Anda di halaman 1dari 9

BAB II TUJUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Teknologi Informasi
a. Pengertian Teknologi Informasi
Perkembangan peradaban manusia diiringi dengan perkembangan cara
penyampaian informasi yang selanjutnya dikenal dengan istilah (Teknologi
Informasi). Pada awalnya Teknologi Informasi dikembangkan manusia pada
masa pra sejarah dan berfungsi sebagai sistem untuk pengenalan bentuk-bentuk
yang mereka kenal, mereka menggambarkan informasi yang mereka dapatkan
pada dinding-dinding gua, tentang berburu dan binatang buruannya. Sampai saat
ini teknologi informasi terus berkembang tetapi penyampaian dan bentuknya
sudah lebih modern.
Menurut Warsita (2008: 135) teknologi informasi adalah sarana dan
prasarana (hardware, software, useware) sistem dan metode untuk memperoleh,
mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan, mengorganisasikan, dan
menggunakan data secara bermakna. Hal yang sama juga di ungkapkan oleh
Lantip dan Rianto (2011: 4) teknologi informasi diartikan sebagai ilmu
pengetahuan dalam bidang informasi yang berbasis komputer dan
perkembanganya sangat pesat. Uno dan Lamatenggo (2011: 57) juga
mengemukakan teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk
mengolah data. Pengolahan itu termasuk memproses, mendapatkan, menyusun,
menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan
informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu.
Menurut McKeown dalam Suyanto (2005: 10) teknologi informasi merujuk pada
seluruh bentuk teknologi yang digunakan untuk menciptakan, menyimpan,
mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala bentuknya.
Teori yang lain juga diungkapkan oleh Williams dalam Suyanto (2005: 10)
teknologi informasi merupakan sebuah bentuk umum yang menggambarkan
setiap teknologi yang membantu menghasilkan, memanipulasi, menyimpan,
mengkomunikasikan, dan atau menyampaikan informasi.
Teori pendukung yang lain menurut Behan dan Holme dalam Munir (2009:
31) teknologi informasi dan komunikasi adalah segala sesuatu yang mendukung
untuk me-record, menyimpan, memproses, mendapat lagi,
memancar/mengantarkan dan menerima informasi.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi
informasi adalah suatu teknologi berupa (hardware, software, useware) yang
digunakan untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan,
menyimpan, mengorganisasikan, dan menggunakan data secara bermakna untuk
memperoleh informasi yang berkualitas.

b. Manfaat Teknologi Informasi


Menurut Warsita (2008: 150-151), secara umum ada tiga pemanfaatan
teknologi informasi atau instruksional komputer dan internet untuk pendidikan
dan pembelajaran, adalah: Pertama, Learning about computers and the internet,
yaitu Komputer dapat dijadikan sebagai objek pembelajaran, misalnya ilmu
komputer (computer science). Kedua, Learning with computers and the internet,
yaitu teknologi informasi memfasilitasi pembelajaran sesuai dengan kurikulum
yang berlaku di sekolah. Misalnya Pustekkom, Depdiknas mengembangkan
progam CD multimedia interaktif untuk mata pelajaran.
Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Heinich dalam Warsita (2008: 137-
144), teknologi informasi merupakan segala bentuk penggunaan atau
pemanfaatan komputer dan internet untuk pembelajaran.
Bentuk penggunaan/ pemanfaatan teknologi informasi yakni:
1) Tutorial, merupakan progam yang dalam penyampaian materinya dilakukan
secara tutorial, yakni suatu konsep yang disajikan dengan teks, gambar baik
diam atau bergerak, dan grafik;
2) Praktik dan latihan (drill and practice), yaitu untuk melatih peserta didik
sehingga memiliki kemahiran dalam suatu keterampilan atau memperkuat
penguasaa suatu konsep. Progam ini biasanya menyediakan serangkaian soal
atau pertanyaan;
3) Simulasi (simulation), yaitu format ini bertujuan untuk mensimulasikan
tentang suatu kejadian yang sudah terjadi maupun yang belum dan biasanya
berhubungan dengan suatu resiko, seperti pesawat akan jatuh atau menabrak,
terjadinya malapetaka dan sebagainya;
4) Percobaan atau eksperimen, format ini mirip dengan format stimulasi, namun
lebih ditujukan pada kegiatan-kegiatan eksperimen, seperti kegiatan praktikum
di laboratorium IPA, Biologi atau Kimia;
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat TI
adalah sebagai berikut : pertama, TI sebagai sumber yakni TI dapat
dimanfaatkan untuk sumber informasi dan untuk mencari informasi yang akan
dibutuhkan. Kedua, TI sebagai media, sebagai alat bantu yang memfasilitasi
penyampaian suatu informasi agar dapat diterima dan dimengerti dengan
mudah. Ketiga, TI sebagai pengembang keterampilan pembelajaran,
pengembangan keterampilan-keterampilan berbasis teknologi informasi
dengan aplikasi-aplikasi dalam kurikulum.

