Anda di halaman 1dari 47

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Allah SWT menyediakan di muka bumi segala kebutuhan yang diperlukan manusia.
Untuk melengkapi anugerah-Nya kepada hambahnya, Allah swt telah menurunkan
tuntunan dan aturan-aturan agar hidup manusia lebih terarah dan bertujuan. Allah swt tidak
menginginkan manusia berlaku seperti binatang, hidup tanpa tujuan, tapi harus mengejar
kebahagiaan dan kemanfaatan.

Aturan tetap pada yang semestinya, adanya aturan justru untuk mewujudkan
kemanfaatan itu sendiri, agar manusia dapat rnencapai kesempurnaan. Apalagi hal tersebut
adalah aturan yang berasal dari Allah swt. Allah menciptakan manusia agar berfikir dengan
jernih dan kritis, Dia sangat mengerti segala apa yang dibutuhkan hambahya, Setiap aturan
Allah swt mengandung hikmah dan kebijaksanaan yang dirasakan oleh manusia misalnya
dalam menyembelih hewan.

Islam memerintahkan manusia untuk berlaku baik dalam menyembelih, di mana alat yang
digunakan harus benar-benar tajam dan tidak menyiksa hewan sebelum disembelih dan
juga penyembelihan hewan harus sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Jika tidak sesuai
syariat, maka akan akan berdampak kepada daging yang akan dikonsumsi oleh masyarakat.

Setiap tahun konsumsi daging ditanah air sangat melunjak berdasarkan data badan
pengawas dan pengembangan pertanian, pada tahun 2005 konsumsi daging perkapital
mencapai 4,93 kilogram. Setahun kemudian ,meningkat drastis 11,5 persen menjadi 5,34
kilogram .dengan perkiraan berkembangya ekonomi sekitar 6,3 persen dan penduduk
mencapai 1,4 persen pertahun ,dalam lima tahun kedepan di perkirakan akan terjadi
kenaikan yang signifikan ,sekarang konsumsi daging sebesar 5,8 persen .guna memenuh
persyaratan kebutuhan daging , indonesia harus mengimpor dari berbagai aspek negara1

Industri petrnakan kini menjelma sebagai salah satu industri utama. Demi efisiensi,
sejumlah perusahaan perternakan telah menerapkan teknologi mutakhir, termasuk tahapan
pemotongan dan penyembelihan hewan .salah satunya menyembelih hewan secara manual
ataupun dengan cara yang modern.

Kehalalan menjadi hak asasi manusia yang diakui keberadaannya, sehingga harus dijamin

1
Yusuf Assidiq, Republika .co.id
2

dan dilindungi oleh UUD 1945 kita sebagai warga indonesia harus bertanggung jawab atas

hal itu .karena Sertifikasi halal mutlak dibutuhkan untuk menghilangkan keraguan
masyarakat akan kemungkinan adanya bahan baku, bahan tambahan atau bahan penolong
yang tidak halal dalam suatu produk yang dijual.2

Penulis tertarik untuk membhas terkait uraian diatas dengan mengambil tema sekripsi
dengan judul, “ PROSES PENYEMBELIHAN DENGAN METODE STUNING
DALAM PERSEPEKTIF MADZHAB SYAFI’I “ Penulis menganngap sangat penting
untuk mengangkat dan mengkaji tema ini, dikernakan pada zaman modern ini dengan
berkembangnya alat-alat canggih, sehingga proses penyembelihanpun juga ikut
berkembang, mulai dari segi alatnya maupun yang lainnya. Namun penulis dalam tema ini
akan membahas dengan perinci, yaitu konsep penyembelihan baik dengan alat manual
(klasik) maupun dengan alat modern. Dan diharapkan nanti hasil dari kajian ini bisa
dipahami hukum hasil dari penelitian dari sudut pandang fiqh madzhab Syafi’i.

B. Pembatasan dan perumusan masalah

1. Pembatasan Masalah
Dari uraian di atas agar pembahasan ini tidak meluas dan agar pokok
permasalahan tidak melebar, pada penyembelihan secara mekanis banyak sekali
macamnya dan proses hingga menjadi daging yang siap diedarkan, namun penulis
membatasinya pada pandangan hukum Islam terhadap penyembelihan secara mekanis
dengan proses stunning.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah penyembelihan dengan cara stunning telah memenuhi unsur ihsan terhadap
hewan ?

b. Bagaimana tata cara dan ketentuan penyembelihan dengan metode stunning ?

c. Bagaimana pandangan Islam mengenai penyembelihan dengan cara stunning?

C. Tujuan dan manfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan di antaranya:

a.Untuk mengetahui konsep ihsan dalam menyembelih secara mekanis.

2
Apriyantono A, Dkk, Analisis Pangan (Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi Ipb. 1989), h. 28.
3

b. Untuk mengetahui tata cara dan ketentuannya.

c.Untuk mengetahui pandangan Islam tentang penyembelihan secara mekanis.

2. Manfaat Penelitian
Sedangkan hasil dari penelitian ini, secara akademik diharapkan dapat memberikan
kontribusi berupa sumbangan ilmiah bagi progam studi Fiqh wa Ushulihi, baik bersifat
akademik maupun non akademik, teoritis maupun praktis,

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran Islam
khususnya yang berkaitan studi Fiqh wa Ushulihi dari madzhab Syafi’i.

2. Begitu juga, keguanaan penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi berupa
keahlian dan juga penerapan keilmuan yang didapat oleh peneliti atau penulis
selama berkuliah di Ma’had Aly Fadlul Jamil Ponpes MUS, yang pada akhirnya
dapat digunakan untuk menghasilkan karya – karya lain selain penelitian ini.

D. Tinjauan Pustaka

Secara historis, bahwa sebelumnya sudah ada beberapa buku yang membahas
masalahmengenai pemotongan secara mekanis, yaitu :
Pertama: Buku ”Halal Dan Haram”, Penulis Dr. Yusuf Qardhawi, dalam buku ini
menjelaskan tentang makanan baik yang halal maupun yang haram dengan prosesnya
sesuai dengan syariat islam pada masa modern. Sedangkan penulis lebih fokus kepada
pendapat ulama tentang penyembelihan menggunakan alat modern dengan metode
stunning.
Kedua: Buku Islam Dan Produk Halal karangan Drs. H. Moh. Muchtar Ilyas, Tahun
2007. Dalam buku ini membahas agar masyarakat harus lebih berhati-hati dalam memilih
produk yang halal dikarenakan proses yang berkembangnya zaman modern. Sedangkan
penulis lebih fokus dengan posesnya yang dilakukan secara mekanis.
E. Metode penelitian

Untuk menghasilkan suatu karya ilmiah, perlu menggunakan pendekatan yang


tepat dan sistematis, sebagai pegangan dalam penulisan skripsi dan pengolahan data untuk
memperoleh data yang valid.
1. Jenis data

Dalam sebuah penelitian dibedakan dua jenis data, yaitu pertama yang
diperoleh langsung dari masyarakat (primary data atau basic data), kedua data yang
4

diperoleh dari bahan kepustakaan (secondary data).3

Dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan jenis data yang kedua,
yaitu data kepustakaan yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, koran,
internet, yang menjadi insiprasi penulis, dan kumpulan fatwa MUI.
2. Sumber data

Seperti data yang telah penulis paparkan di atas, bahwa pembahasan skripsi
ini bersumber dari bahan kepustakaan (secondary data), oleh karena data yang dikaji
bersumber dari bahan-bahan kepustakaan yang terkait dengan pembahasan ini, maka
sumber data penulis adalah buku-buku fiqih, internet, kumpulan fatwa MUI dan
buku-buku lain yang mendukung pembahasan ini.

3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk


memperoleh data yang diperlukan.4 Dalam pengumpulan data ini penulis berusaha
mengumpulkan data- data yang berkaitan dengan menggunakan pustaka-pustaka
utama.
Dari data yang terkumpul, penulis menggali keterangan tentang kriteria halal
dan haram suatu penyembelihan. Proses selanjutnya penulis berusaha
mengklasifikasikan data- data tersebut, dan penulis dapat menggambarkan tentang
pembahasan.
4. Teknik analisis data

Teknik analisis data meliputi upaya melihat, membaca, menganalisa,


menafsirkan, dan membandingkan bahan-bahan dokumen yang meliputi: (1)
otobiografi; (2) surat-surat pribadi, buku atau catatan harian (jurnal), kenang-
kenangan; (3) surat kabar; (4) dokumen- dokumen pemerintah; (5) laporan.12 Inilah
yang disebut dengan analisis data kualitatif.
Ada dua teknik yang penulis gunakan dalam menganalisis data, yaitu :
a. Metode deduktif
Metode deduktif adalah teknik analisis data yang dimulai dari teori yang
bersifat umum, selanjutnya dikemukakan kenyataan yang bersifat khusus.5
Dalam menerapkan metode deduktif tersebut penulis memulai dari teori
masalah
3
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1986), cet. 3, h.12.
4
Moh. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), cet. 3, h. 211.
5
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000) h. 103.
5
6

penyembelihan dan stunning yang bersifat umum, selanjutnya penulis


kemukakan secara khusus.
b. Metode komperatif
Metode komperatif ini adalah teknik analisis data dengan membandingkan
antara beberapa sistem atau fenomena yang berbeda dengan membandingkan
aspek dan diakhiri dengan rumusan kesimpulan.6 Secara teoritis penulis
melakukan pembahasan dengan melihat aspek Fiqh Islam.
5. Cara pendekatan

Ada dua cara pendekatan yang penulis terapkan dalam membahas penelitian
ini, yaitu:7
a. Pendekatan Normatif, yaitu pendekatan terhadap suatu masalah yang
menitikberatkan kepadaketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.
b. Pendekatan Tekstual, yaitu pendekatan terhadap suatu masalah yang
menitikberatkan kepadadalil-dalil.
6. Teknik Penulisan
Adapun untuk teknik penulisannya, penulis memakai acuan dari buku
“Pedoman Penulisan Skripsi Ma’had aly Fadhlul jamil Ponpes ma’hadul ‘ulum asy-
syar’iyyah Karangmangu sarang rembang tahun 2019.
F. Sistematik penelitian

