnormal Uterine Bleeding (21)


 Anamnesis
Anamnesis histori terstruktur dilakukan bertujuan untuk mengetahui fungsi
ovulasi, kondisi kesehatan yang mungkin berpengaruh, obat-obat yang digunakan
dan pola hidup yang mungkin berkontribusi pada terjadinya perdarahan uterus
abnormal. Anamnesis histori terstruktur mempunya nilai sensitivitas 90% untuk
deteksi kelainan penyebab perdarahan uterus abnormal yang berasal dari penyakit
gangguan hemostasis. Dengan AUB, tujuan diagnostik adalah menyingkirkan

39
kehamilan atau kanker dan mengidentifikasi patologi yang mendasarinya untuk
memungkinkan pengobatan yang optimal. Selama evaluasi awal perdarahan
abnormal, riwayat menstruasi menyeluruh dikumpulkan. Topik biasanya
mencakup usia saat menarche, tanggal menstruasi terakhir menstruasi, metode
pengendalian kelahiran, dan waktu serta jumlah perdarahan. Gejala terkait seperti
demam, kelelahan, gejala massal, bagian jaringan, atau nyeri juga bisa langsung
evaluasi. Yang penting, obat-obatan ditinjau, karena perdarahan abnormal dapat
menyertai penggunaan antiinflamasi nonsteroid obat (NSAID), antikoagulan, dan
agen yang terkait dengan hiperprolaktinemia.(14)
Sebagian besar gangguan ginekologi tidak secara konsisten menunjukkan pola
perdarahan spesifik, dan pasien mungkin mengeluhkan HMB atau perdarahan
intermenstrual atau perdarahan intermenstruasi. Dengan demikian, pola untuk
wanita tertentu mungkin memiliki nilai yang terbatas dalam mendiagnosis
penyebab perdarahan yang mendasari tetapi dapat digunakan untuk
menilaiperbaikan dengan pengobatan. (14)
Dari gejala nyeri, dismenore sering menyertai perdarahan abnormal yang
disebabkan oleh kelainan struktur, infeksi, dan kehamilan komplikasi. Ini
tampaknya intuitif karena peran prostaglandin baik pada HMB maupun
dismenore. Hubungan seksual yang menyakitkan dan nyeri nonsiklik adalah lebih
jarang pada wanita dengan AUB dan biasanya menunjukkan sumber struktural
atau infeksi.
Pada anamnesis perlu diketahui usia menarke, frekuensi, durasi, dan sifat
perdarahan. Kuantifikasi perdarahan yang terjadi dapat menjadi masalah karena
remaja memiliki pengalaman terbatas dalam menilai perdarahan. Sebaiknya
ditanyakan berapa jumlah produk tampon maupun pembalut yang digunakan.
Pada remaja yang mengeluhkan haid yang banyak perlu ditanyakan riwayat
mudah memar, perdarahan yang sulit berhenti pada luka minor, epistaksis yang
sering atau sulit dikontrol, atau perdarahan hebat setelah Riwayat perdarahan pada
keluarga termasuk riwayat perdarahan postpartum penting diketahui untuk
mencari kelainan perdarahan pada keturunan. Anamnesis mengenai riwayat
penggunaan obat-obat dan kontrasepsi hormonal juga perlu ditanyakan. (14)

40
 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus sebaiknya dilakukan walaupun sebagian besar kasus
normal. Takikardi dan hipotensi dapat memberikanhemodinamik akut yang
memerlukan petunjuk ketidakstabilan intervensi cepat penampilan pucat, atau
bunyi bising pada. Adanya takikardia, auskultasi jantung mengarah pada anemia.
Petekia atau memar yang berlebihan dapat mengarah pada defek platelet atau
kelainan perdarahan lainnya. Pemeriksaan inspeksi pada genitalia cukup untuk
menegakkan diagnosis pada kebanyakan Pemeriksaan bimanual dan speculum
pasien disarankan pada pasien yang aktif secara seksual atau pada pasien yang
tidak mengalami respon terhadap terapi operasi. (14)
Pemeriksaan fisik pasien yang berhubungan dengan AUB akut harus fokus
pada tanda-tanda kehilangan darah akut Dan temuan yang menunjukkan etiologi
perdarahan. Pasien harus dievaluasi untuk menentukan bahwa dia memiliki AUB
akut dan tidak berdarah- ing dari daerah lain dari alat kelamin. Oleh karena itu,
pemeriksaan panggul (termasuk pemeriksaan spekulum dan pemeriksaan
bimanual) harus dilakukan untuk mengidentifikasi trauma pada alat kelamin dan
temuan vagina atau leher rahim yang dapat menyebabkan perdarahan vagina.
Pemeriksaan panggul juga akan menentukan jumlah dan inten-sity perdarahan dan
akan mengidentifikasi setiap pembesaran rahim atau ketidakteraturan, yang dapat
dikaitkan dengan penyebab struktural AUB akut (leiomyoma). (14)
 Pemeriksaan Penunjang
Evaluasi laboratorium direkomendasikan pada pasien dengan PUA. Seluruh
pasien dengan kelainan pada pemeriksaan darah awal atau hasil positif pada
kelainan pembekuan darah sebaiknya dilakukan pemeriksaan penyakit von
Willebrand dan kelainan koagulopati lainnya termasuk faktor VIII, antigen faktor
von Willebrand aktivitas kofaktor ristocetin von Willebrand. Pemeriksaan
kelainan tiroid, kelainan hati, sepsis atau leukemia diindikasikan bila ditemukan
gejala klinis. Pada pasien dengan keluhan perdaraban normal, pemeriksaan
hemoglobin telah yang dinilai dalam batas mendeteksi anemia. Pemeriksaan darah
lengkap dengan hitung untuk diferensiasi sel darah putih dan hitung platelet
sebaiknya dilakukan pada pasien yang anamnesis dan pemeriksaan fisiknya

