KASUS 1: Ratusan pekerja PT. Alpen Food Industry (PT AFI) di Bekasi, menggelar mogok kerja
setelah merasa hak-hak mereka dilanggar perusahaan, salah satunya shift malam bagi buruh
perempuan yang sedang mengandung. Dalam pernyataan sikap resmi yang diterima Kompas.com,
para pekerja yang tergabung dalam Serikat Gerakan Buruh Bumi Indonesia PT. Alpen Food Industry
(SGBBI PT AFI), menuntut 22 hal tentang masalah aturan kerja hingga pemberangusan serikat
pekerja di perusahaan pembuat es krim Aice itu. "Sejak tahun lalu telah terjadi 14 kasus keguguran
dan 6 kematian bayi baru lahir, total 359 buruh perempuan yang bekerja di pabrik AICE," kata
Sarinah, juru bicara F-SEDAR yang menaungi SGBBI
SGBBI juga meminta perusahaan untuk tidak mempersulit pekerja untuk mendapatkan fasilitas
kesehatan selain dari klinik dan dokter yang disediakan oleh perusahaan. "Buruh tidak dapat
mengambil second opinion dari dokter atau klinik lain. Bisa dibayangkan, buruh tidak mendapatkan
layanan kesehatan secara demokratis karena satu-satunya dokter yang bisa memberikan izin sakit
hanya dokter perusahaan saja," jelas Sarinah
Selain itu, SGBBI juga menemukan bukti bahwa PT AFI telah memberikan cek mundur yang kosong
yang membuat para pekerja tidak bisa menikmati uang bonus. "Pada 4 Januari 2019, serikat pekerja
dan pengusaha membuat perjanjian pembayaran bonus untuk 600 orang dengan jumlah Rp1.000.000,-
per orang. Saat itu, pengusaha mengaku tidak mampu untuk membayar sekarang, sehingga buruh
setuju menerima pembayaran cek mundur yang bisa dicairkan setelah satu tahun. Saat hendak
dicairkan pada 5 Januari 2020, cek tersebut ternyata kosong dan tidak bisa dicairkan," kata Sarinah.
Bahaslah kasus tersebut dari perpektif PR dan langkah-langkah apa yang harus ditempuh pihak
manajemen khususnya dari internal PR menggunakan 4 Langkah Strategi PR : FACT FINDING,
PERENCANAAN, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
FACT FINDING : fakta dalam kasus diatas adalah bahwa hak-hak para buruh pekerja di PT.
Alpen Food Industry dilanggar oleh perusahaan. Salah satunya penerapan shift malam untu buruh
perempuan terutama buruh yang sedang mengandung, sehingga semakin banyaknya ksus pelanggaran
yang terjadi seperti 14 kasus pengangguran dan 6 kematian bayi baru lahir. Selain itu, PT AFI
memberikan cek mudur kepada para pekerja, akibatnya para pekerja tersebut tidak dapat menikmati
uang bonus untuk 600 pekerja dengan jumlah Rp 1.000.000 per orang. Akan tetapi ketika para buruh
tersebut ingin mencairkan cek tersebut ternyata cek tersebut merupakan cek kosong yang tidak bias
dicairkan.
PERENCANAAN : Setelah terjadinya kasus keguguran dan kematian bayi yang diakibatkan
karena para buruh perempuan yang bekerja di shift malam. Sehingga dari pihak SGBBI selaku
perwakilan buruh PT. AFI tersebut meminta perusahaan untuk membuat suatu kebijakan supaya tidak
mempersulit pekerja untuk mendapatkan fasilitas kesehatan selain dari klik dan dokter yang
disediakan oleh perusahaan. Dalam hal ini mengakibatkan buruh tersebut tidak menerima second
opinion.. Sehingga buruh tersebut tidak menerima layanan kesehatan yang secara demokratis.
IMPLEMENTASI : Implementasi yang dilakukan oleh PT. AFI ini melanggar kebijakan
terutama kebijakan pemerintah terkait dengan para pekerja buruh dan karyawan. Salah satunya para
buruh yang sedang hamil dan sakit tetap diharuskan masuk bekerja terutama di shift malam. Hal ini
melinggar kebijakan pemerintah bahwa para pekerja atau buruh yang sedang sakit diperbolehkan izin
untuk tidak bekerja dengan menggunakan surat keterangan dokter yang berlaku. Selain itu, para
pekerja atau buruh tersebut diberikan berupa cek mundur yang nantinya cek tersebut dapat dicairkan
pada periode tertentu. Akan tetapi, perusahaan memberikan cek kosong kepada para buruh tersebut
yang mengakibatkan cek tersebut tidak dapat dicairkan oleh para buruh tersbeut.
Bahaslah kasus tersebut dari perpektif PR dan langkah-langkah apa yang harus
ditempuh menggunakan 4 Langkah Strategi PR: FACT FINDING, PERENCANAAN,
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
FACT FINDING : Berdasarkan kasus diatas bahwa dampak dari penutupan Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di daerah piyungan ini akan berdampak kepada
beberapa daerah di DIY yang tidak dapat membuang sampahnya, salah satunya di daerah
kota Yogyakarta. Penutupan yang terjadi sejak 7 Mei 2022 tersebut mengakibatkan kota
Yogyakarta sebagai kota darurat sampah. Sehingga dengan adanya penutupan TPAS di
piyungan ini mengakibatkan kota Yogyakarta sebagai darurat sampah. Bahkan banyak
sampah di pinggir jalan utama yang berserakan.
IMPLEMENTASI : Setelah adanya solusi yang diberikan yaitu berupa menggunakan truk
sampah tersebut untuk menampung sampah-sampah yang berserakan di kota Yogyakarta.
Ternyata, masih banyaknya sampah-sampah yang berserakan juga di jalan utama kota
Yogyakarta dan menjadikan truk truk yang sudah disediakan tersebut semakin penuh. Dengan
begitu, solusi yang diberikan setelah diimplementasikan tidak berjalan efektif secara
maksimal.