Anda di halaman 1dari 183

ASUHAN KEBIDANAN PRAKTIK KOLABORASI

INTERPROFESIONAL PERIODE 12 - 27 SEPTEMBER

TAHUN 2020

Disusun Oleh

Kelompok 8 :

Anna Miliyana 07190200080


Rani fitriani 07190200081
Tiara Rosa 07190200082
Reggie Yudith Batkormbawa 07190100042
Elis Susilawati 07190200083
Nendah 07190200085
Maria Fatima B.L Nesi 10180000086
Enih 07190200084

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA

TERAPAN DEPARTEMEN KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2020
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN PRAKTIK KOLABORASI INTERPROFESIONAL

12 September – 27 September

Tahun 2020

Telah Disetujui Pada Tanggal

Jakarta, 27 September 2020

Menyetujui,

Dosen Penanggung Jawab Praktik, Dosen Koordinator Kelompok 8,

(Meinasari Kurnia Dewi, S.ST, M.Kes) ( Nurwita Trisna Sumanti, S.ST, M.Kes)
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN PRAKTIK KOLABORASI INTERPROFESIONAL

12 September – 27 September

Tahun 2020

Telah Disahkan Pada Tanggal


Jakarta, 27 September 2020
ANALISA STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR
PEMBERIAN IMMUNISASI DPT-HB-Hib
DI PUSKESMAS SIMPENAN KABUPATEN SUKABUMI
TAHUN 2020

OLEH :

ANNA MILIYANA
NPM : 07190200080

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2020
A. PENDAHULUAN

1. Latarbelakang
Immunisasi merupakan upaya yang paling efektif untuk memberikan kekebalan /
imunitas spesifik terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan Immunisasi ( PD3I). Disaat
terjadi Pandemi seperti sekarang ini, berpengaruh terhadap jadwal dan tata cara pelayanan
Immunisasi baik pelayanan immunisasi di posyandu, puskesmas maupun di fasilitas
kesehatan lainnya termasuk swasta. Sejumlah orangtua khawatir untuk memberikan
immunisasi bagi anaknya dan tidak sedikit pula petugas kesehatan ragu-ragu dalam
penyelenggaraan pelayanan immunisasi ditengah pandemi COVID-19 seandainya belum
adanya standar oprasional yang tersedia. Terbukti dengan adanya data cakupan Immunisasi
bayi di Puskesmas Simpenan yang cakupan nya 0% dimana tidak ada kunjungan immunisasi
pada bulan April, Mei dan Juni Tahun 2020. Cakupan pelayanan Immunisasi di Puskesmas
Simpenan sampai akhir bulan Nofember 2020 baru 67,02% dari target Indikator Program
Immunisasi yang semestinya mencapai 87,03%, Begitupula dari Standar Pelayanan minimal
yang seharusnya 7 desa mencapai Desa UCI, Pada Akhir bulan Nofember baru 2 desa yang
mencapai desa UCI jadi baru tercapai 28,57% dari target yang seharusnya 100%. Jika
kondisi ini dibiarkan, maka can akupan immunisasi nasional akan turun sehingga kekebalan
komunitas tidak terbentuk lagi dan pada akhirnya cakupan immunisasi yang rendah ini bisa
menyebabkan terjadinya KLB penyakit yang dapat dicegah dengan immunisasi ( PD3I ) .
Tentunya ini akan menjadi beban ganda bagi masyarakat dan negara ditengah pandemi
COVID-19 yang masih berlangsung. Immunisasi tidak boleh dihentikan meskipun di tengah
pandemi COVID-19. Immunisasi rutin harus tetap diberikan tentunya dengan
memperhatikan prinsip pencegahan dan pengendalian Infeksi ( PPI ).
Berdasarkan hal tersebut di atas, saya tertarik untuk menganalisa Standar
Oprasional Prosedur Pemberian Immunisasi DPT-HB-Hib di Puskesmas Simpenan yang
nantinya akan menjadi acuan bagi petugas puskesmas Simpenan, sehingga tidak ada keragu-
raguan petugas dan masyarakat akibat belum adanya Standar Oprasional Prosedur dalam
pelayanan Immunisasi ditengah pandemi COVID-19 dan tidak lagi dijadikan alasan masih
adanya bayi yang tidak diberikan Immunisasi.
2. Tujuan
1. Untuk mendapatkan gambaran tentang SOP Pemberian Immunisasi DPT-HB-Hib di
Puskesmas Simpenan.
2. Untuk mengetahui evidence based / kebaruan dari SOP yang telah direvisi, sehingga
dapat meningkatkan cakupan pelayanan Immunisasi DPT-HB-Hib di Puskesmas
Simpenan
B. KASUS SOAP

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

DEPARTEMEN KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PEMBERIAN IMMUNISASI BAYI

No Registrasi : 00003019/09/2020
Tanggal Pengkajian : 7 Desember 2020
Waktu Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas Simpenan
Pengkaji : Anna Miliyana

Identitas Pasien :
Nama Bayi : Dzakira Talita Zahira
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 07 September
2020 Umur : 3 bulan
Agama : Islam
Alamat : Kp. Cihurang Rt 02 RW 08 Desa Cidadap Kecamatan Simpenan
Anak ke : 3 ( tiga )

Nama Ibu : Ny. Siti Nurjanah


Umur : 27 Tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kp.Churang RT 2/RW 08 Desa Cidadap Kecamatan Cidadap
Kabupaten Sukabumi

Nama Suami :Tn.Deden Anta nurman


Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Kepala Desa
Alamat : Kp.Churang RT 2/RW 8 Desa Cidadap Kecamatan Cidadap
Kabupaten Sukabumi
S :

Ibu mengatakan bahwa sebelumnya bayinya sudah mendapatkan Immunisasi Hbo, BCG,
OPV1, DPT-HB-Hib1 dan OPV2. Ibu juga mengatakan kalau bayinya dalam keadaan sehat
dan ingin agar bayinya diberikan immunisasi DPT-HB-Hib2 dan OPV3.

O :
Data yang didapat dari pencatatan buku KIA, pada tanggal 7 September 2020 bayi sudah
mendapatkan immunisasi Hbo. Pada tanggal 7 Oktober 2020 bayi sudah mendapatkan
immunisasi BCG dan OPV1. Pada tanggal 7 Nofember 2020 bayi sudah mendapatkan
immunisasi DPT-HB-Hib1 dan OPV2.
Hasil Pemerikasaan fisik bayi : keadaan umum: baik, Kesadaran: Compos mentis , BB 4,8
kg,TB 54 cm, suhu 36,7, Nadi 115 kali/ menit, pernafasan 34 kali/ menit.
Pemeriksaan kepala: Kepala simetris, sutura tidak tumpang tindih, tidak ada luka, tidak ada
benjolan.Wajah simetris dan tidak oedem,Pemeriksaan pada mata conjungtiva tidak pucat
dan sklera tidak ikterik,hidung normal tidak ada pengeluaran sekret darah atau kotoran,mulut
dan bibir normal tidak kebiruan/ tidak anemis, rahang/gusi tidak bengkak,telinga simetris
tidak ada kelainan,Pada leher tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan tidak ada
pembengkakan kelenjar thyroid, payudara simetris dan tidak ada benjolan, Abdomen bentuk
datar tidak ada benjolan,turgor baik.Ekstremitas atas lengan simetris sama panjang ,tidak ada
kelainan, pergerakan normal, Ekstremitas bawah simetris ,sama panjang tidak ada
kelainan,pergerakan normal.Genitalia eksterna tidak ada infeksi jamur,tidak ada kutil,tidak
ada lesi,labia mayora dan minora tidak ada benjolan/pembengkakan, tidak ada pengeluaran
sekret atau kotoran.Warna kulit kemerahan .
A :
Bayi “D” 3 bulan dengan Immunisasi DPT-HB-Hib2 dan OPV3
P :
1. Petugas mencuci tangan dan menggunakan APD level 1 atau 2.( Petugas sudah mencuci
tangan dan menggunakan APD level 2 )
2. Memberikan salam dan memperkenalkan diri dengan ramah
3. Menanyakan alasan pada ibu membawa bayinya ke Poli Immunisasi ( Ibu ingin agar
bayinya mendapatkan immunisasi DPT-HB-Hib2 dan OPV3 )
4. Melakukan anamesis status Immunisasi sebelumnya ( bayi sudah mendapatkan
immunisasi HB0,BCG,OPV1,DPT-HB-Hib1, OPV2, riwayat kesehatan baik )
5. Melakukan konseling pra pelayanan bahwa bayi saat ini jadwal untuk mendapatkan
immunisasi DPT-HB-Hib2 dan OPV3 ( ibu mengerti )
6. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan diantaranya sebelum diberikan immunisasi
akan dilakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu , apabila bayi ada dalam kondisi sehat
dan tidak ada kontra indikasi pemberian immunisasi bayi akan diberikan immunisasi .
Namun apabila hasil pemeriksaan bayi sakit, bayi akan dikonsul ke dokter umum untuk
diberikan pengobatan ( ibu mengerti )

7. Melakukan penimbangan berat badan ( BB bayi 4,8 kg )


8. Melakukan pengukuran Tinggi badan, (TB bayi 54 cm )
9. Mengukur suhu badan bayi ( Suhu badan bayi 36,7 derajat Celsius )
10. Melakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan ( hasil pemeriksaan fisik secara
umum baik ) 11.Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik bayi pada ibu ( ibu dapat
memahaminya ) 12.Melakukan penafisan / kontra indikasi ( tidak ada kontra indikasi
pemberian immunisasi ) 13.Melakukan informe consent tindakan ( Ibu mengisi
informed consent )
14.Mendekatkan alat-alat pemberian immunisasi DPT-HB-Hib (alat alat sudah
didekatkan ) 15.Petugas mengganti sarung tangan ( petugas sudah mengganti
sarungtangan )
16. Memastikan vaksin yang akan digunakan adalah benar yaitu vaksin DT-HB-Hib.
( Vaksin yang akan digunakan sudah sesuai yaitu vaksin DPT-HB-Hib)
17. Memeriksa tanggal kadaluarsa , no batch, VVM vaksin (tanggal kadaluwarsa 21 Juli
2021, No batch 5041019, VVM A)
18. Mencatat tanggal dan jam vaksin dibuka / dipakai (Tanggal 7 Desember 2020 pukul
09.15 WIB) 19.Mengatur posisi klien sesuai kebutuhan (posisi bayi duduk digendong oleh
ibunya) 20.Mengocok botol/vial dengan baik sehingga menjadi homogen dan menghindari
terjadinya
gelembung-gelembung udara ( tidak terdapat gelembung
udara ) 21.Membuka dan buang tutup logam yang menutupi
karet 22.Membuka kemasan spuit sekali pakai
23. Menusukan jarum suntik kedalam vial melalui penutup karet, memutar vial hingga
terbalik dengan mulut vial kebawah, memasukan cairan suntik dalam spuit sebanyak
0,5ml, menjaga agar ujung jarum tetap dalam cairan
24. Bila ada gelembung udara,mengeluarkan gelembung udara dengan membiarkan jarum
dalam vial dan memegang alat suntik dalam posisi tegak, mengetuk tabung alat suntik
kemudian secara perlahan-lahan menekan pendorong ketanda batas dosis, mencabut
jarum dari vial
25. Melakukan penyuntikan pada bagian 1/3 paha atas bagian luar dengan terlebih dahulu
melakukan desinfeksi menggunakan kapas DTT/ kapas alkohol pada tempat yang akan
dilakukan penyuntikan dengan melingkar kearah luar, biarkan kering.
26. Menusukan jarum dengan posisi jarum tegak lurus hingga pangkal Jarum suntik ( vaksin
sudah disuntikan dengan cara intramuskular dengan sudut 90 derajat)
27. Menekan sebentar daerah bekas suntikan dengan kapas DTT/alkohol.
28. Menyedot larutan klorin kedalam spuit untuk membilas spuit dan jarum kemudian buang
spuit tanpa ditutup kedalam safetybok ( Spuit sudah masuk safety box )
29. Merapihkan pasien ( Pasien sudah rapi kembali )
30. Membereskan alat ( alat sudah dibereskan )
31. Melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian merendamya dalam larutan
klorin ( sarung tangan susdah terendam dalam larutan chlorin )
32. Mencucitangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
33. Mendokumentasikan hasil tindakan ( Pada Pukul 09.16 WIB bayi sudah diberikan
suntikan Immunisasi DPT-HB-Hib2 sebayak 0,5 ml , disuntikan secara intramuskular
pada pada paha kanan bayi, bayi menangis sesaat dan tidak terjadi efek samping /
kondisi yang membahayakan bayi diberi penurun panas obat paracetamol drop dengan
dosis minum 3 x 0,5ml dalam sehari).
34. Melakukan konseling akhir mengenai reaksi vaksin yang diberikan, kemungkinan efek
simpang yang akan terjadi seperti bila bayi demam berikan obat penurun panas 3x 0,5
ml, bilang bengkak daerah suntikan , ibu memberi kompres hangat pada daerah , bila
bayi mengis terus menerus dan bila bayi kejang ibu harus segera membawanya lemlaike
puskesmas / tenaga kesehatan ( Ibu dapat memahaminya
35. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya kembali untuk kunjungan ulang pada
tanggal 8 Januari 2021 agar bayi mendapatkan immunisasi DPT-HB-HIb3 dan OPV4 .
36. Memberikan resep antipiretik untuk mengantisipasi demam dan menjelaskan cara
meminumkannya yaitu paracetamol drop 3 kali 0,5ml ( ibu mengerti )
37. Menganjurkan pasen ke apotik untuk mengambil obat yang sudah diresepkan ( Ibu
mengerti ) 38.Menganjurkan pasien untuk menunggu 30 menit sebelum pulang untuk
mengantisipasi terjadinya
KIPI ( Ibu setuju )
39. Mempersilahkan pasien untuk pulang bila tidak terjadi KIPI setelah menunggu 30 menit
setelah pemberian immunisasi ( Ibu mengerti )
40. Pasien pulang setelah diberikan immunisasi DPT-HB-Hib2 dan OPV3 .
C. SOP LAMA
D. SOP REKOMENDASI

Pemberian Imunisasi DPT-HB-Hib


No. Dokumen : 440 / / Imun / 2020
No. Revisi : 01
SOP
Tanggal Terbit : 02 Januari 2020
Halaman : 01 /05

PPK-BLUD UPT PROGRAM STUDI KEBIDANAN


PROGRAM SARJANA TERAPAN
PUSKESMAS Penanggungjawab : Koordinator Program Immunisasi DEPARTEMEN KEBIDANAN
SIMPENAN STIKIM

1. Definisi 1. Immunisasi DPT-HB-Hib adalah tindakan pemberian vaksin DPT-HB- Hib


sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
penyakit Difteri, Portusis, Tetanus dan Hepatitis B .
2. SOP Pemberian Immunisasi DPT-HB-Hib adalah Panduan yang digunakan untuk
pelaksanaan tahapan proses kerja dalam pemberian Immunisasi DPT-HB-Hib .
2. Tujuan 1. Untuk pencegahan penyakit Difteri, Portusis, Tetanus dan Hepatitis B
2. Menurunkan angka kejadian kesakitan dan kematian karena penyakit
Difteri, Portusis, Tetanus dan Hepatitis B
3. Kebijakan 1. Permenkes RI nomor 12 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan immunisasi
2. Petunjuk tekhnis Pelayanan Immunisasi pada masa Pandemi covid-19. Kemenkes
Tahun 2020
3. Surat Keputusan Kepala PPK-BLUD UPT Puskesmas Simpenan Nomor: /XII
/SK/PKM-SMP/20 Tentang Pelaksanaan Immunisasi PPK-BLUD UPT Puskesmas
Simpenan.
Petugas Pendaftaran dan kasir, Petugas Recam medis, Bidan, Perawat, Dokter, apoteker.
4. Pelaksana

5. Peralatan
1. Vaksin DPT-HB-Hib dengan VVM A/B belum kadaluwarsa dalam termos vaksin
dengan diisi coold pack yang cukup dan tidak terendam air
2. Disposyble syring 0,5 ml
3. Alcohol swab/ Kapas Desinfeksi tingkat tinggi.
4. Anafilaktik kit
5. Ballpoint
6. Handskoon
7. Thermometer suhu badan
8. apron/ hazmat
9. Face shield
10. Kapas kering
11. Stetoscope
12. Jam tangan
13. Tisue
14. HandSanitizer
15. Alat pengukur berat badan
16. Alat pengukur tinggi badan
17. Safety box
18. Larutan chlorin dalam wadah
19. Tempat sampah medis dan non medis
20. Obat penurun panas

6. Prosedur
1. Pasien sudah dilakukan screening Covid-19 di ruang pendaftaran.
2. Ruangan pelayanan immunisasi bersih dan cukaup cahaya
3. Pintu masuk dan pintu keluar dari pintu yang berbeda
4. Tempat duduk memperhatikan prinsip dengan jarak 1-2 meter
5. Tersedianya fasilitas cuci tangan dengan memakai sabun dan air mengalir
6. Petugas dalam kondisi sehat
7. Petugas mencuci tangan 6 langakh dan menggunakan APD level 1 atau 2
8. Memberikan salam dan memperkenalkan diri dengan ramah
9. Menanyakan alasan klien datang
10. Melakukan anamesis, meliputi : Data umum pasien, status Immunisasi sebelumnya
,riwayat kesehatan dan pengobatan,
11. Konseling pra pelayanan
12. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan

13. Melakukan penimbangan berat badan


14. Melakukan pengukuran Tinggi badan
15. Mengukur suhu badan bayi.
16. Melakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan
17. Melakukan penafisan / kontra indikasi Tindakan
18. Melakukan rujukan internal ke pelayanan dokter bila bayi sakit / ada kontraindikasi.
19. Melakukan informe consent tindakan bila bayi sehat / tidak ada kontra indikasi
untuk memberikan immunisasi pada bayi
20. Mendekatkan alat-alat
21. Mengganti handscoon
22. Memastikan vaksin yang akan digunakan adalah benar yaitu vaksin DT- HB-Hib.
23. Memeriksa tanggal kadaluarsa , no batch, VVM vaksin
24. Mencatat tanggal dan jam vaksin dibuka / dipakai
25. Mengatur posisi klien sesuai kebutuhan
26. Mengocok botol/vial dengan baik sehingga menjadi homogen, ingat hindari terjadinya
gelembung-gelembung udara
27. Buka dan buang tutup logam atau plastic vial yang menutupi karet (jangan sampai
tersentuh, namun apabilan tersentuh hapus karet bagian atas vial dengan kapas alkohol
dan biarkan kering)
28. Buka kemasan spuit sekali pakai
29. Tusukan jarum suntik kedalam vial melalui penutup karet, putar vial hingga terbalik
dengan mulut vial kebawah, masukan cairan suntik dalam spuit sebanyak 0,5ml, jaga
agar ujung jarum tetap dalam cairan, jangan memasukkan udara ke dalam alat suntik
30. Untuk mengeluarkan gelembung udara, biarkan jarum dalam vial dan pegang alat suntik
dalam posisi tegak, ketuk tabung alat suntik kemudian secara perlahan-lahan tekan
pendorong ketanda batas dosis, cabut jarum dari vial
31. Melakukan penyuntikan pada bagaian 1/3 paha atas bagian luar dengan terlebih dahulu
melakukan desinfeksi dengan kapas dtt/ kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan
penyuntikan dengan melingkar kearah luar, biarkan kering
32. Menusukan jarum dengan posisi jarum tegak lurus hingga pangkal Jarum suntik (
intramuskular dengan sudut 90 derajat )
33. Tekan sebentar daerah bekas suntikan dengan kapas DTT/alkohol
34. Sedot larutan klorin kedalam spuit untuk membilas spuit dan jarum kemudian buang
spuit tanpa ditutup kedalam safetybok
35. Merapihkan pasien
36. Membereskan alat
37. Melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian rendam dalam larutan klorin
38. Mencucitangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
39. Mendokumentasikan hasil tindakan : Mencatat reaksi pemberian, jumlah, dosis dan
waktu pemberian
40. Melakukan konseling akhir (menyampaikan kapan kunjungan ulang)
41. Pasen diberikan resep antipiretik untuk mengantisipasi demam.
42. Pasien ke apotik untuk mengambil resep
43. Pasien menunggu 30 menit sebelum pulang untuk mengantisipasi terjadinya KIPI
44. Pasien pulang.
7. Bagan Air PASIEN DATANG

LOKET PENDAFTARAN & KASIR

RECAM MEDIS

RUANG IMMUNISASI

ANAMNESA

PEGISIAN KARTU PASIEN

KONSELING PRA PELAYANAN

PEMERIKSAAN FISIK

KONTRA Ya
INDIKASI RUANG PENGOBATAN

Tidak

INFORMED CONSENT

PELAYANAN IMMUNISASI

Dokumentasi

DAPAT
KONSELING AKHIR RESEP
OBAT

APOTEK

MENUNGGU Ya
30 MENIT
PASIEN
PASCA
IMMUNISAS
I

Tidak

PASIEN PULANG
8. Unit Terkait 1. Loket pendaftaran & kasir
2. Rekam medis
3. Poli Pengobatan
4. Apotek

9. Dokumen Terkait 1. Kartu Identitas Pasien


2. Format screening Covid-19
3. Karcis
4. Kartu BPJS
5. Kartu Pasien
6. Buku KIA
7. Buku Register Immunisasi
8. Kohor Bayi
9. Blangko Informed concent
10. Kertas Resep

10. Referensi 1. Petunjuk tekhnis Pelayanan Immunisasi pada masa Pandemi covid-19. Kemenkes
Tahun 2020
2. Permenkes RI nomor 12 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan immunisasi
3. Journal Ilmu keperawatan ( 2016) 4:1 .ISSN : 2338-6371. Peran petugas Immunisasi
dalam Pemberian Vaksinasi Pentavalen
E. ANALISA SOP

NO ITEM SOP LAMA SOP BARU ANALISIS


ANALISIS SOP
1 Kepala SOP Tidak ada Penanggungjawab Ada Penangung jawab SOP Dengan dicantumkannya
yaitu Koordinator Immunisasi penanggungjawab SOP dapat
diketahui peanggungjawab dari
pembuatan SOP dalam Pemberian
Immunisasi DPT-HB-Hib ini.
2 Definisi Hanya tercantum definisi dari Ditambahkan dengan definisi Definisi Pemberian Immunisasi
Pemberian Immunisasi DPT- dari SOP Pemberian DPT-HB-Hib berbeda dengan
HB-Hib. Immunisasi1.Immunisasi Definisi Standar Oprasional
Prosedur pemberian Immunisasi
DPT-HB-Hib
3 Tujuan 1. Untuk pencegahan penyakit 1. Untuk pencegahan penyakit Tidak ada Perubahan
Difteri, Portusis, Tetanus dan Difteri, Portusis, Tetanus dan
Hepatitis B Hepatitis B
2. Menurunkan angka kejadian 2. Menurunkan angka kejadian
kesakitan dan kematian karena kesakitan dan kematian karena
penyakit Difteri, Portusis, penyakit Difteri, Portusis,
Tetanus dan Hepatitis B Tetanus dan Hepatitis B
4 Kebijakan Tidak ada kebijakan dari Menambahkan kebijakan dari Untuk melengkapi kebijakan
permenkes Permenkes sebaiknya dicantumkan
kebijakan dari sumber lain seperti
dari Juknis dari Permenkes
5
Pelaksana Pelaksananya hanya ada bidan Ditambah : Dalam memberikan pelayanan
dan perawat 1. Petugas Pendaftaran immunisasi, Karena selain bidan
dan kasir dan perawat ada petugas lain
2. Petugas Recam medis yang ikut dalam proses
3. Dokter Pelayanan SOP Pemberian
4. Apoteker Immunisasi.
6
Peralatan Peralatan kurang lengkap Peralatan dilengkapai dengan Dengan tersedianya peralatan
ditambahkan :Stetoskop, jam yang sesuai dengan kebutuhan
tangan , Handsanitizer, alat akan sangat menunjang dalam
pengukur Tinggi badanag, alat kegiatan pelayanan immunisasi
pengukur berat badan, Cairan yang diberikan .
larutan chlorin dalam wadah,
tempat sampah medis dan
sampah non medis ,
Handskoon,Ballpoint,
Thermometer, Appron/ Gown,
kapas kering dana face shield.
7. Prosedur 1. Petugas Tidak melakukan 1. Petugas melakukan Untuk mendapatkan pelayana
anamnesa lengkap anamnesa lengkap immunisasi yang baik dan benar
2. Petugas tidak melakukan 2. Petugas melakukan ditunjang dengan prosedur
pemeriksaan fisik yang pemeriksaan fisik pelayanan yang maksimal sesuai
lengkap yang lengkap dengan standar pelayanan
3. Petugas tidak melakukan 3. Petugas melakukan berdasarkan juknis pelayanan
konseling awal konseling awal immunisasi sehingga akan
4. Petugas tidak melakukan 4. Petugas melakukan menghasilkan pelayanan
konseling akhir konseling akhir immunisasi yang berkwalitas .
5. Petugas tidak menjelaskan 5. Petugas menjelaskan Apalagi pada saat pandemi Covid-
prosedur pelakasanaan prosedur pelaksanaan 19 seperti sekarang ini harus
6. Petugas tidak 6. Petugas memakai APD diperhatikan protokol kesehatan
memalkai APD 7. Petugas mencuci sesauai dengan yang dianjurkan.
7. Petugas tidak mencuci tangan sebelum dan
tangan sebelum dan sesudah tindakan
sesuadh tindakan 8. Petugas menjelaskan efek
8. Petugas tidak menjelaskan simpang dan
efek simpang dan kemungkinan kejadian
kemungkinan kejadian KIPI
KIPI 9. Petugas memberitahukan
9. Petugas tidak kapan ibu harus
memebritahukan kapan ibu membawa bayinya
harus membawa bayinya kembali untuk kunjungan
kembali untuk kunjungan ulang
ulang 10. . Petugas menganjurkan
10. . Petugas tidak agar ibu dan bayi
menganjurkan agar ibu menunggu 30 menit di
dan bayi menunggu 30 ruang tunggu setelah
menit di ruang tunggu Pemerian immunisasi.
setelah Pemerian
immunisasi.
8. Diagram alir 1. Penempatan diagram alir Kolom diagram alir terpisah Dengan dipisahkannya kolom
pada kolom yang sama di dari kolom prosedur.Pada diagram alir dan lebih
prosedur Diagram alir dilengkapi dilengkapinya diagram alir ini
2. Diagram alir kurang lengkap dengan: Loket pendaftaran akan lebih memudahkan alur
dan kasir, Pengisian status pelayanan pasien yang akan
pasien, penafisan / kontra dilayani dan petugas yang akan
indikasi , ruang pengobatan, melayaninya.
apotik, menunggu 30 menit
sebelum pasen pulang dan
dokumentasi.

9. Unit Terkait Tidak ada kolom unit terkait Ditambahkan kolom unit Dengan adanya kolom unit terkait
terkait diantaranya yaitu Loket akan dapat diketahui unit apa saja
pendaftaran dan kasir, Unit yang berkaitan dengan pelayanan
Recam medis , Poli immunisasi.
pengobatan dan apotik.

