Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ANALISIS PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Mata Kuliah Sistem Energi Cerdas

Disusun Oleh:
DIKCYAWAN SA’PUTRA
221111003

PROGRAM STUDI
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA YOGYAKARTA
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Proposal penelitian ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk dilaksanakan.
Disetujui pada
Hari :
Tanggal :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Nama Nama
NIP. NIP.

Mengetahui,
Ketua Jurusan

……………..
NIP.

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan
ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah Sistem Energi Cerdas yang saya beri
judul ”Analisis Pembangkit Listrik Tenaga Angin”
Adapun makalah ilmiah Sistem Energi Cerdas tentang “Pembangkit Listrik Tenaga
Angin" ini telah saya usahakan semaksimal mungkin. Oleh sebab itu, saya juga ingin
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para pengajar ataupun dosen
yang telah memberikan ilmunya sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ilmiah Sistem Energi Cerdas ini
tentang “Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Angin" ini dapat diambil manfaatnya sehingga
dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran anda saya tunggu
unuk perbaikan makalah ini nantinya.

ii
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.1  Energi Angin....................................................................................................................................1
1.2 Asal energi angin...............................................................................................................................2
1.3  Proses Terjadinya Angin...................................................................................................................3
1.4 Turbin Angin sebagai Alternatif Pembangkit Listrik.........................................................................3
1.5 Pembangkit Listrik Tenaga Angin.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
A. Potensi Energi Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Indonesia..........................................................6
B. Cara Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).......................................................................10
C. Performa Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Angin....................................................................12
D. Studi kasus........................................................................................................................................12
BAB III......................................................................................................................................................14
METODE PENELITIAN..........................................................................................................................14
A. Metodologi Penelitian.......................................................................................................................14
1.1 Pemodelan Rectifier.........................................................................................................................15
B. Hasil Dan Pembahasan......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Energi adalah suatu kemampuan untuk melakukan kerja atau kegiatan. Tanpa energi,
dunia ini akan diam atau beku. Dalam kehidupan manuusia selalu terjadi kegiatan dan untuk
kegiatan otak serta otot diperlukan energi. Energi itu diperoleh melalui _proses oksidasi
(pembakaran) zat makanan yang masuk ke tubuh berupa makanan. Kegiatan manusia lainnya
dalam memproduksi barang, transportasi, dan lainnya juga memerlukan energi yang diperoleh
dari bahan sumber energi atau sering disebut sumber daya alam (natural resources).
Sumber daya alam itu dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1.  sumber daya alam yang dapat_diperbarui (renewable) atau hampir tidak dapat habis
misalnya: tumbuhan hewan. air, tanah, sinar matahari, angin, dan sebagainya;
2. sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui (unjenewable) atau habis, misalnya: minyak
bumi atau batu bara.
Selanjutnya, secara terinci energi dibedakan atas butir-butir berikut dan perlu diketahui
bahwa energi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Misalnya, energi potensial air
(air terjun) dapat diubah menjadi energi gerak, energi listrik, dan seterusnya.

1.1  Energi Angin
Dua ribu tahun yang lalu manusia sudah dapat memanfaatkan energi angin untuk usaha
sederhana. Beratus-ratus tahun kemudian energi angin itu menjadi semakin jelas
pemanfaatannya. Kapal kecil dan besar dapat mengarungi lautan luas dengan bantuan energi
angin yang meniup layar kapal. Angin merupakan udara yang bergerak; udara yang berpindah
tempat,mengalir dari tempat yang dingin ke tempat yang panas dan dari tempat yang panas
mengalir ke tempat yang dingin, demikian terus-menerus. 
Angin adalah proses alam yang berlaku secara skala kecil dan skala besar, secara lingkup
daerah dan dunia. Di lapisan atmosfir bawah udara dingin mengalir dari daerah kutub menuju

1
2

daerah khatulistiwa dan di lapisan atmosfir atas udara hangat mengalir dari khatuistiwa menuju
daerah kutub. 
Angin merupakan suatu energi alam yang berlimpah adanya di bumi yang
juga merupakan energi yang murah serta tak pernah habis. Energi angin telah lama dikenal dan
dimanfaatkan oleh manusia. Adapun pemanfaatannya adalah antara lain : 
- Pemompaan air untuk keperluan rum ah tangga dan pertanian. 
- Melaksanakan kegiatan pertanian, seperti menggiling jagung, menggiling 
tepung, tebu. 
- Mengalirkan air laut untuk pembuatan garam. 
- Membangkitkan tenaga listrik khususnya untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin
terutama untuk daerah yang belum terjangkau oleh PLN. 

