BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Allah SWT menyediakan di muka bumi segala kebutuhan yang diperlukan manusia.
Untuk melengkapi anugerah-Nya kepada hambahnya, Allah swt telah menurunkan
tuntunan dan aturan-aturan agar hidup manusia lebih terarah dan bertujuan. Allah swt tidak
menginginkan manusia berlaku seperti binatang, hidup tanpa tujuan, tapi harus mengejar
kebahagiaan dan kemanfaatan.
Aturan tetap pada yang semestinya, adanya aturan justru untuk mewujudkan
kemanfaatan itu sendiri, agar manusia dapat rnencapai kesempurnaan. Apalagi hal tersebut
adalah aturan yang berasal dari Allah swt. Allah menciptakan manusia agar berfikir dengan
jernih dan kritis, Dia sangat mengerti segala apa yang dibutuhkan hambahya, Setiap aturan
Allah swt mengandung hikmah dan kebijaksanaan yang dirasakan oleh manusia misalnya
dalam menyembelih hewan.
Islam memerintahkan manusia untuk berlaku baik dalam menyembelih, di mana alat yang
digunakan harus benar-benar tajam dan tidak menyiksa hewan sebelum disembelih dan
juga penyembelihan hewan harus sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Jika tidak sesuai
syariat, maka akan akan berdampak kepada daging yang akan dikonsumsi oleh masyarakat.
Setiap tahun konsumsi daging ditanah air sangat melunjak berdasarkan data badan
pengawas dan pengembangan pertanian, pada tahun 2005 konsumsi daging perkapital
mencapai 4,93 kilogram. Setahun kemudian ,meningkat drastis 11,5 persen menjadi 5,34
kilogram .dengan perkiraan berkembangya ekonomi sekitar 6,3 persen dan penduduk
mencapai 1,4 persen pertahun ,dalam lima tahun kedepan di perkirakan akan terjadi
kenaikan yang signifikan ,sekarang konsumsi daging sebesar 5,8 persen .guna memenuh
persyaratan kebutuhan daging , indonesia harus mengimpor dari berbagai aspek negara1
Industri petrnakan kini menjelma sebagai salah satu industri utama. Demi efisiensi,
sejumlah perusahaan perternakan telah menerapkan teknologi mutakhir, termasuk tahapan
pemotongan dan penyembelihan hewan .salah satunya menyembelih hewan secara manual
ataupun dengan cara yang modern.
Kehalalan menjadi hak asasi manusia yang diakui keberadaannya, sehingga harus dijamin
1
Yusuf Assidiq, Republika .co.id
2
dan dilindungi oleh UUD 1945 kita sebagai warga indonesia harus bertanggung jawab atas
hal itu .karena Sertifikasi halal mutlak dibutuhkan untuk menghilangkan keraguan
masyarakat akan kemungkinan adanya bahan baku, bahan tambahan atau bahan penolong
yang tidak halal dalam suatu produk yang dijual.2
Penulis tertarik untuk membhas terkait uraian diatas dengan mengambil tema sekripsi
dengan judul, “ PROSES PENYEMBELIHAN DENGAN METODE STUNING
DALAM PERSEPEKTIF MADZHAB SYAFI’I “ Penulis menganngap sangat penting
untuk mengangkat dan mengkaji tema ini, dikernakan pada zaman modern ini dengan
berkembangnya alat-alat canggih, sehingga proses penyembelihanpun juga ikut
berkembang, mulai dari segi alatnya maupun yang lainnya. Namun penulis dalam tema ini
akan membahas dengan perinci, yaitu konsep penyembelihan baik dengan alat manual
(klasik) maupun dengan alat modern. Dan diharapkan nanti hasil dari kajian ini bisa
dipahami hukum hasil dari penelitian dari sudut pandang fiqh madzhab Syafi’i.
1. Pembatasan Masalah
Dari uraian di atas agar pembahasan ini tidak meluas dan agar pokok
permasalahan tidak melebar, pada penyembelihan secara mekanis banyak sekali
macamnya dan proses hingga menjadi daging yang siap diedarkan, namun penulis
membatasinya pada pandangan hukum Islam terhadap penyembelihan secara mekanis
dengan proses stunning.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah penyembelihan dengan cara stunning telah memenuhi unsur ihsan terhadap
hewan ?
1. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan di antaranya:
2
Apriyantono A, Dkk, Analisis Pangan (Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi Ipb. 1989), h. 28.
3
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan hasil dari penelitian ini, secara akademik diharapkan dapat memberikan
kontribusi berupa sumbangan ilmiah bagi progam studi Fiqh wa Ushulihi, baik bersifat
akademik maupun non akademik, teoritis maupun praktis,
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran Islam
khususnya yang berkaitan studi Fiqh wa Ushulihi dari madzhab Syafi’i.
2. Begitu juga, keguanaan penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi berupa
keahlian dan juga penerapan keilmuan yang didapat oleh peneliti atau penulis
selama berkuliah di Ma’had Aly Fadlul Jamil Ponpes MUS, yang pada akhirnya
dapat digunakan untuk menghasilkan karya – karya lain selain penelitian ini.
D. Tinjauan Pustaka
Secara historis, bahwa sebelumnya sudah ada beberapa buku yang membahas
masalahmengenai pemotongan secara mekanis, yaitu :
Pertama: Buku ”Halal Dan Haram”, Penulis Dr. Yusuf Qardhawi, dalam buku ini
menjelaskan tentang makanan baik yang halal maupun yang haram dengan prosesnya
sesuai dengan syariat islam pada masa modern. Sedangkan penulis lebih fokus kepada
pendapat ulama tentang penyembelihan menggunakan alat modern dengan metode
stunning.
Kedua: Buku Islam Dan Produk Halal karangan Drs. H. Moh. Muchtar Ilyas, Tahun
2007. Dalam buku ini membahas agar masyarakat harus lebih berhati-hati dalam memilih
produk yang halal dikarenakan proses yang berkembangnya zaman modern. Sedangkan
penulis lebih fokus dengan posesnya yang dilakukan secara mekanis.
