1. Kepuasan Kerja
Locke (1969) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai keadaan emosi senang atau emosi
positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang. Kepuasan kerja
oleh Locke pula didefinisikan selaku hasil anggapan karyawan mengenai seberapa baik
pekerjaan mereka membagikan perihal yang dinilai berarti. Robbins serta Judge (2015)
menarangkan kalau kepuasan kerja merupakan sesuatu perasaan positif tentang pekerjaan, yang
dihasilkan dari sesuatu penilaian pada karakteristik- karakteristiknya. Seorang yang memiliki
kepuasan kerja besar akan mempunyai perasaan positif mengenai pekerjaannya, sebaliknya
seorang dengan tingkatan kepuasan kerja rendah memiliki perasaan negatif.
1) Karyawan pada dasarnya tidak menggemari pekerjaan, serta sebisa bisa jadi
menghindarinya.
2) Sebab karyawan tidak menggemari pekerjaan, mereka wajib dituntut,
dikendalikan atau diancam dengan hukuman buat menggapai tujuan-tujuan.
3) Karyawan hendak menjauhi tanggung jawab serta mencari perintah resmi
apabila bisa jadi.
4) Sebagian karyawan menempatkan keamanan diatas seluruh aspek lain terpaut
pekerjaan serta menampilkan sedikit tekad.
Berlawanan dengan persepsi- persepsi negatif diatas, kebalikannya dalam Teori Y
Mc Gregor mengatakan 4 anggapan positif yang disebutkan selaku berikut:
Ikatan kerangka dasar yang terbuat oleh Maslow dengan teori X serta Y adalah
Teori X berasumsi kalau kebutuhan- kebutuhan tingkatan yang lebih rendah
mendominasi orang. Teori Y berasumsi kalau kebutuhan- kebutuhan tingkatan yang
lebih tinggi mendominasi orang. Mc Gregor sendiri percaya kalau asumsi- asumsi Teroi
Y lebih valid daripada Teori X. Oleh sebab itu, dia mengemukakan bermacam ilham
semacam pembuatan keputusan partisipatif, pekerjaan yang menantang, dan ikatan
kelompok yang baik selaku pendekatan yang hendak mengoptimalkan motivasi
pekerjaan seseorang karyawan.
b. Lingkungan pekerjaan
Lingkungan kerja adalah suasana yang nyaman dimana sekelompok orang bekerja
untuk mencapai suatu tujuan Kepuasan terhadap lingkungan kerja adalah perasaan
tentang segala sesuatu yang melingkupi karyawan di tempat kerja, baik fisik maupun
non fisik, secara langsung maupun tidak langsung, yang dapat mempengaruhi diri dan
pekerjaannya selama bekerja, yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Tio (2014) menjelaskan bahwa lingkungan kerja fisik
merupakan komponen lingkungan kerja, selain lingkungan manusia dan lingkungan
organisasi. Lingkungan kerja fisik meliputi area ruang kerja, privasi ruang kerja,
infrastruktur ruang kerja, peralatan kerja, kebisingan, suhu, dan pencahayaan. Hasil
penelitian Tio (2014) mengungkapkan bahwa lingkungan kerja fisik berpengaruh positif
terhadap kepuasan kerja karyawan. Kukiqi (2017) mendefinisikan lingkungan kerja fisik
sebagai lingkungan kerja yang berkaitan dengan kondisi fisik atau kerentanan di
lingkungan kerja, yang terdiri dari mesin, lingkungan kantor, suhu, ventilasi dan
Pencahayaan.
Hasil penelitian Kukiqi (2017) mengungkapkan dampak positif lingkungan kerja
terhadap kepuasan kerja khususnya lingkungan kerja material. Lingkungan kerja non
material meliputi hubungan antara atasan dengan rekan kerjanya. Indikator hubungan
antara atasan dan atasan adalah hubungan yang erat dengan atasan dan transparansi
(Parvin dan Karbin, 2011). Raziq dan Maulabakhash (2015) mengungkapkan bahwa
atasan yang tidak menghargai bawahan, atasan yang berperilaku kasar terhadap
bawahan, atasan yang tidak memberikan kenyamanan saat berbagi ide, dan kurangnya
apresiasi atas tindakan inovatif yang dilakukan bawahan mengurangi kerja karyawan.
Sedangkan terkait hubungan antara karyawan dan rekan kerja, karyawan menginginkan
rekan kerja yang saling mendukung dan bersahabat. Lin dan Lin (2011)
mengungkapkan bahwa hubungan antara rekan kerja adalah persepsi karyawan itu
sendiri.