41
mengarah pada HMB dan anemia. Pemeriksaan cadangan besi seperti penilaian
kadar feritin dapat membantu prothrombin menilai terapi pengganti besi. Jika
kelainan perdarahan dicurigai sebaiknya dilakukan pemeriksaan waktu dan waktu
tromboplastin parsial teraktivasi (PT dan APTT). Karena pemeriksaan ini tidak
selalu memberikan nilai abnormal pada pasien dengan kelainan perdarahan
sedang, pemeriksaan tambahan dapat dilakukan untuk menapis penyakit von
Willebrand termasuk faktor VIII, antigen faktor von Willebrand (VWF:Ag).
VWF:Ag dan aktivitas kofaktor ristocetin (VWF:RCo). Nilai dan VWF:RCo
dibawah 30 IU/dL memberikan diagnosis untuk penyakit von Willebrand. (2,14)
Pengujian laboratorium dapat mencakup tetapi tidak terbatas pada tes
kehamilan urin, hitung darah lengkap, feritin, panel koagulasi, tes fungsi tiroid,
gonadotropin, prolaktin. . (2,14)
Studi pencitraan dapat mencakup USG transvaginal, MRI, histeroskopi.
Ultrasonografi transvaginal tidak membuat pasien terpapar radiasi dan dapat
menunjukkan ukuran dan bentuk rahim, leiomioma (fibroid), adenomiosis,
ketebalan endometrium, dan anomali ovarium. Ini adalah alat yang penting dan
harus diperoleh pada awal pemeriksaan perdarahan uterus abnormal. MRI
memberikan gambar rinci yang terbukti berguna dalam perencanaan bedah, tetapi
mahal dan bukan pilihan lini pertama untuk pencitraan pada pasien dengan AUB.
Histeroskopi dan sonohisterografi (USG transvaginal dengan kontras intrauterin)
sangat membantu dalam situasi di mana polip endometrium dicatat, gambar dari
USG transvaginal tidak meyakinkan, atau leiomioma submukosa terlihat.
Histeroskopi dan sonohisterografi lebih invasif tetapi seringkali dapat dilakukan
di lingkungan kantor. (2,14)
Pengambilan sampel jaringan endometrium mungkin tidak diperlukan untuk
semua wanita dengan AUB tetapi harus dilakukan pada wanita dengan risiko
tinggi untuk hiperplasia atau keganasan. Biopsi endometrium dianggap sebagai tes
lini pertama pada wanita dengan AUB yang berusia 45 tahun atau lebih.
Pengambilan sampel endometrium juga harus dilakukan pada wanita di bawah 45
tahun dengan paparan estrogen yang tidak dilawan, seperti wanita dengan obesitas

42
dan/atau sindrom ovarium polikistik (PCOS), serta kegagalan pengobatan atau
perdarahan persisten. . (2,14)

Gambar 14. Pemeriksaan Penunjang AUB(21)