10
Dokument 1. Dokumen terkait tidak Dokument terkait dilengkapi Dengan adanya dokumen terkait
terkait lengkap . dengan : yang lebih lengkap akan
1. Kartu Identitas Pasien menunjang dalam dokumentasi dan
2. Format screening Covid-19 perngarsifan data pasien
3. Karcis
Ditambahkan Referensi : Dengan Berkembangnya ilmu
11 Referensi Tidak ada referensi 1.Petunjuk tekhnis Pelayanan pengetahuan makaJuknis dan prosedur
Immunisasi pada masa Pelayanan Immunisasipun adan selalu
Pandemi covid-19. Kemenkes ada perubahan tergantung situasi dan
Tahun 2020 kondisi yang ada.Dengan
2. Permenkes RI nomor 12 Tahun dicantumkannya referensi
2017 tentang penyelenggaraan terbarumengenainStandar Oprasional
immunisasi Prosedur Pemberian immunisasi ini
3. Journal Ilmu keperawatan ( akan lebih memantapkan petugas untuk
2016) 4:1 .ISSN : 2338- memberikan pelayanan
6371. immunisasidengan merapkan
Peran petugas Immunisasi dalam standar oprasional proseduryang sesuai
Pemberian Vaksinasi Pentavalen dengan juknis atau referensi yang baru.
F. ANALISA SOAP

NO ITEM SOP LAMA REKOMENDASI ANALISI


ANALISIS SOP S
1
SUBYEKTIF Pemberian Immunisasi DPT- Pemberian Immunisasi DPT- Tidak ada perubahan
HB-Hib2 kondisi bayi harus HB-Hib2 kondisi bayi harus
dalam keadaan sehat dan dalam keadaan sehat dan setelah
setelah bayi mendapat bayi mendapat immunisasi
immunisasi DPT-HB-Hib1 DPT-HB-Hib1
2
OBYEKTIF Petugas hanya mencuci tangan 1. Pada Masa Pandemi covid 19 ini Dengan dilakukannya screening
dan tidak menggunakan APD , sebelum pemeriksaan fisik Covid-19, petugas mencuci
dilakukan screening covid 19 tangan dan memakai APD akan
2. Sebelum melakukan
mencegah / mengurangi
pemeriksaan fisik, petugas
penularan kasus Covid -19
mencucu tangan dengan 6
langkah dan memakan APD
level 1 atau level 2

3
ASSESMENT Diagnosa sesuai keluhan atau Diagnosa sesuai keluhan atau Tidak ada Perubahan
kebutuhan pasien. kebutuhan pasien.

4 PLANNING Pelaksana : hanya ada Petugas Immunisasi Dalam memberikan pelayanan


bidan dan perawat Berkolaborasi dengan petugas immunisasi, Karena selain
pendaftaran dan kasir, petugas bidan dan perawat ada petugas
rekam medis, dokter lain yang ikut dalam proses
Puskesmas dan apoteker dalam Pelayanan SOP Pemberian
memberikan Immunisasi
pelayananImmunisasi pada
sasaran.
Peralatan: Peralatan yang Peralatan dilengkapai dengan Dengan tersedianya peralatan
disediakan hanya ditambahkan :Stetoskop, jam yang sesuai dengan
dosposible, vaksin, kapas tangan , Handsanitizer, alat kebutuhan akan sangat
alkohol, anafilaktik kit, pengukur Tinggi badan, alat menunjang dalam kegiatan
termos vaksin, cooldpack, pengukur berat badan, Cairan pelayanan immunisasi
Safety box, obat penurun larutan chlorin dalam wadah, yang diberikan
tempat sampah medis dan sampah
panas .
non medis , Handskoon,Ballpoint,
Thermometer, Appron/ Gown,
kapas kering dana face shield.

Prosedur pelaksanaan : 1. Petugas melakukan


1. Petugas Tidak anamnesa lengkap Untuk mendapatkan pelayanan
melakukan anamnesa 2. Petugas melakukan immunisasi yang baik dan
lengkap pemeriksaan fisik benar ditunjang dengan
2. Petugas tidak yang lengkap prosedur pelayanan yang
melakukan 3. Petugas menjelaskan maksimal sesuai dengan
pemeriksaan fisik yang prosedur tindakan standar pelayanan berdasarkan
lengkap 4. Petugas melakukan juknis pelayanan immunisasi
3. Petugas tidak konseling akhir sehingga akan menghasilkan
menjelaskan 5. Petugas memakai APD pelayanan
prosedur tindakan 6. Petugas mencuci immunisasi yang berkwalitas .
4. Petugas tidak tangan sebelum dan Apalagi pada saat pandemi
melakukan konseling sesudah tindakan Covid-19 seperti sekarang ini
akhir 7. Petugas menjelaskan efek harus diperhatikan protokol
5. Petugas tidak simpang dan kesehatan sesauai dengan yang
memakai APD kemungkinan kejadian dianjurkan.
6. Petugas tidak mencuci KIPI
tangan sebelum dan 8. Petugas memberitahukan
sesudah tindakan kapan ibu harus
7. Petugas tidak menjelaskan membawa bayinya
efek simpang dan kembali untuk kunjungan
kemungkinan kejadian ulang
KIPI 9. Petugas menganjurkan agar
8. Petugas tidak ibu dan bayi menunggu 30
memberitahukan kapan menit di ruangtunggu
setelah Pemerian
ibu harus membawa immunisasi.
bayinya kembali untuk
kunjungan ulang
9. Petugas tidak
menganjurkan agar ibu
dan bayi menunggu 30
menit di ruang tunggu
setelah Pemerian
immunisasi.
G. PENUTUP

1. Kesimpulan

Standar oprasional Prosedur adalah suatu alur atau cara kerja yang sudah terstandarisasi yang
memilikiki kekuatan sebagai petunjuk. Sehingga SOP merupakan aspek penting dari setiap sistem
kualitas yang akan menghadirkan kemampuan untuk bekerja secara selaras dan sesuai standar.
SOP yang dibuat dengan benar akan memastikan petugas / team yang beroprasi dalam proses yang
terkoordinasi .Hal ini tidak hanya meningkalkan produktifitas tetapi juga mengurangi resiko
kesalahan.SOP pemberian Immunisasai DPT-Hb-Hib pada masa pandemi Covid-19 di Puskesmas
Simpean ini sangart diperlukan agar prosedur pemberian immunisasi dapat mengurangi resiko
paparan virus Covid -19.

2. Saran

Perlu dilakukkannya revisi pada beberapa bagian Standar Oprasional Prosedur juga
dilakukannya penambahan langkah langkah prosedur protokol kesehatan pada saat pemberian
Immunisasi DPT-HB-Hib di Puskesmas Simpenan Kabupaten Sukabumi.
G.LAMPIRAN KEGIATAN
REGISTER KOHOR"I" BAY I

PUSKESMAS

DESA : ....................................................................

KECAMATAN

DINAS KESEHATAN
KABUPATEN SUKABUMI
TAHUN 20 •^

BUKU IMUNISASI BAYI

DINAS KESEHATAN
KABUPATEN SUKABUMI
TAHUN 201a
ANALISA STANDAR OPERSIONAL PROSEDUR MASA NIFAS DI

PUSKESMAS SIMPENAN KABUPATEN SUKABUMI

DI SUSUN OLEH :
RANI FITRIANI
07190200081

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJAN TERAPAN


DEPARTEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU JAKARTA
2020
A. Latar Belakang

Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu sarana kesehatan yang


memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat
strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. sehingga
pelayanan tersebut memuaskan bagi pasiennya sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.Standar Operasional
Prosedur (SOP) adalah sebuah petunjuk buku yang sifatnya tertulis. SOP menurut
pandangan Tambunan (2008:79)
Masa nifas merupakan masa yang dilalui oleh setiap wanita setelah
melahirkan. Pada masa tersebut dapat terjadi komplikasi persalinan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Masa nifas berlangsung sejak plasenta
lahir sampai dengan 6 minggu setelah kelahiran atau 42 hari setelah kelahiran.
Kunjungan selama nifas sering dianggap tidak penting oleh tenaga kesehatan
karena sudah merasa baik dan selanjutnya berjalan dengan lancar. Konsep early
ambulation dalam masa postpartum merupakan hal yang perlu diperhatikan
karena terjadi perubahan hormonal. Pada masa ini ibu membutuhkan petunjuk dan
nasihat dari bidan sehingga proses adaptasi setelah melahirkan berlangsung
dengan baik (Heryani, 2012).
Pelayanan kesehatan ibu nifas harus dilakukan minimal tiga kali sesuai
jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca
persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan
pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan Bidan memegang
peranan penting dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesehatan dan
pengertian masyarakat melalui konsep promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative. (Profil Kesehatan, 2018).
Dalam standar pelayanan kebidanan, bidan memberikan pelayanan bagi ibu
pada masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan
minggu keenam setelah persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu dan
bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini,( JURNAL
ILMIAH SIMANTEK ISSN. 2550-0414 Vol. 4 No. 4 November 2020 192).
Perawatan masa nifas merupakan suatu bentuk tindakan atau praktik yang
dilakukan oleh ibu nifas yang menggambarkan perilaku kesehatan ibu selama
menjalani masa nifas. Dalam perilaku seseorang ada tiga bagian penting , yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif dapat diukur dari pengetahuan, afektif
dapat diukur dari sikap atau tanggapan dan psikomotor dapat diukur melalui
tindakan (praktik) yang dilakukan. Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada
ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan, baik langsung
maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat
mengancam jiwa ibu dan atau janin. Sebagai upaya menurunkan angka kematian
ibu dan kematian bayi maka dilakukan pelayanan/penanganan komplikasi
kebidanan. pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada
ibu hamil, bersalin, atau nifas untuk memberikan perlindungan dan penanganan
definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan
dasar dan rujukan. (Profil Kesehatan, 2018).
Pemerintah telah menetapkan bencana non alam ini sebagai bencana
nasional melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020
tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) sebagai Bencana Nasional. Dalam situasi normal, kematian ibu dan
kematian neonatal di Indonesia masih menjadi tantangan besar, apalagi pada
saat situasi bencana. Saat ini Indonesia sedang menghadapi bencana nasional
nonalam COVID-19 sehingga pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
menjadi salah satu layanan yang terkena dampak baik secara akses
maupunkualitas. Dikhawatirkan, hal ini menyebabkan adanya peningkatan
morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir ( Kemenkes RI, 2020 ).
Berdasarkan data Puskesmas Simpenan tahun 2019 jumlah kematian ibu nifas
ada 3 kasus. Sedangkan pada tahun 2020 dari bulan januari sampai November ada
1 kasus dan tidak ada kasus kematian ibu sepanjang tahun 2019 hingga November
2020.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan anlisis
pada SOP Pelayanan Nifas di Puskesmas masa pandemi covid-19.
Tujuan Analisis SOP
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Peran Bidan di masa Nifas pada saat pandemi covid-19
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan menganalisis Peran Bidan di masa Nifas di masa pandemi covid-19
2. Untuk mengetahui dan menganalisis SOP Masa Nifas saat pandemi covid-19
B. KASUS LAMA

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJAN TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDONESIA MAJU

SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PEMERIKSAAN MASA NIFAS

No Registrasi :123/XI/2020
Tanggal Pengkaajian :22 November 2020
Tempat Pengkajian :Poned Simpenan
Pengkaji :Rani Fitriani

Identitas Pasien :
Nama : Ny Nina
Umur :32 tahun
Agama :Islam
Suku :Sunda
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT
Alamat :Kp citamiang 02/01 ds Cidadap Kec Simpenan
Nama :Ny Agus
Umur :40 tahun
Agama :Islam
Suku :Sunda
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Karyawan Swasta
Alamat : Kp citamiang 02/01 ds Cidadap Kec Simpenan

S : (Data yang di peroleh dari pasyen)


Ibu mengatakan masih ada keluar darah dari jalan lahir, serta masih sakit di daerah
vagina (bekas jahitan)

O : (Data yang di peroleh dari hasil pemeriksaan)


Keadaan Umum baik , kesadaran compos mentis, Tekanan darah :110/80 mmHg,
Nadi :82 kali / menit, Suhu : 36,4 °C, Pernapasan : 20 kali / menit. TFU 3 jari
dibawah pusat, Luka perineum tampak lebih kering, Pengeluaran lochia
sanguilenta, berbau amis.

A : Ny. N usia 40 tahun P2A0 postpartum 3 hari

P :
1. Petugas mencuci tangan dan menggunakan APD level 1 atau 2
2. Memberikan salam dan memperkenalkan diri dengan ramah
3. Menanyakan alasan klien dating
4. Melakukan anamnesa meliputi: Data umum,riwayat sebelum nya,
riwayat Kesehatan
5. Konseling pra pelayanan
6. Menjelaskan prosedur yang akan di laksanakan

7. Petugas mulai melakukan Anamnesa


 Menanyakan riwayat persalinan dan keadaan bayi yang baru lahir
 Menayakan keluhan ibu dalam masa nifas

8. Petugas melakukan Pemeriksaan :


 Berat badan 56 kg, Tanda-tanda Vital Tekanan darah :110/80 mmHg, Nadi
:82 kali / menit, Suhu : 36,4 °C, Pernapasan : 20 kali / menit
 Khusus : - Payudara : Tidak ada pembengkakan di payudara , Asi banyak
- TFU TFU 3 jari dibawah pusat
-Genetalia :Pengeluaran lochea sangueleta, Jahitan perineum
sudah tampak kering, berbau amis

9. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan sehat


10. Memberitahu kepada ibu agar selalu menjaga asupan nutrisi serta pola
istirahat serta tanda bahaya nifas
11. Memberitahu ibu untuk kembali kontrol 1 minggu lagi, bila ada keluhan
sebelum 1minggu segera menghubungi tenaga kesehatan
12. Petugas memberikan resep , amoxcilin 500gr 3 x 1, paracetamol 500gr 3x1.
Sf 1x1 di minum malam hari
13. Petugas memberikan resep agar di ambil di loket obat
14. Petugas mencatat hasil pemeriksaan
15. Melakukan cuci tangan
C. KASUS SOAP BARU

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJAN TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDONESIA MAJU

SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PEMERIKSAAN MASA NIFAS

No Registrasi :123/XI/2020
Tanggal Pengkaajian :22 November 2020
Tempat Pengkajian :Poned Simpenan
Pengkaji :Rani Fitriani

Identitas Pasien :
Nama : Ny Nina
Umur :32 tahun
Agama :Islam
Suku :Sunda
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT
Alamat :Kp citamiang 02/01 ds Cidadap Kec Simpenan
Nama :Ny Agus
Umur :40 tahun
Agama :Islam
Suku :Sunda
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Karyawan Swasta
Alamat : Kp citamiang 02/01 ds Cidadap Kec Simpenan
S : (Data yang di peroleh dari pasyen)
Ibu mengatakan masih ada keluar darah dari jalan lahir, serta masih sakit di daerah
vagina (bekas jahitan)
O : (Data yang di peroleh dari hasil pemeriksaan)
Keadaan Umum baik , kesadaran compos mentis, Tekanan darah :110/80 mmHg,
Nadi :82 kali / menit, Suhu : 36,4 °C, Pernapasan : 20 kali / menit. TFU 3 jari
dibawah pusat, Luka perineum tampak lebih kering, Pengeluaran lochia
sanguilenta, berbau amis.
A : Ny. N usia 30 tahun P2A0 postpartum 3 hari

P:

1. Petugas mencuci tangan dan menggunakan APD level 1 atau 2


2. Memberikan salam dan memperkenalkan diri dengan ramah
3. Menanyakan alasan klien datang
4. Melakukan anamnesa meliputi: Data umum,riwayat sebelum nya,
riwayat Kesehatan
5. Informed consen
6. Menjelaskan prosedur yang akan di laksanakan
7. Petugas mulai melakukan Anamnesa
 Menanyakan riwayat persalinan dan keadaan bayi yang baru lahir
 Menayakan keluhan ibu dalam masa nifas

8. Petugas melakukan Pemeriksaan :


 Berat badan 56 kg, Tanda-tanda Vital Tekanan darah :110/80 mmHg, Nadi
:82 kali / menit, Suhu : 36,4 °C, Pernapasan : 20 kali / menit
 Khusus : - Payudara : Tidak ada pembengkakan di payudara , Asi banyak
- TFU TFU 3 jari dibawah pusat
-Genetalia :Pengeluaran lochea sangueleta,
Jahitan perineum sudah tampak kering, berbau
amis

9. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan sehat


10. Memberitahu kepada ibu agar selalu menjaga asupan nutrisi serta pola
istirahat serta tanda bahaya nifas
11. Memberitahu ibu untuk kembali control 1 minggu lagi, bila ada keluhan
sebelum 1minggu segera menghubungi tenaga kesehatan
12. Petugas memberikan resep , amoxcilin 500gr 3 x 1, paracetamol 500gr 3x1.
Sf 1x1 di minum malam hari

13. Petugas memberikan resep agar di ambil di loket obat


14. Petugas mencatat hasil pemeriksaan
15. Melakukan cuci tangan
D. SOP LAMA
E. SOP BARU

PELAYANAN IBU NIFAS DI


PUSKESMAS DI MASA
PANDEMI COVID-19

No. Dokumen :124/sop/2020


No. Revisi : 01
SOP Tanggal Terbit : 23/12/2020
Halaman :3

UPTD PUSKESMAS PROGRAM STUDI


SIMPENAN PENDIDIKAN
SARJANA KEBIDANAN
DEPARTEMEN
KEBIDANAN STIKIM

1. Definisi Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada
ibu mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan oleh tenaga
kesehatan.

2. Tujuan Untuk menurunkan angka kejadian kesakitan dan kematian pasca


melahirkan
3. Kebijakan 1. Surat keputusan Kepala PPK Blud UPT Puskesmas
Simpenan Nomor 002/SOP/Pkm Simpenan/2020
2. Kebijakan Mutu Pelayanan Kesehatan di FKTP

3. Permenkes RI No. 97 Tahun 2014 Pasal 14 tentang


pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil,
persalinan, dan masa sesudah melahirkan,
penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi serta pelayanan
kesehatan seksual

4. Permenkes No 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat

5. Kemenkes RI 2020 No HK
01.07/MENKES/247/2020 tentang pedoman
pencegahan dan pengendalian Covid
4. Pelaksana
Petugas Pendaftaran, Petugas Rekam medis, Bidan,
perawat, Dokter, Apoteker.
5. Peralatan Petugas memakai APD level 1 atau 2

Alat untuk pemeriksaan Tanda – Tanda vital

Baki dengan alas


Alat untuk TTV (Tensimeter, Stetoskop, Thermometer axila)
Botol berisi air bersih dan air klorin
Nierbekken 1 buah
1 buah com berisi tissue
Jam tangan
Buku Catatan

Alat untuk Pemeriksaan Fisik dan Vulva hygiene


Troli atas berisi
Handuk PI
Stetoskop
1 Buah Com berisi kapas DTT
1 Buah Com berisi kassa
Betadine
1 Buah Baki instrument berisi sepasang handscoon
1 Buah Waskom berisi larutan klorin 0,5 %
1 Buah nierbekken
Reflek patella
Senter Penlight
Troli bawah berisi
Perlak beralas
Perlengkapan ibu seperti kain, pembalut , dan pakain dalam yang
bersih
- Lampu sorot
- 1 Tempat Sampah Medis ( Kuning) , 1 Tempat SampahNon
medis / Kering ( Hitam )
6. Prosedur 1. Petugas mencuci tangan dan menggunakan APD level 1 atau
2
2. Memberikan salam dan memperkenalkan diri dengan ramah
3. Menanyakan alasan klien datang
4. Melakukan anamnesa meliputi: Data umum,riwayat sebelum
nya, riwayat kesehatan
5. Konseling pra pelayanan
6. Menjelaskan prosedur yang akan di laksanakan
7. Petugas mulai melakukan Anamnesa
1. Tanyakan riwayat persalinan dan keadaan bayi yang baru
lahir
2. Tanyakan keluhan ibu dalam masa nifas
8. Petugas melakukan Pemeriksaan :
3. Berat badan, Tanda-tanda Vital
4. Khusus : - Payudara : Bengkak ?? , Produksi ASI ???
- TFU : Penurunan TFU, Kontraksi
uterus
-Genetalia :Pengeluaran lochea, Jahitan
perineum bila ada, kondisi
Vulva
9. Petugas menentukan diagnosis kebidanan
10. Petugas memberikan penyuluhan / konseling sesuai dengan
kebutuihan
11. Petugas memberikan pengobatan sesuia dengan kebutuhan
dan di ambil si loket obat.
12. Petugas melakukan rujukan /konsultasi ke dokter puskesmas
bila ada indikasi
13. Petugas mencatat hasil pemeriksaan
14. Melakukan cuci tangan

PASIEN DATANG
7. Bagan alir

LOKET PENDAFTARAN &


KASIR

REKAM MEDIS

RUANG KIA

ANAMNESA

INFORMED CONSEN

PEMERIKSAAN FISIK

KONTRA
R.PENGOBATAN
INDIKASI

DOKUMENTASI

RESEP
APOTEK

PASIEN
PULANG

8. Unit Terkait 1. Loket pendaftaran & kasir


2. Rekam medis
3. Poli Pengobatan
4. Apotek
9. Dokumen Terkait 1. Kartu Identitas Pasien
2. Format screening Covid-19
3. Karcis
4. Kartu BPJS
5. Kartu Pasien
6. Buku KIA
7. Kohor IBU
8. Blangko Informed concent
9. Kertas Resep
10. Referensi 1. Buku pedoman modul midwife update 2016
2. Jurnal ilmiah simatek, ISSN 2550-0414. Kunjungan nifas
masa pandemic
3. Pedoman bagi ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru
lahir di era pandemi covid-19. Kementrian kesehatan RI
2020
E. TABEL ANALISA SOP

NO ITEM SOP LAMA SOP BARU ANALISIS


ANALISIS SOP
1 Pengertian Pelayanan ibu nifas adalah Pelayanan ibu nifas adalah Tidak ada perubahan
pelayanan kesehatan sesuai pelayanan kesehatan sesuai
standar pada ibu mulai 6 jam standar pada ibu mulai 6 jam
sampai dengan 42 hari pasca sampai dengan 42 hari pasca
persalinan oleh tenaga persalinan oleh tenaga
kesehatan. kesehatan.
2 Tujuan Untuk menurunkan angka Untuk menurunkan angka Tidak ada perubahan
kejadian kesakitan dan kematian kejadian kesakitan dan
pasca melahirkan kematian pasca melahirkan
3 Kebijakan tidak ada kebijakan dari Permenkes menambahkan kebijakan dari Penambahan kebijakan untuk
Permenkes memperkuat SOP

4 Pelaksana Pelaksananya hanya ada bidan Ditambah : Petugas yang berperan memberikan
1. Petugas Pendaftaran dan pelayanan, tidak hanya bidan saja,
kasir akan tetapi ada petugas lain yang
2. Petugas Recam medis ikut dalam proses pemeriksaan
3. Dokter
4. Apoteker
5. Perawat
5 Peralatan Peralatan tidak ada Peralatan di tambahkan di dalam Peralatan di tambah kan di dalam
SOP. SOP agar mempermudah petugas,
untuk menyiapkan alat dan bahan
habis pakai
6. Prosedur Tidak ada Pelayanan yang di lakukan pada
1. Petugas mencuci tangan 1. . Petugas mencuci tangan masa pandemi covid-19 berbeda
dan menggunakan APD dan menggunakan APD dengan pada saat sebelum pandemi
level 1 atau 2 level 1 atau 2 sehingga prosedur nya berbeda.
2. Memberikan salam dan 2. Memberikan salam dan
memperkenalkan diri memperkenalkan diri
dengan ramah dengan ramah
3. Menanyakan alasan klien 3. Menanyakan alasan klien
datang datang
4. Melakukan anamnesa 4. Melakukan anamnesa
meliputi: Data meliputi: Data
umum,riwayat sebelum umum,riwayat sebelum
nya, riwayat kesehatan nya, riwayat kesehatan
5. Konseling pra pelayanan 5. Konseling pra pelayanan
6. Menjelaskan prosedur yang 6. Menjelaskan prosedur
akan di laksanakan yang akan di laksanakan
7. Diagram alir Kolom diagram alir terpisah dari Diagram alir lebih dilengkapinya
1. SOP lama diagram alir kurang kolom prosedur.Pada agar petugas lebih mudah dalam
engkap Diagram alir dilengkapi dengan: bekerja sesuai SOP
Loket pendaftaran dan kasir,
Pengisian status pasien , ruang
pengobatan, apotik,
8 Unit Terkait Tidak ada kolom unit terkait Ada kolom unit terkait Dengan adanya kolom unit terkait
diantaranya yaitu Loket akan dapat diketahui unit apa saja
pendaftaran dan kasir, Unit yang berkaitan dengan pelayanan
Recam medis , Poli pengobatan poli kia saat Nifas
dan apotik.
9. Dokument terkait 1. Program KIA Dokument terkait dilengkapi Dokumen terkait di tambah untuk
dengan :
2. Program gizi mempermudah data pasien
1. Kartu Identitas Pasien
2. Format screening Covid-
19
3. Karcis
4. Kartu BPJS
5. Kartu Pasien
6. Buku KIA
7. Kohor IBU
8. Blangko Informed
concent
9. Kertas Resep

10 Referensi Buku pedoman modul midwife 1. Buku pedoman modul Perkembangan jaman dari masa ke
update 2016 midwife update 2016 masa merubah, sehingga SOP yang
2. Jurnal ilmiah simatek,
ISSN 2550-0414. lama harus banyak d perbaiki untuk
Kunjungan nifas mempermudah petugas.
masa pandemic
3. Pedoman bagi ibu
hamil, bersalin, nifas
dan bayi baru lahir di
era pandemi covid-
19. Kementrian
kesehatan RI 2020
F. PENUTUP

a. Kesimpulan

SOP Pelayanan Ibu Nifas Puskesmas Simpenan Di Masa Pandemi


Covid-19 diperlukan agar alur penanganan dapat dijalankan dengan tepat dan
benar sehingga dapat menggurangi Penularan Ibu nifas di masa Pandemi
Covid-19.

b. Saran

o Perlu dilakukan revisi pada beberapa bagian seprti yang telah


di paparkan pada bagian analisis

o Perlu dilakukannya penambahan langkah-langkah protokol


kesehatan pada penanganan masa Nifas di era new normal

Jakarta, 20 Desember 2020


Kegiatan dokumentasi
PRAKTEK KALOBORASI INTERPROFESIONAL PADA NY.S
DENGAN ABORTUS INKOMPLIT
DI PUSKESMAS KALIBUNDER KECAMATAN KALIBUNDER KABUPATEN
SUKABUMI

OLEH:

TIARA ROSA
07190200082

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


DEPARTEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESAHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
TAHUN 2020
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Abortus inkomplit adalah salah satu jenis keguguran yang terjadi pada usia kehamilan

kurang dari 20 minggu. Saat kondisi ini terjadi, jaringan janin yang telah mati tidak dapat keluar

dari rahim sepenuhnya sehingga menyebabkan wanita mengalami kondisi perdarahan terus

menerus.Wanita yang mengalami abortus inkomplit umumnya mengalami perdarahan hebat dan

kram perut. Pada sebagian besar kasus, setelah diagnosis abortus inkomplit dilakukan, secara

perlahan jaringan janin akan keluar dengan sendirinya.Meski demikian, proses tersebut

membutuhkan waktu. Sebab, masih ada jaringan janin yang tetap tertinggal di dalam rahim dan

harus dikeluarkan dengan kuret atau tindakan pengobatan lainnya.Abortus inkomplit tidak sama

dengan missed miscarriage atau keguguran yang tidak terdeteksi, yakni suatu kondisi di mana

janin tidak berkembang, tetapi leher rahim masih tertutup dan tidak terjadi perdarahan.

