Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH OBAT ANTIHIPERLIPIDEMIA

FARMAKOTERAPI SISTEM RENAL DAN KARDIOVASKULAR


Dosen Pengampu :
Apt. Muhammad Nurul Hasanuddin, M.Farm-Klin

Disusun Oleh :
Mochamad Luqni Maulana (203333106)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS INDUSTRI HALAL

UNIVERSTAS NAHDLATUL ULAMA


YOGYAKARTA
2022
BAB I
1.1 PENDAHULUAN
a. Metabolisme Lipoprotein
Lipoprotein merupakan kompleks protein lipid makroseluler yang bertanggung jawab
untuk transpor lipid ke dan dari jaringan perifer. Lipoprotein diklasifikasikan berdasarkan
densitas relatifnya menjadi (a) kilomikron, (b) very-low-density lipoprotein (VLDL), (c)
intermediate-density lipoprotein (IDL), (d) low-density lipoprotein (LDL), dan (e) high-density
lipoprotein (HDL).

Metabolisme lipoprotein dapat dibagi menjadi jalur eksogen dan endogen. Jalur eksogen
merujuk pada pengolahan asupan lemak dari makanan, kolesterol, dan vitamin larut lemak,
sedangkan jalur endogen menggambarkan sintesis kolesterol di hepar dan distribusinya ke
jaringan perifer.

Representasi diagramatik metabolisme lipid. Penanda berbentuk T mengindikasikan inhibisi,


penanda berbentuk panah mengindikasikan peningkatan
b. Jalur Eksogen
Pada usus halus, empedu mengemulsifikasi lemak dari makanan dan kolesterol,
sedangkan lipase yang dieksrkresikan oleh pankeras menghidrolisis trigliserida. Endotel usus
halus mengambil produk-produk ini melalui endositosis dan pengepakan lipid menjadi
kilomikron berukuran besar, yang kemudian masuk ke sistem limfatik. Setelah berjalan jauh
melalui duktus torasikus, kilomikron masuk aliran darah dimana mereka berinteraksi dengan
lipoprotein lipase (LPL) pada sel-sel endotel vaskular, menghasilkan gliserol dan asam lemak
bebas, yang dapat digunakan oleh jaringan perifer untuk penggunaan atau penyimpanan. Selama
proses ini, kilomikron menyusut dan menjadi kilomikron sisa. Sisa-sisa kilomikron ini ditranspor
ke hati untuk kemudian diambil oleh hepatosit melalui endositosis untuk selanjutnya dihidrolisis.

c. Jalur Endogen
Di hepar, hepatosit mensintesis kolesterol, lipid, dan protein, yang disusun membentuk
VLDL dan dieksresikan ke aliran darah. Serupa dengan pengolahan kilomikron, sel endotel LPL
menghidrolisis lemak pada partikel VLDL, yang selanjutnya akan menyusut untuk membentuk
IDL dan LDL. Partikel LDL mengandung sebagian besar kolesterol plasma dan dibersihkan dari
darah dengan berikatan ke reseptor LDL (LDL-R) pada hepatosit. Apoprotein C dan E
merupakan kofaktor yang esensial untuk hidrolisis VLDL dan dikontribusikan oleh partikel
HDL. HDL juga mentransfer Apo-C II ke kilomikron pada jalur eksogen dan bertanggung jawab
atas transpor kolesterol terbalik, di mana kelebihan kolesterol dibawa dari jaringan perifer ke
hepar untuk diekskresikan bersama empedu.