4.9 Diagnosis Banding Abnormal Uterine Bleeding

43
Gambar 15. Diagnosis Banding AUB(3)
4.10 Tatalaksana Abnormal Uterine Bleeding
 Terapi pada kondisi akut dan kronis
- Terapi perdarahan uterus abnormal akut (22)
Pada keadaan ini harus segera ditentukan hemodinamika penderita apakah
stabil atau tidak stabil. Bila kondisi tidak stabil harus segera masuk rumah sakit
atau rawat inap untuk dilakukan stabilisasi dengan memasang infus, pemberian
oksigen dan dilakukan transfusi bila Hb kurang dari 8 gr%. Bila kondisi
hemodinamika yang tidak stabil telah teratasi atau sejak awal penderita dalam
kondisi stabil dilakukan pemberian obat untuk menghentikan perdarahan, yaitu
tablet estrogen equin konjunggasi dengan dosis 2,5mg per oral setiap 6 jam atau
diberikan injeksi setiap 4-6 jam. Karena dapat memberikan keluhan mual
sebaiknya ditambahkan Prometazin 25 mg oral. Saat ini di Indonesia sediaan
injeksi estrogen ekuin konjugasi sulit didapatkan, jadi pemilihan obat oral untuk
terapi keadaan diatas lebih memungkinkan. Perdarahan akut diharapkan dapat
berhenti dalam 24 jam, namun bila perdarahan tetap tidak berhenti segera
dilakukan tindakan dilatasi dan kuret. Setelah perdarahan akut teratasi selanjutnya
diberikan pil kontrasepsi kombinasi (PKK) dengan dosis tapering-off yaitu

44
4x1tablet selama 4 hari dilanjutkan dengan penurunan dosis 3x1 tablet selama 3
hari, dilanjutkan lagi 2x1 tablet selama 2 hari, kemudian dosis 1x1 tablet selama 3
minggu dan bebas obat 1 minggu. (22)
Bila terdapat kontraindikasi penggunaan estrogen, tablet progestin dapat
diberikan selama 14 hari dan diselingi dengan 14 hari tanpa obat. Penggunaan
progestin dengan cara ini dilakukan selama 3 bulan. Untuk mencari penyebab
terjadinya perdarahan uterus abnormal selanjutnya dilakukan tatalaksana seperti
cara investigasi. (23)
- Terapi perdarahan uterus abnormal kronis(22)
Terapi pada perdarahan uterus abnormal kronis dilakukan setelah
diketahui penyebabnya berdasarkan hasil investigasi yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Pengobatan yang diberikan dapat berupa pembedahan atau non
pembedahan, bisa hormonal atau non hormonal. Investigasi penyebab dilakukan
sesuai klasifikasi PALM-COEIN. (22)
 Terapi Berdasarkan etiologi PALM-COEIN
Pengobatan Perdarahan Uterus Abnormal Struktural Penyebab (PALM)
Perubahan neoplastik dan pra-neoplastik pada endometrium sangat penting untuk
diagnosis banding, tetapi memiliki perilaku khusus yang tidak akan dibahas dalam
hal ini bagian.(1)
- Polip
Dengan adanya polip endometrium yang menyebabkan AUB, polipektomi
histeroskopi adalah pilihan yang efektif dan aman untuk diagnosis dan
pengobatan, dengan pemulihan yang cepat dan kembali beraktivitas lebih awal.
Polip kecil (<0,5 cm) dapat diangkat di rawat jalan pengaturan menggunakan
instrumen mekanik 5-Fr (gunting tajam dan/atau forsep menggenggam) terutama
karena alasan biaya. Lebih besar polip (> 0,5 cm) dapat dihilangkan secara en
bloc (dengan reseksi dasar cedera implantasi dengan monopolar atau bipolar
elektroda) atau, sebagai alternatif, dipotong menjadi beberapa bagian. (1)
- Leiomyoma
Sekitar 30% pasien dengan leiomioma akan membutuhkan pengobatan
karena adanya gejala, termasuk: AUB. Perawatan farmakologis dapat digunakan

45
di hadapan gejala, dan memiliki alternatif obat yang sama tersedia untuk
pengurangan perdarahan non-struktural. Pendekatan bedah harus dipertimbangkan
jika tidak ada respons terhadap gejala klinis perlakuan. Jalur dan jenis pendekatan
akan tergantung pada jumlah, lokasi, dan ukuran leiomioma, serta pada keinginan
masa depan konsepsi. (1)
Leiomioma submukosa lebih sering dikaitkan dengan AUB. Pendekatan
bedah terbaik didefinisikan menurut proporsi komponen submukosa atau
intramural. Kapan sebagian besar lesi adalah intrakaviter, eksisi mungkin
histeroskopi eksklusif, sedangkan lesi dengan komponen intra mural besar harus
didekati dengan laparoskopi atau, jika tidak mungkin, secara laparotomi. Untuk
miomektomi histeroskopi, beberapa kriteria mungkin: meningkatkan keamanan
dan keberhasilan operasi, mengingat ukuran leiomioma, penetrasi nodul ke dalam
miometrium, perpanjangan dasar nodul, dan topografi nodul dalam rahim).
Kemajuan dalam teknik instrumental dan bedah telah menjadikan miomektomi
histeroskopi sebagai pengobatan pilihan untuk leiomioma dengan komponen
submukosa, terutama bila ada keinginan untuk menjaga kesuburan. Tergantung
pada kondisi klinis pasien, leiomioma kecil (< 2 cm) dapat diangkat dalam
pengaturan rawat jalan. Leio mioma lebih besar dari 3 cm berada pada
peningkatan risiko untuk operasi komplikasi dan kerusakan pada miometrium di
sekitarnya. Dalam kasus seperti itu, alternatifnya adalah melakukan miomektomi
pada operasi dua langkah (leiomioma tipe 1-3, menurut Klasifikasi FIGO). (1)
Ketika AUB disebabkan oleh leiomioma intramural, miomektomi dapat
dilakukan secara laparoskopi atau laparotomi, tergantung pada lokasi leiomioma,
ketersediaan bahan, dan pelatihan ahli bedah. Di leiomioma yang sangat besar,
hormon pelepas gonadotropin (GnRH) analog dapat digunakan sebelum operasi
untuk mengurangi volume mereka. Analog GnRH direkomendasikan untuk tiga
bulan, dan operasi harus dilakukan sebelum kembali menstruasi. Namun, pasien
harus waspada akan kebutuhan intraoperatif untuk konversi dari operasi ke
histerektomi. Ketika tidak mungkin untuk melakukan miomektomi, atau bila tidak
ada keinginan untuk mempertahankan kesuburan, histerektomi diindikasikan

