TAHUN 2020
Disusun Oleh
Kelompok 8 :
JAKARTA
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
12 September – 27 September
Tahun 2020
Menyetujui,
(Meinasari Kurnia Dewi, S.ST, M.Kes) ( Nurwita Trisna Sumanti, S.ST, M.Kes)
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN PRAKTIK KOLABORASI INTERPROFESIONAL
12 September – 27 September
Tahun 2020
OLEH :
ANNA MILIYANA
NPM : 07190200080
1. Latarbelakang
Immunisasi merupakan upaya yang paling efektif untuk memberikan kekebalan /
imunitas spesifik terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan Immunisasi ( PD3I). Disaat
terjadi Pandemi seperti sekarang ini, berpengaruh terhadap jadwal dan tata cara pelayanan
Immunisasi baik pelayanan immunisasi di posyandu, puskesmas maupun di fasilitas
kesehatan lainnya termasuk swasta. Sejumlah orangtua khawatir untuk memberikan
immunisasi bagi anaknya dan tidak sedikit pula petugas kesehatan ragu-ragu dalam
penyelenggaraan pelayanan immunisasi ditengah pandemi COVID-19 seandainya belum
adanya standar oprasional yang tersedia. Terbukti dengan adanya data cakupan Immunisasi
bayi di Puskesmas Simpenan yang cakupan nya 0% dimana tidak ada kunjungan immunisasi
pada bulan April, Mei dan Juni Tahun 2020. Cakupan pelayanan Immunisasi di Puskesmas
Simpenan sampai akhir bulan Nofember 2020 baru 67,02% dari target Indikator Program
Immunisasi yang semestinya mencapai 87,03%, Begitupula dari Standar Pelayanan minimal
yang seharusnya 7 desa mencapai Desa UCI, Pada Akhir bulan Nofember baru 2 desa yang
mencapai desa UCI jadi baru tercapai 28,57% dari target yang seharusnya 100%. Jika
kondisi ini dibiarkan, maka can akupan immunisasi nasional akan turun sehingga kekebalan
komunitas tidak terbentuk lagi dan pada akhirnya cakupan immunisasi yang rendah ini bisa
menyebabkan terjadinya KLB penyakit yang dapat dicegah dengan immunisasi ( PD3I ) .
Tentunya ini akan menjadi beban ganda bagi masyarakat dan negara ditengah pandemi
COVID-19 yang masih berlangsung. Immunisasi tidak boleh dihentikan meskipun di tengah
pandemi COVID-19. Immunisasi rutin harus tetap diberikan tentunya dengan
memperhatikan prinsip pencegahan dan pengendalian Infeksi ( PPI ).
Berdasarkan hal tersebut di atas, saya tertarik untuk menganalisa Standar
Oprasional Prosedur Pemberian Immunisasi DPT-HB-Hib di Puskesmas Simpenan yang
nantinya akan menjadi acuan bagi petugas puskesmas Simpenan, sehingga tidak ada keragu-
raguan petugas dan masyarakat akibat belum adanya Standar Oprasional Prosedur dalam
pelayanan Immunisasi ditengah pandemi COVID-19 dan tidak lagi dijadikan alasan masih
adanya bayi yang tidak diberikan Immunisasi.
2. Tujuan
1. Untuk mendapatkan gambaran tentang SOP Pemberian Immunisasi DPT-HB-Hib di
Puskesmas Simpenan.
2. Untuk mengetahui evidence based / kebaruan dari SOP yang telah direvisi, sehingga
dapat meningkatkan cakupan pelayanan Immunisasi DPT-HB-Hib di Puskesmas
Simpenan
B. KASUS SOAP
DEPARTEMEN KEBIDANAN
SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PEMBERIAN IMMUNISASI BAYI
No Registrasi : 00003019/09/2020
Tanggal Pengkajian : 7 Desember 2020
Waktu Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas Simpenan
Pengkaji : Anna Miliyana
Identitas Pasien :
Nama Bayi : Dzakira Talita Zahira
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 07 September
2020 Umur : 3 bulan
Agama : Islam
Alamat : Kp. Cihurang Rt 02 RW 08 Desa Cidadap Kecamatan Simpenan
Anak ke : 3 ( tiga )
Ibu mengatakan bahwa sebelumnya bayinya sudah mendapatkan Immunisasi Hbo, BCG,
OPV1, DPT-HB-Hib1 dan OPV2. Ibu juga mengatakan kalau bayinya dalam keadaan sehat
dan ingin agar bayinya diberikan immunisasi DPT-HB-Hib2 dan OPV3.
O :
Data yang didapat dari pencatatan buku KIA, pada tanggal 7 September 2020 bayi sudah
mendapatkan immunisasi Hbo. Pada tanggal 7 Oktober 2020 bayi sudah mendapatkan
immunisasi BCG dan OPV1. Pada tanggal 7 Nofember 2020 bayi sudah mendapatkan
immunisasi DPT-HB-Hib1 dan OPV2.
Hasil Pemerikasaan fisik bayi : keadaan umum: baik, Kesadaran: Compos mentis , BB 4,8
kg,TB 54 cm, suhu 36,7, Nadi 115 kali/ menit, pernafasan 34 kali/ menit.
Pemeriksaan kepala: Kepala simetris, sutura tidak tumpang tindih, tidak ada luka, tidak ada
benjolan.Wajah simetris dan tidak oedem,Pemeriksaan pada mata conjungtiva tidak pucat
dan sklera tidak ikterik,hidung normal tidak ada pengeluaran sekret darah atau kotoran,mulut
dan bibir normal tidak kebiruan/ tidak anemis, rahang/gusi tidak bengkak,telinga simetris
tidak ada kelainan,Pada leher tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan tidak ada
pembengkakan kelenjar thyroid, payudara simetris dan tidak ada benjolan, Abdomen bentuk
datar tidak ada benjolan,turgor baik.Ekstremitas atas lengan simetris sama panjang ,tidak ada
kelainan, pergerakan normal, Ekstremitas bawah simetris ,sama panjang tidak ada
kelainan,pergerakan normal.Genitalia eksterna tidak ada infeksi jamur,tidak ada kutil,tidak
ada lesi,labia mayora dan minora tidak ada benjolan/pembengkakan, tidak ada pengeluaran
sekret atau kotoran.Warna kulit kemerahan .
A :
Bayi “D” 3 bulan dengan Immunisasi DPT-HB-Hib2 dan OPV3
P :
1. Petugas mencuci tangan dan menggunakan APD level 1 atau 2.( Petugas sudah mencuci
tangan dan menggunakan APD level 2 )
2. Memberikan salam dan memperkenalkan diri dengan ramah
3. Menanyakan alasan pada ibu membawa bayinya ke Poli Immunisasi ( Ibu ingin agar
bayinya mendapatkan immunisasi DPT-HB-Hib2 dan OPV3 )
4. Melakukan anamesis status Immunisasi sebelumnya ( bayi sudah mendapatkan
immunisasi HB0,BCG,OPV1,DPT-HB-Hib1, OPV2, riwayat kesehatan baik )
5. Melakukan konseling pra pelayanan bahwa bayi saat ini jadwal untuk mendapatkan
immunisasi DPT-HB-Hib2 dan OPV3 ( ibu mengerti )
6. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan diantaranya sebelum diberikan immunisasi
akan dilakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu , apabila bayi ada dalam kondisi sehat
dan tidak ada kontra indikasi pemberian immunisasi bayi akan diberikan immunisasi .
Namun apabila hasil pemeriksaan bayi sakit, bayi akan dikonsul ke dokter umum untuk
diberikan pengobatan ( ibu mengerti )
5. Peralatan
1. Vaksin DPT-HB-Hib dengan VVM A/B belum kadaluwarsa dalam termos vaksin
dengan diisi coold pack yang cukup dan tidak terendam air
2. Disposyble syring 0,5 ml
3. Alcohol swab/ Kapas Desinfeksi tingkat tinggi.
4. Anafilaktik kit
5. Ballpoint
6. Handskoon
7. Thermometer suhu badan
8. apron/ hazmat
9. Face shield
10. Kapas kering
11. Stetoscope
12. Jam tangan
13. Tisue
14. HandSanitizer
15. Alat pengukur berat badan
16. Alat pengukur tinggi badan
17. Safety box
18. Larutan chlorin dalam wadah
19. Tempat sampah medis dan non medis
20. Obat penurun panas
6. Prosedur
1. Pasien sudah dilakukan screening Covid-19 di ruang pendaftaran.
2. Ruangan pelayanan immunisasi bersih dan cukaup cahaya
3. Pintu masuk dan pintu keluar dari pintu yang berbeda
4. Tempat duduk memperhatikan prinsip dengan jarak 1-2 meter
5. Tersedianya fasilitas cuci tangan dengan memakai sabun dan air mengalir
6. Petugas dalam kondisi sehat
7. Petugas mencuci tangan 6 langakh dan menggunakan APD level 1 atau 2
8. Memberikan salam dan memperkenalkan diri dengan ramah
9. Menanyakan alasan klien datang
10. Melakukan anamesis, meliputi : Data umum pasien, status Immunisasi sebelumnya
,riwayat kesehatan dan pengobatan,
11. Konseling pra pelayanan
12. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
RECAM MEDIS
RUANG IMMUNISASI
ANAMNESA
PEMERIKSAAN FISIK
KONTRA Ya
INDIKASI RUANG PENGOBATAN
Tidak
INFORMED CONSENT
PELAYANAN IMMUNISASI
Dokumentasi
DAPAT
KONSELING AKHIR RESEP
OBAT
APOTEK
MENUNGGU Ya
30 MENIT
PASIEN
PASCA
IMMUNISAS
I
Tidak
PASIEN PULANG
8. Unit Terkait 1. Loket pendaftaran & kasir
2. Rekam medis
3. Poli Pengobatan
4. Apotek
10. Referensi 1. Petunjuk tekhnis Pelayanan Immunisasi pada masa Pandemi covid-19. Kemenkes
Tahun 2020
2. Permenkes RI nomor 12 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan immunisasi
3. Journal Ilmu keperawatan ( 2016) 4:1 .ISSN : 2338-6371. Peran petugas Immunisasi
dalam Pemberian Vaksinasi Pentavalen
E. ANALISA SOP
9. Unit Terkait Tidak ada kolom unit terkait Ditambahkan kolom unit Dengan adanya kolom unit terkait
terkait diantaranya yaitu Loket akan dapat diketahui unit apa saja
pendaftaran dan kasir, Unit yang berkaitan dengan pelayanan
Recam medis , Poli immunisasi.
pengobatan dan apotik.
10
Dokument 1. Dokumen terkait tidak Dokument terkait dilengkapi Dengan adanya dokumen terkait
terkait lengkap . dengan : yang lebih lengkap akan
1. Kartu Identitas Pasien menunjang dalam dokumentasi dan
2. Format screening Covid-19 perngarsifan data pasien
3. Karcis
Ditambahkan Referensi : Dengan Berkembangnya ilmu
11 Referensi Tidak ada referensi 1.Petunjuk tekhnis Pelayanan pengetahuan makaJuknis dan prosedur
Immunisasi pada masa Pelayanan Immunisasipun adan selalu
Pandemi covid-19. Kemenkes ada perubahan tergantung situasi dan
Tahun 2020 kondisi yang ada.Dengan
2. Permenkes RI nomor 12 Tahun dicantumkannya referensi
2017 tentang penyelenggaraan terbarumengenainStandar Oprasional
immunisasi Prosedur Pemberian immunisasi ini
3. Journal Ilmu keperawatan ( akan lebih memantapkan petugas untuk
2016) 4:1 .ISSN : 2338- memberikan pelayanan
6371. immunisasidengan merapkan
Peran petugas Immunisasi dalam standar oprasional proseduryang sesuai
Pemberian Vaksinasi Pentavalen dengan juknis atau referensi yang baru.
F. ANALISA SOAP
3
ASSESMENT Diagnosa sesuai keluhan atau Diagnosa sesuai keluhan atau Tidak ada Perubahan
kebutuhan pasien. kebutuhan pasien.
1. Kesimpulan
Standar oprasional Prosedur adalah suatu alur atau cara kerja yang sudah terstandarisasi yang
memilikiki kekuatan sebagai petunjuk. Sehingga SOP merupakan aspek penting dari setiap sistem
kualitas yang akan menghadirkan kemampuan untuk bekerja secara selaras dan sesuai standar.
SOP yang dibuat dengan benar akan memastikan petugas / team yang beroprasi dalam proses yang
terkoordinasi .Hal ini tidak hanya meningkalkan produktifitas tetapi juga mengurangi resiko
kesalahan.SOP pemberian Immunisasai DPT-Hb-Hib pada masa pandemi Covid-19 di Puskesmas
Simpean ini sangart diperlukan agar prosedur pemberian immunisasi dapat mengurangi resiko
paparan virus Covid -19.
2. Saran
Perlu dilakukkannya revisi pada beberapa bagian Standar Oprasional Prosedur juga
dilakukannya penambahan langkah langkah prosedur protokol kesehatan pada saat pemberian
Immunisasi DPT-HB-Hib di Puskesmas Simpenan Kabupaten Sukabumi.
G.LAMPIRAN KEGIATAN
REGISTER KOHOR"I" BAY I
PUSKESMAS
DESA : ....................................................................