E. Metode penelitian
Dalam sebuah penelitian dibedakan dua jenis data, yaitu pertama yang
diperoleh langsung dari masyarakat (primary data atau basic data), kedua data yang
4
Dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan jenis data yang kedua,
yaitu data kepustakaan yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, koran,
internet, yang menjadi insiprasi penulis, dan kumpulan fatwa MUI.
2. Sumber data
Seperti data yang telah penulis paparkan di atas, bahwa pembahasan skripsi
ini bersumber dari bahan kepustakaan (secondary data), oleh karena data yang dikaji
bersumber dari bahan-bahan kepustakaan yang terkait dengan pembahasan ini, maka
sumber data penulis adalah buku-buku fiqih, internet, kumpulan fatwa MUI dan
buku-buku lain yang mendukung pembahasan ini.
Ada dua cara pendekatan yang penulis terapkan dalam membahas penelitian
ini, yaitu:7
a. Pendekatan Normatif, yaitu pendekatan terhadap suatu masalah yang
menitikberatkan kepadaketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.
b. Pendekatan Tekstual, yaitu pendekatan terhadap suatu masalah yang
menitikberatkan kepadadalil-dalil.
6. Teknik Penulisan
Adapun untuk teknik penulisannya, penulis memakai acuan dari buku
“Pedoman Penulisan Skripsi Ma’had aly Fadhlul jamil Ponpes ma’hadul ‘ulum asy-
syar’iyyah Karangmangu sarang rembang tahun 2019.
F. Sistematik penelitian
6
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 30.
7
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 31.
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defisi Penyembelihan
Pendapat Mazhab Syafi’i merupakan pemikiran atau perkiraan atau tentang suatu hal
yang dikemukakan oleh kumpulan Ulama’ yang berpedoman kepada pendapat Imam
Syafi’i.
Sembelihan dalam istilah fiqh disebut “dzakāt” yang berarti baik atau suci, dipakai
istilah dzakāt untuk sembelihan karena dengan penyembelihan yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan syara’ akan menjadikan binatang yang disembelih itu baik, suci dan
halal dimakan. Penyembelihan (dzabh, dzukāt, tadzkiyah) secara etimologis
berarti memotong, membelah, atau membunuh suatu hewan.8 Sementara secara
terminologis penyembelihan adalah tindakan menyembelih hewan tertentu yang boleh
dimakan dengan cara memotong tengggorokan dan kerongkongannya.9
Penyembelihan merupakan syarat kehalalan hewan darat yang boleh dikonsumsi.
Artinya, hewan tersebut tidak halal tanpa proses penyembelihan, 10 sesuai firman Allah
SWT:
َُّم َوحَلْ ُم اخْلِْن ِزيْ ِر َو َم ٓا اُِه َّل لِغَرْيِ ال ٰلّ ِه بِهٖ َوالْ ُمْن َخنِ َق ةُ َوالْ َم ْو ُق ْوذَة
ُ ت َعلَْي ُك ُم الْ َمْيتَ ةُ َوال د
ْ ُح ِّر َم
ب َواَ ْن تَ ْسَت ْق ِس ُم ْوا بِااْل َْزاَل ۗ ِم ۗ ِ ِ والْمَتر ِّديةُ والن
ُ السبُ ُع ااَّل َما ذَ َّكْيتُ ْم َو َما ذُبِ َح َعلَى الن
ِ ُّص َّ َّطْي َحةُ َو َمٓا اَ َك َل َ َ َُ َ
ت لَ ُك ْم ُ اخ َش ْو ۗ ِن اَلَْي ْو َم اَ ْك َم ْل
ِِ ِ ِ ق اَلْي وم ي ِٕى
ْ س الَّذيْ َن َك َف ُر ْوا م ْن ديْن ُك ْم فَاَل خَت ْ َش ْو ُه ْم َو َ َ ْ َ ٌ ۗ ٰذلِ ُك ْم فِ ْس
َ
ۗ
ف ٍ ِاض طَُّر يِف خَمْمص ٍة َغيْر متَج ان
َ ُ َ َ َ ْ ْ ت لَ ُك ُم ااْلِ ْس اَل َم ِد ْينًا فَ َم ِن ِ ِ
ُ ت َعلَْي ُك ْم ن ْع َميِت ْ َو َرض ْي
ِ
ُ د ْينَ ُك ْم َواَمْتَ ْم
اِّلِ مْث ۙ ٍم فَاِ َّن ال ٰلّهَ َغ ُف ْوٌر َّر ِحْي ٌم
Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging)
hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan
pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik.
Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab
itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini
telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku
bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai
8
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Terj. Al-Fiqhu Al-Islam Wa Adillatuh olehAbdul Hayyie al-Kattani, dkk.
(Jakarta: Gema Insani, 2011), 304.
9
Ibid, 305
10
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i,Terj. Al-Fiqhu Asy-Syafi’i Al-Muyassar oleh MuhammadAfifi dan Abdul Hafiz,
(Jakarta Timur: Almahira, 2010), 585.
8
9
agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat
dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.11
Orang yang menyembelih adalah orang yang berakal, baik pria maupun wanita,
muslim ataupun Ahli Kitab. Apabila hal itu tidak dipenuhi, misalnya pemabuk, orang gila,
atau anak kecil yang belum mumayyiz, maka sembelihannya tidak halal secara syariat
Islam. Begitu juga hasil sembelihan orang musyrik, zindik dan murtad.12
a. Sembelihan Ahli Kitab
Imam Syafi’i berkata: Allah menghalalkan makanan ahli kitab. Makanan mereka
menurut sebagian ahli tafsir yangaku hafal riwayatnya adalah makanan yang mereka
sembelih.13 Sebagaimana dalam Firman Allah SWT:
Artinya: Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu,
dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka.” (QS. al-Maidah: 5)14
11
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta Timur:Pustaka Al-Mubin, 2013), 107.