 1.2 Asal energi angin 
Semua energi yang dapat diperbaharui dan bahkan energi pada bahan bakar fosil kecuali
energi pasang surut dan panas bumi berasal dari Matahari. Matahari meradiasi 1,74 x 1.014
kilowatt jam energi ke Bumi setiap jam. Dengan kata lain, Bumi menerima 1,74 x 1.017 watt
daya. 
Sekitar 1-2 persen dari energi tersebut diubah menjadi energi angin. Jadi, energi angin
berjumlah 50-100 kali lebih banyak daripada energi yang diubah menjadi biomassa oleh seluruh
tumbuhan yang ada di muka Bumi. Sebagaimana diketahui, pada dasarnya angin terjadi karena
ada perbedaan temperatur antara udara panas dan udara dingin. Daerah sekitar khatulistiwa,
yaitu pada busur 0°, adalah daerah yang mengalami pemanasan lebih banyak dari
Matahari dibanding daerah lainnya di Bumi. 
Daerah panas ditunjukkan dengan warna merah, oranye, dan kuning pada
gambar inframerah dari temperatur permukaan laut yang diambil dari satelit NOAA-7 pada Juli
1984. Udara panas lebih ringan daripada udara dingin dan akan naik ke atas sampai mencapai
ketinggian sekitar 10 kilometer dan akan tersebar ke arah utara dan selatan. 
Jika Bumi tidak berotasi pada sumbunya, maka udara akan tiba di kutub utara dan kutub
selatan, turun ke permukaan lalu kembali ke khatulistiwa. Udara yang bergerak inilah yang
merupakan energi yang dapat diperbaharui, yang dapat digunakan untuk memutar turbin dan
akhirnya dapat menghasilkan listrik. 
3

1.3  Proses Terjadinya Angin 


Angin terjadi bila terdapat pemanasan permukaan bumi yang tak sama oleh
sinar matahari. Disiang hari udara di atas lautan relati lebih dingin daripada daratan.
Sinar matahari menguapkan air lautan dan diserap lautan. Penguapan dan obsorsi sinar matahari
di daratan kurang sehingga udara di atas daratan lebih panas. Dengan demikian udara di atas
mengembang,jadi ringan dan naik ke atas. 
Udara dingin yang lebih berat turun mengisi kekurangan udara di daratan,
maka terjadilah aliran udara yang disebit angin dari lautan ke daratan tepi pantai. Di malam hari
peristiwa yang sebaliknya terjadi, angin di permukaan laut mengalir dari pantai ke tengah lautan
dan peristiwa inilah yang dimanfaatkan oleh para nelayan untuk mencari ikan di lautan. Angin di
lereng gunung juga terjadi demikian. Pada sekitar puncak pegunungan lebih dulu panas
dibandingkan dengan daerah lembah. Karena perbedaan panas ini sehingga
menimbulkan perbedaan tekanan yang akhirnya timbul angin biasa yang disebut angin lembah
dan angin gunung. 

1.4 Turbin Angin sebagai Alternatif Pembangkit Listrik  


Menurunnya tinggi muka air di berbagai bendungan terutama yang dimanfaatkan sebagai
sumber pembangkit listrik tenaga air (PLTA)-telah menurunkan pasokan listrik di Jawa hingga
500 megawatt. Sebagai salah satu sumber pemasok listrik, PLTA bersama pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) memang memegang peran penting
terhadap ketersediaan listrik terutama di Jawa, Madura, dan Bali. Energi angin yang sebenarnya
berlimpah di Indonesia ternyata belum dimanfaatkan sebagai alternatif penghasil listrik. Padahal,
di berbagai negara, pemanfaatan energi angin sebagai sumber energi alternatif nonkonvensional
sudah semakin mendapatkan perhatian. 
Hal ini tentu saja didorong oleh kesadaran terhadap timbulnya krisis energi dengan
kenyataan bahwa kebutuhan energi terus meningkat sedemikian besarnya. Di samping itu, angin
merupakan sumber energi yang tak ada habisnya sehingga pemanfaatan sistem konversi energi
angin akan berdampak positif terhadap lingkungan. 
4

