Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KLIPING

Biografi tokoh-tokoh wali songo

Disusun oleh :
1. Feby Cahya Kusuma/13
2. Herdiyani Aulia Lufi/18

SMP NEGERI 14 SEMARANG


TAHUN AJARAN 2022/2023
SUNAN BONANG

BIOGRAFI :
– Nama : Raden Makhdum Ibrahim
– Nama ibu : Nyak Ageng Manila
– Nama ayah : Raden Rahmat
– Tahun lahir : 1465 Masehi
– Tahun wafat : 1525 Masehi
– Tempat syiar : Desa Bonang Kabupaten Rembang
– Tempat makam : Sebelah Masjid Agung Tuban, Jawa
timur
: Kampung Tegal Gubug, Pulau Bawean
METODE DAKWAH :
Gamelan bonang merupakan jenis alat kesenian daerah yang
terbuat dari kuningan dan berbentuk bulat dengan benjolan
di tengah. Jika dipukul dengan kayu lunak maka akan timbul
suara merdu, terlebih lagi jika yang memainkan adalah Sunan
Bonang. Jika beliau memainkan alat tersebut maka rakyat
sekitar akan datang untuk mendengarkannya. Bahkan tidak
jarang mereka juga ingin mencoba sekaligus menembangkan
lagu yang mengiringinya.

METODE DAKWAH MELEWATI KARYA SASTRA :


1. Suluk wujil
2. Gita suluk latri
3. Suluk jebeng
4. Suluk Khalifah
TEMBANG TOMBO ATI :
Tembang Tombo Ati” atau “Lagu Obat Hati” adalah tembang
ciptaan sunan Bonang yang terkenal sampai sekarang dan
dapat kita dengarkan. Tembang ini mempunyai makna
dengan memberikan nasehat kepada setiap umat muslim
untuk selalu tenang dan selalau dekat dengan Allah dengan
melaksankan 5 perkara.
Kelima perkara itu adalah membaca Al Quran dan artinya,
mendirikan sholat sunnah malam seperti sholat tahajud dan
sholat witir, berteman dengan orang yang sholeh,
menjalankan puasa dan berdzikir di malam hari.

KAROMAH SUNAN BONANG :


1. Mengubah buah kolang-kaling menjadi emas
2. Sunan Bonang didatangi brahmana dari India
3. Mengubah aliran sungai brantas
4. Mengalahkan tokoh buta lokaya dan Nyai pluncing
5. Anak ayam menang melawan ayam jago dalam sabung
ayam
SUNAN KALIJAGA

BIOGRAFI :
– Nama: Raden Abdurrahman atau Syeh Malaya atau
Raden Said
– Tahun Lahir : 1450 Masehi.
– Nama Ayah : Tumenggung Wilatikta lebih dikenal
Adipati Tuban
– Nama Ibu : Dewi Sukati
– Meninggal : 1586 Masehi
Raden Said diusir dari Istana Kadipaten ini membuat Beliau
semakin gila. Ketika Beliau sudah meninggalkan istana, Raden
Said ini menjadi seorang perampok sangat terkenal serta
ditakuti di daerah Jawa Timur.

Dalam hal yang dilakukan perampokan oleh Raden Said ini


milih-milih siapa yang akan dirampok, karena Beliau
merampok untuk orang kalangan kaya yang tidak mau
membayar zakat.
Sisi baiknya Beliau yaitu hasil dari rampokannya, Raden Said
memberikan harta yang Beliau dapatkan dengan orang-orang
di sekitar khsusunya orang miskin. Konon, dulunya pada
masa-masa seperti itu Beliau dijuluki dengan Lokajaya yang
berarti Perampok Budiman. Namun, segala sesuatunya
menjadi berubah ketika Raden Said ini bertemu dengan
Sunan Bonang atau mempunyai nama asli Syekh Maulana
Makdum Ibrahim.

METODE PENYEBARAN AGAMA ISLAM :


Dalam Metode Dakwah Sunan Kalijaga menyebarkan agama
Islam di Tanah Jawa ini lebih terkenal dengan seniman,
budayawan, filsuf, dan waliyullah. Metode dakwah yang
dilakukan Beliau adalah dengan memasukkan nilai islam
kedalam kesenian dan budaya. Hal tersebut dapat dilihat
pada saat Raden Said ini melakukan dakwahnya melalui
kesenian wayang kulit.
Sunan Kalijaga atau Raden Said, merupakan pencipta lagu ilir-
ilir yang sampai saat ini kita semua mengenalnya. Tidak
hanya menciptakan lagu ilir-ilir saja, melainkan juga salah
satu pencipta pertama kali bedug.
Bedug yang dibuat oleh Raden Said ini digunakan sebagai
memanggil umat muslim dalam menjalankan ibadah shalat.
Raden Said ini juga salah satu seorang yang pertama kali
mengadakan grebeg maulid di Demak dalam menyambut
kelahiran Rasulullah.