(Cunningham, et al., 2014)

Penyebab abortus inkomplit Secara umum, keguguran, termasuk abortus inkomplit, dapat

disebabkan oleh berbagai macam, tetapi tidak semua kasus keguguran dapat diketahui

alasannya.Jika keguguran terjadi dalam 3 bulan pertama usia kehamilan, penyebab utamanya

bisa jadi adalah kondisi janin yang tidak optimal. Salah satu penyebab keguguran yang paling

umum adalah adanya kelainan pada kromosom bayi. Jika bayi memiliki kelebihan atau

kekurangan kromosom maka bayi tidak dapat berkembang secara normal.Akan tetapi, apabila

keguguran terjadi setelah 3 bulan pertama kehamilan, atau pada usia kehamilan 13-24 minggu,

maka kemungkinan penyebabnya adalah kondisi kesehatan sang ibu.

Penanganan abortus inkomplit biasanya Menunggu respon tubuh untuk mengeluarkan sisa

jaringan sendiri. Namun hal ini dapat membuat perdarahan yang lama serta Anda harus

melakukan
kunjungan rutin untuk memantau banyaknya perdarahan yang keluar.Mengonsumsi misoprostol.

Pemberian obat guna mempercepat proses pengeluaran sisa jaringan janin dalam rahim. Namun

ini juga harus dalam pengawasan dokter.Tindakan kuretase. Cara ini memang yang paling aman

dan efektif untuk mencegah terjadinya perdarahan yang banyak. (Yulaika Lily 2015:72)

Menurut Organisasi Dunia (WHO) Angka abortus di seluruh dunia adalah sekitar 35 per

1000 wanita yang berusia 15-44 tahun, abortus merupakan salah satu penyebab tingginya angka

kematian ibu di Indonesia dari seluruh kehamilan (selain keguguran dan lahir mati), 26%

diantaranya berakhir dengan abortus (5). Sekitar 44% abortus di dunia adalah ilegal, 64% abortus

legal dan hampir 95% abortus ilegal terjadi di negara berkembang. sekitar 25% kematian ibu di

Asia yang disebabkan karena abortus masih tinggi. Abortus yang tidak aman bertanggung jawab

terhadap 11% kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia 13%). Abortus inkomplit memiliki

kontribusi dalam kematian ibu, abortus inkomplit merupakan komplikasi 10-20% kehamilan,

penatalaksanaan abortus inkomplit dapat dilakukan secara ekspektatif, medikamentosa dan

tindakan bedah dengan kuretase atau aspirasi vakum.

2. TUJUAN

1. Untuk mendapatkan gambaran tentang SOP abortus inkomplit di Puskesmas

Kalibunder dan langkah-langkah pelaksanaan abortus inkomplit di Puskesmas

Kalibunder.

2. Untuk mengetahui kebaruan SOP yang telah di revisi.


PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
KEBIDANAN DEPARTEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

B. SOAP
ASUHAN KEBIDANAN ABORTUS INKOMPLIT
No Registrasi : 0004/110
Tanggal Pengkajian : 30-11-2020
Waktu Pengkajian : 12.00 WIB
Tempat Pengkajian : Poned
Puskesmas Pengkaji : Tiara rosa

Nama : Ny. S Nama Suami :Tn.R


Umur : 21 Tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp.Cibuntu RT 02/RW 05 Desa Sukaluyu kecamatan
Kalibunder
Kabupaten Sukabumi

S : Subjektif
Ibu mengatakan ini kehamilan pertama, dan usia kandungan ibu 8 minggu, ibu mengatakan
sudah keluar darah 1 minggu yang lalu, pertama keluar darah coklat sedikit-sedikit kemudian
tanggal 24- 11-2020 periksa ke dokter kandung dan di berikan obat penguat, tapi darah yang
keluar tidak berhenti lama kelamaan keluar darah banyak ada gumpalan yang keluar sebesar 2
ibu jari.
HPHT : 20-09-2020
TP : 27-06-2021
O : Objektif
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos mentis , BB 50 kg,TB 155 IMT 20,8 T : 110/70
mmHg, Nadi :80 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36,5.0C. lila: 24cm, VT: v/v: t.a.k , portio: tebal
lunak
, pembukaan : 1cm , hasil inspekulo : terlihat jaringan di portio, Hasil USG: sudah tidak ada
janin dan masih tersisa kantung janin yang belum keluar.
Kepala : Tidak ada benjolan, tidak ada ketombe,Wajah tidak oedem dan tidak ada cloasma,
conjuntiva Tidak pucat,sklera tidak ikterik,mulut bibir tidak anemis, rahang/gusi tidak bengkak,
leher tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan tidak ada pembengkakan kelenjar
thyroid, payudara tidak ada benjolan, Abdomen bentuk datar tidak ada benjolan,turgor
baik,Ekstremitas atas lengan tidak ada kelainan,simetris dan pergerakan normal,Ekstremitas
bawah tidak ada kelainan,simetris,pergerakan normal,Genitalia eksterna tidak ada infeksi
jamur,tidak ada kutil,tidak ada lesi, labia mayora dan minora tidak ada benjolan/pembengkakan,k
elenjar skene tidak ada pembengkakan.
A : Ny.S usia 21 tahun G1P0A0 hamil 8 minggu dengan SUSPEK AB INCOMPLIT
P :
1. Memakai APD level 1 atau 2
2. Petugas mempersilahkan pasien masuk ke ruang pemeriksaan
3. Menyapa klien dengan sopan dan ramah, klien merespon dengan ramah.
4. Melakukan Anamnesis tentang identitas,keluhan dan pemeriksaan fisik hed to toe,klien
menyetujuinya.
5. Menjelaskan Prosedur pemeriksaan, pasien dan keluarga menyetujuinya.
6. Melakukan screening covid-19
7. Klien tidak memiliki riwayat perjalanan jauh termasuk tetangga juga tidak ada yang
dari luar, dan pasien serta keluarga melaksanakan protocol covid-19 seperti
menggunakan masker dan yang menunggu pasien diruangan satu orang hanya
suami, yang lain pada menunggu diluar ruangan yaitu ditempat tunggu yang
difasilitasi oleh puskesmas
8. Melakukan infoconcent pada ibu dan keluarga pasien sebelum melakukan pemeriksaan dan
tindakan, klien dan keluarga menyetujuinya.
9. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir
10. Memakai sarung tangan.
11. Melakukan pemeriksaan tekanan darah,nadi,respirasi,suhu, tinggi badan dan berat badan.
12. Menjelaskan kepada pasien untuk berbaring di tempat tidur untuk di lakukan pemeriksaan
13. Melakukan pemeriksaan fisik,pemeriksaan ginekologi dan pemeriksaan penunjang.
14. Rapikan kembali pakaian ibu.
15. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga, klien dan keluarga sudah mengetahui dan
mengerti apa yang dijelaskan oleh petugas
1. Memberitahu pada ibu bahwa harus dilakukan pemeriksaan laboratorium,klien
mengatakan mau dilakukan pemeriksaan laboratorium
2. Melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium
- Hb : 14,0gr/dl
- Test HCg : Positif
- Protein Urine : Negatif
- Glukosa Urine : Negatif
- Hepatitis : Negatif
- Golongan darah : B rhesus +
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter puskesmas dengan advis dokter:
- Pasang infus RL 20 tpm ( 20 tetes / menit)
- Observasi tanda-tanda syok bila terjadi syok saat pendarahan
- Melakukan USG
- Rujuk klinik dokter kandungan
4. Melakukan pasang infus pada pasien, pasien sudah diinfus RL dengan 20 tetes /menit
5. Mendampingi ibu untuk dilakukan USG oleh dokter puskesmas, masih ada sisa jaringan
6. Melakukan Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi), Evaluasi tanda-tanda syok, bila
terjadi syok karena perdarahan., tidak ada tanda-tanda syok akibat pendarahan, karena ibu
mengalami pendarahan sedikit (plek)
7. Dokter menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa hasil pemeriksaan
dari USG ibu harus di konsulkan lagi ke klinik Dr obgyn (dokter kandungan), ibu dan
keluarga mengerti apa yang di jelaskan oleh petugas dan mau di rujuk.
8. Mempersiapkan Rujukan , persiapan pasien, persiapan keluarga, administrasi
menggunakan biaya umum, persiapan dokumentasi SOAP, ambulan dan petugas
kesehatan yang akan mengantar, persiapan sudah siap.
9. Mendampingi pasien dalam rujukan ke klinik dokter, pasien sudah di antar , pasien sudah
terdaftar, dilakukan USG ulang oleh dokter obgyn dengan hasil masih ada sisa jaringan
dan harus dilakukan kuretase
10. Melakukan konseling akhir, menyampaikan kapan harus kunjungan ulang.
11. Membuat dokumentasi, dokumentasi terlampir.
C. SOP LAMA

PENANGANAN ABORTUS
SPONTAN INKOMPLIT

No. Dokumen
No. Revisi
SOP TanggalTerbit :7-10-19
Halaman 4
PUSKESMAS
KALIBUNDE ADE SETIAWAN,SKM
R NIP. 19770210200701 1 009

1. Definisi 1. Abortus ialah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan,dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram.
2. Abortus inkomplit adalah abortus yang sebagian hasil konsepsi telah
keluar dari kavum uteri masih ada yang tertinggal.
2. Tujuan 1. Untuk mengetahui penyebab abortus dan memberikan tindak lanjut secara
komprehensif

3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Kalibunder Nomor :


440//… KEP/38.07.103.102/2019
4. Referensi Prawirohardjo Sarwono. Ilmu Kebidanan. 2018
Panduan Praktik klinik dokter fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer 2019
5. Alat dan - APD
Bahan
- Inspekulo
- Tensimeter
- Kapas DTT
- Stetoskop
- Rekam Medis
- Kertas Resep
- USG
6. Prosedur 1. Melakukan anamnesis
- Sapa klien dengan ramah
- Petugas menanyakan identitas pasien dan memberikan inform consent secara lisan pada
pasien atau keluarga pasien
- Tanyakan Keluhan yang terdapat pada pada pasien abortus antara lain :
> Abortus inkomplit :
perdarahan aktif, nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan, pengeluaran
sebagian hasil konsepsi, mulut rahim terbuka dengan sebagian sisa konsepsi tertinggal,
terkadang pasien datang dengan keadaan syok akibat perdarahan .
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

3. Penilaian tanda-tanda vital ( tekanan darah, nadi, respirasi, suhu )


4. Penilaian tanda-tanda syok
5. Periksa konjungtiva untuk tanda anemia
6. Mencari tanda akut abdomen dan defans muscular
7. Pemeriksaan ginekologi ditemukan :
8. Abortus inkomplit : ostium uteri terbuka, dengan terdapat sebagiansisa
konsepsi, perdarahan aktif, ukuran uterus sesuai usia kehamilan.
9. Pemeriksaan penunjang
10. Pemeriksaan USG
11. Pemeriksaan tes kehamilan dan pemeriksaan darah perifer Lengkap(bila
diperlukan)
12. Penatalaksanaan
komprehensif Abortus
Inkomplit
- Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi)
- Evaluasi tanda-tanda syok, bila terjadi syok karena perdarahan,Pasang IV
line (bila perlu 2 jalur) segera berikan infus caira NaCl fisiologis atau cairan
ringer laktat disusul dengan darah.
- Setelah syok teratasi rujuk ke fasilitas selanjutnya untuk dilakukan kerokan
(D/C). Pasca tindakan berikan ergometrin IM
13. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan USG
- Pemeriksaan tes kehamilan dan pemeriksaan darah
perifer Lengkap
7. Bagan alir
Memberi salam dan
memperkenalkan diri

Melakukan anamnesis
pemeriksaan fisik,pemeriksaan
penunjang dan mendiagnosis

Memberi
tatalaksana,konseling,edukasi
dan mencatat,pada rekam
Merujuk pasien jika tidak
memungkinkan di lakukan
di pelayanan primer

8.Unit terkait - PONED


- Poli KIA
- IGD
9.Dokumen terkait - Rekam medis
- Buku KIA
- Kohort Ibu
- Blangko informed consent
D. SOP REKOMENDASI

PROSEDUR TETAP ABORTUS


INKOMPLIT
: SOP/ /
No. Dokumen
35.07.103.102/209
No. Revisi :0
TanggalTerbit : 15 Desember 2020

SOP

Halaman :¼
PROGRAM STUDI
SARJANA KEBIDANAN
DEPARTEMEN
KEBIDANAN STIKIM
PUSKESMAS KEPALA
KALIBUNDER ADE SETIAWAN SKM.MM
NIP.19751001.199703.2.002

1. Abortus ialah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilankurang dari 20 minggu atau berat
anak kurang dari 500 gram.
2. Abortus Inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri masih
ada yang tertinggal.
3. Penanganan abortus:
1. biasanya menunggu respon tubuh untuk mengeluarkan sisa jaringan sendiri. Namun hal
1. Pengertian
ini dapat menyebabkan pendarahan yang lama serta harus melakukan kunjungan rutin
untuk memantau banyaknya pendarahan yang keluar.
2. mengkomsumsi misoprostol guna mempercepat proses pengeluaran sisa jaringan
dalam Rahim namun ini juga harus dalam pengawasan dokter.
3. tindakan Kuratase cara ini memang yang paling aman dan efektif untuk mencegah
pendarahan yang banyak.

2. Tujuan Untuk mengetahui penyebab abortus dan memberikan tindak lanjut secara
komprehensif.
Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Kalibunder Nomor 440/ / KEP/38.07.103.102/2019
Tentang Kebijakan Pelayanan klinis Puskesmas kalibunder (Kebijakan Pemeriksaan abortus
3. Kebijakan
harus mengikuti langkah-
langkah yang tertuang dalam intruksi kerja dan harus sesuai dengan SOP)
4. Pelaksana Dokter , Bidan, petugas laboratorium, petugas pendaftaran.
5. Alat dan Persiapan alat:
Bahan - APD Level 2
- face sield
- Masker medis / masker N95
- Inspekulo
- Tensimeter
- Kapas DTT
- Handskoon
- Larutan clorin
- Stetoskop
- Rekam:Medis
- Kertas Resep
- Surat Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
- USG

6. Prosedur 1) Prosedur pelaksanaan:


2) Petugas mempersilahkan pasien masuk keruang pemeriksaan
3) Mengucapkan salam kepada pasien
4) Screening Covid 19.
5) Memakai APD.
6) Memperkenalkan diri sebagai petugas pelaksana kepada pasien
7) Melakukan anamnesa kepada pasien
8) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
9) Membuat Infomconsent tentang persetujuan tindakan
10) Mencuci tangan Dengan menggunakan sabun dan air mengalir
11) Memakai sarung tangan.
12) Melakukan pemeriksaan TD, S, N, R dan BB
13) Menganjurkan kepada pasien untuk berbaring di tempat tidur untuk
dilakukan pemeriksaan
14) Mendekatkan alat-alat yang akan digunakan pada saat pemeriksaan
15) Melakukan pemeriksaan fisik
16) Melakukan pemeriksaan ginekologi
17) Melakukan pemeriksaan penunjang, (pemeriksaan USG,pemeriksaan test
kehamilan, pemeriksaan darah primer lengkap)
18) Rapikan kembali pakaian ibu
19) Melakukan Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi), Evaluasi
tanda- tanda syok, bila terjadi syok karena perdarahan,Pasang IV line (bila
perlu 2 jalur) segera berikan infus caira NaCl fisiologis atau cairan ringer
laktat disusul dengan darah
20) Bereskan alat-alat yang telah digunakan
21) Masukan alat-alat yang telah digunakan kedalam baskom yang berisi cairan
clorin
22) Melepaskan sarung tangan
23) Memasukan sarung tangan kedala baskom yang berisi cairan klorin
24) Rendam alat-alat selama 15 menit.
25) Mencuci tangan
26) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien
27) Mendokumentasi hasil pemeriksaan kedalam SOAP
28) Melakukan kolaborasi dengan dokter jaga untuk menegakan diagnosa
29) Memberikan pengantar terapi obat bila ditemukan tanda infeksi ringan atau
terjadi syok sesuai resep yang diberikan dokter jaga
30) Melakukan rujukan sesuai advis dokter jaga
31) Mencuci bilas alat-alat yang di gunakan dan di sterilkan kembali

7.Bagan Alir
Pasien Datang Scrining Covid 19

POLI
KIA
- Informed consen Pendaftaran & Kasir
-
anamnesa

PONED Pemeriksaan Fisik

Kontra
Indikasi

-pemeriksaan darah
lengkap
-pemeriksaan Hcg

Pemeriksaan

ginekologi Diagnosis

Perbaikan
KU/stabilisas
i

Pemberian Obat

Rujuk
8. Unit terkait - Unit Pendaftaran
- Poli KIA
- PONED
- Unit Laboratorium
- Unit Farmasi
- Klinik dokter kandungan

- Kartu BPJS/KIS
- Rekam medis
- Buku KIA
9. Dokumen
- Kohort Ibu
Terkait
- Kertas resep
- kertas hasil laboratorium
- Blangko Informed consent
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. 2018
10. Referensi
Panduan Praktik klinik dokter fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer 2019

E.ANALISIS SOP

No Item SOP Asli SOP Baru Analisis

1 Pengertian -Abortus ialah ancaman atau -Abortus ialah ancaman Di


pengeluaran hasil konsepsi atau pengeluaran hasil tambahkan
sebelum janin dapat hidup konsepsi sebelum janin
diluar kandungan, dan sebagai dapat hidup diluar
batasan digunakan kandungan, dan sebagai
kehamilankurang dari 20 batasan digunakan
minggu atau berat anak kehamilankurang dari 20
kurang dari 500 gram. minggu atau berat anak
kurang dari 500 gram.
-Abortus Inkomplit adalah -Abortus Inkomplit
sebagian hasil konsepsi telah adalah sebagian hasil
keluar dari kavum uteri masih konsepsi telah keluar dari
ada yang tertinggal kavum uteri masih ada
yang tertinggal
Penanganan abortus:
1. biasanya menunggu
respon tubuh untuk
mengeluarkan sisa
jaringan sendiri. Namun
hal ini dapat
menyebabkan
pendarahan yang lama
serta harus melakukan
kunjungan rutin untuk
memantau banyaknya
pendarahan yang
keluar.
2. mengkomsumsi
misoprostol guna
mempercepat proses
pengeluaran sisa
jaringan dalam
Rahim namun ini
juga harus dalam
pengawasan dokter.
3. tindakan Kuratase
cara ini memang
yang paling aman
dan efektif untuk
mencegah
pendarahan yang
banyakl

2 Tujuan Untuk mengetahui Untuk mengetahui Tidak ada


penyebab abortus dan penyebab abortus dan perbedaan
memberikan tindak lanjut memberikan tindak
secara komprehensif lanjut secara
Komprehensif
3 Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Keputusan Kepala UPTD Di
Kalibunder Nomor:
Puskesmas Kalibunder tambahkan.
440//..KEP/38.07.103.102/2019
Nomor 440/ /
KEP/38.07.103.102/2019
Tentang Kebijakan
Pelayanan klinis
Puskesmas kalibunder
(Kebijakan Pemeriksaan
abortus harus
mengikuti langkah-
langkah yang tertuang
dalam intruksi kerja dan
harus sesuai dengan
SOP)
4 Pelaksana Tidak ada Bidan,Dokter, Petugas Di
Laboratorium yang tambahkan
sudah di limpahi
wewenang.

5 Prosedur SOP lama Tidak ada protokol Di buat (di tambahkan) Karena
covid 19 Skreening covid 19 sekarang
lagi musim
pademi
covid -19,
pada saat
keputusan
SOP belum
ada pademi
covid-19
6 Alat dan - APD - APD 1/2 Alat-alat
bahan - Inspekulo - Inspekulo nya lebih di
- Tensimeter - Tensimeter lengkapi
- Kapas DTT - Kapas DTT lagi agar
- Stetoskop - Stetoskop lebih safety
- Rekam:Medis - Rekam:Medis lagi karna
- Kertas Resep - Kertas Resep lagi masa
- USG - USG pamdemi
- Surat permintaan Covid 19.
pemeriksaan
laboratorium
- Masker medis/
masker N95
- Face shiled
- Apron/gown
- Sepatu

7 Bagan alir Ada Lebih di


- Pasien datang
lengkapi
- Skrineeng covid
lagi.
19
- Pendaftaran/kasir
- Pemeriksaan
ginekologi
- Pemeriksaan
USG
- Perbaikan
KU/Stabilisasi
- Pemberian obat
obat
- Tidak lanjut
berkolaborasi
dengan dokter

8 Unit terkait Poned PONED Lebih di


Poli KIA Poli KIA lengkapi
IGD IGD lagi.
Pendaftaran
Laboratorium
Klinik dokter kandungan
/ Rs
9 Dokumen Rekam medis Rekam medis Lebih di
Buku KIA
terkait Buku KIA lengkapi
Kohort Ibu
Blangko informed consent Kohort Ibu lagi.
Kartu BPJS/KIS
Blangko Informed
Consent
10 Referensi -Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu -Prawirohardjo, Sumber
Kebidanan. 2018 Sarwono. Ilmu sudah
-Panduan Praktik klinik dokter Kebidanan Tahun 2018 relavan ( 5
fasilitas Pelayanan Kesehatan -Panduan Praktik klinik tahun
Primer dokter fasilitas terakhir)
Pelayanan Kesehatan
Primer 2019
Item
No Lama Rekomendasi Analisis
analisis
1 SUBJEKTIK Menanyakan alasan Menanyakan alasan datang Tidak ada
datang dan keluhan dan keluhan perubahan
2 OBJEKTIF Melakukan anamnesa Melakukan anamnesa
seperti data umum seperti data umum Melibatkan
unit terkait.
pemeriksaan fisik, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan pemeriksaan penunjang
penunjang dan dan pemeriksaan
pemeriksaan ginekologi. Berkolaborasi
ginekologi. dengan dokter dan petugas
laboratorium.
3 ASSESMENT Meliputi nama,usia, Meliputi nama,usia, paritas Tidak ada
paritas dan diagnosa dan diagnosa ibu perubahan.
ibu
4 PLANNING - Tidak ada - Memakai APD Dengan adanya
persiapan memakai level 1/2 wabah covid
APD di prosedur - Persiapan alat di 19 ini kita
terdahulu laksanakan harus lebih
-Tidak ada persiapan - Melakukan memperhatikan
alat-alat di prosedur skreening covid keamanan di
terdahulu 19 setiap kegiatan
- Soap lama tidak - Melakukan dengan
melakukan skreening kolaborasi dengan memakai APD
covid 19 dokter,petugas lengkap. dan
- melakukan laboratorium, dan prosedur-
kolaborasi hanya unit terkait prosedur nya
dengan dokter lainnya yang lebih di
- Tidak tercatat terlibat. lengkapi lagi.
pelaksanaan di - Mendokumentasikan
setiap hasil pemeriksaan
tindakan
- Tidak - Menyarankan untuk
menyaranankan untuk kontrol ulang
kontrol ulang kembali

F. PENUTUP

1. KESIMPULAN
Setelah melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada ny. S usia 21 tahun dengan
diagnosa kebidanan G1P0A0 dengan Abortus Inkomplit dengan menganalisa SOP yang baru
dan SOP yang lama di Puskesmas Kalibunder Kabupaten Sukabumi maka dapat di simpulkan
sebagai berikut:
1. SOP yang lama masih sama dengan yang sebelumnya dari mulai pengertian,tujuan,dan
sebagainya akan tetapi ada beberapa yang di tambahkan seperti pelaksana, bagan
alir,dokumen terkait lebih di lengkapi dan yang lainnya.dan pada masa pandemi covid 19
ini untuk aviden base dari SOP yang baru yaitu ada perbedaan di prosedur dimana yang
baru pada saat pemeriksaan harus melakukan skreening Covid 19 dan menggunakan
APD lengkap atau sesuai dengan Protokol Covid 19.
2. Penatalaksanaan yang di lakukan pada kasus abortus inkomplit ini adalah observasi,tanda-
tanda vital,pendarahan kemudian melakukan tindakan kuratase berkolaborasi dengan
Dokter Obgyin (dokter kandungan) yang sebelumnya melalui memberitahu persetujuan
pada ibu dan keluarga. Observasi pos kuratase, memberi therapy, memberi KIE
kebersihan alat Genetalia,KIE KB pasca keguguran dan memfasilitasi ibu untuk
kunjungan ke Dokter kandungan.
2. SARAN
a. Untuk bidan hal yang dapat di lakukan sebagai bidan yaitu melakukan deteksi dini
komplikasi pada ibu hamil dengan pengkajian secara teliti,sehingga dapat di lakukan
asuhan dan penanganan jika terjadi komplikasi. Memberi KIE pada ibu hamil tentang tanda
bahaya selama kehamilan.syarat satunya bidan di harapkan mengikuti perkembangan ilmu
terutama pada penangana abortus inkomplit. Sehingga bidan dapat memberi penatalaknaan
dengan benar. Dan pada masa pandemi Covid 19 ini kita harus melaksanakan sesuai prokol
Covid 19 dengan memakai APD, melakukan Skreening Covid 19.
b. Untuk SOP rekomendasi ini di harapkan menjadi bahan masukan untuk di laksanakan di
Puskesmas dan di bicarakan bersama-sama dan sepakati dengan adanya SK kebijakan
yang baru dari Kepala Puskesmas.
G. LAMPIRAN KEGIATAN
LAPORAN PRAKTIK KOLABORASI INTERPROFESIONAL

BAYI BARU LAHIR PADA BY "R" DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM

DI PKM RS BHAKTI RAHAYU AMBON

DISUSUN OLEH:
REGGIE Y BATKORMBAWA
NPM: 07190100042

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA

2020
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami

gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat

memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. Salah satu

faktor kegagalan pernapasan dapat disebabkan oleh adanya gangguan sirkulasi dari ibu ke

janin karena ketuban telah pecah atau ketuban pecah dini (Abdul Rahman & Lidya 2014:34).

Menurut World Health Organization (WHO) 2012, setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di

dunia, Kira-kira 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi mengalami asfiksia neonatorum, hampir 1

juta (27,78%) bayi ini meninggal . Di Indonesia, Asfiksia pada pada bayi baru lahir menjadi

penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian ba yi baru lahir setiap tahun. World Health

Organization (WHO) menyatakan bahwa angka kematian bayi sebagian besar disebabkan

oleh asfiksia (20-60%), infeksi (25-30%), bayi dengan berat lahir rendah (25-30%), dan

trauma persalinan (5-10%) di kawasan Asia Tenggara menempati urutan kedua yang paling

tinggi yaitu sebesar 142 kematian per 1000 kelahiran setelah Afrika. Indonesia merupakan

negara dengan AKB dengan asfiksia tertinggi kelima untuk negara ASEAN pada tahun 2011

yaitu 35 kematian per 1000 kelahiran, dimana Myanmar 48 kematian per 1000 kelahiran,

Laos dan Timor Laste 48 kematian per 1000 kelahiran, Kamboja 36 kematian per 1000

kelahiran (Maryunani 2013). Data tersebut mengungkapkan bahwa kira-kira 10% bayi baru

lahir membutuhkan bantuan untuk mulai bernafas, dari bantuan ringan sampai resusitasi

lanjut yang ekstensif, 5% bayi pada saat lahir membutuhkan tindakan resusitasi yang ringan

seperti stimulasi untuk bernafas, antara 1% sampai 10% bayi baru lahir dirumah sakit
membutuhkan bantuan ventilasi dan sedikit saja yang membutuhkan intubasi dan kompresi

dada (Saifudin, 2012).