1.5 Pembangkit Listrik Tenaga Angin 


Pembangkit listrik tenaga angin, yang diberi nama Wind Power System memanfaatkan
angin melalui kincir, untuk menghasilkan energi listrik. Alat ini sangat cocok sekali digunakan
masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil. Secara umum, sistem alat ini memanfaatkan
tiupan angin untuk memutar motor. Hembusan angin ditangkap baling-baling, dan dari putaran
baling-baling tersebut akan dihasilkan putaran motor yang selanjutnya diubah menjadi energi
listrik. 
Wind Power System ini terdiri dari empat bagian utama, yaitu rotor,
transmisi, elektrikal dan, tower. Bagian rotor terdiri dari baling-baling dengan empat
daun, bentuknya seperti baling-baling pesawat. Dengan bentuk seperti ini diharapkan
energi angin yang tertangkap bisa maksimal agar bobotnya lebih ringan. Baling-baling ini dibuat
dengan diameter 3,5 dan bahannya dibuat dari fiberglass.  
Untuk mendapat hembusan angin, baling-baling diletakkan pada tower setinggi delapan
meter. Sedangkan pada bagian transmisi digunakan sistem kerekan dan tali, sistem transmisi ini
digunakan untuk menyiasati kekuatan angin yang kecil. Karena kecepatan angin di Indonesia
relatif kecil, transmisi ini sangat menguntungkan untuk meningkatkan putaran sebagai pengubah
energi digunakan alternator dua fase 12 volt, energi listrik yang dihasilkan oleh alternator dapat
disimpan dalam aki. Sementara kapasitas daya yang didapat sebesar 1,5 KW. Wind Power
System  telah diuji coba oleh para mahasiswa di pantai kenjeran, kurang dari satu jam hasil dari
percobaan tersebut sudah dapat menghasilkan energi listrik untuk menyalakan TV dan lampu
sampai 100 watt. 
5

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini ialah sebagai berikut :


1. Potensi energi pembangkit listrik tenaga angin di Indonesia
2. Mekanisme kerja pembangkit listrik tenaga angin
3. Performa teknologi pembangkit listrik tenaga angin
4. Potensi aplikasi pembangkit istrik tenaga angin di indonesia

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini ialah menganalisis seberapa jauh besarnya potensi
energi dari teknologi pembangkit listrik tenaga angin, cara kerja atau mekanismenya, dan
performa teknologinya, serta seberapa besar potensi pengaplikasiannya di Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Potensi Energi Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Indonesia

Kita perlu belajar dari success story Denmark dalam memanfaatkan energi angin untuk pembangkit
listrik tenaga angin/bayu (PLTB) yang pada saat ini telah berkontribusi lebih dari 40% kebutuhan listrik negara
Ratu Margrethe tersebut. Kebijakan serupa pasti juga bisa diaplikasikan di negera kita. Negara kita juga
mempunyai sumber energi angin yang cukup besar dan tersebar di berbagai daerah untuk dikembangkan
menjadi PLTB.
Menurut hasil penelitian Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dari 166 lokasi
yang diteliti, terdapat 35 lokasi yang mempunyai potensi angin yang bagus dengan kecepatan angin diatas 5
meter perdetik pada ketinggian 50 meter. Daerah yang mempunyai kecepatan angin bagus tersebut,
diantaranya Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), pantai selatan Jawa dan pantai selatan
Sulawesi. Disamping itu, LAPAN juga menemukan 34 lokasi yang kecepatan anginnya mencukupi dengan
kecepatan 4 sampai 5 meter perdetik (Energinet, DEA, 2016).

Potensi angin Indonesia memang cukup besar. Rencana Umum Energi Nasional (RUEN)
mencantumkan angka 60.647,0 MW untuk kecepatan angin 4 meter perdetik atau lebih (Lampiran Peraturan
Presiden Nomor 22 Tahun 2017).

Kita perlu belajar dari success story Denmark dalam memanfaatkan energi angin untuk pembangkit
listrik tenaga angin/bayu (PLTB) yang pada saat ini telah berkontribusi lebih dari 40% kebutuhan listrik negara
Ratu Margrethe tersebut. Kebijakan serupa pasti juga bisa diaplikasikan di negera kita. Negara kita juga
mempunyai sumber energi angin yang cukup besar dan tersebar di berbagai daerah untuk dikembangkan
menjadi PLTB.

Menurut hasil penelitian Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dari 166 lokasi
yang diteliti, terdapat 35 lokasi yang mempunyai potensi angin yang bagus dengan kecepatan angin diatas 5
meter perdetik pada ketinggian 50 meter. Daerah yang mempunyai kecepatan angin bagus tersebut,
diantaranya Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), pantai selatan Jawa dan pantai selatan
Sulawesi. Disamping itu, LAPAN juga menemukan 34 lokasi yang kecepatan anginnya mencukupi dengan
kecepatan 4 sampai 5 meter perdetik (Energinet, DEA, 2016).

