Anda di halaman 1dari 3

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

UJIAN AKHIR SEMESTER II – GENAP 2015/2016

MATA KULIAH : ETIKA BISNIS KERAKYATAN


DOSEN : SUTOYO, M.Si.
HARI / TANGGAL : Sabtu, 14 Mei 2016
SIFAT UJIAN : Take Home Exam
WAKTU : 60 jam

SOAL :

KASUS 1:

Mega Brands telah menjual mainan magnetic untuk beberapa tahun lamanya. Mereka juga
menual Mega Bloks mainan kontruksi berdasarkan cerita Spiderman, Pirates of the
Carribbean, serta produk lainnya di 100 negara. Pada tahun 2006, Mega Brands telah
mendapatkan lebih dari $547 juta pendapatan, termasuk lebih dari $100 dari penjualan
mainan magnetis, tetapi harga saham Mega Brands jatuh dari sekitar $27 ke $20,30 pada
pertengahan Juli 2007. Salah satu alasan jatuhnya harga saham Mega Brands adalah
meninggal dunianya seorang anak akibat menelan magnet yang keluar (lepas dari mainan), di
akhir musim gugur tahun 2005. US. Consumer Products Safety Commission (CPSP) telah
menerbitkan kebijakan penarikan kembali produk tersebut pada tahun 2006.
Sesudahnya, sejumlah tuntutan hukum muncul dari anak-anak lain yang menderita
komplikasi pencernaan. Gejala-gejala yang timbul pada anak-anak yang menelan magnit
(dari produk mainan bermagnit dari Mega Brands) mirip dengan gejala sakit perut, pilik, atau
flu, sehingga terkadang bisa salah analisis. Konsekwensi yang terjadi bisa jadi jauh lebih
buruk jika anak menelan lebih dari satu magnit, terutama jika magnit yang ditelan adalah
magnit super kuat, seperti pada mainan magnitix. Magnit-magnit tersebut begitu kuat mereka
tidak bisa melewati pencernaan anak, akhirnya dapat merobek jaringan karena saling menarik
satu sama lain. Operasi yang kompleks diperlukan untuk mengeluarkan magnit dari tubuh si
anak, kemudian komplikasi dapat terjadi sesudahnya.
Setelah menolak dua kali, Mega Brands terlibat dua kali penarikan produk secara sukarela
sesuai permintaan Komisi pada bulan Maret 2006 dan April 2007. Produk yang cacat masih
ditemukan di rak toko oleh penyidik CPSC pada bulan April. Meskipun demikian, pada
sidang tanggal 18 Juni 2007, Senator Robert Durgan menyatakan: “Perusahaan telah
melakukan segala usaha yang mampu mereka lakukan demi menggagalkan upaya komisi
untuk mengambil produk tersebut dari rak”. Dalam keadaan frustasi, Senator Durban
berkomentar: “Ketika suatu perusahaan menjual suatu produk berbahaya di Amerika dan
menolak untuk bekerjasama dengan CPSC, kita memiliki beberapa hukum dan beberapa alat
yang dapat digunakan untuk melindungi konsumen.
Selain itu, perusahaan tidak segera memenuhi permintaan CPSC untuk memberikan
informasi dan melanggar syarat-syarat penarikan produk. Akhirnya, pada tanggal 1 Desember
2007 setelah gagal merespons tepat waktu sebuah panggilan, data yang disampaikan
mencakup 1.500 laporan pengaduan atas Mega Brands atau Rose Art Industrie, pabrikan
mainan ini. Mega Brands menegaskan bahwa merekaharus melakukan pengecekan produk di
gudang untuk mengumpulkan data, karena mereka tidak memiliki sebuah sistem pelaporan
komprehensif yang terorganisasi.
Sebuah produk baru, yang telah diperbaiki, telah diperkenalkan menggunakan merk baru
dengan indikator usia minimum penggunanya, yaitu anak-anak berusia enam tahun, bukannya
berusia tiga tahun.
Sumber: Magnitic toys attract suits, Gretchen Morgenson, Financial post, 17 Juli 2007 FP3.

Pertanyaan:
1) Jika Anda seorang manajer Mega Brands, apa yang akan Anda ungkapkan kepada
pimpinan tentang isu-isu mainan Magnitic yang telah disebutkan di atas? Ceritakan
adakah isu tidak etis pada kasus di atas?
2) Jika Pimpinan tidak memperhatikan, apa yang Anda lakukan?
3) Haruskah CPSC memiliki kekuasaan lebih untuk menghadapi bahaya pada perusahaan
semacam itu? Jika demikian, kebijakan seperti apa yang harus mereka keluarkan?

KASUS 2:

Pemerintah Mengabaikan Kerusakan Lingkungan?

Pemerintah dinilai “gelap mata” terhadap kerusakan lingkungan dengan memberikan ijin
penambangan di wilayah hutan Toka Lindung, Kabupaten Bitung, Sulawesi Utara, pada awal
Maret 2008. Beberapa warga setempat dalam konferensi pers di Jakarta menyampaikan hal
itu. Selama ini tidak ada perhatian pemerintah terhadap kerugian warga akibat rusaknya
lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan persiapan penambangan. “Seumur-umur, sampai
35 tahun saya tidak pernah mengalami banjir di kampung ini, baru kali ini terjadi banjir
setelah hutan di atas kampung kami babat untuk penambangan”, kata David Katang, salah
seorang warga desa Batu putih Atas. Enam desa di wilayah lingkar rencana tambang PT
Meares Soputan Mining itu mengalami musibah banjir lumpur untuk pertama kalinya pada 11
Maret 2007. Enam Desa itu adalah Likupang Satu, Likupang Dua, Kampung Ambon,
Rinondoran, Pinenek, dan desa Maen. Perusahaan tambang ini sudah membangun tiga buah
dam, fasilitas pabrik, perkantoran, dan dermaga. Di hulu, perusahaan ini juga memotong dan
membelokkan arus sungai Budo. Kapasitas penampungan limbah bijih emas direncanakan
sepuluh juta ton, sedangkan usia tambang hanya enam tahun. Akibat kegiatan ini, terjadi
banjir lumpur sehingga nelayan tidak dapat lagi memetik kepiting di hutan bakau karena
ketika hujan ada genangan lumpur.
Sumber: Kompas 5 April 2008

Pertanyaan:
1) Apakah ada hubungan antara etika dan lingkungan hidup? Jelaskan!
2) Konsep-konsep etika apa saja yang dapat Anda terapkan untuk kasus lingkungan di
atas?
3) Menurut Anda, benarkah pemerintah tidak peduli terhadap kerusakan lingkungan?
Berikan fakta-fakta lain yang Anda ketahui untuk mendukung pendapat Anda!
4) Seandainya perusahaan tambang PT Meares Soputan Mining menggunakan analisis
dampak lingkungan, apa saja yang harus dipertimbangkan dalam hal ini?
5) Apakah ada hubungan analisis dampak lingkungan di atas dengan analisis stakeholder
dan Corporate Social Responsibility? Jelaskan!
6) Bila ingin mengakaitkan suatu proses keputusan atau tindakan dengan prinsip-prinsip
etika bisnis, tunjukkan dan jelaskan prinsip-prinsip mana atau unsur kode etik yang
mana yang relevan dengan kasus di atas?
7) Warga setempat menginformasikan keluhannya ini melalui media massa (jumpa pers)
karena merasa perusahaan dan pemerintah tidak lagi peduli terhadap keluhan
masyarakat. Apapun nama istilah yang terhadap tindakan warga semacam ini?
jelaskan!

Selamat mengerjakan semoga sukses

Anda mungkin juga menyukai