Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sepakbola merupakan salah satu olahraga yang banyak

digemari oleh masyarakat di berbagai dunia. Di Indonesia sendiri

olahraga ini merupakan salah satu olahraga yang popular , hampir

setiap masyarakat di Indonesia pernah dan gemar bermain olahraga

ini. Sepakbola bisa dikatakan sebagai alat pemersatu bangsa karena

jika kita melihat masing-masing daerah di Indonesia pasti punya klub

kebanggaan nya masing-masing. Namun jika tim nasional Indonesia

bermain, seluruh masyarakat dan pendukung yang berbeda-beda

datang ke stadion atau menonton televisi menjadi satu nama yaitu Tim

Nasional Indonesia.

Sepakbola di Indonesia di naungi oleh asosiasi yang bernama

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia atau yang lebih sering kita

kenal dengan PSSI. PSSI sendiri dibentuk tahun 1930, yang awalnya

dibentuk oleh 7 orang yang berasal dari Indonesia yang salah satunya

adalah Soeratin Sosrosoegondo. Sudah 87 tahun PSSI berdiri

menaungi persepakbolaan Indonesia namun, prestasi yang diraih


1
2

masih sangat minim. Jika kita membandingkan prestasi Tim Nasional

Indonesia dengan Negri Jiran atau Malaysia pada satu dekade

terakhir, Tim Nasional Indonesia masih tertinggal. Padahal, asosiasi

sepakbola Malaysia baru dibentuk pada tahun 1933 yang berarti Tim

Nasional Indonesia unggul 3 tahun dari Tim Nasional Malaysia.

Prestasi Tim Nasional Indonesia terbaik adalah saat Indonesia tampil

pada Piala Dunia tahun 1938, namun Tim Nasional Indonesia tampil

dengan nama Hindia-Belanda. Prestasi terbaik lain adalah saat Tim

Nasional Indonesia berhasil masuk semifinal Piala Asia pada tahun

1954. Untuk satu dekade terakhir pada piala regional atau yang

dikenal sebagai Piala AFF sendiri, Indonesia berhasil menjadi finalis

dua kali. Pertama, pada Piala AFF 2010 yang akhirnya Indonesia

ditundukkan oleh Malaysia. Kedua, pada tahun 2016 yang pada Leg I,

Indonesia memenangkannya dengan skor 2-1, namun di Leg II kalah

2-0 yang berarti Indonesia gagal. Jika dibandingkan dengan Malaysia,

Malaysia sudah berhasil menjadi finalis Piala AFF pada tahun 2010

dan 2014, yang pada 2010 mereka berhasil menjadi juara setelah

menundukan Tim Nasional Indonesia.

Beberapa tahun terakhir, PSSI menjadi sorotan publik bukan

karena prestasi melaikan karena adanya dugaan korupsi dalam

kepengurusan PSSI. Selain itu, dalam kepengurusan PSSI juga terjadi


3

dualisme yang menyebabkan ada beberapa klub bermain di luar liga

yang disahkan oleh PSSI. Dualisme ini berawal dari ketidakpercayaan

kontestan liga yang disahkan oleh PSSI. Dampak dari dualisme ini

adalah terbentuknya Liga Premier Indonesia (LPI). Publik mengira

dengan terbentuknya LPI akan membuat sepakbola Indonesia

semakin berprestasi. Namun, akibat terbentuknya LPI yang tidak di

sahkan oleh PSSI, Indonesia mendapat sanksi dari FIFA. Sanksi

tersebut berupa larangan Tim Nasional Indonesia untuk tampil di

kancah Internasional.

Pada tahun 2017 ini PSSI mengalami perubahan struktur,

dengan terpilihnya Edy Rahmayadi sebagai ketua PSSI yang baru.

Untuk meningkatkan prestasi Tim Nasional, PSSI membuat terobosan

dengan melakukan pembinaan usia muda. Pembinaan usia muda

merupakan salah satu langkah untuk menciptakan pemain-pemain Tim

Nasional yang berprestasi di masa yang akan datang.

1.2 Identifikasi Masalah

Melihat berpengaruhnya pembinaan usia muda terhadap

prestasi Tim Nasional Indonesia, maka terdapat beberapa identifikasi

masalah sebagai berikut:


4

a. Pembinaan usia muda seperti apa yang di terapkan di

Indonesia?

b. Prestasi apa saja yang sudah diraih oleh Tim Nasional

Indonesia?

c. Bagaimana pengaruh pembinan pemain usia muda terhadap

prestasi Tim Nasional Indonesia?

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan

yang dimaksud, dalam karya ilmiah ini penulis membatasinya pada

ruang lingkup “Pembinaan Usia Muda Terhadap Prestasi Tim Nasional

Indonesia”.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifakasi-identifikasi masalah diatas bisa

disimpulkan bahwa perumusan masalahnya adalah: Bagaimana

pengaruh pembinaan usia muda terhadap prestasi Tim Nasional

Indonesia.

1.5 Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan pembuatan karya tulis ini adalah untuk

mengetahui pengaruh pembinan usia muda terhadap prestasi Tim

Nasional Indonesia.
5

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah

metode deskriptif yaitu menggambarkan fenomena yang ada saat ini

atau saat yang lampau.

1.7 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada karya

tulis ini adalah melakukan observasi melalui internet,koran,tv atau

majalah mengenai karya tulis ini.

