Anda di halaman 1dari 3

“Walaupun kamu pergi, jiwamu akan selalu dekat dengan jiwaku.

“Jangan pernah bersedih. Jangan putus asa. Cinta itu bukan memakan hati,
bukan membawa tangis, bukan membuat putus asa. Tetapi cinta itu
menguatkan hati, menghidupkan pengharapan.”

“Kau yang sanggup menjadikan saya seseorang yang gagah berani. Kau
pula yang sanggup menjadikan saya sengsara selamanya. Kau boleh
memutuskan pengharapanku. Kau pun sanggup membunuhku.”

“Hati saya dipenuhi cinta kepada kau. Dan biar Tuhan mendengarkan
bahwa engkaulah Zainudin yang akan menjadi suamiku kelak, bila tidak di
dunia, kau lah suamiku di akhirat.”

“Carilah kebahagiaan kita. Kemana pun engkau pergi, saya tetap untukmu.
Jika kita bertemu kelak, saya akan tetap bersih dan suci untukmu,
kekasihku.”

“Dengan surat kita lebih bebas menerangkan perasaan.”

“Tanganmu akan ku gandeng, dari hayatku, sampai matiku.”

“Semuda ini usiaku, sudah begitu berat duka yang harus ku tanggung.”

“Cinta bukan mengajarkan kita untuk menjadi lemah, tapi membangkitkan


kekuatan. Cinta bukan melemahkan semangat, tapi membangkitkan
semangat.”

“Kalau pikiran tertutup bagaimana mungkin bisa mengarang?”


“Sejauh-jauhnya kita tersesat, pada kebenaran kita akan kembali.”

“Maaf? Kau regas segenap pucuk pengharapanku. Kau patahkan. Kau


minta maaf..”

“Sudah hilangkah tentang kita dari hatimu?”

“Janganlah kau jatuhkan hukuman, kasihanilah perempuan yang ditimpa


musibah berganti-ganti ini.”

“Demikianlah perempuan, ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya


walau pun kecil dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal
begitu besarnya.”

“Bukankah kau yang telah berjanji ketika saya diusir oleh Ninik Mamakmu
karena saya asalnya tidak tentu, orang hina, tidak tulen Minangkabau,
ketika itu kau antarkan saya di simpang jalan, kau berjanji akan menunggu
kedatanganku berapapun lamanya, tapi kemudian kau berpaling ke yang
lebih gagah kaya raya, berbangsa, beradat , berlembaga, berketurunan, kau
kawin dengan dia. Kau sendiri yang bilang padaku bahwa pernikahan itu
bukan terpaksa oleh paksaan orang lain tetapi pilihan hati kau sendiri.
Hampir saya mati menanggung cinta Hayati.. 2 bulan lamanya saya
tergeletak di tempat tidur, kau jenguk saya dalam sakitku, menunjukkan
bahwa tangan kau telah berinang, bahwa kau telah jadi kepunyaan orang
lain. Siapakah di antara kita yang kejam Hayati?”

“Saya tidak akan pulang. Saya akan tetap di sini bersamamu. Biar saya kau
hinakan. Biar saya kau pandang sebagai babu yang hina. Saya tak butuh
uang berapa pun banyaknya. Saya butuh dekat dengan kau, Zainuddin.
Saya butuh dekat dengan kau..”

“Tidak. Pantang pisah berbuah dua kali. Pantang pemuda makan sisa. Kau
mesti pulang kembali ke kampungmu. Biarkan saya dalam keadaan begini.
Jangan mau ditumpang hidup saya.”
 
“Percayalah di dalam jiwaku ada suatu kekayaan besar yang engkau sangat
perlu kepadanya.Dan kekayaan itu belum pernah ku berikan kepada orang
lain, walaupun kepada Azis. Kekayaan itu ialah kekayaan cinta.”
 
“Heningkan hatimu kembali. Sama-sama kita habisi kekecewaan yang
sudah-sudah. Maafkan saya. Cintai saya kembali.”

Anda mungkin juga menyukai