Anda di halaman 1dari 1

Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku. Kau patahkan. Kau minta maaf?

Ya.. Demikianlah perempuan, ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walau
pun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya.
Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh Ninik Mamakmu karena
saya asalnya tidak tentu, orang hina dina, tidak tulen Minangkabau.
ketika itu kau antarkan saya di simpang jalan, kau berjanji akan menunggu
kedatanganku berapapun lamanya,.
Tapi kemudian kau berpaling ke yang lebih gagah, kaya raya, berbangsa, beradat ,
berlembaga, berketurunan, kau kawin dengan dia.
Kau sendiri yang bilang padaku bahwa pernikahan itu bukan paksaan orang lain tapi
pilihan hati kau sendiri.
Hampir saya mati menanggung cinta Hayati..
2 bulan lamanya saya tergeletak di tempat tidur, kau jenguk saya dalam sakitku,
menunjukkan bahwa tangan kau telah berinang, bahwa kau telah jadi kepunyaan
orang lain.
Kau pilih kehidupan yang lebih senang, mentereng, cukup uang, berenang di dalam
emas, bersayap uang kertas.
Siapakah di antara kita yang kejam Hayati?
Kau bukan kecintaanku, bukan tunanganku, bukan istriku. Tapi janda dari orang lain.
Tidak..
Pantang pokok pisang berbuah dua kali, pantang pemuda dapat sisa.

Anda mungkin juga menyukai