Anda di halaman 1dari 34

Chapter III: New Perspective of

Smart City
Sistem Kota Cerdas [IS6211703]

Tim Pengajar:
Yudha Saintika, S.T., M.T.I
Dwi Mustika, S.Kom., M.Kom
Tujuan Pembelajaran
• Technology Perspective
• Smart City Design Goal
• Perlunya Dewan Smart City
• Kriteria Penilaian Smart City
Technology Perspective 1950-Sekarang
• Transfer Teknologi Mendorong Inovasi
Dahulu GPS hanya digunakan untuk kepentingan militer saja,
tetapi sekarang digunakan semua orang.
• Open Data Menciptakan Keuntungan
Mendorong share benefit pekerjaan, pajak, dll
• Layanan berbasis konteks mendukung kebutuhan
• Aplikasi adalah fokus utama.
Karena adanya open data maka developer menjadi lebih mudah
dalam implementasi aplikasi berbasis open source
Google Self Driving Car (Prototype, 2014)
Smart Food Waste Disposal (Daegu, 2015)
Smart Parking Sensor Platform (Libelium, 2011)
Screen from Watchdogs Game (2014)
Smart City Design Goals
• Engineering New Models for Investing in Smart City
Financial engineering akan meningkatkan peran penting
pendanaan dalam pengembangan smart city.