Untuk mendapatkan gambaran mengenai materi yang menjadi pokok penulisan


skripsi ini dan agar memudahkan para pembaca dalam mempelajari tata urutan penulisan,
maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I, Merupakan pendahuluan, memuat latar belakang, pembahasan dan
perumusanmasalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan dan sistematika penulisan.
BAB II, Pengertian penyembelihan memuat tentang definisi penyembelihan, orang
yang menyembelih, alat sembelihan, hewan yang disembelih.
BAB III, Pengertian penyembelihan secara stunning, memuat tentang definisi
penyembelihan hewan secara stunning, berperilaku ihsan terhadap hewan sembelihan.
BAB IV, Pandangan Islam tentang penyembelihan secara stunning, memuat
tentang pendapat Islam mengenai penyembelihan secara stunning dan analisis tentang
proses penyembelihan yang dibolehkan dan diharamkan.
BAB V, merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

6
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 30.
7
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 31.
7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defisi Penyembelihan

Pendapat Mazhab Syafi’i merupakan pemikiran atau perkiraan atau tentang suatu hal
yang dikemukakan oleh kumpulan Ulama’ yang berpedoman kepada pendapat Imam
Syafi’i.
Sembelihan dalam istilah fiqh disebut “dzakāt” yang berarti baik atau suci, dipakai
istilah dzakāt untuk sembelihan karena dengan penyembelihan yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan syara’ akan menjadikan binatang yang disembelih itu baik, suci dan
halal dimakan. Penyembelihan (dzabh, dzukāt, tadzkiyah) secara etimologis
berarti memotong, membelah, atau membunuh suatu hewan.8 Sementara secara
terminologis penyembelihan adalah tindakan menyembelih hewan tertentu yang boleh
dimakan dengan cara memotong tengggorokan dan kerongkongannya.9
Penyembelihan merupakan syarat kehalalan hewan darat yang boleh dikonsumsi.
Artinya, hewan tersebut tidak halal tanpa proses penyembelihan, 10 sesuai firman Allah
SWT:

ُ‫َّم َوحَلْ ُم اخْلِْن ِزيْ ِر َو َم ٓا اُِه َّل لِغَرْيِ ال ٰلّ ِه بِهٖ َوالْ ُمْن َخنِ َق ةُ َوالْ َم ْو ُق ْوذَة‬
ُ ‫ت َعلَْي ُك ُم الْ َمْيتَ ةُ َوال د‬
ْ ‫ُح ِّر َم‬
‫ب َواَ ْن تَ ْسَت ْق ِس ُم ْوا بِااْل َْزاَل ۗ ِم‬ ۗ ِ ِ ‫والْمَتر ِّديةُ والن‬
ُ ‫السبُ ُع ااَّل َما ذَ َّكْيتُ ْم َو َما ذُبِ َح َعلَى الن‬
ِ ‫ُّص‬ َّ ‫َّطْي َحةُ َو َمٓا اَ َك َل‬ َ َ َُ َ
‫ت لَ ُك ْم‬ ُ ‫اخ َش ْو ۗ ِن اَلَْي ْو َم اَ ْك َم ْل‬
ِِ ِ ِ ‫ق اَلْي وم ي ِٕى‬
ْ ‫س الَّذيْ َن َك َف ُر ْوا م ْن ديْن ُك ْم فَاَل خَت ْ َش ْو ُه ْم َو‬ َ َ ْ َ ٌ ۗ ‫ٰذلِ ُك ْم فِ ْس‬
َ
ۗ
‫ف‬ ٍ ِ‫اض طَُّر يِف خَمْمص ٍة َغيْر متَج ان‬
َ ُ َ َ َ ْ ْ ‫ت لَ ُك ُم ااْلِ ْس اَل َم ِد ْينًا فَ َم ِن‬ ِ ِ
ُ ‫ت َعلَْي ُك ْم ن ْع َميِت ْ َو َرض ْي‬
ِ
ُ ‫د ْينَ ُك ْم َواَمْتَ ْم‬
‫اِّلِ مْث ۙ ٍم فَاِ َّن ال ٰلّهَ َغ ُف ْوٌر َّر ِحْي ٌم‬

Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging)
hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan
pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik.
Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab
itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini
telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku
bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai
8
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Terj. Al-Fiqhu Al-Islam Wa Adillatuh olehAbdul Hayyie al-Kattani, dkk.
(Jakarta: Gema Insani, 2011), 304.
9
Ibid, 305
10
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i,Terj. Al-Fiqhu Asy-Syafi’i Al-Muyassar oleh MuhammadAfifi dan Abdul Hafiz,
(Jakarta Timur: Almahira, 2010), 585.
8
9

agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat
dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.11

B. Orang yang menyembelih

Orang yang menyembelih adalah orang yang berakal, baik pria maupun wanita,
muslim ataupun Ahli Kitab. Apabila hal itu tidak dipenuhi, misalnya pemabuk, orang gila,
atau anak kecil yang belum mumayyiz, maka sembelihannya tidak halal secara syariat
Islam. Begitu juga hasil sembelihan orang musyrik, zindik dan murtad.12
a. Sembelihan Ahli Kitab
Imam Syafi’i berkata: Allah menghalalkan makanan ahli kitab. Makanan mereka
menurut sebagian ahli tafsir yangaku hafal riwayatnya adalah makanan yang mereka
sembelih.13 Sebagaimana dalam Firman Allah SWT:

‫ب ِحلٌّ لَّ ُك ْم َوطَ َع ُام ُك ْم ِحلٌّ هَّلُ ْم‬ ِ ۟ ِ َّ


َ َ‫ين ُأوتُوا ٱلْكٰت‬
َ ‫َوطَ َع ُام ٱلذ‬

Artinya: Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu,
dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka.” (QS. al-Maidah: 5)14

Sebagian ulama berpendapat, “jika mendengar seorangahli kitab


menyembelih dengan menyebut selain nama Allah, maka janganlah engkau makan.”15
Pendapat ini senada dengan pendapat Imam Syafi’i, “apabila ahli kitab memiliki
sembelihan lain yang padanya mereka menyebut nama selain nama Allah, seperti nama
Al-Masih, atau mereka menyembelihnya dengan menyebut nama yang bukan nama
Allah, maka sembelihan mereka tidak halal.16 Seperti halnya dalam Firman Allah:

‫ٱس ُم ٱللَّ ِه َعلَْي ِه َوِإنَّهۥُ لَِف ْس ٌق‬ ‫۟ مِم‬


ْ ‫َواَل تَْأ ُكلُوا َّا مَلْ يُ ْذ َك ِر‬
Artinya: Dan janganlah kamu memakan dari apa (daging hewan) yang (ketika
disembelih) tidak disebut nama Allah, perbuatan itu benar-benar suatu kefasikan. (Q.S.
Al-An’ām [6]: 121).17

11
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta Timur:Pustaka Al-Mubin, 2013), 107.
12

13
Imam Syafi’i, Fikih Imam Syafi’i, Terj. Al Umm lil Imam Syafi’i oleh Misbah, (Jakarta: PustakaAzzam, 2012), 580.
14
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an, Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CVPenerbit Diponegoro, 2010),
107.
15
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Terj. Fiqhu al-Sunnah oleh Nur Hasanuddin, (Jakarta: Pena PundiAksara, 2006), 282.
16
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Terj. Fiqhu al-Sunnah oleh Nur Hasanuddin, (Jakarta: Pena PundiAksara, 2006), 282.
17
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an, Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CVPenerbit Diponegoro, 2010),
143.
10

Dalam Mazhab Syafi'i, kehalalan memakan sembelihan Ahli Kitab dan


menikahi perempuan Ahli Kitab dikaitkandengan syarat tertentu, yaitu sebagai berikut.
Apabila orang Ahli Kitab itu bukan dari Bani Israil, maka sembelihan mereka baru

halal apabila kaumnya (maksudnya nenek moyangnya yang pertama kali beragama)
diketahui memang telah memeluk agama yang dibawa oleh Nabi Musa dan Nabi Isa
sebelum terkena nasakh dan penyelewengan. Alasannya, karena pada saat itu mereka
berpegang dengan agama tersebut ketika masih lurus dan murni.

Akan tetapi, apabila orang Ahli Kitab itu berasal dari Bani Israil, maka
syaratnya adalah jangan sampai masuknya nenek moyang orang itu ke dalam agama
Yahudi atau Nasrani terjadi setelah diutusnya nabi yang me-nasakh agama mereka
(yaitu Nabi Muhammad SAW). Artinya, harus dipastikan, atau boleh juga tidak secara
pasti, bahwa masuknya nenek moyang orang itu ke dalam agama Ahli Kitab adalah
sebelum kebangkitan nabi yang me-nasakh agama mereka. Sama halnya, apabila
diketahui masuknyanenek moyang orang itu ke dalam agama Ahli Kitab adalah setelah
terjadinya penyelewengan atau setelah kebangkitan nabi yang tidak me-nasakh agama
mereka, seperti kebangkitan nabi-nabi antara Nabi Musa dan Nabi Isa, maka
dibolehkan juga memakan sembelihan mereka serta mengawini perempuan mereka.18

18
Imām Mālik bin Anas, Al-Muwaṭā‟ li al-Imām al-A‟immah wa „Ālim al-Madīnah, (AlQāhirah: Dār al-Ḥadīṡ, 1992), hlm.
263.
11

b. Sembelihan Orang Majusi dan Sabi'in


Hewan hasil sembelihan dan hasil buruan orang Majusi tidak boleh dimakan,
sebab mereka adalah golongan musyrik dan bukan termasuk Ahli Kitab. Hal itu
dikarenakan golongan Majusi meyakini adanya dua tuhan dan pencipta, yaitu tuhan
kebaikan dan tuhan kejahatan. Alasan lainnya adalah sabda Rasulullah SAW, yang
menyatakan:

‫"سنُّوا هِبِم َسنَةَ َْأه ِل‬ ِ ٍ


َ ‫الساَل م قال يِف جَمُوسي‬ َ ‫الرمْح َ ِن بِن َعوف رضي اهلل عنه أنَّهُ َعلَْيه‬
َّ ‫اصالةُ َو‬ َ ‫روى َعْب ُد‬
‫اب َغْيَر نَاكِ ِح ْي نِ َسائهم وآلءَأكِلِي َذبَاِئ ِه ْم "رواه مالك‬ ِ
ِ َ‫الكت‬
Artinya: Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf ra., bahwa Rasulullah saw.,
bersabda: Untuk kalangan Majusi, perlakukanlah mereka sebagaimana
memperlakukan ahl al-kitāb, tidak menikahi wanitawanita mereka dan tidak memakan
sembelihan mereka.

