PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akreditasi Rumah Sakit (RS) merupakan upaya peningkatan mutu pelayanan rumah
sakit yang dilakukan dengan membangun sistem dan budaya mutu. Melalui Akreditasi RS
diharapkan ada perbaikan sistem di RS yang meliputi input, process dan product output
(meliputi output dan outcome).
Sebagai dasar dimulainya pembangunan sistem di rumah sakit, diperlukan dokumen
yang merupakan regulasi di RS. Regulasi ini sebaiknya diatur dalam Pedoman Tata Naskah
Rumah Sakit, yang menetapkan ada 2 jenis naskah di RS, yaitu yang merupakan produk
hukum (regulasi) dan yang bukan merupakan produk hukum (surat dinas).
Pedoman Tata Naskah Rumah Sakit Ibu dan Anak Assyifa diperlukan dalam
mendukung tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Ibu dan Anak Assyifa. Pedoman ini juga
berfungsi sebagai acuan untuk penyusunan regulasi. Hal ini menjadi penting, karena selain
sebagai panduan RS dalam menyusun dokumen, RS juga menyiapkan dokumen terkait
dengan aspek hukum. Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 dan
telah berlaku efektif sejak tanggal 28 Oktober 2011, maka RS harus mempersiapkan diri
dengan sebaik-baiknya dalam aspek hukum. Aspek hukum tersebut dalam kaitan kewajiban
RS untuk memberikan perlindungan hukum kepada staf RS dalam melaksanakan
pekerjaannya serta dalam rangka kewajiban RS untuk bertanggung jawab secara hukum
sesuai dengan Pasal 46 Undang-Undang Rumah Sakit yang berbunyi: “Rumah Sakit
bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalalian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
Salah satu komponen lain yang penting dalam tata naskah Rumah Sakit Ibu dan Anak
Assyifa adalah administrasi umum. Ruang lingkup administrasi umum meliputi tata naskah
penamaan lembaga, singkatan dan akronim, kearsipan, dan tata ruang perkantoran. Tata
Naskah di lingkungan Rumah Sakit Ibu dan Anak Assyifa sebagai salah satu unsur
administrasi umum mencakup pengaturan tentang jenis, penyusunan, penggunaan lambing
rumah sakit, logo, stempel, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
naskah. Keterpaduan tata naskah di lingkungan RSIA Assyifa sangat diperlukan untuk
menunjang kelancaran komunikasi tulis dalam penyelenggaraan tugas RSIA Assyifa
secara berdaya guna dan berhasil guna. Untuk itu diperlukan Pedoman Tata Naskah di
Rumah Sakit RSIA Assyifa sebagai acuan dalam melaksanakan tata naskah di lingkungan
RSIA Assyifa.
C. SASARAN
1. Asas Daya Guna dan Hasil Guna Penyelenggaraan tata naskah secara berdaya guna dan
berhasil guna dalam penulisan, penggunaan ruang atau lembar naskah, spesifikasi
informasi, serta dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik, benar dan lugas.
2. Asas Pembakuan Naskah diproses dan disusun menurut tata cara dan bentuk yang telah
dibakukan, termasuk jenis, penyusun naskah, dan tata cara penyelenggaraannya.
3. Asas Pertanggungjawaban Penyelenggaraan tata naskah dapat dipertanggungjawabkan
dari segi isi, format, prosedur, kearsipan, kewenangan, dan keabsahan.
4. Asas Keterkaitan Kegiatan Penyelenggaraan tata naskah terkait dengan kegiatan
administrasi umum dan unsur administrasi umum lainnya.
5. Asas Kecepatan dan Ketepatan untuk mendukung kelancaran tugas dan fungsi satuan
kerja atau satuan organisasi, tata naskah harus dapat diselesaikan tepat waktu dan tepat
sasaran, antara lain dilihat dari kejelasan redaksional, kemudahan prosedural, kecepatan
penyampaian dan distribusi.