12
13
Imam Syafi’i, Fikih Imam Syafi’i, Terj. Al Umm lil Imam Syafi’i oleh Misbah, (Jakarta: PustakaAzzam, 2012), 580.
14
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an, Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CVPenerbit Diponegoro, 2010),
107.
15
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Terj. Fiqhu al-Sunnah oleh Nur Hasanuddin, (Jakarta: Pena PundiAksara, 2006), 282.
16
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Terj. Fiqhu al-Sunnah oleh Nur Hasanuddin, (Jakarta: Pena PundiAksara, 2006), 282.
17
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an, Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CVPenerbit Diponegoro, 2010),
143.
10
halal apabila kaumnya (maksudnya nenek moyangnya yang pertama kali beragama)
diketahui memang telah memeluk agama yang dibawa oleh Nabi Musa dan Nabi Isa
sebelum terkena nasakh dan penyelewengan. Alasannya, karena pada saat itu mereka
berpegang dengan agama tersebut ketika masih lurus dan murni.
Akan tetapi, apabila orang Ahli Kitab itu berasal dari Bani Israil, maka
syaratnya adalah jangan sampai masuknya nenek moyang orang itu ke dalam agama
Yahudi atau Nasrani terjadi setelah diutusnya nabi yang me-nasakh agama mereka
(yaitu Nabi Muhammad SAW). Artinya, harus dipastikan, atau boleh juga tidak secara
pasti, bahwa masuknya nenek moyang orang itu ke dalam agama Ahli Kitab adalah
sebelum kebangkitan nabi yang me-nasakh agama mereka. Sama halnya, apabila
diketahui masuknyanenek moyang orang itu ke dalam agama Ahli Kitab adalah setelah
terjadinya penyelewengan atau setelah kebangkitan nabi yang tidak me-nasakh agama
mereka, seperti kebangkitan nabi-nabi antara Nabi Musa dan Nabi Isa, maka
dibolehkan juga memakan sembelihan mereka serta mengawini perempuan mereka.18
18
Imām Mālik bin Anas, Al-Muwaṭā‟ li al-Imām al-A‟immah wa „Ālim al-Madīnah, (AlQāhirah: Dār al-Ḥadīṡ, 1992), hlm.
263.
11
Sementara kaum Sabi'in, apabila prinsip-prinsip aqidahnya sejalan dengan aqidah Ahli
Kitab, maka sembelihan mereka boleh dimakan. Sebaliknya jika tidak sejalan, dimana
kepercayaan agama mereka adalah campuran antara Majusi dan Nasrani, atau
mereka adalah golongan yang meyakini pengaruh (bintang dalam perjalanan
hidupmanusia), maka sembelihan mereka tidak boleh dimakan19
c. Sembelihan Perempuan dan Anak-anak
Dihalalkan memak an sembelihan seorang perempuan, sekalipun tengah haid,
atau sembelihan anak kecil yang sudah mumayyiz (dapat membedakan antara hal baik
dan buruk). Alasannya kaum, perempuan juga memiliki kemampuan yang sempurna
dalam melakukan penyembelihan. Walaupun memang dianjurkan agar kaum laki-
lakilah yang melakukannya, karena mereka lebih kuat tenaganya dalam menyembelih
ketimbang kaum perempuan. Kebolehan anak yang mumayyiz dalam melakukan
penyembelihan, dikarenakan ia sudah memiliki tujuan yang lurus ketika melakukan
suatu aktivitas, sehingga statusnya mirip dengan orang yang sudah baligh. 27 Hal ini
sesuai dengan perkataan Imam Syafi'i, "Sembelihan setiap orang yang sanggup
menyembelih dari kalangan perempuan yang haid atau anak- anak kaum muslimin itu
lebih aku sukai dari pada sembelihanorang-orang Yahudi dan Nasrani."20
19
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Terj. Al-Fiqhu Al-Islam Wa Adillatuh olehAbdul Hayyie al-Kattani, dkk.
(Jakarta: Gema Insani, 2011), 308.
20
Imam Syafi’i, Fikih Imam Syafi’i, Terj. Al Umm lil Imam Syafi’i oleh Misbah, (Jakarta: PustakaAzzam, 2012), 629.
12
Semua binatang ternak hukumnya halal, pendapat mazhab Syafi'i. Baik binatang
ternak yang hidup bersama manusia maupun yang liar, kecuali hewan yang dikecualikan
oleh nash dengan mengharamkannya secara jelas.22 Mereka juga menghalalkan ayam
piaraan maupun ayam liar, termasuk jugaburung dara. Dan dihalalkan semua binatang yang
mempunyai tabiat meminum air tanpa bernafas dan kembali dengan suaranya seperti bebek,
angsa dll.23
Berdasarkan pengaruh penyembelihan, hewan terbagi menjadi tiga macam, yakni
sebagai berikut:
a. Binatang yang haram dan tidak boleh dimakan, seperti babi, maka bangkainya ataupun
sembelihannya sama saja. Sebab, bagi binatang yang diharamkan, penyembelihan tidak
berpengaruh mengubahnya menjadi halal.
Binatang ini tidak halal dimakan karena tergolong dalam binatang yang kotor
dan disebabkan keracunan yang terdapat pada ular khususnya.64 Dalam mereka i
firman Allah telah ditegaskan : orang-orang
Artinya: (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh
mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan
dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu- belenggu
pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya.
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya
21
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Terj. Al-Fiqhu Al-Islam Wa Adillatuh oleh AbdulHayyie al-Kattani, dkk.
(Jakarta: Gema Insani, 2011), 310.