6
7

Potensi angin Indonesia memang cukup besar. Rencana Umum Energi Nasional (RUEN)
mencantumkan angka 60.647,0 MW untuk kecepatan angin 4 meter perdetik atau lebih (Lampiran Peraturan
Presiden Nomor 22 Tahun 2017). Lokasi potensi angin tersebut dapat dibaca pada tabel 2 berikut :

Tabel 2 : Potensi Bayu per Provinsi

Beberapa lokasi yang telah dan sedang dikembangkan menjadi PLTB, seperti di Jeneponto dan
Bantul. PLTB Jeneponto berlokasi di Desa Jombe, Kecamatan Turatea, Jeneponto, akan menyumbang sekitar
70 MW ke Sistem PLN Sulselrabar. Proyek yang dikerjakan PT Energi Angin Indonesia ini memiliki kapasitas
total 162,5 MW dari 65 unit turbin, namun baru 70 MW yang sudah masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN Sulselrabar pertengahan tahun 2017. Energi listrik ini akan dialirkan ke
sistem transmisi 150 KV meliputi Palu-Mamuju, Wotu-Masamba dan Sengkang-Siswa. Setelah masuk dalam
sistem, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan listrik masyarakat, baik di daerah perkotaan maupun daerah
terpencil  (Tribun Timur, 30/082016).
8

Sementara PLTB Bantul merupakan PLTB terbesar di Indonesia dan merupakan bagian dari Program
Infrastruktur Ketegalistrikan (PIK) yang lebih dikenal dengan Program Listrik 35 Ribu MW. Dengan 30 turbin
angin yang akan dipasang, nantinya bisa dipanen 50 MW listrik. Proyek yang terletak di pantai Samas ini
ditargetkan bisa rampung pada tahun 2018 mendatang, dengan nilai investasi sekitar Rp 2 triliun.
Lokasi PLTB lainnya terletak di Bangka Belitung, Bali, dan Nusa Penida masing-masing sebanyak 1
unit, Pulau Selayar sebanyak 3 unit, dan di Sulawesi Utara sebanyak 2 unit (status 2007). Disamping itu,
Pemerintah juga berencana untuk membangun PLTB di berbagai daerah, seperti Sukabumi Jawa Barat.
Rencana Pemerintah untuk membangun lebih banyak PLTB ini perlu kita dorong karena akan membawa
banyak manfaat bagi kita semua. Pertama, PLTB tidak membutuhkan sumber energi fosil yang harganya
cukup mahal dan akan habis pada waktu tertentu. Apalagi Indonesia sekarang telah menjadi net importir
BBM. Kedua, PLTB adalah salah satu energi hijau (ramah lingkungan), sehingga sejalan dengan upaya
pelestarian lingkungan dan pengurangan karbon di udara. Pada saat ini semakin banyak dan semakin gencar
masyarakat atau LSM menyuarakan penggunaan energi hijau.
Ketiga, bisa dibangun di tengah laut sehingga tidak perlu pembebasan lahan. Sebagaimana diketahui
bahwa pengadaan lahan ini telah menjadi persoalan yang pelik di sejumlah daerah. Keempat, bisa dibangun
di remote area, sehingga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat di pelosok tanah air, termasuk di daerah
terluar, tertinggal dan terpencil. Ini dapat meningkatkan rasio elektrifikasi nasional dan pemerataan penyediaan
listrik bagi seluruh masyarakat Indonesia, dimanapun domisilinya. Kelima, biaya produksinya kompetitif,
sekitar 6 sen USD per kwh di Denmark. Perkembangan teknologi membuat harga energi listrik dari EBT
semakin murah dan mampu bersaing dengan listrik dari energi fosil.
Keberhasilan Denmark dalam pengembangan EBT, terutama PLTB karena didukung oleh kebijakan
Pemerintah Denmark yang mampu menciptakan iklim investasi yang baik dan sistem yang kompetitif,
sehingga invenstasi dan biaya produksinya bisa lebih murah. Disamping itu, keberhasilan pengembangan EBT
memerlukan sinergi dan komitmen yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan.
Demi tercapainya keberhasilan pengembangan EBT di negara tercinta ini, maka Pemerintah bersama
pihak terkait perlu bahu membahu untuk menciptakan iklim investasi yang baik dan sistem yang kompetitif.
Kebijakan dan aturan yang telah dibuat Pemerintah akan tidak bearti apa-apa jika tidak didukung oleh pelaku
usaha dan pihak terkait lainnya. Oleh karena itu, mari kita dorong dan mari kita dukung bersama-sama upaya
penciptaan iklim investasi yang baik dan sistem yang kompetitif di bumi nusantara ini.
Beberapa lokasi yang telah dan sedang dikembangkan menjadi PLTB, seperti di Jeneponto dan
Bantul. PLTB Jeneponto berlokasi di Desa Jombe, Kecamatan Turatea, Jeneponto, akan menyumbang sekitar
70 MW ke Sistem PLN Sulselrabar. Proyek yang dikerjakan PT Energi Angin Indonesia ini memiliki kapasitas
total 162,5 MW dari 65 unit turbin, namun baru 70 MW yang sudah masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN Sulselrabar pertengahan tahun 2017. Energi listrik ini akan dialirkan ke
sistem transmisi 150 KV meliputi Palu-Mamuju, Wotu-Masamba dan Sengkang-Siswa. Setelah masuk dalam
9

