A. Tujuan Pembelajaran
Melalui proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ASIDIK (Amati Simak
Diskusi Kreatif) diharapkan peserta didik dapat menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya
sastra dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau didengar.
B. Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan a. Peserta didik menjawab salam pembuka, doa bersama dan tertib mengikuti
(2 menit) cek kehadirannya.
b. Peserta didik tanya jawab tentang pengalaman belajar pada pertemuan
sebelumnya berbantuan ADIKSIMBA.
c. Peserta didik menyimak tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
d. Peserta didik menyimak garis besar materi pembelajaran unsur pembangun
cerpen.
e. Peserta didik dibagi kelompok @2 peserta didik.
Keterangan
Total Skor x 100 =NA Predikat____100-90=A 89-78=B 77-66=C 65-0=D
8
Media Pembelajaran
Kantong cerpen, kartu TUC, bintang reward
Sumber Belajar
o Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Buku Siswa Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas IX Edisi Revisi: Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
o Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Buku Siswa Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas IX Edisi Revisi: Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
o Budiartati Agung. 2019. Berkawan Masa Lalu (Kumpulan puisi dan cerpen). Pasuruan:
CV Momie Vision.
o Internet.
o Lingkungan sekitar tempat tinggal peserta didik.
Tujuan Pembelajaran
Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendukung dari cerita
pendek yang dibaca atau didengar.
Petunjuk
1. Kerjakan LKPD ini secara kelompok!
2. Bacalah cerpen pilihan Kalian dengan cermat, yang diambil dari kantong!
3. Isilah kolom berikut ini dengan jawaban yang tepat berdasarkan isi cerpen tersebut!
4. Sampaikan hasil kerja kelompok pada diskusi kelas.
Unsur Simpulan dan bukti
Tema
Kutipan cerpen
Kembali menunggu di bandara, mata tak berkedip sebab banyak melihat bule-bule. Mereka
berjajar antri dan duduk di ruang tunggu. Perempuan-perempuan, cantik nian rupanya. Jika turun ke
Indonesia pastilah bisa jadi bintang film. Maklum yang lagi booming di Indonesia adalah pemeran
film dan sinetron blasteran bule. Kulit putih, berambut pirang, hidung mancung, mata biru, postur
tubuh tinggi semampai. Ya, itulah bisikku dalam hati.
Menunggu sudah waktunya berlalu. Tiba saatnya kami kembali naik pesawat menuju
Melbourne. Seperti biasa, kami antri dengan tertib agar tak bermasalah. Sepanjang penerbangan
menuju Melbourne tak banyak waktu yang ditempuh seperti jarak Indonesia-Sidney. Cukup singkat
saja seperti jarak Surabaya-Jakarta. Kini kududuk dekat Pak Bunyamin, si juara III guru berprestasi
tahun 2015. Pak Bunyamin wakil dari Provinsi Jawa Tengah. Dengan logatnya yang khas tentunya
terlihat jika beliau berbudi bahasa. Pesawat pun mengudara. Awan berarak berebut menyelinap
dalam kabin pesawat namun terhalau kaca jendela. Dari balik jendela, kami melihatnya. Pernah
kuberpikir waktu kecil ketika melihat awan berarak-arak di langit, “Ayah, awan itu berupa apa,
ya?” tanyaku.
“Bentuknya kok berbeda-beda?”
“Awan itu seperti asap, Nak, dan berisi butiran air yang siap menjadi hujan. Jika ditiup angin
akan berpencar memenuhi angkasa,“ jawab ayah dengan tatapan meyakinkan.
Ya, lamunanku memendar saat kembali melihat badan pesawat terbang dengan kemiringan
tajam sekali. Maklum aku duduk di samping jendela setelah Pak Bunyamin, jadi tahulah.
Penerbangan ke arah Melbourne ini sedikit mendebarkan. Acapkali Pak Bunyamin mencengkeram
erat sandaran kursinya ketika pesawat terasa miring. Pak Bunyamin rupanya ngeri melihat
kemiringan pesawat itu, maklumlah karena beliau tahu dari jendela. Apalagi jika pesawat sudah
masuk dalam kumpulan awan, rasanya si pilot takkan tahu arah rute pesawat. Sedikit kengerian
dalam raut wajahnya. Nah, yang paling mendebarkan adalah ketika pesawat sudah mulai bergetar.
Pak Bunyamin pun berceloteh.
“Apa ini, Bu Agung, getarannya terasa banget, sih, ngeri, dech.” Pesawat itu sedikit
bergetar. Posisi ekor pesawat, itulah tempat dudukku dan Pak Bunyamin. Aku yang sedianya
berani, kini mulai was-was. Berdoa dan berdoa semoga selamat.