1.8 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian untuk pencarian data dan penyusunan karya tulis ini

dilaksanakan di kota DKI Jakarta, mulai dari bulan April hingga

Agustus 2017.

1.9 Manfaat

Penulis berharap dengan adanya karya tulis ini dapat

bermanfaat bagi siapapun yang membacanya, dan juga membuktikan

apakah pembinan usia muda berpengaruh terhadap prestasi Tim

Nasional Indonesia. Karya tulis ini sangat bermanfaat untuk para

pemerhati Tim Nasional Indonesia dan para penggiat sepakbola di

Indonesia
6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Pembinaan


7

Pembinaan merupakan totalitas kegiatan meliputi perencanaan,

pengaturan, dan penggunaan pegawai sehingga menjadi pegawai

yang mampu mengemban tugas menurut bidangnya masing-masing,

supaya dapat mencapai prestasi kerja yang efektif dan efesien. Dalam

buku Tri Ubaya Sakti yang dikutip oleh Munasef dalam bukunya yang

berjudul Manajemen Kepegawaian di Indonesia disebutkan bahwa,

yang di maksud dengan pengertian pembinaan adalah “Segala

sesuatu tindakan yang berhubungan langsung dengan perencanaan,

penyusunan, pembangunan, pengembangan, pengarahan,

penggunaan serta pengendalian segala sesuatu secara berdaya guna

dan berhasil guna” (Munasef,1991 : 11).

2.2 Definisi Usia Muda

Masa muda merupakan usia seseorang yang rentang usia 17

sampai 25 tahun, di bawah itu adalah remaja. Sedangka usia 26

sampai 30 tahun adalah usia dewasa. Remaja adalah waktu manusia

yang berumur belasan tahun. Pada masa ini manusia tidak dapat

disebut sebagai sudah dewasa atau pula masih anak-anak. Remaja

merupakan masa peralihan


7 antara masa anak dan dewasa yang

berjalan antara umur 11 tahun sampai 21 tahun. Masa remaja di bagi

tiga fase: ada fase remaja awal,pertengahan, dan akhir. Masa remaja

awal rentang usia 12-15 tahun.


8

2.2.1 Pembinaan Usia Muda dalam Sepakbola

Regenerasi itulah yang di perlukan setiap kelompok untu

tetap menjaga keberadaan suatu kelompok. Hal ini lah yang di

perlukan untuk menjaga dan meningkatkan prestasi suatu

kelompok. Sama halnya dengan TimNas Indonesia, regenerasi

merupakan salah satu jalan untuk tetap menjaga eksistensi

sepak bola Indonesia di kancah Nasional dan Internasional.

Brasil merupakan negara penghasil pemain sepak bola

terbanyak, mereka seperti tidak pernah kehabisan talentanya ini

tidak terlepas dari pembinan usia muda yang berhasil mereka

lakukan. Selain Brazil, negara penghasil bibit-bibit muda terbaik

sepak bola adalah Jerman dan Belanda. Belanda sukses

dengan pembinan yang dilakukan oleh salah satu klub yang

bermarkas di kota Amsterdam, yaitu Ajax Amsterdam. Lalu

untuk Jerman, mereka sukses dengan pembinan yang

dilakukan oleh klub-klub top Jerman seperti Bayern

Munchen,FC Schalke 04, dan Borrusia Dortmund. Hal ini harus

diimbangi dengan organisasi yang terfondasi kuat,infrastuktur

yang baik, serta kualitas pelatih dan pelatihan yang berkualitas.

2.2.1.1 Filosofi Sepakbola Grassroot


9

Tujuan utama dari program sepakbola grassroot

adalah membiarkan sepakbola untuk dimainkan oleh

orang sebanayak mungkin orang. Cara terbaik untuk

menarik para pemain baru ke cabang olahraga ini adalah

dengan memberi mereka akses sepakbola di dalam

lingkungan mereka semdiri tidak peduli sosisal usia,jenis

kelamin, kondisi fisik,, warna kulit, agama, atau suku.

Grasroot Football adalah sepakbola untuk

semua. Program grassroot football dimainkan anak laki-

laki dan perempauan berusia 6-12 tahun melalui inisiatif

dari sekolah,komunitas, dan klub. Konsep dari program

ini adalah mengumpulkan orang sebanyak mungkin

secara bersama-sama melalui sepakbola. Program ini

mem fasilitasi pertukaran dan saling berbagi nilai-nilai

kemanusiaan dan tentu saja, mempromosikan

kenyamanan kita berlatih olahraga yang mengagumkan

ini.

2.3 Definisi Prestasi

Prestasi berasal dari bahasa Belanda, yang berarti hasil bisnis.

Prestasi diperoleh dengan upaya yang telah di lakukan. Memahami

pencapaian terseut, rasa prestasi diri adalah hasil dari bisnis


10

seseorang. Prestasi dapat dicapai dengan mengandalkan kemampuan

intelektual, emosional, dan spiritual, serta ketahan dalam menghadapi

semua aspek situasi kehidupan.

Berdasarkan pengertian diatas ,beberapa ahli dapat

menyimpulkan sebagai berikut. “Prestasi adalah sebagai rumus yang

diberikan guru mata pelajaran mengenai kemajuan atau prestasi

belajar selama periode tertentu”. (Sumadi Suryabrata, 1998). “Prestasi

belajar adalah hasil dari seseorang dalam kegiatan pembelajaran”.