sistem, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan listrik masyarakat, baik di daerah perkotaan maupun daerah
terpencil  (Tribun Timur, 30/082016).
Sementara PLTB Bantul merupakan PLTB terbesar di Indonesia dan merupakan bagian dari Program
Infrastruktur Ketegalistrikan (PIK) yang lebih dikenal dengan Program Listrik 35 Ribu MW. Dengan 30 turbin
angin yang akan dipasang, nantinya bisa dipanen 50 MW listrik. Proyek yang terletak di pantai Samas ini
ditargetkan bisa rampung pada tahun 2018 mendatang, dengan nilai investasi sekitar Rp 2 triliun
(tambang.co.id).
Lokasi PLTB lainnya terletak di Bangka Belitung, Bali, dan Nusa Penida masing-masing sebanyak 1
unit, Pulau Selayar sebanyak 3 unit, dan di Sulawesi Utara sebanyak 2 unit (status 2007). Disamping itu,
Pemerintah juga berencana untuk membangun PLTB di berbagai daerah, seperti Sukabumi Jawa Barat
(bangkitlistrik.blogspot.com).
Rencana Pemerintah untuk membangun lebih banyak PLTB ini perlu kita dorong karena akan
membawa banyak manfaat bagi kita semua. Pertama, PLTB tidak membutuhkan sumber energi fosil yang
harganya cukup mahal dan akan habis pada waktu tertentu. Apalagi Indonesia sekarang telah menjadi net
importir BBM. Kedua, PLTB adalah salah satu energi hijau (ramah lingkungan), sehingga sejalan dengan
upaya pelestarian lingkungan dan pengurangan karbon di udara. Pada saat ini semakin banyak dan semakin
gencar masyarakat atau LSM menyuarakan penggunaan energi hijau.
Ketiga, bisa dibangun di tengah laut sehingga tidak perlu pembebasan lahan. Sebagaimana diketahui
bahwa pengadaan lahan ini telah menjadi persoalan yang pelik di sejumlah daerah. Keempat, bisa dibangun
di remote area, sehingga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat di pelosok tanah air, termasuk di daerah
terluar, tertinggal dan terpencil. Ini dapat meningkatkan rasio elektrifikasi nasional dan pemerataan penyediaan
listrik bagi seluruh masyarakat Indonesia, dimanapun domisilinya. Kelima, biaya produksinya kompetitif,
sekitar 6 sen USD per kwh di Denmark. Perkembangan teknologi membuat harga energi listrik dari EBT
semakin murah dan mampu bersaing dengan listrik dari energi fosil.
Keberhasilan Denmark dalam pengembangan EBT, terutama PLTB karena didukung oleh kebijakan
Pemerintah Denmark yang mampu menciptakan iklim investasi yang baik dan sistem yang kompetitif,
sehingga invenstasi dan biaya produksinya bisa lebih murah. Disamping itu, keberhasilan pengembangan EBT
memerlukan sinergi dan komitmen yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan.
10

Demi tercapainya keberhasilan pengembangan EBT di negara tercinta ini, maka Pemerintah bersama
pihak terkait perlu bahu membahu untuk menciptakan iklim investasi yang baik dan sistem yang kompetitif.
Kebijakan dan aturan yang telah dibuat Pemerintah akan tidak bearti apa-apa jika tidak didukung oleh pelaku
usaha dan pihak terkait lainnya. Oleh karena itu, mari kita dorong dan mari kita dukung bersama-sama upaya
penciptaan iklim investasi yang baik dan sistem yang kompetitif di bumi nusantara ini.