46
untuk kontrol AUB yang dimotivasi oleh leiomioma atau polip endometrium. Ini
dapat dilakukan secara pervaginam, laparoskopi atau laparotomi. (1)
Dalam beberapa kasus leiomioma yang diinginkan pasien untuk menjaga
kesuburan, dan juga dalam kasus adenomiosis parah, teknik baru yang dapat
digunakan adalah arteri uterina embolisasi (UEA), dengan kateterisasi arteri yang
memberi nutrisi pada mioma leio oleh ahli bedah vaskular dan menyuntikkan
Gelfoam (Pfizer, New York City, NY, AS) atau polipropilena beads, sehingga
menghentikan aliran darah mioma atau organ, dan menghilangkan mioma atau
mengurangi adenomiosis. (1)
- Adenomiosis
Sering dikaitkan dengan perdarahan dan dismenore, adeno miosis biasanya
diobati dengan histerektomi. Namun, penelitian menunjukkan bahwa gejala dapat
dikontrol dengan terapi supresif yang serupa dengan yang digunakan untuk AUB
tanpa perubahan struktural, seperti kontrasepsi kombinasi, progestogen, dan
sistem intrauterin pelepas levonorgestrel (LNG-IUS), terutama bila ada keinginan
untuk mempertahankan kapasitas reproduksi. Oleh karena itu, terapi untuk
pendarahan penyebab non-struktural yang juga bisa berlaku untuk adenomiosis. (1)

Pengobatan Perdarahan Uterus Abnormal Penyebab Non Struktural


(COEIN)
Semua penyebab perdarahan uterus yang tidak mungkin mengidentifikasi
perubahan struktural atau anatomi disertakan di sini. Ini adalah kasus koagulopati,
anovulasi kronis, disfungsi endometrium, perdarahan sekunder akibat penggunaan
obat atau obat lain (iatrogenik), baik hormonal atau tidak, dan sekelompok
penyebab lain yang tidak terklasifikasi. Dalam kasus-kasus ini, prinsip terapi
adalah untuk bertindak pada stabilitas endometrium atau pada kontrol faktor-
faktor yang menyebabkan deskuamasi dan penyembuhan endometrium. Jika
pengobatan ini gagal, tersediapilihan bedah. (1)
Perawatan farmakologis atau obat-obatan, Perawatan obat untuk AUB
didasarkan pada aksi hormon dan mediator inflamasi lainnya pada endometrium,
Selain kontrol hemostatik dari perdarahan.Pilihan yang tersedia adalah: (1)

