Anda di halaman 1dari 2

PECINTA YANG MENCINTAI Muhammad Zaed Fatahillah.

“33,45%, pembayaran akan kami lakukan selama tiga bulan kedepan, 3 kali angsuran
dengan cicilan rata” tegas presdir. Seraya terheran ia menyaksikan pengusaha yang mendadak
menjual seluruh sahamnya sementara dia sedang dalam fase puncak keberuntungan. “Baik,
beri saya kabar selanjutnya.” Zulkarnaen menatap mantap mata presiden direktur yang
memasang wajah setengah terheran. “Anda sudah yakin, apa yang anda lakukan ini adalah
benar?” “Seyakin pada waktu saya membeli sepertiga perusahaan ini.” Gertakannya semakin
membuat presiden direktur tergetar dan ingin kencing di tempat.
“Kamu tahu swandono? Apa yang membedakan orang yang tidak memiliki uang
sama sekali dengan orang yang memiliki terlalu banyak uang?” celetuknya kepada sopir.
“tentu saja berbeda, bapak. Orang yang tidak memiliki uang pasti berat hidupnya dan
sangatlah tidak tenang.” Jawab pak sopir seolah dia sangat yakin dengan jawabannya. “tidak,
keduanya tidak memiliki perbedaan. Kebingungan dan tersiksa.” Mobil melaju cepat pada
jalan tanpa hambatan, menghiraukan hangat sore yang mulai menyapa. “Kemana tujuan kita
selanjutnya, pak?” “Bakri, bawa aku kesana, aku ingin sekali bertemu dia, putraku.” “baik,
bapak”, ucap swandono dengan sigap mengarahkan mobilnya ke jalan tol Surabaya, yang
diantaranya melewati Surakarta.
“tok tok tok, Assalaamualaikum”
“waalaikumussalaam, pak swandono? Wah jauh jauh dari Jakarta, kenapa tidak
berkabar terlebih dahulu?” ucap Bakri bergembira sekaligus terkejut menemui sopir
Bapaknya yang sekaligus menandakan kedatangan Ayahanda. “iya, mendadak tuan ingin
pergi ke so-“ “Assalaamualaikum, le bakri, sehat?” ucap seorang pria paruh baya yang
perlahan melangkah menuju kediaman putranya.
“waalaikumussalam, sehat, bapak. Alhamdulillah Ini bakri baru saja tiba dirumah
setelah perjalanan dari semarang.” Segera ia menyucup tangan bapaknya yang sudah hampir
sepekan tidak bertemu. “Alhamdulillah, tidak ada kebahagian lain bagi orang tua, selain
menyaksikan putranya sehat wal afiat.” “monggo, pinarak bapak. Menawi badhe siram
rumiyin, setelah perjalanan panjang dari Jakarta” Bakri mempersilahkan bapaknya masuk dan
menyiapkan perlengkapan untuk mandi. “Iya le, terimakasih”
“Bakri, bapak mau ngendhika” ia memanggil putranya. “nggih pak, kados pundi?”
“kamu tau? Bapak sudah mulai sepuh, tetapi bisnis bapak sedang berada di puncaknya” bakri
terus memperhatikan ayahnya. “bapak tidak mau kejayaan dan keberhasilan bapak ini,
mempersulit penghitungan hisab bapak di akhirat kelak” kalimat terakhir membuat bakri
setengah kaget dan bertanya. “lajeng, kados pundi?” tanya bakri yang ingin segera
mendapatkan jawaban atas kebingungannya. Tuan Zulkarnaen mengambil koper dan
membukanya dihadapan putra sulungnya.
“beberapa tahun terakhir Bakrilah yang mengurus sebagian besar pekerjaan bapak.
Bapak mau, kamulah yang mengambil alih semuanya” bakri terdiam, dia belum 100%
mencerna apa yang dikatakan oleh ayahnya. “di dalam koper ini, terdapat piranti piranti yang
akan kamu butuhkan untuk menjalankan perintah bapak. Seluruh bon piutang, sertifikat aset,
surat perusahaan dan yang lainnya ada di dalam koper ini. dan dalam waktu 3 bulan bayaran
atas penjualan saham bapak akan masuk ke rekening inti.”
Bakri seperti tersambar petir di siang bolong, dia tau ini bukan tanggung jawab yang
mudah, tapi ia cukup senang hati menjalankannya karena ia tahu perusahaan yang dialihkan
kepadanya sedang berada dalam periode emas. “Lalu apa yang akan bapak lakukan? Bakri
rasa, bapak belum terlalu sepuh untuk menjalankan ini semua, atau bapak bisa membagi dua
pekerjaan bapak kepada bakri, agar bapak tidak terlalu keberatan dan lelah”
“Bapak tidak mau ini mempersulit penghitungan bapak di akhirat kelak.”
“ini bukan soal bapak keberatan menjalankannya dan kelelahan. Bapak tidak mau harta benda
ini semua, menyatu dengan hati bapak. Bapak takut menghadap Allah dengan status orang
yang hatinya penuh dengan gemilang harta dunia.” gurat serius pada wajah Tuan Zulkarnaen
cukup untuk membuat bakri bergetar dan berkeringat sebesar biji kelengkeng “kamu
memiliki 4 saudara, mereka akan menjadi tanggung jawabmu, boleh jadi kakakmu lebih tua
dari kau, tetapi bapak tidak yakin bahwa dia bisa menggantikan posisi bapak. Bapak percaya
kepadamu” . Bakri terdiam dan mengerti apa yang dimaksud oleh ayahnya.
“lalu apa yang akan bapak lakukan untuk mengisi hari hari bapak?”
“Kyai Umar, bawa aku kepadanya. Aku ingin belajar banyak dari dia,
aku ingin menghadap Allah dengan status orang yang mengerti akan ilmu. Sebagai orang
yang dekat kepada Allah.”
“Sebagai orang yang mencintai Allah, dan Allah pun, mencintaiku.”

Anda mungkin juga menyukai