d. Gangguan Lipid
Sebagian kecil gangguan lipid berasal dari defek genetik pada metabolisme lipoprotein,
yang dapat muncul pada masa kanak-kanak atau dewasa muda. Salah satu kelainan seperti ini,
yaitu hiperkolesterolemia familial, terjadi akibat defek pada gen untuk LDL-R. Heterozigot pada
defek ini mengalami percepatan pembentukan aterosklerosis dan merepresentasikan sekitar 1
dari 500 orang. Homozigot jauh lebih jarang, memiliki kadar kolesterol total dan LDL empat kali
lebih tinggi dari normal, dan memiliki kecenderungan untuk mengalami aterosklerosis.
Hiperlipidemia dapat pula berasal dari penyebab-penyebab sekunder, seperti obesitas, diabetes,
penyalahgunaan alkohol, hipotiroidisme, kelebihan glukokortikoid, dan disfungsi hepar atau
ginjal. Sebagian besar kasus hiperlipidemia pada orang dewasa berasal dari kombinasi penyebab
sekunder, predisposisi genetik, dan faktor lingkungan, termasuk diet yang buruk dan kurang
berolahraga.
Telah diketahui selama beberapa dekade bahwa peningkatan konsentrasi kolesterol total
dan LDL plasma berkaitan dsengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Sebaliknya,
kadar kolesterol HDL yang lebih tinggi mengurangi risiko aterosklerosis dan penyakit jantung
karena perannya yang penting dalam transpor kolesterol terbalik. Selanjutnya, menurunkan
konsentrasi kolesterol total dan LDL pada plasma dengan agen-agen farmakologis mengurangi
risiko kejadian koroner pada pasien dengan atau tanpa penyakit jantung koroner.
Hipertrigliseridemia diketahui menyebabkan pankreatitis, namun hubungan kausalnya dengan
aterosklerosis masih belum jelas.
Keamanan dan efikasi dari inhibitor 3-hidroksi-3-metilglutiril koenzim A reduktase
(HMG-CoA reduktase) atau statin, telah banyak tersedia, sebagaimana direfleksikan dalam
pedoman saat ini yang disusun oleh American College of Cardiology (ACC) dan American Heart
Association (AHA). Pedoman-pedoman ini mengadvokasi penggunaan statin pada empat
kelompok berisiko tinggi untuk pencegahan primer atau sekunder dari penyakit kardiovaskular
aterosklerotik.11 Berdasarkan pedoman-pedoman ini, sekitar 56 juta orang dewasa di Amerika
Serikat perlu mendapatkan terapi statin. Oleh sebab itu, dokter spesialis anestesi dapat berharap
untuk secara rutin menghadapi pasien pada periode perioperatif mengonsumsi statin untuk
hiperlipidemia dan pencegahan penyakit kardiovaskular aterosklerotik. Pedoman ACC/AHA
tidak lagi merekomendasikan target penurunan kadar kolesterol total dan LDL atau penggunaan
obat selain statin untuk penatalaksanaan hiperlipidemia. Namun, agen alternatif untuk statin
masih digunakan pada praktik klinis untuk terapi gangguan lipid familial dan untuk mereka yang
mengalami intoleransi terhadap statin.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa saja obat yang termasuk antihiperlipidemia?
b. Bagaimana mekanisme kerja obat golongan antihiperlipidemia?

1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui jenis-jenis obat antihiperlipidemia dan masing-masing mekanisme kerjanya
BAB II
2.1 PEMBAHASAN
Dalam beberapa tahun terakhir, statin telah menjadi pilihan utama pengobatan
hiperlipidemia: namun, terdapat agen-agen lain yang digunakan untuk pasien yang intoleran
terhadap statin atau mereka dengan kelainan lipid yang bersifat genetik. Efek dari kelas-kelas
obat yang berbeda ini pada LDL, HDL, dan trigliserida.