(Siti Pratini, 2005).

2.4 Definisi Tim Nasional Indonesia

Tim Nasional Indonesia adalah tim yang mewakili Indonesia di

kancah sepak bola Internasional. Tim ini di control oleh sebuah

asosiasi yang bernama Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia atau

yang lebih di kenal dengan PSSI. Sebelum kemerdekaan Indonesia

1945 TimNas Indonesia bernama TimNas sepak bola Hindia Belanda.

BAB III

PEMBAHASAN
11

3.1 Hasil Kajian Pustaka

3.1.1 Pembinaan Usia Muda dalam sepakbola

Sepakbola bukan hanya sekedar olahraga, namun sepakbola dapat

menjadi aset bangsa untuk memajukan dan menyejaterahkan suatu bangsa.

Olahraga ini berkembangan menjadi industri yang menjanjikan, banyak orang

menaruh uang mereka dalam bentuk saham di klub-klub dunia, contoh yang

paling maju adalah di benua Eropa. Sepakbola dapat dikatakan sebagai jati

diri bangsa, contohnya German merupakan negara yang dapat dikatakan

paling berhasil dalam menjaga eksistensinya di kancah sepakbola

Internasional. Mereka selalu menampilkan permainan yang memukau, yang

dapat menghipnotis para penikmat sepakbola dunia. Hal ini tidak lepas dari

regenerasi yang berhasil dalam industri sepakbola German. Keberhasilan

German dalam merengkuh Piala Dunia 2014, tidak terlepas dari pembinan

usia muda mereka yang baik. Jika kita bandingkan Indonesia dengan

German, luas negara German hanya 1/6 kurang lebih dari luas Indonesia dari

Sabang sampai Merauke, Indonesia kalah jauh di bandingkan dengan

German yang sempat terbelah menjadi German Barat dan German Timur

berhasil membuktikan bahwa mereka berhasil mengoptimalkan pembinan


11
usia dini dari sepakbola.
12

Dalam era-Modern ini sepakbola sudah berkembang menjadi olahraga

yang tiap tahunnya mengalami kemajuan. Seiring dengan perkembangan

teknologi, berkembang pula perangkat dan pola permainan dari sepakbola,

dari sinilah timbul kotak-kotak atau plot-plot pembagian pembinan usia dini

dalam sepakbola. Kelompok umur pertama adalah Grassroot yaitu pembinan

untuk anak berusia 6-12 tahun,lalu yang kedua adalah Youth Development

ynag ditujukan untuk anak berusia 13-15 tahun, dan yang terakhir adalah

Fase Golden Age yang ditujukan untuk anak berusia 15-17.

3.1.1.1 Pembinaan Sepakbola Grassroot

Pembinaan Usia Muda Grassroot adalah pembinan yang

ditujukan untuk anak yang berumur 6 sampai dengan 12 tahun. Pada

fase ini pembinan usia dini disini di fokuskan untuk kearah

mengenalkan olahraga sepakbola kepada calon-calon pemain

tersebut. Sepakbola Grassroot memiliki tujuan selain mengenalkan

olahraga ini adalah membuat mereka cinta dan bersemangat untuk

menekuni olaharaga ini. Pada pembinaan usia muda Grassroot ini

memiliki filosofi sebagai berikut:

1. Sepakbola untuk semua orang, sepakbola dimainkan

dimana saja tanpa membedakan usia,ras,suku, jenis

kelamin, kepercayaan,agama, dan tingkat kebugaran


13

2. Sepakbola adalah sebuah sekolah Fair play seumur

hidup, semangat bekerja sama, dan pertemanan

merupakan sedikit dari banyak manfaat yang didapatkan

dari sepakbola

3. Hal tersebut juga untuk kesenangan yang merupakan hal

terpenting dalam pelatihan sepakbola, serta

mengajarkan permainan sepakbola bukan hanya

mengejar kemenangan namun arti kerjasama dan kerja

keras

4. Biarkan anak-anak diberikan kebebasan saat bermain

sepakbola yang diperuntukan bagi pesepakbola usia dini

agar bergairah dan mendapat pernghargaan.

3.1.1.2 Pembinaan sepakbola Youth Development

Pembinaan sepakbola usia muda Youth Development

merupakan pembinaan dengan rentang umur 13-15. Pada usia ini

seorang calon pemain yang kemarin baru dikenalkan dengan olahraga

sepakbola dengan metode pembinan Grassroot akan dikembangan

lagi skillnya. Pada fase ini yang kemarin kita sebut merka sebagai

seorang pemain akan dibina untuk menjadi seorang pemain

sepakbola. Dalam hal ini mereka akan dilatih dengan metode pelatihan

yang sudah menjurus, sesuai dengan kapabilitas mereka dan minat


14

mereka bermain di posisi apa. Disini pula mereka akan diberi teknik-

tenik dan skill mengolah “si kulit bundar” dari yang dasar hingga yang

advance, sesuai dengan kemampuan mereka.

