Disusun oleh :
1. Feby Cahya Kusuma/13
2. Herdiyani Aulia Lufi/18
BIOGRAFI :
– Nama : Raden Makhdum Ibrahim
– Nama ibu : Nyak Ageng Manila
– Nama ayah : Raden Rahmat
– Tahun lahir : 1465 Masehi
– Tahun wafat : 1525 Masehi
– Tempat syiar : Desa Bonang Kabupaten Rembang
– Tempat makam : Sebelah Masjid Agung Tuban, Jawa
timur
: Kampung Tegal Gubug, Pulau Bawean
METODE DAKWAH :
Gamelan bonang merupakan jenis alat kesenian daerah yang
terbuat dari kuningan dan berbentuk bulat dengan benjolan
di tengah. Jika dipukul dengan kayu lunak maka akan timbul
suara merdu, terlebih lagi jika yang memainkan adalah Sunan
Bonang. Jika beliau memainkan alat tersebut maka rakyat
sekitar akan datang untuk mendengarkannya. Bahkan tidak
jarang mereka juga ingin mencoba sekaligus menembangkan
lagu yang mengiringinya.
BIOGRAFI :
– Nama: Raden Abdurrahman atau Syeh Malaya atau
Raden Said
– Tahun Lahir : 1450 Masehi.
– Nama Ayah : Tumenggung Wilatikta lebih dikenal
Adipati Tuban
– Nama Ibu : Dewi Sukati
– Meninggal : 1586 Masehi
Raden Said diusir dari Istana Kadipaten ini membuat Beliau
semakin gila. Ketika Beliau sudah meninggalkan istana, Raden
Said ini menjadi seorang perampok sangat terkenal serta
ditakuti di daerah Jawa Timur.
BIOGRAFI :
– Nama : Ja’far Shodiq
– Nama ayah : Sayyid utsman
– Nama ibu : Siti syari’ah
– Lahir : Kudus, Majapahit
– Tahun wafat : 1550 M
– Pasangan : Dewi Ruhil
– Anak : Amir Hasan, Nyi Ageng Pembayun
Panembahan Palembang
Panembahan Mekaos Honggokusumo
Panembahan Qodhi
Panembahan Karimun
Panembahan Joko
Ratu Pakojo
Prodobinabar.
KARYA SUNAN KUDUS :
Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah mesjid di
desa Kerjasan, Kota Kudus, yang kini terkenal dengan nama
Masjid Agung Kudus dan masih bertahan hingga sekarang.
Sekarang Masjid Agung Kudus berada di alun-alun kota Kudus
Jawa Tengah.
Peninggalan lain dari Sunan Kudus adalah permintaannya
kepada masyarakat untuk tidak memotong hewan kurban
sapi dalam perayaan Idul Adha untuk menghormati
masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti
kurban sapi dengan memotong kurban kerbau, pesan untuk
memotong kurban kerbau ini masih banyak ditaati oleh
masyarakat Kudus hingga saat ini.
WAFATNYA SUNAN KUDUS :
Pada tahun 1550, Sunan Kudus meninggal dunia saat menjadi
Imam sholat Subuh di Masjid Menara Kudus, dalam posisi
sujud. Kemudian dimakamkan di lingkungan Masjid Menara
Kudus.
SUNAN MURIA
BIOGRAFI :
– Nama : Raden Umar Said
– Nama ayah : Raden said (Sunan Kalijaga)
– Nama ibu : Dewi saroh
– Pasangan : Dewi sujinah & Dewi Roroyono
– Denominasi : Sunni
– Wafat : 1560 M
Raden Umar Said atau Sunan Muria merupakan salah satu
anggota walisongo yang berperan penting dalam penyebaran
agama Islam, khususnya di gunung Muria, Jawa Tengah.
Beliau merupakan putera Sunan Kalijaga dan terkenal akan
ilmunya yang sakti. Selain itu, beliau juga terkenal sebagai
pencipta tembang Sinom dan Kinanthi.
METODE DAKWAH :
1. Menitik beratkan pada rakyat jelata
2. Dakwah bil hikmah dengan akulturasi budaya
3. Mempertahankan kesenian gamelan dan wayang
4. Menciptakan beberapa tembang jawa
SIFAT TELADAN :
Mengasingkan diri di tengah masyarakat jelata membuat
kepribadian Sunan Muria lebih peka dan lebih toleran
terhadap berbagai masalah. Bahkan beliau kerap sekali
memberikan solusi untuk berbagai masalah yang rumit.
Seperti saat konflik internal di Kesultanan Demak tahun
1518-1530 M. Beliau mampu menjadi penengah dan
memberikan solusi terbaik yang bisa diterima oleh berbagai
pihak dan membuatnya sangat dihormati di berbagai
kalangan.
LETAK MAKAM :
Makam Sunan Muria terletak di puncak gunung Muria,
sebelah utara kota Kudus. Untuk mencapai makam maka
Anda perlu menaiki sekitar 700 tangga dari pintu gerbang.
PENINGGALAN :
1. Pelana kuda
2. Air gentong
SULTAN AAGUNG
BIOGRAFI :
– Nama anumerta : Sultan Abdullah Muhammad Maulana
Matarani al-Jawi
– Nama takhta : Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun
Kangjeng Sultan Agung Adi Prabu Anyakrakusuma
Senapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayyidin
Panatagama Khalifatullah Tanah Jawi
– Nama ayah : Anyakrawati
– Nama ibu : Dyah Banawati
– Pasangan : Ratu kulon & Ratu wetan
– Lahir : 1593 M, Kutagede Mataram
– Wafat : 1645 M, Karta Mataram
– Pemakaman : Astana kasultan Agungan
– Berkuasa : 1613 – 1645 (32 Tahun)
– Naik takhta : 1613;408 Tahun lalu
– Penerus : Amangkurat 1
Sultan Agung atau Susuhunan Agung (secara harfiah, “Sultan
Besar” atau “Yang Dipertuan Agung”) adalah sebutan gelar
dari sejumlah besar literatur yang meriwayatkan karena
warisannya sebagai raja Jawa, pejuang, budayawan dan filsuf
peletak pondasi Kajawen. Keberadaannya mempengaruhi
dalam kerangka budaya Jawa dan menjadi pengetahuan
kolektif bersama. Sastra Belanda menulis namanya sebagai
Agoeng de Grote (secara harfiah, “Agoeng yang Besar”).
GELAR :
Pada 1641, setelah utusan Sunan Agung tiba di Mataram,
mereka menganugrahkan gelar sultan melalui perwakilan
syarif Makkah, Zaid ibnu Muhsin Al Hasyimi. Gelar tersebut
adalah Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarani al-
Jawi, disertai kuluk untuk mahkotanya, bendera, pataka, dan
sebuah guci yang berisi air zamzam. Guci yang dulunya berisi
air zamzam itu kini ada di makam Astana Kasultan Agungan di
Imogiri dengan nama Enceh Kyai Mendung.
KEPAHLAWANAN :
Pendudukan Belanda di ujung barat Jawa, sepanjang
Banten, dan pemukiman Belanda di Batavia merupakan
wilayah di luar kendali Sultan Agung. Dalam upayanya
mempersatukan Jawa, Sultan Agung menyatakan Banten
yang secara historis sebagai daerah bawahan Demak dan
Cirebon.