1. Statin
Statin merupakan obat yang bekerja sebagai inhibitor HMG-Coa reduktase, enzim yang
mengkatalisis tahap yang membatasi laju pada biosintesis kolesterol di mana HMG-CoA
dikonversikan menjadi mevalonate. Statin secara struktural berkaitan dengan HMG-CoA dan
inhibisi kompetitif enzim tersebut menyebabkan peningkatan reseptor LDL di hepar. Efek
kombinasi dari penurunan sintesis kolesterol dan peningkatan ambilan LDL oleh hepar yang
dimediasi oleh statin menyebabkan penurunan konsentrasi LDL sebanyak 20% hingga 60%.
Statin juga meningkatkan HDL sekitar 10%, mungkin akibat peningkatan apolipoprotein A-1.
Konsentrasi trigliserida plasma menurun sebayak 10% hingga 20% pada pasien-pasien yang
mendapatkan terapi statin, walaupun hal ini biasanya tidak cukup untuk menjadi satu-satunya
terapi huntuk hipertrigliseridemia.
Kelompok yang mendapatkan manfaat pemberian statin :
 Bukti klinis penyakit jantung aterosklerotik
 Kadar kolesterol LDL >190 mg/dL
 Usia 40-75 tahun dengan diabetes dan kadar kolesterol LDL 70-189 mg/dL
 Usia 40-75 tahun tanpa diabetes, kadar kolesterol LDL 70-189 mg/dL, dan estimasi risiko
penyakit kardiovaskular aterosklerotik dalam 10 tahun >7,5%
Obat-obatan yang termasuk dalam kelas ini (atorvastatin, fluvastatin, lovastatin,
pravastatin, simvastatin, dan rosuvastatin) dipikirkan setara dan relatif bebas efek samping. Uji
klinis acak telah menunjukkan bahwa statin menurunkan kejadian kardiovaskular (mortalitas
keseluruhan, kematian akibat infark miokardium, prosedur revaskularisasi, stroke, dan penyakit
vaskular perifer) pada pasien-pasien dengan atau tanpa aterosklerosis. Selanjutnya, studi
angiografik telah menunjukkan manfaat pada stenosis koroner pada pembuluh darah asli atau
hasil grafting pada pasien-pasien yang mendapatkan terapi statin serta pada pasien-pasien yang
mengalami sindroma koroner akut. Inisiasi awal pemberian terapi statin setelah kejadian infark
miokardium akut sangat direkomendasikan.
Penurunan kejadian kardiak yang diamati dengan pemberian statin mungkin tidak hanya
terjadi secara sekunder akibat efeknya yang menurunkan kadar LDL. Statin dipikirkan juga
menstabilisasikan plak aterosklerotik yang telah terbentuk, dan terdapat bukti bahwa statin
memiliki banyak efek pleiotropik, termasuk efek antiinflamasi, antioksidan, dan vasodilatasi.
Penurunan morbiditas dan mortalitas akibat masalah kardiak telah dilaporkan setelah pemberian
statin perioperatif pada kelompok berisiko tinggi, walaupun hal ini masih belum diadvokasi
secara luas.
a. Asal dan Struktur Kimiawi
Lovastatin merupakan suatu produk yang terbentuk secara alami yang diisolasi dari salah
satu galur Aspergillus terreus. Simvastatin dan pravastatin secara sintetik diturunkan dari produk
fermentasi jamur yang sama, sedangkan atorvastatin, fluvastatin, dan rosuvastatin merupakan
senyawa sintetik murni.
b. Farmakokinetik
Absorpsi statin pada traktus gastrointestinal berbeda-beda setelah pemberian oral. Resin
yang mengikat asam empedu dapat menurunkan absorpsi dari obat-obat ini. Lovastatin dan
simvastatin merupakan prodrug yang membutuhkan metabolisme untuk diubah menjadi bentuk
asam β-hidroksi. Asupan makanan meningkatkan konsentrasi plasma lovastatin, namun efeknya
minimal pada statin yang lainnya. Semua statin secara kuat berikatan dengan protein, kecuali
pravastatin. Kecuali untuk pravastatin, seluruh statin mengalami metabolisme ekstensif di hepar
oleh enzim-enzim P450 hepar. Waktu paruh eliminasi statin adalah 1 hingga 4 jam untuk seluruh
statin, kecuali atorvastatin yang memiliki waktu paruh eliminasi yang mencapai 14 jam.
Meskipun waktu paruh eliminasinya yang singkat, durasi efek farmakologisnya berlangsung
selama 24 jam. Hal ini merupakan pertimbangan pada periode perioperatif ketika pasien tidak
memungkinkan utnuk mengonsumsi obat secara peroral. Atorvastatin dan fluvastatin
diekskresikan sedikit melalui ginjal dan mungkin tidak membutuhkan penyesuaian dosis pada
kasus insufisiensi ginjal. Dosis pravastatin dan, untuk derajat yang lebih rendah, lovastatin dan
simvastatin mungkin membutuhkan penyesuaian pada pasien-pasien dnegan insufisiensi ginjal.
Statin bersifat teratogenik pada hewan dan oleh karena itu tidak direkomendasikan
penggunaannya selama kehamilan.
c. Efek Samping
Statin biasanya ditoleransi dengan baik dengan efek samping yang paling sering
dikeluhkan adalah gangguan gastrointestinal, kelelahan, dan nyeri kepala. Pada uji klinis, kurang
dari 5% pasien yang mendapatkan terapi statin mengalami efek samping, serupa dengan laju efek
samping pada kelompok yang mendapatkan terapi dengan plasebo. Insidensi efek samping pada
populasi umum dipikirkan lebih tinggi.
d. Efek samping terkait otot
Efek samping yang paling umum dari statin adalah efek samping terkait otot skelet. Hal
ini dapat terjadi mulai dari mialgia sederhana hingga miositis dengan sedikit peningkatan kreatin
kinase (creatine kinase; CK) hingga rhabdomiolisis yang mengancam nyawa yang ditandai
dengan peningkatan CK hingga 10 kali lebih tinggi. Miositis dan rhabdomiolisis cukup jarang
terjadi dan pada uji klinis terjadi dengan frekuensi yang serupa dengan kelompok yang diberikan
plasebo. Sebaliknya, mialgia dilaporkan pada sebanyak satu per tiga pasien yang diberikan terapi
statin pada praktik klinik dan lebih umum ditemukan pada pasien-pasien dengan faktor risiko
tertentu.
Faktor Risiko miotoksisitas statin
 Usia >80 tahun
 Perempuan
 Ras Asia
 Gagal ginjal/hepar
 Penggunaan alkohol berlebihan
 Riwayat penyakit otot sebelumnya
 Hipotiroid tidak terkontrol

