Anda di halaman 1dari 8

2.

Struktur Karbohidrat

a.Monosakarida

Struktur monosakarida digambarkan dalam bentuk rantai terbuka (konformasi Fischer) dan dalam bentuk
rantai tertutup (konformasi Haworth).

Berikut adalah beberapa struktur triosa, tetrosa, pentosa, heksosa menurut konformasi Fischer.

Struktur yang diusulkan oleh Haworth mengakan ukur cincin, seperti pada gambar berikut

Struktur Fischer dapat diubah menjadi struktur Haworth. Dengan menggunakan model molekul, dapat
divunjukkan bahwa kedudukan gugus -OH pada arom CS akan lebih dekat dengan gugus aldehida. Hal
ini dapat mengakibatkan terjadinya pergeseran (perpindahan) arom H dari gugus-OH pada CS ke gugus
keton.
b. Keisomeran geometri

Glukosa mempunyai isomer geometri atau ruang karena cincin atom karbon tersebut membentuk bidang
sehingga kedudukan gugus-gugus -OH dan atom H berada dalam ruang yang berbeda. Pada glukosa,
keisomeran ruang dinyatakan dengan posisi D dan L untuk menyatakan kedudukan atom karbon nomor 6.
Jika atom karbon nomor 6 berada di atas

bidang, dinamakan bentuk D, sedangkan jika di bawah bidang dinamakan bentuk L. Jika digambarkan
dengan struktur Fischer. bentuk D adalah saat gugus -OH pada C5 berada di kanan dan bentuk L jika
berada di kiri.

Selain itu, dikenal dua isomer lagi yang didasarkan pada kedudukan gugus -OH pada atom C nomor 1.
Jika gugus OH terletak di atas disebut kedudukan ẞ dan jika di bawah disebut kedudukan a. Dengan
demikian, dikenal ada empat isomer dari glukosa, yaitu a-D-glukosa, a-L-glukosa, BD-glukosa, dan B-L-
glukosa. geometri

c.Keisomeran optis

Keisomeran optis adalah keisomeran yang disebabkan perbedaan arah putar bidang polarisasi cahaya.
Pada dasarnya, cahaya dapat dianggap sebagai gelombang yang bergetar dengan bidang getar ke segala
arah. Jika cahaya dilewatkan ke dalam kaca nikol, maka setelah melewatinya, cahaya tersebut hanya akan
mempunyai satu arah bidang getar. Cahaya yang hanya mempunyai satu arah bidang getar disebut cahaya
terpolarisasi.

Jika cahaya terpolarisasi dilewatkan ke dalam larutan gula, bidang polarisasinya akan berputar (berubah)
arah. Zat yang dapat memutar arah bidang polarisasi cahaya disebut sebagai zat optis aktif

Molekul gliseraldehida (Gambar 9.9) mempunyai sifat optis aktif, sebab atom karbon nomor 2 merupakan
atom C simetris (mengikat empat gugus yang berbeda). Terdapat dua jenis gliseraldehida, yaitu D-
gliseraldehida yang memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan dan L-gliseraldehida yang memutar
bidang polarisasi cahaya ke kiri.

Kedua bentuk tersebut menunjukkan peristiwa keisomeran optis. Dua molekul yang merupakan isomer
optis merupakan pasangan senyawa, dengan salah satu molekul merupakan bayangan cermin dari yang
lain. Senyawa yang berpasangan demikian disebut juga sebagai senyawa kiral (Latin: pasangan kanan dan
pasangan kiri).
Di dalam senyawa optis aktif yang mengandung dua atom karbon asimetris atau lebih, isomer-isomernya
dapat membentuk beberapa isomer optis. Jumlah isomer optis yang dapat dibentuk adalah 2", dengan n
adalah jumlah atom karbon asimetris.

Berdasarkan struktur senyawa tersebut, senyawa (a) dan (b) merupakan enantiomer (bayangan cermin).
Senyawa (c) dan (d) juga merupakan enantiomer. Senyawa (a) dan (c) atau (d) merupakan
diastereoisomer. Senyawa (b) dan (c) atau (d) juga merupakan diastereoisomer.