6. Asas Keamanan Tata Naskah harus aman secara fisik dan substansi (isi) mulai dari
penyusunan, klasifikasi, penyampaian kepada yang berhak, pemberkasan, kearsipan
dan distribusi.
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Pedoman Tata Naskah Rumah Sakit Ibu dan Anak Assyifa Tangerang
meliputi pengaturan tentang jenis, bentuk, dan penyusunan naskah, serta kelengkapan
naskah termasuk penggunaan logo, stempel dan amplop serta kewenangan
penandatanganan naskah. Naskah yang dimaksud adalah naskah regulasi maupun naskah
dinas.
Selain itu, pedoman ini juga melingkupi petunjuk mulai dari pembuatan atau
penyusunan dokumen/tata naskah sampai pengesahan dokumen, penyimpanan dan
pendistribusian dokumen regulasi, sampai evaluasi dan revisi dokumen regulasi.
E. PENGERTIAN UMUM
1. Naskah adalah semua informasi tertulis sebagai alat komunikasi kedinasan yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.
2. Tata Naskah adalah pengelolaan informasi tertulis (naskah) yang mencakup pengaturan
jenis, format, penyiapan, pengamanan, pengabsahan, distribusi dan penyimpanan serta
media yang digunakan dalam komunikasi.
3. Administrasi Umum adalah rangkaian kegiatan administrasi yang meliputi tata naskah
(tata persuratan, distribusi, formulir, dan media), penamaan lembaga, singkatan dan
akronim, kearsipan, dan tata ruang perkantoran.
BAB II
JENIS NASKAH
1. Jenis-jenis naskah yang dirumuskan dalam susunan dan bentuk produk hukum berupa
regulasi, yang terdiri dari :
a. Peraturan Direktur
Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Assyifa adalah naskah yang
berbentuk peraturan, yang mengatur urusan Rumah Sakit Ibu dan Anak Assyifa
untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, menetapkan
kebijakan dan memberlakukan pedoman atau panduan pelayanan dalam
lingkungan Rumah Sakit Ibu dan Anak Assyifa.
b. Keputusan Direktur
Keputusan adalah naskah yang bersifat penetapan, dan memuat kebijakan pokok
berupa penetapan organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis, penetapan
ketalaksanaan organisasi, program kerja dan anggaran, dan pendelegasian
kewenangan terhadap individu yang bersifat tetap.
c. Surat Edaran Direktur
Surat Edaran adalah naskah yang memuat pemberitahuan tentang hal tertentu, bisa
berupa perintah, petunjuk, atau penjelasan yang dianggap penting dan mendesak.
d. Kebijakan
Kebijakan merupakan kelompok dokumen regulasi tertinggi yang ditetapkan oleh
Peraturan Direktur, yang berfungsi sebagai acuan untuk pelaksanaan kegiatan.
BAB III
FORMAT TATA NASKAH
d. Sedangkan pada halaman antara halaman judul sampai sebelum BAB I (Kata
Pengantar, Daftar Isi, Daftar Lampiran, dsb.) menggunakan angka romawi kecil (i,
ii, iii, iv, …)
Gambar 3.2. Contoh Footer Halaman Daftar Isi
10. Penjilidan
Dokumen dijilid dengan sampul depan plastik bening putih dan sampul belakang
dengan kertas buffalo dengan warna sesuai jenis dokumen. Dokumen dapat dijilid
dengan menggunakan jilid lakban hitam atau jilid spiral. Warna kertas buffalo :
a. Kebijakan = Merah
b. Pedoman = Hijau
c. Panduan = Biru
d. Lain-lain = Putih
c. Tulisan “LAMPIRAN”, dengan huruf kapital, font Times New Roman, ukuran 12,
Bold, diletakkan di tengah.
d. Judul Kebijakan, dengan huruf kapital, font Times New Roman, ukuran 12, Bold,
diletakkan di tengah. Setelah itu, berikan spasi. Contoh :
Gambar 3.4. Contoh Judul Lampiran Kebijakan
f. Pada halaman terakhir lampiran, pada sudut kanan bawah ditulis keterangan
penetapan dengan format rata kanan. Halaman terakhir harus ditandatangani oleh
Direktur RSIA Assyifa, dicantumkan tempat dan tanggal penandatanganan
kebijakan dan di stempel rumah sakit.
