Anda di halaman 1dari 23

Partus Lama

Pengampu : dr. Setia Budi, Sp.OG


Anggota Kelompok

Dwi Rachma Meilina Idman Gushaendri


Febry Dhikaputra Perdana Miftahul Habibah Saumi
Fuja Fawwaz Rosyadi Mu’adz Jonardi
Husnatussa’adah Nadya Intan Alyssa
M. Azhril Andriansyah Reka Ardia Meitasari
Sarimaulidia Wati Reza Deni Rohmansyah
Tersanova Fadilah
Definisi
● Persalinan lama, disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal/sulit
● Partus lama adalah persalinan yang tidak mengalami kemajuan pada fase laten dan fase aktif.
● Pada primigravida dapat berlangsung lebih dari 24 jam, sedangkan pada multigravida berlangsung
lebih dari 18 jam

Prawirohardjo S. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: Bina pustaka sarwono prawirohardjo;2018.
Amru Sofian, (2012). Sinopsis Obstetri, Jakarta EGC
Epidemiologi

● Tahun 2010 → 1,0%,


● Tahun 2011 → 1,1%
● Tahun 2012 → 1,8% (meningkat).
● DEPKES tahun 2010 penyebab langsung kematian
maternal di Indonesia terkait kehamilan dan
persalinan partus lama 5%.

Ardhiyanti, Yulrina, Susi S. Faktor Ibu yang Berhubungan Dengan Kejadian Persalinan Lama. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Komunitas., Volume III Nomor 2, Mei 2016: Hal 85-
86
Etiologi

Power Passage Passanger


Tidak adekuatnya kontraksi pada Bentuk tulang panggul (misalnya, Ukuran bayi, dan/atau presentasi
uterus antropoid atau platipelloid) bayi.
Patofisiologi

Partus lama dapat terjadi karena dipengaruhi ● Power


Otot miometrium lelah → kontraksi
oleh beberapa faktor antara lain
lemah & his terganggu → partus lama
ialah power (kekuatan his dan mengejan), ● Passage
passage (ukuran panggul dan jenis panggul) Tipe ginekoid paling cocok untuk
persalinan pervaginam
dan passanger (janin besar, berat badan
● Passenger
janin, kelainan letak/presentasi). Presentasi suboksipitobrekmantika &
presentasi wajah → ukuran diameter 9.5
cm

Prawirohardjo S. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: Bina pustaka sarwono prawirohardjo;2018.
Amru Sofian, (2012). Sinopsis Obstetri, Jakarta EGC
Faktor Risiko
● Disproporsi sefalopelvik
● Kerja uterus yang tidak efisien
● Primigravida
● Kehamilan gemeli
● Deformitas panggul karena trauma atau
polio
● Tumor daerah panggul
● Infeksi di perut atau uterus
● Malpresentasi dan malposisi
● Ketuban pecah dini
● Analgesik dan anastesi yang berlebihan
dalam fase laten

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. Indonesian medica association. Edisi 1. Jakarta, 2017
Klasifikasi

Stage Nulipara Multipara


Stage 1 (fase laten) > 20 jam > 14 jam

Stage 1 (fase aktif) Dilatasi serviks < 1 - 1,2 cm/jam Dilatasi serviks < 1,5 - 2 cm/jam

Stage 2 > 2 jam > 1 jam


Manifestasi Klinis
● Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat, dan meteorismus.
● Edema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
● Bila berlangsung terlalu lama -> dehidrasi, infeksi, kelelahan, serta asfiksia dan kematian dalam
kandungan

Sari S SY. Manajemen Asuhan Kebidanan dengan Partus Lama di RSIA Sitti Fatimah Makassar. 2010.
Lumbanraja SN. Kegawatdaruratan Obstetri. Medan: USU Press. 2017.
Anamnesis

Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya Riwayat kehamilan saat ini


○ jumlah kehamilan dan persalinan ○ pemantauan selama kehamilan
○ Riwayat abortus ○ apakah dari pemeriksaan sebelumnya ada
○ riwayat kematian perinatal kemungkinan penyulit
○ riwayat bayi dengan berat badan lahir >4.000 gram Riwayat kehamilan dan persalinan di keluarga 
○ riwayat section caesaria sebelumnya
Riwayat penyakit ibu
○ riwayat hipertensi
○ Diabetes
○ Asma
○ tumor pada organ kewanitaan
○ penggunaan obat-obat terkait fertilitas