3.1.1.3 Pembinaan sepakbola Golden Age

Pembinan usia muda sepakbola Golden Age ini ditujukan untuk

pemain yang berusia dari 16 tahun sampai dengan dewasa. Pada fase

ini pemain dapat dikatakan sebagai umur emas mereka, karena disini

merupakan umur yang sangat produktif untuk mereka

mengembangkan apa yang sudah mereka dapatkan dari Grassroot

dan Youth Development. Pada usia 16 juga sebuah federasi

sepakbola banyak mengadakan event-event sepakbola untuk

menjaring bakat-bakat muda suatu negara untuk di masa yang akan

datang, dan sudah ada wadah mereka untuk mewakili negara mereka

dalam kancah internasional yaitu dengan Tim Nasional U-16.

Pembinan usia muda sepakbola ini merupakan penentu bagi seorang

pemain apakah mereka dapat menjadi pemain yang baik dan di

butuhkan oleh tim atau tidak. Pengembangan kearah yang lebih baik

dalam olah skill mereka dan mempraktikan dalam permainan

merupakan pembuktian yang akan mereka lakukan pada rentang umur

16 tahun sampai dewasa.


15

3.2 Hasil Studi Kasus

3.2.1 Robert Rene Alberts

Robert Rene Alberts atau yang biasa kita kenal dengan sapaan

Coach Rene Alberts merupakan pelatih yang sudah tidak asing lagi

bagi persebakbolaan di Indonesia. Coach Rene Alberts sendiri saat ini

ia merupakan pelatih,yang menangani klub PSM Makasar yang

merupakan peserta Liga 1 Gojek Traveloka. Sebelum menjabat

sebagai arsitek ‘Juku Eja’ atau PSM Makasar ia pernah meltih Arema

Indonesia. Coach Rene Alberts merupkan salah satu pelatih yang

sangat peduli terhadap pembinan usia muda dalam sepakbola,

contohya ia pernah menjadi direktur teknik federasi di Malaysia dan

Myanmar. Ia juga pernah menjadi arsitek dari Tim Nasional Korea U-

19, dan ia berhasil melakukan pembinan usia muda yang baik dan

menghasilkan pemain-pemain yang sekarang bermain di liga top

Eropa. Salah satu dari pemain hasil binaan coach Rene Alberts adalah

Ki Sung Yueng, ia merupakan pemain Swansea City peserta dari Liga

Premier Inggris dan ia merupakan pilar penting dari klub tersebut.


16

Menurut coach Rene Alberts pembinan usia muda merupakan

asset penting bagi suatu negara. Pandangannya mengenai pembinan

usia muda di Indonesia adalah Indonesia mempunyai pemai-pemain

potensial, namun kurang diimbangi dengan sarana pra-sarana dan

pelatih yang baik. Menurutnya Indonesia memiliki banyak pemain

muda yang dapat menjadi tulang punggung TimNas dimasa yang akan

datang, namun Indonesia masih sangat kekurangan pelatih-pelatih

yang mempunyai kualifikasi yang baik untuk membina pemain muda.

Menurutnya pemain muda membutuhkan seorang yang benar-benar

menjaga dan mengarahkan mereka dengan baik. Pembinaan usia

muda yang baik tidak hanya di butuhkan dengan adanya sarana dan

fasilitator yang baik, namun juga dukungan lingkungan mereka.

Lingkungan mereka harus dapat mengarahkan mereka menjadi

pemain yang baik.

3.2.2 Danurwindo

Muhammad Danurwindo atau yang biasa kita kenal dengan

nama Danurwindo adalah mantan seorang pemain sepakbola

Indonesia yang juga sudah melalang buana sebagai pelatih-pelatih

klub sepakbola professional di Indonesia. Danurwindo yang akrab di

sapa coach Danurwindo saat ini menjabat sebagai Direktur Teknik

TimNas Indonesia. Ia ditunjuk oleh PSSI sebagai Direktur Tenik


17

TimNas Indonesia menggantikan Pieter Huistra. Alasan PSSI

menunjuk Danurwindo sebagai Direktur Teknik TimNas adalah dalam

beberapa tahun terakhir setelah menyudahi tugasnya melatih klub-klub

Liga Indonesia, Danurwindo sangat concern atau peduli terhadap

Football Development untuk usia dini dan muda. Dan juga dibutuhkan

seseorang yang mengenal dengan baik budaya sepakbola Indonesia

dan juga tahu tentang perkembangan sepakbola Internasional.

Menurut pandangan Danurwindo pembinan usia dini dan muda

di Indonesia masih jauh dari kata baik. Jika sepuluh tahun lalu kita

dapat dikatakan masih lebih baik di bandingkan Thailand, jika kita lihat

sekarang Indonesia bukannya berkembang kearah yang lebih baik

namun malah tertinggal dari Thailand. Dari hal ini kita dapat melihat

bahwa Thailand berhasil melakukan pembangunan jangka panjang

terhadap pembinaan usia muda. Danurwindo juga menuturkan bahwa

sebenarnya Indonesia sudah mempunyai landasan sepakbola untuk

pembinaan usia muda namun masih kurangnya sarana dan pra-

sarana untuk tempat pembinaan itu berlangsung dan juga kurangnya

kualifikasi terhadap pelatih-pelatih di Indonesia.