Gambar 3.6. Contoh Tanda Tangan Kebijakan
C. BAHASA
Bahasa utama yang digunakan dalam penulisan dokumen regulasi maupun naskah
dinas/surat adalah Bahasa Indonesia. Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa utama pada
naskah dinas/surat hanya jika dibutuhkan.
Penulisan dengan Bahasa Indonesia harus menggunakan format Ejaan yang
disempurnakan (EYD) dan setiap bahasa asing ditulis dengan menggunakan font Times
BAB IV
TATA NASKAH REGULASI
A. PERATURAN DIREKTUR
Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Assyifa digunakan untuk menetapkan
Kebijakan serta untuk memberlakukan Pedoman Pelayanan, Pedoman Pengorganisasian
dan Panduan di lingkungan Rumah Sakit Ibu dan Anak Assyifa. Peraturan Direktur dibuat
oleh Kepala Instalasi atau Manajer atau Tim Ad Hoc yang ditunjuk oleh Direktur dalam
membuat peraturan tersebut. Peraturan Direktur beserta Kebijakan/Pedoman/Panduan yang
asli disimpan oleh Bagian Sekretariat dan diunggah ke Sistem Informasi Dokumen
Akreditasi. Salinan dari dokumen tersebut disimpan oleh unit terkait. Bentuk dan susunan
naskah peraturan Direktur adalah sebagai berikut:
1. Kepala
Kop naskah peraturan terdiri atas gambar logo Rumah Sakit Ibu dan Anak Assyifa.
2. Pembukaan
a. Kata peraturan dan nama jabatan pejabat yang menetapkan, ditulis simetris dengan
huruf kapital, jenis font Times New Roman, ukuran 12, Bold.
b. Nomor peraturan ditulis dengan huruf kapital di bawah kata Peraturan. Penomoran
Naskah Peraturan Direktur menjadi tanggung jawab dari bagian Sekretariat Rumah
Sakit Ibu dan Anak Assyifa . Setiap unit atau tim yang membuat peraturan tersebut,
harus meminta penomoran naskah dari bagian Sekretariat Rumah Sakit Ibu dan
Anak Assyifa.
c. Kata penghubung tentang ditulis dengan huruf kapital (TENTANG).
d. Judul peraturan ditulis dengan huruf kapital, font Times New Roman, ukuran 12,
bold, diletakkan di tengah margin.
e. Nama jabatan yang menetapkan peraturan ditulis dengan huruf kapital secara
simetris dan diletakkan di tengah margin.
f. Konsiderans
1) Konsiderans Menimbang, memuat uraian singkat tentang pokok-pokok
pikiran yang menjadi latar belakang dan alasan pembuatan peraturan. Huruf
awal kata menimbang ditulis dengan huruf kapital diakhiri dengan tanda baca
titik dua (:) dan diletakkan di bagian kiri; Setiap poin dalam konsiderans
Menimbang, diawali dengan numbering berupa huruf kecil (a, b, c, …).
2) Konsiderans Mengingat, yang memuat dasar kewenangan dan peraturan
perundang-undangan yang memerintahkan pembuatan peraturan tersebut.