• Context-Sensitive Technology Services


• Maximize The Start-Up Company
Kriteria/Kebutuhan Smart City
• Kemampuan untuk melaksanakan proyek dalam lingkungan multiface
dimana banyak stakeholder yang terlibat
• Kepemimpinan kuat dari instansi/perusahaan yang dapat bekerja
dengan politisi, regulator, dan grup komunitas
• Kemampuan untuk membawa teknologi ke dalam lingkungan
perkotaan secara nyaman.
• Kerjasama yang positif dengan partisipan lainnya.
• Kepercayaan, prinsip, dan pendekatan transparansi untuk
manajemen brand.
Usable World
• Usability adalah tingkat kualitas dari sistem yang mudah dipelajari,
mudah digunakan dan mendorong pengguna untuk menggunakan
sistem sebagai alat bantu positif dalam menyelesaikan tugas
• Kebergunaan adalah suatu istilah yang menunjukkan kemudahan
manusia untuk menggunakan suatu alat atau objek buatan manusia
lainnya untuk mencapai tujuan tertentu. Kebergunaan juga dapat
merujuk pada metode pengukuran kebergunaan dan kajian prinsip di
balik persepsi efisiensi dan keluwesan suatu objek.
Tujuan dalam Usable World:
• Efektif pada saat digunakan (do the right things)
• Efisien pada saat digunakan (do the things right)
• Aman saat menggunakannya
• Punya utility yang tinggi
• Mudah untuk dipelajari bagi user saat pertama kali menggunakannya
• Mudah diingat cara menggunakannya
Livability
• Sekarang ini banyak masyarakat kota yang mengeluhkan
ketidaknyamanan lingkungan tempat tinggal mereka.
Ketidaknyamanan tersebut dapat ditemukan dalam permasalahan
mulai dari masalah kemacetan, tidak terawatnya fasilitas umum dan
masalah kebersihan lingkungan. Dalam kondisi seperti ini, setiap
masyarakat mengiginkan sebuah kota yang nyaman dan memang
layak untuk dihuni atau Livable City
• Kota layak huni atau Livable City adalah kota dimana masyarakat
dapat hidup dengan nyaman dan tenang dalam suatu kota. Menurut
Hahlweg (1997), kota yang layak huni adalah kota yang dapat
menampung seluruh kegiatan masyarakat kota dan aman bagi
seluruh masyarakat. Menurut Evan (2002), konsep Livable
City digunakan untuk mewujudkan bahwa gagasan pembangunan
sebagai peningkatan dalam kualitas hidup membutuhkan fisik
maupun habitat sosial untuk realisasinya.
Livability
• Dalam mewujudkan konsep Livable City harus didukung dengan
sustainable city, agar perencanaan ruang kota dapat terwujud sesuai
rencana. Dalam konteks keberlanjutan adalah kemampuan untuk
mempertahankan kualitas hidup yang dibutuhkan oleh masyarakat
kota saat ini maupun masa depan.
Menurut Lennard (1997), prinsip dasar untuk Livable City adalah:
• Tersedianya berbagai kebutuhan dasar masyarakat perkotaan (hunian
yang layak, air bersih, listrik).
• Tersedianya berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial (transportasi
publik, taman kota, fasilitas ibadah/kesehatan/ibadah).
• Tersedianya ruang dan tempat publik untuk bersosialisasi dan
berinteraksi.
• Keamanan, Bebas dari rasa takut.
• Mendukung fungsi ekonomi, sosial dan budaya.
• Sanitasi lingkungan dan keindahan lingkungan fisik.
Institusi Penilaian Livable City
• Americas Most Livable Communities, yang menilai tingkat
kenyamanan hidup kota-kota di Amerika Serikat.
• Urban Construction Management Company, UCMC – IBRD (World
Bank), yang menilai tingkat sustanabiliy kota-kota di dunia.
• International Center For Sustainable Cities, Vancouver Working Group
Discussion, yang menilai tingkat kenyamanan hidup kota-kota di
Kanada.
• Indonesia Most Liveable City Index2011 oleh Ikatan Ahli Perencanaan
Indonesia (IAP), yang menilai tingkat kenyaman hidup kota-kota di
Indonesia.
MLCI REPORT 2017
MLCI REPORT 2017
MLCI REPORT 2017
MLCI REPORT 2017
MLCI REPORT 2017
MLCI REPORT 2017
MLCI REPORT 2017
MLCI REPORT 2017
Perlunya Dewan Smart City
• E-Government relatif mudah dilakukan karena lingkupnya adalah
institusi pemerintah kota yang semua kendali ada di tangan walikota
• Namun, untuk mengintegrasikan semua komponen kota, seorang
walikota tidak memiliki kewenangan penuh terhadap seluruh
komponen kota dalam rangka integrasi: proses bisnis, data, aplikasi,
infrastruktur
• Integrasi dilakukan dalam bentuk “koordinasi” atau kesepakatan yang
mengutamakan kepentingan semua pihak (seluruh komponen kota,
termasuk masyarakat), agar dicapai sinergi.
• Koordinasi dilakukan melalui suatu forum komunikasi atau Dewan
Smart City. Dewan sebaiknya dipimpin oleh walikota secara aktif,
karena kunci keberhasilannya adalah trust semua pihak kepada
pemerintah kota.
Lingkup Pekerjaan DSC
• Koordinasi antara semua komponen kota (pemerintah, institusi non-
pemerintah, dan masyarakat)
• Menyusun Enterprise Architecture Smart City (sebagai acuan
bersama untuk integrasi sistem: proses bisnis, data, aplikasi,
infrastruktur)
• Menyusun Program Kerja Smart City (bukan RPJx, tapi sejalan
dengan RPJx)
• Mengevaluasi Pencapaian Program Kerja Smart City

• Catatan
• DSC tidak meng-eksekusi proyek
• Eksekusi proyek dan pembiayaan dilakukan oleh semua pihak (komponen
kota), baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat
• Pemerintah dan setiap pihak lainnya masing-masing menyusun rencana kerja
yang disesuaikan dengan Program Kerja Smart City
Hubungan Berbagai Rencana
Dewan Smart City
Pengukuran Kota Cerdas Indonesia
Terdapat dua indikator utama untuk mengukur Kota Cerdas
1. Indikator Kualitas Hidup.
Indikator ini mengukur hasil akhir dari berbagai
upaya yang diharapkan pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas hidup.

2. Indikator Tingkat Kematangan Pengembangan Kota


Cerdas.
Indikator ini mengukur sejauh mana tingkat
kematangan kota (pemerintah kota dan stakeholders
lain nya) secara efektif, efisien, terintegrasi,
berkelanjutan, dan terukur untuk menghasilkan
layanan-layanan yang dapat meningkatkan kualitas
hidup warga nya.
Model Pengukuran Kota Cerdas
Indikator Pengukuran Kota Cerdas
Penilaian Kota Cerdas
Tingkat Kematangan Kota Cerdas

Anda mungkin juga menyukai