B. Cara Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)

Angin termasuk kedalam sumber energi yang dapat diperbaharui. Angin selalu tersedia dan tidak akan
habis digunakan. Energi angin berasal dari udara yang bergerak, angin bertiup karena adanya perbedaan
suhu dan tekanan dari satu tempat ke tempat lainnya dimana angin bergerak dari daerah bertekanan tinggi
ke daerah bertekanan rendah. Perubahan suhu dan tekanan di atmosfer menciptakan gerakan angin yang
cukup potensial sebagai sumber daya energi. Pembangkit listrik tenaga angin mengubah energi angin
menjadi energi listrik melalui sebuah turbin angin. Angin akan memutar bilah turbin kemudian bila turbin
ini akan memutar sebuah generator lalu menghasilkan listrik. Lengkapnya, sebuah pembangkit listrik
tenaga angin bisa terdiri dari satu buah turbin angin atau beberapa turbin angin yang gaya listriknya
digabungkan dan disalurkan ke satu unit penyalur listrik gaya listrik kemudian dialirkan melalui kabel
transfusi dan didistribusikan ke rumah-rumah, ke kantor, sekolah, dan tempat lainnya
11

Menurut Kementerian ESDM, potensi energi angin di Indonesia tersebar dari Sabang sampai
dengan Merauke terutama didaerah pesisir pantai yang memanfaatkan angin darat dan angin laut dengan
kecepatan angin berkisar dari 3 – 6 m/s yang dapat menghasilkan energi listrik sampai dengan 9290 MW.
Kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik kini banyak dilirik seluruh dunia
sebagai pilihan energi terbarukan dan seperti yang kita tahu Indonesia saat ini telah memiliki dua turbin
angin yang terletak di Sidrap dan Jeneponto, Sulawesi Selatan yang lebih banyak digunakan untuk
mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini dikarekanan energi listrik dari angin lebih ramah
lingkungan dengan menggunakan prinsip konversi energi yang menggunakan sumber daya alam dapat
diperbaharui yaitu angin lepas. Terdapat dua pilihan pembangkit yang bisa diaplikasikan yaitu PLTB on
shore dan PLTB offshore. Terdapat dua jenis turbin angin pada PLTB, pertama horizontal Horizontal
Axis Wind Turbine atau disingkat dengan HAWT seperti tipe propeller, Dutch type, multi blade, dan lain-
lain. Yang kedua adalah tipe Vertical Axis Wind Turbine atau VAWT seperti tipe Darius, Helix dan lain-
lain. Untuk mengatur agar daya listrik yang dihasilkan generator tidak melebihi kapasitasnya turbin
biasanya menggunakan pengontrol atau pengendali pada turbin angin dengan kontrol Bleach. Berikut
adalah kelebihan dan kekurangan dari turbin HAWT dan VAWT.

Vertical Axis Wind Turbine Horizontal Axis Wind Turbine


Kecepatan angin relatif rendah Kecepatan angin relatif tinggi
Torsi tinggi Torsi rendah
Daya relatif kecil Daya relatif besar
Posisi pemasangan tidak memperhatikan potensi Posisi pemasangan memperhatikan potensi arah
arah angin (bebas) angina

Subsistem yang dapat meningkatkan safety dan efisiensi dari turbin angin, mulai dari gearbox
yang fungsinya mengubah putaran rendah pada kincir menjadi putaran tinggi. Lalu ada break system yang
digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja pada titik aman saat terdapat
angin yang besar. Alat ini perlu dipasang karena generator memiliki titik kerja aman dalam
pengoperasiannya, sedangkan generator adalah satu komponen paling penting karena alat inilah yang
nantinya akan mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Selain itu dibutuhkan juga dipan energi
karena angin yang tidak sepanjang hari berhembus dengan jumlah yang sama sehingga penyimpanan
energi digunakan sebagai backup. Selanjutnya ada rectifier inverter yang berfungsi untuk menyerahkan
12

gelombang sinusoidal atau AC yang dihasilkan oleh generator menjadi gelombang DC kemudian
membaliknya untuk memenuhi gelombang yang dibutuhkan peralatan rumah tangga. Secara singkat cara
kerja turbin angin adalah angin akan memutar sudut turbin lalu diteruskan untuk memutar rotor pada
generator di bagian belakang turbin angin, generator kemudian mengubah energi gerak tersebut menjadi
energi listrik dengan teori medan elektromagnetik sehingga tegangan dan arus listrik yang dihasilkan
inilah yang kemudian disalurkan melalui kabel jaringan listrik untuk akhirnya digunakan oleh
masyarakat.