Tahun Penerbitan
Tahun Penerbitan
Bulan Penerbitan Surat
Singkatan Surat Keputusan Direktur
Singkatan untuk Rumah
( Sakit
Nomor Urut penertiban surat
(dihitung daru awal bulan)
D. KEBIJAKAN
Kebijakan RS adalah penetapan Direktur/Pimpinan RS pada tataran strategis atau
bersifat garis besar yang mengikat. Karena kebijakan bersifat garis besar maka untuk
penerapan kebijakan tersebut perlu disusun pedoman/panduan dan prosedur sehingga ada
kejelasan langkah-langkah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Kebijakan ditetapkan
dengan Peraturan Direktur/Pimpinan RS. Kebijakan dapat dituangkan dalam pasal-pasal
di dalam peraturan tersebut, atau merupakan lampiran dari peraturan.
E. PEDOMAN/ PANDUAN
Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana dasar untuk
menentukan atau melaksanakan kegiatan yang dilaksanakan dalam ruang lingkup Rumah
Sakit ataupun unit kerja. Sedangkan panduan adalah merupakan petunjuk dalam
melakukan kegiatan. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa pedoman mengatur
beberapa hal, sedangkan panduan hanya meliputi 1 (satu) kegiatan. Agar
pedoman/panduan dapat dimplementasikan dengan baik dan benar, diperlukan pengaturan
melalui SPO.Dengan demikian, pedoman merupakan hal pokok yang menjadi dsar untuk
menentukan atau melaksanakan kegiatan.
Pemberlakuan Pedoman/Panduan diatur dalam Peraturan Direktur Rumah Sakit. Bila
Direktur/Pimpinan RS diganti, peraturan direktur yang memberlakukan pedoman tersebut
tidak perlu diganti. Peraturan direktur diganti hanya jika ada perubahan dalam pedoman
tersebut.
Pedoman dapat berupa Pedoman Kerja untuk tim/komite/panitia, atau Pedoman
Pelayanan untuk unit kerja. Pedoman Pelayanan harus disertai dengan Pedoman
Pengorganisasian unit/komite/panitia/tim yang bertanggung jawab terhadap kegiatan
tersebut. Pedoman biasanya mengatur beberapa hal atau kegiatan dalam ruang lingkup
rumah sakit ataupun unit.
Setiap judul bagian yang terletak di kolom dan baris pertama ditulis dengan
huruf kapital, jenis Times New Roman , ukuran 11, Bold, yang terdiri dari Nama
Rumah Sakit, Judul SPO, Standar Prosedur Operasional, Pengertian, Tujuan,
Kebijakan, Prosedur, Unit Terkait. Sedangkan nomor dokumen, nomor revisi,
halaman, tanggal terbit dan tanda tangan Direktur ditulis dengan menggunakan
huruf Times New Roman, Ukuran 11, huruf kapital di setiap awal kata. Isi dari SPO
ditulis dengan menggunakan huruf Times New Roman, Ukuran 11 dengan
menggunakan tata penulisan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Keseluruhan
dokumen ditulis dengan spasi 1 tanpa spasi antar paragraf.
G. PROGRAM KERJA
TATA NASKAH AKREDITASI RSIA ASSYIFA | 25
Mengacu pada Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi STARKES (Standar
Akreditasi Kementrian Kesehatan) bahwa PROGRAM berisi rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan, yang disusun secara rinci yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
lembaga/unit kerja dalam jangka waktu tertentu.
Program kerja disusun oleh manajer atau kepala instalasi atau komite/panitia/tim yang
disahkan oleh Direktur rumah sakit.
1. Tujuan Pembuatan Program Kerja
a. Umum
Sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatan unit kerja sehingga tujuan program
dapat tercapai.
b. Khusus
1) Adanya kejelasan langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan.
2) Adanya kejelasan siapa yang melaksanakan kegiatan dan bagaimana
melaksanakan kegiatan tersebut sehingga tujuan dapat tercapai
3) Adanya kejelasan sasaran, tujuan dan waktu pelaksanaan kegiatan.