47
1. Hormonal
• Kombinasi estrogen dan progestogen;
• Progestogen oral siklik atau terus menerus;
• Progestogen suntik;
• LNG-IUS;
• Pilihan lain.
2. Non-hormonal
• Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID);
• Antifibrinolitik.
a. Pengobatan hormon
- Kombinasi estrogen dan progestogen
Kontrasepsi kombinasi (CC) yang mengandung estrogen dan progestogen
mengurangi kehilangan darah menstruasi sebesar 35 sampai 72%, dan merupakan
pilihan terapi untuk sebagian besar penyebab AUB tanpa perubahan struktural.
Gabungan monofasik kontrasepsi umumnya digunakan dalam jadwal siklik
dengan jeda, tetapi juga dapat diberikan terus menerus, danmengurangi jumlah
episode menstruasi. Tatalaksana formulasi yang mengandung 30 mcg etinil
estradiol yang terkait dengan levonorgestrel. Kombinasi juga dapat dilakukan
dalam rejimen yang berbeda melalui rute oral atau pervaginam membuktikan
pengurangan perdarahan. Dalam pengobatan AUB, penggunaan CCs juga
dipandu oleh kriteria kelayakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk
metode kontrasepsi, dengan kontraindikasi penggunaan estrogen, seperti
hipertensi, migrain dengan aura, kebiasaan merokok setelah 35 tahun,
thrombophilia. (1)
- Progestogen sistemik terisolasi
Progesteron adalah hormon yang diproduksi dalam organ wanita selama
fase luteal dari siklus menstruasi, dan bertanggung jawab untuk transformasi
sekretori endometrium. Ketika tidak ada pembuahan, estrogen dan tingkat
progesteron turun, dan menstruasi terjadi. Di sana adalah beberapa turunan sintetis
dari progesteron dalam pasar. Meskipun denominasinya tidak standar dalam
Brazil, kita akan menggunakan istilah progestogen. Progestogen meningkatkan

48
atrofi endometrium dengan berbagai mekanisme, dan memiliki tindakan anti-
inflamasi, tetapi ada masih ada kesenjangan dalam pengetahuan tentang
bagaimana mereka mempromosikan pengurangan perdarahan. Meskipun mereka
mungkin diindikasikan untuk kebanyakan wanita, penggunaannya sangat relevan
untuk mereka yang dengan kontraindikasi untuk estrogen, atau yang tidak
mentolerir penggunaannya. Ada berbagai progestogen yang digunakan oleh
berbagai rute dan dosis, yaitu, penggunaan terus menerus, siklus, oral rute,
disuntikkan atau intrauterin. Batasan utama untuk penggunaan progestogen saja
secara terus-menerus adalah hal yang tidak terduga perdarahan akibat atrofi
endometrium. (1)
- Progestogen oral siklik atau terus menerus
Penggunaan siklik: mungkin yang paling kontroversial dari hormonal
pengobatan adalah penggunaan progestogen siklik, dan ini tampaknya bukan
pilihan terapi terbaik untuk kontrol perdarahan uterus. Sebuah penelitian
menunjukkan peningkatan 20% dalam perdarahan menstruasi dengan penggunaan
siklik (pemberian oral selama 7 sampai 10 hari) bulan) dari norethisterone.
Manfaat dengan penggunaan progestogen oral selama 12 sampai 14 hari per
bulan, meniru fase luteal dari siklus menstruasi. Didrogesteron memiliki struktur
molekul yang mirip dengan progesteron alami. Efek 10 mg dydrogester satu
sebanding dengan efek 10 mg medroxypro gesterone acetate. (1)
Penggunaan terus menerus: penggunaan progestogen oral secara terus
menerus
telah terbukti efektif dalam mengurangi volume perdarahan, dan dapat memblokir
periode menstruasi, mempromosikan amenore pada persentase wanita.
Penggunaannya didasarkan pada niat menghasilkan atrofi endometrium, akibatnya
mengurangi aksi estrogenik pada poliferasi endometrium. Ini dapat diindikasikan
untuk anovulasi dan wanita ovulasi dengan perdarahan endometrium. Formulasi
yang dikutip dalam literatur adalah medroxyprogester oral satu asetat (2,5 hingga
10 mg setiap hari), norethisterone (2,5 mg dan 5 mg setiap hari), megestrol asetat
(40 mg dan 320 mg setiap hari), atau progesteron mikronisasi (200 mg dan 400
mg

49
harian), digunakan dari hari ke 5 hingga 26 siklus atau terus
menerus.Norethisterone dipelajari dengan baik dan diresepkan dengan dosis 5 mg
3 kali sehari, dari hari ke 5 hingga 26 menstruasi siklus. Ini memiliki efek
samping yang sering terkait dengan aksi progestogen yang dapat membatasi
penggunaannya,seperti perdarahan, mastalgia, sakit kepala, edema dan jerawat. (1)
- Progestogen suntik
Tidak ada bukti konklusif untuk penggunaan depot progestogen suntik
(medroksiprogesteron asetat) 150 mg untuk penggunaan IM setiap 3 bulan) di
AUB. Namun, ada penelitian yang menunjukkan itu dapat mempromosikan
amenore di hingga 24% wanita, menyarankan itu adalah pilihan yang baik untuk
wanita dengan peningkatan perdarahan. Efek sampingnya sering menyebabkan
penghentian penggunaan, terutama karena tidak teratur pendarahan, penambahan
berat badan, dan sakit kepala. (1)
- Sistem intrauterin yang melepaskan Levonorgestrel
Sebagian besar penelitian tentang penggunaan progestogen berkelanjutan
merujuk penggunaan LNG-IUS. LNG-IUS melepaskan 20 mcg levonorgestrel
setiap hari, mengakibatkan, melalui beberapa mekanisme, pada atrofi
endometrium dengan pengurangan perdarahan. Dia dianggap lebih efektif
daripada perawatan oral untuk kontrol AUB. LNG-IUS tampaknya memiliki
penerimaan yang lebih baik mengingat pengobatan jangka panjang dengan
insidensi efek samping yang lebih sedikit. Efek samping yang paling sering
dilaporkan adalah terjadinya pendarahan yang tidak terduga, yang lebih sering
dalam bulan-bulan pertama penggunaan. Dalam situasi ini, penggunaan asam
traneksamat atau obat anti inflamasi dapat membawa manfaat. (1)
2. Pengobatan non-hormonal
Pengobatan non-hormonal AUB termasuk penggunaan antifibrinolitik atau
obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Hal ini terutama diindikasikan untuk
wanita yang tidak ingin menggunakan hormon atau yang memiliki kontraindikasi
untuk digunakan mereka, dan mereka yang ingin hamil. (1)
- Antifibrinolitik