C. Performa Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Dalam beberapa tahun terakhir ini, sistem smart energy mulai dikembangkan karena efektif dan efisien
dalam mengonversikan sumber energi listrik secara berkelanjutan (Lund et al., 2017). Smart energy
merupakan bagian dari transformasi revolusi industri manufaktur ke generasi berikutnya, yaitu industri
4.0 (Rubmann et al., 2015). Dasar dari smart energy adalah smart grid, yang merupakan jaringan listrik
cerdas yang dapat mengintegrasikan semua aktivitas pengguna mulai dari pembangkit sampai ke
konsumen dengan tujuan agar efisien, berkelanjutan, ekonomis dan memastikan pasokan listrik aman
(IEC, 2010; M. A. Islam, 2014; Kakran and Chanana, 2018). Pada sistem smart grid, banyak sumber
energi yang digunakan seperti matahari, angin, biomassa, gelombang air laut dan lain sebagainya yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik dengan efisiensi besar (Muyeen and Al-Durra,
2013). Energi angin merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang memliki potensi besar untuk
digunakan sebagai PLTB yang menghasilkan energi listrik dibandingkan dengan jenis sumber energi
terbarukan lainnya (El-Sebaii, 2013; Eltamaly and Farh, 2013; Muyeen and Al-Durra, 2013). Energi
angin memiliki biaya instalasi lebih rendah di bandingkan energi surya (Valenciaga et al., 2003;
Koutroulis and Kalaitzakis, 2006). Namun, performa PLTB/angin terhubung grid umumnya belum
diinvestigasi lebih jauh pada pembebanan dinamis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui performa
PLTB terhubung grid pada pembebanan dinamis. Variasi kecepatan angin dan beban dinamis juga
diujikan untuk mengetahui performa sistem tersebut. Pemodelan simulasi dilakukan menggunakan
software Power Simulator (PSIM). PLTB terhubung grid pada pembebanan dinamis memiliki performa
baik.
13

D. Studi kasus
Salah satu energi terbarukan yang berpotensi di Indonesia adalah energi angin. Dalam Perpres
22/2017 menyanjikan bahwa Indonesia memiliki potensi energi angin yang dapat menghasilkan listrik hingga
60GW yang dikaji di 34 provinsi. Namun demikian, Indonesia masih sangat minim dalam
mengimplementasikan energi baru terbarukan. Salah satu penyebab hal tersebut adalah kurangnya kajian
tentang potensi energi angin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berapa besar potensi energi angin di
Gunung Kincir untuk menghasilkan energi listrik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif. Analisis potensi energi angin menggunakan data sekunder kecepatan angin di
Gunung Kincir tahun 2014-2018 yang tersedia diNational Aeronautics and Space Adminstration (NASA) dan
menggunakan data primer dengan melakukan pengukuran secara langsung di Gunung Kincir selama 30 hari.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa Gunung Kincir memiliki kisaran rata-rata kecepatan angin yang
bervariasi antara 2 m/s sampai 4,4 m/s dan memiliki kecepatan angin maksimum 11,18 m/s. Jenis turbin angin
yang sesuai adalah Horizontal Axis Wind Turbine dengan jenis bilah inversed-taper menggunakan generator
The Sky Dancer 500 (TSD 500). Berdasarkan analisis data menggunakan spesifikasi kincir angin TSD 500
kisaran energi listrik yang dapat dihasilkan adalah 390 Wh sampai 500 Wh dalam satu hari.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian

Gambar 1 menunjukan PLTB terhubung grid yang memiliki komponen utama model turbin
angin, Permanent Magnet Syncronous Generator (PMSG), rectifier, boost converter, inverter, load dan
grid. Turbin angin berfungsi mengonversi energi angin menjadi energi mekanik (Amine, Abdelaziz and
Najib, 2014). Energi mekanik tersebut digunakan untuk menggerakan PMSG sehingga menghasilkan arus
dan tegangan AC (C.Janani, 2011). Tegangan AC dari PMSG kemudian dikonversikan menjadi tegangan
DC menggunakan rectifier (C.Janani, 2011; Daniel W.Hart, 2011)]. Boost converter berfungsi untuk
menaikkan tegangan DC dari rectifier (Ned, M.U.Tore and P.R.William, 2003). Output tegangan DC dari
boost converter menjadi input inverter yang selanjutnya dikonversikan menjadi tegangan AC 3 phase dan
dihubungkan dengan beban serta grid.