2. Sistematika / Format Program
Sistematika atau format program sebagai berikut:
a. Cover
b. Lembar Pengesahan
c. Pendahuluan atau Latar Belakang
d. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
e. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
f. Cara Melaksanakan Kegiatan
g. Sasaran
h. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
i. Anggaran
j. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
k. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
Sistematika/format tersebut diatas adalah minimal. Pembuat program dapat menambah
sesuai kebutuhan, tetapi tidak diperbolehkan mengurangi. Contoh penambahan:
ditambah point untuk pembiayaan/anggaran
3. Petunjuk Penulisan
a. Cover : Sesuai dengan tata naskah umum
b. Lembar pengesahan : ditulis dengan alignment center dengan contoh sebagai
berikut :
Lembar pengesahan dan judul program ditulis dengan huruf Times New Roman,
Ukuran 14, Bold, sedangkan tulisan lainnya dengan huruf Times New Roman,
Ukuran 12.
c. Pendahuluan Yang ditulis dalam pendahuluan adalah hal-hal yang bersifat umum
yang masih terkait dengan program.
d. Latar Belakang: Latar belakang adalah merupakan justifikasi atau alasan
mengapa program tersebut disusun. Sebaiknya dilengkapi dengan data-data
sehingga alasan diperlukan program tersebut dapat lebih kuat.
e. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus: Tujuan disini adalah merupakan tujuan
program. Tujuan umum adalah tujuan secara garis besarnya, sedangkan tujuan
khusus adalah tujuan secara rinci.
f. Kegiatan-Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan: Kegiatan pokok dan rincian
kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan sehingga
tercapainya program tersebut. Karena itu antara tujuan dan kegiatan harus
berkaitan dan sejalan.
g. Cara Melaksanakan Kegiatan: Cara melaksanakan kegiatan adalah metode untuk
melaksanakan kegiatan pokok dan rincian kegiatan. Metode tersebut bisa antara
bisa dengan membentuk ti, melakukan rapat, melakukan audit, dan lain-lain.
h. Sasaran: Sasaran program adalah target per tahun yang spesifik dan terukur untuk
mencapai tujuan-tujuan program Sasaran program menunjukkan hasil antara yang
diperlukan untuk merealisir tujuan tertentu. Penyusunan sasaran program perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Sasaran yang baik memenuhi “SMART”
yaitu:
1) Specific → sasaran harus menggambarkan hasil spesifik yang diinginkan,
bukan cara pencapaiannya. Sasaran harus memberikan arah dan tolok ukur
yang jelas sehingga dapat dijadikan landasan untuk penyusunan strategi dan
kegiatan yang spesifik pula.
2) Measurable → sasaran harus terukur dan dapat dipergunakan untuk
memastikan apa dan kapan pencapaiannya. Akuntabilitas harus ditanamkan
kedalam proses perencanaan. Oleh karenanya metodologi untuk mengukur
H. PERJANJIAN
Perjanjian atau kontrak adalah suatu peristiwa di mana seorang atau satu pihak berjanji
kepada seorang atau pihak lain atau di mana dua orang atau dua pihak itu saling berjanji
untuk melaksanakan suatu hal (Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Indonesia).
1. Syarat sahnya suatu perjanjian menurut Pasal 1320 KUH Perdata adalah:
a. Sepakat
b. Cakap
c. Hal Tertentu
d. Suatu Sebab Yang Halal
2. Tahapan-tahapan pembuatan surat perjanjian ini adalah sebagai berikut:
a. Pra Kontrak (MoU)
b. Negosiasi
c. Memorandum of Understanding (MoU)
d. Studi kelayakan
e. Negosiasi (Lanjutan)
f. Kontrak
g. Penulisan naskah awal
h. Perbaikan naskah
i. Penulisan naskah akhir
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika akan membuat MoU. Berikut ini adalah
penjelasannya :
1. Kolom pernyataan untuk tanda tangan pada MoU harus dilengkapi dengan identitas
kedua belah pihak atau bisa saja diwakilkan.