c. Perangkat-Perangkat Teknologi Informasi


Dalam memanfaatkan teknologi informasi diperlukan peralatan/ perangkat
yang dapat digunakan untuk mendapatkan suatu informasi, berikut menurut
Jamal M.A (2011: 164-166) perangkat- perangkat teknologi informasi antara
lain: Komputer, Laptop/Notebook,Personal Digital Assistant (PDA), Flashdisk,
CD, DVD, Disket, dan Memorycard
Aplikasi teknologi informasi di dunia pendidikan antara lain sebagai
perangkat lunak pengajaran, memberikan fasilitas untuk siswa-siswi belajar
mengambil keuntungan dari teknologi informasi, informasi dan pengetahuan
tentang pendidikan. Menurut Davies (dalam Suyanto: 326), penggunaan
perangkat lunak teknologi informasi dalam proses pembelajaran akan
meningkatkan efisiensi, meningkatkan motivasi, memberi fasilitas belajar aktif
memfasilitasi belajar eksperimental, konsisten dengan belajar yang berpusat
pada siswa dan memandu untuk belajar lebih baik.
Pelopor penyedia perangkat lunak proses belajar mengajar di Indonesia
adalah Pustekkom Depdiknas. Progam teknologi informasi dari Pustekkom ini
adalah media pembelajaran berbasis komputer. Media ini menggabungkan dan
mensinergikan semua media yang terdiri dari teks, grafis, foto, video, animasi,
musik, narasi, dan interaktivitas yang diprogam berdasarkan teori pembelajaran.
Teknologi Informasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan
menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, dan
sebagai berikut. Interaksi antara guru dan siswa-siswi tidak hanya dilakukan
melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan
media-media tersebut.
Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung
dengan siswa-siswi. Demikian pula siswa-siswi dapat memperoleh informasi
dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang
maya dengan menggunakan computer dan internet. Hal yang paling mutakhir
adalah perkembangan apa yang disebut “cyber space” atau pengajaran maya,
yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa teknologi
informasi adalah fasilitas yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak
dalam mendukung dan meningkatkan kualitas informasi untuk setiap lapisan
masyarakat secara tepat dan berkualitas. Teknologi informasi berfungsi untuk
membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan,
mengkomunikasikan dan menyebarkan informasi. Teknologi dalam bidang
pendidikan dapat mempermudah belajar siswa agar lebih efektif, karena dengan
guru yang kreatif dapat menciptakan murid yang kreatif pula.

2. Kompetensi Guru
a. Pengertian Kompetensi

Mulyasa (2002: 37), berpendapat kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan,


keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Menurut Mulyasa (2009: 34), pada kurikulum tingkat satuan pendidikan kompetensi
adalah agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan
anak usia dini yang meliputi pedagogik, kepribadian, profesional dan jiwa sosial.
Mulyasa (2002: 38), juga berpendapat finch & Crunkilton mengartikan kompetensi
sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang dibutuhkan
untuk menunjang keberhasilan.
Achmad (2003: 104), mengemukakan bahwa Kompetensi adalah Sebuah konsep
bersifat lanjutan dan cukup luas cakupannya, sedangkan Spencer memberikan sebuah definisi
Kompetensi adalah ”an underlying characteristic fo an individual that is casually related to
criterion-referenced effective and/or superior performance in a job or situation.” Atau
Karakteristik dasar seorang individu yang mempengaruhi cara berpikir dan bertindak,
membuat generalisasi terhadap segala situasi yang dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam
diri manusia.
Berdasarkan kutipan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah tingkat
keterampilan, pengetahuan dan tingkah laku yang dimiliki oleh seseorang berdasarkan
pendidikannya dalam melaksanakan tugas kefungsionalnya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kompetensi adalah kewenangan dan kecakapan atau kemampuan seseorang
dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan jabatan yang disandangnya.
Dengan demikian, tekanannya kepada kewewenangan dan kemampuan seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas pada suatu jabatan atau pekerjaan seseorang di dalam suatu
pekerjan.

b. Profesional Guru

Dede (2004: 112-113), mengemukakan secara umum, guru memenuhi dua kategori
kompetensi yaitu memiliki capability dan loyality, yakni guru itu mempunyai kemampuan
dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan tentang pembelajaran yang baik
dan memiliki loyalitas keguruan, yakni terhadap tugas-tugas yang tidak semata di dalam
kelas.
Kedua kategori, capability dan loyality tersebut, terkandung dalam macam-macam
kompetensi guru. Kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesi.
1) Kompetensi kepribadian

Menurut Mulyasa (2007: 117), dalam kompetensi ini tercakup kompetensi kepribadian
dan kompetensi sosial yang merupakan modal dasar bagi guru dalam menjalankan tugas dan
keguruannya secara professional. Kompetensi kepribadian guru menunjuk kepada struktur
kepribadian dewasa yang mantap, susila, dinamik, (reflektif serta berupaya untuk maju),
dan bertanggung jawab. Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan pribadi para siswa. Kompetensi ini juga sangat pentung
dalam membentuk kepribadian anak, guru menyiapkan dan mengembangkan sumber daya
manusia, serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negera dan bangsa pada umumnya.
Mulyasa (2007:173-174), berpendapat kompetensi sosial dimaksudkan bahwa guru
mampu memfungsikan dirinya sebagai mahluk sosial dalam masyarakat dan lingkungannya
sehingga mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik,
tenaga pendidikan, orang tua dan wali siswa, serta masyarakat sekitar.
Untuk keberhasilan dalam mengemban peran sebagai guru, diperlukan adanya standar
kompetensi. Berdasarkan UU RI Sisdiknas No. 14 tentang guru dan dosen pasal 10,
menentukan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial.
2) Kompetensi Pedagogik
Mulyasa (2007: 75) mengemukakan yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik
adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa. Kompetensi ini meliputi pemahaman
terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran siswa
yang sekurang- kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
(a) Pemahaman wawasan/landasan kependidikan.
(b) Pemahaman terhadap siswa.
(c) Pengembangan kurikulum/silabus.
(d) Perancangan pembelajaran.
(e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
(f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
(g) Evaluasi hasil belajar (EHB)Pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.

3) Kompetensi sosial
Menurut Mulyasa (2007: 173), kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai
bagian dari masyarakat untu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa, sesama
pendidik, tenaga kepandidikan, orang tua/ wali siswa dan masyarakat sekitar. Kompetensi
sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-
kurangnya memiliki kompetensi untuk:
(a) Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat
(b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
(c) Bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
siswa
(d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

4) Kompetensi Profesi
Mulyasa (2007: 135-136), mengemukakan kompetensi profesi merupakan kemampuan
penguasaan materi, pembelajaran secara luas dan mendalam sehingga guru yang
bersangkutan memungkinkan membimbing siswanya memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Ruang lingkup kompetensi profesi dapat
dikemukakan sebagai berikut:
(a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis dan
sebagainya.
(b) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai tarap perkembangan siswa.
(c) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya.
(d) Mengerti dan dapat menerapakan metode pembelajaran yang yang bervariasi.
(e) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang
relevan.
(f) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.
(g) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar siswa.
(h) Mampu menumbuhkan kepribadian siswa.