KECAMATAN
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN SUKABUMI
TAHUN 20 •^
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN SUKABUMI
TAHUN 201a
ANALISA STANDAR OPERSIONAL PROSEDUR MASA NIFAS DI
DI SUSUN OLEH :
RANI FITRIANI
07190200081
SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PEMERIKSAAN MASA NIFAS
No Registrasi :123/XI/2020
Tanggal Pengkaajian :22 November 2020
Tempat Pengkajian :Poned Simpenan
Pengkaji :Rani Fitriani
Identitas Pasien :
Nama : Ny Nina
Umur :32 tahun
Agama :Islam
Suku :Sunda
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT
Alamat :Kp citamiang 02/01 ds Cidadap Kec Simpenan
Nama :Ny Agus
Umur :40 tahun
Agama :Islam
Suku :Sunda
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Karyawan Swasta
Alamat : Kp citamiang 02/01 ds Cidadap Kec Simpenan
P :
1. Petugas mencuci tangan dan menggunakan APD level 1 atau 2
2. Memberikan salam dan memperkenalkan diri dengan ramah
3. Menanyakan alasan klien dating
4. Melakukan anamnesa meliputi: Data umum,riwayat sebelum nya,
riwayat Kesehatan
5. Konseling pra pelayanan
6. Menjelaskan prosedur yang akan di laksanakan
SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PEMERIKSAAN MASA NIFAS
No Registrasi :123/XI/2020
Tanggal Pengkaajian :22 November 2020
Tempat Pengkajian :Poned Simpenan
Pengkaji :Rani Fitriani
Identitas Pasien :
Nama : Ny Nina
Umur :32 tahun
Agama :Islam
Suku :Sunda
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT
Alamat :Kp citamiang 02/01 ds Cidadap Kec Simpenan
Nama :Ny Agus
Umur :40 tahun
Agama :Islam
Suku :Sunda
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Karyawan Swasta
Alamat : Kp citamiang 02/01 ds Cidadap Kec Simpenan
S : (Data yang di peroleh dari pasyen)
Ibu mengatakan masih ada keluar darah dari jalan lahir, serta masih sakit di daerah
vagina (bekas jahitan)
O : (Data yang di peroleh dari hasil pemeriksaan)
Keadaan Umum baik , kesadaran compos mentis, Tekanan darah :110/80 mmHg,
Nadi :82 kali / menit, Suhu : 36,4 °C, Pernapasan : 20 kali / menit. TFU 3 jari
dibawah pusat, Luka perineum tampak lebih kering, Pengeluaran lochia
sanguilenta, berbau amis.
A : Ny. N usia 30 tahun P2A0 postpartum 3 hari
P:
1. Definisi Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada
ibu mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan oleh tenaga
kesehatan.
5. Kemenkes RI 2020 No HK
01.07/MENKES/247/2020 tentang pedoman
pencegahan dan pengendalian Covid
4. Pelaksana
Petugas Pendaftaran, Petugas Rekam medis, Bidan,
perawat, Dokter, Apoteker.
5. Peralatan Petugas memakai APD level 1 atau 2
PASIEN DATANG
7. Bagan alir
REKAM MEDIS
RUANG KIA
ANAMNESA
INFORMED CONSEN
PEMERIKSAAN FISIK
KONTRA
R.PENGOBATAN
INDIKASI
DOKUMENTASI
RESEP
APOTEK
PASIEN
PULANG
4 Pelaksana Pelaksananya hanya ada bidan Ditambah : Petugas yang berperan memberikan
1. Petugas Pendaftaran dan pelayanan, tidak hanya bidan saja,
kasir akan tetapi ada petugas lain yang
2. Petugas Recam medis ikut dalam proses pemeriksaan
3. Dokter
4. Apoteker
5. Perawat
5 Peralatan Peralatan tidak ada Peralatan di tambahkan di dalam Peralatan di tambah kan di dalam
SOP. SOP agar mempermudah petugas,
untuk menyiapkan alat dan bahan
habis pakai
6. Prosedur Tidak ada Pelayanan yang di lakukan pada
1. Petugas mencuci tangan 1. . Petugas mencuci tangan masa pandemi covid-19 berbeda
dan menggunakan APD dan menggunakan APD dengan pada saat sebelum pandemi
level 1 atau 2 level 1 atau 2 sehingga prosedur nya berbeda.
2. Memberikan salam dan 2. Memberikan salam dan
memperkenalkan diri memperkenalkan diri
dengan ramah dengan ramah
3. Menanyakan alasan klien 3. Menanyakan alasan klien
datang datang
4. Melakukan anamnesa 4. Melakukan anamnesa
meliputi: Data meliputi: Data
umum,riwayat sebelum umum,riwayat sebelum
nya, riwayat kesehatan nya, riwayat kesehatan
5. Konseling pra pelayanan 5. Konseling pra pelayanan
6. Menjelaskan prosedur yang 6. Menjelaskan prosedur
akan di laksanakan yang akan di laksanakan
7. Diagram alir Kolom diagram alir terpisah dari Diagram alir lebih dilengkapinya
1. SOP lama diagram alir kurang kolom prosedur.Pada agar petugas lebih mudah dalam
engkap Diagram alir dilengkapi dengan: bekerja sesuai SOP
Loket pendaftaran dan kasir,
Pengisian status pasien , ruang
pengobatan, apotik,
8 Unit Terkait Tidak ada kolom unit terkait Ada kolom unit terkait Dengan adanya kolom unit terkait
diantaranya yaitu Loket akan dapat diketahui unit apa saja
pendaftaran dan kasir, Unit yang berkaitan dengan pelayanan
Recam medis , Poli pengobatan poli kia saat Nifas
dan apotik.
9. Dokument terkait 1. Program KIA Dokument terkait dilengkapi Dokumen terkait di tambah untuk
dengan :
2. Program gizi mempermudah data pasien
1. Kartu Identitas Pasien
2. Format screening Covid-
19
3. Karcis
4. Kartu BPJS
5. Kartu Pasien
6. Buku KIA
7. Kohor IBU
8. Blangko Informed
concent
9. Kertas Resep
10 Referensi Buku pedoman modul midwife 1. Buku pedoman modul Perkembangan jaman dari masa ke
update 2016 midwife update 2016 masa merubah, sehingga SOP yang
2. Jurnal ilmiah simatek,
ISSN 2550-0414. lama harus banyak d perbaiki untuk
Kunjungan nifas mempermudah petugas.
masa pandemic
3. Pedoman bagi ibu
hamil, bersalin, nifas
dan bayi baru lahir di
era pandemi covid-
19. Kementrian
kesehatan RI 2020
F. PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
OLEH:
TIARA ROSA
07190200082
1. Latar Belakang
Abortus inkomplit adalah salah satu jenis keguguran yang terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu. Saat kondisi ini terjadi, jaringan janin yang telah mati tidak dapat keluar
dari rahim sepenuhnya sehingga menyebabkan wanita mengalami kondisi perdarahan terus
menerus.Wanita yang mengalami abortus inkomplit umumnya mengalami perdarahan hebat dan
kram perut. Pada sebagian besar kasus, setelah diagnosis abortus inkomplit dilakukan, secara
perlahan jaringan janin akan keluar dengan sendirinya.Meski demikian, proses tersebut
membutuhkan waktu. Sebab, masih ada jaringan janin yang tetap tertinggal di dalam rahim dan
harus dikeluarkan dengan kuret atau tindakan pengobatan lainnya.Abortus inkomplit tidak sama
dengan missed miscarriage atau keguguran yang tidak terdeteksi, yakni suatu kondisi di mana
janin tidak berkembang, tetapi leher rahim masih tertutup dan tidak terjadi perdarahan.
Penyebab abortus inkomplit Secara umum, keguguran, termasuk abortus inkomplit, dapat
disebabkan oleh berbagai macam, tetapi tidak semua kasus keguguran dapat diketahui
alasannya.Jika keguguran terjadi dalam 3 bulan pertama usia kehamilan, penyebab utamanya
bisa jadi adalah kondisi janin yang tidak optimal. Salah satu penyebab keguguran yang paling
umum adalah adanya kelainan pada kromosom bayi. Jika bayi memiliki kelebihan atau
kekurangan kromosom maka bayi tidak dapat berkembang secara normal.Akan tetapi, apabila
keguguran terjadi setelah 3 bulan pertama kehamilan, atau pada usia kehamilan 13-24 minggu,
Penanganan abortus inkomplit biasanya Menunggu respon tubuh untuk mengeluarkan sisa
jaringan sendiri. Namun hal ini dapat membuat perdarahan yang lama serta Anda harus
melakukan
kunjungan rutin untuk memantau banyaknya perdarahan yang keluar.Mengonsumsi misoprostol.
Pemberian obat guna mempercepat proses pengeluaran sisa jaringan janin dalam rahim. Namun
ini juga harus dalam pengawasan dokter.Tindakan kuretase. Cara ini memang yang paling aman
dan efektif untuk mencegah terjadinya perdarahan yang banyak. (Yulaika Lily 2015:72)
Menurut Organisasi Dunia (WHO) Angka abortus di seluruh dunia adalah sekitar 35 per
1000 wanita yang berusia 15-44 tahun, abortus merupakan salah satu penyebab tingginya angka
kematian ibu di Indonesia dari seluruh kehamilan (selain keguguran dan lahir mati), 26%
diantaranya berakhir dengan abortus (5). Sekitar 44% abortus di dunia adalah ilegal, 64% abortus
legal dan hampir 95% abortus ilegal terjadi di negara berkembang. sekitar 25% kematian ibu di
Asia yang disebabkan karena abortus masih tinggi. Abortus yang tidak aman bertanggung jawab
terhadap 11% kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia 13%). Abortus inkomplit memiliki
kontribusi dalam kematian ibu, abortus inkomplit merupakan komplikasi 10-20% kehamilan,
2. TUJUAN
Kalibunder.
B. SOAP
ASUHAN KEBIDANAN ABORTUS INKOMPLIT
No Registrasi : 0004/110
Tanggal Pengkajian : 30-11-2020
Waktu Pengkajian : 12.00 WIB
Tempat Pengkajian : Poned
Puskesmas Pengkaji : Tiara rosa
S : Subjektif
Ibu mengatakan ini kehamilan pertama, dan usia kandungan ibu 8 minggu, ibu mengatakan
sudah keluar darah 1 minggu yang lalu, pertama keluar darah coklat sedikit-sedikit kemudian
tanggal 24- 11-2020 periksa ke dokter kandung dan di berikan obat penguat, tapi darah yang
keluar tidak berhenti lama kelamaan keluar darah banyak ada gumpalan yang keluar sebesar 2
ibu jari.
HPHT : 20-09-2020
TP : 27-06-2021
O : Objektif
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos mentis , BB 50 kg,TB 155 IMT 20,8 T : 110/70
mmHg, Nadi :80 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36,5.0C. lila: 24cm, VT: v/v: t.a.k , portio: tebal
lunak
, pembukaan : 1cm , hasil inspekulo : terlihat jaringan di portio, Hasil USG: sudah tidak ada
janin dan masih tersisa kantung janin yang belum keluar.
Kepala : Tidak ada benjolan, tidak ada ketombe,Wajah tidak oedem dan tidak ada cloasma,
conjuntiva Tidak pucat,sklera tidak ikterik,mulut bibir tidak anemis, rahang/gusi tidak bengkak,
leher tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan tidak ada pembengkakan kelenjar
thyroid, payudara tidak ada benjolan, Abdomen bentuk datar tidak ada benjolan,turgor
baik,Ekstremitas atas lengan tidak ada kelainan,simetris dan pergerakan normal,Ekstremitas
bawah tidak ada kelainan,simetris,pergerakan normal,Genitalia eksterna tidak ada infeksi
jamur,tidak ada kutil,tidak ada lesi, labia mayora dan minora tidak ada benjolan/pembengkakan,k
elenjar skene tidak ada pembengkakan.
A : Ny.S usia 21 tahun G1P0A0 hamil 8 minggu dengan SUSPEK AB INCOMPLIT
P :
1. Memakai APD level 1 atau 2
2. Petugas mempersilahkan pasien masuk ke ruang pemeriksaan
3. Menyapa klien dengan sopan dan ramah, klien merespon dengan ramah.
4. Melakukan Anamnesis tentang identitas,keluhan dan pemeriksaan fisik hed to toe,klien
menyetujuinya.
5. Menjelaskan Prosedur pemeriksaan, pasien dan keluarga menyetujuinya.
6. Melakukan screening covid-19
7. Klien tidak memiliki riwayat perjalanan jauh termasuk tetangga juga tidak ada yang
dari luar, dan pasien serta keluarga melaksanakan protocol covid-19 seperti
menggunakan masker dan yang menunggu pasien diruangan satu orang hanya
suami, yang lain pada menunggu diluar ruangan yaitu ditempat tunggu yang
difasilitasi oleh puskesmas
8. Melakukan infoconcent pada ibu dan keluarga pasien sebelum melakukan pemeriksaan dan
tindakan, klien dan keluarga menyetujuinya.
9. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir
10. Memakai sarung tangan.
11. Melakukan pemeriksaan tekanan darah,nadi,respirasi,suhu, tinggi badan dan berat badan.
12. Menjelaskan kepada pasien untuk berbaring di tempat tidur untuk di lakukan pemeriksaan
13. Melakukan pemeriksaan fisik,pemeriksaan ginekologi dan pemeriksaan penunjang.
14. Rapikan kembali pakaian ibu.
15. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga, klien dan keluarga sudah mengetahui dan
mengerti apa yang dijelaskan oleh petugas
1. Memberitahu pada ibu bahwa harus dilakukan pemeriksaan laboratorium,klien
mengatakan mau dilakukan pemeriksaan laboratorium
2. Melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium
- Hb : 14,0gr/dl
- Test HCg : Positif
- Protein Urine : Negatif
- Glukosa Urine : Negatif
- Hepatitis : Negatif
- Golongan darah : B rhesus +
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter puskesmas dengan advis dokter:
- Pasang infus RL 20 tpm ( 20 tetes / menit)
- Observasi tanda-tanda syok bila terjadi syok saat pendarahan
- Melakukan USG
- Rujuk klinik dokter kandungan
4. Melakukan pasang infus pada pasien, pasien sudah diinfus RL dengan 20 tetes /menit
5. Mendampingi ibu untuk dilakukan USG oleh dokter puskesmas, masih ada sisa jaringan
6. Melakukan Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi), Evaluasi tanda-tanda syok, bila
terjadi syok karena perdarahan., tidak ada tanda-tanda syok akibat pendarahan, karena ibu
mengalami pendarahan sedikit (plek)
7. Dokter menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa hasil pemeriksaan
dari USG ibu harus di konsulkan lagi ke klinik Dr obgyn (dokter kandungan), ibu dan
keluarga mengerti apa yang di jelaskan oleh petugas dan mau di rujuk.
8. Mempersiapkan Rujukan , persiapan pasien, persiapan keluarga, administrasi
menggunakan biaya umum, persiapan dokumentasi SOAP, ambulan dan petugas
kesehatan yang akan mengantar, persiapan sudah siap.
9. Mendampingi pasien dalam rujukan ke klinik dokter, pasien sudah di antar , pasien sudah
terdaftar, dilakukan USG ulang oleh dokter obgyn dengan hasil masih ada sisa jaringan
dan harus dilakukan kuretase
10. Melakukan konseling akhir, menyampaikan kapan harus kunjungan ulang.
11. Membuat dokumentasi, dokumentasi terlampir.
C. SOP LAMA
PENANGANAN ABORTUS
SPONTAN INKOMPLIT
No. Dokumen
No. Revisi
SOP TanggalTerbit :7-10-19
Halaman 4
PUSKESMAS
KALIBUNDE ADE SETIAWAN,SKM
R NIP. 19770210200701 1 009
1. Definisi 1. Abortus ialah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan,dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram.
2. Abortus inkomplit adalah abortus yang sebagian hasil konsepsi telah
keluar dari kavum uteri masih ada yang tertinggal.
2. Tujuan 1. Untuk mengetahui penyebab abortus dan memberikan tindak lanjut secara
komprehensif
Melakukan anamnesis
pemeriksaan fisik,pemeriksaan
penunjang dan mendiagnosis
Memberi
tatalaksana,konseling,edukasi
dan mencatat,pada rekam
Merujuk pasien jika tidak
memungkinkan di lakukan
di pelayanan primer
SOP
Halaman :¼
PROGRAM STUDI
SARJANA KEBIDANAN
DEPARTEMEN
KEBIDANAN STIKIM
PUSKESMAS KEPALA
KALIBUNDER ADE SETIAWAN SKM.MM
NIP.19751001.199703.2.002
1. Abortus ialah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilankurang dari 20 minggu atau berat
anak kurang dari 500 gram.
2. Abortus Inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri masih
ada yang tertinggal.
3. Penanganan abortus:
1. biasanya menunggu respon tubuh untuk mengeluarkan sisa jaringan sendiri. Namun hal
1. Pengertian
ini dapat menyebabkan pendarahan yang lama serta harus melakukan kunjungan rutin
untuk memantau banyaknya pendarahan yang keluar.
2. mengkomsumsi misoprostol guna mempercepat proses pengeluaran sisa jaringan
dalam Rahim namun ini juga harus dalam pengawasan dokter.
3. tindakan Kuratase cara ini memang yang paling aman dan efektif untuk mencegah
pendarahan yang banyak.
2. Tujuan Untuk mengetahui penyebab abortus dan memberikan tindak lanjut secara
komprehensif.
Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Kalibunder Nomor 440/ / KEP/38.07.103.102/2019
Tentang Kebijakan Pelayanan klinis Puskesmas kalibunder (Kebijakan Pemeriksaan abortus
3. Kebijakan
harus mengikuti langkah-
langkah yang tertuang dalam intruksi kerja dan harus sesuai dengan SOP)
4. Pelaksana Dokter , Bidan, petugas laboratorium, petugas pendaftaran.
5. Alat dan Persiapan alat:
Bahan - APD Level 2
- face sield
- Masker medis / masker N95
- Inspekulo
- Tensimeter
- Kapas DTT
- Handskoon
- Larutan clorin
- Stetoskop
- Rekam:Medis
- Kertas Resep
- Surat Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
- USG
7.Bagan Alir
Pasien Datang Scrining Covid 19
POLI
KIA
- Informed consen Pendaftaran & Kasir
-
anamnesa
Kontra
Indikasi
-pemeriksaan darah
lengkap
-pemeriksaan Hcg
Pemeriksaan
ginekologi Diagnosis
Perbaikan
KU/stabilisas
i
Pemberian Obat
Rujuk
8. Unit terkait - Unit Pendaftaran
- Poli KIA
- PONED
- Unit Laboratorium
- Unit Farmasi
- Klinik dokter kandungan
- Kartu BPJS/KIS
- Rekam medis
- Buku KIA
9. Dokumen
- Kohort Ibu
Terkait
- Kertas resep
- kertas hasil laboratorium
- Blangko Informed consent
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. 2018
10. Referensi
Panduan Praktik klinik dokter fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer 2019
E.ANALISIS SOP
5 Prosedur SOP lama Tidak ada protokol Di buat (di tambahkan) Karena
covid 19 Skreening covid 19 sekarang
lagi musim
pademi
covid -19,
pada saat
keputusan
SOP belum
ada pademi
covid-19
6 Alat dan - APD - APD 1/2 Alat-alat
bahan - Inspekulo - Inspekulo nya lebih di
- Tensimeter - Tensimeter lengkapi
- Kapas DTT - Kapas DTT lagi agar
- Stetoskop - Stetoskop lebih safety
- Rekam:Medis - Rekam:Medis lagi karna
- Kertas Resep - Kertas Resep lagi masa
- USG - USG pamdemi
- Surat permintaan Covid 19.
pemeriksaan
laboratorium
- Masker medis/
masker N95
- Face shiled
- Apron/gown
- Sepatu
F. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Setelah melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada ny. S usia 21 tahun dengan
diagnosa kebidanan G1P0A0 dengan Abortus Inkomplit dengan menganalisa SOP yang baru
dan SOP yang lama di Puskesmas Kalibunder Kabupaten Sukabumi maka dapat di simpulkan
sebagai berikut:
1. SOP yang lama masih sama dengan yang sebelumnya dari mulai pengertian,tujuan,dan
sebagainya akan tetapi ada beberapa yang di tambahkan seperti pelaksana, bagan
alir,dokumen terkait lebih di lengkapi dan yang lainnya.dan pada masa pandemi covid 19
ini untuk aviden base dari SOP yang baru yaitu ada perbedaan di prosedur dimana yang
baru pada saat pemeriksaan harus melakukan skreening Covid 19 dan menggunakan
APD lengkap atau sesuai dengan Protokol Covid 19.
2. Penatalaksanaan yang di lakukan pada kasus abortus inkomplit ini adalah observasi,tanda-
tanda vital,pendarahan kemudian melakukan tindakan kuratase berkolaborasi dengan
Dokter Obgyin (dokter kandungan) yang sebelumnya melalui memberitahu persetujuan
pada ibu dan keluarga. Observasi pos kuratase, memberi therapy, memberi KIE
kebersihan alat Genetalia,KIE KB pasca keguguran dan memfasilitasi ibu untuk
kunjungan ke Dokter kandungan.
2. SARAN
a. Untuk bidan hal yang dapat di lakukan sebagai bidan yaitu melakukan deteksi dini
komplikasi pada ibu hamil dengan pengkajian secara teliti,sehingga dapat di lakukan
asuhan dan penanganan jika terjadi komplikasi. Memberi KIE pada ibu hamil tentang tanda
bahaya selama kehamilan.syarat satunya bidan di harapkan mengikuti perkembangan ilmu
terutama pada penangana abortus inkomplit. Sehingga bidan dapat memberi penatalaknaan
dengan benar. Dan pada masa pandemi Covid 19 ini kita harus melaksanakan sesuai prokol
Covid 19 dengan memakai APD, melakukan Skreening Covid 19.
b. Untuk SOP rekomendasi ini di harapkan menjadi bahan masukan untuk di laksanakan di
Puskesmas dan di bicarakan bersama-sama dan sepakati dengan adanya SK kebijakan
yang baru dari Kepala Puskesmas.
G. LAMPIRAN KEGIATAN
LAPORAN PRAKTIK KOLABORASI INTERPROFESIONAL
DISUSUN OLEH:
REGGIE Y BATKORMBAWA
NPM: 07190100042
2020
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami
gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat
memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. Salah satu
faktor kegagalan pernapasan dapat disebabkan oleh adanya gangguan sirkulasi dari ibu ke
janin karena ketuban telah pecah atau ketuban pecah dini (Abdul Rahman & Lidya 2014:34).
Menurut World Health Organization (WHO) 2012, setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di
dunia, Kira-kira 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi mengalami asfiksia neonatorum, hampir 1
juta (27,78%) bayi ini meninggal . Di Indonesia, Asfiksia pada pada bayi baru lahir menjadi
penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian ba yi baru lahir setiap tahun. World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa angka kematian bayi sebagian besar disebabkan
oleh asfiksia (20-60%), infeksi (25-30%), bayi dengan berat lahir rendah (25-30%), dan
trauma persalinan (5-10%) di kawasan Asia Tenggara menempati urutan kedua yang paling
tinggi yaitu sebesar 142 kematian per 1000 kelahiran setelah Afrika. Indonesia merupakan
negara dengan AKB dengan asfiksia tertinggi kelima untuk negara ASEAN pada tahun 2011
yaitu 35 kematian per 1000 kelahiran, dimana Myanmar 48 kematian per 1000 kelahiran,
Laos dan Timor Laste 48 kematian per 1000 kelahiran, Kamboja 36 kematian per 1000
kelahiran (Maryunani 2013). Data tersebut mengungkapkan bahwa kira-kira 10% bayi baru
lahir membutuhkan bantuan untuk mulai bernafas, dari bantuan ringan sampai resusitasi
lanjut yang ekstensif, 5% bayi pada saat lahir membutuhkan tindakan resusitasi yang ringan
seperti stimulasi untuk bernafas, antara 1% sampai 10% bayi baru lahir dirumah sakit
membutuhkan bantuan ventilasi dan sedikit saja yang membutuhkan intubasi dan kompresi
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat
kesehatan di suatu negara seluruh dunia. AKB di Indonesia masih sangat tinggi, menurut
hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) bahwa AKB di Indonesia pada tahun
2012 mencapai 31/1000 KH (kelahiran hidup). Apabila dibandingkan dengan target dalam
Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 17/1000 KH, ternyata AKB di
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak Indonesia)
adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah
lahir. Berbagai faktor pada ibu dan bayi berperan sebagai faktor risiko asfiksia perinatal.
Penilaian perinatal terhadap faktor risiko dan penanganan perinatal yang baik pada
kehamilan risiko tinggi sangat mutlak pada asfiksia perinatal Apabila komplikasi asfiksia
sudah terjadi maka diperlukan pendekatan multi disiplin untuk mencegah kerusakan yang
Asfiksia dapat menyebabkan kerusakan organ berat dan berakibat fatal pada bayi baru
lahir. Redistribusi sirkulasi yang ditemukan pada pasien hipoksia dan iskemia akut telah
memberikan gambaran yang jelas mengapa terjadi disfungsi berbagai organ tubuh pada bayi
asfiksia. Gangguan fungsi berbagai organ pada bayi asfiksia tergantung pada lamanya
asfiksia terjadi dan kecepatan penanganan. Berdasarkan hasil penelitian lanjut Riskesdas,
asfiksia merupakan penyebab kematian kedua pada bayi setelah infeksi (Opitasari 2015:111).
Suatu studi mengenai dampak kerusakan organ pada bayi asfiksia menunjukkan 34% bayi
tidak didapatkan kerusakan organ, 23% bayi didapatkan kerusakan pada satu organ, 34%
bayi pada dua organ, dan 9% bayi pada tiga organ. Beberapa peneliti telah melaporkan
frekuensi disfungsi berbagai organ vital tersebut yaitu otak, kardiovaskular, paru, ginjal
saluran cerna dan darah. Adapun organ vital yang sering terkena adalah ginjal (50%), otak
(28%), kardiovaskular (25%) dan paru (23%). Upaya dalam menurunkan angka kematian
bayi baru lahir yang diakibatkan asfiksia salah satunya dengan cara melakukan suatu
pelatihan keterampilan resusitasi kepada para tenaga kesehatan agar lebih terampil dalam
melakukan resusitasi dan menganjurkan kepada masyarakat ataupun ibu khususnya, agar
setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan
2. Tujuan
2. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisis data Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia,
Bhaktirahayu Ambon.
PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
DEPETEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
B. SOAP
No. Registrasi :-
Tanggal Pengkajian : 26 /11/2020
Waktu Pengkajian : 10:00 WIT
Tempat Pengkajian : RS Bhakti Rahayu
Pengkaji :
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Bayi
a. Nama : By “M”
b. Tempat/tanggal lahir : Ambon 21mei 2017 Jam 01.30 Wit
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Anak ke : 1 (satu)
e. Alamat : Jln. Yan Paays Xaverianum
2. Identitas Orang Tua
a. Nama : Ny “M” / Tn “S”
b. Umur : 25 Tahun / 24 Tahun
c. Nikah : 1 kali / lamanya 2 tahun
d. Suku : Ambon / Ambon
e. Agama : Kristen / Kristen
f. Pendidikan : SMU / D3 perawat
g. Pekerjaan : IRT / Perawat
h. Alamat : Jln. Yan Paays Xaverianum
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. GI P0 A0
b. HPHT 18 Agustus 2017
c. ANC sebanyak 4 kali selama masa kehamilan di PKM Belakang soya
d. Imunisasi TT sebanyak 2 kali di PKM Belakang soya
e. Tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi dan DM
f. Ibu tidak pernah kedukun dan tidak pernah minum obat-obatan dan jamu tanpa resep
dokter.
g. Ibu istirahat cukup yaitu tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 6-8 jam
h. Ibu mandi 2 kali sehari, menggosok gigi 3 kali sehari pagi hari, sore hari dan sebelum
tidur serta keramas 2 kali dalam seminggu.
i. Selama hamil ibu makan yaitu 3 kali sehari, nafsu makan baik dengan mengkomsumsi
makanan bergizi seimbang yaitu dengan menu nasi, ikan, tempe atau tahu, sayur, buah-
buahan seperti pisang, popaya, jeruk, minum air 6-8 gelas sehari dan tidak lupa minum
susu satu gelas setiap hari.
j. Ibu melahirkan tanggal 21 mei 2017 jam 01.30 Wit
k. Jenis persalinan adalah persalinan pervaginam dengan presentase belakang kepala,
ditolong oleh dokter di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah
l. Ibu diberi infus dengan cairan RL dengan tetesan 28 tetes/menit karena ibu nampak
lemas
m. Perlangsungan kala I 12 jam 30 menit
n. Perlangsungan kala II 45 menit
o. Bayi lahir dengan lilitan tali pusat tiga kali dileher dan erat
p. Bayi lahir dengan kehamilan post matur dan terdapat mekonium dalam air ketuban
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum bayi buruk, bayi belum bisa bernafas dengan spontan.
2. Berat badan lahir : 2500 gram
3. Panjang badan lahir : 45 cm
4. Tanda-tanda vital
a. Frekuensi jantung : 60 kali/menit (nilai normal 120-160 kali/menit)
b. Pernafasan : Belum bernafas spontan (nilai normal 40-60 kali/menit)
c. Suhu : 35,5°c (36,5°c - 37,5°c)
5. Melakukan pemeriksaan fisik.
a. Kepala : Rambut hitam, tipis, ubun-ubun belum tertutup, tidak ada benjolan.
b. Mata : Simetris kanan dan kiri, sclera putih, kongjungtiva merah muda, dan kelopak
mata tidak oedema, tidak ada tanda-tanda infeksi.
c. Hidung : Simetris kanan dan kiri, gerakan cuping hidung tidak ada.
d. Mulut dan bibir : Bibir tampak kering dan pucat, terdapat banyak lendir, tidak ada
kelainan bawaan dan pallatum, refleks isap tidak ada.
e. Telinga : Simetris kanan dan kiri, tampak bersih, tidak ada secret dan daun telingan
elastis.
f. Leher : Tidak ada pembesaran atau benjolan.
g. Dada dan Perut : Simetris kanan dan kiri, gerakan dada tidak ada, keadaan tali pusat
tampak basah, dan terjepit dengan penjepit tali pusat.
h. Punggung dan Bokong : Tonjolan punggung tidak ada.
i. Genitalia : Testis sudah turun.
j. Anus : Tampak ada lubang anus.
k. Ekstremitas : Simetris kanan dan kiri, jumlah jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada
pergerakan yang aktif, warna biru dan teraba dingin.
l. Kulit : Verniks kurang, warna tubuh kebiruan, tidak ada tanda lahir
6. Pemeriksaan neurologis :
a. Refleks moro : Tidak ada
b. Refleks hisap : Tidak ada
c. Refleks rooting : Tidak ada
ASSESSMENT
Melakukan tindakan segera dan berkolaborasi dengan dokter spesialis Anak
PLANNING
Tanggal 28 Juni 2010 Jam 01.30 Wita
1. Menilai usaha bernafas, warna kulit, dan frekuensi denyut jantung
Hasil : Bayi tidak dapat bernafas spontan setelah lahir, warna kulit pucat atau biru dan frekuensi
jantung tidak teratur < 100 x/menit
2. Mengeringkan tubuh bayi, mengganti kain yang basah dengan kain yang kering dan bersih dan
membungkus tubuh bayi
Hasil : Bayi nampak terbungkus dengan kain kering dan bersih
3. Kolaborasi dengan dokter anak dalam melakukan tindakan resusitasi
Hasil : Dokter anak nampak mendampingi bidan yang sedang menangani bayi
4. Mengatur posisi bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi kemudian membersihkan permukaan
jalan nafas dan melakukan pengisapan lendir dengan Delee
Hasil : Permukaan jalan nafas sudah bersih tetapi belum dapat bernafas spontan
5. Melakukan rangsangan taktil dengan menyentil atau memukul-mukul telapak kaki bayi sambil
menggosok-gosok punggung bayi dengan kain kering
Hasil : Bayi nampak pucat dan belum dapat bernafas spontan
6. Melakukan ventilasi dengan menggunakan ambubag dan diselingi kompresi dada dengan
perbandingan 3 kali dan 1 kali ventilasi sampai bayi dapat bernafas spontan dan frekuensi jantung
> 100 x/menit tetapi terlebih dahulu atur posisi bayi dengan sedikit ekstensi sampai bayi
menunjukkan upaya barnafas
Hasil : Setelah 10 menit dilakukan VTP, bayi kemudian menangis dan bernafas secara spontan
tetapi bayi masih nampak pucat
7. Memberikan O2 2 liter/menit melalui kateter hidung
Hasil : Setelah beberapa jam pemberian, warna kulit bayi tetap biru yaitu seluruh tubuh kebiruan
dan pemberian O2 tetap dilakukan
8. Mengukur TTV dan menimbang
bayi Hasil :
Pernafasan : Belum Bernafas Spontan
Frekuensi jantung : 60 x/menit
Suhu : 35,5 oC
Berat badan : 2500 gram
Panjang badan : 45 cm
9. Melakukan perawatan tali pusat
Hasil : Tali pusat nampak terbungkus kasa steril
10. Injeksi vit.K 1 ml secara IM
Hasil : Bayi tidak menangis saat di injeksi
C. SOP LAMA
ASFIKSIA NEONATORUM
S No. Dokumen :
No.Revisi :- PKM Belakang Soya
O
P Tanggal Terbit :
Halaman :
Pengertian Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir.
Tujuan Sebagai acuan dalam penanganan bayi Asfiksia atau bayi gagal nafas
(Apnea)
Kebijakan SK KepKemenkes No 128 Tentang kebijakan Puskesmas
Referensi 1. Wahyudi (2010) dalam Suroso, Sunarsih: Apgar Score Pada Bayi
Baru Lahir Dengan Asfiksia Neonatorum Pasca
Resusitasi Jantung Paru, Jilid 2, November 2012, hlm.1-
94.
2. Wahyuni. (2013) Ilmu Kebidanan Maternal Neonatal. Jakarta: ECG
3. WHO Dalam Yuliana (2013) Asuhan Neonatus Bayi Dan
Anak Balita. Jakarta: Trans Info Media
Prosedur Penatalaksanaan
1. Tindakan Umum
Bersihkan jalan nafas :
Kepala Bayi diletakan lebih rendah agar lender mudah
mengalir, bila perlu digunakan lariyoskop untuk membantu
penghisapan lender dari saluran nafas yang lebih dalam.
Rangsangan Reflek pernafasan :
Dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan
bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan
tanda achiles, mempertahankan suhu tubuh.
2. Tindakan Khusus
Pada kasus Asfiksia Berat : berikan O2 dengan tekanan positif
dan intermiten melalui pipa endotrakeal, dapat dilakukan
dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan
O2 yang di berikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan Spontan
tidak timbul dilakukan message jantung dengan ibu jari yang
menekan pertengahan sternum 80-100 x/menit.
Pada kasus Asfiksia Sedang/Ringan : pasang Relkiek
pernafasan (penghisap lender, rangsang nyeri) selama 30-60
detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (frog Breathing) 1-
2 menit yaitu : kepala bayi ekstensi maksimal beri O2 1-2
menit melalui Kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan
hidung serta gerakan dagu keatas bawah secara teratur
20x/menit.
3. Langkah-Langkah Resusitasi Pada Asfiksia Neonatorum
a. Lakukan penilaian : - Apakah BBL bernafas atau
menangis ?
Apakah cairan ketuban berwarna hijau ?
b. Jika bayi tidak bernafas atau mengalami kesulitan
bernafas, maka lakukan langkah awal: Cegah kehilangan
panas dengan meletakan pada tempat yang kering dan
hangat, Mengatur Posisi Bayi, bersihkan jalan nafas
dengan menghisap mulut dan hidung, mengeringkan
sambil melakukan rangsangan taktil. lakukan penilaian.
c. Jika bayi bernafas dengan baik, maka lakukan asuhan
normal Bayi baru lahir : Keringkan dan hangatkan,
kontak kulit ibu ke kulit bayi, Berikan Inisiasi Menyusui
Dini Atau IMD.
d. Jika bayi tidak bernafas normal atau megap-megap, maka
lakukan resusitasi dengan ventilasi positif memakai balon
dan sungkup : Jelaskan tindakan bayi dan tindakan,
pasang sungkup menutupi hidung dan mulut bayi,
lakukan pengujian ventilasi 2x, Bila dada tidak
mengembang, periksa atau lihat kepala dan sungkup,
apakah ada lender dalam mulut bayi, kemudian lakukan
ventilasi 40x dalam 60 detik sambil memantau gerakan
naik turun dinding dada, lanjutkan dengan penilaian
pernafasan dalam 10 detik, denyut jantung dalam 10
detik dan warna kulit, bila tidak terjadi pernafasan
spontan dalam 2-3 menit, rujuk dan lakukan penilaian
sampai pernafasan spontan terjadi.
e. Jika bayi bernafas dengan Baik nafas normal 30-60 kali
permenit, tidak ada cekungan dada, maka lakukan asuhan
normal Bayi Baru lahir : keringkan dan Hangatkan,
kontak kulit ibu ke kulit bayi, lakukan Inisiasi Menyusui
Dini.
Jika bayi Tidak Bernafas setelah 20 menit : Hentikan
resusitasi, beri dukungan pada ibu dan keluarga.
Tidak
Langkah awal:
Jaga bayi tetap hangat
Atur posisi bayi
Isap lender
Keringkan dan rangsang taktil
Reposisi
NILAI NAFAS
ASFIKSIA NEONATORUM
S No. Dokumen :
No.Revisi :- PKM Belakang Soya
O
P Tanggal Terbit :
Halaman :
3. Prosedur 1. Tidak lengkap Persiapan dan 1. Lakukan Persiapan Dan 1. Persiapan Proses Rujukan
proses Rujukan proses Rujukan :
2. Tidak dijelaskan Terapi Yang 2. Jelaskan Terapi Yang - Surat Rujukan
digunakan dapat dilakukan - mendapatkan
- Cairan Pengganti Volume - cairan pengganti persetujuan dari
Darah volume darah Nacl Fasilitas Kesehatan
- Natrium Bikarbonat 0.9% RL Yang ingin dirujuk.
- Natrium Bikarbonat - Transportasi
Asidosis : Metabolic - Tenaga Kesehatan
secara Kilinis (Nafas Mendapingi saat
Cepat dan dalam) rujukan.
Dosis : 1-3 mEq/kgbb 2. Terapi Dapat dilakukan
atau 2-4 ml Untuk dapat membantu
Percepatan Pemulihan
Nafas Pada Bayi
3. Persiapan Tidak disebutkan persiapan Penolong menggunakan Pemakaian saat pandemi atau
penolong penolong APD level 2 sebelum pandemi sama saja
yaitu menggunakan APD level
2 hanya saja ada penambahan
face shield
F. PENUTUP
1. Kesimpulan
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan salah satu bagian dari manajemen administrasi
dalam pelayanan kesehatan yang patut diperhatikan, agar terwujudnya tujuan dari permasalahan itu
sendiri yaitu salah satunya efektivitas dan efisiensi kerja. Sebagai contoh bagaimana prosedur dalam
memberikan suatu pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya ibu, bayi dan balita. Di
puskesmas sudah menerapkan SOP tatalaksana Asfiksia dalam kategori cukup baik, hanya saja ada
beberapa hal yang perlu ditambahkan atau direkomendasikan yaitu :
1. Pada Referensi ada penambahan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi sebanyak-
banyaknya.