50
Penelitian telah menunjukkan wanita dengan peningkatan menstruasi
aliran mungkin memiliki sistem fibrinolitik diaktifkan selama menstruasi dengan
degradasi fibrin yang dipercepat bekuan darah yang terbentuk untuk menahan
perdarahan. Obat yang bekerja dengan mengurangi fibrinolisis dapat mengurangi
perdarahan. Obat asam traneksamat sering diindikasikan dalam kasus ini. Sejak
peluncuran pasarnya, telah diresepkan untuk wanita dengan hemofilia, Von
Willebrand penyakit, trombastenia Glanzmann, dan AUB dengan hasil yang baik.
Asam traneksamat adalah antifibrinolitik dengan waktu paruh pendek, dan
menurut sumber literatur yang berbeda, seharusnya digunakan 3 hingga 4 kali. (1)
- Obat anti inflamasi nonsteroid
Obat anti inflamasi nonsteroid bekerja dengan menghambat
siklooksigenase, enzim katalisis dari transformasi asam arakidonat menjadi
prostaglandin dan tromboksan. Studi yang membandingkan perdarahan normal
dan peningkatan menunjukkan bahwa peningkatan peradangan di endometrium
dikaitkan dengan peningkatan kehilangan darah selama menstruasi, berfungsi
sebagai dasar untuk indikasi NSAID dalam pengobatan AUB, karena mereka
membatasi produksi mediator inflamasi. Mereka juga dapat digunakan sendiri
atau
sebagai terapi tambahan untuk pengobatan hormonal. Mungkin NSAID yang
paling banyak dipelajari untuk tujuan ini adalah asam mefenamat, yang
memberikan pengurangan 25 hingga 50% dalam volume perdarahan. Ini harus
digunakan selama menstruasi, dan memiliki manfaat mengurangi dismenore.
Yang paling efek samping yang umum terkait dengan gejala gastrointestinal,
sehingga harus dihindari pada wanita dengan riwayat maag. (1)

51
52
Gambar 16. Tatalaksana AUB(21)

Gambar 17. Tindakan Bedah AUB(3)


4.11 Komplikasi Abnormal Uterine Bleeding
Komplikasi perdarahan uterus abnormal kronis dapat mencakup anemia,
infertilitas, dan kanker endometrium. Dengan perdarahan uterus abnormal akut,

53
anemia berat, hipotensi, syok, dan bahkan kematian dapat terjadi jika pengobatan
segera dan perawatan suportif tidak dimulai.(13)

4.12 Prognosis Abnormal Uterine Bleeding


Prognosis untuk perdarahan uterus abnormal baik tetapi juga tergantung
pada etiologinya. Tujuan utama mengevaluasi dan mengobati AUB kronis adalah
untuk menyingkirkan kondisi serius seperti keganasan dan meningkatkan kualitas
hidup pasien, dengan mengingat tujuan kesuburan saat ini dan masa depan dan
kondisi medis komorbiditas lainnya yang dapat memengaruhi pengobatan atau
gejala. (13)
Prognosis juga berbeda berdasarkan perawatan medis versus pembedahan.
Pengobatan non-hormonal dengan obat anti-fibrinolitik dan anti-inflamasi non-
steroid telah terbukti mengurangi kehilangan darah selama menstruasi hingga
50%. Pil kontrasepsi oral bisa efektif, tetapi ada kekurangan data dari uji coba
secara acak. Untuk wanita dengan perdarahan menstruasi berat sebagai gejala
utama AUB, AKDR pelepas levonorgestrel telah terbukti lebih efektif daripada
terapi medis lain dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Progestogen suntik dan
agonis GnRH dapat menyebabkan amenore masing-masing pada 50% dan 90%
wanita. Namun, progestogen suntik dapat menghasilkan efek samping perdarahan
terobosan, dan agonis GnRH biasanya hanya digunakan untuk kursus 6 bulan
karena efek sampingnya dalam menghasilkan keadaan estrogen yang rendah. (13)