Sementara kaum Sabi'in, apabila prinsip-prinsip aqidahnya sejalan dengan aqidah Ahli
Kitab, maka sembelihan mereka boleh dimakan. Sebaliknya jika tidak sejalan, dimana
kepercayaan agama mereka adalah campuran antara Majusi dan Nasrani, atau
mereka adalah golongan yang meyakini pengaruh (bintang dalam perjalanan
hidupmanusia), maka sembelihan mereka tidak boleh dimakan19
c. Sembelihan Perempuan dan Anak-anak
Dihalalkan memak an sembelihan seorang perempuan, sekalipun tengah haid,
atau sembelihan anak kecil yang sudah mumayyiz (dapat membedakan antara hal baik
dan buruk). Alasannya kaum, perempuan juga memiliki kemampuan yang sempurna
dalam melakukan penyembelihan. Walaupun memang dianjurkan agar kaum laki-
lakilah yang melakukannya, karena mereka lebih kuat tenaganya dalam menyembelih
ketimbang kaum perempuan. Kebolehan anak yang mumayyiz dalam melakukan
penyembelihan, dikarenakan ia sudah memiliki tujuan yang lurus ketika melakukan
suatu aktivitas, sehingga statusnya mirip dengan orang yang sudah baligh. 27 Hal ini
sesuai dengan perkataan Imam Syafi'i, "Sembelihan setiap orang yang sanggup
menyembelih dari kalangan perempuan yang haid atau anak- anak kaum muslimin itu
lebih aku sukai dari pada sembelihanorang-orang Yahudi dan Nasrani."20

19
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Terj. Al-Fiqhu Al-Islam Wa Adillatuh olehAbdul Hayyie al-Kattani, dkk.
(Jakarta: Gema Insani, 2011), 308.
20
Imam Syafi’i, Fikih Imam Syafi’i, Terj. Al Umm lil Imam Syafi’i oleh Misbah, (Jakarta: PustakaAzzam, 2012), 629.
12

Adapun sembelihan anak yang belum mumayyiz, maka hukumnya makruh


menurut Mazhab Syafi'i. sebab bagaimanapun secara umum juga sudah memiliki
kesadaran dan kehendak (ketika melakukan suatu akktivitas).21
C. Binatang yang Halal Disembelih

Semua binatang ternak hukumnya halal, pendapat mazhab Syafi'i. Baik binatang
ternak yang hidup bersama manusia maupun yang liar, kecuali hewan yang dikecualikan
oleh nash dengan mengharamkannya secara jelas.22 Mereka juga menghalalkan ayam
piaraan maupun ayam liar, termasuk jugaburung dara. Dan dihalalkan semua binatang yang
mempunyai tabiat meminum air tanpa bernafas dan kembali dengan suaranya seperti bebek,
angsa dll.23
Berdasarkan pengaruh penyembelihan, hewan terbagi menjadi tiga macam, yakni
sebagai berikut:
a. Binatang yang haram dan tidak boleh dimakan, seperti babi, maka bangkainya ataupun
sembelihannya sama saja. Sebab, bagi binatang yang diharamkan, penyembelihan tidak
berpengaruh mengubahnya menjadi halal.

Binatang ini tidak halal dimakan karena tergolong dalam binatang yang kotor
dan disebabkan keracunan yang terdapat pada ular khususnya.64 Dalam mereka i
firman Allah telah ditegaskan : orang-orang

َ ‫ٱُأْلم َّى ٱلَّ ِذى جَيِ ُدونَهۥُ َمكْتُوبًا ِع‬


‫ند ُه ْم ىِف ٱلت َّْو َرىٰ ِة َوٱِإْل ِجن ِيل يَْأ ُم ُر ُهم‬ ِّ َّ ‫ول ٱلنَّىِب‬ َّ ‫ين َيتَّبِعُو َن‬
َ ‫ٱلر ُس‬ ِ َّ
َ ‫ٱلذ‬
ٓ ِ
‫صَر ُه ْم‬ ْ ‫ض ُع َعْن ُه ْم ِإ‬ َ َ‫ث َوي‬ َ ‫ٰت َوحُيَِّر ُم َعلَْي ِه ُم ٱخْلَ ٰبَِئ‬
ِ ‫وف ويْنهٰىهم ع ِن ٱلْمن َك ِر وحُيِ ُّل هَل م ٱلطَّيِّب‬
َ ُُ َ ُ َ ْ ُ َ َ َ ‫بٱلْ َم ْع ُر‬
ِ
ٓ ‫ُّور ٱلَّ ِذ‬ ۟ ِ ۟ ِ َّ ِ
ۙ ُٓ‫ى ُأن ِز َل َم َعهۥ‬ َ ‫ص ُروهُ َوٱتََّبعُوا ٱلن‬ َ َ‫ين ءَ َامنُو]ا بِهۦ َو َعَّز ُروهُ َون‬
َ ‫ت َعلَْيه ْم ۚ فَٱلذ‬ ْ َ‫َوٱَأْل ْغ ٰلَ َل ٱلَّىِت َكان‬
ٰٓ
‫ك ُه ُم ٱلْ ُم ْفلِ ُحو َن‬
َ ‫ُأ ۟ولَِئ‬

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh
mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan
dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu- belenggu
pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya.
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya

21
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Terj. Al-Fiqhu Al-Islam Wa Adillatuh oleh AbdulHayyie al-Kattani, dkk.
(Jakarta: Gema Insani, 2011), 310.
22
Kamil Musa, Ensiklopedia Halal Haram dalam Makanan dan Minuman, Terj. Ahkaamul Ath-‘Imati fil Islaami oleh
Suyatno, (Solo: Ziyad Visi Media, 2006), 75.
23
Ibid, 77.
13

beruntung.24

24
https://tafsirweb.com/2611-surat-al-araf-ayat-157.html
14

Dan Nabi Muhammad juga melarang membunuh katak dengan hadits yang
diriwayatkan dari Abdirrohman bin Usman:
ِ ‫أن رسول اهلل صلى اهلل علَيه وسلم َنهى عن َقْت ِل‬
‫الض ْف َد ِع‬ َّ ‫الرمْح َ ِن بِن عثمان‬
َْ َ َ َ َْ َ ‫عن َعْب ُد‬

Artinya: dari Abdurrahman bin 'Utsman berkata; ada seorang tabib di sisi Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam menyebutkan suatu obat, yaitu berupa katak. Lalu
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam melarang membunuh katak. (HR. Ahmad)

katak dengan hadits yang diriwayatkan dari Abdirrohman bin Usman:


ِ ‫أن رسول اهلل صلى اهلل علَيه وسلم َنهى عن َقْت ِل‬
‫الض ْف َد ِع‬ َّ ‫الرمْح َ ِن بِن عثمان‬
َْ َ َ َ َْ َ ‫عن َعْب ُد‬

Artinya: dari Abdurrahman bin 'Utsman berkata; ada seorang tabib di sisi Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam menyebutkan suatu obat, yaitu berupa katak. Lalu
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam melarang membunuh katak. (HR. Ahmad)
b. Binatang yang halal dikonsumsi dan bangkainya tetap halal, yaitu ikan dan belalang,
maka binatang air tidak perlu disembelih.

Pada prinsipnya, semua bangkai hewan baik yang halal dimakan atau haram, hukumnya
haram dimakan, kecuali ada dalil yang menghalalkannya. Dalam Alquran surah Al-
Maidah, Allah dengan tegas mengharamkan makan bangkai, termasuk bangkai hewan.

ٖ‫َّم َوحَلْ ُم اخْلِْن ِزيْ ِر َو َمٓا اُِه َّل لِغَرْيِ ال ٰلّ ِه بِه‬
ُ ‫ت َعلَْي ُك ُم الْ َمْيتَةُ َوالد‬
ْ ‫ُحِّر َم‬

“Diharamkan bagi kalian (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
di sembelih atas nama selain Allah.

Meski bangkai hewan haram dimakan dan hukumi najis, namun terdapat dua bangkai
hewan yang boleh dimakan dan dihukumi suci, yaitu bangkai ikan dan belalang. Kedua
15

hewan ini halal dimakan meski sudah menjadi bangkai, baik mati karena mati sendiri,
kena racun obat, dipukul atau lainnya. Dalam hadis riwayat Imam Ahmad dan Al-
Baihaqi, Nabi saw. bersabda;

ِ ‫ان فَال َكبِ ُد‬


ِ ‫ان فَ ََّأما َامليتَتَان فَاحلوت و اجلراد فَ ََّأما الدَّم‬
ِ ‫ت لَنَا ميتَتَان ودم‬ ِ
‫ال‬
ُ ‫والط َح‬ َ ُ ََ ُ ُْ ََ َ َ ْ َّ‫ُأحل‬
“Telah dihalalkan bagi kami dua bangkai dan dua darah. Dua bangkai itu adalah ikan
dan belalang. Dua darah itu adalah hati dan limpa.”
c. Binatang yang halal dikonsumsi, tetapi bangkainya haram, seperti binatang ternak,
maka hanya halal dengan disembelih.

Binatang yang halal jika disembelih merupakan binatang darat yang memiliki
darah mengalir dan tidak diharamkan. Baik diharamkan karena dirinya sendiri
(substansinya), seperti babi, maupun karena hal lain, seperti karena berada di Tanah
Suci. Selain itu bukan karena terkena lemparan senjata dalam perang, bukan karena
ditanduk, digantung, dicekik, atau dimangsa binatang buas.25
D. Alat penyembelih

Imam Syafi'i rahimahullah berkata, "Setiap alat yang digunakan untuk


menyembelih, dari apapun bahannya, yang dapat mengalirkan darah dan memutuskan
urat leher dan bagian yang disembelih, dengan tanpa meremukkan, maka menyembelih
dengan alat tersebut adalah boleh, kecuali kuku dan gigi”. Larangan menggunakan kuku
dan gigi dalam menyembelih adalah berdasarkan Hadis dari Nabi Saw. Karenanya, siapa
yang menyembelih dengan kuku atau gigi, baik menyatu dengan tubuh atau terpisah dari
padanya, atau dengan menggunakan kuku hewan buas atau giginya, atau benda lain yang
sejenis kuku dari spesies burung atau yang lainnya, maka mengonsumsi sembelihan itu
adalah tidak halal, karena ada nash Hadis dari Nabi Saw yang melarang hal itu. 84 Seperti
dalam sabda Rasulullah SAW:
ٍ ‫ك فَ ََّأما‬
‫الس ُّن‬ ِ ٍ ِ ِ
َ ‫ُأح ِّدثَ ُكم َع ْن َذال‬
َ ‫يس الس َّن والظُْفَر َو َس‬
َ َ‫إس ُم اهلل َعلَيه فَ ُك ُّل ل‬
ْ ‫َّم َو ذُكَر‬
َ ‫قَ َال ُك ُّل َما أ ْن َهَر الد‬
)‫َف َعظْ ٌم فَ ََّأما الظُْف ُر فَ ُمدى احلَبَ َش ِة(رواه البخاري و مسلم‬
Artinya: "Dari Rafi' bin Khadij dari Nabi SAW., beliau bersabda, "Apa-apa yang dapat
mengalirkan darah, serta dibacanama Allah padanya (waktu menyembelihnya), maka
boleh engkau makan, kecuali gigi dan kuku. Gigi adalahtulang dan kuku adalah adalah
pisau orang Habsyah."