2. Niasin
Niasin (asam nikotin) merupakan vitamin B kompleks larut air yang menghambat sintesis
VLDL di hepar melalui mekanisme yang belum diketahui. Selain itu, niasin menghambat
pelepasan asam lemak dari jaringan adiposa dan meningkatkan aktivitas lipase lipoprotein. Hasil
dari efek-efek ini adalah penurunan konsentrasi kolesterol LDL plasma sebanyak 15% hingga
30%, penurunan kadar trigliserida sebesar 20% hingga 50%, dan peningkatan HDL sebesar 20%
hingga 30% yang mana semuanya bergantung dosis. Niasin tidak menghasilkan perubahan
apapun yang dapat dideteksi terkait sintesis kolesterol maupun perubahan ekskresi asam empedu.
a. Farmakokinetik
Niasin siap diabsrobsi dari traktus gastrointestinal dan mengalami metabolisme pertama
yang ekstensif di hepar. Cara metabolisme utamanya adalah metilasi ke dalam bentuk N-metil-
nikotinamid. Niasin juga mengalami konjugasi dengan glisin untuk menghasilkan asam
nikotinurik. Metabolitnya diekskresikan melalui ginjal dan pada dosis yang tinggi, niasin
diekskresikan melalui ginjal dalam bentuk aslinya (bukan metabolit).
b. Efek Samping
Niasin, tidak seperti resin dan statin, memiliki banyak efek samping yang dapat
membatasi kebermanfaatannya. Efek samping yang paling sering dialami adalah kemerahan kulit
yang intens yang diinduksi oleh prostaglandin yang terjadi pada sekitar 10% pasien. Aspirin
yang diberikan 30 menit sebelum pemberian niasin mengurangi kemerahan, sedangkan konsumsi
alkohol meningkatkan kemerahan kulit. Nyeri abdomen, nausea, vomitus, diare dan malaise
merupakan keluhan yang umum pada pasien yang mendapatkan terapi niasin. Disfungsi hepar
yang bermanifestasi sebagai peningkatan aktivitas transaminase plasma dan ikterus kolestasis
dapat berkaitan dnegan penggunaan niasin dosis tinggi. Oleh sebab itu, niasin tidak
direkomendasikan untuk diberikan pada pasien dengan penyakit hepar. Hiperglikemia dan
toleransi glukosa terganggu dapat terjadi pada pasien non-diabetes yang ditatalaksana dengan
niasin. Konsentrasi plasma asam urat meningkat, yang mana meningkatkan insidensi arttritis
gout. Niasin dapat meningkatkan kejadian hipotensi ortostatik yang berkaitan dengan obat
antihipertensi dan miopati yang berkaitan dengan statin. Penyakit tukak peptik dapat direaktivasi
oleh niasin.