2. Pada poin bagian prosedur/langkah-langkah dalam penanganan Asfiksia untuk SOP nya
dicantumkan Untuk proses Rujukan kurang lengkap Misalnya seperti Surat Rujukan
mendapatkan persetujuan dari Fasilitas Kesehatan Yang ingin dirujuk,Transportasi, Tenaga
Kesehatan.
3. Pada point alat dan Bahan yaitu tidak disebutkan penggunaan APD yang digunakan oleh
penolong.
2. Saran
Berdasarkan analisa yang sudah dilakukan, maka penulis mengajukan beberapa saran bagi pihak
Puskesmas , yaitu sebagai berikut :
1. SOP harus dilakukannya pembaharuan atau revisi dengan penambahan tindakan atau
prosedur sesuai dengan keadaan kesehatan sekarang yang dikenal dengan “Adaptasi
Kebiasaan Baru” dikarenakan ada nya masalah kesehatan terkait COVID-19.
2. SOP terkait langkah-langkah dalam penanganan asfiksia harus di cantumkan dalam SOP
secara jelas sampai pada pemecahan masalah.
LAPORAN PRAKTEK KOLABORASI INTERPROFESIONAL PADA IBU HAMIL
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DI PUSKESMAS BANGBAYANG KECAMATAN TEGALBULUD
KABUPATEN SUKABUMI
Oleh :
ELIS SUSILAWATI
07190200083
1. Latar Belakang.
Mual dan muntah merupakan hal yang umumnya terjadi dalam kehamilan dan merupakan
kondisi yang fisiologis yang wajar terjadi pada kehamilan muda, yang dialami oleh 50%-
80% wanita hamil. Mual dan muntah jika berlanjut menjadi semakin berat akan
menyebabkan gangguan kehamilan yang disebut hiperemesis gravidarum yang dialami oleh
1 dalam 1000 wanita hamil, yang dapat menyebabkan dehidrasi dan asidoketotik (Price &
Wilson, 2015). Menurut WHO pada tahun 2015 sebanyak 303.000 perempuan meninggal
selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Sekitar 830 wanita meninggal akibat
komplikasi terkait kehamilan ata melahirkan diseluruh dunia setiap hari. Sebanyak 99%
kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negaranegara berkembang.
Rasio kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio
kematian ibu di 12 negara maju dan 51 negara persemakmuran (WHO, 2015).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), Angka Kematian Ibu
(AKI) masih cukup tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi hasil
(SDKI) 2014 lebih rendah dari pada hasil 2010, angka kematian bayi tahun 2012 adalah 32
kematian per 1000 kelahiran hidup, dan salah satu penyebab kematian di Indonesia adalah
bayi berat lahir rendah (SDKI,2014). Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia diperoleh
data ibu dengan hiperemesis gravidarum mencapai 14,8 % dari seluruh kehamilan. Keluhan
mual dan muntah terjadi pada 60-40 % multigravida. Hiperemesis gravidarum pada
kehamilan muda merupakan salah satu komplikasi sebagai akibat langsung kehamilan.
Meskipun bukan merupakan faktor utama penyebab kematian ibu di Indonesia, tetapi
kejadian emesis cukup besar yaitu 60-80% ada primigravida dan 40-60% pada multigravida
dan satu diantara 1000 kehamilan mengalami gejala lebih berat. Oleh karena itu mual dan
muntah tidak bisa dianggap ringan karena pada saat usia kehamilan muda organ-organ vital
janin terbentuk dan mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan janin yang dikandungnya
sehingga zat besi tidak dapat diserap oleh janin (Hackley & Barbara, 2012.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan anamnesa pada ibu hamil trimester pertama tahun 2020
di puskesmas Bangbayang hampir 80 % ibu hamil pada terimester pertama mengalami mual
muntah baik itu mual muntah ringan bahkan sampai dengan berat.oleh sebab itu saya
sebagai mahasiswa Program Sarjana Terapan Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju merasa tertarik untuk mengambil kasus pada Ibu Hamil dengan Hiperemesis
Gravidaru dengan melihat SOP lama yang ada di Puskesmas Bangbayang untuk di telaah
apabila di SOP lama ada kekurangan untuk di revisi dan di Analisa .
2. Tujuan
2) Untuk mengetahui eviden base/kebaruan dari SOP yang telah direvisi,sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan dan meningkatkan cakupan pelayanan pada ibu
hamil.
B. SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
No Registrasi : 1923
Tanggal Pengkajian : 11 Desember 2020
Waktu Pengkajian : 11.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas Bangbayang
Pengkaji : Elis Susilawati
Hasil pemeriksaan fisik pada Ny E normal tidak ada kelainan pada fisik
Kepala : Tidak ada benjolan, kebersihan cukup,Wajah tidak edema dan tidak ada cloasma,
conjungtiva merah muda,sklera putih, mulut bibir tampak kering, rahang/gusi tidak
bengkak, leher tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan tidak ada
pembengkakan kelenjarthyroid, payudara menonjol simetris tidak ada benjolan yang
abnormal, dada tidak ada nyeri tekan, abdomen tampak ada balotemen 2 jari atas syimpisis,
turgor kulit Tampak kering, ekstremitas atas simetris tidak ada kelainan dan pergerakan
normal, Ekstremitas bawah simetris tidak ada kelainan, pergerakan normal, Getalia
ekstern,interna dan anus tidak dilakukan pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan laboratorium HB 11,8 gram %,Goldar A rhesus +,HBSAG
negatif, HIV negatif.
P:
2. Infonconsent tindakan yang akan dilakukan oleh dokter/bidan hasil :keluarga membaca
infonconsent dan menandatanganinya
4. Memberitau kepada ibu hasil pemeriksaan fisik oleh dokter/bidan hasil : normal dan tidak
ada kelainan
5. Menjelaskan pada pasien bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis
dan mual dan muntah adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan
menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan oleh dokter/bidan hasil : ibu mengerti
penjelasan bidan
Konseling untuk mengirangi mual dan muntah setiap bangun pagi jangan segera
turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit
dengan teh hangat dan Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak, dan
makanan atau minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin.
7. Melakukan konsultasi kepada dokter puskesmas oleh bidan, advis dokter yaitu puasakan
pasien dalam 24 jam, kemudian di infus dextrose, 5%, RL 2:1 pada kolf I/IV diisi
neurobion 5000 ui. Dan vitamin C 200 mg IV, kebutuhan cairan ± 3000 cc dalam 24
jam dan berikan obat-obatan anti muntah Hasil : ibu sudah terpadang infus
8. Kolaborasi dengan petugas lab oleh bidan untuk pemeriksaan lab seperti HB, goldar,
HIV, HBSAG Hasil : Hasil pemeriksaan Laboratorium HB 11,8 gram %,Goldar A
rhesus
+,HBSAG negatif, HIV negatif.
10. Melakukan Persiapan rujukan dengan memberitahu keluarga tentang rujukan dan bidan
mempersiapkan rujukan dengan BAKSOKUDO
Hasil : BAKSOKUDO rujukan sudah siap
11. Merujuk pasien ke Poned terdeka oleh bidan, hasil : Ny E di rujuk ke RSUD sagaranten
C. SOP LAMA
PENATALAKSANAAN HIPEREMESIS
GRAVIDARUM
No. Dokumen : 001/SOP.P.X/PKM.B
BY/I/ 2019
SOP No. Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 januari 2019
Halaman : 1/3
Persiapan Lingkungan
1) Ruang KIA bersih dan rapih
2) Tersedia fasilitas cucitangan, sabun cair dan air yang mengalir /
hand sanitaizer
3. Persiapan Petugas
1) Melakukan cuci tangan di air yang mengalir menggunakan sabun cair
2) Memberikan penerangan tindakan apa yang akan dilakukan pada pasien
tentang kehamilannya, agar perasaan pasien tenang
4. Pelayanan Pasien
1) Melakukan Anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
2) Menjelaskan pada pasien bahwa kehamilan dan persalinan merupakan
proses fisiologis
3) Menjelaskan pada pasien bahwa mual dan muntah adalah gejala yang
normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia
kehamilan 4 bulan.
4) Anjurkan untuk makan dalam jumlah yang sedikit tapi dengan frekuensi
yang lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,
tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
5) Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak, dan makanan atau
minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
6) Makan makanan yang banyak mengandung gula dianjurkan untuk
menghindari kekurangan karbohidrat
7) Istirahat cukup
8) Defekasi yang teratur.
9) Pada pasien dengan muntah-muntah sering, pasien dipuasakan dalam 24 jam,
kemudian di infus dextrose, 5% RL 2:1pada kolf I/IV diisi neurobion 5000
ui.
10) Merujuk pasien ke Poned/RS
7. Diagram Alir
MEDIS
KONSELING/KIE TINDAKAN
ANAMNESA DAN
PEMERIKSAAN FISIK
RUJUK
DOKUMENTASI
No. : 001/SOP.P.X/PKM.BB
Dokumen
Y/XII/ 2020
SOP
No. Revisi : 001
Tanggal : 11 Desember 2020
Terbit
Halaman : 1/5
7. Diagram Alir
MEJA SCRINING
PASIEN PENDAFTARAN Scrining Covid
DAN KASIR Melakukan pemeriksaan
suhu tubuh
POLI KIA
1. Informed concent
2. Anamnesa
3. Konseling
APOTEK DOKUMENTASI
RUANG
Pemberian Obat
TINDAKAN
RUJUK
/
PULAN
G
RUANG LAB
1. Pemeriksaan goldar
2. Pemeriksaan HB
3. Pemeriksaan HIV
4. HBSAG
8. Unit Terkait a. Unit Pendaftaran dan Kasir
b. Unit Rekamedik
c. Unit KIA
d. Unit Ruang Bersalin
e. Unit Laboratorium
f. Unit Apoteker
g. Unit IGD
9. Dokumen Terkait a. Buku Pendaptaran dan kasir
b. Rekamedik
c. Buku register unit KIA
d. Buku register ruang beralin
e. Buku register lab
f. Buku register apotek
g. Buku kohort ibu
10. Referensi 1. Prawirohardjo S,Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo Mansjoer, Arif. 2017.
2. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
3. Jurnal tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan Hiperemesis
gravidarum pada ibu hamil di RB zakat surabaya tahun 2019 disusun oleh
Siska Nurul Abidah, Fauziyatun Nisa, Prodi D3 Bidan, Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya Jalan SMEA No.57 Wonokromo Surabaya Email:
siskanurul@unusa.ac.id, fauziyatun.nisa@unusa.
ANALISA SOP
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
KABUPATEN SUKABUMI
OLEH :
TAHUN 2020
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara berkembang memiliki salah satu masalah yang sangat
penting yaitu ledakan jumlah penduduk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
pemerintah Indonesia menerapkan program Keluarga Berencana (Hartanto, 2004).
Keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga
dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat – alat kontrasepsi.
Keluarga berencana (KB) merupakan program skala nasional yang dikelola oleh Badan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Ada banyak manfaat program keluarga
berencana, salah satunya adalah menghasilkan keluarga yang berkualitas.
Berbagai macam metoda KB baik hormonal maupun non hormonal ditawarkan
pemerintah. Salah satu metode hormonal yang digunakan dalam program KB adalah
metode kontrasepsi suntik dengan peminat yang semakin bertambah (Data Riskesdas
2013). Tingginya minat pemakai KB suntik dikarenakan penggunaannya aman,
sederhana, efektif (Manuaba, 1998). Kontrasepsi suntik yang pertama ditemukan pada
awal tahun 1950-an adalah kontrasepsi suntik progestin, yang pada mulanya digunakan
untuk pengobatan endometriosis dan kanker endometrium. Baru pada awal tahun 1960,
uji klinis jenis suntikan progestin yang banyak dipakai yakni depo medroksiprogesteron
asetat (DMPA) dan noretisteron enantat (NET-EN).
Prosedur Operasi Standar atau Standar Operasional Prosedur yang dapat disingkat
sebagai SOP, adalah suatu alur/cara kerja yang sudah terstandarisasi, memiliki kekuatan
sebagai suatu petunjuk. Hal ini mencakup hal-hal dari operasi yang memiliki suatu
prosedure tertulis yang pasti. Tujuan pembuatan SOP adalah untuk menjelaskan perincian
atau standar yang tetap mengenai aktivitas pekerjaan yang berulang-ulang yang
diselenggarakan dalam suatu organisasi demi mendapatkan hasil kerja yang efektif dan
efisien. SOP ini wajib harus dimiliki oleh suatu organisasi untuk menjalankan tugas dan
fungsi setiap bagian yang ada.