Gambar 1. PLTB Terhubung Grid (Rashid, 2011)

Pemodelan Turbin Angin Daya maksimum yang dapat dibangkitkan turbin angin sebesar 28 kW.
Turbin angin tersebut dimodelkan menggunakan modul yang terdapat pada software PSIM. Selanjutnya
pemodelan turbin angin dilakukan dengan cara memasukan parameter yang ada pada datasheet ke
parameter modul turbin angin PSIM. Parameter datasheet turbin angin ditunjukan pada tabel 1. (Shah et
al, 2015; F Ronilaya, B Setiawan, A A Kusuma, 2018) Tabel 1.

Parameter turbin angin Parameter Nilai Daya rating 28 kW Radius 1 m Gear ratio 1:1 Kecepatan
rotor 180 rpm P 1.205 Kg/m2 Momen inersia 100 m

14
15

Pemodelan Permanent Magnet Syncronous Generator (PMSG)

Generator yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe Permanent Magnet Syncronous
Generator (PMSG). Tegangan yang dihasilkan PMSG adalah tegangan 3 fasa sebesar 380 V AC.
Parameter datasheet PMSG dimasukan ke parameter modul PMSG pada software PSIM. Parameter
datasheet PMSG ditunjukan pada tabel 2 (Shah et al., 2015; F Ronilaya, B Setiawan, A A Kusuma, 2018).
Tabel 2. Parameter PMSG Parameter Nilai Daya Rating 30 kW Poles 8 Rs 56 mOhm Ls 1.6 mH Ld 1.6
mH Momen inersia 0.02 Kg.m2 Pemodelan Rectifier Jenis rectifier yang digunakan adalah rectifier full
wave. Rectifier dimodelkan menggunakan modul yang terdapat pada software PSIM. Tegangan output
yang dihasilkan rectifier sebesar 225 V DC seperti ditunjukan pada gambar 2.

1.1 Pemodelan Rectifier

Jenis rectifier yang digunakan adalah rectifier full wave. Rectifier dimodelkan menggunakan modul yang
terdapat pada software PSIM. Tegangan output yang dihasilkan rectifier sebesar 225 V DC seperti
ditunjukan pada gambar 2. Muslim Nuryogi1 , Subiyanto2 / Edu Elektrika 8 (2) (2019)

Gambar 2. Output Tegangan Rectifier

B. Hasil Dan Pembahasan

Performa PLTB Terhubung Grid pada Standard Test Condition (STC) Pengujian awal dilakukan
untuk memvalidasi kinerja PLTB terhubung grid. Sistem diujikan pada kondisi Standard Test Condition
16

(STC) dengan kecepatan angin sebesar 12 m/s. Gambar 8 menunjukan hasil simulasi kecepatan angin
yang akan diujikan pada sistem.

Gambar 8. Kecepatan Angin Standard Test Condition


17

DAFTAR PUSTAKA
1. Kadir, A. 2001. “Energi” Jakarta : UI Press
2. Faizul, A.K. 2008 “Pemanfaatan Tenaga Angin Untuk Energi Listrik”. Jakarta : Lodakarya
3. Djojodiharjo H, 1993. “Perkembangan Masa Depan dan Pemilihan Teknologi Ketenagalistrikan
di Indonesia”, Jakarta : Lokakarya Energi.
4. Dewan Energi Nasional. 2016. “Outlook Energi Indonesia” Jakarta : Sekretariat Jendral Energi
Nasional
5. Daryanto, Y. “Kajian Potensi Angin Untuk Pemangkit Listrik Tenaga Bayu” Yogyakarta : Balai
PPTAGG.
6. Notosudjono D 2017 “Teknologi Energi Terbarukan” Bogor : UNPAK PRESS.
7. Harijono, 2001. “Konversi Energi Angin” Jakarta : Lokakarya [7] Hau Erich. 2006. “Wind
Turbines Fun damentals, Technologies, Application, Economics” Germany : Springer.
8. Kementerian energi dan sumber daya mineral [9] Hugh, P. 2005. “How to Build A Wind Turbine
– The Axial Flux Windmill Plans”. United States Of America.

Anda mungkin juga menyukai