KARYA KARYA SUNAN KALIJAGA :


1. Karya wayang Purwa
2. Cerita pewayangan
3. Jamus kalimasad
4. Babat alas wonomarto
5. Wahyu tohjali
PENINGGALAN SUNAN KALIJAGA :
1. Rompi ontokusuma
2. Keris kyai carubuk
3. Api alam
4. Tongkat kalimasad
5. Sendang atau sumur
MAKAM SUNAN KALIJAGA :
Makam Sunan Kalijaga ini terletak di Desa Kadilangu,
Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Makam beliau mudah
untuk ditemukan, karena di sepanjang jalan ada petunjuk
jalan yang mengarahkan ke Masjid Kadilangu. Dimana masjid
ini merupakan sebuah makam Sunan Kalijaga.
SUNAN KUDUS

BIOGRAFI :
– Nama : Ja’far Shodiq
– Nama ayah : Sayyid utsman
– Nama ibu : Siti syari’ah
– Lahir : Kudus, Majapahit
– Tahun wafat : 1550 M
– Pasangan : Dewi Ruhil
– Anak : Amir Hasan, Nyi Ageng Pembayun
Panembahan Palembang
Panembahan Mekaos Honggokusumo
Panembahan Qodhi
Panembahan Karimun
Panembahan Joko
Ratu Pakojo
Prodobinabar.
KARYA SUNAN KUDUS :
Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah mesjid di
desa Kerjasan, Kota Kudus, yang kini terkenal dengan nama
Masjid Agung Kudus dan masih bertahan hingga sekarang.
Sekarang Masjid Agung Kudus berada di alun-alun kota Kudus
Jawa Tengah.
Peninggalan lain dari Sunan Kudus adalah permintaannya
kepada masyarakat untuk tidak memotong hewan kurban
sapi dalam perayaan Idul Adha untuk menghormati
masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti
kurban sapi dengan memotong kurban kerbau, pesan untuk
memotong kurban kerbau ini masih banyak ditaati oleh
masyarakat Kudus hingga saat ini.
WAFATNYA SUNAN KUDUS :
Pada tahun 1550, Sunan Kudus meninggal dunia saat menjadi
Imam sholat Subuh di Masjid Menara Kudus, dalam posisi
sujud. Kemudian dimakamkan di lingkungan Masjid Menara
Kudus.
SUNAN MURIA

BIOGRAFI :
– Nama : Raden Umar Said
– Nama ayah : Raden said (Sunan Kalijaga)
– Nama ibu : Dewi saroh
– Pasangan : Dewi sujinah & Dewi Roroyono
– Denominasi : Sunni
– Wafat : 1560 M
Raden Umar Said atau Sunan Muria merupakan salah satu
anggota walisongo yang berperan penting dalam penyebaran
agama Islam, khususnya di gunung Muria, Jawa Tengah.
Beliau merupakan putera Sunan Kalijaga dan terkenal akan
ilmunya yang sakti. Selain itu, beliau juga terkenal sebagai
pencipta tembang Sinom dan Kinanthi.
METODE DAKWAH :
1. Menitik beratkan pada rakyat jelata
2. Dakwah bil hikmah dengan akulturasi budaya
3. Mempertahankan kesenian gamelan dan wayang
4. Menciptakan beberapa tembang jawa
SIFAT TELADAN :
Mengasingkan diri di tengah masyarakat jelata membuat
kepribadian Sunan Muria lebih peka dan lebih toleran
terhadap berbagai masalah. Bahkan beliau kerap sekali
memberikan solusi untuk berbagai masalah yang rumit.
Seperti saat konflik internal di Kesultanan Demak tahun
1518-1530 M. Beliau mampu menjadi penengah dan
memberikan solusi terbaik yang bisa diterima oleh berbagai
pihak dan membuatnya sangat dihormati di berbagai
kalangan.
LETAK MAKAM :
Makam Sunan Muria terletak di puncak gunung Muria,
sebelah utara kota Kudus. Untuk mencapai makam maka
Anda perlu menaiki sekitar 700 tangga dari pintu gerbang.
PENINGGALAN :
1. Pelana kuda
2. Air gentong
SULTAN AAGUNG

BIOGRAFI :
– Nama anumerta : Sultan Abdullah Muhammad Maulana
Matarani al-Jawi
– Nama takhta : Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun
Kangjeng Sultan Agung Adi Prabu Anyakrakusuma
Senapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayyidin
Panatagama Khalifatullah Tanah Jawi
– Nama ayah : Anyakrawati
– Nama ibu : Dyah Banawati
– Pasangan : Ratu kulon & Ratu wetan
– Lahir : 1593 M, Kutagede Mataram
– Wafat : 1645 M, Karta Mataram
– Pemakaman : Astana kasultan Agungan
– Berkuasa : 1613 – 1645 (32 Tahun)
– Naik takhta : 1613;408 Tahun lalu
– Penerus : Amangkurat 1
Sultan Agung atau Susuhunan Agung (secara harfiah, “Sultan
Besar” atau “Yang Dipertuan Agung”) adalah sebutan gelar
dari sejumlah besar literatur yang meriwayatkan karena
warisannya sebagai raja Jawa, pejuang, budayawan dan filsuf
peletak pondasi Kajawen. Keberadaannya mempengaruhi
dalam kerangka budaya Jawa dan menjadi pengetahuan
kolektif bersama. Sastra Belanda menulis namanya sebagai
Agoeng de Grote (secara harfiah, “Agoeng yang Besar”).
GELAR :
Pada 1641, setelah utusan Sunan Agung tiba di Mataram,
mereka menganugrahkan gelar sultan melalui perwakilan
syarif Makkah, Zaid ibnu Muhsin Al Hasyimi. Gelar tersebut
adalah Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarani al-
Jawi, disertai kuluk untuk mahkotanya, bendera, pataka, dan
sebuah guci yang berisi air zamzam. Guci yang dulunya berisi
air zamzam itu kini ada di makam Astana Kasultan Agungan di
Imogiri dengan nama Enceh Kyai Mendung.
KEPAHLAWANAN :
Pendudukan Belanda di ujung barat Jawa, sepanjang
Banten, dan pemukiman Belanda di Batavia merupakan
wilayah di luar kendali Sultan Agung. Dalam upayanya
mempersatukan Jawa, Sultan Agung menyatakan Banten
yang secara historis sebagai daerah bawahan Demak dan
Cirebon.

Mohon maaf jika ada kesalahan kata


cukup sekian dari kami, terimakasih!

Anda mungkin juga menyukai