Berdasarkan jurnal “Gambaran Pencegahan Infeksi Pada Pemberian Kontrasepsi
Suntik Di Wilayah Kerja Puskesmas Keboan Kecamatan Ngusikan Kabupaten
Jombang”menurut hasil studi seorang mahasiswa di sumatera Utara sebanyak 17 orang
akseptor KB 1 orang diantaranya mengalami komplikasi paska suntikan berupa abses
dengan atau tanpa pus dengan pelaksanaan SOP injeksi intramuscular oleh petugas 80 %
dilakukan dari keseluruhan item yang terdapat pada SOP injeksi intramuscular yang telah
ditetapkan”.
Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.Salah satu kegiatan
pokok puskesmas adalah Keluarga Berencana. Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis
dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah keja ( Depkes, 2011 ), mempunyai misi untuk memelihara dan
meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan. Ditengah pandemic covid-19 saat ini fungsi dan tugas puskesmas juga
bertambah. Puskesmas menjadi garda terdepan penanganan dan pencegahan penyebaran
covid-19.
Dengan demikian Puskesmas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
pada setiap kegiatannya harus mempunyai SOP untuk meningkatkan kwalitas pelayanan
sesuai dengan kondisi saat ini dan perkembangan ilmu pengetahuan/update, salah satunya
adalah SOP pelayanan KB suntik di masa pandemic covid-19 dengan menjalin kerjasama
lintas program atau lintas sector. Hal ini yang mendorong penulis untuk melaksanakan
praktik kolaborasi interprofesional dengan judul SOP pelayanan KB suntik Progestin di
Puskesmas Cidadap Kabupaten Sukabumi Tahun 2020.
B. Tujuan
1. Untuk mendapatkan gambaran tentang SOP Pemberian KB suntik di Puskesmas
cidadap dan langkah –langkah Pelaksanaan Pelayanan KB suntik di Puskesmas Cidadap
2. Untuk menganalisa dan merevisi SOP lama dihubungkan / disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kondisi saat ini/eviden base dan menyusun SOP
baru Pemberian KB Suntik.
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK
Identitas Klien
Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Ny. D
Umur : 22 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku :Sunda
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Buruh
Alamat : Cisaar Rt.08 Rw. 02 Desa Padasenang Kecamatan Cidadap Kab.
Sukabumi
S : Ny. N datang ke Puskesmas dengan alasan ingin ber KB karena sudah 6 minggu setelah
melahirkan dan belum ber KB.
UPTD
A.Budiman,SKM,MM
Puskesmas
Cidadap NIP.196710081996031002
1. Pengertian
Suatu tindakan yang dilakukan dengan cara memberikan suntikan KB
secara intra muskular pada akseptor KB
2. Tujuan
Sebagai acuan dalam memberikan suntikan KB secara intramuskular
pada akseptor KB
3. Kebijakan 1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah yaitu
Pengendalian, pembinaan dan kesertaan KB
3. Peraturan pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
4. SK Kepala Puskesmas No.002/SOP.KB/PKM.CDDP/2019
4. Referensi
1. Affandi, Biran, 2011, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi,
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
12. Melakukan aspirasi spuit : bila tidak ada darah, semprotkan obat
secara perlahan - lahan hingga habis.
8. Diagram Alir
12.Rekaman
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
Historis
Perubahan
SOP REKOMENDASI
UPTD
Puskesmas A.Budiman,SKM,MM
Cidadap NIP.196710081996031002
1. Pengertian 1. Pemberian Kontrasepsi Suntik adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan cara
memberikan suntikan KB secara intra muskular pada akseptor KB
2. SOP Pemberian Kontrasepsi Suntik adalah standar prosedur atau alur cara kerja dalam
pemberian kontrasepsi suntik
2. Tujuan
Sebagai acuan dalam memberikan suntikan KB secara intramuscular pada akseptor KB
3. Kebijakan 1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Penduduk dan
Pembangunan Keluarga
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah yaitu
Pengendalian, pembinaan dan kesertaan KB
4. Peraturan pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
5. SK Kepala PPK BLUD UPT Puskesmas Cidadap Nomor
002/SOP.KB/PKM.CDDP/2020
4. Pelaksana Perawat, Bidan, Dokter, petugas pendaftaran, petugas laboratorium, petugas farmasi.
5. Peralatan 1. Tempat cuci tangan (air mengalir. Sabun) atau hand sanitizer
2. Handuk kering/tisu
3. Bak instrument berisi handschoend 1 pasang
4. Tensimeter, stetoskop
5. Timbangan Berat badan
6. Spuit 3 ml
7. Obat suntik KB
8. Alcohol swab/kapas alcohol
9. Bengkok/safetybox
10. Buku pencatatan dan kartu KB
11. Informed consent
12. Larutan klorin 0,5 %
6. Prosedur 1. Petugas mencuci tangan dan menggunakan APD level 1 atau 2
2. Memberikan salam dan memperkenalkan diri dengan ramah
3. Menanyakan alasan klien datang
4. Melakukan anamesis, meliputi : Data umum, riwayat obstetric dan KB, riwayat
kesehatan dan pengobatan, perilaku dan hubungan seksual terakhir.
5.Konseling pra pelayanan
6. Melakukan informed consent
7. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
8. Melakukan penimbangan berat badan
9. Mengukur tekanan darah
10. Menganjurkan pasien tidur di tempat tidur
11. Melakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan dan kolaborasi dengan petugas
laboratorium atau dokter umum bila diperlukan
12. Mendekatkan alat-alat
13. Mengganti handscoon
14. Memeriksa tanggal kadaluarsa obat suntik dalam botol dosis tunggal
15. Mengatur posisi klien sesuai kebutuhan
16. Mengocok botol/vial dengan baik sehingga menjadi homogen, ingat hindari terjadinya
gelembung-gelembung udara.
17. Buka dan buang tutup logam atau plastic vial yang menutupi karet ( jangan sampai
tersentuh, namun apabilantersentuh hapus karet bagian atas vial dengan kapas alcohol dan
biarkan kering)
18.Buka kemasan spuit sekali pakai, kencangkan jarum dengan memegang pangkal jarum
dalam keadaan tutup jarum masih terpasang
19.Tusukan jarum suntik kedalam vial melalui penutup karet, putar vial hingga terbalik dengan
mulut vial kebawah, masukan cairan suntik dalam spuit, jaga agar ujung jarum tetap dalam
cairan, jangan memasukkan udara ke dalam alat suntik.
20.Untuk mengeluarkan gelembung udara, biarkan jarum dalam vial dan pegang alat suntik
dalam posisi tegak, ketuk tabung alat suntik kemudian secara perlahan-lahan tekan
pendorong ketanda batas dosis, cabut jarum dari vial
21. Gunakan jarum yang sama untuk menghisap dan menyuntikan pada klien ( dengan tehnik
pengambilan yang benar, tidak akan mengurangi ketajaman jarum )
22. Melakukan penyuntikan pada ventrogluteal dengan cara menganjurkan ibu untuk miring,
tengkurap, telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan
dalam keadaan fleksi
23. Membebaskan daerah yang akan disuntik (musculus gluteus kuadran luar) dari pakaian dan
menentukan lokasi penyuntikan (temukan SIAS dan os coccygeus tarik garis lurus dan
tentukan 1/3 bagian atas SIAS sebagai tempat penyuntikan
24. Gunakan jarum yang sama untuk menghisap dan menyuntikan pada klien ( dengan tehnik
pengambilan yang benar, tidak akan mengurangi ketajaman jarum )
25. Melakukan desinfeksi dengan kapas dtt /kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan
penyuntikan dengan melingkar kearah luar, biarkan kering
26. Menusukan jarum dengan posisi jarum tegak lurus hingga pangkal jarum suntik/IM.
27. Melakukan aspirasi dengan menarik penghisap spuit : bila tidak ada darah, semprotkan obat
secara perlahan - lahan hingga habis dan cabut jarum
28. Tekan sebentar daerah bekas suntikan dengan kapas dtt/alokohol agar obat suntikan tidak
keluar dari bekas suntikan
29. Jangan memasase/memijat daerah suntikan, jelaskan pada pasen dengan tindakan tersebut
dapat mempercepat pelepasan obat dari tempat suntikan dengan akibat masa efektif
kontrasepsinya menjadi lebih pendek
30. Sedot larutan klorin kedalam spuit untuk membilas spuit dan jarum kemudian buang spuit
tanpa ditutup kedalam safetybok
31. Merapihkan pasien
32. Membereskan alat
33. Melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian rendam dalam larutan klorin
34. Mencucitangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
35. Mendokumentasikan hasil tindakan : Mencatat reaksi pemberian, jumlah, dosis dan waktu
pemberian
36. Melakukan kolaborasi dengan apotek jika diperlukan
37. Melakuakan konseling akhir (menyampaikan kapan kunjungan ulang)
7. Diagram
Alir
Akseptor
Anamnesa : Identitas,
riwayat obstetric, riwayat
Loket Ruang/klinik KB kesehatan, perilaku,
Pendaftaran hubungan seksual terakhir
Pengisian Status.
Konseling awal dan
informed consent
Pemeriksaan fisik : Berat
LABORATORIUM
badan. Tekanan darah,
(Urine-PP Test)
Pemeriksaan khusus (Mata,
payudara, perut, ekstremitas)
Ya Penapisan /
Penyakit Beresiko adakah kontra
indikasi
Tidak
Pelayanan
KB : IUD,
Suntik, Pil,
Kondom
APOTIK :
Ruang/BP Ya Kebutuhan
Obat efek
Umum samping obat
Konseling Akhir
Pasien Pulang
10. Referensi
1. Affandi, Biran, 2011, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi,
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
2. Kementrian Kesehatan RI, 2014, Pedoman Manajemen Pelayanan
Keluarga Berencana, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan, Jakarta.
3. Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia Provinsi Jawa Barat Tahun
2019 ,STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Pelayanan
Kebidanan
ANALISIS SOP PEMBERIAN KB SUNTIK
1 Pengertian Suatu tindakan yang Suatu tindakan yang dilakukan Tidak ada
. dilakukan dengan cara dengan cara memberikan perubahan
memberikan suntikan KB suntikan KB secara intra
secara intra muskular pada muskular pada akseptor KB
akseptor KB
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. N. Usia 22 tahun dengan
diagnosa kebidanan P2 A0 post partum 6 minggu akseptor KB suntik progestin,
dengan menganalisa SOP yang baru dan lama di Puskesmas Cidadap, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Ibu dengan postpartum 6 minggu dan menyusui bayinya secara eksklusif untuk
mengatur jarak kehamilan dan mencegah terjadinya kehamilan yang tidak
direncanakan maka ibu harus menjadi akseptor KB yang efektif untuk mencegah
kehamilan yang beresiko. Ibu telah mempunyai pilihan untuk menjadi akseptor
KB suntik Progestin, dan berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik ibu
tidak ada kontra indikasi untuk diberikan suntikan KB progestin. Setelah
dilakukan konseling tentang efektifitas dan efeksamping dari suntik KB
progestin, dibuatkan informed consent dan penyuntikan DMPA, konseling akhir
dan ibu diberikan kartu tanda akseptor KB (K/I/KB)
2. SOP pemberian KB suntik yang lama untuk pengertian dan tujuan sama,
kebijakan, referensi, pelaksana, peralatan masih dipakai, prosedure tindakan
terlalu sederhana dan singkat, diagram alir tidak ada, unit terkait dan dokumen
terkait tidak tampak berkaitan dengan unit/program lain.
3. SOP pemberian KB suntik yang baru untuk pengertian, tujuan sama, kebijakan
ditambah dengan SK dari Kepala Puskesmas, referensi ditambah dengan SOP
pelayanan Kebidanan dari PD IBI provinsi Jawa Barat, pelaksana dan dokumen
sesuai dengan adanya kolaborasi dengan unit-unit terkait dalam pelayanan KB
suntik yaitu unit pendaftaran, laboratorium, pengobatan umum/dokter umum dan
apotek, prosedure tindakan lebih jelas untuk pencegahan infeksi dan menghindari
komplikasi dari tindakan penyuntikan dan menjaga efektifitas obat, dengan
evidence base memperhatikan pencegahan penularan covid-19 yaitu penggunaan
APD level 1 atau 2 dari awal pelayanan.
B. SARAN
1. Kepada pelaksana pelayanan KB baik tenaga medis, paramedis dan tenaga di unit
terkait diharapkan agar memberikan pelayanan di masa pandemic covid-19 sesuai
dengan protocol covid-19.
2. Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan sebaiknya asuhan yang diberikan
sesuai dengan evidence base, begitu pula dengan SOP rekomendasi yang dibuat ini
diharapkan menjadi bahan masukan dan pertimbangan untuk dilaksanakan di
puskesmas dan dibahas bersama-sama sehingga kemudian ditetapkan SOP
rekomendasi baru yang disepakati dengan adanya SK kebijakan baru dari Kepala
Puskesmas.
3. Senantiasa memberikan pelayanan dengan memperhatikan peran dan fungsi unit-unit
lain dalam memberikan pelayanan KB baik itu tugas mandiri, kolaborasi dan rujukan
jika diperlukan.