25
Abdul Wahab Abdussalam Thawilah, Fiqh al-Ath'amah, (Kairo-Alexandria: Dār As-Salām,2010), 212.
16

Di kalangan ulama madzhab Syafi'i tidak ada perbedaan dalam masalah ini. Imam
al-Nawawi berkata, "Imam al-Syafi'i dan murid-murid atau penerus madzhabnya,
mengatakan bahwa menyembelih dengan menggunakan kuku, gigi, dan semua jenis
tulang adalah tidak sah. Selain itu, semua alat tajam, baik berasal dari besi seperti pedang,
pisau, panah, dan tombak, maupun berasal dari timah, tembaga, emas, perak, kayu yang
tajam, tongkat, kaca, batu, atau bahan lainnya, dapat digunakan untuk menyembelih.
Dalam hal ini, tidak ada perbedaan pendapat di antara kami".85

Haram memakan daging binatang yang mati terhimpit, mati jatuh, atau ditembak
dengan peluru (bukan peluru yang tajam), atau disembelih dengan pisau tumpul yang
tidak dapat dikeratkan melainkan semata-mata dengan kekuatan yang menyembelih.26
E. Tata Cara Penyembelihan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menyembelihbinatang, yakni:


a. Jumlah Yang Terpotong
Madzhab syafi’I berpendapat bahwa menyembelih hewan itu harus dengan memotong
tenggorokan (jalan napas) dan kerongkongan (jalan makanan), karena keduanya itu
adalah unsur kehidupan. Dan dalam menyembelih hewan, disunnahkan agar
memotong dua urat yang ada di leher karena hal itu termasuk cara menyembelih yang
baik. Memotong kerongkongan dan tenggorokan dilakukan dengan syarat hewan
tersebut masih hidup atau tidak dalam keadaan sekarat. Jika memotong dua urat
tersebut tidak secara langsung, maka sembelihan tersebut tidak halal dimakan karena
terhitung bangkai,dan penyembelihannya tidak ada manfaatnya.27
b. Tempat Bagian yang Dipotong
Pada pembahasan diatas telah dijelaskan jumlah yang harusdipotong, jadi tempat dan
bagian yang dipotong adalah jakun (bagian atas kerongkongan) dibagian tengahnya,
dan sebagian keluar kea rah badan, dan sebagian lagi ke bagian kepala, maka
sembelihannya halal.28
c. Hal-hal Yang Sunnah Dalam Penyembelihan
Adapun hal-hal yang disunnahkan Imam Syafi'i dalam penyembelihan, yaitu
sebagai berikut:
a) Hewan yang akan disembelih dihadapkan kea rah kiblat dan .dibaringkan dengan
posisi miring ke tubuh bagian kiri.29
b) Menajamkan alat yang akan digunakan untuk menyembelih, sesuai dengan sabda

26
Ibnu Mas'ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi'i, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007),454.
27
Ibid, 312.
28
Ibid, 312.
29
Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i,Terj. Al-Fiqhu Asy-Syafi’i Al-Muyassar oleh MuhammadAfifi dan Abdul Hafiz,
(Jakarta Timur: Almahira, 2010), 587.
17

Nabi SAW
: ‫ال‬ َ َ‫صلَى اهلل َعلَ ِيه َو َسلَّ َم ق‬ ِ ‫عن َأيِب يعلَى َشد‬
ُ ‫َّاد بِ ْن َْأو ٍس َر ِض َي اهلل تَعاىل َعْنهُ َع َن َر ُس‬
َ ‫ول اهلل‬ َْ ْ َ
‫ َولْيُ ِح َّد‬, َ‫الذحِب َة‬
َّ ‫وِإذَا ذَجَبْتُم‬, ِ َ‫فَِإذَا َقَت ْلتُم ف‬. ‫(ِإ َّن اهلل َكتَب اِإل حسا َن علَى ُك ُّل َشيٍئ‬
َ َ‫َأحسنُوا ال َقْتلَة‬
ْ ْ َ ْ َ
‫سلم‬ ‫ِ حِب‬
ٌ ‫و لْرُي ْج َذ َتَهٌ) َرَؤ اهُ ُم‬, َ ُ‫َأح َد ُكم َش ْقَرتَه‬
َ
“Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:”Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala
telah menetapkan perbuatan ihsan (baik) pada tiap-tiap sesuatu. Jika kalian
membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik, jika kalian menyembelih,
maka sembelihlah dengan cara yang baik, hendaklah salah seorang di antara
kalian menajamkan pisaunya dan menenangkan sembelihannya.” (HR
Muslim)."30
c) Menyebut nama Allah dan membaca shalawat untuk Nabi SAW. Berbeda dengan
Mazhab lain, Mazhab Syafi'i menganggap sunnah menyebut nama Allah ketika
menyembelih. Dalam suatu hadits Imam Syafi'i berkata: "Apabila mereka
menyebut nama Allah pada sembelihan mereka, maka hukum sembelihannya
halal. Tetapi apabilamereka menyebut nama selain nama Allah, seperti nama Al
Masih, atau mereka menyembelihnya dengan menyebut nama yang bukan nama
Allah, maka sembelihan mereka tidak halal."

Apabila seorang muslim lupa menyebut nama Allah pada sembelihan mereka,
maka sembelihannya tetap halal. Namun apabila dia tidak mau menyebut nama
Allah karena menyepelekan, maka sembelihannya tidak boleh dimakan.Selain itu
orang yang meninggalkan penyebutan nama Allah lantaran syirik itu lebih
pantas untuk ditinggalkan sembelihannya.31 Pendapat Imam Syafi'i ini
berdasar kepada Firman Allah dalam Surat al-Maidah (5) ayat 3:

‫َّم َوحَلْ ُم اخْلِْن ِزيْ ِر َو َمٓا اُِه َّل لِغَرْيِ ال ٰلّ ِه بِ ٖه‬
ُ ‫ت َعلَْي ُك ُم الْ َمْيتَةُ َوالد‬
ْ ‫ُحِّر َم‬
Artinya: "Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah." (Q.S. Al-Maidah [5]: 3).32
Dan Firman Allah dalam surat al-An'am (6) ayat 121:
‫ٱس ُم ٱللَّ ِه َعلَْي ِه َوِإنَّهۥُ لَِف ْس ٌق‬ ‫۟ مِم‬
ْ ‫َواَل تَْأ ُكلُوا َّا مَلْ يُ ْذ َك ِر‬

30
HR. Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majjah, dan an-Nasa'i.
31
Imam Syafi’i, Fikih Imam Syafi’i, Terj. Al Umm lil Imam Syafi’i oleh Misbah, (Jakarta: PustakaAzzam, 2012), 580.
32
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an, Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CVPenerbit Diponegoro, 2010),
106.
18

Artinya: “Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut


nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu

adalah suatu kefasikan. " (Q.S. Al-An'ām [6]: 121).33

Dalam kalimat fisq, menurut mereka dalam konteks sastra bahwasanya lafadh
innahu lafisq itu tidak disambungkan (ma’thūf) untuk sebuah perbedaan yang
sempurna antara dua kalimat. Karena kalimat pertama adalah kalimat fi’liyyah
insyaiyyah (kalimat yang diawali dengan kata kerja dan menunjukkan sesuatu yang
tidak mengandung kebenaran atau kesalahan) sedangkan kedua adalah kalimat
ismiyah khobariyah (kalimat yang diawali dengan isim, kata benda dan
mengandung unsur benar dan salah). Selain itu juga tidak boleh menggunakan
jawaban dengan huruf wawu sehingga menyebabkan dalam masalah ini menjadi
sebuah larangan, yaitu penyembelihan yang mengandung unsur kefasikan. Fisq
sendiri dalam konteks penyembelihan sudah terang dijelaskan dalam ayat yaitu
sesuatu yang disembelih bukan untuk karena Allah SWT.
Dalam ayat lain Allah juga berfirman, tepatnya dalam surat al-An’ām: 145),

ِ ‫قُل ٓاَّل َِأج ُد ىِف مٓا‬


ِ َ‫ُأوحى ِإىَلَّ حُم َّرما علَى ط‬
ً‫اع ٍم يَطْ َع ُمهۥُٓ ِإٓاَّل َأن يَ ُكو َن َمْيتَة‬ ٰ َ ًَ َ َ
‫اغ‬ ْ ‫س َْأو فِ ْس ًقا ُِأه َّل لِغَرْيِ ٱللَّ ِه بِِهۦ ۚ فَ َم ِن‬
ٍ َ‫ٱضطَُّر َغْيَر ب‬ ِ ‫ِ ِ ٍ ِإ‬
ٌ ‫وحا َْأو حَلْ َم خنزير فَ نَّهۥُ ر ْج‬
ً ‫َْأو َد ًما َّم ْس ُف‬
ِ ‫ك َغ ُف‬ ٍ
‫يم‬ ٌ َ َّ‫َواَل َعاد فَِإ َّن َرب‬
ٌ ‫ور َّرح‬

33
Ibid 143
19

Artinya: Katakanlah, “Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku,


sesuatu yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali
daging hewan yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi – karena
semua itu kotor – atau hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah. Tetapi
barangsiapa terpaksa bukan karena menginginkan dan tidak melebihi (batas
darurat) maka sungguh, Tuhanmu Maha Pengampun, Maha Penyayang. Atau bisa
jadi yang dimaksud diatas adalah bangkai, sesuai sebuah riwayat yang
dinisbatkan kepada Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas. Selain itu para ahli fiqh yang
cenderung kea rah ini menceritakan bahwa seorang Majusi Persi berkata pada
orang Quraisy: kalian makan apa yang kalian sembelih dan kalian tidak makan
apa yang disembelih oleh Allah, lalu Allah SWT menurunkan ayat : wa laa
ta’kuluu mimma lam yudzkarismallah alaih. Mereka menanggapi riwayat
Tsa’labah dengan membawanya kepada unsur kesunnahan (nadb). Sehingga
menurut mereka universalitas nash itu menunjukkan bahwasanya hukumnya nadb
saja (sunnah). Jika kita tinggalkan dengan kesengajaan maka hukumnya makruh
baik itu tasmiyah ketika menyembelih maupun ketika melepaskan hewan
20

buruan.34
d) Memutus ke empat urat sekaligus.
e) Khusus untuk unta, disembelih dalam kondisi berdiri dansalah satu kaki depannya
diikat (yaitu dengan cara menggorok tenggorokan bagian bawah). Sama halnya
denganunta, yaitu semua hewan yang tenggorokannya panjang seperti angsa.
f)Selain unta, hewan lainnya disembelih dengan cara dibaringkan dengan posisi
miring ke tubuh bagian kiri.
g) Tidak memecah lehernya dan tidak membesetnya sebelum benar-benar mati.
h) Mengikat seluruh kaki selain kaki kanan agar ia merasa nyaman.35
Proses penyembelihan disyaratkan agar dilakukan secaracepat, dengan
tidak mengangkat pisau saat menyembelih. Apabila seorang penyembelih
mengangkat pisaunya sebelum tuntas memutus saluran pernafasan dan saluran
makanan hewan yang disembelih, kemudian memotong keduanya, hewan tesebut
menjadi tidak halal dimakan.42
d. Hal-hal yang makruh dalam penyembelihan