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat

kesehatan di suatu negara seluruh dunia. AKB di Indonesia masih sangat tinggi, menurut

hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) bahwa AKB di Indonesia pada tahun

2012 mencapai 31/1000 KH (kelahiran hidup). Apabila dibandingkan dengan target dalam

Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 17/1000 KH, ternyata AKB di

Indonesia masih sangat tinggi.

Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak Indonesia)

adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah

lahir. Berbagai faktor pada ibu dan bayi berperan sebagai faktor risiko asfiksia perinatal.

Penilaian perinatal terhadap faktor risiko dan penanganan perinatal yang baik pada

kehamilan risiko tinggi sangat mutlak pada asfiksia perinatal Apabila komplikasi asfiksia

sudah terjadi maka diperlukan pendekatan multi disiplin untuk mencegah kerusakan yang

sudah terjadi agar tidak bertambah berat. (Prambudi, 2013).

Asfiksia dapat menyebabkan kerusakan organ berat dan berakibat fatal pada bayi baru

lahir. Redistribusi sirkulasi yang ditemukan pada pasien hipoksia dan iskemia akut telah

memberikan gambaran yang jelas mengapa terjadi disfungsi berbagai organ tubuh pada bayi

asfiksia. Gangguan fungsi berbagai organ pada bayi asfiksia tergantung pada lamanya

asfiksia terjadi dan kecepatan penanganan. Berdasarkan hasil penelitian lanjut Riskesdas,

asfiksia merupakan penyebab kematian kedua pada bayi setelah infeksi (Opitasari 2015:111).

Suatu studi mengenai dampak kerusakan organ pada bayi asfiksia menunjukkan 34% bayi

tidak didapatkan kerusakan organ, 23% bayi didapatkan kerusakan pada satu organ, 34%
bayi pada dua organ, dan 9% bayi pada tiga organ. Beberapa peneliti telah melaporkan

frekuensi disfungsi berbagai organ vital tersebut yaitu otak, kardiovaskular, paru, ginjal

saluran cerna dan darah. Adapun organ vital yang sering terkena adalah ginjal (50%), otak

(28%), kardiovaskular (25%) dan paru (23%). Upaya dalam menurunkan angka kematian

bayi baru lahir yang diakibatkan asfiksia salah satunya dengan cara melakukan suatu

pelatihan keterampilan resusitasi kepada para tenaga kesehatan agar lebih terampil dalam

melakukan resusitasi dan menganjurkan kepada masyarakat ataupun ibu khususnya, agar

setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan

keterampilan (Depkes RI, 2014)

2. Tujuan

1. Dapat menganalisa dan melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi

Baru Lahir dengan Asfiksia neonatorum.

2. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisis data Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia,

di Rs Bhakti Rahayu Ambon

3. Dapat merumuskan diagnosa/masalah aktual Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia, di Rs

Bhaktirahayu Ambon.
PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
DEPETEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

B. SOAP

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN


ASFIKSIA NEONATORUM

No. Registrasi :-
Tanggal Pengkajian : 26 /11/2020
Waktu Pengkajian : 10:00 WIT
Tempat Pengkajian : RS Bhakti Rahayu
Pengkaji :

DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Bayi
a. Nama : By “M”
b. Tempat/tanggal lahir : Ambon 21mei 2017 Jam 01.30 Wit
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Anak ke : 1 (satu)
e. Alamat : Jln. Yan Paays Xaverianum
2. Identitas Orang Tua
a. Nama : Ny “M” / Tn “S”
b. Umur : 25 Tahun / 24 Tahun
c. Nikah : 1 kali / lamanya 2 tahun
d. Suku : Ambon / Ambon
e. Agama : Kristen / Kristen
f. Pendidikan : SMU / D3 perawat
g. Pekerjaan : IRT / Perawat
h. Alamat : Jln. Yan Paays Xaverianum
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. GI P0 A0
b. HPHT 18 Agustus 2017
c. ANC sebanyak 4 kali selama masa kehamilan di PKM Belakang soya
d. Imunisasi TT sebanyak 2 kali di PKM Belakang soya
e. Tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi dan DM
f. Ibu tidak pernah kedukun dan tidak pernah minum obat-obatan dan jamu tanpa resep
dokter.
g. Ibu istirahat cukup yaitu tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 6-8 jam
h. Ibu mandi 2 kali sehari, menggosok gigi 3 kali sehari pagi hari, sore hari dan sebelum
tidur serta keramas 2 kali dalam seminggu.
i. Selama hamil ibu makan yaitu 3 kali sehari, nafsu makan baik dengan mengkomsumsi
makanan bergizi seimbang yaitu dengan menu nasi, ikan, tempe atau tahu, sayur, buah-
buahan seperti pisang, popaya, jeruk, minum air 6-8 gelas sehari dan tidak lupa minum
susu satu gelas setiap hari.
j. Ibu melahirkan tanggal 21 mei 2017 jam 01.30 Wit
k. Jenis persalinan adalah persalinan pervaginam dengan presentase belakang kepala,
ditolong oleh dokter di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah
l. Ibu diberi infus dengan cairan RL dengan tetesan 28 tetes/menit karena ibu nampak
lemas
m. Perlangsungan kala I 12 jam 30 menit
n. Perlangsungan kala II 45 menit
o. Bayi lahir dengan lilitan tali pusat tiga kali dileher dan erat
p. Bayi lahir dengan kehamilan post matur dan terdapat mekonium dalam air ketuban

DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum bayi buruk, bayi belum bisa bernafas dengan spontan.
2. Berat badan lahir : 2500 gram
3. Panjang badan lahir : 45 cm
4. Tanda-tanda vital
a. Frekuensi jantung : 60 kali/menit (nilai normal 120-160 kali/menit)
b. Pernafasan : Belum bernafas spontan (nilai normal 40-60 kali/menit)
c. Suhu : 35,5°c (36,5°c - 37,5°c)
5. Melakukan pemeriksaan fisik.
a. Kepala : Rambut hitam, tipis, ubun-ubun belum tertutup, tidak ada benjolan.
b. Mata : Simetris kanan dan kiri, sclera putih, kongjungtiva merah muda, dan kelopak
mata tidak oedema, tidak ada tanda-tanda infeksi.
c. Hidung : Simetris kanan dan kiri, gerakan cuping hidung tidak ada.
d. Mulut dan bibir : Bibir tampak kering dan pucat, terdapat banyak lendir, tidak ada
kelainan bawaan dan pallatum, refleks isap tidak ada.
e. Telinga : Simetris kanan dan kiri, tampak bersih, tidak ada secret dan daun telingan
elastis.
f. Leher : Tidak ada pembesaran atau benjolan.
g. Dada dan Perut : Simetris kanan dan kiri, gerakan dada tidak ada, keadaan tali pusat
tampak basah, dan terjepit dengan penjepit tali pusat.
h. Punggung dan Bokong : Tonjolan punggung tidak ada.
i. Genitalia : Testis sudah turun.
j. Anus : Tampak ada lubang anus.
k. Ekstremitas : Simetris kanan dan kiri, jumlah jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada
pergerakan yang aktif, warna biru dan teraba dingin.
l. Kulit : Verniks kurang, warna tubuh kebiruan, tidak ada tanda lahir
6. Pemeriksaan neurologis :
a. Refleks moro : Tidak ada
b. Refleks hisap : Tidak ada
c. Refleks rooting : Tidak ada

ASSESSMENT
Melakukan tindakan segera dan berkolaborasi dengan dokter spesialis Anak

PLANNING
Tanggal 28 Juni 2010 Jam 01.30 Wita
1. Menilai usaha bernafas, warna kulit, dan frekuensi denyut jantung
Hasil : Bayi tidak dapat bernafas spontan setelah lahir, warna kulit pucat atau biru dan frekuensi
jantung tidak teratur < 100 x/menit
2. Mengeringkan tubuh bayi, mengganti kain yang basah dengan kain yang kering dan bersih dan
membungkus tubuh bayi
Hasil : Bayi nampak terbungkus dengan kain kering dan bersih
3. Kolaborasi dengan dokter anak dalam melakukan tindakan resusitasi
Hasil : Dokter anak nampak mendampingi bidan yang sedang menangani bayi
4. Mengatur posisi bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi kemudian membersihkan permukaan
jalan nafas dan melakukan pengisapan lendir dengan Delee
Hasil : Permukaan jalan nafas sudah bersih tetapi belum dapat bernafas spontan
5. Melakukan rangsangan taktil dengan menyentil atau memukul-mukul telapak kaki bayi sambil
menggosok-gosok punggung bayi dengan kain kering
Hasil : Bayi nampak pucat dan belum dapat bernafas spontan
6. Melakukan ventilasi dengan menggunakan ambubag dan diselingi kompresi dada dengan
perbandingan 3 kali dan 1 kali ventilasi sampai bayi dapat bernafas spontan dan frekuensi jantung
> 100 x/menit tetapi terlebih dahulu atur posisi bayi dengan sedikit ekstensi sampai bayi
menunjukkan upaya barnafas
Hasil : Setelah 10 menit dilakukan VTP, bayi kemudian menangis dan bernafas secara spontan
tetapi bayi masih nampak pucat
7. Memberikan O2 2 liter/menit melalui kateter hidung
Hasil : Setelah beberapa jam pemberian, warna kulit bayi tetap biru yaitu seluruh tubuh kebiruan
dan pemberian O2 tetap dilakukan
8. Mengukur TTV dan menimbang
bayi Hasil :
Pernafasan : Belum Bernafas Spontan
Frekuensi jantung : 60 x/menit
Suhu : 35,5 oC
Berat badan : 2500 gram
Panjang badan : 45 cm
9. Melakukan perawatan tali pusat
Hasil : Tali pusat nampak terbungkus kasa steril
10. Injeksi vit.K 1 ml secara IM
Hasil : Bayi tidak menangis saat di injeksi
C. SOP LAMA

ASFIKSIA NEONATORUM

S No. Dokumen :
No.Revisi :- PKM Belakang Soya
O
P Tanggal Terbit :
Halaman :

Pengertian Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir.
Tujuan Sebagai acuan dalam penanganan bayi Asfiksia atau bayi gagal nafas
(Apnea)
Kebijakan SK KepKemenkes No 128 Tentang kebijakan Puskesmas

Referensi 1. Wahyudi (2010) dalam Suroso, Sunarsih: Apgar Score Pada Bayi
Baru Lahir Dengan Asfiksia Neonatorum Pasca
Resusitasi Jantung Paru, Jilid 2, November 2012, hlm.1-
94.
2. Wahyuni. (2013) Ilmu Kebidanan Maternal Neonatal. Jakarta: ECG
3. WHO Dalam Yuliana (2013) Asuhan Neonatus Bayi Dan
Anak Balita. Jakarta: Trans Info Media

Alat dan Bahan 1. Balon dan Sungkup Resusitasi


2. Bantalan bahu
3. Gunting
4. Pipa Oksigen
5. Stilet
6. Pipa Penghisap No 10
7. Pipa ET no 2,5,3.0. 3.5, 4.5
8. Laringsokop dengan Batrei cadangan
9. Inkubator

Prosedur Penatalaksanaan
1. Tindakan Umum
Bersihkan jalan nafas :
Kepala Bayi diletakan lebih rendah agar lender mudah
mengalir, bila perlu digunakan lariyoskop untuk membantu
penghisapan lender dari saluran nafas yang lebih dalam.
Rangsangan Reflek pernafasan :
Dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan
bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan
tanda achiles, mempertahankan suhu tubuh.
2. Tindakan Khusus
Pada kasus Asfiksia Berat : berikan O2 dengan tekanan positif
dan intermiten melalui pipa endotrakeal, dapat dilakukan
dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan
O2 yang di berikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan Spontan
tidak timbul dilakukan message jantung dengan ibu jari yang
menekan pertengahan sternum 80-100 x/menit.
Pada kasus Asfiksia Sedang/Ringan : pasang Relkiek
pernafasan (penghisap lender, rangsang nyeri) selama 30-60
detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (frog Breathing) 1-
2 menit yaitu : kepala bayi ekstensi maksimal beri O2 1-2
menit melalui Kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan
hidung serta gerakan dagu keatas bawah secara teratur
20x/menit.
3. Langkah-Langkah Resusitasi Pada Asfiksia Neonatorum
a. Lakukan penilaian : - Apakah BBL bernafas atau
menangis ?
Apakah cairan ketuban berwarna hijau ?
b. Jika bayi tidak bernafas atau mengalami kesulitan
bernafas, maka lakukan langkah awal: Cegah kehilangan
panas dengan meletakan pada tempat yang kering dan
hangat, Mengatur Posisi Bayi, bersihkan jalan nafas
dengan menghisap mulut dan hidung, mengeringkan
sambil melakukan rangsangan taktil. lakukan penilaian.
c. Jika bayi bernafas dengan baik, maka lakukan asuhan
normal Bayi baru lahir : Keringkan dan hangatkan,
kontak kulit ibu ke kulit bayi, Berikan Inisiasi Menyusui
Dini Atau IMD.
d. Jika bayi tidak bernafas normal atau megap-megap, maka
lakukan resusitasi dengan ventilasi positif memakai balon
dan sungkup : Jelaskan tindakan bayi dan tindakan,
pasang sungkup menutupi hidung dan mulut bayi,
lakukan pengujian ventilasi 2x, Bila dada tidak
mengembang, periksa atau lihat kepala dan sungkup,
apakah ada lender dalam mulut bayi, kemudian lakukan
ventilasi 40x dalam 60 detik sambil memantau gerakan
naik turun dinding dada, lanjutkan dengan penilaian
pernafasan dalam 10 detik, denyut jantung dalam 10
detik dan warna kulit, bila tidak terjadi pernafasan
spontan dalam 2-3 menit, rujuk dan lakukan penilaian
sampai pernafasan spontan terjadi.
e. Jika bayi bernafas dengan Baik nafas normal 30-60 kali
permenit, tidak ada cekungan dada, maka lakukan asuhan
normal Bayi Baru lahir : keringkan dan Hangatkan,
kontak kulit ibu ke kulit bayi, lakukan Inisiasi Menyusui
Dini.
Jika bayi Tidak Bernafas setelah 20 menit : Hentikan
resusitasi, beri dukungan pada ibu dan keluarga.

Diagram Alir Bayi Lahir


Bayi tidak menangis, tidak bernapas atau
megapmegap, sambil menilai, lakukan hal
berikut:
 letakkan bayi di atas perut ibu atau dekat Asuhan bayi normal
perineum
 selimuti bayi YA
 pindahkan bayi ke tempat resusitasi

Tidak
Langkah awal:
 Jaga bayi tetap hangat
 Atur posisi bayi
 Isap lender
 Keringkan dan rangsang taktil
 Reposisi
NILAI NAFAS

Bayi tidak bernapas/mengap-mengap


Bayi bernapas normal
Ventilasi:
 Pasang sungkup, perhatikan lekatan
Asuhan pascaresusitasi:  Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30
 Pemantauan cmH2O
 Pencegahan hipotermi  Bila dada mengembang lakukan
 IMD ventilasi dengn tekanan 20 cmH2O
 Pemberian vitamin K selama 30 detik
 Pencegahan infeksi
 Pemeriksaan fisik Nilai Napas
 Pencatatan dan pelaporan

Bayi tidak bernapas/mengap-mengap


Bayi Mulai Bernapas
 Ulangi ventilasi sebanyak 20
kali selama 30 detik
 Hentikan ventilasi dan nilai
kembali napas setiap 30 detik
 Bila bayi tidak bernapas
spontan sesudah 2 menit
resusitasi, siapkan rujukan

Bila diRujuk Bayi tidak bernapas/mengap-mengap


 Konseling  Sesudah 10 menit, pertimbangkan untuk
 Lanjutkan resusitasi menghentikan resusitasi
 Pemantauan  Konseling
 Pencegahan hipotermi  Pencatatan dan pelaporan
 Pemberian vitamin K
 Pencegahan infeksi
 Pencatatan dan pelaporan

Unit Terkait Dokter PKM, Bidan


Petugas Ambulans (bila rujuk)
RSUD

Dokument Terkait Rekam Medis


D. ANALISIS SOP
SOP untuk penanganan Asfiksia sudah sesuai dengan teori dan aturan yang ada. Dimana
baik dari pelayanan hingga penatalaksaannya terstruktur dengan sistematis. Tenaga kesehatannya
pun sudah sangat kompeten
Namun terdapat kekurangan dimana SOP belum diperbarui sehingga belum dapat
disesuaikan dengan “Adaptasi Kebiasaan Baru”, kemudian Persiapan dan pelaksanaan proses
rujukan tidak dicantumkan dan untuk penggunaan APD juga tidak dicantumkan dalam SOP

E. REKOMENDASI PENAMBAHAN SOP

ASFIKSIA NEONATORUM

S No. Dokumen :
No.Revisi :- PKM Belakang Soya
O
P Tanggal Terbit :
Halaman :

NO ITEM SOP REKOMENDASI SOP ALASAN


ANALISA
1. Referensi 1. Wahyudi (2010) dalam 1. Karlina, Novi (2016) Untuk mendapatkan banyak
Suroso, Sunarsih: Apgar Asuhan keterangan mengenai prosedur
Score Pada Bayi Baru Kegawatdaruratan penatalaksanaan asfiksia.
Lahir Dengan Asfiksia Maternal & Neonatal.
Neonatorum Pasca Bogor: In Media.
Resusitasi Jantung Paru, 2. Muslihatun, W.N.
Jilid 2, November 2012, (2010) Asuhan
hlm.1-94. Neonatus Bayi Dan
2. Wahyuni. (2013) Ilmu Balita. Yogyakarta:
Kebidanan Maternal Fitramaga
Neonatal. Jakarta: ECG 3. JNKP-KR. Yuliana.
3. WHO Dalam Yuliana (2015) Asuhan
(2013) Asuhan Neonatus Kebidanan Bayi Baru
Bayi Dan Anak Balita. Lahir dengan Asfiksia.
Jakarta: Trans Info Media Surakarta: Kusuma
Husada.

2. Alat Tidak disebutkan APD level 2 (Penutup Pemakaian APD saat


kepala, kacamata, pandemi atau sebelum
penggunaan APD
masker N95, face shield, pandemi adalah sama
handscoon, apron, yaitu menggunakan APD
sepatu boot) Level 2 (hanya
penambahan face shield)

3. Prosedur 1. Tidak lengkap Persiapan dan 1. Lakukan Persiapan Dan 1. Persiapan Proses Rujukan
proses Rujukan proses Rujukan :
2. Tidak dijelaskan Terapi Yang 2. Jelaskan Terapi Yang - Surat Rujukan
digunakan dapat dilakukan - mendapatkan
- Cairan Pengganti Volume - cairan pengganti persetujuan dari
Darah volume darah Nacl Fasilitas Kesehatan
- Natrium Bikarbonat 0.9% RL Yang ingin dirujuk.
- Natrium Bikarbonat - Transportasi
Asidosis : Metabolic - Tenaga Kesehatan
secara Kilinis (Nafas Mendapingi saat
Cepat dan dalam) rujukan.
Dosis : 1-3 mEq/kgbb 2. Terapi Dapat dilakukan
atau 2-4 ml Untuk dapat membantu
Percepatan Pemulihan
Nafas Pada Bayi

3. Persiapan Tidak disebutkan persiapan Penolong menggunakan Pemakaian saat pandemi atau
penolong penolong APD level 2 sebelum pandemi sama saja
yaitu menggunakan APD level
2 hanya saja ada penambahan
face shield
F. PENUTUP

1. Kesimpulan
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan salah satu bagian dari manajemen administrasi
dalam pelayanan kesehatan yang patut diperhatikan, agar terwujudnya tujuan dari permasalahan itu
sendiri yaitu salah satunya efektivitas dan efisiensi kerja. Sebagai contoh bagaimana prosedur dalam
memberikan suatu pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya ibu, bayi dan balita. Di
puskesmas sudah menerapkan SOP tatalaksana Asfiksia dalam kategori cukup baik, hanya saja ada
beberapa hal yang perlu ditambahkan atau direkomendasikan yaitu :
1. Pada Referensi ada penambahan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi sebanyak-
banyaknya.
2. Pada poin bagian prosedur/langkah-langkah dalam penanganan Asfiksia untuk SOP nya
dicantumkan Untuk proses Rujukan kurang lengkap Misalnya seperti Surat Rujukan
mendapatkan persetujuan dari Fasilitas Kesehatan Yang ingin dirujuk,Transportasi, Tenaga
Kesehatan.
3. Pada point alat dan Bahan yaitu tidak disebutkan penggunaan APD yang digunakan oleh
penolong.

2. Saran
Berdasarkan analisa yang sudah dilakukan, maka penulis mengajukan beberapa saran bagi pihak
Puskesmas , yaitu sebagai berikut :
1. SOP harus dilakukannya pembaharuan atau revisi dengan penambahan tindakan atau
prosedur sesuai dengan keadaan kesehatan sekarang yang dikenal dengan “Adaptasi
Kebiasaan Baru” dikarenakan ada nya masalah kesehatan terkait COVID-19.
2. SOP terkait langkah-langkah dalam penanganan asfiksia harus di cantumkan dalam SOP
secara jelas sampai pada pemecahan masalah.
LAPORAN PRAKTEK KOLABORASI INTERPROFESIONAL PADA IBU HAMIL
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DI PUSKESMAS BANGBAYANG KECAMATAN TEGALBULUD
KABUPATEN SUKABUMI

Oleh :

ELIS SUSILAWATI
07190200083

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


DEPARTEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
TAHUN 2020
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.
Mual dan muntah merupakan hal yang umumnya terjadi dalam kehamilan dan merupakan
kondisi yang fisiologis yang wajar terjadi pada kehamilan muda, yang dialami oleh 50%-
80% wanita hamil. Mual dan muntah jika berlanjut menjadi semakin berat akan
menyebabkan gangguan kehamilan yang disebut hiperemesis gravidarum yang dialami oleh
1 dalam 1000 wanita hamil, yang dapat menyebabkan dehidrasi dan asidoketotik (Price &
Wilson, 2015). Menurut WHO pada tahun 2015 sebanyak 303.000 perempuan meninggal
selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Sekitar 830 wanita meninggal akibat
komplikasi terkait kehamilan ata melahirkan diseluruh dunia setiap hari. Sebanyak 99%
kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negaranegara berkembang.
Rasio kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio
kematian ibu di 12 negara maju dan 51 negara persemakmuran (WHO, 2015).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), Angka Kematian Ibu
(AKI) masih cukup tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi hasil
(SDKI) 2014 lebih rendah dari pada hasil 2010, angka kematian bayi tahun 2012 adalah 32
kematian per 1000 kelahiran hidup, dan salah satu penyebab kematian di Indonesia adalah
bayi berat lahir rendah (SDKI,2014). Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia diperoleh
data ibu dengan hiperemesis gravidarum mencapai 14,8 % dari seluruh kehamilan. Keluhan
mual dan muntah terjadi pada 60-40 % multigravida. Hiperemesis gravidarum pada
kehamilan muda merupakan salah satu komplikasi sebagai akibat langsung kehamilan.
Meskipun bukan merupakan faktor utama penyebab kematian ibu di Indonesia, tetapi
kejadian emesis cukup besar yaitu 60-80% ada primigravida dan 40-60% pada multigravida
dan satu diantara 1000 kehamilan mengalami gejala lebih berat. Oleh karena itu mual dan
muntah tidak bisa dianggap ringan karena pada saat usia kehamilan muda organ-organ vital
janin terbentuk dan mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan janin yang dikandungnya
sehingga zat besi tidak dapat diserap oleh janin (Hackley & Barbara, 2012.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan anamnesa pada ibu hamil trimester pertama tahun 2020
di puskesmas Bangbayang hampir 80 % ibu hamil pada terimester pertama mengalami mual
muntah baik itu mual muntah ringan bahkan sampai dengan berat.oleh sebab itu saya
sebagai mahasiswa Program Sarjana Terapan Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju merasa tertarik untuk mengambil kasus pada Ibu Hamil dengan Hiperemesis
Gravidaru dengan melihat SOP lama yang ada di Puskesmas Bangbayang untuk di telaah
apabila di SOP lama ada kekurangan untuk di revisi dan di Analisa .
2. Tujuan

1) Untuk mendapatkan gambaran tentang Pemeriksaan ibu hamil dengan hiperemesis


gravidarum di Puskesmas Bangbayang dan Langkah – langkah Pelaksanaan
pemeriksaan ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum di Puskesmas Bangbayang

2) Untuk mengetahui eviden base/kebaruan dari SOP yang telah direvisi,sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan dan meningkatkan cakupan pelayanan pada ibu
hamil.
B. SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
No Registrasi : 1923
Tanggal Pengkajian : 11 Desember 2020
Waktu Pengkajian : 11.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas Bangbayang
Pengkaji : Elis Susilawati

Nama : Ny. Empi Nama Suami :Tn.Hidayat


Umur : 25Tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pendidikan : SMP Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Guru Honorer
Alamat : Kp.Buniwangi RT 01/RW 01 Desa Bangbayang
Kecamatan Tegalbuleud Kabupaten Sukabumi
S :
ibu mengatakan mengaku hamil 3 bulan, sudah pernah periksa ke bidan 1 kali,sekarang
ibu mengeluh mual ,pusing, disertau muntah yang berlebihan,makanan yang di makan
susah masuk, hamil ini hamil ke 2 tidak pernah keguguran dan tidak mempunyai riwayat
penyakit seperti, Ashma, hipertensi, jantung, DM,TBC dan tidak mempunyai penyakit
lainnya.

O : keadaan umum ibu lemas, kesadaran CM

Ibu tampak mual seperti ingin muntah

TD : 90/70 mmHg Denyut nadi : 80 kali/menit

Frekuensi nafas : 18 kali menit Suhu tubuh : 36,70C

Hasil pemeriksaan fisik pada Ny E normal tidak ada kelainan pada fisik

Kepala : Tidak ada benjolan, kebersihan cukup,Wajah tidak edema dan tidak ada cloasma,
conjungtiva merah muda,sklera putih, mulut bibir tampak kering, rahang/gusi tidak
bengkak, leher tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan tidak ada
pembengkakan kelenjarthyroid, payudara menonjol simetris tidak ada benjolan yang
abnormal, dada tidak ada nyeri tekan, abdomen tampak ada balotemen 2 jari atas syimpisis,
turgor kulit Tampak kering, ekstremitas atas simetris tidak ada kelainan dan pergerakan
normal, Ekstremitas bawah simetris tidak ada kelainan, pergerakan normal, Getalia
ekstern,interna dan anus tidak dilakukan pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan laboratorium HB 11,8 gram %,Goldar A rhesus +,HBSAG
negatif, HIV negatif.

A. Ny E usia 25 tahun G2P1A0 UK 14 Minggu 4 hari balotement positif


dengan Hiperemesis Gravidarum

P:

1. Melakukan scrining covid 19 Oleh bidan/perawat hasil ibu tidak mengeluh


batuk,flu,sakit tenggorokan,suhu 36,70C dan tidak bepergian ke luar kota

2. Infonconsent tindakan yang akan dilakukan oleh dokter/bidan hasil :keluarga membaca
infonconsent dan menandatanganinya

3. Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik oleh dokter/bidan

4. Memberitau kepada ibu hasil pemeriksaan fisik oleh dokter/bidan hasil : normal dan tidak
ada kelainan

5. Menjelaskan pada pasien bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis
dan mual dan muntah adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan
menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan oleh dokter/bidan hasil : ibu mengerti
penjelasan bidan

6. Melakukan konseling oleh dokter/bidan

 Konseling nutrisi pada bumil dengan hiperemesis gravidarun untuk mengurangi


kekurangan kadar nutrisi menganjurkan untuk makan dalam jumlah yang sedikit tapi
dengan frekuensi yang lebih sering ,makan makanan yang bergizi seperti harus ada
sanyuran, ikan/daging/tahu/tempe/telor/kacang-kacangan.