c. Guna Kompetensi Profesional Guru


Suatu kompetensi yang dimiliki seseorang dapat berguna untuk penguasaan terhadap
suatu tugas, yang dibutuhkan dari sebuah jabatan dan harus bisa dipenuhi oleh setiap
pemegang jabatan untuk dapat menjalankan pekerjaannya secara efektif sehingga
mendapatkan hasil yang baik.
Dalam proses belajar mengajar kompetensi guru sangat menunjang keberhasilan siswa.
Guru yang kompeten akan diharapkan lebih berhasil dalam mandidik siswa dibanding dengan
guru yang tidak kompeten. Oleh karena itu pemerintah dalam undang-undang Republik
Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen Bab 1V pasal 9 guru harus mempunyai
kualifikasi akademik yang diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program
diploma empat.

Menurut Achmad (2003: 107-108), berkenaan hal tersebut konsep kompetensi


diterapkan dalam berbgai aspek Sumber Daya Manusia (SDM) yang banyak dikembangkan
pada bidang pelatihan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk di
dalamnya jabatan fungsional guru dengan sistem rekrutmen dan seleksi, serta sistem
remunerasi dan sertifikasi guru sehingga kompetensi menjadi semakin popular karena sudah
banyak digunakan baik oleh instansi pemerintah maupun perusahaan-perusahaan besar,
dengan alasan sebagai berikut:
1) Memperjelas standar kerja dan harapan yang ingin dicapai seperti Keterampilan,
pengetahuan, dan karateristik yang dibutuhkan dalam sebuah jabatan atau pekerjaan.
2) Membantu organisasi/ lembaga/ instansi guna memilih calon karyawan atau guru yang
terbaik untuk memfokuskan fungsi jabatan, sehingga mengurangi biaya rekruitmen yang
tidak perlu.
3) Menjadikan suatu organisasi/lembaga/instansi ramping untuk mencari karyawan/guru yang
bisa dikembangkan guna menutupi kesenjangan keterampilan dan atau kompetensi sehingga
mampu untuk dimobilisasikan baik vertikal maupun horisontal.
4) Pengembangan sistem remunerasi dan sertifikasi yang dianggap lebih adil akan terarah dan
transparan dengan suatu set perilaku yang ditampilkan seseorang karyawan atau guru.
5) Memudahkan adaptasi terhadap perubahan dari suatu pekerjaan dan kebutuhan akan
kemampuan atau kompetensi baru terus meningkat.
6) Menselaraskan perilaku kerja dengan nilai-nilai organisasi, lembaga/instansi, kompetensi
merupakan cara yang paling mudah untuk mengkomunikasikan hal-hal yang harus menjadi
fokus dalam unjuk kerja karyawan/guru.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas terdapat banyak indikator yang menunjukkan
kompetensi mempunyai ciri tertentu yaitu:
1) karakteristik,
2) berpengetahuan dan berpengalaman,
3) bermasyarakat,
4) berkemampuan (capability, ability),
5) kecakapan (skill),
6) cerdas (smarf),
7) berkewenangan (authority),
8) kinerja (performance),
9) berperilaku (attitude)/kepribadian yang profesional dan jiwa sosial,

10) kesadaran (awarenees)/ berperilaku kognitif, afektif dan psikomotorik,


11) kemahiran perhubungan yang utuh/andal, dan standard,
12) pedagogik, kepribadian, profesional dan jiwa sosial,
13) dapat membedakan dalam menjalankan pekerjaannya secara efektif,
14) mahir dan mampu melaksanakan peranan,
15) kebiasaan berfikir dan bertindak,
16) individualisasi dan efektivitas dalam pekerjaannya.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka peneliti berpendapat bahwa ”Kompetensi”


adalah kemampuan melaksanakan peranan, dan berfikir serta bertindak individualisasi yang
cerdas atas kesadaran berprilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik terhadap suatu tugas,
yang berapresiasi untuk mencapai standar keberhasilan secara profesional dan berjiwa sosial.
B. Kerangka Berpikir

Gambar 2.2

Anda mungkin juga menyukai