Adapun hal-hal yang dimakruhkan Imam Syafi'i dalam penyembelihan adallah


sebagai berikut:
1) Termasuk perbuatan yang dibenci Allah SWT, apabila ketika
menyembelih sembari mengucapkan: "Allahumma ya Allah, terimalah sembelihan
ini sebagai amal dari si fulan."
2) Termasuk pula perbuatan yang dibenci, apabila seusai menyembelih
kemudian secara langsung dikuliti atau dicabuti bulunya sebelum dipanaskan
dengan air panas atau didinginkan terlebih dahulu. Meskipun sekiranya hal ini
dilakukan dan tidak menjadi dosa, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Janganlah kalian menyegerakan (sembelihan) itu mati sebelum ia mati." (H.R
Daaruquthni)
Artinya, tergesa-gesa mencabuti atau memotong- motong dagingnya sebelum
benar-benar mati. Dan perbuatan ini merupakan penyiksaan terhadap hewan secara
sia-sia dan terlarang.
3) Menginjak hewan dengan maksud menahannya ketika menyembelih, atau
memperlakukannya dengan sadis, adalah perbuatan yang dibenci.
4) Tidak mengasah pisau atau senjatadihadapan hewan yang akan
disembelih. Rasulullah bersabda kepada seseorang yang sedang menyembelih
hewan yang sembari meletakkan kakinya ditubuh hewan tersebut dengan

34
Kamil Musa, Ensiklopedia Halal Haram dalam Makanan dan Minuman, Terj. Ahkaamul Ath-‘Imati fil Islaami oleh
Suyatno, (Solo: Ziyad Visi Media, 2006), 121.
35
Imam Syafi’i, Fikih Imam Syafi’i, Terj. Al Umm lil Imam Syafi’i oleh Misbah, (Jakarta: PustakaAzzam, 2012), 587.
21

mengasah pisau didepannya, maka Rasulullah menegurnya demikian: "Tidakkah


kamu lakukan (asahan pisau) sebelum ini? Ataukah engkau hendak mematikannya
dua kali." Artinyamenakuti sebelum hewan itu mati disembelih.36
e. Macam-macam Penyembelihan
Penyembelihan ada dua macam, yaitu menyembelih hewan yang telah dikuasai
dan menyembelih hewan yang tidak dikuasai.37 Pertama, penyembelihan terhadap
hewan yang terkuasai, yaitu dengan cara dzabh (memotong jalan makan dan jalan
nafasnya) dan nahr(menusuk bawah tenggorok, tempat kalung).
Kedua, penyembelihan terhadap hewan yang tidak terkuasai, yaitu hewan yang
diperoleh seseorang melalui senjata di tangannya atau lemparan dengan tangannya,
sehingga hewan tersebut menjadi hasil dari usaha tangannya. Atau menggunakan
sarana yang dihalalkan Allah, yaitu hewan bernyawa yang terlatih, yang bisa
menangkap, dimana keahlian tersebut berkat usaha manusia, sebagaimana panah
mengenai saasaran lantaran usaha manusia.38
Seandainya seseorang memasang pedang atau tombak, kemudian dia
menggiring hewan buruan ke arahnya, lalu senjata itu mengenainya dan
menyembelihnya, maka hewan buruan itu tidak halal dimakan, karena dia
tersembelih bukan karena dibunuh

seseorang. Demikian pula seandainya lewan kambing betina atau hewan buruan, lalu
dia tersangkut pedang dan mengenai bagian penyembelihannya, maka dia tidak halal
dimakan, karena dia bunuh diri bukan dibunuh oleh selain dirinya yang dibolehkan
menyembelih dan berburu.39
d. Penyembelihan Janin (Anak di Dalam Perut)
Kalau anak binatang sembelihan mati dalam perut setelah induknya disembelih,
anaknya itu halal juga dimakan karena kematiannya disebabkan kematian induknya
yang disembelih. Hadits
Rasulullah SAW, menyebutkan:

‫ قال رسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم‬:‫عن إيب سعيد اخلذري رضي اهلل عنه قال‬
‫ذكات اجلنني يف ذكات ّإمه‬
Artinya: Dari Abu Said Khudri r.a., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
"Penyembelihan anak binatang dalam perut, cukuplah dengan penyembelihan

36
Kamil Musa, Ensiklopedia Halal Haram dalam Makanan dan Minuman, Terj. Ahkaamul Ath-‘Imati fil Islaami oleh
Suyatno, (Solo: Ziyad Visi Media, 2006), 152.
37
Asmaji Muchtar, Fatwa-fatwa Imam Asy-Syafi’i, (Jakarta: Amzah, 2014). 388.
38
Imam Syafi’i, Fikih Imam Syafi’i, Terj. Al Umm lil Imam Syafi’i oleh Misbah, (Jakarta: PustakaAzzam, 2012), 594.
39
Ibid, 594.
22

induknya."40
Akan tetapi kalau dikeluarkan anak binatang sembelihan itu masih hidup,
wajiblah menyembelihnya lebih dahulu. Dalam hal ini tidak ada perbedaan pendapat
di kalangan ulama.
F. Hikmah Penyembelihan

Penyembelihan menjadikan daging binatang bagus untuk dikonsumsi, baik secara


inderawi maupun maknawi. Pasalnya, sebelum sembelihan itu mati, telah
dimohonkan berkah dengan menyebut asma Allah SWT dan niat penyembelihan.
Selain itu, darah dan zat-zat berbahaya dalam tubuhnya dikeluarkan. Dengan begitu,
daging berkualitas baik, karena yang rusak telah dikeluarkan. Jika dibiarkan tentu
daging akan berbau busuk, bahkan bisa melahirkan berbagai penyakit ditubuh orang
yang mengkonsumsinya. Oleh karena itulah bangkai diharamkan.
Penyembelihan mempercepat kematian. Itu lebih ringan bagi binatang. Sebab, kita
dilarang menyiksa binatang. Jadi penyembelihan merupakan cara paling mudah untuk
mematikan binatang dan mencapai tujuan.
Yang diharamkan dari binatang yang boleh dimakan adalah darah yang mengalir.
Melalui penyembelihan yang sesuai tuntunan syariat, darah yang mengalir bisa
dipisahkan dari daging. Maka dagingnya menjadi suci.41

40
Ibnu Mas'ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi'i, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007),456.
41
Abdul Wahab Abdussalam Thawilah, Fiqh al-Ath'amah, (Kairo-Alexandria: Dār As-Salām,2010), 212.
23

BAB III
PENYEMBELIHAN HEWAN SECARA STUNNING

A. Pengertian Penyembelihan Hewan Secara Stunning


Sebagian ulama berpendapat bahwa diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh penyembelih adalah ia harus berakal. Apa hukum menyembelih hewan dengan
menggunakan mesin potong (slaughtering machine), sementara mesin potong ini
sekarang telah digunakan untuk menyembelih hewan, caranya adalah seorang
mengoprasikan sebuah pisau mekanis yang berbentuk bundar. Ayam digantung dengan
berbaris, dan berjalan dengan otomatis dalam keadaan berbalik, kepalanya di bawah dan
kakinya di atas. Begitu ayam tersebut menyentuh pisau mekanis yang sedang berputar,
maka secara otomatis urat-urat lehernya terpotong oleh pisau.42
Penyembelihan hewan ternak dengan menggunakan mesin dan disertai
pemingsanan terlebih dahulu sehingga dapat mempermudah dan mempercepat
penyembelihan yang lazim dikenal dengan istilah penyembelihan secara mekanis, proses
penyembelihan hewan secara mekanis adalah sebagai berikut:43
a. Sebelum disembelih, hewan ternak dipingsankan terlebih dahulu dengan listrik.
b. Setelah dipingsankan, hewan yang akan disembelih tetap dalam keadaan hidup
(bernyawa) sehingga jika tidak jadi disembelih tetap dapat hidup secara normal.
c. Sesudah dipingsankan, hewan tersebut baru dipotong dengan menggunakan pisau
yang tajam sehingga dapat memutuskan saluran pernafasan (hulqum), saluran
makanan (mari‟), dan dua urat leher (wadajain).
Pemotongan hewan dilakukan oleh petugas pemotong hewan yang beragam Islam
danterlebih dahulu membaca basmalah.
d. Sesudah dipotong dan darahnya telah berhenti mengalir, maka isi perut hewan
tersebut dikeluarkan semua dan selanjutnya dagingnya dipotong-potong.
Metode Stunning atau penyembelihan dengan cara melemahkan binatang
sebelum disembelih telah diterapkan di negara-negara maju seperti Belanda,
Australia dan negara- negara barat, metode ini lahir karena kebutuhan daging yang
terus meningkat sehingga cara ini dinilai sangat membantu dalam proses
penyembelihan. Metode stunning telah diterapkan di banyak di negara Amerika,
Eropa, Australia, termasuk juga di Indonesia. Metode ini di satu sisi memang
memberikan banyak kemudahan dalam menyembelih hewan ternak, khususnya
dalam skala besar. Namun di sisi lain metode ini juga menyebabkan resiko dalam
kehalalan, jika tidak dilakukan dengan tepat dan baik. Adapun tujuan stunning ada

42
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-QuranDan Hadits, h. 302.
43
M. Hamdan Rasyid, Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, (Jakarta: PT AlmawardiPrima, 2003), h. 273.
24

dua:44
1. Menghilangkan kesadaran dan perasaan dari hewan yang akan desembelih,
sehingga ketika disembelih, hewan tersebut tidak merasakan sakit sama sekali.
2. Mempermudah kerja produksi, dimana penyembelihan tidak perlu waktu lama
untuk proses penyembelihannya. Apabila penyembelih tidak menggunakan
stunning maka produksi yang dihasilkan akan sengat sedikit.
Penyembelihan hewan secara mekanik ini ada beberapa macam metode: 45
1) Stunning jenis Penetrative Captive Bolt dan Non-Penetrative Captive
Bolt (Mushroom Head Gun)

2) Stunning jenis Kejutan Elektrik (Electrical Stunning) dengan syarat-syarat


berikut:

1. Stunner yang digunakan adalah jenis kejutan di kepala saja (head only
stunner).
2. Kekuatan arus elektrik hendaklah dikawal (tidak boleh melebihi had yang
ditetapkan) yaitu antara 0.75 ampere untuk kambing, 2.0 ampere untuk
lembu dan tempo masa aliran elektrik ialah antara 3-6 saat.
3. Perlu dikawal selalu oleh petugas muslim yang mengetahui tentang stunning.
3) Stunning WaterBath untuk ayam dan itik (poultry) adalah diharuskan
dengan syarat:

1.Kekuatan arus elektrik adalah dikawal supaya tidak mematikan hewan,


2.Perlu dikawal selalu oleh petugas muslim yang mengetahui tentang
stunning.
3. Penggunaan wadah dalam prosedur sembelihan adalah diharuskan dengan
syarat tidakmenyakiti atau mematikan hewan tersebut.