2. Kolom pengertian umum, pada kolom ini harus dijelaskan definisi dibuatnya MoU
kerjasama tersebut secara jelas dan detail.
3. Tujuan dibuatnya MoU kerjasama, kamu harus mencantumkan di dalam MoU tersebut
tentang maksud dan tujuan dibuatnya perjanjian tersebut.
4. Lingkup pekerjaan, surat perjanjian ini hanya mengaitkan kedua pihak maka perlu ada
penjelasan lingkup pekerjaan untuk kedua belah pihak. Penjelasan lingkup pekerjaan
ini harus ditulis secara jelas dan detail.
5. Teknis pelaksanaan, merupakan ulasan mengenai tanggung jawab dan jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan oleh piha 1 ataupun pihak 2. Teknis pelaksanaan ini juga harus
dijelaskan secara jelas dan detail.
6. Kewajiban dan hukuman, berikanlah gambaran mengenai kewajiban untuk seorang
sanksi dan segala upaya hukum dan konsekuensi yang akan dikenakan jika kedua belah
pihak ada yang tidak bisa mengerjakan atau bahkan tidak sesuai amanah.
7. Penutup, pada bagian ini terdapat tanda tangan kedua belah pihak dan disertai dengan
materai sebagai bukti surat perjanjian atau MoU kerjasama ini dilandaskan dengan
hukum.
BAB V
TATA CARA PENGELOLAAN DOKUMEN REGULASI
A. PENYUSUNAN DOKUMEN
Penyusunan dokumen regulasi dapat dilakukan oleh manajer atau kepala instalasi dari
unit terkait, atau tim ad hoc yang ditunjuk oleh Tim Pengendalian Dokumen Akreditasi
Rumah Sakit.
Server
Setiap dokumen regulasi yang dibuat, harus diperiksa oleh Tim Pengendalian
Dokumen. Hal-hal yang diperiksa antara lain, tata naskah dan relevansi dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setelah diperiksa, Tim Pengendalian
Dokumen akan mengembalikan dokumen tersebut ke Pembuat Dokumen, untuk
kemudian direvisi atau jika disetujui, untuk dievaluasi dan ditanda tangani oleh
Direktur RSIA Assyifa.
C. PENAMAAN DOKUMEN
Soft copy dokumen dibuat dalam bentuk Word (docx) dan dokumen final disimpan
dalam bentuk PDF. Penamaan dokumen harus terstandarisasi, yaitu dengan format <Jenis
Dokumen><Judul Dokumen>, tanpa ditambahkan kata-kata lain yang dapat membuat
rancu (seperti kata-kata new, baru, final, dsb). Jika yang dibuat adalah bentuk revisi yang
telah disahkan dan disetujui (bukan yang masih dalam proses perbaikan/revisi), maka
ditambahkan <Revisi ke-n>.
Contoh
1. Pedoman Pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Assyifa
2. Pedoman Pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Assyifa Revisi ke-1
3. SPO Memulangkan Pasien
4. SPO Memulangkan Pasien Revisi ke -2
D. PENYIMPANAN DOKUMEN
Hard Copy dokumen yang asli disimpan oleh unit Kesekretariatan Rumah Sakit Ibu
dan Anak ASSYIFA Tangerang, dan disusun berdasarkan jenis dokumen regulasi dan
nomor peraturan direktur dokumen tersebut. Sedangkan soft copy (dalam bentuk
Microsoft Word) disimpan di Tim Pengendalian Dokumen.
Dokumen yang akan didistribusikan adalah dokumen salinan/ copy. Dokumen copy
adalah dokumen asli yang diubah menjadi PDF dengan watermark “COPY” dan ditulis
secara diagonal dan menggunakan tanda tangan digital. Dokumen yang dicetak untuk
didistribusikan adalah dokumen salinan/ copy, sedangkan yang hard copy dokumen yang
asli dengan tanda tangan asli Direktur disimpan oleh Sekretariat Rumah Sakit Ibu dan
Anak ASSYIFA Tangerang.