LAMPIRAN KEGIATAN
SOP
DISUSUN OLEH:
MARIA FATIMA B.L NESI
NPM: 10180000086
2020
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pemeriksaan sebelum kawin atau sebelum hamil, menjadi semakin penting
mengingat arus informasi yang semakin mempengaruhi dunia telah menyebabkan terjadi
revolusi masyarakat dalam penilaian hubungan seks pranikah.Kita tidak dapat menutup
mata dan telinga bahwa masalah pelacuran semakin meningkat yang merupakan matarantai
penyebaran penyakit hubungan seks yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
(kesakitan,kecacatan, atau kematian bayi). Untuk menghindari terjadi masalah kesakitan,
kecacatan rohani dan jasmani, kematian, serta menuju tercapainya well born baby and well
health mother sehingga pemeriksaan diri harus dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab. Langkah pemeriksaan sebelum kawin dan sebelum hamil dilakukan
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan
laboratorium penting dilakukan untuk mengetahui penyakit yang dapat memengaruhi
pernikahan dan kehamilan. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan darah
lengkap, urine lengkap, pemeriksaan tinja, fungsi organ vital (hati,ginjal), gula darah, dan
terhadap virus hepatitis B/C. Selain itu pemeriksaan juga dilakukan untuk mengetahui
adanya penyakit hubungan seksual dengan VDRL, preparat gonnorea, TORCH
(Toxoplasmosis, Other, Rubella, Cytomegalovirus,Herpes Simpleks Virus), dan terhadap
HIV/AIDS.
Menurut kesepakatan dalam Konferensi Internasional Kependudukan dan
Pembangunan, hak-hak reproduksi bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu
secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani.Salah satu hak reproduksi adalah hak
mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi termasuk hak mendapatkan
pelayanan pemeriksaan pranikah yang merupakan sekumpulan pemeriksaan laboratorium
untuk memastikan status kesehatan calon pengantin (Aminin et al.)
Indonesia telah menetapkan peraturan yang mengatur terkait kesehatan calon
pengantin yaitu yang diatur dalam Instruksi Bersama Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen
Kesehatan No: 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus Toksoid Calon Pengantin. Setiap
pasangan yang hendak menikah, harus melampirkan bukti surat keterangan dari puskesmas
atau rumah sakit bahwa
telah melakukan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) kepada calon pengantin. Manfaat suntik
TT bagi wanita adalah mencegah infeksi penyebab tetanus pada vagina, baik ketika malam
pertama maupun saat melahirkan. harus diberikan suntik TT sebelum menikah karena pada
malam pertama, ketika pasangan melakukan hubungan suami-istri pertama kalinya, selaput
dara wanita akan robek sehingga muncul luka di vagina dan Luka inilah yang bisa jadi jalan
masuk bakteri penyebab tetanus. Selain itu, tidak sterilnya alat bantu persalinan, khususnya
di klinik kecil di pedesaan, dapat memicu tetanus pada organ kewanitaan (Munawaroh).
Sesuai tujuan SDGs Pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu menjadi
kurang dari 70 per 100.000 kelahiran, mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi
baru lahir dan balita, dimana setiap negara menargetkan untuk mengurangi kematian
neonatal setidaknya menjadi kurang dari 12 per 1000 kelahiran dan kematian balita menjadi
serendah 25 per 1000 kelahiran, mengakhiri epidemi AIDS, tuberculosis, malaria, dan
penyakit tropis lainnya dan memerangi hepatitis, penyakit yang ditularkan lewat air dan
penyakit menular lainnya, mengurangi sepertiga dari kematian dini yang disebabkan oleh
penyakit tidak menular, melalui tindakan pencegahan dan pengobatan serta menaikkan
kesehatan mental dan kesejahteraan serta memastikan akses universal terhadap layanan
kesehatan sexual dan reproduksi, termasuk untuk perencanaan, informasi, dan pendidikan
keluarga, dan mengintegrasikan kesehatan reproduksi kedalam strategi dan program
nasional.
Terdapat data bahwa upaya pencegahan tetanus neonatorum melalui pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil belum menunjukkan hasil yang efektif, karena cakupan
imunisasi TT belum mencapai 100 persen. Oleh karena itu, Kemenkes RI mulai
mengembangkan intensifikasi imunisasi TT pada wanita usia subur yaitu para calon
pengantin. Namun sampai saat ini, program tersebut dirasakan belum terlaksana dengan
baik. calon pengantin yang tidak ingin melakukan imunisasi TT atau tidak melengkapi
dokumen administratif pernikahan dengan kartu imunisasi TT tetap diberi surat izin
menikah. Di sebagian daerah karena program imunisasi TT dan pengumpulan kartu tanda
imunisasi TT hanya dijadikan sebagai persyaratan pendukung. Dengan kata lain, petugas
menganggap bila program tidak dilakukan tidak masalah karena sepenuhnya hak pribadi
dari tiap individu (Sugiharto dan Ristrini 2016). Waktu yang tepat untuk melaksanakan
pemeriksaan kesehatan pranikah adalah 6 bulan sebelum pernikahan dilangsungkan. Pada
dasarnya, pemeriksaan
kesehatan pranikah ini bisa dilakukan kapan saja selama pernikahan belum berlangsung.
Tetapi alangkah baiknya apabila dapat mengetahuinya jauh hari sebelum menikah. Jika
ditemukan masalah kesehatan, maka dapat segera diberikan tindakan secepatnya, dan
meminimalkan resiko yang mungkin timbul.
COVID-19 telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO (WHO, 2020). Secara
nasional melalui Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 9A
Tahun 2020 yang diperbarui melalui Keputusan nomor 13 A Tahun 2020 telah ditetapkan
Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di
Indonesia. Selanjutnya, dengan memperhatikan eskalasi kasus dan perluasan wilayah
terdampak, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-
19, serta Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat COVID-19, kemudian diperbaharui dengan Keputusan Presiden
Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran COVID-19
Sebagai Bencana Nasional (Kemenkes, 2020.)
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi
calon pengantin serta menetapkan prosedur pelaksanaan program pemberian konseling
dan pemeriksaan kesehatan pada calon pengantin dan menyamakan langkah dalam
pengambilan keputusan
b. Tujuan Khusus
SOAP
KUNJUNGAN PRANIKAH
Identitas Catin
1. Nama Perempuan : Nn. Ririn Nama laki-laki: Tn. Agus
2. Usia : 23 th Usia : 29 th
3. Agama : Islam Agama : Islam
4. Suku : Jawa Suku : Jawa
5. Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : Guru
6. Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
7. Alamat : Bogor Alamat : Tangerang
S : Nn. R datang ke puskesmas mengatakan bahwa ingin melakukan screening catin untuk
mendapatkan sertifikat layak kawin
O : Ku : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV / TD : 110/80 mmHg
R : 20 x/ menit
N : 80 x/ menit
S : 36.50 C
Pemeriksaan darah :
1. GDS : 100mg/dl
2. Hb : 12gr/dl
3. HBsAg : negative
4. HIV/AIDS : negative
5. IMS : tidak ada
P :
4. Melakukan anamnesa
6. Memberikan konseling tentang kesehatan reproduksi dan gizi yang baik sebelum
menikah untuk mengetahui apakah terdapat kekurangan/kelebihan gizi atau ada
penyakit seksual yang dapat menular pada pasangan dengan menggunakan
lembar balik yang ditetapkan oleh kemenkes
8. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa dalam keadaan sehat dan normal tidak
terdapat gangguan yaitu Hb normal, dan GDS normal, serta tidak adanya IMS
PELAYANAN CALON
PENGANTEN
SOP
No. Dokumen /KIA//2018
No. Revisi 0
Tanggal Terbit 1/01/2018
Halaman :½
PUSKESMAS
KLUWUT Disahkan oleh Kepala Puskesmas
Kluwut NIP. 19690519 200312 1
002
Definisi Pemeriksaan calon pengantin adalah pemeriksaan terhadap calon pengantin apakah
sehat secara jasmani dan kejiwaaan juga pemberian KIE kesehatan reproduksi yang
diharapkan caten dapat mempersiapkan diri untuk berkeluarga termasuk merencanakan
kehamilan yang sehat, memberikan imunisasi tetanus toksoid pada calon pengantin
tersebut serta
memberikan surat rekomendasi untuk KUA
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan calon penganin dan Menetapkan prosedur
pelaksanaan program pemberian konseling dan pemeriksaan kesehatan bagi calon
pengantin serta meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dan
seksual bagi calon pengantin
Kebijakan SK Kepala Puskesmas Kluwut tentang penyelengaraan pelayanan
KIA-KB
Referensi
Perda No 5 tahun 20l2 tentang retribusi jasa umum
Keputusna Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategi Kementrian Kesehatan
Tahun 2015-2019
Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Prosedur
1. Petugas menerima rekam medis pasien
2. Petugas memanggil nama pasien yang tertulis di rekam medis pasien
3. Petugas mencocokan identitas pasien dengan identitas pada rekam medis,jika
sudah cocok petugas melakukan anamnesia, jika teradi kesalahan petugas
melakukan penelusuran ke unit rekam medis
4. Petugas melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
5. Petugas melakukan screening status TT
6. Petugas memberikan konseling tentang kesehatan reproduksi dan gizi
7. Petugas membrikan pengantar permintaan pemeriksaan
Hb dan pemeriksaan kehamilan ke Laboratorium
8. Petugas menentukan apakah pasien memerlukan rujukan setelah dari laboratorium,
jika memerlukan petugas melakukan tatalaksana rujukan jika tidak petugas
memberikan imunisasi tetanus toksoid kepada calon pengantin wanita.
9. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada register pelayanan calon penganten
10.Petugas memberikan surat rekomendasi ke KUA bahwa calon pengantin
telah mendapatkan konsultasi yang diperlukan dan imunisasi TT
PELAYANAN CALON
PENGANTEN
SOP
No. Dokumen /KIA//2018
No. Revisi 0
Tanggal Terbit 1/01/2018
Halaman :1/2
PUSKESMAS PROGRAM STUDI KEBIDANAN
KLUWUT Disahkan oleh Kepala Puskesmas PROGRAM SARJANA
Kluwut TERAPAN
DEPARTEMEN KEBIDANAN
STIKIM
Definisi SOP ini bertujuan untuk memastikan tindakan dan langkah kerja yang benar untuk
keamanan petugas dan pasien selain itu, pemeriksaan calon pengantin adalah pemeriksaan
terhadap calon pengantin apakah sehat secara jasmani dan kejiwaaan juga pemberian KIE
kesehatan reproduksi yang diharapkan caten dapat mempersiapkan diri untuk berkeluarga
termasuk merencanakan kehamilan yang sehat, memberikan imunisasi tetanus toksoid
pada calon
pengantin tersebut serta memberikan surat rekomendasi untuk KUA
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan calon penganin dan Menetapkan prosedur
pelaksanaan program pemberian konseling dan pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin
serta meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi
calon
pengantin
Kebijakan SK Kepala Puskesmas Kluwut tentang penyelengaraan pelayanan
KIA-KB
Surat edaran menteri kesehatan no. HK.02.01/MENKES/303/2020 tentang
penyelenggaraan pelayanan lesehatan Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam rangka Pencegahan Penyebaran Coronavirus Disease 2019
(COVID-19)
Pelaksana Bidan / perawat yang kompeten
Bagan Alur
Klien
Pendaftaran/RM
Poli KIA
Anamnesa dan
pemeriksaan fisik
Pemberian
imunisasi TT
Rujuk ke layanan
yang terkait
Klien pulang ke
kelurahan/KUA
Unit Terkait 1. Unit Pendaftaran/ RM
2. Unit Laboratori
Pelayanan laboratorium untuk kasus non COVID-19 tetap dilaksanakan sesuai
standar dengan memperhatikan PPI (Pengendalian Pencegahan Infeksi) dan physical
distancing.
3. Poli KIA
4. Unit BPU
Dokumen Terkait 1. Rekam Medis
2. Kesehatan Reproduksi
3. laboratorium
4. Buku konseling calon pengantin
5. Sertifikat layak kawin
Referensi AbouZahr, Carla. “Millennium Development Goals.” Pharma Times, vol. 41, no. 6, 2009,
pp. 15–17, doi:10.4324/9781315753782-11.
Aminin, Fidyah, et al. “The Correlation between Knowledge and Attitude Childbearing Age
Woman About Pre Marital Examination in Tanjungpinang at 2014.” Jurnal Ners Dan
Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), vol. 2, no. 3, 2015, pp. 197–203,
doi:10.26699/jnk.v2i3.art.p197-203.
Direktorat, et al. “Pelayanan Pada Masa Pandemi COVID-19 Di Pukesmas.” Petunjuk Teknis
Pelayanan Pada Masa Pandemi Covid-19, 2020,
https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-19/petunjuk-teknis-pelayanan-puskesmas-
pada-masa-pandemi-covid-19/#.X6z9Be77TIU.
Sugiharto, Mugeni, and Ristrini. “Profil Tetanus Neonatorum Dalam Rangka Kebijakan
Eliminasi Tetanus Maternal Dan Neonatal Di Kabupaten Bangkalan Provinsi Jawa
Timur , Tahun 2012 – 2014 ( Neonatal Tetanus Profiles for Support the of Policy
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination in Bang.” Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, vol. 2014, no. 17, 2016, pp. 149–56.