Amru Sofian, (2012). Sinopsis Obstetri, Jakarta EGC


Pemeriksaan Fisik

Kontraksi uterus ● Cairan ketuban (jika sudah pecah dapat dinilai


● Palpasi posisi dan presentasi janin (dapat warnanya)
menggunakan teknik Leopold) , Frekuensi ● Penilaian dilatasi, posisi, dan penipisan serviks
dan durasi kontraksi (dapat dilakukan setiap melalui pemeriksaan dalam atau vaginal touche
30 menit) (dapat dilakukan setiap jam pada kala 2)
Kondisi ibu: ● Turunnya kepala janin (hodge 1 – 4)
● Nadi, tekanan darah, suhu tubuh ● Penilaian jalan lahir (apakah terdapat massa
● Perawatan terhadap kandung kemih dan yang dapat menutupi jalan lahir) Kondisi
menjaga hidrasi yang adekuat (dapat emosional dan psikologis ibu
menggunakan kateter untuk mengosongkan
kandung kemih jika ibu kesulitan BAK)

Amru Sofian. Sinopsis Obstetri, Jakarta EGC.2012


Pemeriksaan Penunjang

Partograf
Untuk melihat kemajuan persalinan. Partograf dapat mengindikasikan adanya keterlambatan
persalinan sejak kala 1 sehingga hambatan pada kala 2 dapat dicegah karena telah diberikan tata
laksana sejak awal.
Cardiotocography (CTG)
Untuk menilai kondisi denyut jantung janin secara kontinyu dalam periode waktu tertentu dan menilai
kekuatan kontraksi secara eksternal.
Intrauterine pressure catheter (IUPC)
Untuk menilai kontraksi pada pasien dengan kesulitan pengukuran manual, seperti pada pasien
obesitas atau pasien yang memiliki respon minimal terhadap oxytocin
Diagnosis Banding

False Labour Obstructed Labour

Kontraksi Braxton-Hicks Kontraksi uterus adekuat, namun


janin tidak dapat turun melalui
jalan lahir dikarenakan ada
hambatan yang mencegah
penurunan kepala janin, seperti
malposisi janin dan adanya tumor
pada pelvis.

Cunningham FG, Levano KJ, Bloom SL, et al. Williams Obstetric. 24 th ed. McGraw Hill. 2014.
World Health Organization. Managing Prolonged and Obstructed Labour: Education Material for Teacher of Midwifery. 2 nd ed. 2008.
Tatalaksana

Penanganan Umum
1. Nilai keadaan umum dan TTV ibu
2. Periksa DJJ selama atau segera sesudah his, hitung frekuensi setidaknya satu
kali dalam 30 menit selama fase aktif dan tiap 5 menit selama kala II
3. Perbaiki keadaan umum

Oxorn, Harry & William. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: YEM. 2010
Kenyon S, Tokumasu H, Dowswell T, Pledge D, Mori R. High-dose versus low-dose oxytocin for augmentation of delayed labour. Cochrane Database Syst rev. 2013;(7):CD007201  
Tatalaksana

Penanganan Khusus
● Belum inpartu (False Labor)
1. Bila his belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang.
2. Periksa apakah ada infeksi saluran kemih atau ketuban pecah, apabila
didapatkan adanya infeksi, obati secara adekuat dan jika tidak ada
pasien boleh rawat jalan.

Oxorn, Harry & William. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: YEM. 2010
Kenyon S, Tokumasu H, Dowswell T, Pledge D, Mori R. High-dose versus low-dose oxytocin for augmentation of delayed labour. Cochrane Database Syst rev. 2013;(7):CD007201  
Tatalaksana

● Fase Laten Memanjang


Ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada kemajuan, lakukan pemeriksaan dalam:
1. Jika tidak ada perubahan dan tidak ditemukan tanda gawat janin, kemungkinan pasien belum inpartu
2. Jika ada perubahan dan pembukaan serviks 🡪 oksitosin drip 5 U dalam 500cc dekstrose/NaCl 8 tpm.
Setiap 30 menit + 4 tpm hingga his adekuat (maksimal 40 tpm)
3. Terdapat tanda amnionnitis → oksitosin drip 5 U dalam 500cc dekstrose 8 tpm. Setiap 15 menit + 4
tpm hingga his adekuat (maksimal 40 tpm) + ampisilin 2gr i.v (dosis awal) dan 1 gr i.v setiap 6 jam dan
gentamisin 2 x 80 mg

Oxorn, Harry & William. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: YEM. 2010
Kenyon S, Tokumasu H, Dowswell T, Pledge D, Mori R. High-dose versus low-dose oxytocin for augmentation of delayed labour. Cochrane Database Syst rev. 2013;(7):CD007201  
Tatalaksana