 Konseling untuk mengirangi mual dan muntah setiap bangun pagi jangan segera
turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit
dengan teh hangat dan Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak, dan
makanan atau minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin.

 Menganjurkan Makan makanan yang banyak mengandung gula untuk menghindari


kekurangan karbohidrat
Hasil : ibu mendengarkan penjelasan dari bidan dan mau mencoba makan sedikit-
sedikit tapi saring

7. Melakukan konsultasi kepada dokter puskesmas oleh bidan, advis dokter yaitu puasakan
pasien dalam 24 jam, kemudian di infus dextrose, 5%, RL 2:1 pada kolf I/IV diisi
neurobion 5000 ui. Dan vitamin C 200 mg IV, kebutuhan cairan ± 3000 cc dalam 24
jam dan berikan obat-obatan anti muntah Hasil : ibu sudah terpadang infus

8. Kolaborasi dengan petugas lab oleh bidan untuk pemeriksaan lab seperti HB, goldar,
HIV, HBSAG Hasil : Hasil pemeriksaan Laboratorium HB 11,8 gram %,Goldar A
rhesus
+,HBSAG negatif, HIV negatif.

9. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan hasil tindakan oleh dokter/bidan hasil :


pendokumentasian sudah di laksanakan.

10. Melakukan Persiapan rujukan dengan memberitahu keluarga tentang rujukan dan bidan
mempersiapkan rujukan dengan BAKSOKUDO
Hasil : BAKSOKUDO rujukan sudah siap
11. Merujuk pasien ke Poned terdeka oleh bidan, hasil : Ny E di rujuk ke RSUD sagaranten
C. SOP LAMA

PENATALAKSANAAN HIPEREMESIS
GRAVIDARUM
No. Dokumen : 001/SOP.P.X/PKM.B
BY/I/ 2019
SOP No. Revisi : 00
Tanggal Terbit : 02 januari 2019
Halaman : 1/3

UPTD Puskesmas Sudarna Sukmana, SKM


Bangbayang NIP.197012251992031004
1. Pengertian Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berkelebihan di saat
kehamilan yang menyebabkan dehidrasi, defesiensi nutrisi, penurunan berat badan
dan mengganggu aktifitas sehari – hari
2. Tujuan a. Mengurangi rasa mual dan muntah
b. Mengganti kehilangan cairan dan elektrolit
c. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan mengatasi kehilangan BB ibu
3. Kebijakan 1. Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Bangbayang Nomor :
0031/SOP.P.IX/PKM.BBY/I/ 2020 Tentang Pelaksanaan pemeriksaaan pada ibu
hamil pisiologis PPK-BLUD UPTD Puskesmas Bangbayang.
2. Undang-undang No 23 tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
3. Pelaksana Bidan, Perawat
4. Peralatan Persiapan alat :
1. Sabun cair
2. Tisu kering
3. Infus sett
4. Cairan infus Dextrose 5 % atau sesuai instruksi Dokter.
5. Kapas alkohol, spuit 5 cc, plester, dll
6. Nierbeken
7. Obat anti mual
8. Lab pemeriksaan goldar,HIV AIDS, HBSAG, HB
6. Prosedur 1. Persiapan Administrasi
1) Pelakukan Pendaftaran
2) Pasien ke tempat Rekam Medis
3) Pasien menunggu di poli KIA

Persiapan Lingkungan
1) Ruang KIA bersih dan rapih
2) Tersedia fasilitas cucitangan, sabun cair dan air yang mengalir /
hand sanitaizer
3. Persiapan Petugas
1) Melakukan cuci tangan di air yang mengalir menggunakan sabun cair
2) Memberikan penerangan tindakan apa yang akan dilakukan pada pasien
tentang kehamilannya, agar perasaan pasien tenang
4. Pelayanan Pasien
1) Melakukan Anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
2) Menjelaskan pada pasien bahwa kehamilan dan persalinan merupakan
proses fisiologis
3) Menjelaskan pada pasien bahwa mual dan muntah adalah gejala yang
normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia
kehamilan 4 bulan.
4) Anjurkan untuk makan dalam jumlah yang sedikit tapi dengan frekuensi
yang lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,
tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
5) Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak, dan makanan atau
minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
6) Makan makanan yang banyak mengandung gula dianjurkan untuk
menghindari kekurangan karbohidrat
7) Istirahat cukup
8) Defekasi yang teratur.
9) Pada pasien dengan muntah-muntah sering, pasien dipuasakan dalam 24 jam,
kemudian di infus dextrose, 5% RL 2:1pada kolf I/IV diisi neurobion 5000
ui.
10) Merujuk pasien ke Poned/RS

7. Diagram Alir

PASIEN PENDAFTARAN KASIR

INFORMED CONSENT POLI KIA REKAM

MEDIS
KONSELING/KIE TINDAKAN

ANAMNESA DAN
PEMERIKSAAN FISIK
RUJUK
DOKUMENTASI

8. Unit Terkait 1) Unit pendaftaran


2) UNIT Rekamedik
3) Unit KIA
4) Unit IGD
5) Unit Kamar Bersalin
9. Dokumen Terkait 1. Buku Pendaftaran
2. Rekamedik
3. Buku register unit KIA
4. Buku register unit gawat darurat
5. Buku KIA
6. Buku Kohort Ibu
10. Referensi Prawirohardjo S,Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Mansjoer, Arif. 2017. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
11. Rekam Histori
No Yang diubah Isi perubahan Tanggal Mulai Berlaku
Perubahan
SOP REKOMENDASI

No. : 001/SOP.P.X/PKM.BB
Dokumen
Y/XII/ 2020
SOP
No. Revisi : 001
Tanggal : 11 Desember 2020
Terbit
Halaman : 1/5

Sudarna Sukmana, SKM


UPTD
Puskesmas NIP.197012251992031004
Bangbayan
g
1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang berkelebihan di saat kehamilan yang
menyebabkan dehidrasi, defesiensi nutrisi, penurunan berat badan dan mengganggu aktifitas
sehari – hari

Standar Oprasional Prosedur (SOP) Hiperemesos gravidarum adalah standar/prosedur untuk


memberikan penatalaksanana / tindakan yang akan di lakukan terhadap ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum

2. Tujuan 1. Mengurangi rasa mual dan muntah


2. Mengganti kehilangan cairan dan elektrolit
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan mengatasi kehilangan BB ibu
3. Kebijakan 1. Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Bangbayang Nomor :
/SOP.P.IX/PKM.BBY/XII/ 2020 Tentang Pelaksanaan pemeriksaaan pada ibu hamil
pisiologis PPK-BLUD UPTD Puskesmas Bangbayang.
2. Undang-undang No 23 tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
3. Permenkes No 117 tahun 2018 Tentang SOP pelayanan di Puskesmas
3. Pelaksana Bidan, Perawat, Petugas apoteker, Petugas rekamedik, Petugas Laboratorium, Petugas
pendaftaran dan Petugas kasir
4. Peralatan Persiapan alat :
 APD Level 1/2
 Format scrining covid 19
 Format informed concent
 Balpoint
 Sabun cair
 Tisu kering
 Alat cek suhu
 Tensi meter
 Stetoskop
 Tempat tidur
 Jam
 Infus sett
 Cairan infus Dextrose 5 % atau sesuai instruksi Dokter.
 Kapas alkohol, spuit 5 cc, plester, dll
 Nierbeken
 Obat anti mual
 Lab pemeriksaan goldar,HIV AIDS, HBSAG, HB
6. Prosedur
1. Persiapan Administrasi
1) Melakukan Pendaftaran dan kasir
2) Pasien ke tempat Rekam Medis
3) Pasien menunggu di poli KIA
2. Persiapan Lingkungan
1) Ruang KIA bersih dan rapih
2) Tersedia fasilitas cuci tangan, sabun cair dan air yang mengalir /
hand sanitaizer
3. Persiapan Petugas
1) Melakukan cuci tangan di air yang mengalir menggunakan sabun cair
2) Memakai APD Level 1 atau 2
3) Mengecek suhu pasien
4) Melakukan scrining covid 19
5) Memberikan penerangan tindakan apa yang akan dilakukan pada pasien
tentang kehamilannya, agar perasaan pasien tenang
6) Cara bekerja septik aseptik
4. Pelayanan Pasien
1) Melakukan Scrining Covid 19 dan memeriksa suhu tubuh pasien oleh bidan
atau perawat
2) Melakukan informed concent, Anamnesa dan pemeriksaan fisik oleh
bidan atau dokter
3) Menjelaskan pada pasien bahwa kehamilan dan persalinan merupakan
proses fisiologis oleh bidan atau perawat
4) Menjelaskan pada pasien bahwa mual dan muntah adalah gejala yang
normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia
kehamilan 4 bulan.
5) Anjurkan untuk makan dalam jumlah yang sedikit tapi dengan frekuensi yang
lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
6) Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak, dan makanan atau
minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
7) Makan makanan yang banyak mengandung gula dianjurkan untuk
menghindari kekurangan karbohidrat
8) Istirahat cukup
9) Defekasi yang teratur.
10) Pada pasien dengan muntah-muntah sering, pasien dipuasakan dalam 24 jam,
kemudian di infus dextros hie, 5% RL 2:1pada kolf I/IV diisi neurobion 5000
ui. Dan vitamin C 200 mg IV, kebutuhan cairan ± 3000 cc dalam 24 jam (
sebelumnya dalam pemberian obat-obatan kolaborasi dulu dengan Dokter
yang merawat.dilakukan oleh dokter/bidan
11) Melakukan pemeriksaan Penunjang Seperti pemeriksaan Golongan
darah,HB,HIV AIDS,HBSAG dilakukan oleh petugas laboratorium
12) Pemberian obat-obatan anti muntah oleh dokter/bidan
13) Persiapan rujukan disiapkan oleh bidan
14) Merujuk pasien ke Poned/RS oleh bidan

7. Diagram Alir

MEJA SCRINING
PASIEN PENDAFTARAN  Scrining Covid
DAN KASIR  Melakukan pemeriksaan
suhu tubuh

RUANG TUNGGU REKAM MEDIS

POLI KIA
1. Informed concent
2. Anamnesa
3. Konseling

APOTEK DOKUMENTASI
RUANG
Pemberian Obat
TINDAKAN

RUJUK
/
PULAN
G
RUANG LAB
1. Pemeriksaan goldar
2. Pemeriksaan HB
3. Pemeriksaan HIV
4. HBSAG
8. Unit Terkait a. Unit Pendaftaran dan Kasir
b. Unit Rekamedik
c. Unit KIA
d. Unit Ruang Bersalin
e. Unit Laboratorium
f. Unit Apoteker
g. Unit IGD
9. Dokumen Terkait a. Buku Pendaptaran dan kasir
b. Rekamedik
c. Buku register unit KIA
d. Buku register ruang beralin
e. Buku register lab
f. Buku register apotek
g. Buku kohort ibu
10. Referensi 1. Prawirohardjo S,Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo Mansjoer, Arif. 2017.
2. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
3. Jurnal tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan Hiperemesis
gravidarum pada ibu hamil di RB zakat surabaya tahun 2019 disusun oleh
Siska Nurul Abidah, Fauziyatun Nisa, Prodi D3 Bidan, Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya Jalan SMEA No.57 Wonokromo Surabaya Email:
siskanurul@unusa.ac.id, fauziyatun.nisa@unusa.
ANALISA SOP

NO ITEM SOP LAMA SOP BARU ANALISIS


ANALISIS
SOP
1 Pengertian Tidak ada tiditambahkan dengan Agar mengetahui arti
pengertian SOP pengertian SOP dari pengertian sop yang
Hiperemesis hiperemesis gravidarum akan di lakukan tindakan
gravidarum tersebut
2 Tujuan Tidak ada tidak ada tidak ada
3 Kebijakan tidak ada menambahkan melengkapi kebijakan
kebijakan dari kebijakan dari yang dari Permenkes
permenkes permenkes untuk mendapatkan
kekuatan dan payung
hukum dalam
melaksanakan tindakan
4 Pelaksana Pelaksananya Ditambah : Karena selain bidan dan
hanya ada bidan 1. Apoteker perawat ada petugas lain
dan perawat 2. Rekamedis yang ikut terlibat dalam
3. Analis peoses Pelayanan SOP
4. Pendaftaran hiperrmesis grafidarum
5. Kasir tersebut
5 Peralatan Tidak dilengkapi Ditambahkan dengan Melakukan pelayanan
dengan APD, APD, alat cuci tangan kesehatan di masa
format scrining dan format scrining pandemi covid ini
covid covid 19 lengkap petugas kesehatan dalam
balpoint,dan tidak dengan balpoint melakukan pelayanan
tercatat alat untuk kesehatan di puskesmas
cuc itangan wajib menggunakan
APD untuk melindungi
diri dari penyakit dan
mencegah penularan
penyakit covid 19 baik
itu dari petugas
kesehatan ke pasien,
maupun penularan dari
pasien ke petugas
kesehatan dan harus cuci
tangan dengan
menggunakan sabun di
air yang mengalir
6. Prosedur Persiapan Persiapan administrasi Untuk mengetahui
administrasi tidak dan ditambah dengan pasien yang mempunyai
Melakukan Melakukan gejala/riwayat kontak
Scrining covid 19 Scrining covid 19 dan dengan positif
dan mengecek mengecek suhu pasien covid/pasien dari luar
suhu pasien kota. untuk menghindari
penularan covid 19
7. Diagram Di diagram alir Disetiap kolom Untuk memudahkan alur
alir disetiap poinnya tindangan ditambahkan pelayanan agar di
tidak di lengkapi dengan nama ruangan masing masing ruangan
dengan ruangan, apabila ada 2 atau 3 lebih terinci tindakan apa
diagram alirnya tindakan di lakukan di saja yang harus di
kurang lengkap ruang yang sama lakukan
disatukan dan di berikan
nama ruangan
8 Unit Hanya ada Ditambahkan : lab, Karna di lab harus ada
Terkait pendaptaran,Ruan apoteker, beberepa pemeriksaan
g KIA,ruang salah satunya yaitu
IGD,dan kamar HB,Tes HIV, HBSAG
bersakin dan goldar ini semua
untuk menunjang
pemeriksaan pada ibu
hamil
9. Dokument Buku Ditambah : Buku Selain di register yg
terkait Pendaptaran dan register lab sudah ada di sop lama
kasir Buku register apotek juga ada register yang
Rekamedik Buku kohort ibu tidak ada yaitu register
Buku register unit lab,register apoteker dan
KIA kohort.kini semua ada
Buku register kaitannya dengan buku
ruang bersalin register yang belum
Buku register dimasukan di dokument
ruang terkait
tindakan/IGD
10 Referensi Prawirohardjo Ditambah jurnal tentang Untuk mengetahui yang
S,Wiknjosastro. faktor-faktor yang terbaru tentang definisi,
Ilmu Kebidanan. berhubungan dengan pembuatan SOP dan
Jakarta: Yayasan Hiperemesis lainnya, untuk
Bina Pustaka gravidarum pada ibu membandingkan teori
Sarwono hamil di RB zakat dan permaslahan-
Prawirohardjo surabaya tahun 2019 permasalahan terkait
Mansjoer, Arif. disusun olehSiska Nurul dengan kasus tersebut
2017. Kapita Abidah1
Selekta , Fauziyatun Nisa’2
Kedokteran. 1,2 Prodi D3 Bidan,
Jakarta: Media Universitas
Aesculapius Nahdlatul Ulama
Surabaya Jalan
SMEA No.57
Wonokromo Surabaya
Email:
siskanurul@unusa.ac.id,
fauziyatun.nisa@unusa.
ac.id
ANALISA SOAP

NO ITEM SOAP LAMA SOAP BARU ANALISIS


ANALISIS
SOAP
1 Subyektif Tidak ada Tidak ada Ttidak ada
2 Obyektif Tidak ada ada pemeriksaan Untuk melengkapi
pemeriksaan penunjang pemeriksaan penunjang
penunjang spt :pemeriksaan yang wajib di lakukan
spt,pemeriksaan labolatorium terhadap ibu hamil
labolatorium HBSAG,Goldar dan
HBSAG,Goldar dan HIV
HIV
3 Asesmen tidak ada balotemen menambahkan kata- Untuk mengetahui
positif kata balotemen positif perkembangan janin
dan mengetahui apakah
perkembangan janin
sesuai dengan usia
kehamilan apa tidak
4 Planing Tidak dilakukan Ditambah : Karena selain bidan
pemeriksaan Melakukan scrining dan perawat ada
skrining dan covid 19 petugas lain yang ikut
petugas keshatan Menggunakan APD terlibat dalam peoses
tidak memakai level1 / 2 Pelayanan/Tindakan
APD. Untuk mengetahui dengan pada ibu hamil
Tidak tercatat apakah pasien dengan hiperrmesis
pelaksanya di setiap mengalami gejala gravidarum tersebut
/mengeluh
dindakan yang batuk,flu,sakit
dilakukan tenggorokan,suhu
36,70C dan tidak
bepergian ke luar kota
Untuk mencegah
penularan covid 19
dan ditambah dengan
petugas yang
melaksanakan
tindakannya

PENUTUP

a. Kesimpulan

setelah melakukan pengkajian kepada ibu hamil dengan keluhan mengalami


mual,muntah,pusing, lemes,melihat SOP yang lama yang ada di puakesnas Bangbayang
dan melakukan revisi sop dapat disimpulkan sebagai berikut : SOP baru yang masih
sama dengan SOP yang lama masih sama seperti yatui mulai Pengertian dan tujuan,
kebijakan yang ditambahkan ke SOP baru yaitu Permenkes No 117 tahun 2018 Tentang
SOP pelayanan di Puskesmas, Pelaksanaan Ditambah : Apoteker, Rekamedis, Analis,
Pendaftaran, Kasir Karena selain bidan dan perawat ada petugas lain yang ikut terlibat
dalam peoses Pelayanan SOP hiperemesis gravidarum tersebut. Peralatan Ditambahkan
dengan APD, alat cuci tangan dan format scrining covid 19 lengkap dengan ballpoint,
melakukan pelayanan kesehatan di masa pandemi covid ini petugas kesehatan dan non
kesehatan yang ada di lingkungan puskesmas dalam melakukan pelayanan kesehatan di
puskesmas wajib menggunakan APD untuk melindungi diri dari penyakit khususnya
dari penyakit covid 19, harus cuci tangan dengan menggunakan sabun di air yang
mengalir. Persiapan administrasi dan ditambah dengan Melakukan Scrining covid 19
dan mengecek suhu pasien Untuk mengetahui pasien yang mempunyai gejala/riwayat
kontak dengan
positif covid/pasien dari luar kota. untuk menghindari penularan covid 19. Diagram Alir
Disetiap kolom tindangan ditambahkan dengan nama ruangan apabila ada 2 atau 3
tindakan di lakukan di ruang yang sama disatukan dan di berikan nama ruangan. Unit
terkait tambahan : lab, apoteker. Dokumen terkait Ditambah : Buku register lab, Buku
register apotek, Buku kohort ibu. Referensi yang ditambahkan : jurnal tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan Hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di RB zakat
surabaya tahun 2019.

b. Saran

1. Dengan dibuatnya SOAP,SOP Rekomendasi,Analisa ini diharapkan SOP rekomendasi


ini dijadikan bahan pelayanan di puskesmas dalam melakukan asuhan / tindakannya
agar tindakan yang akan di lajukan sesuai dengan prosedur yang ada dan sebaiknya
asuhan/tindakan yang diberikan sesuai dengan evidence base, begitu pula dengan SOP
rekomendasi yang dibuat ini diharapkan menjadi bahan masukan dan pertimbangan
untuk dilaksanakan di puskesmas dan dibahas bersama-sama sehingga kemudian
ditetapkan SOP rekomendasi baru yang disepakati dengan adanya SK kebijakan baru
dari Kepala Puskesmas.
2. Selalu memberikan pelayanan dengan memperhatikan peran dan fungsi unit-unit lain
dalam memberikan pelayanan ibu hamil baik itu tugas mandiri, kolaborasi dan rujukan
jika diperlukan.
3. Kepada pelaksana pelayanan pada ibu hamil baik tenaga medis, paramedis dan tenaga
di unit terkait diharapkan agar memberikan pelayanan di masa pandemic covid-19
sesuai dengan protocol covid-19
LAMPIRAN KEGIATAN
LAPORAN PRAKTIK KOLABORASI INTERPROFESIONAL

PADA KLIEN DENGAN PELAYANAN KB SUNTIK PROGESTIN

DI PUSKESMAS CIDADAP KECAMATAN CIDADAP

KABUPATEN SUKABUMI

OLEH :

NENDAH IDAH WARIDAH


07190200085

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


DEPARTEMEN KEBIDANAN

DEPARTEMEN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

TAHUN 2020
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara berkembang memiliki salah satu masalah yang sangat
penting yaitu ledakan jumlah penduduk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
pemerintah Indonesia menerapkan program Keluarga Berencana (Hartanto, 2004).
Keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga
dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat – alat kontrasepsi.
Keluarga berencana (KB) merupakan program skala nasional yang dikelola oleh Badan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Ada banyak manfaat program keluarga
berencana, salah satunya adalah menghasilkan keluarga yang berkualitas.
Berbagai macam metoda KB baik hormonal maupun non hormonal ditawarkan
pemerintah. Salah satu metode hormonal yang digunakan dalam program KB adalah
metode kontrasepsi suntik dengan peminat yang semakin bertambah (Data Riskesdas
2013). Tingginya minat pemakai KB suntik dikarenakan penggunaannya aman,
sederhana, efektif (Manuaba, 1998). Kontrasepsi suntik yang pertama ditemukan pada
awal tahun 1950-an adalah kontrasepsi suntik progestin, yang pada mulanya digunakan
untuk pengobatan endometriosis dan kanker endometrium. Baru pada awal tahun 1960,
uji klinis jenis suntikan progestin yang banyak dipakai yakni depo medroksiprogesteron
asetat (DMPA) dan noretisteron enantat (NET-EN).
Prosedur Operasi Standar atau Standar Operasional Prosedur yang dapat disingkat
sebagai SOP, adalah suatu alur/cara kerja yang sudah terstandarisasi, memiliki kekuatan
sebagai suatu petunjuk. Hal ini mencakup hal-hal dari operasi yang memiliki suatu
prosedure tertulis yang pasti. Tujuan pembuatan SOP adalah untuk menjelaskan perincian
atau standar yang tetap mengenai aktivitas pekerjaan yang berulang-ulang yang
diselenggarakan dalam suatu organisasi demi mendapatkan hasil kerja yang efektif dan
efisien. SOP ini wajib harus dimiliki oleh suatu organisasi untuk menjalankan tugas dan
fungsi setiap bagian yang ada.
Berdasarkan jurnal “Gambaran Pencegahan Infeksi Pada Pemberian Kontrasepsi
Suntik Di Wilayah Kerja Puskesmas Keboan Kecamatan Ngusikan Kabupaten
Jombang”menurut hasil studi seorang mahasiswa di sumatera Utara sebanyak 17 orang
akseptor KB 1 orang diantaranya mengalami komplikasi paska suntikan berupa abses
dengan atau tanpa pus dengan pelaksanaan SOP injeksi intramuscular oleh petugas 80 %
dilakukan dari keseluruhan item yang terdapat pada SOP injeksi intramuscular yang telah
ditetapkan”.
Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.Salah satu kegiatan
pokok puskesmas adalah Keluarga Berencana. Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis
dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah keja ( Depkes, 2011 ), mempunyai misi untuk memelihara dan
meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan. Ditengah pandemic covid-19 saat ini fungsi dan tugas puskesmas juga
bertambah. Puskesmas menjadi garda terdepan penanganan dan pencegahan penyebaran
covid-19.
Dengan demikian Puskesmas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
pada setiap kegiatannya harus mempunyai SOP untuk meningkatkan kwalitas pelayanan
sesuai dengan kondisi saat ini dan perkembangan ilmu pengetahuan/update, salah satunya
adalah SOP pelayanan KB suntik di masa pandemic covid-19 dengan menjalin kerjasama
lintas program atau lintas sector. Hal ini yang mendorong penulis untuk melaksanakan
praktik kolaborasi interprofesional dengan judul SOP pelayanan KB suntik Progestin di
Puskesmas Cidadap Kabupaten Sukabumi Tahun 2020.

B. Tujuan
1. Untuk mendapatkan gambaran tentang SOP Pemberian KB suntik di Puskesmas
cidadap dan langkah –langkah Pelaksanaan Pelayanan KB suntik di Puskesmas Cidadap
2. Untuk menganalisa dan merevisi SOP lama dihubungkan / disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kondisi saat ini/eviden base dan menyusun SOP
baru Pemberian KB Suntik.
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK

No. Registrasi : 478/12/2020


Tanggal Pengkajian : 14 Desember 2020
Waktu Pengkajian : 08.30 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas
Pengkaji : Nendah Idah Waridah

Identitas Klien
Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Ny. D
Umur : 22 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku :Sunda
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Buruh
Alamat : Cisaar Rt.08 Rw. 02 Desa Padasenang Kecamatan Cidadap Kab.
Sukabumi

S : Ny. N datang ke Puskesmas dengan alasan ingin ber KB karena sudah 6 minggu setelah
melahirkan dan belum ber KB.

O : TD : 110/70 mmHg. Nadi : 78 x/menit, Suhu : 36,5 oC, Respirasi : 18 x/menit. BB 58 kg


Riwayat obstetri : P2 A0 .Jumlah anak 2 (hidup). Usia anak terkecil 6 minggu. Belum
mendapatkan menstruasi dari setelah melahirkan anak ke 2. Belum melakukan hubungan
seksual. Riwayat menstruasi sebelum hamil ke 2 teratur setiap bulan, lamanya 6-8 hari,
banyaknya 2-3 x ganti pembalut/hari, tidak ada keluhan, siklus 28 hari. Pernah menggunakan
alat kontrasepsi suntik 3 bulan dan pil kombinasi setelah melahirkan anak ke 1. Sekarang ibu
menyusui bayinya exclusife. Tidak ada riwayat perdarahan pervaginam yang belum diketahui
penyebabnya. Tidak ada riwayat/sedang menderita penyakit kronis misalnya hepatitis,
tuberkulosa, epilepsi, penyakit jantung, hypertensi,stroke, kelainan pembuluh darah yang
menyebabkan sakit kepala/migrain, kencing manis, dan penyakit keganasan terutama payudara.
Tidak merokok. Tidak sedang menjalani pengobatan. Hasil pemeriksaan fisik : Mata : simetris,
penglihatan normal, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan/kelainan. Dada : bentuk
simetris, pola pernafasan normal, tidak sesak, tidak ada ronchi atau whezzing, payudara kanan
dan kiri : hyperpigmentasi pada puting dan areola, bentuk normal, puting menonjol, tidak ada
retraksi payudara, tidak ada benjolan atau kemerahan , ASI banyak. Tidak ada pembesaran
kelenjar di axilla. Perut : simetris, bentuk datar, tidak ada benjolan, tidak nyeri tekan, tidak ada
bekas operasi, tidak mengkilap atau tampak pelebaran pembuluh darah vena. Striae dan linea
nigra masih ada. Ekstremitas (Kaki dan tangan)
: Bentuk, ukuran, panjang normal dan simetris, pergerakan bebas, tidak ada edema, tidak ada
varices pada kaki, CRT normal ; < 2 detik, ujung kuku tidak cianosis, tidak ada clubbing of the
fingger atau spider naevi. Refleks patella +. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium dan atau
dokter umum tidak dilakukan karena tidak ada indikasi.