B. Pengertian Ihsan dalam Menyembelih


Dalam kamus, kata ihsan dan kata-kata bentukannya memiliki beberapa makna,
diantaranya: Hasuna: menjadi atau tampak sempurna, indah, bagus; Ihsanan: (berbuat
secara) sempurna; Ahsana: ia melakukan sesuatu kebaikan yang besar; Ihsan: kebaikan;
Husna: Hadiah atau balasan yang baik; Hasan: sempurna, indah, bagus; Hisanun: sesuatu
yang indah sempurna. 46
Ihsan adalah kata benda verbal (masdar) yang mengacu kepada apa yang
seharusnya dilakukan seseorang dengan cara yang sebaik-baiknya. Dari tinjauan syariat
44
M. Hamdan Rasyid, Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, h. 327.
45
www.hdcglobal.com.

46
Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf Dan Ihsan, (Jakarta, PT. Serambi Ilmu Semesta),Penerjemah
25

zaimul‟am, 2007, h. 39.


26

kata ini berarti beribadah kepada Allah seolah-olah kau melihat Nya, dan apabila kau
tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu.47 Para Ulama menjelaskan bahwa ihsan
diterapkan pada dua hal:

1. Ihsan dalam beribadah kepada Allah, yaitu:

‫راك‬ َ ّ‫َأ ْن ْتعبُ َد اهلل كأن‬


َ َ‫ك َتَراه فَإ ْن مَل تَ ُك ْن َتَراه فَإنّه ي‬
Artinya: “Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya. Jika
engkautidak melihatnya, maka sesungguhnya Allah melihatmu. (HR al-
Bukhari dan Muslim)48

Ihsan kepada Allah dalam beribadah ini terbagi menjadi dua:

a. Maqoomul Musyaahadah : beribadah seakan-akan menyaksikan Allah.


Seorang manusia di dunia tidak akan bisa melihat Allah dalam
keadaan terjaga. Ia hanya bisa menyaksikan Allah dengan mata kepalanya
langsung di akhirat(surga). Namun, dengan penghambaan dan keyakinan
yang tinggi ia beribadahsehingga seakan-akan menyaksikan sesuatu yang
ghaib menjadi nyata. Ia merasaberibadah dengan berdiri di hadapan
Allah dan melihat Allah. Sebagian Ulama menyatakan: seakan-akan ia
menyaksikan Allah dengan hatinya.49
b. Maqoomul murooqobah: beribadah dengan perasaan selalu diawasi oleh
Allah. Pada tingkatan ini perasaan yang menonjol adalah perasaan
menghinakan diri dan takut kepada Allah. Tingkatan
yang pertama(maqoomul musyaahadah) lebih tinggi kedudukannya
dibandingkan tingkatan yang kedua (maqoomul murooqobah).50

2. Ihsan (berbuat baik) kepada makhluk.


Orang yang senantiasa berbuat ihsan akan mendapat kedekatan bersama Allah, kecintaan
dari Allah, pahala yang berlipat, balasan Jannah (surga) serta kenikmatanmelihat Wajah
Allah. Ada beberapa bagian ihsan, termasuk semua sifat baik seorangmuslim seperti
takwa, wara‟, zuhud, khusuk, sidik (benar), tawakkal, adab (budi baik), taubah (kembali
kejalan yang benar), hilm (lembut), rahman (kasih sayang), dan lain-lain.51 Balasan yang
akan diterima oleh orang yang senantiasa berbuat ihsan: Mendapatkan kedekatan
bersama

47
Syekh Muhammad hisyam kabbani, tasawuf dan ihsan, h. 38.
48
Shahih Al-Bukhari, hadis no 50 dan Muslim no 8.
49
http://www.firanda.com
50
http://www.firanda.com.
51
Syekh Muhammad hisyam kabbani, tasawuf dan ihsan, h. 43.
27

Allah
‫ين ُهم حُّمْ ِسنُو َن‬ ِ َّ ۟ ِ َّ ‫ِإ‬
َ ‫َّن ٱللَّهَ َم َع ٱلذ‬
َ ‫ين َّٱت َقوا َّوٱلذ‬
Artinya: Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa
dam orang orang yang berbuat ihsan (kebaikan)52 (Q.S an-nahl:128)

Mendapatkan kecintaan dari Allah


‫ني‬ِِ ُّ ِ‫َأح ِسنُ ٓو ۟ا ۛ ِإ َّن ٱللَّهَ حُي‬
َ ‫ب ٱلْ ُم ْحسن‬ ْ ‫َو‬
artinya : …Dan berbuat ihsan-lah karena sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berbuat ihsan53. (Al-Baqoroh:195)

Syariat Islam diturunkan dari Allah, dan disampaikan oleh Nabi yang pemurah
penuh kasih sayang sebagai rahmat bagi seluruh alam.
ِ
َ ‫ك ِإاَّل َرمْح َةً لِّْل َٰعلَم‬
‫ني‬ َ َ‫َو َمٓا َْأر َس ْلٰن‬
Artinya : Dan tidaklah Kami utus engkau kecuali sebagai rahmat
(kasih sayang) bagi segenap alam semesta54. (Al-Anbiya‟:107)

Karena itu seluruh aturan-aturan dalam agama Islam mengandung kasih sayang, sekalipun orang yang pendek
akalnya menganggap itu sebagai kekerasan, dzhalim terhadap hewan adalah perbuatan dosa dan bisa
.berakibat adzab di neraka
‫عن‌عبد اهلل بن عمر رضي اهلل عنهما أن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم قال «عذبت امرأة يف هرة سجنتها‬
‫حىت ماتت فدخلت فيها النار ال هي أطعمتها وال سقتها إذ حبستها وال هي تركتها تأكل من خشاش‬
‫األرض‬

rtinya: Dari 'Abdullah bin umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:"Seorang wanita disiksa Allah pada hari kiamat lantaran dia mengurung
seekor kucingsehingga kucing itu mati. Karena itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala
memasukkannya keneraka. Kucing itu dikurungnya tanpa diberi makan dan
minum dan tidak puladilepaskannya supaya ia dapat menangkap serangga-serangga
bumi”.55 (HR. Muslim)

Maka dari itu haruslah berbuat baik terhadap hewan, begitu juga dalam hal
menyembelih hewan dengan berprilaku ihsan, sebagaiman Rasulullah
bersabda yang diriwayatkan Syadad bin Aus dari Rasulullah shallallahu „alaihi

52
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta Timur:Pustaka Al-Mubin,
2013), 128.
53
Ibid 195.
28
54
Ibid 107.
55
Shahih Muslim, Bab : Haramnya membunuh kucing, No. Hadist : 4160. Bukhari Bab : Memberi air minum, No.
Hadist : 2192. Ahmad Bab : Musnad Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu No. Hadist :7511.
29

wa sallam beliau bersabda:.56


ِ ‫وِإ َذا َذجَب تُم َّ حِب‬, َ‫فَِإ َذا َقَت ْلتُم فََأح ِسنُوا ال َقْتلَة‬. ‫ِإ َّن اهلل َكتَب اِإل حسا َن علَى ُك ُّل َشيٍئ‬
َ ‫ َولْيُح َّد‬, َ‫الذ َة‬
ُ‫َأح َد ُكم َش ْقَرتَه‬ ْ َ ْ ْ َ ْ َ
‫حِب‬
ٌ‫و لْرُيِ ْج ذَ َتَه‬,
َ
Artinya :
“Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan (berlaku baik) pada segala hal, maka
jika kamu membunuh hendaklah membunuh dengancara yang baik dan jika
kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baikdan hendaklah
menajamkan pisau dan memberi kelapangan bagihewan
yang disembelihnya”. (HR. Muslim).

Maka berperilaku ihsan terhadap hewan yang disebelih dengan cara :57
1.Menggunakan benda tajam.
2. Tidak menyembelih dengan benda tumpul sehingga menyakiti hewan.
3. Tidak menyembelih hewan dihadapan teman-temannya (hewan lain) sehingga
membuat hewan-hewan yang lain takut.
4. Tidak mengasah pisau disepan hewan sembelihan.
5. Tidak memotong hewan yang disembelih atau memutus salah satu anggota
tubuhnyasebelum hilang ruhnya.