Pembinaan usia muda dibagi menjadi tiga tahap. Tahap

pertama untuk anak-anak usia 6-12 tahun, pada tahapan ini

merupakan pengenalan terhadap sepakbola, disini sepakbola


18

diajarkan secara fun dengan niatan mereka dapat mengemari dan

menggeluti olahraga ini di kemudian hari. Pada usia 6 sampai 9 tahun

ini disebut sebagai masa discovery, karena pada masa ini mereka di

kenalkan dengan olahraga ini, mereka pemain yang berusia 6 sampai

9 tahun di bimbing, bukan dilatih. Setelah itu dari umur 9 sampai 12

tahun mereka baru diajarkan teknik-teknik dasar sepakbola. Pada

umur 9 sampai 12 ini merupakan umur dimana mereka dapat

berkembangan dengan baik, karena pada saat umur 9 sampai 12 ini

motoric merka akan berkembang. Pada tahapan ini kualitas pelatih

sangat di perlukan, karena pelatih harus tau porsi-porsi latihan yang

cocok untuk menjadi dasar sepabola mereka. Pelatih juga harus

mengerti karakteristik dari pemain tersebut karena jika tidak apa yang

di berikan pelatih sebagai dasar sepakbola malah membuat mereka

down atau tidak percaya diri. Pelatih- pelatih tersebut harus mengerti

sepakbola era ini atau zaman sekarang yang biasa disebut sepakbola

modern. Karna sepakbola modern ini sangat berbeda dengan

sepakbola di bawah tahun 2000an. Sepakbola modern ini

mengandalkan bukan hanya kekuatan fisik atau kaki, tapi yang

terpenting kekuatan otak mereka, karna visi sepakbola yang baik akan

membawa mereka menjadi pemain yang cerdas.


19

Pada tahap selanjutnya untuk usia 13 sampai 17 tahun, tahap

pembinaan usia muda dari usia 13 sampai 17 tahun merupakan fase

terpenting karena akan menentukan mereka jadi pemain yang hebat

atau tidak. Pemain-pemain usia 13 sampai 17 merupakan tahapan

dimana para pemain akan mengimplementasikan apa yang sudah

mereka dapatkan pada fase sebelumnya, yang mereka sudah

mengetahui dasar sepakbola dan di implementasikan serta di

kembangkan. Jadi pada usia 13 sampai 17 bukan hanya

pengembangan apa yang sudah di implementasikan namun, mereka

akan diajarkan momen-momen sepakbola. Mereka akan diajarkan

bagaimana pola penyerangan, bertahan, dan transisi.

Terakhir fase 17 sampai 21 merupakan tahapan yang akan

mengajarkan mereka mengenai performance, pada fase ini mereka di

tuntut untuk menang disetiap pertandingan dan juga mereka akan

diajarkan mengenai formasi-formasi yang digunakan pada sepabola

modern. Terkahir menurut Danurwindo pentingnya di bentuk nya liga-

liga untuk usia muda agar jam terbang mereka semakin terlatih.

3.2.3 Fachri Husaini


20

Fachri Husaini merupakan mantan pemain sepakbola di

Indonesia pada era galatama, ia merupakan pemain kelahiran

Lhokseumawe,Aceh. Karir profesionalnya bermula dari klub Bina

Taruna, lalu ia bermain untuk Lampung Putra, lalu Petrokimia, dan

terakhir Pupuk Kaltim. Sementara itu karir kepelatihannya dari

menjadi assiten pelatih di klub terakhirnya yaitu Pupuk Kaltim, dan

terus menanjak menjadi pelatih kepala untuk Tim PON Kalimantan

Timur pada periode 2007-2008. Akhirnya saat ini ia menjabat

sebagai pelatih Tim Nasional U-16.

Pada sesi diskusi mengenai pembinaan usia muda yang di gelar

oleh salah satu saluran TV di Indonesia yaitu SCTV, coach Fachri

sapaan akrab Fachri Husaini ia menuturkan bebagai macam

tanggapan dan pemikirannya mengenai bagaimana ideal nya

pembinaan usia muda di Indonesia berjalan. Coach Fachri

menuturkan bahwa Indonesia masih sangat kurang dengan jumlah

kompetisinya yang ada sekarang. Kompetisi di Indonesia yang

berjalan bisa dibilang masih hanya yang berada di Jabodetabek, dan

jumlah pesertanya belum bisa mencakup se-Jabodetabek. PSSI

yang memiliki organisasi lagi di bawahnya untul mengayomi masing-

masing kecamatan dan provinsi seperti Aspov dan Askab tidak

menjalankan tugasnya dengan baik. Kompetisi yang ideal untuk


21

pemain muda adalah kompetisi yang jangka waktunya jangka

panjang. Realita yang terjadi di kita Asprov atau Askab hanya

menjalankan kompetisi yang sifatnya knock out. Ini merupakan hal

yang salah, karena jika bermain seperti itu mental pemain akan down

karena mereka memiliki tanggung jawab yang besar karena harus

menang, bukun untuk menambah jam terbang mereka. Salah satu

kompetisi di Jakarta yang baik adalah Liga Kompas Gramedia dan

juga Liga Topskor, ini menjadi acuan coach Fachri untuk mencari

bibit-bibit muda TimNas Indonesia U-16. Seharusnya liga seperti ini

dihadirkan juga di daerah-daerah lain di Indonesia.