3. Fibrat
Fibrat merupakan turunan dari asam fibrat dan merupakan obat yang paling efektif dalam
menurunkan kadar trigliserida plasma. Pada periode pasca operasi, tatalaksana dengan fibrat
dimulai kembali ketika pasien dalam status hidrasi yang baik dan mampu untuk mengonsumsi
obat oral. Terdapat tiga derivat asam fibrat yang umum digunakan untuk tatalaksana
hiperlipidemia: gemfibrozil, fenofibrat, dan bezafibrat. Klofibrat merupakan derivat asam fibrat
orisinal untuk penatalaksanaan peningkatan konsentrasi trigliserida plasma. Obat ini tidak lagi
dipertimbangkan sebagai pilihan terapi, secara prinsip karena perhatian bahwa kejadian non-
kardiovaskular dapat mengalami peningkatan pada pasien yang mendapatkan terapi fibrat. Fibrat
menghasilkan penurunan konsentrasi trigliserida plasma sebesar 40% hingga 50% dan
peningkatan konsentrasi HDL sebesar 10% hingga 35% yang bergantung dosis, sedangkan
efeknya pada konsentrasi LDL bervariasi. Peningkatan aktivitas lipase lipoprotein yang diinduksi
obat ini kemungkinan besar merupakan mekanisme untuk terjadinya efek penurunan kadar
trigliserida yang dihasilkan obat-obatan golongan ini. Kerja fibrat dapat merefleksikan aktivasi
faktor transkripsi spesifik (reseptor yang diaktivasi oleh periksisom proliferator), yang
berdampak pada peningkatan regulasi gen yang mengkode lipase lipoprotein dan oksidasi asam
lemak. Induksi lipase lipoprotein berkontribusi terhadap proses lipolisis lipoprotein yang kaya
akan trigliserida, VLDL, dan kilomikron. Ketika konsentrasi LDL meningkat, hal ini diduga
merefleksikan perbaikan katabolisme VLDL dan karenanya meningkatkan produksi LDL.
Bezafibrat juga dipikirkan meningkatkan sensitivitas insulin.
a. Farmakokinetik
Gemfibrozil diabsorbsi dengan baik pada traktus gastrointestinal setelah pemberian
peroral. Metabolisme terjadi melalui oksidasi kelompok metil untuk membentuk hidroksimetil
dan kemudian membentuk metabolit karboksil. Pengikatan protein sangat tinggi. Waktu paruh
eliminasi gemfibrozil adalah sekitar 15 jam, dengan estimasi sebanyak 70% dari dosis tunggal
diekskresikan tanpa perubahan melalui urin. Fenofibrat merupakan prodrug yang dihidrolisis
dengan esterase untuk menghasilkan metabolit aktif, asam fenofibrat. Asam fenofibrat
dimetabolisme dengan konjugasi dengan asam glukoronida yang mengalami ekskresi melalui
ginjal secara ekstensif. Waktu paruh eliminasi fenofibrat adalah 20 jam. Absorpsi fenofibrat
meningkat ketika obat diberikan dengan makanan. Pengikatan protein sekitar 99%. Peningkatan
konsentrasi enzim transaminase hepat dalam plasma cenderung terjadi dengan pemberian
fenofibrat dibandingkan dengan fibrat lainnya.
b. Efek Samping
Efek samping yang paling umum dari fibrat adalah keluhan gastrointestinal (nyeri
abdomen, nausea) dan nyeri kepala. Gemfibrozil meningkatkan konten kolesterol dalam empedu
(litogenisitas) dan dapat meningkatkan pembentukan batu empedu. Insidensi miopati otot skelet
dan risiko rhabdomiolisis meningkat ketika obat ini diberikan bersama statin, khususnya
lovastatin. Efek antikoagulan yang ditimbulkan warfarin, dipotensiasi dengan pemberian
gemfibrozil, dipikirkan hal ini merefleksikan perpindahannya dari situs pengikatan di albumin.
Sedikit peningkatan kadar enzim transaminase dalam plasma dapat terjadi pada pasien yang
mendapatkan terapi fibrat. Memperhatikan ekskresinya yang melalui ginjal dan peningkatan
pada tes fungsi hepar yang kadang-kadang terjadi, akan sangat bijak untuk menghindari
pemberian obat ini pada pasien yang sudah memiliki gangguan ginjal atau hepar. Peningkatan
mortalitas non-kardiovaskular yang diamati dengan pemberian klofibrat25 mungkin disebabkan
karena konsentrasi kolesterol plasma yang rendah, yang dapat menjadi predisposisi untuk stroke
hemoragik, khususnya ketika hipertensi sistemik terjadi.27 Namun, banyak dari peningkatan
mortalitas pada konsentrasi kolesterol plasma yang sangat rendah mungkin bertanggung jawab
terhadap penyakit-penyakit spesifik, yang menurunkan konsentrasi kolesterol.