22
Kamil Musa, Ensiklopedia Halal Haram dalam Makanan dan Minuman, Terj. Ahkaamul Ath-‘Imati fil Islaami oleh
Suyatno, (Solo: Ziyad Visi Media, 2006), 75.
23
Ibid, 77.
13
beruntung.24
24
https://tafsirweb.com/2611-surat-al-araf-ayat-157.html
14
Dan Nabi Muhammad juga melarang membunuh katak dengan hadits yang
diriwayatkan dari Abdirrohman bin Usman:
ِ أن رسول اهلل صلى اهلل علَيه وسلم َنهى عن َقْت ِل
الض ْف َد ِع َّ الرمْح َ ِن بِن عثمان
َْ َ َ َ َْ َ عن َعْب ُد
Artinya: dari Abdurrahman bin 'Utsman berkata; ada seorang tabib di sisi Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam menyebutkan suatu obat, yaitu berupa katak. Lalu
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam melarang membunuh katak. (HR. Ahmad)
Artinya: dari Abdurrahman bin 'Utsman berkata; ada seorang tabib di sisi Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam menyebutkan suatu obat, yaitu berupa katak. Lalu
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam melarang membunuh katak. (HR. Ahmad)
b. Binatang yang halal dikonsumsi dan bangkainya tetap halal, yaitu ikan dan belalang,
maka binatang air tidak perlu disembelih.
Pada prinsipnya, semua bangkai hewan baik yang halal dimakan atau haram, hukumnya
haram dimakan, kecuali ada dalil yang menghalalkannya. Dalam Alquran surah Al-
Maidah, Allah dengan tegas mengharamkan makan bangkai, termasuk bangkai hewan.
َّٖم َوحَلْ ُم اخْلِْن ِزيْ ِر َو َمٓا اُِه َّل لِغَرْيِ ال ٰلّ ِه بِه
ُ ت َعلَْي ُك ُم الْ َمْيتَةُ َوالد
ْ ُحِّر َم
“Diharamkan bagi kalian (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
di sembelih atas nama selain Allah.
Meski bangkai hewan haram dimakan dan hukumi najis, namun terdapat dua bangkai
hewan yang boleh dimakan dan dihukumi suci, yaitu bangkai ikan dan belalang. Kedua
15
hewan ini halal dimakan meski sudah menjadi bangkai, baik mati karena mati sendiri,
kena racun obat, dipukul atau lainnya. Dalam hadis riwayat Imam Ahmad dan Al-
Baihaqi, Nabi saw. bersabda;
Binatang yang halal jika disembelih merupakan binatang darat yang memiliki
darah mengalir dan tidak diharamkan. Baik diharamkan karena dirinya sendiri
(substansinya), seperti babi, maupun karena hal lain, seperti karena berada di Tanah
Suci. Selain itu bukan karena terkena lemparan senjata dalam perang, bukan karena
ditanduk, digantung, dicekik, atau dimangsa binatang buas.25
D. Alat penyembelih
25
Abdul Wahab Abdussalam Thawilah, Fiqh al-Ath'amah, (Kairo-Alexandria: Dār As-Salām,2010), 212.
16
Di kalangan ulama madzhab Syafi'i tidak ada perbedaan dalam masalah ini. Imam
al-Nawawi berkata, "Imam al-Syafi'i dan murid-murid atau penerus madzhabnya,
mengatakan bahwa menyembelih dengan menggunakan kuku, gigi, dan semua jenis
tulang adalah tidak sah. Selain itu, semua alat tajam, baik berasal dari besi seperti pedang,
pisau, panah, dan tombak, maupun berasal dari timah, tembaga, emas, perak, kayu yang
tajam, tongkat, kaca, batu, atau bahan lainnya, dapat digunakan untuk menyembelih.
Dalam hal ini, tidak ada perbedaan pendapat di antara kami".85
Haram memakan daging binatang yang mati terhimpit, mati jatuh, atau ditembak
dengan peluru (bukan peluru yang tajam), atau disembelih dengan pisau tumpul yang
tidak dapat dikeratkan melainkan semata-mata dengan kekuatan yang menyembelih.26
E. Tata Cara Penyembelihan
26
Ibnu Mas'ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi'i, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007),454.
27
Ibid, 312.
28
Ibid, 312.
29
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i,Terj. Al-Fiqhu Asy-Syafi’i Al-Muyassar oleh MuhammadAfifi dan Abdul Hafiz,
(Jakarta Timur: Almahira, 2010), 587.
17
Nabi SAW
: ال َ َصلَى اهلل َعلَ ِيه َو َسلَّ َم ق ِ عن َأيِب يعلَى َشد
ُ َّاد بِ ْن َْأو ٍس َر ِض َي اهلل تَعاىل َعْنهُ َع َن َر ُس
َ ول اهلل َْ ْ َ
َولْيُ ِح َّد, َالذحِب َة
َّ وِإذَا ذَجَبْتُم, ِ َفَِإذَا َقَت ْلتُم ف. (ِإ َّن اهلل َكتَب اِإل حسا َن علَى ُك ُّل َشيٍئ
َ ََأحسنُوا ال َقْتلَة
ْ ْ َ ْ َ
سلم ِ حِب
ٌ و لْرُي ْج َذ َتَهٌ) َرَؤ اهُ ُم, َ َُأح َد ُكم َش ْقَرتَه
َ
“Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:”Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala
telah menetapkan perbuatan ihsan (baik) pada tiap-tiap sesuatu. Jika kalian
membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik, jika kalian menyembelih,
maka sembelihlah dengan cara yang baik, hendaklah salah seorang di antara
kalian menajamkan pisaunya dan menenangkan sembelihannya.” (HR
Muslim)."30
c) Menyebut nama Allah dan membaca shalawat untuk Nabi SAW. Berbeda dengan
Mazhab lain, Mazhab Syafi'i menganggap sunnah menyebut nama Allah ketika
menyembelih. Dalam suatu hadits Imam Syafi'i berkata: "Apabila mereka
menyebut nama Allah pada sembelihan mereka, maka hukum sembelihannya
halal. Tetapi apabilamereka menyebut nama selain nama Allah, seperti nama Al
Masih, atau mereka menyembelihnya dengan menyebut nama yang bukan nama
Allah, maka sembelihan mereka tidak halal."