Terkahir coach Fachri menanggapi tentang apakah TC atau

Training Centre jangka panjang itu diperlukan atau tidak. Menurut

coach Fachri TC atau Training Centre jangka panjang sebenarnya

kurang cocok untuk TimNas U-16, karena dapat menggangu

kegiatan mereka yang lain. Ia menambahkan bahwa pada saat

kemarin, ia sudah melaksanakan TC selama enam bulan. Selama

enam bulan para pemain TimNas U-16 sudah diberikan materi-

materi serta pelatihan yang ditujukan agar merka menjadi tim yang

kompak, namun dibalik itu semua mereka meninggalkan sekolah

selama 6 bulan. Otomatis mereka tertinggal banyak sekali pelajaran,

dan pada saat kembali dari TC mereka dihadapkan dengan ujian


22

semester dan itu sulit untuk mengejar pelajaran yang tertinggal

selama enam bulan, dan juga mereka pasti merasa lelah setelah

menjalani TC dan butuh istirahat. Maka dari itu menurut coach Fachri

sangat diperlukan kompetisi yang sifatnya liga untuk seluruh daerah

di Indonesia sehingga TC jangka panjang ini tidak perlu lagi

diterapkan, di sisi lain hal ini dapat menghemat waktu,energy serta

biaya.

Namun di balik semua kekurangan tersebut, ada

keberhasilan dari pembinaan usia muda yang sudah

berlangsung dari pembinaan dari coach Fachri Husaini yaitu

lahirnya bibit-bibit baru untuk asset TimNas Indonesia untuk

masa depan seperti Sutan Diego Zico dan Rendy

Juliansyah. Indonesia juga berhasil meraih juara di Vietnam

yang bertajuk Tien Phong Plastic Cup 2017, di Vietnam.

3.2.4 Indra Sjafri

Indra Sjafri merupakan pelatih TimNas Indonesia U-19,

kelahiran Lubuk Nyiur,Batang Kapas, Pesisir Selatan, Padang,

Indonesia. Ia juga merupakan mantan pemain sepakbola

professional Indonesia untuk klub kelahirannya yaitu PSP Padang. Ia


23

menghabiskan karirnya hanya bermain untuk PSP Padang.

Sementara itu setelah menggantungkan sepatu atau pension ia

ditunjuk sebagai pelatih TimNas U-19 pada periode 2011 dan

periode 2013-2014, yang kala itu tim asuhannya yang akrab di juluki

Garuda Nusantara dan tak lupa di pimpin oleh Evan Dimas berhasil

menjuarai AFF U-19 2013. Lalu setelah sanksi FIFA yang mengenai

pembekuan PSSI, ia berhenti melatih TimNas dan setelah itu melatih

klub professional Indonesia Bali United. Selama periode 2015-2016

ia berhasil membawa Bali United menjadi klub dengan pembinaan

usia muda bisa dibilang terbaik dan akhirnya PSSI menunjuknya

kembali sebagi arsitek dari TimNas U-19 pada tahun 2017.

Pada tanggal 18 Oktober 2017, Indra Sjafri hadir dalam sesi

diskusi yang membahas tentang pembinaan usia muda, ia

menuturkan gagasan dan tenggapannya mengenai pembinaan yang

sudah berlangsung di Indonesia dan yang akan dan seharusnya

berjalan di Indonesia. Ia menuturkan bahwa pembinaan di Indonesia

belum berjalan dengan baik, karena Asprov sebagai perangkat PSSI

tidak menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya. Asprov yang

seharusnya menjadi tangan kanan dan kiri PSSI untuk

pengembangan usia muda malah tidak mengadakan kompetisi-

kompetisi yang berkualitas, malahan pihak swasta yang


24

mengadakan kompetisi-kompetisi tersebut. Indra Sjafri menyarakan

agar di Indonesia ini dibuat kompetisi yang sifatnya kedaerahan yang

ditujukan akan mempermudah proses seleksi TimNas kedepannya.

Menurut Indra Sjafri seharusnya masing-masing Asprov khususnya

mengadakan kompetisi yang sifatnya liga, itu tidak mungkin diadakan

tiap tahun karna pasti akan memakan biaya tapi itu bisa disiasati

dengan diadakannya hanya pada tahun genap saja. Kompetesi ini

formatnya seperti Piala Dunia. Masing-masing provinsi mengadakan

piala tersebut, dengan masing-masing kecamatan ada perwakilan

tim dari daerah tersebut. Lalu mereka semua di lombakan, dari

situlah para pelatih dapat menentukan siapa saja yang akan

dipanggil untuk seleksi TimNas. Itu akan sangat memudahkan

pelatih, sehingga tidak diperlukanya lagi blusukan yang dapat

membuang-buang banyak waktu dan biaya karena Indonesia ini

sangat luas.

Indra Sjafri juga menanggapi tentang pemain-pemain muda

yang ia bina, ia menuturkan bahwa pemain muda harus dijaga. Salah

satu pemain yang naik daun saat di bina oleh Indra Sjafri adalah Evan

Dimas dan yang baru-baru ini adalah Egy Maulana Vikri. Ia mengkritik

para pengamat dan penikmat sepakbola Indonesia untuk tidak

seharusnya menyanjung seorang pemain setiap pertandingan. Kita


25

sebagai pelatih harus bisa mengatakan kalau ia salah atau jelek, kalau

seorang pemain tersebut main jelek kita harus jujur bukan berarti ia

bermain jelek masih saja kita puji, itu salah besar. Karena dari situ ia

akan belajar, Egy merupakan pemain yang mau belajar dan bekerja

keras tambahnya. Lalu ia menambahkan banyak pemain-pemain

binaan nya pada U-19 angkatan Evan Dimas yang sekarang hilang. Ia

menuturkan bahwa pemain muda yang ia cari bukan uang, namun

menit bermain. Salah satu contohnya Muklis Hadi Ning. Pada era U-19

angkatan pertama Muklis di gadang-gadang akan menjadi pemain

yang akan menjadi pemain TimNas Indonesia masa depan. Namun

nyatanya ia menghilang, karena ia kurang mendapat menit bermain.