Jika senyawa (a) dicampur dengan senyawa (b) atau senyawa (c) dicampur dengan senyawa (d) dengan
komposisi masing-masing 50%, akan diperoleh campuran rasemat yang tidak bersifat optis aktif.

Berkaitan dengan hal itu dikenal beberapa istilah penting dalam isomer optis, yaitu sebagai berikut :

1) Enantiomer; dua senyawa, yaitu satu senyawa merupakan bayangan cermin yang lain dan jika
salah satu senyawa diputar 180°, amak akan salling berhimpit antara satu dengan yang lain.
2) Diasteroisomer; dua senyawa, yaitu senyawa satu senyawa merupakan bayangkan cermin dari
yang lainnya , sedangkan satu senyawa lagi bukan bayangan cermin
3) Senyawa Resemat; dua senyawa enantiomer yang bersifat optis aktif jika dicampur masing
masing 50% akan memberntuk campuran yang tidak optis aktif
4) Senyawa Meso; senyawa yang mempunyai atom karbon kiral (atom c asimetris), tetapi tidak optis
karena senyawa tersebut mempunyai bidang simetris, yang berarti bukan merupakan senyawa
kiral

d. Isomer Optis Karbohidrat

Gula merupakan monosakarida yang memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan, yaitu +112°.
Jika glukosa dilarutkan ke dalam air sudut bidang putar polarisasi cahaya akan berubah secara perlahan
sampai stabil pada +51,60°. Peristiwa ini disebut mutarotasi

3. Beberapa Monosakarida penting

a. Glukosa

Glukosa diperoleh dari hidrolisis sukrosa (gula tebu) atau pati (amilum) dan mempunyai sifat-
sifat berikut :

1) Memutar bidang polarisasi cahaya ke kanan


2) Dapat mereduksi larutan Fehling dan membentuk endapan merah bata.
3) Dapat difermentasi menghasilkan alcohol (etanol)

4) Dapat mengalami mutarotasi


b. Fruktosa

Fraktosa disebut juga sebagai gula buah, diperoleh dari hidrolisis sukrosa dan mempunyai sifat-
sifat berikut :

1) Memutar bidang polarisasi ke kiri


2) Dapat mereduksi larutan fehling dan membentuk endapan merah bata
3) Dapat difermentasi

c. Galaktosa

Galaktosa dapat diperoleh dari hidrolisis gula susu (laktosa) dan mempunyai sifat-sifat berikut :

1) Dapat mereduksi larutan Fehling membentuk endapan merah bata


2) Tidak dapat difermentasi

4. Disakarida

Merupakan dimer (gabungan dua molekul) monosakarida yang sejenis atau berbeda jenis. Oleh
karena itu monosakarida yang sejenis atau berbeda jenis akan menghasilkan dua monosakarida.
Disakarida yang banyak dikenal adalah sukrosa atau gula tebu, maltose, dan galaktosa atau gula susu

Sukrosa dan laktosa tidak dapat difermentasi, sedangkan maltosa dapat difermentasi
menghasilkan alcohol (etanol)

5. Disakarida

a. Amilum (Pati)

Polisakarida merupakan polimer dari beberapa monosakarida. Amilum atau pati terdapat pada
biji-bijian

Amilopektin memberikan sifat lengket pada beras. Semakin banyak amilopektinnya, semakin
lengket nasi yang dihasilkan oleh beras tersebut. Semakin banyak amilosa pada beras, semakin keras
beras yang dihasilkan.

selulosa

Selulosa merupakan polimer dari ẞ-D-glukosa yang saling terikat pada C1 dan C4 atau dikenal
dengan ikatan ß-(1,4)-glikosida. Selulosa merupakan struktur utama pembentuk serat kayu. Kapas
mengandung 90% selulosa dan kayu mengandung 50-60% selulosa. Selulosa dapat ditemukan pada
dinding sel tumbuhan, terutama pada batang, dahan, dan tangkai, serta pada semua bagian berkayu dari
jaringan tumbuhan. Selulosa merupakan polisakarida struktural yang berfungsi memberikan
perlindungan, bentuk, dan penyangga terhadap sel dan jaringan.