E. TABEL ANALISIS SOP
G. PENUTUP
a. Kesimpulan
kesakitan, kecacatan rohani dan jasmani, kematian, serta menuju tercapainya well born baby
and well health mother sehingga pemeriksaan diri harus dilaksanakan dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab. SOP yang telah di rekomendasikan oleh saya sebagai
terjadi selama pandemi covid 19 ini sehingga diharapkan akan melindungi petugas kesehatan
dan juga klien atau pasien serta memprioritaskan permasalahan yang terjadi saat pandemi ini.
b. Saran
Semoga puskesmas selalu mengikuti perkembangan terbaru dalam dunia kesehatan
sehingga SOP yang lama diganti dengan yang baru agar dapat melindungi nakes dan juga
OLEH :
ENIH
07190200084
A. SOAP
ASUHAN KEBIDANAN REPRODUKSI DENGAN PEMERIKSAAN IVA TEST
No Registrasi :456/11/2020
Tanggal Pengkajian :30 November 2020
Waktu Pengkajian : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas
Pengkaji : Enih
S :
Ibu mengatakan mengalami keputihan sudah 1 bulan,terasa gatal dan agak bau,warnanya putih
agak kekuningan,sudah 2 minggu ini setelah bersanggama keluar darah sedikit dari jalan lahir
dan waktu senggama terasa agak sakit,ibu menggunakan KB pil sejak kelahiran anak pertama
sampai sekarang,mempunyai 2 orang anak,usia anak terkecil 18 tahun.
O :
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos mentis , BB 65 kg,TB 160 IMT 23,T : 120/80
mmHg, Nadi :84 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36,5. 0C. Kepala : Tidak ada benjolan, tidak ada
ketombe,Wajah tidak oedem dan tidak ada cloasma, conyuntiva Tidak pucat,sklera tidak
ikterik,mulut bibir tidak anemis, rahang/gusi tidak bengkak, leher tidak ada pembengkakan
kelenjar getah bening dan tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid, payudara tidak ada
benjolan, Abdomen bentuk datar tidak ada benjolan,turgor baik,Ekstremitas atas lengan tidak ada
kelainan,simetris dan pergerakan normal,Ekstremitas bawah tidak ada
kelainan,simetris,pergerakan normal,Genitalia eksterna tidak ada infeksi jamur,tidak ada
kutil,tidak ada lesi dan Nampak cairan warna putih agak kekuningan, labia mayora dan minora
tidak ada benjolan/pembengkakan,kelenjar skene tidak ada pembengkakan dan tidak ada
nanah/darah.
A :
Ny.I usia 40 tahun dengan keputihan bau dan gatal dan mengalami perdarahan kontak
P :
1. Menyapa klien dengan sopan dan ramah,klien merespon dengan ramah
2. Melakukan Anamnesa tentang identitas,keluhan dan Pemeriksaan fisik hed to
toe,Pemeriksaan genitalia eksterna.Klien merasakan keputihan gatal,bau dan mengalami
perdarahan kontak pasca sanggama,terlihat keputihan di vagina
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada klien,KIE tentang iva test dan mengapa
dianjurkan,klien mengerti ttg IVA test dan menyetujui untuk diperiksa
4. Membuat persetujuan tindakan dengan informed consend.Klien Menanda tangani
5. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan hal yang mungkin terjadi saat pemeriksaan.Klien
mengerti
6. Menganjurkan kepada klien untuk mengosongkan kandung kemih dan membersihkan daerah
vulva.Klien cukup mengerti
7. Menyiapkan peralatan,mencuci tangan 6 langkah dan mengeringkan dengan handuk pribadi
,memakai sarung tangan steril.Peralatan,APD,meja ginek,lampu halogen,speculum
cocor,larutan asam asetat 3-5 %,kom kecil,lidi kapas dalam wadah bersih,sarung tangan
steril,larutan klorin 0,5 %,Tempat limbah medis.
8. Menganjurkan kepada ibu untuk membuka pakaian dalam
dan Tidur di meja pemeriksaan dengan posisi lithotomi .
9. Inspeksi genitalia eksterna,lobang uretra,palpasi labia mayora dan minora,kelenjar skene dan
bartholini.Tidak ada kutil,benjolan,lesi tampak keputihan,tidak ada pembengkakan pada labia
mayora,minora,kelenjar skene dan bartholini.
10. Melakukan Pemeriksaan Iva test dengan mengusap serviks dengan larutan asam asetat 3-5
%.Membiarkan hasil usapan asam cuka 1 menit.
11. Membaca hasil Iva Test oleh bidan/dokter umum Puskesmas, Petugas memeriksa SSK ada
tidak apakah serviks mudah berdarah,,cari lesi putih(aceto white )Hasilnya terdapat
acethowhite di jam 11,SSK +
12. Setelah pembacaan hasil selesai,mengusap bagian serviks dengan lidi kapas baru untuk
menghiangkan sisa cairan asam asetat dari leher Rahim dan vagina dan membuang ke tempat
sampah medis
13. Membereskan alat dan desinfeksi meja dan lampu halogen dengan lap dibasahi larutan
klorin,mencelupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %,melepaskan secara terbalik
dan membuang ke tempat sampah medis.
14. Mencuci tangan kembali dg sabun dan air 6 langkah dan mengeringkan dg handuk pribadi
15. Mencatat hasil temuan iva test pada rekam medis.Dicatat sesuai lokasi lesi dan digambarkan.
16. Memberitahukan Hasil Pemeriksaan Iva Test kepada klien dan konseling untuk
rencana selanjutnya
17. Melakukan Kolaborasi dengan dokter umum Puskesmas untuk pemberian obat /Rujukan dan
kolaborasi dengan dokter SPOG melalui rujukan ke Rumah sakit.Klien mau diperiksa lebih
lanjut ke dr SPOG untuk dilakukan paps smear dan mau mengumpulkan biaya transfortasi
ke RS
18. Membantu membuat rujukan bpjs dengan aplikasi vic care karena klien mempunyai
kartu bpjs.Menyarankan kepada klien untuk kembali dari rs menyampaikan Feed
back/rujukan balik.Klien mengerti dan setuju.
19. Membuat dokumentasi pelayanan IVA Test .Dokumentasi Terlampir
B. SOP LAMA
No. :
Dokumen 001/SOP.K/PKM.CD
S D
O P/2019
No. Revisi :
P Tanggal : 1 Januari 2019
Terbit
Halaman : 1/2
UPTD
A.Budiman,SKM,MM
Puskesmas Cidadap NIP.196710081996031002
1. Pengertian IVA (Inspeksi Visual Asam asetat)adalah Pemeriksaan leher Rahim (serviks)
secara visual menggunakan asam cuka dengan mata telanjang untuk
mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam cuka 3-5 %
Balpoint
Tisu kering
Meja Ginekologi
Selimut
Kursi
Troli
Status Pasien
Kom kecil
Lampu obgin/senter
6. Diagram Alir
WUS
LOKET PENDAFTARAN
-UMUM/BPJS
POLY
KIA
- REKAM MEDIK
ANAMNESA,PEMERIKSAAN
FISIK,KIE
INFORMED CONSENT
KONSELING TINDAK
LANJUT,KOLABORAS
I DG DOKTER
RUANG
PUSKESMAS APOTE
(PENGOBATAN DAN
K
RUJUKAN),KOLABOR
ASI SPOG MELALUI
RUJUKAN KE RUMAH
SAKIT
RUJUKAN
PULANG
7. Unit Terkait a. Pendaftaran
c. Unit KIA
d. Unit Apotek
e. RS rujukan
b. Rekam Medik
c.Register KIA
c. Resep Obat
10.Referensi a. Depkes RI, 2008, Skrining Kanker Leher Rahim dengan Metoda
Inspeksi Visual Dengan Asam asetat (IVA), Depkes RI,
D.SOP REKOMENDASI
SOP PEMERIKSAAN IVA TEST
No. Dokumen :
001/SOP.K/PKM.CD
S DP/2020
O No. Revisi : 001
P Tanggal : 2 April 2020
Terbit
Halaman : 1/2
PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN
KEBIDANANDEPARTEME
N KEBIDANAN
STIKIM
PPK-BLUD
UPT A.Budiman,SKM,MM
Puskesmas NIP.196710081996031002
Cidadap
3. Pengertian IVA (Inspeksi Visual Asam asetat)adalah Pemeriksaan leher Rahim (serviks)
secara visual menggunakan asam cuka dengan mata telanjang untuk mendeteksi
abnormalitas setelah pengolesan asam cuka 3-5 %
4. Tujuan 1.Untuk mendeteksi adanya sel yang mengalami dysplasia sebagai salah satu
metode skrining kanker mulut Rahim.
APD Level 1
Balpoint
Tisu kering
Selimut
Kursi
Troli
Status Pasien
Kom kecil
Lampu obgin/senter
3. Diagram Alir
WUS
LOKET PENDAFTARAN
-UMUM/BPJS
POLY
KIA
- REKAM MEDIK
-APLIKASI PICARE
ANAMNESA,PEMERIKSAAN
FISIK,KIE
INFORMED CONSENT
Konseling
Iva tes(-)
jadwal
IVA TEST
CATAT HASIL IVA
pemeriksaan
ulang 1 tahun
KONSELING TINDAK
LANJUT,KOLABORA RUANG
SI DG DOKTER PKM APOTEK
UUNTUK,PENGOBAT
AN/
RUJUKAN,KOLABOR
ASI SPOG MELALUI
RUJUKAN
RUJUKAN
4. Unit Terkait
PULANG
a.Unit Pendaftaran
c.Unit KIA
d.Unit Apotek
e.RS rujukan
b. Rekam medik
e. Resep Obat
10.Referensi e.Depkes RI, 2008, Skrining Kanker Leher Rahim dengan Metoda Inspeksi
Visual Dengan Asam asetat (IVA), Depkes RI,
f.Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia Tahun 2019,STANDAR
OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Pelayanan kebidanan
E. ANALISIS
1. ANALISIS SOP IVA TEST
N ITEM
O ANALISIS LAMA REKOMENDASI ANALISIS
1 SUBYEKTIF Klien yang mempunyai untuk pemeriksaan Iva Tes Keluhan klien/gejala
gejala keputihan,gatal dan indikasinya semua klinis penting dapat
bau disertai perdarahan perempuan yang pernah membantu
kontak,hasil pemeriksaan menikah/tidak hanya yang menegakan diagnosa
iva rata-rata + mempunyai gejala selain pemeriksaan
fisik dan penunjang
2 OBYEKTIF Sebelum pemeriksaan fisik Pada Masa Pandemi covid 19 Untuk mengurangi
hanya melakukan cuci ada penambahan skrining penularan covid 19
tangan tidak memakai APD covid 19 sebelum melakukan
pemeriksaan dan petugas
memakai APD level 1
3 ASSESMENT untuk diagnosa sesuai Diagnosa sesuai dengan Skrining covid 19
dengan keluhan klien keluhan klien dan disertai sangat penting
hasil skrining covid 19 karena untuk
mencegah penularan
dan menentukan
APD pada saat
Tindakan pelayanan
4 PLANNING 1. Pelaksana Dokter 1. Pelaksana Dokter 1. Pelaksana
Puskesmas,dan Bidan Puskesmas,dan Bidan sangatlah penting
Terlatih,Petugas Terlatih,Petugas karena membantu
Pendaftaran,Petugas Pendaftaran,Petugas kita di dalam
Apotek. Untuk Apotek.Untuk pelaksanaan memudahkan
pelaksanaan berkolaborasi berkolaborasi dengan pekerjaan dan
dengan dokter puskesmas dokter puskesmas dan dr sesuai dengan
dan dokter Sp.Og melalui Sp.Og melalui rujukan ke kewenangannya ada
rujukan ke rumah sakit. rumah sakit. tugas
2. Peralatan :Tidak ada 2. Peralatan : ada skrining mandiri,kolaborasi
skrining covid dan covid dan pengecekan dan rujukan.
pengecekan suhu,tidak suhu, ada apd level 1. 2. Peralatan sangat
ada apd level 1. 3. Prosedur pemeriksaan Iva menunjang
3. Prosedur pemeriksaan tes ada tehnik untuk memudahkan
Iva test tidak ada tehnik mencegah masuknya pekerjaan dan di
untuk mencegah masuknya dinding vagina yang lemas masa pandemi
dinding vagina yang lemas ke bilah cocor spekulum covid 19 skrining
ke bilah cocor spekulum dengan melapisi spekulum covid sangat
dengan melapisi spekulum dengan kondom/menekan penting dan apd.
dengan kondom/menekan dinding vagina yang lemas 3. Untuk prosedur
dinding vagina yang lemas dg lidi kapas/spatula,Jika yang baru yaitu
dg lidi kapas/spatula,Jika hasil Iva tes + maka tehnik memasukan
hasil Iva tes + maka dilakukan kolaborasi dengan spekulum dengan
dilakukan kolaborasi dokter puskesmas dan dr dilapisi kondom
dengan dokter puskesmas SPOG melalui rujukan ke perlu adanya
dan dr SPOG melalui rumah sakit. sosialisasi dulu
rujukan ke rumah sakit. terhadap semua
pelaksana dan harus
dibuat lagi sk yang
baru oleh Kepala
instansi sehingga
dapat memberikan
kekuatan hukum bagi
pelaksananya
F.PENUTUP
1. Kesimpulan