4. Ezetimib
Ezetimib merupakan agen yang relatif baru untuk penatalaksanaan hiperlipidemia yang
bekerja sebagai inhibitor selektif absopsi kolesterol, yang menyebabkan peningkatan regulasi
sekunder dari reseptor LDL. Absorpsi kolesterol dihambat karena kemampuan ezetimib untuk
mengganggu kompleks antara protein annexin-2 dengan cavolin-1 pada brush border di usus
halus. Digunakan sebagai monoterapi, ezetimib menurunkan kadar kolesterol LDL sebesar 8%
hingga 22% dan dapat mempotensiasi efek statin dengan penurunan tambahan sebesar 17%.
Ezetimib hanya sedikit mempengaruhi kadar trigliserida dan memiliki efek yang dapat diabaikan
terhadap kadar kolesterol HDL. Uji klinis yang mempelajari efikasi ezetimib dalam memperbaiki
titik akhir kardiovaskular menunjukkan hasil yang kontroversial, dengan beberapa studi
menunjukkan penurunan risiko kejadian aterosklerosis ketika digunakan bersamaan dengan
statin, sedangkan yang lainnya menunjukkan hasil yang negatif.

5. Asam Lemak Omega 3 (Minyak Ikan)


Satu jenis lemak yang ada pada minyak ikan laut adalah asam lemak omega tiga yang
sangat tidak tersaturasi. Efek utama asam lemak ini adalah utnuk menurunkan konsentrasi
trigliserida plasma, sedangkan efeknya pada kadar kolesterol LDL plasma bervariasi. Masih
belum jelas berapa dosis yang dibutuhkan untuk menghasilkan efek yang diinginkan pada
konsentrasi trigliserida plasma. Suplemen minyak ikan tidak dianggap sebagai obat, dan oleh
sebab itu tidak diregulasi oleh Food and Drug Administration Amerika Serikat. Keamanan
jangka panjang konsumsi kapsul minyak ikan masih belum diketahui, dan tidak ada bukti yang
menyatakan bahwa suplementasi minyak ikan dapat mencegah penyakit jantung.