Apabila seorang muslim lupa menyebut nama Allah pada sembelihan mereka,
maka sembelihannya tetap halal. Namun apabila dia tidak mau menyebut nama
Allah karena menyepelekan, maka sembelihannya tidak boleh dimakan.Selain itu
orang yang meninggalkan penyebutan nama Allah lantaran syirik itu lebih
pantas untuk ditinggalkan sembelihannya.31 Pendapat Imam Syafi'i ini
berdasar kepada Firman Allah dalam Surat al-Maidah (5) ayat 3:
َّم َوحَلْ ُم اخْلِْن ِزيْ ِر َو َمٓا اُِه َّل لِغَرْيِ ال ٰلّ ِه بِ ٖه
ُ ت َعلَْي ُك ُم الْ َمْيتَةُ َوالد
ْ ُحِّر َم
Artinya: "Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah." (Q.S. Al-Maidah [5]: 3).32
Dan Firman Allah dalam surat al-An'am (6) ayat 121:
ٱس ُم ٱللَّ ِه َعلَْي ِه َوِإنَّهۥُ لَِف ْس ٌق ۟ مِم
ْ َواَل تَْأ ُكلُوا َّا مَلْ يُ ْذ َك ِر
30
HR. Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majjah, dan an-Nasa'i.
31
Imam Syafi’i, Fikih Imam Syafi’i, Terj. Al Umm lil Imam Syafi’i oleh Misbah, (Jakarta: PustakaAzzam, 2012), 580.
32
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an, Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CVPenerbit Diponegoro, 2010),
106.
18
Dalam kalimat fisq, menurut mereka dalam konteks sastra bahwasanya lafadh
innahu lafisq itu tidak disambungkan (ma’thūf) untuk sebuah perbedaan yang
sempurna antara dua kalimat. Karena kalimat pertama adalah kalimat fi’liyyah
insyaiyyah (kalimat yang diawali dengan kata kerja dan menunjukkan sesuatu yang
tidak mengandung kebenaran atau kesalahan) sedangkan kedua adalah kalimat
ismiyah khobariyah (kalimat yang diawali dengan isim, kata benda dan
mengandung unsur benar dan salah). Selain itu juga tidak boleh menggunakan
jawaban dengan huruf wawu sehingga menyebabkan dalam masalah ini menjadi
sebuah larangan, yaitu penyembelihan yang mengandung unsur kefasikan. Fisq
sendiri dalam konteks penyembelihan sudah terang dijelaskan dalam ayat yaitu
sesuatu yang disembelih bukan untuk karena Allah SWT.
Dalam ayat lain Allah juga berfirman, tepatnya dalam surat al-An’ām: 145),
33
Ibid 143
19
buruan.34
d) Memutus ke empat urat sekaligus.
e) Khusus untuk unta, disembelih dalam kondisi berdiri dansalah satu kaki depannya
diikat (yaitu dengan cara menggorok tenggorokan bagian bawah). Sama halnya
denganunta, yaitu semua hewan yang tenggorokannya panjang seperti angsa.
f)Selain unta, hewan lainnya disembelih dengan cara dibaringkan dengan posisi
miring ke tubuh bagian kiri.
g) Tidak memecah lehernya dan tidak membesetnya sebelum benar-benar mati.
h) Mengikat seluruh kaki selain kaki kanan agar ia merasa nyaman.35
Proses penyembelihan disyaratkan agar dilakukan secaracepat, dengan
tidak mengangkat pisau saat menyembelih. Apabila seorang penyembelih
mengangkat pisaunya sebelum tuntas memutus saluran pernafasan dan saluran
makanan hewan yang disembelih, kemudian memotong keduanya, hewan tesebut
menjadi tidak halal dimakan.42
d. Hal-hal yang makruh dalam penyembelihan
34
Kamil Musa, Ensiklopedia Halal Haram dalam Makanan dan Minuman, Terj. Ahkaamul Ath-‘Imati fil Islaami oleh
Suyatno, (Solo: Ziyad Visi Media, 2006), 121.
35
Imam Syafi’i, Fikih Imam Syafi’i, Terj. Al Umm lil Imam Syafi’i oleh Misbah, (Jakarta: PustakaAzzam, 2012), 587.
21
seseorang. Demikian pula seandainya lewan kambing betina atau hewan buruan, lalu
dia tersangkut pedang dan mengenai bagian penyembelihannya, maka dia tidak halal
dimakan, karena dia bunuh diri bukan dibunuh oleh selain dirinya yang dibolehkan
menyembelih dan berburu.39
d. Penyembelihan Janin (Anak di Dalam Perut)
Kalau anak binatang sembelihan mati dalam perut setelah induknya disembelih,
anaknya itu halal juga dimakan karena kematiannya disebabkan kematian induknya
yang disembelih. Hadits
Rasulullah SAW, menyebutkan:
قال رسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم:عن إيب سعيد اخلذري رضي اهلل عنه قال
ذكات اجلنني يف ذكات ّإمه
Artinya: Dari Abu Said Khudri r.a., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
"Penyembelihan anak binatang dalam perut, cukuplah dengan penyembelihan
36
Kamil Musa, Ensiklopedia Halal Haram dalam Makanan dan Minuman, Terj. Ahkaamul Ath-‘Imati fil Islaami oleh
Suyatno, (Solo: Ziyad Visi Media, 2006), 152.
37
Asmaji Muchtar, Fatwa-fatwa Imam Asy-Syafi’i, (Jakarta: Amzah, 2014). 388.