Selulosa selalu bergabung dengan polisakarida lain, seperti lignin, pektin, hemiselulosa, dan xilan. Oleh
karena itu, selulosa tidak pernah ditemukan dalam keadaan murni di alam. Sebagian besar selulosa
bergabung dengan lignin sehingga sering disebut sebagai lignoselulosa.
Selulosa sukar dihidrolisis. Hanya beberapa jenis bakteri dan hewan pemamah biak (sapi, kerbau, dan
kambing) yang dapat menghidrolisis selulosa karena mempunyai enzim B-D-selulosa. Hidrolisis terhadap
selulosa hanya dapat dilakukan dengan bantuan asam kuat, misalnya H2SO4 pekat.

Selulosa dimanfaatkan untuk membuat kertas atau serat nilon setelah dipisahkan dari lignin pada kayu
atau kapas.

Glikogen

Glikogen merupakan polisakarida yang terdapat pada otot dan hari sebagai cadangan energi untuk
metabolisme tubuh, serta dikenal juga sebagai gula darah. Glikogen merupakan polimer dari a-D-glukosa
dengan ikatan a-(1,4)-D-glikosida dan a-(1,6)-D-glikosida. Polimer glukosanya membentuk serat yang
rumit dengan molekul berbentuk globuler.
Meskipun glikogen merupakan molekul yang sangat besar (M, 15 juta), glikogen dapat larut dalam air
dan dapat dihidrolisis menjadi molekul-molekul glukosa.

Uji Karbohidrat

Karbohidrat memiliki banyak jenis. Identifikasi adanya karbohidrat di dalam suatu bahan dapat dilakukan
dengan uji Molisch, uji Seliwanoff, uji Antron, uji Benedict, uji Barfoed, uji iod, dan uji Fehling,

a. Uji Molisch

Pada uji Molisch, sebanyak 2 mL larutan sampel ditambah dengan 2 tetes a-naftol 10% (baru dibuat) dan
dikocok. Secara hati-hati, ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat sehingga timbul dua lapisan. Cincin warna
merah pekat pada permukaan menunjukkan adanya karbohidrat dalam sampel.

b. Uji Seliwanoff

Pereaksi dibuat segera sebelum digunakan. Pereaksinya terdiri atas 12 mL HCl pekat dan 3,5 mL
resolsinol 0,5%. Ke dalam 1 mL sampel, ditambahkan 5 mL pereaksi, kemudian ditempatkan dalam air
mendidih selama 10 menit. Warna merah menunjukkan bahwa dalam sampel terkandung fruktosa.
C. Uji Antron

Pereaksi dibuat dari larutan Antron 0,2% di dalam H₂SO pekat. Larutan sampel sebanyak 0,2 mL
ditambahkan ke dalam larutan Antron. Terbentuknya warna hijau menunjukkan adanya karbohidrat di
dalam larutan sampel.

d. Uji Benedict

Larutan Benedict merupakan campuran dari CuSO4, natrium sitrat, dan Na2CO3. Karbohidrat yang
mempunyai sifat pereduksi (misalnya glukosa) akan memberikan endapan merah bata dengan larutan
Benedict.

e. Uji Barfoed

Pereaksi Barfoed terdiri atas tembaga (II) asetat. Ke dalam 5 mL pereaksi, ditambahkan 1 mL larutan
sampel, kemudian dipanaskan dengan penangas air selama 1 menit. Endapan warna merah jingga
menunjukkan adanya monosakarida di dalam sampel.

f. Uji iod

Uji iod digunakan untuk menunjukkan adanya polisakarida. Jika ke dalam bahan yang mengandung
polisakarida diberi larutan iod dan memberikan warna biru, berarti bahan tersebut mengandung amilum
(amilosa). Amilopektin akan memberikan warna merah ungu, sedangkan glikogen dan dekstrin akan
memberikan warna merah cokelat.

g. Uji Fehling

Uji Fehling digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi (monosakarida, laktosa, dan
maltosa). Larutan Fehling dibuat dari campuran larutan CuSO4 (Fehling A) dan Na-K-tartrat (Fehling B).
Pereaksi ini akan membentuk endapan merah bata dengan monosakarida.

Anda mungkin juga menyukai