Cara Pemberian Watermark di Microsoft Word 2019 :
1. Klik Menu Design
2. Klik Watermark
3. Klik Custom Watermark
4. Klik Text watermark, tuliskan kata “COPY” pada kolom Text dan Pilih font “Times
New Roman”. Klik Apply
F. EVALUASI DOKUMEN
Evaluasi dokumen regulasi dilakukan oleh manajer/kepala instalasi dan Tim
Pengendalian Dokumen. Evaluasi wajib dilakukan setiap 3 tahun sekali. Hasil evaluasi
dokumen dapat berupa revisi atau dokumen dapat tetap diberlakukan tanpa dilakukan
revisi.
Hasil evaluasi dicatat dalam lembar evaluasi di setiap dokumen, yang ditempatkan
setelah halaman judul. Selain pada dokumen tersebut, hasil evaluasi dicatat dalam
document control log oleh Tim Pengendalian Dokumen.
G. REVISI DOKUMEN
Dokumen dapat direvisi sebelum 2 tahun jika diperlukan, misalnya jika ada perubahan
proses bisnis, perubahan regulasi dan lain sebagainya. Proses revisi dilakukan dengan cara
mengajukan form perubahan dokumen regulasi kepada Tim Pengendalian Dokumen dan
Draft dokumen yang akan direvisi. Dokumen yang akan direvisi kemudian direview oleh
tim, jika sudah sesuai dengan tata naskah dan regulasi yang berlaku, selanjutnya dievaluasi
dan ditanda tangani oleh direktur. Dokumen lama akan digantikan dengan dokumen baru
yang sudah ditandatangani direktur. Penggantian hard copy dokumen dilakukan dengan
cara penarikan dokumen lama di unit yang bersangkutan. Sedangkan dokumen dalam
bentuk soft copy akan dihapus dari folder yang dipublikasikan ke unit. Penarikan dokumen
dilakukan oleh Tim Pengendalian Dokumen dengan membawa berita acara sebagai bukti
bahwa pembaharuan dokumen di unit yang bersangkutan sudah dilakukan.
Proses revisi dokumen dicatat dalam lembar evaluasi di setiap dokumen, yang
ditempatkan setelah halaman judul. Selain pada dokumen tersebut, proses revisi tersebut
dicatat dalam dokument control log oleh Tim Pengendalian Dokumen.
Server )
I. PEMUSNAHAN DOKUMEN
1. Ketua Panitia Rekam Medik RSIA Assyifa mengidentifikasi dan mengusulkan
pemusnahan dokumen yang tidak berlaku dan disampaikan kepada Manajer, Kepala
Instalasi dan Koordinator Unit masing-masing melalui Memo Internal.
2. Ketua Panitia Rekam Medik RSIA Assyifa menyampaikan usulan pemusnahan
dokumen yang telah disetujui oleh Manajer kepada Direktur.
3. Atas perintah Direktur, panitia rekam medik melaksanakan pemusnahan dokumen dan
membuat berita acara pemusnahan dengan mengisi Formulir Berita Acara Pemusnahan
dengan melampirkan daftar dokumen yang dimusnahkan.
4. Pemusnahan dokumen dapat dilakukan dengan cara dibakar, dicacah atau dijadikan
bubur kertas, atau cara lain sehingga fisik dan informasinya tidak dapat dikenali lagi.
5. Dokumen yang dimusnahkan direkam dengan menggunakan Daftar Dokumen yang
dimusnahkan.
BAB VI
TATA NASKAH DINAS DAN SURAT-SURAT
A. SURAT DINAS
Bentuk dan susunan surat dinas adalah sebagai berikut :
1. Kepala
a. Kop surat dinas terdiri atas logo Rumah Sakit Ibu dan Anak ASSYIFA;
b. Tanggal pembuatan surat diletakkan di sebelah kanan atas;
c. Nomor, lampiran, dan perihal ditulis di sebelah kiri;
d. Kata “Kepada Yth: ditulis tegak lurus di bawah kata “Perihal”.