Interaksi kelompok kerja dan dukungan sesama rekan kerja berkorelasi positif dengan
kepuasan kerja. Hubungan dengan rekan kerja yang dapat meningkatkan kepuasan kerja
antara lain persahabatan, penerimaan, dan loyalitas yang dibangun antar anggota
kelompok. Lin dan Lin (2011) mengungkapkan bahwa kualitas hubungan dengan rekan
kerja menunjukkan efektivitas komunikasi antara kedua belah pihak dan mencerminkan
seberapa baik kedua pihak berkoordinasi satu sama lain. Selanjutnya, perilaku rekan
kerja juga akan mempengaruhi hubungan antar rekan kerja. May, et al (2004)
mengungkapkan bahwa hubungan antara rekan kerja meningkatkan signifikansi
psikologis di tempat kerja. Hubungan ini mempromosikan persahabatan dan rasa
memiliki. Selain itu, pengakuan dari rekan kerja akan meningkatkan kesadaran dan
meningkatkan keselamatan kerja. Kondisi ini pada akhirnya menumbuhkan kepuasan
kerja.
c. Kompensasi
Kepuasan kerja terkait gaji adalah faktor multidimensi kepuasan kerja (Luthans,
2006). Uang tidak hanya dapat membantu orang memperoleh kebutuhan dasar, tetapi
juga alat untuk memenuhi kebutuhan tingkat yang lebih tinggi. Karyawan memandang
kompensasi sebagai cerminan bagaimana manajemen memandang kontribusi mereka
kepada perusahaan. Gaji mencakup gaji dan imbalan.
Menurut Dessler (2010), gaji adalah segala bentuk pembayaran atau imbalan yang
diberikan kepada karyawan oleh perusahaan. Ada dua cara pembayaran, yaitu
pembayaran langsung (gaji, gaji, imbalan, bonus dan komisi) dan pembayaran tidak
langsung (tunjangan). Gaji berpengaruh terhadap kepuasan kerja (Malik et al., 2012).
Menurut teori dua faktor, upah merupakan salah satu faktor kesehatan dari
ketidakpuasan kerja. Teori harapan menggambarkan orang-orang yang berusaha untuk
mendapatkan imbalan dalam bentuk uang, promosi, dll. Ketika mereka bekerja keras,
mereka berkinerja baik dan secara otomatis menerima kenaikan gaji dan kesempatan
promosi. Inilah alasan untuk meningkatkan kepuasan karyawan. Yanseen (2013)
mengungkapkan bahwa upah merupakan faktor kompensasi yang secara langsung
mempengaruhi kepuasan kerja.Kepuasan upah ini menunjukkan persepsi karyawan
bahwa upah dan apa yang mereka terima sesuai dengan harapan (Handaru dan Muna,
2012). Dipboye (1994) menunjukkan bahwa karyawan selalu menginginkan gaji yang
sesuai dengan yang mereka harapkan.
Jika gaji tampak adil berdasarkan tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan
standar gaji masyarakat luas, kepuasan yang dihasilkan juga akan tinggi. Hal ini sesuai
dengan teori keadilan bahwa individu dalam bekerja membandingkan apa yang dia
berikan kepada organisasi sebagai input dengan apa yang dia terima (result) dari
organisasi, kemudian membandingkannya dengan input (input) karyawan lain dengan
hasil (results). diterima oleh pegawai lainnya. Upah yang tidak sesuai dengan tanggung
jawab merupakan faktor ekstrinsik ketidakpuasan kerja.
Rewards (imbalan) adalah penghargaan, penghargaan, atau hadiah, dan dimaksudkan
untuk membuat karyawan senang, aktif, antusias, dan lebih rajin dalam pekerjaan.
bekerja di perusahaan. Penghargaan juga didefinisikan sebagai bentuk pengakuan
karyawan yang ditawarkan oleh perusahaan sebagai imbalan atas kontribusi karyawan.
Reward berhubungan positif dengan kepuasan kerja (Bustaman, 2014).
Imbalan dalam bentuk penghargaan berupa pengakuan, pertumbuhan, dan umpan
balik lebih cenderung meningkatkan kinerja dan motivasi karyawan, yang lebih tinggi
dari gaji. Imbalan berupa hadiah pada dasarnya merupakan bentuk apresiasi dan status
sebagai bagian dari perusahaan. Yanseen (2013) juga mengungkapkan bahwa
pengakuan berpengaruh langsung terhadap kepuasan kerja. Tidak hanya itu, keadilan
dalam sistem reward juga dinilai sangat penting. Imbalan juga bisa berupa upah, gaji,
bonus, komisi, asuransi karyawan, kesejahteraan karyawan, tunjangan, liburan atau
liburan, tetapi tetap dibayar, dll. Imbalan non-finansial seperti tugas keren, tantangan
pekerjaan rumah, tanggung jawab pekerjaan rumah, kesempatan promosi, pengakuan,
dan lain-lain. Sementara itu, Mathis dan Jackson (2002) mengungkapkan bahwa
penghargaan dapat bersifat intrinsik (internal) atau ekstrinsik (eksternal). Penghargaan
intrinsik adalah penghargaan yang diberikan dalam bentuk pengayaan pekerjaan,
penugasan tanggung jawab, partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan upaya lain
untuk meningkatkan kepercayaan diri karyawan dan mendorong mereka untuk
berprestasi. Sedangkan, penghargaan ekstrinsik adalah penghargaan yang diberikan
kepada karyawan berupa kompensasi langsung, kompensasi tidak langsung, dan
penghargaan non-finansial.
Referensi;
Muayyad, D.M. (2016). Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Bank
Syariah X Kantor Wilayah Y. Vol.9 No.1 Hal 3-6
Pitasari, N. A,. & Perdhana, M.S (2014). Kepuasan Kerja Karyawan: Studi Literatur. Vol. 7
No.4 Hal 2-5