4.13 Definisi Mioma


Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi
padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau
multipel. Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri,
atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga
berhubungan dengan keganasan. Uterus miomatosus adalah uterus yang
ukurannya lebih besar daripada ukuran uterus yang normal yaitu antara 9–12 cm,
dan dalam uterus itu sudah ada mioma uteri yang masih kecil.(23)

54
4.14 Epidemiologi Mioma
Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20–30% dari seluruh wanita. Di
Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39–11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur
35–45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post
menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk
berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil
atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang
pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat
apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara.(24)

4.15 Etiologi Mioma


Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah
tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada
beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma
uteri, yaitu
a) Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling
sering memberikan gejala klinis antara 35–45 tahun.
b) Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma
uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah
kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
c) Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka
kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini
tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.

55
d) Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan
mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah
kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.

4.16 Patogenesis Mioma

Gambar 18. Patogenesis Mioma Uteri(25)

4.17 Klasifikasi Mioma


Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%),
subserosa (48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).

56
Gambar 19. Klasifikasi Mioma Uteri(25)

4.18 Diagnosis Mioma


 Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
 Pemeriksaan fisik
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual rutin uterus
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga
dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur,
gerakan bebas, tidak sakit.
 Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan
uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan
laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama
untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan
keluhan pasien.
- Imaging
 Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada
uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen
bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
 Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
 MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri
namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
4.19 Penatalaksanaan Mioma
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma
uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor,
sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan

57
bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum,
penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.

a) Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan,
tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari
kehamilan 10–12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada
tangkai, perlu diambil tindakan operasi. Penanganan konservatif bila mioma
berukuran kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala.

b) Terapi Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi
adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan
ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt
dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum
dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini
dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan
terjadi kehamilan adalah 30–50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus,
yang umumnya tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan
perabdominan atau pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus
harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya..
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan
timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya
dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus.

c) Terapi Medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan
mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi
medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti
sementara dari operatif.

58
Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog
GnRH, progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin,
antiprostaglandin, agen-agen lain (gossipol,amantadine)

59
Gambar 20. Tatalaksana Mioma Uteri(25)

60
BAB V
KESIMPULAN

Perdarahan uterus abnormal (AUB) adalah istilah luas yang


menggambarkan ketidakteraturan dalam siklus menstruasi yang melibatkan
frekuensi, keteraturan, durasi, dan volume aliran di luar kehamilan. Variasi dalam
salah satu dari 4 parameter ini merupakan perdarahan uterus abnormal. Istilah-
istilah lama seperti oligomenore, menoragia, dan perdarahan uterus disfungsional
harus dibuang demi penggunaan istilah-istilah sederhana untuk menggambarkan
sifat perdarahan uterus abnormal. Berdasarkan International Federation of
Gynecology and Obstetrics (FIGO) (2011), terdapat 9 kategori utama perdarahan
uterus abnormal disusun sesuai dengan akronim PALM COEIN, yakni polyp,
adenomyosis, leiomyoma, malignancy and hyperplasia, coagulopathy, ovulatory
dysfunction, endometrial dysfunction, iatrogenic, dan not yet classified. Salah satu
etiologi AUB adalah tumor fibromuskular jinak dari miometrium dikenal dengan
beberapa nama, termasuk "leiomyoma," "myoma," dan "fibroid" yang sering
digunakan dan bisanya tidak bergejala.
Pada anamnesis perlu diketahui usia menarke, frekuensi, durasi, dan sifat
perdarahan. Pemeriksaan fisik pasien yang berhubungan dengan AUB akut harus
fokus pada tanda-tanda kehilangan darah akut Dan temuan yang menunjukkan
etiologi perdarahan. Pemeriksaan darah lengkap dengan hitung untuk diferensiasi
sel darah putih dan hitung platelet sebaiknya dilakukan pada pasien yang
anamnesis dan pemeriksaan fisiknya mengarah pada HMB dan anemia.
Tatalaksana AUB dapat diatasi dnegan terapi Hormonal (Kombinasi
estrogen dan progestogen; Progestogen oral siklik atau terus menerus;
Progestogen suntik;LNG-IUS;Pilihan lain), Non-hormonal (NSAID,
Antifibrinolitik), dan dapat juga ditatalaksana dengan tindakan pembedahan.