2. Batang Tubuh
Bagian batang tubuh terdiri atas Alinea pembuka, isi dan penutup.
3. Kaki
a. Nama jabatan
b. Tanda tangan
c. Nama lengkap
d. Stemple digunakan sesuai dengan ketentuan penggunaan
e. Tembusan, memuat nama jabatan, pejabat penerima tembusan
2. Batang Tubuh
Diktum dimulai dengan kata Menugaskan ditulis dengan huruf kapital diletakkan di
tengah margin, diikuti kata kepada di tepi kiri, serta nama dan jabatan pegawai yang
mendapat tugas. Di bawah kepada ditulis untuk disertai tugas-tugas yang harus
dilaksanakan.
3. Kaki
Bagian kaki terdiri atas
a. Tempat dan tanggal surat tugas;
b. Jabatan pejabat yang menandatangani, ditulis dengan huruf awal kapital, diakhiri
dengan tanda baca koma;
c. Paraf bawahan langsung dari pejabat penanda tangan surat di sebelah kiri nama
jabatan penanda tangan;
d. Tanda tangan pejabat yang menugaskan;
e. Nama lengkap pejabat yang menandatangani surat;
f. Stempel.
D. SURAT CUTI
Bentuk dan susunan suart cuti adalah sebagai berikut :
1. Kepala
a. Kop surat dinas terdiri atas logo Rumah Sakit Ibu dan anak Assyifa;
b. Tanggal pembuatan surat diletakkan di sebelah kanan atas;
c. Kata “Kepada Yth: ditujukan kepada Manajer HRD RSIA Assyifa.
Materai
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa saksi ditulis pada bagian tengah bawah
dengan mencantumkan nama dan tanda tangan.
Nomor :
Perihal :
__________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
a. _______________________________
b. _______________________________
_________________________________________________
_____________________________________________________
NAMA JABATAN
NAMA JELAS
N. NOTULEN
Notula (bentuk tidak baku: notulen, notulensi) adalah dokumentasi penting berupa
catatan singkat mengenai jalannya rapat serta hal yang dibicarakan dan diputuskan. Notula
sendiri memiliki fungsi yang tentunya sangat penting dalam kegiatan rapat, karena
disinilah semua kegiatan rapat akan dibuktikan secara tertulis.
P. LAPORAN
1. Bentuk dan susunan laporan adalah sebagai berikut :
Sampul Pada sampul laporan memuat judul laporan yang ditulis dengan huruf kapital,
nama pejabat yang menyusun laporan, tanggal penyusunan laporan, dan jumlah
halaman laporan.
2. Isi laporan
a. Pendahuluan, memuat penjelasan umum, maksud dan tujuan, ruang lingkup, dan
dasar laporan.
b. Materi laporan terdiri atas kegiatan yang dilaksanakan, hasil pelaksanaan kegiatan,
hambatan yang dihadapi, dan hal lain yang perlu dilaporkan.
c. Simpulan dan saran perlu disampaikan sebagai bahan pertimbangan. d) Penutup
merupakan akhir laporan memuat harapan dan ucapan terima kasih.
BAB VII
PENUTUP
Pedoman tata naskah Rumah Sakit Ibu dan Anak Assyifa sebagai standar pengelolaan
dan pembuatan naskah dinas di lingkungan Rumah Sakit Ibu dan Anak Assyifa diharapkan
dapat diterapkan pada seluruh unit kerja. Tata naskah yang sesuai dengan acuan diharapkan
dapat meningkatkan kualitas dan keseragaman di Rumah Sakit Ibu dan Anak Assyifa.
Dokumen yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak Assyifa juga diharapkan aktual terhadap
kondisi Rumah Sakit Ibu dan Anak Assyifa saat ini.