38
Imam Syafi’i, Fikih Imam Syafi’i, Terj. Al Umm lil Imam Syafi’i oleh Misbah, (Jakarta: PustakaAzzam, 2012), 594.
39
Ibid, 594.
22
induknya."40
Akan tetapi kalau dikeluarkan anak binatang sembelihan itu masih hidup,
wajiblah menyembelihnya lebih dahulu. Dalam hal ini tidak ada perbedaan pendapat
di kalangan ulama.
F. Hikmah Penyembelihan
40
Ibnu Mas'ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi'i, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007),456.
41
Abdul Wahab Abdussalam Thawilah, Fiqh al-Ath'amah, (Kairo-Alexandria: Dār As-Salām,2010), 212.
23
BAB III
PENYEMBELIHAN HEWAN SECARA STUNNING
42
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-QuranDan Hadits, h. 302.
43
M. Hamdan Rasyid, Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, (Jakarta: PT AlmawardiPrima, 2003), h. 273.
24
dua:44
1. Menghilangkan kesadaran dan perasaan dari hewan yang akan desembelih,
sehingga ketika disembelih, hewan tersebut tidak merasakan sakit sama sekali.
2. Mempermudah kerja produksi, dimana penyembelihan tidak perlu waktu lama
untuk proses penyembelihannya. Apabila penyembelih tidak menggunakan
stunning maka produksi yang dihasilkan akan sengat sedikit.
Penyembelihan hewan secara mekanik ini ada beberapa macam metode: 45
1) Stunning jenis Penetrative Captive Bolt dan Non-Penetrative Captive
Bolt (Mushroom Head Gun)
1. Stunner yang digunakan adalah jenis kejutan di kepala saja (head only
stunner).
2. Kekuatan arus elektrik hendaklah dikawal (tidak boleh melebihi had yang
ditetapkan) yaitu antara 0.75 ampere untuk kambing, 2.0 ampere untuk
lembu dan tempo masa aliran elektrik ialah antara 3-6 saat.
3. Perlu dikawal selalu oleh petugas muslim yang mengetahui tentang stunning.
3) Stunning WaterBath untuk ayam dan itik (poultry) adalah diharuskan
dengan syarat:
46
Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf Dan Ihsan, (Jakarta, PT. Serambi Ilmu Semesta),Penerjemah
25
kata ini berarti beribadah kepada Allah seolah-olah kau melihat Nya, dan apabila kau
tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu.47 Para Ulama menjelaskan bahwa ihsan
diterapkan pada dua hal:
47
Syekh Muhammad hisyam kabbani, tasawuf dan ihsan, h. 38.
48
Shahih Al-Bukhari, hadis no 50 dan Muslim no 8.
49
http://www.firanda.com
50
http://www.firanda.com.
51
Syekh Muhammad hisyam kabbani, tasawuf dan ihsan, h. 43.
27
Allah
ين ُهم حُّمْ ِسنُو َن ِ َّ ۟ ِ َّ ِإ
َ َّن ٱللَّهَ َم َع ٱلذ
َ ين َّٱت َقوا َّوٱلذ
Artinya: Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa
dam orang orang yang berbuat ihsan (kebaikan)52 (Q.S an-nahl:128)
Syariat Islam diturunkan dari Allah, dan disampaikan oleh Nabi yang pemurah
penuh kasih sayang sebagai rahmat bagi seluruh alam.
ِ
َ ك ِإاَّل َرمْح َةً لِّْل َٰعلَم
ني َ ََو َمٓا َْأر َس ْلٰن
Artinya : Dan tidaklah Kami utus engkau kecuali sebagai rahmat
(kasih sayang) bagi segenap alam semesta54. (Al-Anbiya‟:107)
Karena itu seluruh aturan-aturan dalam agama Islam mengandung kasih sayang, sekalipun orang yang pendek
akalnya menganggap itu sebagai kekerasan, dzhalim terhadap hewan adalah perbuatan dosa dan bisa
.berakibat adzab di neraka
عنعبد اهلل بن عمر رضي اهلل عنهما أن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم قال «عذبت امرأة يف هرة سجنتها
حىت ماتت فدخلت فيها النار ال هي أطعمتها وال سقتها إذ حبستها وال هي تركتها تأكل من خشاش
األرض
rtinya: Dari 'Abdullah bin umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:"Seorang wanita disiksa Allah pada hari kiamat lantaran dia mengurung
seekor kucingsehingga kucing itu mati. Karena itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala
memasukkannya keneraka. Kucing itu dikurungnya tanpa diberi makan dan
minum dan tidak puladilepaskannya supaya ia dapat menangkap serangga-serangga
bumi”.55 (HR. Muslim)
Maka dari itu haruslah berbuat baik terhadap hewan, begitu juga dalam hal
menyembelih hewan dengan berprilaku ihsan, sebagaiman Rasulullah
bersabda yang diriwayatkan Syadad bin Aus dari Rasulullah shallallahu „alaihi
52
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta Timur:Pustaka Al-Mubin,
2013), 128.
53
Ibid 195.
28
54
Ibid 107.
55
Shahih Muslim, Bab : Haramnya membunuh kucing, No. Hadist : 4160. Bukhari Bab : Memberi air minum, No.
Hadist : 2192. Ahmad Bab : Musnad Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu No. Hadist :7511.
29
Maka berperilaku ihsan terhadap hewan yang disebelih dengan cara :57
1.Menggunakan benda tajam.
2. Tidak menyembelih dengan benda tumpul sehingga menyakiti hewan.
3. Tidak menyembelih hewan dihadapan teman-temannya (hewan lain) sehingga
membuat hewan-hewan yang lain takut.
4. Tidak mengasah pisau disepan hewan sembelihan.
5. Tidak memotong hewan yang disembelih atau memutus salah satu anggota
tubuhnyasebelum hilang ruhnya.