6. Agen yang Bermunculan dan Eksperimental


Lomitapide merupakan inhibitor protein transfer trigliserida mikrosomal, suatu protein
transpor lipid intraseluler yang dipikirkan memiliki peran penting untuk produksi kilomikron di
usus halus dan VLDL oleh hepatosit, yang mana masih dalam pengujian. Uji coba pada pasien
dengan penyakit lipid genetik telah menunjukkan reduksi kadar LDL dan trigliserida yang cukup
baik. Insidensi efek samping gastrointestinal dengan pemberian lomitapid cukup tinggi, dan
peningkatan kadar enzim hepar juga telah diamati. Mipomersen merupakan oligopeptida
antisense yang saat ini telah diizinkan penggunaannya untuk terapi pasien-pasien dengan
hiperlipidemia familial homozigot. Oligopeptida antisense berikatan dengan molekul mRNA
untuk apolipoprotein B-100, suatu komponen penting lipoprotein aterogenik. Pengikatan ini
mengganggu translasi mRNA dan menurunkan kadar apolipoprotein B-100. Mipomersen
diberikan melalui injeksi subkutan setiap minggu dan menyebabkan penurunan kadar kolesterol
non-HDL dan trigliserida secara substansial. Seperti lomitapid, mipomersen sering kali
menyebabkan peningkatan kadar enzim hepar serta steatosis.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan makalah ini yaitu golongan statin (atorvastatin, fluvastatin, lovastatin,
pravastatin, simvastatin, dan rosuvastatin) merupakan obat antihiperlipidemia lini pertama,
sedangkan golongan resin penukar ion merupakan pilihan alternatif, dan golongan ezetimib harus
dikombinasikan dengan statin jika dipakai antihiperlipidemia.
DAFTAR PUSTAKA
Longo DL, Harrison TR. Harrison’s Principles of Internal Medicine. New York, NY: McGraw-
Hill; 2012.
Brenner GM, Stevens CW. Pharmacology. Philadelphia, PA: Saunders/ Elsevier; 2013.
Kannel WB, Castelli WP, Gordon T, et al. Serum cholesterol, lipoproteins, and the risk of
coronary heart disease. The Framingham study. Ann Intern Med. 1971;74(1):1–12.
Keys A, Aravanis C, Blackburn H, et al. Probability of middle-aged men developing coronary
heart disease in five years. Circulation. 1972;45(4):815–828.
Gordon T, Castelli WP, Hjortland MC, et al. High density lipoprotein as a protective factor
against coronary heart disease. The Framingham study. Am J Med 1977;62(5):707–
714.
Castelli WP, Garrison RJ, Wilson PW, et al. Incidence of coronary heart disease and lipoprotein
cholesterol levels. The Framingham study. JAMA. 1986;256(20):2835– 2838.
Franceschini G. Epidemiologic evidence for high-density lipoprotein cholesterol as a risk factor
for coronary artery disease. Am J Cardiol. 2001;88(12A):9N–13N.
Downs JR, Clearfield M, Weis S, et al. Primary prevention of acute coronary events with
lovastatin in men and women with average cholesterol levels: results of
AFCAPS/TexCAPS. Air Force/Texas Coronary Atherosclerosis Prevention Study.
JAMA. 1998;279(20):1615–1622.
Mihaylova B, Emberson J, Blackwell L, et al; Cholesterol Treatment Trialists’ Collaborators.
The effects of lowering LDL cholesterol with statin therapy in people at low risk of
vascular disease: meta-analysis of individual data from 27 randomised trials. Lancet.
2012;380(9841):581–590.
Baigent C, Blackwell L, Emberson J, et al; Cholesterol Treatment Trialists’ Collaboration.
Efficacy and safety of more intensive lowering of LDL cholesterol: a meta-analysis
of data from 170,000 participants in 26 randomised trials. Lancet.
2010;376(9753):1670–1681.

Anda mungkin juga menyukai