Tak perduli ia di kontrak jangka panjang, tapi kalau tidak mendapat

menit bermain sama saja. Ia menambahkan mantan pemain

binaannya pada U-19 angkatan pertama seperti Yabes Roni dan Ricky

Fajrin, saat di U-19 mereka jadi pemain lapis kedua. Yabes menjadi

pelapis Muklis ,sedangkan Ricky Fajrin menjadi pelapis Faturahman.

Namun jika lihat sekarang disaat mereka diberi waktu bermain yang

lebih mereka menunjukan kualitas terbaik mereka, terbukti sekarang

mereka berdua menjadi pilar-pilar penting bukan hanya untuk Bali

United tapi juga untuk TimNas Indonesia U-22.


26

3.2.5 Luis Milla

Luis Milla Aspas atau biasanya di sapa Luis Milla adalah mantan

pemain sepakbola professional asal Spanyol. Ia lahir di Teruel,

Spanyol 51 tahun yang lalu. Karir sepakbolanya berawal dari akademi

La Masia atau Barcelona B,lalu ia di promosikan ke tim senior yaitu

Barcelona yang bermain di liga utama Spanyol. Lima tahun bersama

Barcelona , setelah itu ia membuat keputusan kontroversial pindah ke

klub rival yaitu Real Madrid. Tujuh tahun bersama Real Madrid,

akhirnya ia pindah ke Valencia dan mengakhiri nya di klub tersebut.

Sementara itu karir kepelatihannya di mulai dari klub Pucol dan

setelah itu ia menjadi assiten pelatih dari klub liga teratas Spanyol

yaitu Getafe. Setelah itu karirnya semakin menanjak hingga menjadi

pelatih TimNas usia muda Spanyol. Terakhir ia menjabat sebagai

assiten pelatih Real Zaragoza dan akhirnya PSSI menunjuknya

sebagai pelatih TimNas Indonesia.

Alasan PSSI menunjuk Luis Milla sebagai pelatih TimNas

Indonesia karena tuntutan masyarakat Indonesia yang menginginkan

perubahan di tubuh TimNas Indoensia dengan prestasi yang lebih

baik, dan juga visi Luis Milla yang sejalan dengan kepemimpinan yang

baru era Edy Rahmayadi yaitu pembinaan usia muda. Pada tanggal 18

Oktober 2017, PSSI bersama SCTV dan Pers Indonesia mengadakan


27

sebuah diskusi yang membahas mengenai pembinaan usia muda.

Dalam kesempatan tersebut Luis Milla menyampaikan pengalaman,

pengetahuan, kemampuan serta kritik dan saran nya mengenai

pembinaan usia muda di Indonesia. Ia menuturkan bahwa pemain

muda merupakan warisan, warisan yang sangat berharga, yang harus

dijaga oleh kita sebagai para pelatih, klubnya, federasinya, serta

lingkungannya. Ia menanggapi siapa saja pemain Indonesia yang saat

ini menjadi unggulan di kalanganya. Ia menyampaikan bahwa ada Egy

Maulana, Saadil Ramdani, Febri Haryadi, dan Septian David Maulana

merupakan asset yang sangat berharga bagii masa depan TimNas

Indonesia. Semua pemain tersebut harus kita jaga, kita harus bimbing

mereka kalau perlu kita tentukan klub yang sesuai dengan visi bermain

mereka. Luis Milla juga menyarakan untuk Indonesia mengikuti

Spanyol dalam pembinaan usia muda. Luis Milla menuturkan

bagaimana teknis pembinaan usia muda di Spanyol, pembinaan usia

muda di Spanyol melibatkan U-16 dan U-19. Format yang di terapkan

pada pembinaan usia muda di Spanyol adalah tiap-tiap provinsi di

Spanyol punya TimNas U-16 dan U-19. Lalu TimNas tiap provinsi

tersebut di beri kompetisi yang sifatnya seperti liga, jadi tiap minggu

mereka pasti bermain. Nanti jika ada event untuk Piala Dunia U-17

atau U-21 , pelatih masing-masing TimNas akan memberikan data dan


28

statistic para pemain yang di rekomendasikan oleh masing-masing

provinsi kepada pelatih TimNas Spanyol. Jadi jika seorang pemain

tidak hadir,pelatih masih akan percaya dengan data dan statistic yang

ada. Luis Milla menyarankan program ini untuk di terapkan di

Indonesia, agar nantinya sepakbola Indonesia bisa disandingkan

dengan negara-negara eropa lainnya dan dapat bersaing.