C. Pandangan Islam Dalam Penyembelihan Secara Stunning


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan kemudahan
bagi manusia. Salah satunya adalah kemudahan dalam menyembelih hewan degan
menggunakan mesin yang disertai dengan stunning terlebih dahulu.
Dalam penerapan stunning terhadap hewan sebelum disembelih dapat dikatakan
telah memenuhi unsur ihsan kepada hewan. Bahkan dapat menghilangkan rasa sakit, hal
inimenurut Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta dalam
rapatnyapada tanggal 7 Dzulhijjah 1420 H.58 Adapun dalil MUI berdasarkan pada hadits
shahih yangdiriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Syaddad ibn Aus RA bahwa
Rasulullah SAW bersabda:
diriwayatkan Syadad bin Aus dari Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam beliau
bersabda:.59
ِ ‫وِإ َذا َذجَب تُم َّ حِب‬, َ‫فَِإ َذا َقَت ْلتُم فََأح ِسنُوا ال َقْتلَة‬. ‫ِإ َّن اهلل َكتَب اِإل حسا َن علَى ُك ُّل َشيٍئ‬
َ ‫ َولْيُح َّد‬, َ‫الذ َة‬
ُ‫َأح َد ُكم َش ْقَرتَه‬ ْ َ ْ ْ َ ْ َ
‫حِب‬
ٌ‫و لْرُيِ ْج َذ َتَه‬,
َ
56
Muslim, no. 1955, Bab “Perintah untuk berbuat baik ketika menyembelih dan membunuh dan perintah untuk
menajamkan pisau dan pada bab Sembelihan No. Hadist : 2432.
57
Muhammad Ibrahim, Ensiklopidi Islam, Penerjemah Achmad Munir Dkk, (Jakarta : Darus SunnahPress, 2007), h. 88.
58
Kumpulan Fatwa Majlis Ulama Indonesia Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, A. Syarifuddin Abdul Ghani dan
Fuad Thohari, (Jakarta: Majlis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta, 2012), h. 346.
30
59
Muslim, no. 1955, Bab “Perintah untuk berbuat baik ketika menyembelih dan membunuh dan perintah untuk
menajamkan pisau dan pada bab Sembelihan No. Hadist : 2432.
31

Artinya : “Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan (berlaku baik) pada segala hal, maka
jika kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik dan jika kamu
menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baikdan hendaklah menajamkan
pisau dan memberi kelapangan bagihewan yang disembelihnya”. (HR. Muslim)

MUI berpendapat bahwa stunning lebih baik dari pada manual karena dapat
menghilangkan stress pada hewan dan dapat menghemat biaya. Adapun ketentuan stunning
sebagai berikut:

a. Sebelum disembelih, hewan ternak dipingsankan terlebih dahulu dengan listrik.


b. Setelah dipingsankan, hewan yang akan disembelih tetap dalam keadaan hidup
(bernyawa) sehingga jika tidak jadi disembelih tetap dapat hidup secara normal.
c. Sesudah dipingsankan, hewan tersebut baru dipotong dengan menggunakan pisau yang
tajam sehingga dapat memutuskan saluran pernafasan (trachea / hulqum), saluran
makanan (oesophagus /marik, dan dua urat leher (wadajain)-nya.
Apabila Penerapan stunning tidak sampai tingkat kematian hewan, seumpama seekor
hewan selesai stunning kemudian dibiarkan tanpa disembelih, maka beberapa waktu
kemudian hewan itu akan bergerak dan berdiri lalu berjalan seperti biasa, dapat dikatakan
halal penyembelihannya. Apabila stunning sampai kepada tingkat kematian hewan, maka
tidak diragukan lagi hewan sembelihan yang mati karena stunning ini tidak halal dimakan,
karena matinya tidak berdasarkan syariat Islam.60 kematian hewan tersebut harus akibat
penyembelihan bukan akibat stunning baik jenis captive bolt pistol yang pelurunya sangat
berpengaruh terhadap daya pingsan hewan dan dapat menyebabkan kematian hewan sebelum
disembelih.
Adapun menurut Dr. Yusuf Qardhawi, beliau berpendapat : "Dengan berpedoman
kepada apa yang telah diuraikan, maka kita mengerti bahwa hukum daging import dari negeri

penduduk ahli kitab yang diawetkan dan penyembelihanya dilakukan dengan aliran listrik
(Stunning) dan lain sebagainya hukumnya adalah halal, selama penduduk ahlul kitab
menganggap hal ini halal dan suci".61

60
Ali Mustofa Yaqub, Kriteria Halal Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Meurut Al-QuranDan Hadits, h. 327.
61
Yusuf Qardhawi Al-Halal wal-Haraam fil-Islaam edisi terjemah dengan judul : Halal dan Haram dalamIslam, alih
bahasa : Mu‟ammal Hamidy, PT. Bina Ilmu, Cet. 1993 halaman 79 – 80.
32
33

BAB IV

ANALISIS METODE PENYEMBELIHAN SECARA STUNNING

D. Konsep Penyembelihan Secara Stunning


Agama Islam tidak melarang kemajuan alat modernisasi salah satu dari
perkembangan zaman, selama hal itu tidak bertentangan dengan Al-Quran dan As-
Sunnah. Serta dapatmenguntungkan bagi umat manusia bukan memberi dampak
keburukan, sebagaimana firman Allah SWT :
ٓ
َ ‫َوحُيَِّر ُم َعلَْي ِه ُم ٱخْلَ ٰبَِئ‬
‫ث‬
Artinya : Dan mengharamkan kepada meraka segala benda yang buruk…(Al-
Araf 7:157)

Begitu juga alat modernisasi dalam penyembelihan diciptakan oleh manusia agar
dapat menguntungkan, yaitu Sebuah metode digunakan untuk mempermudah
penyembelihan hewan dengan memingsankan hewan terlebih dahulu (stunning) sebelum
desembelih.
Secara teknis cara ini memeberi kemudahan, karena hewan yang dipingsankan
tidak akan meronta dan melakukan gerakan, sehingga lebih mudah dalam menyembelih,
sehingga ketika dipingsankan akan mengurangi rasa stress pada hewan.
Metode pemingsanan ada beberapa macam, diantaranya Stunning WaterBath untuk
unggas (poultry) dan stunning captive bolt pistol untuk hewan ternak berskala besar.

Menurut penulis, metode stunning captive bolt pistol memang memberikan banyak
kemudahan dalam menyembelih hewan, khususnya berskala besar. sekalipun hanya
pingsan sesaat, tetapi dapat melukai kepala hewan hingga mengakibatkan madarat bagi
hewan
sembelihan, hal ini tentu dilarang karena sebagaimana kaidah usul fiqih :
‫صالِ ِح‬ ِ ‫درء امل َف‬
ِ ‫اسد ُم َق َد ٌم َعلَى َج ْل‬
َ َ‫ب امل‬ َ ُ َْ
Artinya : Menolak kerusakan itu lebih utama dari pada mengambil manfaat.62

Dalam kaidah tersebut dapat dijadikan argument, karena menolak kerusakan pada adab
menyembelih (berprilaku ihsan) itu lebih dutamakan dari pada mengambil manfaat, seperti
menghemat waktu, biaya atau lain sebagainya.
Tidak boleh dalam hal ini bukanlah dagingnya haram, selama terpenuhinya syarat
penyembelihan maka halal dagingnya. Hanya cara stunning captive bolt pistol yang tidak

62
Abdul Hamid Hakim, Mabadi Awwaliyyah, , (Jakarta: Al-Maktabah Assa'adiyyah), h. 34.
34

diperbolehkan karena mafsadat bagi hewan, kerusakan yang terjadi adalah menembusnya
peluru ke dalam kepala hewan yang mengakibatkan kerusakan tulang kepala pada waktu
stunning, hal ini tentu saja menyakiti hewan.
Kemudian berdasarkan firman Allah SWT dalam surat al-maidah/5 ayat 3:

ِ ‫حِّرمت علَي ُكم الْميتَةُ والدَّم وحَل م اخْلِْن ِزي ِر ومٓا اُِه َّل لِغَ ِ ال ٰلّ ِه بِهٖ والْمْنخنِ َقةُ والْمو ُقو َذةُ والْمَتر ِّديةُ والن‬
ُ‫َّطْي َحة‬ َ َ َ ُ َ ْ َْ َ َ ُ َ ‫رْي‬ َ َ ْ ُ ْ َ ُ َ َْ ُ ْ َ ْ َ ُ
‫س الَّ ِذيْ َن‬ ۗ ‫ب وا ْن تست ْق ِسموا بِااْل َزاَل ۗ ِم ٰذلِ ُكم فِس‬ ۗ ِ
‫ى‬
َ َ ِْٕ ‫ي‬ ‫م‬
َ ‫و‬‫ي‬َْ‫ل‬َ‫ا‬ ٌ
‫ق‬ ْ ْ ْ ْ ُ َ ْ َ َ َ ِ ‫ُّص‬ ُ ‫السبُ ُع ااَّل َما ذَ َّكْيتُ ْم َو َما ذُبِ َح َعلَى الن‬ َّ ‫َو َمٓا اَ َك َل‬
ِ ِ ِ ِِ ِ
‫ت لَ ُك ُم‬ ُ ‫ت َعلَْي ُك ْم ن ْع َميِت ْ َو َرضْي‬ ُ ‫ت لَ ُك ْم د ْينَ ُك ْم َواَمْتَ ْم‬ ُ ‫اخ َش ْو ۗ ِن اَلَْي ْو َم اَ ْك َم ْل‬
ْ ‫َك َف ُر ْوا م ْن ديْن ُك ْم فَاَل خَت ْ َش ْو ُه ْم َو‬
‫ف اِّلِ مْث ۙ ٍم فَاِ َّن ال ٰلّهَ َغ ُف ْوٌر َّر ِحْي ٌم‬
ٍ ِ‫اضطَُّر يِف خَمْمص ٍة َغْير متَجان‬ ۗ ِ ِ
َ ُ َ َ َ ْ ْ ‫ااْل ْساَل َم د ْينًا فَ َم ِن‬
Artinya : diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga)
mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu,
sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini
telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-
Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Al-Maidah 5:3)

Pada lafadz َُ‫ الْ َم ْو ُق ْو َذة‬artinya dan yang terpukul menurut imam jalaluddin

assuyuti bermakna pukulan yang dapat mematikan.63 Menurut hemat penulis makna dari
lafaz tersebut bisa diqiyaskan dengan stunning captive bolt pistol, adapun qiyas yang
digunakan adalah qiyas Syabah (menyerupai), dengan persamaan illat yaitu pukulan yang
dapat melukai kepala hewan sehingga tersiksa dan bahkan menyebabkan kematian pada
hewan.
Sebelum hewan masuk perusahaan pemotongan, umumnya mengalami keaadaan
stress contohnya dengan adanya pengangkutan dan pemasaran maka stunning lebih baik
karena dapat melumpuhkan stress pada hewan. Dan jika hewan tidak mengalami stress lalu
dengan sengaja menggunakan stunning, tanpa adanya illat atau sababiah yang pasti,
maka
akan menyakiti hewan, sebagaimana kaidah ushul fiqih :
‫ْم يَ ُد ْو ُر َم َع ِعلَّتِ ِه ُو ُج ْو ًدا َو َع َد ًما‬
ُ ‫احلُك‬
Artinya : Hukum
35

itu berputar (berubah) sesuai dengan adanya illat atau tidak adanya

63
Imam Jalaluddin As-suyuti, Tafsir Jalalain, Al-Haramain, juz I, h. 95.
36

illat.64

Menurut hemat penulis, jika illat itu tidak ada, yaitu apabila stress tidak terjadi
pada hewan. Maka hukum kebolehan stunning akan berubah, dapat berubah menjadi
makruh dan haram. Pada kasus ini, penulis menyimpullkan haram, alasan penulis adalah
posisi normal pada hewan baik otot dan jantungnya stabil, kemudian dengan sengaja
dikejutkan padahewan. Akibat arus listrik tersebut kemungkinan terjadi kerusakan organ
dalam yang serius, terutama pada jantung, kontraksi otot bahkan kerusakan saraf65.dengan
demikian hewan akan mengalami penyiksaan sebelum menyembelih, hal ini bertentangan
dengan hadis yang
diriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Syaddad ibn Aus RA bahwa Rasulullah SAW :

