Partus Lama
Partus Lama
Prawirohardjo S. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: Bina pustaka sarwono prawirohardjo;2018.
Amru Sofian, (2012). Sinopsis Obstetri, Jakarta EGC
Epidemiologi
Ardhiyanti, Yulrina, Susi S. Faktor Ibu yang Berhubungan Dengan Kejadian Persalinan Lama. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Komunitas., Volume III Nomor 2, Mei 2016: Hal 85-
86
Etiologi
Prawirohardjo S. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: Bina pustaka sarwono prawirohardjo;2018.
Amru Sofian, (2012). Sinopsis Obstetri, Jakarta EGC
Faktor Risiko
● Disproporsi sefalopelvik
● Kerja uterus yang tidak efisien
● Primigravida
● Kehamilan gemeli
● Deformitas panggul karena trauma atau
polio
● Tumor daerah panggul
● Infeksi di perut atau uterus
● Malpresentasi dan malposisi
● Ketuban pecah dini
● Analgesik dan anastesi yang berlebihan
dalam fase laten
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. Indonesian medica association. Edisi 1. Jakarta, 2017
Klasifikasi
Stage 1 (fase aktif) Dilatasi serviks < 1 - 1,2 cm/jam Dilatasi serviks < 1,5 - 2 cm/jam
Sari S SY. Manajemen Asuhan Kebidanan dengan Partus Lama di RSIA Sitti Fatimah Makassar. 2010.
Lumbanraja SN. Kegawatdaruratan Obstetri. Medan: USU Press. 2017.
Anamnesis
Partograf
Untuk melihat kemajuan persalinan. Partograf dapat mengindikasikan adanya keterlambatan
persalinan sejak kala 1 sehingga hambatan pada kala 2 dapat dicegah karena telah diberikan tata
laksana sejak awal.
Cardiotocography (CTG)
Untuk menilai kondisi denyut jantung janin secara kontinyu dalam periode waktu tertentu dan menilai
kekuatan kontraksi secara eksternal.
Intrauterine pressure catheter (IUPC)
Untuk menilai kontraksi pada pasien dengan kesulitan pengukuran manual, seperti pada pasien
obesitas atau pasien yang memiliki respon minimal terhadap oxytocin
Diagnosis Banding
Cunningham FG, Levano KJ, Bloom SL, et al. Williams Obstetric. 24 th ed. McGraw Hill. 2014.
World Health Organization. Managing Prolonged and Obstructed Labour: Education Material for Teacher of Midwifery. 2 nd ed. 2008.
Tatalaksana
Penanganan Umum
1. Nilai keadaan umum dan TTV ibu
2. Periksa DJJ selama atau segera sesudah his, hitung frekuensi setidaknya satu
kali dalam 30 menit selama fase aktif dan tiap 5 menit selama kala II
3. Perbaiki keadaan umum
Oxorn, Harry & William. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: YEM. 2010
Kenyon S, Tokumasu H, Dowswell T, Pledge D, Mori R. High-dose versus low-dose oxytocin for augmentation of delayed labour. Cochrane Database Syst rev. 2013;(7):CD007201
Tatalaksana
Penanganan Khusus
● Belum inpartu (False Labor)
1. Bila his belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang.
2. Periksa apakah ada infeksi saluran kemih atau ketuban pecah, apabila
didapatkan adanya infeksi, obati secara adekuat dan jika tidak ada
pasien boleh rawat jalan.
Oxorn, Harry & William. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: YEM. 2010
Kenyon S, Tokumasu H, Dowswell T, Pledge D, Mori R. High-dose versus low-dose oxytocin for augmentation of delayed labour. Cochrane Database Syst rev. 2013;(7):CD007201
Tatalaksana
Oxorn, Harry & William. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: YEM. 2010
Kenyon S, Tokumasu H, Dowswell T, Pledge D, Mori R. High-dose versus low-dose oxytocin for augmentation of delayed labour. Cochrane Database Syst rev. 2013;(7):CD007201
Tatalaksana
Oxorn, Harry & William. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: YEM. 2010
Kenyon S, Tokumasu H, Dowswell T, Pledge D, Mori R. High-dose versus low-dose oxytocin for augmentation of delayed labour. Cochrane Database Syst rev. 2013;(7):CD007201
Tatalaksana
● Kala II Memanjang
1. Jika pemberian oksitosin tidak mempengaruhi penurunan janin, lakukan ekstraksi vakum, forseps,
simfisiotomi atau SC.
2. Bila tidak mungkin untuk merujuk pasien atau terjadi gawat janin, mengakhiri persalinan dengan
episiotomi dan dorongan (eksresi) dan tarikan (ekstraksi) vakum atau tarikan cunam.
● Berisiko untuk kembali mengalami perlambatan kemajuan persalinan pada persalinan berikutnya.
● Semakin meningkat jika pada persalinan pertama lahir pervaginam menggunakan instrumen atau sectio
caesarea
● Faktor eksternal lain yg mempengaruhi → jarak kehamilan ≥ 7 tahun, usia saat bersalin ≥ 35 tahun, indeks
massa tubuh ≥ 35 kg/m2, dan tinggi badan ibu antara 130 – 154 cm
● Partus lama meningkatkan risiko kematian ibu dan janin. Di Indonesia, partus lama dilaporkan sebagai
penyebab 1-1,8% kematian ibu pada tahun 2010-2013
Referensi
● Prawirohardjo S. Ilmu kandungan. 3rd ed. Jakarta: Bina pustaka sarwono prawirohardjo;2018.
● Amru Sofian, (2012). Sinopsis Obstetri, Jakarta EGC
● Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2016.
● Oxorn, Harry & William. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: YEM. 2010
● Kenyon S, Tokumasu H, Dowswell T, Pledge D, Mori R. High-dose versus low-dose oxytocin for augmentation of delayed
labour. Cochrane Database Syst rev. 2013;(7):CD007201
● Cunningham FG, Levano KJ, Bloom SL, et al. Williams Obstetric. 24 th ed. McGraw Hill. 2014.
● World Health Organization. Managing Prolonged and Obstructed Labour: Education Material for Teacher of Midwifery. 2 nd ed.
2008.
● Sari S SY. Manajemen Asuhan Kebidanan dengan Partus Lama di RSIA Sitti Fatimah Makassar. 2010.
● Lumbanraja SN. Kegawatdaruratan Obstetri. Medan: USU Press. 2017.
● Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Indonesian medica association. Edisi 1. Jakarta, 2017
Terima Kasih
Mohon bimbingannya dokter