Di sisi lain, Luis Milla sangat mengapresiasi euphoria dan

ketertarikan masyarakat Indonesia dengan kedatanngnya ke

Indonesia, Luis Milla percaya bahwa Indonesia memiliki pemain-

pemain berkualitas yang nantinya akan membantu Indonesia untuk

bersaing di persepakbolaan dunia. Dengan kehadirannya Luis Milla

sebagai pelatih TimNas Indoensia dengan metode pembinaan usia

muda yang di terapkannya sudah ada pencapaian yang baik salah

satunya, peringkat FIFA Indonesia naik menjadi 165 yang sebelumnya

169. Prestasi ini patut di apresiasi karna Indonesia berhasil

mengalahkan Malaysia dan Singapura.


29

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus yang telah di lakukan oleh

penulis serta pembahasan yang telah disebutkan, penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa pembinaan usia muda berdampak terhadap prestasi

TimNas Indonesia. Hal ini terjadi karena pembinaan usia muda merupakan

asset atau warisan yang sangat berharga untuk kedepannya. Namun

pembinaan usia muda di Indonesia belum bisa dikatakan maksimal, karena


30

masih banyak factor-faktor penghambat yang dapat mengganggu pembinaan

usia muda yang di jalankan di Indonesia.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan yang didapat, penulis

merekomendasikan beberapa saran, yaitu:

1. Dianjurkan kepada Pemerintah Republik Indonesia dan PSSI

bersama-sama untuk menciptakan kesamaan visi dan misi, mengenai

filosofi yang diterapkan di Indonesia. Jadi pelatih TimNas Indonesia

hanya perlu melakukan tahap finishing atau tinggal memberikan sedikit

materi saat pemanggilan dan seleksi TimNas, karena kepunyaan satu

filosofi yang di gunakan di Indonesia.


31
2. PSSI dan Pemerintah Republik Indonesia, khususnya Menpora

melakukan pembenahan terhadap fasilitas untuk pembinaan usia

muda dalam sepakbola. PSSI dan Menpora dianjurkan memperbaiki

kualitas stadion dan lapangan yang sudah ada di Indonesia. Kalau

bisa pemerintah dianjurkan menambah setiap lapangan sepakbola

atau stadion mini di setiap kecamatan yang ada. Jadi tiap anak yang

menggantungkan mimpinya sebagai pemain sepakbola dapat berlatih


31

tidak jauh dari rumahnya, dan dapat terus berlatih di waktu-waktu

senggang mereka.

3. PSSI di sarankan untuk mengadakan pengambilan lisensi untuk

menambah kualitas pelatih yang ada di Indonesia. Hal ini di perlukan

karena kualitas pelatih-pelatih yang ada di Indonesia, kebanyakan

pelatih-pelatih di Indonesia masih melatih bukan berdasarkan

kurikulum atau filosofi sepakbola Internasional atau Indonesia namun

berdasarkan pengalaman mereka.

4. Asprov PSSI disarankan untuk mengadakan kompetisi-kompetisi untuk

pembinaan usia muda yang merata, tidak hanya di Jakarta tapi seluruh

Indonesia. Kompetisi-kompetisi tersebut bersifat liga yang tiap

minggunya bermain. Jadi itu akan menambah jam terbang mereka,

lalu kompetisi yang dilaksanakan untuk usia U-14,U-16,U-19, dan U-

21.

5. Kalau bisa PSSI membuat TimNas setiap provinsi yang di bantu oleh

Asprov. Mengapa hal ini diperlukan, karena dapat mempermudah

pelatih untuk menyeleksi para pemain yang akan masuk ke TimNas.

Jadi pelatih tak perlu blusukan ke daerah-daerah. Saat diadakan

seleksi pelatih tiap TimNas dari profesi hanya perlu memberikan data,

dan pelatih TimNas kepala hanya memanggil pemain yang disarankan

oleh tiap TimNas dari tiap provinsi.


32

DAFTAR PUSTAKA

“Pembinaan Usia Muda Indonesia” https://youtu.be/ST-r90tLAKQ

(Diakses pada tanggal 2 Desember 2017)

“Wawancara eksklusif dengan Robert Rene Alberts mengenai

pembinaan usia muda”

https://youtu.be/2Vsi02rp3Vk
33

https://youtu.be/i3lDboNEN0Y

https://youtu.be/jUYU9HtMDrA

( Diakses pada tanggal 28 November 2017)

“Danurwindo bicara tentang pembinaan usia muda di Indonesia”

https://youtu.be/ICSmS3SlmlA (Diakses pada tanggal 28 November)

Para kontributor: Indosport.2017.PSSI gandeng Kemendikbud dalam

tingkatkan pembinaan usia muda.

https://www.google.co.id/amp/www.indosport.com/sepakbola/amp/201

71021/tingkatkan-pembinaan-usia-muda-pssi-gandeng-kemendikbud.

(Diakses tanggal 29 November 2017)


34

Para kontributor: TribunBali.2015.Filosofi Grassroot Football.

https://www.google.co.id/amp/bali.tribunnews.com/amp/2015/12/08/filo

sofi-grassroot-football-anak-belajar-sepakbola-dari-bermain-sepakbola
34

LAMPIRAN
35

Diskusi PSSI yang bekerjasama dengan Pers Indonesia, mengenai


pembinaan usia muda

36

Pembinaan usia muda yang di lakukan oleh coach Danurwindo

Pelatihan mengenai pembinaan usia muda yang di lakukan oleh coach Rene Alberts

Anda mungkin juga menyukai