A : Ny. N. Usia 22 tahun P2 A0 post partum 6 minggu Akseptor KB Progestin

P : 1. Memberikan pelayanan kepada ibu dengan menggunakan APD level 1/2.


2. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu sehat. Ibu mengerti akan penjelasan
yang diberikan
3. Memberikan konseling awal tentang alat kontrasepsi disesuaikan dengan hasil pemeriksaan
dan kondisi ibu, meliputi pilihan berbagai macam alat kontrasepsi, efektifitas, keuntungan
dan kerugian. Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan dan memilih untuk menggunakan
alat kontrasepsi suntik progestin.
4. Membuat informed consent pelayanan KB dan menjelaskan prosedur tindakan. Informed
consent telah dibuat dan ditandatangan oleh klien.
5. Memberikan suntikan KB progestin secara IM sesuai dengan SOP :
a. Mempersiapkan alat alat dan mendekatkannya.
b. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau handsanitizer
c. Memakai handscoon
d. Memeriksa tanggal kadaluarsa obat suntik dalam botol dosis tunggal
e. Mengatur posisi klien sesuai kebutuhan
f. Mengocok botol/vial dengan baik sehingga menjadi homogen, ingat hindari terjadinya
gelembung-gelembung udara.
g. Buka dan buang tutup logam atau plastic vial yang menutupi karet ( jangan sampai
tersentuh, namun apabilantersentuh hapus karet bagian atas vial dengan kapas alcohol
dan biarkan kering)
h. Buka kemasan spuit sekali pakai, kencangkan jarum dengan memegang pangkal
jarum dalam keadaan tutup jarum masih terpasang
i. Tusukan jarum suntik kedalam vial melalui penutup karet, putar vial hingga terbalik
dengan mulut vial kebawah, masukan cairan suntik dalam spuit, jaga agar ujung
jarum tetap dalam cairan, jangan memasukkan udara ke dalam alat suntik.
j. Untuk mengeluarkan gelembung udara, biarkan jarum dalam vial dan pegang alat
suntik dalam posisi tegak, ketuk tabung alat suntik kemudian secara perlahan-lahan
tekan pendorong ketanda batas dosis, cabut jarum dari vial
k. Gunakan jarum yang sama untuk menghisap dan menyuntikan pada klien ( dengan
tehnik pengambilan yang benar, tidak akan mengurangi ketajaman jarum )
l. Melakukan penyuntikan pada ventrogluteal dengan cara menganjurkan ibu untuk
miring, tengkurap, telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan
penyuntikan dalam keadaan fleksi
m. Membebaskan daerah yang akan disuntik (musculus gluteus kuadran luar) dari
pakaian dan menentukan lokasi penyuntikan (temukan SIAS dan os coccygeus tarik
garis lurus dan tentukan 1/3 bagian atas SIAS sebagai tempat penyuntikan
n. Melakukan desinfeksi dengan kapas dtt /kapas alkohol pada tempat yang akan
dilakukan penyuntikan dengan melingkar kearah luar, biarkan kering
o. Menusukan jarum dengan posisi jarum tegak lurus hingga pangkal jarum Suntik/IM.
p. Melakukan aspirasi dengan menarik penghisap spuit : bila tidak ada darah,
semprotkan obat secara perlahan - lahan hingga habis dan cabut jarum
q. Tekan sebentar daerah bekas suntikan dengan kapas dtt/alkohol agar obat suntikan
tidak keluar dari bekas suntikan
r. Jangan memasase/memijat daerah suntikan, jelaskan pada pasen dengan tindakan
tersebut dapat mempercepat pelepasan obat dari tempat suntikan dengan akibat masa
efektif kontrasepsinya menjadi lebih pendek
s. Sedot larutan klorin kedalam spuit untuk membilas spuit dan jarum kemudian buang
spuit tanpa ditutup kedalam safetybok
t. Merapihkan pasien
u. Membereskan alat
v. Melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian rendam dalam larutan
klorin
w. Mencucitangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
Ibu telah disuntik KB progestin.
6. Melakukan konseling akhir (menyampaikan kapan kunjungan ulang dan penanganan bila
Ada efek samping) Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan dan kunjungan ulang 12
minggu dan tanggal kunjungan tercatat di kartu akseptor KB (K/I/KB)
7. Mendokumentasikan hasil tindakan : Mencatat reaksi pemberian, jumlah, dosis dan waktu
Pemberian. Hasil pelayanan tercatat, dan ibu diberikan kartu akseptor KB
SOP LAMA

PEMBERIAN KONTRASEPSI SUNTIK

No. Dokumen : 002 /SOP/PKM/2019


No. Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : Januari 2019
Halaman : 1/2

UPTD
A.Budiman,SKM,MM
Puskesmas
Cidadap NIP.196710081996031002

1. Pengertian
Suatu tindakan yang dilakukan dengan cara memberikan suntikan KB
secara intra muskular pada akseptor KB
2. Tujuan
Sebagai acuan dalam memberikan suntikan KB secara intramuskular
pada akseptor KB
3. Kebijakan 1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah yaitu
Pengendalian, pembinaan dan kesertaan KB
3. Peraturan pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
4. SK Kepala Puskesmas No.002/SOP.KB/PKM.CDDP/2019

4. Referensi
1. Affandi, Biran, 2011, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi,
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

2. Kementrian Kesehatan RI, 2014, Pedoman Manajemen Pelayanan


Keluarga Berencana, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu
dan Anak, Kementerian Kesehatan, Jakarta.
5. Pelaksana Bidan, Perawat, Dokter

6. Peralatan 1. Tempat cuci tangan (air mengalir. Sabun)


2. Handuk kering/tisu
3. Tensimeter, stetoskop
4. Timbangan Berat badan
5. Spuit 3 ml
6. Obat suntik KB
7. Alcohol swab/kapas alcohol
8. Bengkok/safetybox
9. Buku pencatatan dan kartu KB
10. Informed consent

7. Prosedur 1. Konseling pra pelayanan


2. Mencuci tangan
3. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
4. Membuat informedconsent
5. Melakukan penimbangan berat badan
6. Mengukur tekanan darah
7. Mengambil obat, kemudian memasukkan ke dalam spuit sesuai dosis,
lalu meletakkannya pada bak instrument.

8. Memeriksa tempat yang akan dilakukan suntikan

9. Melakukan desinfeksi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan


dilakukan penyuntikan.

10. Melakukan penyuntikan pada ventrogluteal dengan cara


menganjurkan ibu untuk miring, tengkurap, telentang dengan lutut dan
pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi.
11. Melakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.

12. Melakukan aspirasi spuit : bila tidak ada darah, semprotkan obat
secara perlahan - lahan hingga habis.

13. Menarik spuit dan menekan daerah penyuntikan dengan kapas


alkohol.

14. Meletakkan spuit bekas pada bengkok atau memasukkan ke dalam


safety box.
15. Mencatat reaksi pemberian, jumlah, dosis dan waktu pemberian.
16. Melakukan konseling akhir
17. Mencuci tangan.

8. Diagram Alir

9. Hal-hal yang harus -


diperhatikan
10.Unit Terkait Penanggung jawab UKP, Lintas program, lintas sektor, Admen

11.Dokumen Laporan Pelaksanaan Orientasi,


Terkait Hasil Evaluasi dan Tindak Lanjut Pelaksanaan Orientasi.

12.Rekaman
No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
Historis
Perubahan

SOP REKOMENDASI

PEMBERIAN KONTRASEPSI SUNTIK

No. Dokumen : 002 /SOP.KB/PKM/2019


No. Revisi 01
SOP Tanggal Terbit : Desember 2020
Halaman : 1/2

UPTD
Puskesmas A.Budiman,SKM,MM
Cidadap NIP.196710081996031002

1. Pengertian 1. Pemberian Kontrasepsi Suntik adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan cara
memberikan suntikan KB secara intra muskular pada akseptor KB
2. SOP Pemberian Kontrasepsi Suntik adalah standar prosedur atau alur cara kerja dalam
pemberian kontrasepsi suntik

2. Tujuan
Sebagai acuan dalam memberikan suntikan KB secara intramuscular pada akseptor KB
3. Kebijakan 1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Penduduk dan
Pembangunan Keluarga
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah yaitu
Pengendalian, pembinaan dan kesertaan KB
4. Peraturan pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
5. SK Kepala PPK BLUD UPT Puskesmas Cidadap Nomor
002/SOP.KB/PKM.CDDP/2020

4. Pelaksana Perawat, Bidan, Dokter, petugas pendaftaran, petugas laboratorium, petugas farmasi.
5. Peralatan 1. Tempat cuci tangan (air mengalir. Sabun) atau hand sanitizer
2. Handuk kering/tisu
3. Bak instrument berisi handschoend 1 pasang
4. Tensimeter, stetoskop
5. Timbangan Berat badan
6. Spuit 3 ml
7. Obat suntik KB
8. Alcohol swab/kapas alcohol
9. Bengkok/safetybox
10. Buku pencatatan dan kartu KB
11. Informed consent
12. Larutan klorin 0,5 %
6. Prosedur 1. Petugas mencuci tangan dan menggunakan APD level 1 atau 2
2. Memberikan salam dan memperkenalkan diri dengan ramah
3. Menanyakan alasan klien datang
4. Melakukan anamesis, meliputi : Data umum, riwayat obstetric dan KB, riwayat
kesehatan dan pengobatan, perilaku dan hubungan seksual terakhir.
5.Konseling pra pelayanan
6. Melakukan informed consent
7. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
8. Melakukan penimbangan berat badan
9. Mengukur tekanan darah
10. Menganjurkan pasien tidur di tempat tidur
11. Melakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan dan kolaborasi dengan petugas
laboratorium atau dokter umum bila diperlukan
12. Mendekatkan alat-alat
13. Mengganti handscoon
14. Memeriksa tanggal kadaluarsa obat suntik dalam botol dosis tunggal
15. Mengatur posisi klien sesuai kebutuhan
16. Mengocok botol/vial dengan baik sehingga menjadi homogen, ingat hindari terjadinya
gelembung-gelembung udara.
17. Buka dan buang tutup logam atau plastic vial yang menutupi karet ( jangan sampai
tersentuh, namun apabilantersentuh hapus karet bagian atas vial dengan kapas alcohol dan
biarkan kering)
18.Buka kemasan spuit sekali pakai, kencangkan jarum dengan memegang pangkal jarum
dalam keadaan tutup jarum masih terpasang
19.Tusukan jarum suntik kedalam vial melalui penutup karet, putar vial hingga terbalik dengan
mulut vial kebawah, masukan cairan suntik dalam spuit, jaga agar ujung jarum tetap dalam
cairan, jangan memasukkan udara ke dalam alat suntik.
20.Untuk mengeluarkan gelembung udara, biarkan jarum dalam vial dan pegang alat suntik
dalam posisi tegak, ketuk tabung alat suntik kemudian secara perlahan-lahan tekan
pendorong ketanda batas dosis, cabut jarum dari vial
21. Gunakan jarum yang sama untuk menghisap dan menyuntikan pada klien ( dengan tehnik
pengambilan yang benar, tidak akan mengurangi ketajaman jarum )
22. Melakukan penyuntikan pada ventrogluteal dengan cara menganjurkan ibu untuk miring,
tengkurap, telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan
dalam keadaan fleksi
23. Membebaskan daerah yang akan disuntik (musculus gluteus kuadran luar) dari pakaian dan
menentukan lokasi penyuntikan (temukan SIAS dan os coccygeus tarik garis lurus dan
tentukan 1/3 bagian atas SIAS sebagai tempat penyuntikan
24. Gunakan jarum yang sama untuk menghisap dan menyuntikan pada klien ( dengan tehnik
pengambilan yang benar, tidak akan mengurangi ketajaman jarum )
25. Melakukan desinfeksi dengan kapas dtt /kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan
penyuntikan dengan melingkar kearah luar, biarkan kering
26. Menusukan jarum dengan posisi jarum tegak lurus hingga pangkal jarum suntik/IM.
27. Melakukan aspirasi dengan menarik penghisap spuit : bila tidak ada darah, semprotkan obat
secara perlahan - lahan hingga habis dan cabut jarum
28. Tekan sebentar daerah bekas suntikan dengan kapas dtt/alokohol agar obat suntikan tidak
keluar dari bekas suntikan
29. Jangan memasase/memijat daerah suntikan, jelaskan pada pasen dengan tindakan tersebut
dapat mempercepat pelepasan obat dari tempat suntikan dengan akibat masa efektif
kontrasepsinya menjadi lebih pendek
30. Sedot larutan klorin kedalam spuit untuk membilas spuit dan jarum kemudian buang spuit
tanpa ditutup kedalam safetybok
31. Merapihkan pasien
32. Membereskan alat
33. Melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik kemudian rendam dalam larutan klorin
34. Mencucitangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
35. Mendokumentasikan hasil tindakan : Mencatat reaksi pemberian, jumlah, dosis dan waktu
pemberian
36. Melakukan kolaborasi dengan apotek jika diperlukan
37. Melakuakan konseling akhir (menyampaikan kapan kunjungan ulang)

7. Diagram
Alir

Akseptor
Anamnesa : Identitas,
riwayat obstetric, riwayat
Loket Ruang/klinik KB kesehatan, perilaku,
Pendaftaran hubungan seksual terakhir

Pengisian Status.
Konseling awal dan
informed consent
Pemeriksaan fisik : Berat
LABORATORIUM
badan. Tekanan darah,
(Urine-PP Test)
Pemeriksaan khusus (Mata,
payudara, perut, ekstremitas)

Ya Penapisan /
Penyakit Beresiko adakah kontra
indikasi

Tidak

Pelayanan
KB : IUD,
Suntik, Pil,
Kondom

APOTIK :
Ruang/BP Ya Kebutuhan
Obat efek
Umum samping obat

Rujuk RSU Tidak

Konseling Akhir

Pasien Pulang

8. Unit Terkait a. Pendaftaran


b. Unit KIA
c. Unit Laboratorium
d. Unit Pengobatan/medis
e. Unit Farmasi
9. Dokumen a. Kartu Pelanggan
Terkait b. Rekam Medis
c. Informed Consent
d. Hasil Laboratorium
e. Kartu Peserta KB ( K/I/KB )
f. Kartu Status Peserta KB ( K/IV/KB )
g. Register dan Kohort KB
h. Aplikasi v-care rujukan

10. Referensi
1. Affandi, Biran, 2011, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi,
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
2. Kementrian Kesehatan RI, 2014, Pedoman Manajemen Pelayanan
Keluarga Berencana, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan, Jakarta.
3. Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia Provinsi Jawa Barat Tahun
2019 ,STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Pelayanan
Kebidanan
ANALISIS SOP PEMBERIAN KB SUNTIK

DI PUSKESMAS CIDADAP TAHUN 2020

N ITEM SOP LAMA SOP REKOMENDASI ANALISIS


O ANALISIS
SOP

1 Pengertian Suatu tindakan yang Suatu tindakan yang dilakukan Tidak ada
. dilakukan dengan cara dengan cara memberikan perubahan
memberikan suntikan KB suntikan KB secara intra
secara intra muskular pada muskular pada akseptor KB
akseptor KB

2 Tujuan Sebagai acuan dalam Sebagai acuan dalam Tidak ada


. memberikan suntikan KB memberikan suntikan KB perubahan
secara intramuskular pada secara intramuskular pada
akseptor KB akseptor KB

3 Kebijakan 1. Undang-undang 1. Undang-undang Ada tambahan


Nomor 36 tahun Nomor 36 tahun
. 2009 tentang 2009 tentang
kebijakan
Kesehatan Kesehatan undang-
2. Undang-Undang 2. Undang-undang undang dan SK
Nomor 23 Tahun Nomor 52 Tahun
2014 tentang 2009 tentang Revisi SOP
Pemerintahan Perkembangan sehubungan
daerah yaitu Penduduk dan dengan
Pengendalian, Pembangunan
pembinaan dan Keluarga pandemic
kesertaan KB 3. Undang-Undang covid-19
3. Peraturan pemerintah Nomor 23 Tahun
Nomor 2014 tentang
61 tahun 2014 Pemerintahan daerah
tentang Kesehatan yaitu
Reproduksi Pengendalian,
4. SK Kepala pembinaan dan
Puskesmas No.002 kesertaan KB
/SOP.KB/ 4. Peraturan pemerintah
PKM.CD DP Nomor
/2019 61 tahun 2014
tentang Kesehatan
Reproduksi
5. SK Kepala PPK
BLUD UPT
Puskesmas
Cidadap Nomor
002/SOP.KB/PKM.
CDDP/2020
4 Pelaksana Bidan, Dokter, Perawat Perawat, Bidan, Dokter, Ditambah
. petugas pendaftaran, petugas dengan
laboratorium, petugas farmasi pelaksana dari
unit-unit
terkait

5 Peralatan 1. Tempat cuci tangan 1. Tempat cuci tangan Ditambah kan


. (air mengalir. (air mengalir. dengan sarung
Sabun) Sabun) atau hand
tangan dalam
2. Handuk kering/tisu sanitizer
3. Tensimeter, 2. Handuk kering/tisu bak instrumen
stetoskop 3. Bak instrument berisi dan larutan
4. Timbangan handschoend 1 klorin 0,5
Berat badan pasang %untuk PI
5. Spuit 3 ml 4. Tensimeter, stetoskop
dan
6. Obat suntik KB 5. Timbangan
Berat badan pencegahan
7. Alcohol swab/kapas
alcohol 6. Spuit 3 ml penularan
8. Bengkok/safetybox 7. Obat suntik KB covid-19
9. Buku pencatatan 8. Alcohol swab/kapas
dan kartu KB alcohol
10. Informed consent 9. Bengkok/safetybox
10. Buku pencatatan dan
kartu KB
11. Informed consent
12. Larutan klorin 0,5 %
6 Prosedure 1. Mencuci tangan 1. Mencuci Untuk PI dan
. dilakukan tangan,memakai pencegahan
setelan konseling sarung penularan
awal tangan/menggunaka
covid-19
2. Pemeriksaan fisik n APD level1atau 2
tidak dicantumkan dilakukan sebelum petugas telah
3. Tidak memakai anamnesa dan melakukan
sarung tangan saat konseling awal cucitangan dan
akan melakukan 2. Pemeriksaan fisik memakai
penyuntikan untuk penapisan sarung
4. Tidak memeriksa dilakukan tangan/APD
tanggal kadaluarsa 3. Mengganti sarung
level 1 atau
obat tangan saat akan
5. Tehnik melakukan 2.Prosedure
pengambilan obat penyuntikan penyuntikan
dari vial tidak 4. Memeriksa tanggal lebih terinci
terinci kadaluarsa obat untuk
6. Tehnik sesbelum obat mencegah
penyuntikan obat digunakan terjadinya
tidak terinci 5. Tehnik pengambilan
infeksi dan
7. Tidak tercatat obat mulai dari
larangan
untuk
masase setelah mengocok, efeksamping
penyuntikan membuka tutup vial atau
8. Spuit dan jarum dan mendesinfeksi, komplikasi
bekas dibuang membuka spuit dan
dari
langsung kedalam mengencangkan
safety box jarum, cara menusuk penyuntikan
vial dan menyedot KB dan
obat, dan cara menjamin
mengeluarkan efektifitas dan
gelembung udara efisiensi.
6. Tehnik penyuntikan
obat lebih terinci
yaitu penggunaan
jarum yang sama,
dan cara
pengukuran tempat
suntikan
7. Terdapat larangan
untuk melakukan
masase pada daerah
bekas penyuntikan
8. Spuit sebelum
dibuang ke dalam
safety box terlebih
dahulu diisi dengan
cairan klorin
kemudian
dikeluarkan, baru
dibuang ke dalam
safetybox
7 Diagram alir Tidak ada diagram alir Ada diagram alir Memenuhi
. kelengkapan
SOP
untuk,memuda
hkan
memahami
alur pelayanan

8 Unit Terkait Penanggung jawab UKP, 1. Pendaftaran Ditambah dan


Lintas program, lintas 2. Unit KIA
. 3. Unit Laboratorium
dirinci unit
sektor, Admen
4. Unit Pengobatan/medis terkait yang
5. Unit Farmasi terlibat

9 Dokumen Laporan Pelaksanaan 1. Kartu Pelanggan Semua


Orientasi, 2. Rekam Medis
. Terkait dokumen yang
3. Informed Consent
4. Hasil Laboratorium ada disetiap
Hasil Evaluasi dan Tindak 5. Kartu Peserta KB pelayanan di
Lanjut Pelaksanaan ( K/I/KB)
6. Kartu Status Peserta KB ( (
unit-unit
Orientasi
terkait
K/IV/KB
tercantum.
7. Register dan Kohort KB
8. Aplikasi v-care rujukan
1 Referensi 1. Affandi, Biran, 1. Affandi, Biran, 2011, Ada SK Revisi
0 2011, Buku Panduan Buku Panduan Praktis SOP
Praktis Pelayanan Pelayanan Kontrasepsi,
. sehubungan
Kontrasepsi, Bina Bina Pustaka Sarwono
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. dengan
Prawirohardjo, Jakarta. 2. Kementrian Kesehatan pandemic
2. Kementrian Kesehatan RI, 2014, Pedoman covid
RI, 2014, Pedoman Manajemen Pelayanan
Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana,
Keluarga Berencana, Direktorat Jenderal Bina
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Gizi dan Kesehatan Ibu Anak, Kementerian
dan Anak, Kementerian Kesehatan, Jakarta.
Kesehatan, Jakarta. 3. Pengurus Daerah Ikatan
Bidan Indonesia Provinsi
Jawa Barat Tahun 2019
,STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR (SOP)
Pelayanan Kebidanan
ANALISIS SOAP

N ITEM ANALISIS SOAP LAMA SOAP REKOMENDASI ANALISIS


O SOAP
1 SUBYEKTIF Ditanyakan alasan datang Ditanyakan alasan datang Tidak ada
dan keluhan dan keluhan perubahan
2 OBYEKTIF Anamnesa hanya meliputi Anamnesa ditambah Anamnesa dan
data umum dan obstetri, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik
pemeriksaan fisik pengobatan, perilaku, lebih lengkap dan
meliputi tekanan darah hubungan seksual terakhir. melibatkan unit
dan berat badan Pemeriksaan fisik ditambah terkait penting
terutama mata, dada dan untuk melakukan
payudara, axilla, perut dan penapisan dan
ekstremitas. Kolaborasi pemberian
dengan petugas pelayanan
laboratorium dan dokter kontrasepsi yang
umum. tepat sesuai
kebutuhan.
3 ASESSMENT Meliputi nama, umur, Meliputi nama, umur, Tidak ada
paritas dan kondisi paritas dan kondisi perubahan
kesehatan serta kesehatan serta
kebutuhan ibu. kebutuhan ibu
4 PLANNING - Mencucitangan - Petugas sudah Terdapat
dilakukan mencucitangan dan perubahan pada
setelah memakai APD persiapan alat dan
melakukan level 1 atau 2 dari pencegahan
awal menerima infeksi termasuk
anmnesa dan
klien. Mengganti penggunaan APD
konseling awal
sarung tangan saat sehubungan
atau sebelum akan melakukan pandemi covid-19.
pemeriksaan penyuntikan dan Perubahan
fisik dilanjutkan melepasnya terbanyak pada
penyuntikan, kemudian urutan prosedure
dan cucitangan cucitangan kembali pelaksanaan
kembali setelah setelah selesaipelayanan dan
selesai pelayanan. penyuntikan untuk
pencatatan. meningkatkan
- Peralatan yang - Ditambah dengan mutu pelayanan
bak instrumen dan mencegah
disediakan tidak
berisi sarung komplikasi dari
ada bak
tangan dan larutan tindakan yang
instrumen berisi diberikan.
klorin 0,5 %
sarung tangan
dan larutan
chlorine 0,5 %
- Tidak dijelaskan
- Dijelaskan/
langkah-langkah ditambahkan cara
pengambilan pengambilan obat
obat secara yaitu pemeriksaan
detail. tgl kadaluarsa,
menghindari
adanya gelembung
udara, cara
mengukur area
penyuntikan dan
larangan memasase
- Jarum bekas daerah suntikan.
pakai langsung - Sebelum dibuang
ke safety box
dibuang ke
terlebih dahulu
safety box.
dibilas dengan air
klorin 0,5 %
- Kolaborasi dengan
- Tidak unit terkait yaitu
menekankan apotek, dokter
kolaborasi umum dan rujukan
jika diperlukan.
dengan unit lain
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. N. Usia 22 tahun dengan
diagnosa kebidanan P2 A0 post partum 6 minggu akseptor KB suntik progestin,
dengan menganalisa SOP yang baru dan lama di Puskesmas Cidadap, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Ibu dengan postpartum 6 minggu dan menyusui bayinya secara eksklusif untuk
mengatur jarak kehamilan dan mencegah terjadinya kehamilan yang tidak
direncanakan maka ibu harus menjadi akseptor KB yang efektif untuk mencegah
kehamilan yang beresiko. Ibu telah mempunyai pilihan untuk menjadi akseptor
KB suntik Progestin, dan berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik ibu
tidak ada kontra indikasi untuk diberikan suntikan KB progestin. Setelah
dilakukan konseling tentang efektifitas dan efeksamping dari suntik KB
progestin, dibuatkan informed consent dan penyuntikan DMPA, konseling akhir
dan ibu diberikan kartu tanda akseptor KB (K/I/KB)
2. SOP pemberian KB suntik yang lama untuk pengertian dan tujuan sama,
kebijakan, referensi, pelaksana, peralatan masih dipakai, prosedure tindakan
terlalu sederhana dan singkat, diagram alir tidak ada, unit terkait dan dokumen
terkait tidak tampak berkaitan dengan unit/program lain.
3. SOP pemberian KB suntik yang baru untuk pengertian, tujuan sama, kebijakan
ditambah dengan SK dari Kepala Puskesmas, referensi ditambah dengan SOP
pelayanan Kebidanan dari PD IBI provinsi Jawa Barat, pelaksana dan dokumen
sesuai dengan adanya kolaborasi dengan unit-unit terkait dalam pelayanan KB
suntik yaitu unit pendaftaran, laboratorium, pengobatan umum/dokter umum dan
apotek, prosedure tindakan lebih jelas untuk pencegahan infeksi dan menghindari
komplikasi dari tindakan penyuntikan dan menjaga efektifitas obat, dengan
evidence base memperhatikan pencegahan penularan covid-19 yaitu penggunaan
APD level 1 atau 2 dari awal pelayanan.

B. SARAN
1. Kepada pelaksana pelayanan KB baik tenaga medis, paramedis dan tenaga di unit
terkait diharapkan agar memberikan pelayanan di masa pandemic covid-19 sesuai
dengan protocol covid-19.
2. Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan sebaiknya asuhan yang diberikan
sesuai dengan evidence base, begitu pula dengan SOP rekomendasi yang dibuat ini
diharapkan menjadi bahan masukan dan pertimbangan untuk dilaksanakan di
puskesmas dan dibahas bersama-sama sehingga kemudian ditetapkan SOP
rekomendasi baru yang disepakati dengan adanya SK kebijakan baru dari Kepala
Puskesmas.
3. Senantiasa memberikan pelayanan dengan memperhatikan peran dan fungsi unit-unit
lain dalam memberikan pelayanan KB baik itu tugas mandiri, kolaborasi dan rujukan
jika diperlukan.