61
DAFTAR PUSTAKA

1. Benetti-Pinto CL, Rosa-E-Silva ACJS, Yela DA, Soares Júnior JM.


Abnormal Uterine Bleeding. Rev Bras Ginecol Obstet. 2017
Jul;39(7):358-368. English. doi: 10.1055/s-0037-1603807. Epub 2017 Jun
12. PMID: 28605821.
2. ACOG committee opinion no. 557: Management of acute abnormal
uterine bleeding in nonpregnant reproductive-aged women. Obstet
Gynecol. 2013 Apr;121(4):891-896. doi:
10.1097/01.AOG.0000428646.67925.9a. PMID: 23635706.
3. Albers JR, Hull SK, Wesley RM. Abnormal uterine bleeding. Am Fam
Physician. 2004 Apr 15;69(8):1915-26. PMID: 15117012.
4. Whitaker L, Critchley HO. Abnormal uterine bleeding. Best Pract Res
Clin Obstet Gynaecol. 2016;34:54-65. doi:10.1016/j.bpobgyn.2015.11.012
5. Baird DD, Dunson DB, Hill MC, et al. High cumulative incidence of
uterine leiomyoma in black and white women: ultrasound evidence. Am J
Obstet Gynecol 2003;188:100e7.
6. Brahma PK, Martel KM, Christman GM. Future directions in myoma
research. Obstet Gynecol Clin North Am 2006;33:199e224. xiii.
7. Paulsen, F & Waschke, J. Sobotta Atlas of Human Anatomy: Head, Neck
and Neuroanatomy. Amsterdam: Elsevier.2013
8. Anwar M, Baziad A, Prabowo RP. Ilmu Kandungan. Edisi 3. Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2017
9. Richard L Drake; Wayne Vogl; Adam W M Mitchell. 2014. Gray’s
Anatomy: Anatomy of the Human Body. Elsevier; 2014
10. Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th ed.
Philadelphia (PA): Elsevier, Inc.; 2016.
11. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.
12. Munro MG, Critchley HOD, Fraser IS, Committee FMD. The two FIGO
systems for normal and abnormal uterine bleeding symptoms and

62
classification of causes of abnormal uterine bleeding in the reproductive
years: 2018 revisions. Int J Gynaecol Obstet 2018; 143:393e408.
13. Davis E, Sparzak PB. Abnormal Uterine Bleeding.In: StatPearls. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2022.
14. Munro MG, Critchley HOD, Fraser IS., FIGO Menstrual Disorders
Committee. The two FIGO systems for normal and abnormal uterine
bleeding symptoms and classification of causes of abnormal uterine
bleeding in the reproductive years: 2018 revisions. Int J Gynaecol Obstet.
2018 Dec;143(3):393-408.
15. Liu Z, Doan QV, Blumenthal P, Dubois RW. A systematic review
evaluating health-related quality of life, work impairment, and healthcare
costs and utilization in abnormal uterine bleeding. Value Health.2007
May-Jun; 10(3) :183-94.
16. Kaunitz AM, Barbieri RL, Eckler K. Abnormal Uterine Bleeding. Wolters
Kluwer.2020
17. Mohan S, Page LM, Higham JM. Diagnosis of abnormal uterine bleeding.
Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol 2007; 21:891.
18. Hestiantoro A. Konsensus tatalaksana pendarahan uterus abnormal karena
efek samping kontrasepsi. Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan
Fertilitas Indonesia (HIFERI) dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia (POGI). Jakarta.
19. Kriplani A, Gupta P, Gupta S, et.al. Management of Abnormal Uterine
Bleeding in Reproductive Period, A Joint Initiative by GESI &
FOGSI.2016
20. https://calgaryguide.ucalgary.ca/abnormal-uterine-bleeding-aub-
pathogenesis-and-clinical-findings/
21. Bradley LD, Gueye NA. The medical management of abnormal uterine
bleeding in reproductive-aged women. Am J Obstet Gynecol. 2016
Jan;214(1):31-44. doi: 10.1016/j.ajog.2015.07.044. Epub 2015 Aug 5.
PMID: 26254516.

63
22. Baziad A, Hestiantoro AW.Panduan Tatalaksanan Perdarahan Uterus
Abnormal.Lokakarya HIFERI POGI. Aceh.2011
23. Prawirohardjo. Ilmu kandungan Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2011;106-108
24. Pasinggi S, Wagey F, Rarung M. prevalensi mioma uteri berdasarkan
umur di rsup prof. dr. r. d. kandou manado. Jurnal e-Clinic.2015
25. https://calgaryguide.ucalgary.ca/uterine-fibroids-leiomyomas-
pathogenesis-and-clinical-findings/
26. De La Cruz MS, Buchanan EM. Uterine Fibroids: Diagnosis and
Treatment. Am Fam Physician. 2017 Jan 15;95(2):100-107. PMID:
28084714.

64

Anda mungkin juga menyukai