● Fase Aktif Memanjang


Bila tidak didapatkan adanya cephalopelvic disproportion (CPD) atau adanya obstruksi:
1. Berikan penanganan kontraksi dan mempercepat kemajuan persalinan → oksitosin 5 U dalam 500cc
dekstrose/NaCl atau Prostaglandin
2. Bila ketuban masih utuh, pecahkan ketuban
3. Bila kecepatan permukaan serviks pada waktu fase aktif kurang dari 1 cm per jam lakukan penilaian
kontraksi uterus
● Disproporsi Sefalopelvik (CPD)
1. Jika diagnosis CPD ditegakkan, lahirkan bayi dengan SC
2. Jika bayi mati lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak mungkin lakukan SC)
Oxorn, Harry & William. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: YEM. 2010
Kenyon S, Tokumasu H, Dowswell T, Pledge D, Mori R. High-dose versus low-dose oxytocin for augmentation of delayed labour. Cochrane Database Syst rev. 2013;(7):CD007201  
Tatalaksana

● Kontraksi Uterus Tidak Adekuat (Inersia Uteri)


1. Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disproporsi atau obstruksi bisa disingkirkan, kemungkinan
penyebab persalinan lama adalah inersia uteri
2. Pecahkan ketuban dan lakukan induksi dengan oksitosin 5 U dalam 500cc dekstrose/Nacl atau
prostaglandin
3. Evaluasi kemajuan persalinan dengan pemeriksaan vaginal 2 jam setelah his adekuat.

● jika tidak ada kemajuan lakukan SC


● jika ada kemajuan, lanjutkan infus oksitosin dan evaluasi setiap 2 jam.

Oxorn, Harry & William. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: YEM. 2010
Kenyon S, Tokumasu H, Dowswell T, Pledge D, Mori R. High-dose versus low-dose oxytocin for augmentation of delayed labour. Cochrane Database Syst rev. 2013;(7):CD007201  
Tatalaksana

● Kala II Memanjang
1. Jika pemberian oksitosin tidak mempengaruhi penurunan janin, lakukan ekstraksi vakum, forseps,
simfisiotomi atau SC.
2. Bila tidak mungkin untuk merujuk pasien atau terjadi gawat janin, mengakhiri persalinan dengan
episiotomi dan dorongan (eksresi) dan tarikan (ekstraksi) vakum atau tarikan cunam.

● Obstruksi (Partus Macet)


Jika ditemukan tanda-tanda obstruksi:
1. Bayi hidup lakukan SC
2. Bayi meninggal lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak mungkin, lakukan SC)
Oxorn, Harry & William. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: YEM. 2010
Kenyon S, Tokumasu H, Dowswell T, Pledge D, Mori R. High-dose versus low-dose oxytocin for augmentation of delayed labour. Cochrane Database Syst rev. 2013;(7):CD007201  
Komplikasi
Ibu Janin
● Ruptur Uteri ● Kaput suksedaneum
● Infeksi antepartum ● Molase kepala janin
● Cincin retraksi patologis ● Fetal distress
● Pembentukan fistula ● Asfiksia
● Cedera otot dasar panggul ● Kematian

Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2016.


Prognosis

● Berisiko untuk kembali mengalami perlambatan kemajuan persalinan pada persalinan berikutnya.
● Semakin meningkat jika pada persalinan pertama lahir pervaginam menggunakan instrumen atau sectio
caesarea
● Faktor eksternal lain yg mempengaruhi → jarak kehamilan ≥ 7 tahun, usia saat bersalin ≥ 35 tahun, indeks
massa tubuh ≥ 35 kg/m2, dan tinggi badan ibu antara 130 – 154 cm
● Partus lama meningkatkan risiko kematian ibu dan janin. Di Indonesia, partus lama dilaporkan sebagai
penyebab 1-1,8% kematian ibu pada tahun 2010-2013
Referensi

● Prawirohardjo S. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: Bina pustaka sarwono prawirohardjo;2018.
● Amru Sofian, (2012). Sinopsis Obstetri, Jakarta EGC
● Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2016.
● Oxorn, Harry & William. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: YEM. 2010
● Kenyon S, Tokumasu H, Dowswell T, Pledge D, Mori R. High-dose versus low-dose oxytocin for augmentation of delayed
labour. Cochrane Database Syst rev. 2013;(7):CD007201
● Cunningham FG, Levano KJ, Bloom SL, et al. Williams Obstetric. 24 th ed. McGraw Hill. 2014.
● World Health Organization. Managing Prolonged and Obstructed Labour: Education Material for Teacher of Midwifery. 2 nd ed.
2008.
● Sari S SY. Manajemen Asuhan Kebidanan dengan Partus Lama di RSIA Sitti Fatimah Makassar. 2010.
● Lumbanraja SN. Kegawatdaruratan Obstetri. Medan: USU Press. 2017.
● Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Indonesian medica association. Edisi 1. Jakarta, 2017
Terima Kasih
Mohon bimbingannya dokter

Anda mungkin juga menyukai