LAMPIRAN KEGIATAN
SOP

PEMERIKSAAN KESEHATAN BAGI CALON PENGANTIN


ASUHAN KEBIDANAN PRAKTIK KOLABORASI INTERPROFESIONAL
DI PUSKESMAS KLUWUT

DISUSUN OLEH:
MARIA FATIMA B.L NESI
NPM: 10180000086

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA

2020
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pemeriksaan sebelum kawin atau sebelum hamil, menjadi semakin penting
mengingat arus informasi yang semakin mempengaruhi dunia telah menyebabkan terjadi
revolusi masyarakat dalam penilaian hubungan seks pranikah.Kita tidak dapat menutup
mata dan telinga bahwa masalah pelacuran semakin meningkat yang merupakan matarantai
penyebaran penyakit hubungan seks yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
(kesakitan,kecacatan, atau kematian bayi). Untuk menghindari terjadi masalah kesakitan,
kecacatan rohani dan jasmani, kematian, serta menuju tercapainya well born baby and well
health mother sehingga pemeriksaan diri harus dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab. Langkah pemeriksaan sebelum kawin dan sebelum hamil dilakukan
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan
laboratorium penting dilakukan untuk mengetahui penyakit yang dapat memengaruhi
pernikahan dan kehamilan. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan darah
lengkap, urine lengkap, pemeriksaan tinja, fungsi organ vital (hati,ginjal), gula darah, dan
terhadap virus hepatitis B/C. Selain itu pemeriksaan juga dilakukan untuk mengetahui
adanya penyakit hubungan seksual dengan VDRL, preparat gonnorea, TORCH
(Toxoplasmosis, Other, Rubella, Cytomegalovirus,Herpes Simpleks Virus), dan terhadap
HIV/AIDS.
Menurut kesepakatan dalam Konferensi Internasional Kependudukan dan
Pembangunan, hak-hak reproduksi bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu
secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani.Salah satu hak reproduksi adalah hak
mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi termasuk hak mendapatkan
pelayanan pemeriksaan pranikah yang merupakan sekumpulan pemeriksaan laboratorium
untuk memastikan status kesehatan calon pengantin (Aminin et al.)
Indonesia telah menetapkan peraturan yang mengatur terkait kesehatan calon
pengantin yaitu yang diatur dalam Instruksi Bersama Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen
Kesehatan No: 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus Toksoid Calon Pengantin. Setiap
pasangan yang hendak menikah, harus melampirkan bukti surat keterangan dari puskesmas
atau rumah sakit bahwa
telah melakukan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) kepada calon pengantin. Manfaat suntik
TT bagi wanita adalah mencegah infeksi penyebab tetanus pada vagina, baik ketika malam
pertama maupun saat melahirkan. harus diberikan suntik TT sebelum menikah karena pada
malam pertama, ketika pasangan melakukan hubungan suami-istri pertama kalinya, selaput
dara wanita akan robek sehingga muncul luka di vagina dan Luka inilah yang bisa jadi jalan
masuk bakteri penyebab tetanus. Selain itu, tidak sterilnya alat bantu persalinan, khususnya
di klinik kecil di pedesaan, dapat memicu tetanus pada organ kewanitaan (Munawaroh).

Sesuai tujuan SDGs Pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu menjadi
kurang dari 70 per 100.000 kelahiran, mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi
baru lahir dan balita, dimana setiap negara menargetkan untuk mengurangi kematian
neonatal setidaknya menjadi kurang dari 12 per 1000 kelahiran dan kematian balita menjadi
serendah 25 per 1000 kelahiran, mengakhiri epidemi AIDS, tuberculosis, malaria, dan
penyakit tropis lainnya dan memerangi hepatitis, penyakit yang ditularkan lewat air dan
penyakit menular lainnya, mengurangi sepertiga dari kematian dini yang disebabkan oleh
penyakit tidak menular, melalui tindakan pencegahan dan pengobatan serta menaikkan
kesehatan mental dan kesejahteraan serta memastikan akses universal terhadap layanan
kesehatan sexual dan reproduksi, termasuk untuk perencanaan, informasi, dan pendidikan
keluarga, dan mengintegrasikan kesehatan reproduksi kedalam strategi dan program
nasional.
Terdapat data bahwa upaya pencegahan tetanus neonatorum melalui pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil belum menunjukkan hasil yang efektif, karena cakupan
imunisasi TT belum mencapai 100 persen. Oleh karena itu, Kemenkes RI mulai
mengembangkan intensifikasi imunisasi TT pada wanita usia subur yaitu para calon
pengantin. Namun sampai saat ini, program tersebut dirasakan belum terlaksana dengan
baik. calon pengantin yang tidak ingin melakukan imunisasi TT atau tidak melengkapi
dokumen administratif pernikahan dengan kartu imunisasi TT tetap diberi surat izin
menikah. Di sebagian daerah karena program imunisasi TT dan pengumpulan kartu tanda
imunisasi TT hanya dijadikan sebagai persyaratan pendukung. Dengan kata lain, petugas
menganggap bila program tidak dilakukan tidak masalah karena sepenuhnya hak pribadi
dari tiap individu (Sugiharto dan Ristrini 2016). Waktu yang tepat untuk melaksanakan
pemeriksaan kesehatan pranikah adalah 6 bulan sebelum pernikahan dilangsungkan. Pada
dasarnya, pemeriksaan
kesehatan pranikah ini bisa dilakukan kapan saja selama pernikahan belum berlangsung.
Tetapi alangkah baiknya apabila dapat mengetahuinya jauh hari sebelum menikah. Jika
ditemukan masalah kesehatan, maka dapat segera diberikan tindakan secepatnya, dan
meminimalkan resiko yang mungkin timbul.

COVID-19 telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO (WHO, 2020). Secara
nasional melalui Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 9A
Tahun 2020 yang diperbarui melalui Keputusan nomor 13 A Tahun 2020 telah ditetapkan
Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di
Indonesia. Selanjutnya, dengan memperhatikan eskalasi kasus dan perluasan wilayah
terdampak, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-
19, serta Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat COVID-19, kemudian diperbaharui dengan Keputusan Presiden
Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran COVID-19
Sebagai Bencana Nasional (Kemenkes, 2020.)
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi
calon pengantin serta menetapkan prosedur pelaksanaan program pemberian konseling
dan pemeriksaan kesehatan pada calon pengantin dan menyamakan langkah dalam
pengambilan keputusan

b. Tujuan Khusus

1. Petugas kesehatan di Puskesmas dan jaringannya dapat memberikan KIE kesehatan


reproduksi dan seksual bagi calon pengantin.
2. Petugas kesehatan di Puskesmas dan jaringannya dapat berkoordinasi dengan lembaga
keagamaan maupun instansi terkait dalam memberikan KIE kesehatan reproduksi dan
seksual bagi calon pengantin.
3. Terlaksananya pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin termasuk pemberian
pelayanan imunisasi Tetanus Toxoid (TT).
B. SOAP

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

DEPARTEMEN KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN INDONESIA MAJU

SOAP
KUNJUNGAN PRANIKAH

Tanggal Pengkajian : 8 Desember 2020 No: -


Registrasi :- Waktu: 10.05 WIB

Identitas Catin
1. Nama Perempuan : Nn. Ririn Nama laki-laki: Tn. Agus
2. Usia : 23 th Usia : 29 th
3. Agama : Islam Agama : Islam
4. Suku : Jawa Suku : Jawa
5. Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : Guru
6. Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
7. Alamat : Bogor Alamat : Tangerang

S : Nn. R datang ke puskesmas mengatakan bahwa ingin melakukan screening catin untuk
mendapatkan sertifikat layak kawin

O : Ku : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV / TD : 110/80 mmHg
R : 20 x/ menit
N : 80 x/ menit
S : 36.50 C
Pemeriksaan darah :
1. GDS : 100mg/dl
2. Hb : 12gr/dl
3. HBsAg : negative
4. HIV/AIDS : negative
5. IMS : tidak ada

A : Nn. R WUS catin usia 23 tahun

P :

1. Memberikan inform consent

2. Menjelaskan kepada Nn. R bahwa keadaannya normal dan baik

3. Menjelaskan tujuan pemeriksaan yang berguna untuk mengetahui apakah


terdapat penyakit yang dapat menular pada pasangan dan berguna juga untuk
mencegah penyakit tersebut menyebar pada pasangan atau pun pada anaknya
nanti

4. Melakukan anamnesa

5. Melakukan pemeriksaan TTV dan menjelaskan bahwa hasil pemeriksaan dalam


keadan normal

6. Memberikan konseling tentang kesehatan reproduksi dan gizi yang baik sebelum
menikah untuk mengetahui apakah terdapat kekurangan/kelebihan gizi atau ada
penyakit seksual yang dapat menular pada pasangan dengan menggunakan
lembar balik yang ditetapkan oleh kemenkes

7. Menjelaskan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium diantaranya adalah


pemeriksaan darah lengkap dan juga pemeriksaan kehamilan

8. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa dalam keadaan sehat dan normal tidak
terdapat gangguan yaitu Hb normal, dan GDS normal, serta tidak adanya IMS

9. Memberikan imunisasi Tetanus Toksoid dan menjelaskan tentang suntik TT


selanjutnya
10. Memberikan sertifikat layak kawin
11. Nn. R mengerti dan mau melaksanakan apa yang telah dijelaskan
12. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
C. SOP LAMA

PELAYANAN CALON
PENGANTEN
SOP
No. Dokumen /KIA//2018
No. Revisi 0
Tanggal Terbit 1/01/2018
Halaman :½
PUSKESMAS
KLUWUT Disahkan oleh Kepala Puskesmas
Kluwut NIP. 19690519 200312 1
002
Definisi Pemeriksaan calon pengantin adalah pemeriksaan terhadap calon pengantin apakah
sehat secara jasmani dan kejiwaaan juga pemberian KIE kesehatan reproduksi yang
diharapkan caten dapat mempersiapkan diri untuk berkeluarga termasuk merencanakan
kehamilan yang sehat, memberikan imunisasi tetanus toksoid pada calon pengantin
tersebut serta
memberikan surat rekomendasi untuk KUA
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan calon penganin dan Menetapkan prosedur
pelaksanaan program pemberian konseling dan pemeriksaan kesehatan bagi calon
pengantin serta meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dan
seksual bagi calon pengantin
Kebijakan  SK Kepala Puskesmas Kluwut tentang penyelengaraan pelayanan
KIA-KB

Referensi 
Perda No 5 tahun 20l2 tentang retribusi jasa umum

Keputusna Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategi Kementrian Kesehatan
Tahun 2015-2019

Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Prosedur
1. Petugas menerima rekam medis pasien
2. Petugas memanggil nama pasien yang tertulis di rekam medis pasien
3. Petugas mencocokan identitas pasien dengan identitas pada rekam medis,jika
sudah cocok petugas melakukan anamnesia, jika teradi kesalahan petugas
melakukan penelusuran ke unit rekam medis
4. Petugas melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
5. Petugas melakukan screening status TT
6. Petugas memberikan konseling tentang kesehatan reproduksi dan gizi
7. Petugas membrikan pengantar permintaan pemeriksaan
Hb dan pemeriksaan kehamilan ke Laboratorium
8. Petugas menentukan apakah pasien memerlukan rujukan setelah dari laboratorium,
jika memerlukan petugas melakukan tatalaksana rujukan jika tidak petugas
memberikan imunisasi tetanus toksoid kepada calon pengantin wanita.
9. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada register pelayanan calon penganten
10.Petugas memberikan surat rekomendasi ke KUA bahwa calon pengantin
telah mendapatkan konsultasi yang diperlukan dan imunisasi TT

Unit Terkait 1. Unit Laboratori


2. Unit BPU
Dokumen Terkait 1. Rekam Medis
2. Kesehatan Reproduksi
3. Buku konseling calon pengantin
D. SOP REKOMENDASI

PELAYANAN CALON
PENGANTEN
SOP
No. Dokumen /KIA//2018
No. Revisi 0
Tanggal Terbit 1/01/2018
Halaman :1/2
PUSKESMAS PROGRAM STUDI KEBIDANAN
KLUWUT Disahkan oleh Kepala Puskesmas PROGRAM SARJANA
Kluwut TERAPAN
DEPARTEMEN KEBIDANAN
STIKIM

Definisi SOP ini bertujuan untuk memastikan tindakan dan langkah kerja yang benar untuk
keamanan petugas dan pasien selain itu, pemeriksaan calon pengantin adalah pemeriksaan
terhadap calon pengantin apakah sehat secara jasmani dan kejiwaaan juga pemberian KIE
kesehatan reproduksi yang diharapkan caten dapat mempersiapkan diri untuk berkeluarga
termasuk merencanakan kehamilan yang sehat, memberikan imunisasi tetanus toksoid
pada calon
pengantin tersebut serta memberikan surat rekomendasi untuk KUA
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan calon penganin dan Menetapkan prosedur
pelaksanaan program pemberian konseling dan pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin
serta meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi
calon
pengantin
Kebijakan  SK Kepala Puskesmas Kluwut tentang penyelengaraan pelayanan
KIA-KB
 Surat edaran menteri kesehatan no. HK.02.01/MENKES/303/2020 tentang
penyelenggaraan pelayanan lesehatan Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam rangka Pencegahan Penyebaran Coronavirus Disease 2019
(COVID-19)
Pelaksana Bidan / perawat yang kompeten

Peralatan 1. Alat Tulis


2. APD
3. Spuit 0.5 ml
4. Tensimeter
5. Stetoskop
6. Lila
7. Kapas Air Hangat
8. Vaksin TT
9. Sarung Tangan
10. Disposible Box
11. Rekam Medis
12. Informed Consent
13. Buku Register Harian
Prosedur
1. Petugas menerima rekam medis pasien jika kasus covid menurun disuatu daerah jika
masih tinggi kasus di suatu daerah maka dapat ditunda pelaksanaanya
2. Petugas memanggil nama pasien yang tertulis di rekam medis pasien
3. Petugas mencocokan identitas pasien dengan identitas pada rekam medis,jika sudah
cocok petugas melakukan anamnesia, jika teradi kesalahan petugas melakukan
penelusuran ke unit rekam medis
4. Petugas melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik di ruang KIA
dengan memakai APD lengkap dan tersedia handsanitizer didalam ruangan
5. Petugas melakukan screening status TT
6. Petugas memberikan konseling tentang kesehatan reproduksi dan gizi
7. Petugas membrikan pengantar permintaan pemeriksaan darah lengkap
dan pemeriksaan kehamilan ke Laboratorium
8. Petugas menentukan apakah pasien memerlukan rujukan setelah dari laboratorium,
jika memerlukan petugas melakukan tatalaksana rujukan jika tidak petugas
memberikan imunisasi tetanus toksoid kepada calon pengantin wanita.
9. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada register pelayanan calon penganten
10. Petugas memberikan surat rekomendasi ke KUA bahwa calon pengantin telah
mendapatkan konsultasi yang diperlukan dan imunisasi TT

Bagan Alur
Klien

Pendaftaran/RM

Poli KIA

Anamnesa dan
pemeriksaan fisik
Pemberian
imunisasi TT

KIE Kespro IMS, normal Pemeriksaan Pemeriks


Gizi tidak normal laboratorium aan darah
lengkap

normal tidak normal

Pemberian sertifikat Dokter Umum


layak kawin

Rujuk ke layanan
yang terkait
Klien pulang ke
kelurahan/KUA
Unit Terkait 1. Unit Pendaftaran/ RM
2. Unit Laboratori
Pelayanan laboratorium untuk kasus non COVID-19 tetap dilaksanakan sesuai
standar dengan memperhatikan PPI (Pengendalian Pencegahan Infeksi) dan physical
distancing.

3. Poli KIA
4. Unit BPU
Dokumen Terkait 1. Rekam Medis
2. Kesehatan Reproduksi
3. laboratorium
4. Buku konseling calon pengantin
5. Sertifikat layak kawin
Referensi AbouZahr, Carla. “Millennium Development Goals.” Pharma Times, vol. 41, no. 6, 2009,
pp. 15–17, doi:10.4324/9781315753782-11.
Aminin, Fidyah, et al. “The Correlation between Knowledge and Attitude Childbearing Age
Woman About Pre Marital Examination in Tanjungpinang at 2014.” Jurnal Ners Dan
Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), vol. 2, no. 3, 2015, pp. 197–203,
doi:10.26699/jnk.v2i3.art.p197-203.
Direktorat, et al. “Pelayanan Pada Masa Pandemi COVID-19 Di Pukesmas.” Petunjuk Teknis
Pelayanan Pada Masa Pandemi Covid-19, 2020,
https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-19/petunjuk-teknis-pelayanan-puskesmas-
pada-masa-pandemi-covid-19/#.X6z9Be77TIU.
Sugiharto, Mugeni, and Ristrini. “Profil Tetanus Neonatorum Dalam Rangka Kebijakan
Eliminasi Tetanus Maternal Dan Neonatal Di Kabupaten Bangkalan Provinsi Jawa
Timur , Tahun 2012 – 2014 ( Neonatal Tetanus Profiles for Support the of Policy
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination in Bang.” Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, vol. 2014, no. 17, 2016, pp. 149–56.
E. TABEL ANALISIS SOP

No. Item Analisis SOP lama SOP baru Analisis


SOP
1. Kebijakan Masih menggunakan SK Terdapat kebijakan Perlu disusun petunjuk teknis
kepala puskesmas yang baru yang di terkait pelayanan Puskesmas
lama keluarkan oleh pada masa pandemic COVID-
Kemenkes 19 yang
terintegrasi melalui upaya
kesehatan
Puskesmas guna pencegahan
dan pengendalian COVID-19
di wilayah kerjanya
2. Prosedur  Langsung menerima  Pelaksanaannya  Pemerintah dan puskesmas
pasien dan memanggil dapat ditunda meninjau ulang pembagian
nama begitu tiba sampai suatu tugas SDM/petugas
urutan dari RM daerah berkurang Puskesmas antara lain
 Dapat melakukan atau bahkan nihil mempertimbangkan resiko
screening secara kasus covid di tertular COVID-19 seperti
langsung daerahnya keberadaan penyakit
komorbid, usia petugas dan
lain sebagainya
 Pemeriksaan darah  Melakukan  Agar mengetahui resiko
hanya untuk Hb saja pemeriksaan darah penyakit yang akan terjadi
lengkap dan untuk menegakan
diagnosis sehingga dapat
memberikan intervensi atau
terapi sebelum
melangsungkan pernikahan
F. Analisis SOAP
No. Item Analisis SOAP lama SOAP baru Analisis
SOAP
1. O (Object) Tidak dilakukan Dilakukan Sebaiknya pemeriksaan fisik
pemeriksaan fisik hanya pemeriksaan TTV tetap dilakukan agar
TTV dan juga fisik mengetahui ada atau tidaknya
kelainan pada bagian tubuh
tertentu sehingga dapat
mengambil intervensi yang
sesuai
2. P (Planning) Di planning sudah sesuai Tetapi kurang Seperti disebutkan diatas,
dengan SOP lama pemeriksaan fisik planning dalam pemerikaan
fisik diperlukan untuk
mengetahui masalah yang
mengkin terdapat pada tubuh
klien

G. PENUTUP

a. Kesimpulan

Pemeriksaan sebelum pernikahan dilakukan untuk menghindari terjadi masalah

kesakitan, kecacatan rohani dan jasmani, kematian, serta menuju tercapainya well born baby

and well health mother sehingga pemeriksaan diri harus dilaksanakan dengan penuh

kesadaran dan tanggung jawab. SOP yang telah di rekomendasikan oleh saya sebagai

mahasiswa mengacu pada SK Kemenkes mengenai beberapa perubahan pelayanan yang

terjadi selama pandemi covid 19 ini sehingga diharapkan akan melindungi petugas kesehatan

dan juga klien atau pasien serta memprioritaskan permasalahan yang terjadi saat pandemi ini.

b. Saran
Semoga puskesmas selalu mengikuti perkembangan terbaru dalam dunia kesehatan

sehingga SOP yang lama diganti dengan yang baru agar dapat melindungi nakes dan juga

pasien, sehingga SOP memang harus dikaji secara berkala


DOKUMENTASI
ANALISA SOP
ASUHAN KEBIDANAN PRAKTEK KOLABORASI INTERPROFESIONAL PADA
KLIEN DENGAN PEMERIKSAAN IVA TEST
DI PUSKESMAS CIDADAP KECAMATAN CIDADAP KABUPATEN SUKABUMI

OLEH :

ENIH
07190200084

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


DEPAETEMEN KEBDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANINDONESIA MAJU
TAHUN 2020
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kanker serviks yaitu kanker yang terjadinya perubahan sel-sel serviks dari sel
normal menjadi sel pra kanker dan akhirnya menjadi sel kanker.
Serviks adalah bagian bawah dari Rahim yang berfungsi sebagai jalur lahir dan
pemisah antara Rahim dengan vagina.Salah satu kelainan yang terjadi di serviks yaitu
kanker serviks ( Tilong, 2012 ).
Kanker serviks menempati urutan kedua dari seluruh jenis kanker pada perempuan
dengan insiden 9,7 % dan jumlah kematian 9,3 % dari seluruh kanker pada perempuan di
dunia.
Berdasarkan (Pelalawan, 2014) di Puskesmas Pangkalan kuras dengan jumlah
WUS 7513 dan yang melakukan IVA test sebanyak 22 Orang ( 0,29 % )
Di Puskesmas Cidadap dengan jumlah wus 6254, yang melakukan Iva Test Tahun 2019
15 WUS dengan Hasil Iva Test + 2 Orang dan telah dilakukan rujukan ke rumah sakit
untuk pemeriksaan lebih lanjut yaitu Pap smear dan hasilnya infeksi/servisitis.
Mengkaji masalah penanggulangan kanker serviks yang ada di Indonesia dan
adanya pilihan metoda yang mudah diujikan di berbagai negara membuat metoda IVA
(Inspeksi visual dengan aplikasi asam asetat )layak dipilih sebagai metoda screening
alternative untuk kanker serviks.IVA merupakan metoda baru deteksi dini kanker serviks
dengan mengoleskan asam( cuka ) ke dalam leher Rahim. Bila terjadi lesi kanker, maka
akan terjadi perubahan warna menjadi agak keputihan pada leher Rahim yang diperiksa.
IVA merupakan metoda yang lebih mudah, sederhana, dan mampu terlaksana sehingga
sckrining dapat dilakukan dengan cakupan yang lebih luas.Diharapkan temuan kanker
serviks dini bisa lebih banyak karena kemampuan IVA mendeteksi dini pada kanker
serviks telah dibuktikan oleh berbagai penelitian (Savitri, 2015 ).
Di Puskesmas Cidadap Cakupan WUS yang diperiksa IVA tes masih rendah, oleh
sebab itu saya sebagai mahasiswa Program Sarjana Terapan Kebidanan merasa perlu
mengambil tugas analisa SOP Tentang Pemeriksaan IVA test Di Puskesmas Cidadap
2. Tujuan
a. Untuk mendapatkan gambaran tentang SOP Iva Test di Puskesmas Cidadap
dan Langkah –langkah Pelaksanaan IVA Test di Puskesmas Cidadap
b. Untuk mengetahui eviden base/kebaruan dari SOP yang telah
direvisi,sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan meningkatkan
cakupan pelayanan IVA test.
PROGRAM STUDI KEBIDANAN SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
DEPARTEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

A. SOAP
ASUHAN KEBIDANAN REPRODUKSI DENGAN PEMERIKSAAN IVA TEST
No Registrasi :456/11/2020
Tanggal Pengkajian :30 November 2020
Waktu Pengkajian : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas
Pengkaji : Enih

Nama : Ny. Ida Nama Suami :Tn.Asep Umur


: 40 Tahun Umur : 45 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Pendidikan : SMP Pendidikan : MAN
Pekerjaan : Dagang Pekerjaan : Dagang
Alamat : Kp.Cipetir RT 8/RW 05 Desa Cidadap Kecamatan Cidadap
Kabupaten Sukabumi

S :
Ibu mengatakan mengalami keputihan sudah 1 bulan,terasa gatal dan agak bau,warnanya putih
agak kekuningan,sudah 2 minggu ini setelah bersanggama keluar darah sedikit dari jalan lahir
dan waktu senggama terasa agak sakit,ibu menggunakan KB pil sejak kelahiran anak pertama
sampai sekarang,mempunyai 2 orang anak,usia anak terkecil 18 tahun.
O :
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos mentis , BB 65 kg,TB 160 IMT 23,T : 120/80
mmHg, Nadi :84 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36,5. 0C. Kepala : Tidak ada benjolan, tidak ada
ketombe,Wajah tidak oedem dan tidak ada cloasma, conyuntiva Tidak pucat,sklera tidak
ikterik,mulut bibir tidak anemis, rahang/gusi tidak bengkak, leher tidak ada pembengkakan
kelenjar getah bening dan tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid, payudara tidak ada
benjolan, Abdomen bentuk datar tidak ada benjolan,turgor baik,Ekstremitas atas lengan tidak ada
kelainan,simetris dan pergerakan normal,Ekstremitas bawah tidak ada
kelainan,simetris,pergerakan normal,Genitalia eksterna tidak ada infeksi jamur,tidak ada
kutil,tidak ada lesi dan Nampak cairan warna putih agak kekuningan, labia mayora dan minora
tidak ada benjolan/pembengkakan,kelenjar skene tidak ada pembengkakan dan tidak ada
nanah/darah.