Artinya : “Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan (berlaku baik) pada segala hal, maka
jika kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik dan jika kamu
menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baikdan hendaklah menajamkan
pisau dan memberi kelapangan bagihewan yang disembelihnya”. (HR. Muslim)
MUI berpendapat bahwa stunning lebih baik dari pada manual karena dapat
menghilangkan stress pada hewan dan dapat menghemat biaya. Adapun ketentuan stunning
sebagai berikut:
penduduk ahli kitab yang diawetkan dan penyembelihanya dilakukan dengan aliran listrik
(Stunning) dan lain sebagainya hukumnya adalah halal, selama penduduk ahlul kitab
menganggap hal ini halal dan suci".61
60
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-QuranDan Hadits, h. 327.
61
Yusuf Qardhawi Al-Halal wal-Haraam fil-Islaam edisi terjemah dengan judul : Halal dan Haram dalamIslam, alih
bahasa : Mu‟ammal Hamidy, PT. Bina Ilmu, Cet. 1993 halaman 79 – 80.
32
33
BAB IV
Begitu juga alat modernisasi dalam penyembelihan diciptakan oleh manusia agar
dapat menguntungkan, yaitu Sebuah metode digunakan untuk mempermudah
penyembelihan hewan dengan memingsankan hewan terlebih dahulu (stunning) sebelum
desembelih.
Secara teknis cara ini memeberi kemudahan, karena hewan yang dipingsankan
tidak akan meronta dan melakukan gerakan, sehingga lebih mudah dalam menyembelih,
sehingga ketika dipingsankan akan mengurangi rasa stress pada hewan.
Metode pemingsanan ada beberapa macam, diantaranya Stunning WaterBath untuk
unggas (poultry) dan stunning captive bolt pistol untuk hewan ternak berskala besar.
Menurut penulis, metode stunning captive bolt pistol memang memberikan banyak
kemudahan dalam menyembelih hewan, khususnya berskala besar. sekalipun hanya
pingsan sesaat, tetapi dapat melukai kepala hewan hingga mengakibatkan madarat bagi
hewan
sembelihan, hal ini tentu dilarang karena sebagaimana kaidah usul fiqih :
صالِ ِح ِ درء امل َف
ِ اسد ُم َق َد ٌم َعلَى َج ْل
َ َب امل َ ُ َْ
Artinya : Menolak kerusakan itu lebih utama dari pada mengambil manfaat.62
Dalam kaidah tersebut dapat dijadikan argument, karena menolak kerusakan pada adab
menyembelih (berprilaku ihsan) itu lebih dutamakan dari pada mengambil manfaat, seperti
menghemat waktu, biaya atau lain sebagainya.
Tidak boleh dalam hal ini bukanlah dagingnya haram, selama terpenuhinya syarat
penyembelihan maka halal dagingnya. Hanya cara stunning captive bolt pistol yang tidak
62
Abdul Hamid Hakim, Mabadi Awwaliyyah, , (Jakarta: Al-Maktabah Assa'adiyyah), h. 34.
34
diperbolehkan karena mafsadat bagi hewan, kerusakan yang terjadi adalah menembusnya
peluru ke dalam kepala hewan yang mengakibatkan kerusakan tulang kepala pada waktu
stunning, hal ini tentu saja menyakiti hewan.
Kemudian berdasarkan firman Allah SWT dalam surat al-maidah/5 ayat 3:
ِ حِّرمت علَي ُكم الْميتَةُ والدَّم وحَل م اخْلِْن ِزي ِر ومٓا اُِه َّل لِغَ ِ ال ٰلّ ِه بِهٖ والْمْنخنِ َقةُ والْمو ُقو َذةُ والْمَتر ِّديةُ والن
َُّطْي َحة َ َ َ ُ َ ْ َْ َ َ ُ َ رْي َ َ ْ ُ ْ َ ُ َ َْ ُ ْ َ ْ َ ُ
س الَّ ِذيْ َن ۗ ب وا ْن تست ْق ِسموا بِااْل َزاَل ۗ ِم ٰذلِ ُكم فِس ۗ ِ
ى
َ َ ِْٕ ي م
َ ويَْلَا ٌ
ق ْ ْ ْ ْ ُ َ ْ َ َ َ ِ ُّص ُ السبُ ُع ااَّل َما ذَ َّكْيتُ ْم َو َما ذُبِ َح َعلَى الن َّ َو َمٓا اَ َك َل
ِ ِ ِ ِِ ِ
ت لَ ُك ُم ُ ت َعلَْي ُك ْم ن ْع َميِت ْ َو َرضْي ُ ت لَ ُك ْم د ْينَ ُك ْم َواَمْتَ ْم ُ اخ َش ْو ۗ ِن اَلَْي ْو َم اَ ْك َم ْل
ْ َك َف ُر ْوا م ْن ديْن ُك ْم فَاَل خَت ْ َش ْو ُه ْم َو
ف اِّلِ مْث ۙ ٍم فَاِ َّن ال ٰلّهَ َغ ُف ْوٌر َّر ِحْي ٌم
ٍ ِاضطَُّر يِف خَمْمص ٍة َغْير متَجان ۗ ِ ِ
َ ُ َ َ َ ْ ْ ااْل ْساَل َم د ْينًا فَ َم ِن
Artinya : diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga)
mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu,
sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini
telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-
Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Al-Maidah 5:3)
Pada lafadz َُ الْ َم ْو ُق ْو َذةartinya dan yang terpukul menurut imam jalaluddin
assuyuti bermakna pukulan yang dapat mematikan.63 Menurut hemat penulis makna dari
lafaz tersebut bisa diqiyaskan dengan stunning captive bolt pistol, adapun qiyas yang
digunakan adalah qiyas Syabah (menyerupai), dengan persamaan illat yaitu pukulan yang
dapat melukai kepala hewan sehingga tersiksa dan bahkan menyebabkan kematian pada
hewan.