ِ ‫وِإذَا ذَجَب تُم َّ حِب‬, َ‫فَِإذَا َقَت ْلتُم فََأح ِسنُوا ال َقْتلَة‬. ‫ِإ َّن اهلل َكتَب اِإل حسا َن علَى ُك ُّل َشيٍئ‬
َ ‫ َولْيُح َّد‬, َ‫الذ َة‬
‫َأح َد ُكم‬ ْ َ ْ ْ َ ْ َ
‫حِب‬
ٌ‫و لْرُيِ ْج َذ َتَه‬,
َ ُ‫َش ْقَرتَه‬
Artinya : “Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan (berlaku baik) pada segala hal,
maka jika kamu membunuh hendaklah membunuh dengancara yang baik dan jika
kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baikdan hendaklah
menajamkan pisau dan memberi kelapangan bagihewan yang
disembelihnya”. (HR. Muslim).66\
Jadi jelas perintah Nabi adalah berprilaku ihsan terhadap sembelihan,
meskipun dengan metode terbaru dalam menyembelih, pada masa yang sekarang atau
pada masa yang akan datang haruslah berprilaku ihsan.

64
Abdul Hamid Hakim, Mabadi Awwaliyyah, (Jakarta: Al-Maktabah Assa'adiyyah), h. 46.
65
www.instalasilistrik.com
66
Muslim, Shahih Muslim, babBuruan, sembelihan, dan hewan-hewan yang dimakan, No. Hadist : 3615.
37

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ajaran Islam memandang penyembelihan hewan secara stunning telah


memenuhi unsur ihsan, karena adanya putusan Komisi Fatwa MUI dengan dalilnya
yaitu hadis shahih yang diriwayatkan Imam Muslim dari sahabat Syadad ibn Aus.
Dengan catatan dan ketentuan sebagai berikut :
a. Semua jenis Stunning disyaratkan tidak menyakiti, melukai, atau mematikan
hewan tersebut dan apabila ternyata ada stunning dapat menyakiti hewan, maka
haramlah stunning.
b. Kekuatan arus elektrik harus dikawal, dengan tujuan agar tidak terjadi kematian.
c. Aliran elektrik tidak melebihi batas yang telah ditentukan.
Menurut pendapat MUI, hewan yang roboh dipingsankan di tempat
penyembelihan apabila tidak disembelih akan bangun sendiri seperti semula
keadaannya. Selain itu penyembelihan dengan stunning tidak mengurangi keluarnya
darah mengalir, bahkan akan lebih banyak dan lebih lancar keluarnya darah sehingga
dagingnya lebih bersih.
Penyembelihan hewan ternak secara stunning dinilai lebih baik dari pada
penyembelihan secara konvensional, karena dapat meringankan rasa sakit hewan yang
akan disembelih memperlancar, mempercepat dan memperbanyak keluarnya darah
sehingga dagingnya lebih bersih dan bermutu, mempercepat waktu pemotongan, serta
lebih menghemat biaya pemotongan dan investasinya.

Penyembelihan hewan dengan cara stunning merupakan modernisasi berbuat


ihsan kepada hewan dan dapat dikatakan telah memenuhi unsur ihsan kepada hewan,
akan tetapi ada jenis stunning yang penulis haramkan dalam penggunaanya yaitu
dengan cara ditembak kepalanya pada hewan berskala besar, alasan penulis melarang
jenis stunning ini karena adanya unsur penyiksaan pada hewan.
Dengan metode stunning maka hewan dapat menngurangi keadaan stress,
bukan dalam keadaan normal pada psikologi hewan tersebut. yaitu proses
pemingsanan pada hewan sebelum dipotong. Tujuannya adalah membuat hewan tidak
sadar hanya dalam waktu singkat sehingga pada saat proses pemotongan tidak terjadi
stress.
38

B. Saran
1. Orang yang menyembelih haruslah mengetahui syarat penyembelihan, baik secara
manual atau mekanis.
2. Dalam hal menggunakan stunning perlu pelatihan khusus bagi para pekerja di perusahaan
hewan potong agar mengetahui tata cara dan ketentuan stunning, serta orang yang
memotong adalah muslim.
3. Untuk masalah hewan potong berskala besar tidak melakukan pemingsanan (stunning)
karena menyakiti, jika ada alat yang menggunakan stunning haruslah diteliti terlebih
dahulu. Agar tidak menyakiti, melukai atau mematikan hewan tersebut.
39

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Agama RI. 2010. Pedoman dan Tata Cara Pemotongan Hewan Secara

Halal. Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari'ah

Yusuf Qardhawi. 2011. Halal Dan Haram . Cet XI: Jakarta: Robbani Press

Moh. Muchtar Ilyas. 2007. Islam dan Produk Halal. Depertemen Agama RI:

Direktorat Urusan Agama Islam Dan Pembinaan Diroktorat Jendral Bimbingan

Masyarakat Islam

Yusuf A ssidiq, Republika .co.id.

Apriyantono A, Dkk. 1989. Analisis Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan

Dan Gizi Ipb

Kementerian Agama RI, Pedoman dan Tata Cara Pemotongan Hewan Secara Halal,

h.13

Azwar, Saifudin. 2013. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta

J. Moleong, Lexy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

dan R&D
40

Usman, Husaini dan Purnomo Setiadji 1996. Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi

Aksara

Hadi. 1997 Dari jurnal Pengabdian Masyarakat Pertenakan Vol2 no2 Tahun 2017 M

Barkan, Riadi. 2014. Proses Penyembelihan Dengan Metode stuuning dalam

perspektif. Hukum islam Uin Sarif Hidayatullah Jakarta.

Ilham. 2017. Analisis Perbandingan Terhadap Penyembelihan Hewan Dengan Alat

Manual. Uin Alauudin Makasar

Amin, M. 2019. Jakarta: Dalam Fatwa , Majelis Ulama Indonesia, Nomer 12

Simanjutak, Dahliati. 2019. Faktor Yang Mempengaruhi Kurangnya Kesadaran

Masyarakat Dalam Berkurban. Ain Padangsidimpuan

Aminah, Siti. 2010. Proses Penyembelihan Hewan Ayam Dengan menggunakan

Water Stunning Di Tinjau Menurut Hukum Islam. Universitas Islam Riau

( QS.AL-Ma’idah:3 )

(QS.AL-Ma’idah : 4 )

( QS .AL-an’am Ayat 118)

Dari Terjemah Fat-khul qorib jilid 2 ; penerjemah Ahmad sunarto ;penerbit Al-

Hidayah Surabaya Karya Muhammad Bin qasim Al Ghazy

Rony dan Etwin F. 2017. Analisis proses potong Ayam. tgl 18 , bulan 9

Nanda, Novita. 2018. Pemotongan Ayam Oleh Pedagang Ayam Potong. universitas

islam negeri uin sumatera uin sumatera tahun

Ilham. 2017. Analisis perbandingan terhadap sistem penyembelihan hewan secara

stunning dengan manual. UIN Alauddin Makassar


41

Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah no. 17 karya Imam Nawawi.

Fatwa MUI nomor 12 Tahun 2009 tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan

HalalUjar Ayub Fatwa MUI nomor 12 Tahun 2009 tentang Standar Sertifikasi

Penyembelihan Halal

Hukum Stunning Hewan Sebelum Di Sembelih Mui NO 12 Tahun 2019

https://islam.nu.or.id/post/read/121294/hukum-stunning

Hukum Stunning Hewan Sebelum Di Sembelih Mui NO 12 Tahun 2019

https://islam.nu.or.id/post/read/121294/hukum-stunning-atau-pemingsanan-

hewan-sebelum-disembelih

Hukum Stunning Hewan Sebelum Di Sembelih Mui NO 12 Tahun 2019

https://konsultasisyariah.com/24890-dipingsankan-sebelum-disembelih-

dagingnya-haram.html

https://islam.nu.or.id/post/read/121294/hukum-stunning-ataupemingsanan-hewan-

sebelum-disembelih

https://en.wikipedia.org/wiki/Stunning

Barkan, Riadi. 2014. Proses Penyembelihan Hewan Dengan Metode Stunning Dalam

perspektif Hukum Islam. Uneversitas Syarif Hidayatullah Jakarta


42

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Curricum Vitae

Data Pribadi / Personal Details

Nama / Name : AHMADI

Alamat / Adress : Babak Tulung 01 Sarang Rembang

Kode Pos / Postal Code : 59274

Nomor Telepon / Phone : 081326551799

Nama Ayah : َِْ (Thoyyib)

Nama Ibu : َْ‫( ِْسا‬Suparmi)

Ahmadi : Facebook َِْ ِْ ‫ََْ ُُُّي‬

Jenis Kelamin / Gender : Laki-laki

Tanggal Kelahiran / Date of Birth : Rembang, 07 Juli 1993

Warga Negara / Nationality : Indonesia

Agama / Religion : Islam

“Anugerah terbesar dalam hidupku yang diberikan Allah, aku ditakdirkan menjadi

santri dan bisa belajar di Ma’had Aly Fadlul Jamil Pondok Pesantren Ma’hadul Ulum Asy-

Syar’iah tercinta ini. Terima kasih wahai Masyayikh dan para Asatidz”
43

Riwayat Pendidikan / Educational

2. SDN 1 Babak Tulung Sarang Rembang

3. SMP Negeri 1 Sarang Rembang

4. Madrasah Toriqul Huda Babak Tulung

5. Madrasah Ghozaliyyah Syafi’iyyah Sarang Rembang

6. Ma'had Aly Fadhlul Jamil Sarang Rembang


44

LAMPIRAN

Gambar macam-macam metode penyembelihan

1. Penyembelihan manual dan konsep pemingsanan

2. Penyembelihan metode

listrik
45

3. Metode penyembelihan islami

4. Metode penyembelihan mekanik

5. Penyembelihan manual
46

6. Penyembelihan tidak manusiawi / pembantaian


47

7. Penyembelihan unggas mekanik

Anda mungkin juga menyukai