A :
Ny.I usia 40 tahun dengan keputihan bau dan gatal dan mengalami perdarahan kontak
P :
1. Menyapa klien dengan sopan dan ramah,klien merespon dengan ramah
2. Melakukan Anamnesa tentang identitas,keluhan dan Pemeriksaan fisik hed to
toe,Pemeriksaan genitalia eksterna.Klien merasakan keputihan gatal,bau dan mengalami
perdarahan kontak pasca sanggama,terlihat keputihan di vagina
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada klien,KIE tentang iva test dan mengapa
dianjurkan,klien mengerti ttg IVA test dan menyetujui untuk diperiksa
4. Membuat persetujuan tindakan dengan informed consend.Klien Menanda tangani
5. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan hal yang mungkin terjadi saat pemeriksaan.Klien
mengerti
6. Menganjurkan kepada klien untuk mengosongkan kandung kemih dan membersihkan daerah
vulva.Klien cukup mengerti
7. Menyiapkan peralatan,mencuci tangan 6 langkah dan mengeringkan dengan handuk pribadi
,memakai sarung tangan steril.Peralatan,APD,meja ginek,lampu halogen,speculum
cocor,larutan asam asetat 3-5 %,kom kecil,lidi kapas dalam wadah bersih,sarung tangan
steril,larutan klorin 0,5 %,Tempat limbah medis.
8. Menganjurkan kepada ibu untuk membuka pakaian dalam
dan Tidur di meja pemeriksaan dengan posisi lithotomi .
9. Inspeksi genitalia eksterna,lobang uretra,palpasi labia mayora dan minora,kelenjar skene dan
bartholini.Tidak ada kutil,benjolan,lesi tampak keputihan,tidak ada pembengkakan pada labia
mayora,minora,kelenjar skene dan bartholini.
10. Melakukan Pemeriksaan Iva test dengan mengusap serviks dengan larutan asam asetat 3-5
%.Membiarkan hasil usapan asam cuka 1 menit.
11. Membaca hasil Iva Test oleh bidan/dokter umum Puskesmas, Petugas memeriksa SSK ada
tidak apakah serviks mudah berdarah,,cari lesi putih(aceto white )Hasilnya terdapat
acethowhite di jam 11,SSK +
12. Setelah pembacaan hasil selesai,mengusap bagian serviks dengan lidi kapas baru untuk
menghiangkan sisa cairan asam asetat dari leher Rahim dan vagina dan membuang ke tempat
sampah medis
13. Membereskan alat dan desinfeksi meja dan lampu halogen dengan lap dibasahi larutan
klorin,mencelupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %,melepaskan secara terbalik
dan membuang ke tempat sampah medis.
14. Mencuci tangan kembali dg sabun dan air 6 langkah dan mengeringkan dg handuk pribadi
15. Mencatat hasil temuan iva test pada rekam medis.Dicatat sesuai lokasi lesi dan digambarkan.
16. Memberitahukan Hasil Pemeriksaan Iva Test kepada klien dan konseling untuk
rencana selanjutnya
17. Melakukan Kolaborasi dengan dokter umum Puskesmas untuk pemberian obat /Rujukan dan
kolaborasi dengan dokter SPOG melalui rujukan ke Rumah sakit.Klien mau diperiksa lebih
lanjut ke dr SPOG untuk dilakukan paps smear dan mau mengumpulkan biaya transfortasi
ke RS
18. Membantu membuat rujukan bpjs dengan aplikasi vic care karena klien mempunyai
kartu bpjs.Menyarankan kepada klien untuk kembali dari rs menyampaikan Feed
back/rujukan balik.Klien mengerti dan setuju.
19. Membuat dokumentasi pelayanan IVA Test .Dokumentasi Terlampir
B. SOP LAMA

SOP PEMERIKSAAN IVA TEST

No. :
Dokumen 001/SOP.K/PKM.CD
S D
O P/2019
No. Revisi :
P Tanggal : 1 Januari 2019
Terbit
Halaman : 1/2

UPTD
A.Budiman,SKM,MM
Puskesmas Cidadap NIP.196710081996031002

1. Pengertian IVA (Inspeksi Visual Asam asetat)adalah Pemeriksaan leher Rahim (serviks)
secara visual menggunakan asam cuka dengan mata telanjang untuk
mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam cuka 3-5 %

2. Tujuan 1. Untuk mendeteksi adanya sel yang mengalami dysplasia sebagai


salah satu metode skrining kanker mulut Rahim.

2. Kebijakan 1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Undang-Undang no 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah

3. Peraturan pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan


Reproduksi

4. Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Cidadap Nomor


:001/SOP.K/PKM.CDDP/2019

3. Pelaksana Dokter, Bidan yang Terlatih,Petugas Pendaftaran, Petugas Apotek

4. Peralatan 1. Persiapan alat

 Balpoint

 Tisu kering
 Meja Ginekologi

 Selimut

 Kursi

 Troli

 Status Pasien

 Spekulum cocor bebek dalam wadah steril

 Botol berisi larutan asam asetat 3-5 %

 Kom kecil

 Lidi kapas di bak instrument bersih

 Lampu obgin/senter

 Sarung tangan steril

 Larutan klorin 0,5 %

 Tempat Limbah Medis

5. Prosedur 1. Persiapan Administrasi


a. Pasien melakukan pendaftaran
b. Pembayaran ( Umum,BPJS PBI/Non PBI )
c. Pencarian Rekam Medik
d. Pasien menunggu di Poli KIA
2. Persiapan Lingkungan
a. Menyiapkan ruangan yang bersih
b. Menjaga privacy pasien
3. Persiapan Petugas
a. Petugas Mencuci tangan
4. Pelayanan IVA TEST
a.Petugas Menyapa ibu dengan sopan dan ramah
b.Petugas melakukan KIE kepada ibu dan suami tentang Pengertian iva
test,mengapa hal tersebut dianjurkan
c.Petugas menjelaskan prosedur pemeriksaan dan hal yang mungkin terjadi
selama pemeriksaan : rasa kurang nyaman,sedikit nyeri,sedikit mengganggu
privasi pasien
d.Petugas membuat persetujuan tindakan/inform consent
e.Petugas meminta pasien untuk mengosongkan kandung
kemih,membersihkan genitalia dan melepas pakaian dalam dan cuci tangan
f.Mempersilahkan ibu untuk naik meja ginekologi dengan membantu posisi
bokong berada di ujung meja,tutup badan ibu dg selimut,lalu nyalakan lampu
obgin/senter arahkan ke vagina ibu
g.Memeriksa genitalia eksterna,periksa lubang urethr apakah ada
keputihan/tidak,palpasi kelenjar skene dan bartholini
h.Mengatakan pada ibu bahwa speculum akan dimasukan dan ibu mungkin
merasakan beberapa tekanan
i.Petugas memasang speculum dan menyesuaikannya sehingga seluruh leher
Rahim dapat terlihat
j.Kunci cocor speculum dalam posisi terbuka sehingga akan tetap ditempat
saat melihat serviks
k.Mengamati serviks apakah ada infeksi (cervisitis) seperti cairan putihkeruh
(mucopus) bersih dari leher rahim,: ectopi (ectropion); Tumor yang terlihat
atau kista Nabothian,nanah atau lesi “strawbererry”(infeksi trichomonas).bila
curiga kanker serviks pemeriksaan diakhiri
l.Petugas membersihkan cairan,darah,mukosa menggunakan lidi kapas dari
leher Rahim kemudian membuang lidi kapas ke tempst sampah medis
m.Petugas mengidentifikasi ostium uteri, SSK dan zona transformasi
n.Petugas Mencelupkan lidi kapas ke dalam cairan asam asetat lalu
mengoleskan pada leher Rahim. Bila Perlu gunakan kapas lidi bersih untuk
mengulang pengolesan asam asetat sampai serviks bebar benar merata
Membuang lidi kapas yang telah dipakai ke dalam wadah sampah medis
o.Menunggu minimal 1 menit agar asam asetat terserap dan Nampak
perubahan warna putih yang disebut lesi putih (acetowhite) p.Petugas(Dokter
umum Puskesmas/Bidan Terlatih) Memeriksa SSK dengan teliti apakah
serviks mudah berdarah.cari asetowhite(lesi putih),SSK hrs terlihat untuk
menentukan serviks normal/tidak
q.Bila perlu oleskan kembali asam asetat atau usap leher Rahim dengan lidi
kapas bersih untuk menghilangkan mukosa ,darah atau debris.membuang
swab ke kantong plastic/tempat sampah medis
r.Bila pemeriksaan visual telah selesai gunakan lidi kapas baru untuk
menghilangkan sisa cairan asam asetat dari leher Rahim dan vagina dan
membuangnya ke kantong plastic/tempat sampah medis
s.Petugas Melepaskan speculum secara halus dan melakukan dekontaminasi
alat dengan meletakan speculum dalam larutan klorin 0,5 % selama 10
menit
t.Melakukan pemeriksaan Bimanual dan retrovaginal jika diperlukan
:Periksa kelembutan gerakan serviks,ukuran,bentuk dan posisi
uterus,kehamilan/abnormalitas/kepekaan adneksa
5.Pelayanan Pasca Tindakan
a.Bersihkan lampu/senter dg lap yang dibasahi larutan klorin 0,5 %
b.Celupkan sarung tangan yg masih dipakai ke dalam larutan klorin 0,5
% lepas sarung tangan secara terbalik buang ke kedalam wadah kantong
plastic anti bocor
c. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,keringkan dengan handuk
d. Jika hasil iva test negative minta ibu untuk mundur ,duduk dan
berpakaian
e. Mencatat hasil temuan iva test dan temuan lain dalam rekam medis pasien
:cevisitis,ekstropion,tumor yang tampak kasar,kista nabothian
ulkus/strawberi serviks,catat pemeriksaan serviks abnormal,gambarkan
sebuah peta “serviks dan area yang berpenyakit pada formulir catatan
f. Diskusikan hasil pemeriksaan iva test dengan ibu jika negative kapan harus
diperiksa ulang.
g. Jika hasil iva test positif/diduga ada kanker :
 Konseling kepada ibu untuk langkah selanjutnya
 Kolaborasi dengan dokter umum Puskesmas untuk pengobatan dan
rujukan
 Kolaborasi dengan dokter SPOG melalui rujukan ke Rumah Sakit

6. Diagram Alir
WUS

LOKET PENDAFTARAN

-UMUM/BPJS
POLY
KIA
- REKAM MEDIK

ANAMNESA,PEMERIKSAAN
FISIK,KIE

INFORMED CONSENT

Iva (-) konseling


jadwalpemeriksa
PEMERIKSAAN IVA TEST an ulang 1 tahun

-PENCATATAN HASIL IVA


Iva (+)

KONSELING TINDAK
LANJUT,KOLABORAS
I DG DOKTER
RUANG
PUSKESMAS APOTE
(PENGOBATAN DAN
K
RUJUKAN),KOLABOR
ASI SPOG MELALUI
RUJUKAN KE RUMAH
SAKIT

RUJUKAN

PULANG
7. Unit Terkait a. Pendaftaran

b. Unit Rekam Medik

c. Unit KIA

d. Unit Apotek

e. RS rujukan

9.Dokumen Terkait a. Register Pendaftaran

b. Rekam Medik

c.Register KIA

c. Resep Obat

10.Referensi a. Depkes RI, 2008, Skrining Kanker Leher Rahim dengan Metoda
Inspeksi Visual Dengan Asam asetat (IVA), Depkes RI,
D.SOP REKOMENDASI
SOP PEMERIKSAAN IVA TEST

No. Dokumen :
001/SOP.K/PKM.CD
S DP/2020
O No. Revisi : 001
P Tanggal : 2 April 2020
Terbit
Halaman : 1/2

PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN
KEBIDANANDEPARTEME
N KEBIDANAN
STIKIM

PPK-BLUD
UPT A.Budiman,SKM,MM
Puskesmas NIP.196710081996031002
Cidadap
3. Pengertian IVA (Inspeksi Visual Asam asetat)adalah Pemeriksaan leher Rahim (serviks)
secara visual menggunakan asam cuka dengan mata telanjang untuk mendeteksi
abnormalitas setelah pengolesan asam cuka 3-5 %

4. Tujuan 1.Untuk mendeteksi adanya sel yang mengalami dysplasia sebagai salah satu
metode skrining kanker mulut Rahim.

8. Kebijakan 1.Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 2.Undang-


Undang no 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah
3. Peraturan pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi
4. Surat Keputusan Kepala PPK-BLUD UPT Puskesmas Cidadap Nomor
:001/SOP.K/PKM.CDDP/2020
9. Pelaksana Dokter dan Bidan terlatih,Petugas Pendaftaran,Petugas Apotek

10.Peralatan 1. Persiapan alat

 APD Level 1

 Format scrining covid

 Balpoint

 Tisu kering

 Alat cek suhu


 Meja Ginekologi

 Selimut

 Kursi

 Troli

 Status Pasien

 Spekulum cocor bebek dalam wadah steril

 Botol berisi larutan asam asetat 3-5 %

 Kom kecil

 Lidi kapas di bak instrument bersih

 Lampu obgin/senter

 Sarung tangan steril

 Larutan klorin 0,5 %

 Tempat Limbah Medis

2. Prosedur A.Persiapan Administrasi


1.Pasien melakukan pendaftaran (dilakukan screening covid 19) 2.Pembayaran (
Umum,BPJS PBI/Non PBI
3.Pencarian Rekam Medik 4.Pasien
menunggu di Poli KIA
B.Persiapan Lingkungan
1.Menyiapkan ruangan yang bersih
2.Menjaga privacy pasien
C.Persiapan Petugas
1. Petugas Mencuci tangan
2. Petugas memakai apd level 1( Masker,sarung tangan,Face shield)
D. Pelayanan IVA TEST
1. Petugas Menyapa ibu dengan sopan dan ramah
2. Petugas melakukan KIE kepada ibu dan suami tentang Pengertian iva
test,mengapa hal tersebut dianjurkan
3. Petugas menjelaskan prosedur pemeriksaan dan hal yang mungkin terjadi
selama pemeriksaan : rasa kurang nyaman,sedikit nyeri,sedikit mengganggu
privasi pasien
4. Petugas membuat persetujuan tindakan/inform consent
5. Petugas meminta pasien untuk mengosongkan kandung kemih,membersihkan
genitalia dan melepas pakaian dalam dan cuci tangan
6. Mempersilahkan ibu untuk naik meja ginekologi dengan membantu posisi
bokong berada di ujung meja,tutup badan ibu dg selimut,lalu nyalakan lampu
obgin/senter arahkan ke vagina ibu
7. Memeriksa genitalia eksterna,periksa lubang urethr apakah ada
keputihan/tidak,palpasi kelenjar skene dan bartholini
8. Mengatakan pada ibu bahwa speculum akan dimasukan dan ibu mungkin
merasakan beberapa tekanan
9. Petugas memasang speculum dan menyesuaikannya sehingga seluruh leher
Rahim dapat terlihat.Jika dinding vagina sangat lemas dan jaringan ikat
memasuki diantara bilah /cocor speculum dapat didorong dg spatula kayu/kapas
lidi atau menggunakan kondom yang ujungnya dilobangi dan dimasukan
speculum ke dalam kondom sehingga waktu memasukan ke vagina dan
membuka serviks jaringan tidak masuk.
10. Kunci cocor speculum dalam posisi terbuka sehingga akan tetap ditempat
saat melihat serviks
5.Mengamati serviks apakah ada infeksi (cervisitis) seperti cairan putihkeruh
(mucopus) bersih dari leher rahim,: ectopi (ectropion); Tumor yang terlihat atau
kista Nabothian,nanah atau lesi “strawbererry”(infeksi trichomonas).bila curiga
kanker serviks pemeriksaan diakhiri
11.Petugas membersihkan cairan,darah,mukosa menggunakan lidi kapas dari
leher Rahim kemudian membuang lidi kapas ke tempst sampah medis
12.Petugas mengidentifikasi ostium uteri, SSK dan zona transformasi
13.Petugas Mencelupkan lidi kapas ke dalam cairan asam asetat lalu
mengoleskan pada leher Rahim. Bila Perlu gunakan kapas lidi bersih
untuk mengulang pengolesan asam asetat sampai serviks bebar benar merata
Membuang lidi kapas yang telah dipakai ke dalam wadah sampah medis
14 Menunggu minimal 1 menit agar asam asetat terserap dan Nampak
perubahan warna putih yang disebut lesi putih (acetowhite) 15.Petugas(Dokter
umum Puskesmas/Bidan Terlatih) Memeriksa SSK dengan teliti
apakahserviks mudah berdarah.cari asetowhite(lesi
putih),SSK hrs terlihat untuk menentukan serviks normal/tidak
16. Bila perlu oleskan kembali asam asetat atau usap leher Rahim dengan
lidi kapas bersih untuk menghilangkan mukosa ,darah atau debris.membuang
swab ke kantong plastic/tempat sampah medis
17. Bila pemeriksaan visual telah selesai gunakan lidi kapas baru untuk
menghilangkan sisa cairan asam asetat dari leher Rahim dan vagina dan
membuangnya ke kantong plastic/tempat sampah medis
18. Petugas Melepaskan speculum secara halus dan melakukan dekontaminasi
alat dengan meletakan speculum dalam larutan klorin 0,5
% selama 10 menit
19. Melakukan pemeriksaan Bimanual dan retrovaginal jika diperlukan
:Periksa kelembutan gerakan serviks,ukuran,bentuk dan posisi
uterus,kehamilan/abnormalitas/kepekaan adneksa
E.Pelayanan Pasca Tindakan
1.Bersihkan lampu/senter dg lap yang dibasahi larutan klorin 0,5 % 2.Celupkan
sarung tangan yg masih dipakai ke dalam larutan klorin 0,5 % lepas sarung
tangan secara terbalik buang ke kedalam wadah kantong plastic anti bocor
3. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,keringkan dengan handuk
4. Jika hasil iva test negative minta ibu untuk mundur ,duduk dan berpakaian
5. Mencatat hasil temuan iva test dan temuan lain dalam rekam medis pasien
:cevisitis,ekstropion,tumor yang tampak kasar,kista nabothian ulkus/strawberi
serviks,catat pemeriksaan serviks abnormal,gambarkan sebuah peta “serviks
dan area yang berpenyakit pada formulir catatan 6.Diskusikan hasil
pemeriksaan iva test dengan ibu jika negative kapan harus diperiksa ulang.
7. Jika hasil iva test positif/diduga ada kanker :
 Konseling kepada ibu untuk langkah selanjutnya
 Kolaborasi dengan dokter Umum Puskesmas untuk pengobatan dan
rujukan
 Kolaborasi dengan dokter SPOG melalui rujukan ke Rumah sakit
 Bila perlu membuat rujukan ke pic care dan memberikan formulir rujukan

3. Diagram Alir
WUS

LOKET PENDAFTARAN

-UMUM/BPJS
POLY
KIA
- REKAM MEDIK
-APLIKASI PICARE
ANAMNESA,PEMERIKSAAN
FISIK,KIE

INFORMED CONSENT

Konseling
Iva tes(-)
jadwal
IVA TEST
CATAT HASIL IVA
pemeriksaan
ulang 1 tahun

Iva tes (+)

KONSELING TINDAK
LANJUT,KOLABORA RUANG
SI DG DOKTER PKM APOTEK
UUNTUK,PENGOBAT
AN/
RUJUKAN,KOLABOR
ASI SPOG MELALUI
RUJUKAN

RUJUKAN

4. Unit Terkait
PULANG
a.Unit Pendaftaran

b.Unit Rekam Medik

c.Unit KIA

d.Unit Apotek
e.RS rujukan

9.Dokumen Terkait a. Register Pendaftaran

b. Rekam medik

b. Buku Register KIA

c. Register Kohort Kespro d.Print

Data Rujukan Picare

e. Resep Obat

10.Referensi e.Depkes RI, 2008, Skrining Kanker Leher Rahim dengan Metoda Inspeksi
Visual Dengan Asam asetat (IVA), Depkes RI,
f.Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia Tahun 2019,STANDAR
OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Pelayanan kebidanan
E. ANALISIS
1. ANALISIS SOP IVA TEST

NO ITEM SOP LAMA REKOMENDASI ANALISIS


ANALISIS SOP
1 Pengertian IVA (Inspeksi IVA (Inspeksi Visual Tidak ada
Visual Asam Asam asetat)adalah Perbedaan
asetat)adalah Pemeriksaan leher Rahim
Pemeriksaan leher (serviks) secara visual
Rahim (serviks) menggunakan asam cuka
secara visual dengan mata telanjang
menggunakan asam untuk mendeteksi
cuka dengan mata abnormalitas setelah
telanjang untuk pengolesan asam cuka 3-5
mendeteksi %
abnormalitas
setelah pengolesan
asam cuka 3-5 %
2 Tujuan Untuk mendeteksi Untuk mendeteksi adanya Tidak ada
adanya sel yang sel yang mengalami perbedaan
mengalami dysplasia sebagai salah
dysplasia sebagai satu metode skrining
salah satu metode kanker mulut Rahim.
skrining kanker
mulut Rahim.
3 Kebijakan SOP masih Pasca Akreditasi dan Untuk memberikan
kebijakan Kepala Pandemi covid 19 adanya kekuatan dan
Puskesmas Yang revisi SOP dengan Surat payung hukum
Lama yaitu :Surat Keputusan Kepala PPK- terhadap prosedur
Keputusan Kepala BLUD UPT Puskemas yang ada di SOP
UPTD Puskesmas Cidadap Nomor :
Cidadap Nomor 001/SOP.K/PKM.CDDP/2
001/SOP.K/PKM.C 020
DDP/2019

4 Pelaksana Dokter, Bidan Dokter, Bidan Tidak ada


Yang terlatih,Petugas perbedaan
terlatih,Petugas Pendaftaran,Petugas
Pendaftaran,Petuga Apotek
s Apotek
5 Peralatan Tidak ada apd level sudah apd level 1, ada Dengan Skrining
1,format skrining format skrining covid dan APD
covid dan covid,pengecekan suhu level 1 untuk
pengecekan suhu mencegah
penularan covid 19
baik dari dan ke
Petugas/Pasien

6 Prosedur SOP Lama Tidak ada tehnik memasukan Tindakan ini


Pelaksanaan Iva ada tehnik cocor dilapisi kondom diperlukan untuk
Test memasukan cocor yang ujungnya dikasih mencegah
dilapisi kondom lobang,/Tehnik mendorong masuknya dinding
yang ujungnya dinding vagina yang lemas vagina yang lemas
dikasih dg kapas lidi/spatula ke cocor spekulum
lobang/Tehnik
mendorong dinding
vagina yang lemas
dg kapas
lidi/spatula
7 Diagram alir Belum ada Bagan Bagan alir adanya Untuk
Alir untuk Pasien penambahan untuk klien memudahkan alur
yang dirujuk yang dirujuk kembali lagi pelayanan terutama
kembali ke ke Pendaftaran Untuk pembuatan rujukan
Pendataran Untuk pembuatan Rujukan ke ke picare
Pembuatan Picare
Rujukan Ke Picare
8 Unit Terkait - - Tidak adanya
perbedaan
9 Dokumen Belum ada Aplikasi Adanya Aplikasi Picare Dengan adanya
Terkait Picare Aplikasi Picare
mempermudah
system rujukan,dan
system
Pencatatandan
Pelaporan,Pasien
langsung diterima
di rumah sakit.
10 Referensi - Referensi terbaru SOP Untuk mengetahui
Pelayanan eviden
Kebidanan,Pengurus base/kebaruan dari
Ikatan Bidan Indonesia sop Iva Test.
Tahun 2019
2. ANALISIS
SOAP

N ITEM
O ANALISIS LAMA REKOMENDASI ANALISIS
1 SUBYEKTIF Klien yang mempunyai untuk pemeriksaan Iva Tes Keluhan klien/gejala
gejala keputihan,gatal dan indikasinya semua klinis penting dapat
bau disertai perdarahan perempuan yang pernah membantu
kontak,hasil pemeriksaan menikah/tidak hanya yang menegakan diagnosa
iva rata-rata + mempunyai gejala selain pemeriksaan
fisik dan penunjang
2 OBYEKTIF Sebelum pemeriksaan fisik Pada Masa Pandemi covid 19 Untuk mengurangi
hanya melakukan cuci ada penambahan skrining penularan covid 19
tangan tidak memakai APD covid 19 sebelum melakukan
pemeriksaan dan petugas
memakai APD level 1
3 ASSESMENT untuk diagnosa sesuai Diagnosa sesuai dengan Skrining covid 19
dengan keluhan klien keluhan klien dan disertai sangat penting
hasil skrining covid 19 karena untuk
mencegah penularan
dan menentukan
APD pada saat
Tindakan pelayanan
4 PLANNING 1. Pelaksana Dokter 1. Pelaksana Dokter 1. Pelaksana
Puskesmas,dan Bidan Puskesmas,dan Bidan sangatlah penting
Terlatih,Petugas Terlatih,Petugas karena membantu
Pendaftaran,Petugas Pendaftaran,Petugas kita di dalam
Apotek. Untuk Apotek.Untuk pelaksanaan memudahkan
pelaksanaan berkolaborasi berkolaborasi dengan pekerjaan dan
dengan dokter puskesmas dokter puskesmas dan dr sesuai dengan
dan dokter Sp.Og melalui Sp.Og melalui rujukan ke kewenangannya ada
rujukan ke rumah sakit. rumah sakit. tugas
2. Peralatan :Tidak ada 2. Peralatan : ada skrining mandiri,kolaborasi
skrining covid dan covid dan pengecekan dan rujukan.
pengecekan suhu,tidak suhu, ada apd level 1. 2. Peralatan sangat
ada apd level 1. 3. Prosedur pemeriksaan Iva menunjang
3. Prosedur pemeriksaan tes ada tehnik untuk memudahkan
Iva test tidak ada tehnik mencegah masuknya pekerjaan dan di
untuk mencegah masuknya dinding vagina yang lemas masa pandemi
dinding vagina yang lemas ke bilah cocor spekulum covid 19 skrining
ke bilah cocor spekulum dengan melapisi spekulum covid sangat
dengan melapisi spekulum dengan kondom/menekan penting dan apd.
dengan kondom/menekan dinding vagina yang lemas 3. Untuk prosedur
dinding vagina yang lemas dg lidi kapas/spatula,Jika yang baru yaitu
dg lidi kapas/spatula,Jika hasil Iva tes + maka tehnik memasukan
hasil Iva tes + maka dilakukan kolaborasi dengan spekulum dengan
dilakukan kolaborasi dokter puskesmas dan dr dilapisi kondom
dengan dokter puskesmas SPOG melalui rujukan ke perlu adanya
dan dr SPOG melalui rumah sakit. sosialisasi dulu
rujukan ke rumah sakit. terhadap semua
pelaksana dan harus
dibuat lagi sk yang
baru oleh Kepala
instansi sehingga
dapat memberikan
kekuatan hukum bagi
pelaksananya
F.PENUTUP

1. Kesimpulan

Setelah melakukan pengkajian kepada WUS dengan keluhan mengalami


keputihan yang gatal ,bau dan mengalami perdarahan setelah sanggama, melihat SOP
yang baru dan Lama di Puskesmas Cidadap maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. SOP yang lama masih sama seperti tahun sebelumnya dari mulai Pengertian,
Tujuan,Pelaksana dsb akan tetapi pada saat pandemic covid 19 dimulai pada bulan
April 2020 mengalami perubahan Yaitu : adanya protocol covid 19 yang mana
berubah ke prosedur yaitu di persiapan administrasi dilakukan skrining covid dan
persiapan petugas dengan APD level 1.
b. Untuk eviden base dari SOP yang Baru Yaitu ada perbedaan di prosedur dimana yang
baru pada saat pemeriksaan dengan spekulum menggunanak kondom untuk melapisi
speculum pada saat dimasukan pada vagina agar dinding vagina yang lemas tidak
masuk ke celah cocor speculum/ dengan menekan dinding vagina oleh kapas
lidi/spatula kayu.
c. Untuk Prosedur Iva test baik di sop yang lama dan baru bila hasil Iva Test (+) maka
bidan melakukan kolaborasi dengan dokter umum di Puskesmas untuk
pengobatan/rujukan dan berkolaborasi dengan dokter SPOG melalui rujukan ke
Rumah Sakit.
2. Saran
a. Diharapkan kepada Pelaksana di lapangan baik Dokter umum/Bidan yang terlatih
di masa pandemic covid 19 ini tetap bekerja sesuai prosedur dengan
memperhatikan protocol covid 19.
b. Dengan adanya eviden base/kebaruan dari SOP rekomendasi dimana adanya
penambahan prosedur,hal ini sebaiknya disosialisasikan dulu di suatu
instansi,kemudian ditetapkan dan dan ada SK Kebijakan Baru,sehingga dapat
memberikan kekuatan hukum kepada pelaksananya Dokter umum
Puskesmas/Bidan yang terlatih.Sehingga dapat meningkatkan kualitas dan
cakupan layanan iva test
c. Dengan adanya hasil Iva tes (+),Diharapkan Kepada Pelaksana iva test di
lapangan harus melakukan kolaborasi dengan dokter Puskesmas/dokter SPOG
melalui rujukan sesuai dengan tugas mandiri,kolaborasi atau rujukan.Sehingga
G.LAMPIRAN KEGIATAN
1.DOKUMENTASI KEGIATAN PENGKAJIAN DAN PEMERIKSAAN IVA TEST

Anda mungkin juga menyukai