Sebelum hewan masuk perusahaan pemotongan, umumnya mengalami keaadaan
stress contohnya dengan adanya pengangkutan dan pemasaran maka stunning lebih baik
karena dapat melumpuhkan stress pada hewan. Dan jika hewan tidak mengalami stress lalu
dengan sengaja menggunakan stunning, tanpa adanya illat atau sababiah yang pasti,
maka
akan menyakiti hewan, sebagaimana kaidah ushul fiqih :
ْم يَ ُد ْو ُر َم َع ِعلَّتِ ِه ُو ُج ْو ًدا َو َع َد ًما
ُ احلُك
Artinya : Hukum
35
itu berputar (berubah) sesuai dengan adanya illat atau tidak adanya
63
Imam Jalaluddin As-suyuti, Tafsir Jalalain, Al-Haramain, juz I, h. 95.
36
illat.64
Menurut hemat penulis, jika illat itu tidak ada, yaitu apabila stress tidak terjadi
pada hewan. Maka hukum kebolehan stunning akan berubah, dapat berubah menjadi
makruh dan haram. Pada kasus ini, penulis menyimpullkan haram, alasan penulis adalah
posisi normal pada hewan baik otot dan jantungnya stabil, kemudian dengan sengaja
dikejutkan padahewan. Akibat arus listrik tersebut kemungkinan terjadi kerusakan organ
dalam yang serius, terutama pada jantung, kontraksi otot bahkan kerusakan saraf65.dengan
demikian hewan akan mengalami penyiksaan sebelum menyembelih, hal ini bertentangan
dengan hadis yang
diriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Syaddad ibn Aus RA bahwa Rasulullah SAW :
ِ وِإذَا ذَجَب تُم َّ حِب, َفَِإذَا َقَت ْلتُم فََأح ِسنُوا ال َقْتلَة. ِإ َّن اهلل َكتَب اِإل حسا َن علَى ُك ُّل َشيٍئ
َ َولْيُح َّد, َالذ َة
َأح َد ُكم ْ َ ْ ْ َ ْ َ
حِب
ٌو لْرُيِ ْج َذ َتَه,
َ َُش ْقَرتَه
Artinya : “Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan (berlaku baik) pada segala hal,
maka jika kamu membunuh hendaklah membunuh dengancara yang baik dan jika
kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baikdan hendaklah
menajamkan pisau dan memberi kelapangan bagihewan yang
disembelihnya”. (HR. Muslim).66\
Jadi jelas perintah Nabi adalah berprilaku ihsan terhadap sembelihan,
meskipun dengan metode terbaru dalam menyembelih, pada masa yang sekarang atau
pada masa yang akan datang haruslah berprilaku ihsan.
64
Abdul Hamid Hakim, Mabadi Awwaliyyah, (Jakarta: Al-Maktabah Assa'adiyyah), h. 46.
65
www.instalasilistrik.com
66
Muslim, Shahih Muslim, babBuruan, sembelihan, dan hewan-hewan yang dimakan, No. Hadist : 3615.
37
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Orang yang menyembelih haruslah mengetahui syarat penyembelihan, baik secara
manual atau mekanis.
2. Dalam hal menggunakan stunning perlu pelatihan khusus bagi para pekerja di perusahaan
hewan potong agar mengetahui tata cara dan ketentuan stunning, serta orang yang
memotong adalah muslim.
3. Untuk masalah hewan potong berskala besar tidak melakukan pemingsanan (stunning)
karena menyakiti, jika ada alat yang menggunakan stunning haruslah diteliti terlebih
dahulu. Agar tidak menyakiti, melukai atau mematikan hewan tersebut.
39
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Agama RI. 2010. Pedoman dan Tata Cara Pemotongan Hewan Secara
Yusuf Qardhawi. 2011. Halal Dan Haram . Cet XI: Jakarta: Robbani Press
Moh. Muchtar Ilyas. 2007. Islam dan Produk Halal. Depertemen Agama RI:
Masyarakat Islam
Apriyantono A, Dkk. 1989. Analisis Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan
Kementerian Agama RI, Pedoman dan Tata Cara Pemotongan Hewan Secara Halal,
h.13
Rosdakarya.
dan R&D
40
Usman, Husaini dan Purnomo Setiadji 1996. Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi
Aksara
Hadi. 1997 Dari jurnal Pengabdian Masyarakat Pertenakan Vol2 no2 Tahun 2017 M
( QS.AL-Ma’idah:3 )
(QS.AL-Ma’idah : 4 )
Dari Terjemah Fat-khul qorib jilid 2 ; penerjemah Ahmad sunarto ;penerbit Al-
Rony dan Etwin F. 2017. Analisis proses potong Ayam. tgl 18 , bulan 9
Nanda, Novita. 2018. Pemotongan Ayam Oleh Pedagang Ayam Potong. universitas
HalalUjar Ayub Fatwa MUI nomor 12 Tahun 2009 tentang Standar Sertifikasi
Penyembelihan Halal
https://islam.nu.or.id/post/read/121294/hukum-stunning
https://islam.nu.or.id/post/read/121294/hukum-stunning-atau-pemingsanan-
hewan-sebelum-disembelih
https://konsultasisyariah.com/24890-dipingsankan-sebelum-disembelih-
dagingnya-haram.html
https://islam.nu.or.id/post/read/121294/hukum-stunning-ataupemingsanan-hewan-
sebelum-disembelih
https://en.wikipedia.org/wiki/Stunning
Barkan, Riadi. 2014. Proses Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Dalam
Curricum Vitae
“Anugerah terbesar dalam hidupku yang diberikan Allah, aku ditakdirkan menjadi
santri dan bisa belajar di Ma’had Aly Fadlul Jamil Pondok Pesantren Ma’hadul Ulum Asy-
Syar’iah tercinta ini. Terima kasih wahai Masyayikh dan para Asatidz”
43
LAMPIRAN
2. Penyembelihan metode
listrik
45
5. Penyembelihan manual
46