4
Jurnal STIKes Karya Putra Bangsa Tulungagung [Juli, 2022]
Program Studi Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Semarang, Jl. Wolter Monginsidi No.115
Pedurungan Tengah Semarang
ABSTRAK
Gagal Ginjal Kronis (GGK) merupakan keadaan dimana ginjal mengalami kerusakan fungsional maupun
struktural. Penatalaksanaan pasien GGK salah satunya dengan hemodialisis. Pasien GGK dengan terapi
hemodialisis dapat menderita anemia akibat ginjal tidak mampu memproduksi eritropoietin secara fisiologis.
Penelitian ini untuk mengetahui gambaran nilai indeks eritrosit pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang. Merupakan penelitian deskriptif observasional dengan
pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 86 orang. Analisis data dilakukan secara deskriptif dalam
bentuk diagram dan tabel distribusi frekuensi. Berdasarkan penelitian diperoleh nilai rata-rata MCV, MCH, dan
MCHC berdasarkan usia produktif (84,3 fl, 27,7 pg, 32,6 g/dl), tidak produktif (84,9 fl, 27,8 pg, 32,9 g/dl);
berdasarkan frekuensi HD 1 kali/minggu (85,1 fl, 28,0 pg, 33,0 g/dl), HD 2 kali/minggu (84,0 fl, 27,6 pg, 32,9
g/dl), 3 kali/minggu (81,3 fl, 26,8 pg, 32,5 g/dl). Status anemia pasien GGK berdasarkan usia dan frekuensi HD
umumnya normositik normokromik. Penulis menyarankan untuk pasien GGK agar menjaga pola hidup sehat dan
minum obat secara rutin jika dianjurkan dokter.
Kata kunci: Gagal ginjal kronis; indeks eritrosit; hemodialisis
ABSTRACT
Chronic Kidney Disease (CKD) is a condition in which the kidneys experience functional or structural
damage. One of the management of CKD patients is hemodialysis. CKD patients on hemodialysis therapy can
suffer from anemia due to the kidney's inability to produce erythropoietin physiologically. This study aims to
describe the erythrocyte index value of patients with chronic kidney failure undergoing hemodialysis at RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro Semarang. This is a descriptive observational study with a cross-sectional approach.
The number of samples is 86 people. Data analysis was carried out descriptively in the form of diagrams and
frequency distribution tables. Based on the research, the average value of MCV, MCH, and MCHC based on
productive age (84.3 fl, 27.7 pg, 32.6 g/dl), unproductive (84.9 fl, 27.8 pg, 32, 9 g/dl); based on the frequency of
HD once/week (85.1 fl, 28.0 pg, 33.0 g/dl), HD twice/week (84.0 fl, 27.6 pg, 32.9 g/dl), 3 times/week (81.3 fl, 26.8
pg, 32.5 g/dl). The anemia status of CKD patients based on age and frequency of HD is generally normochromic
normocytic. The author suggests that CKD patients maintain a healthy lifestyle and take medication regularly if
recommended by a doctor.
Keywords: Chronic kidney disease, erythrocyte index, hemodialysis
dan maksimal 30,7 pg dengan nilai rata-rata Tabel 6. Distribusi frekuensi nilai Mean
28,0 pg. Pada pasien yang menjalani Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
hemodialisis 2 kali/minggu didapatkan nilai pasien gagal ginjal kronis di RSUD K.R.M.T
MCH minimal 21,6 pg dan maksimal 30,9 pg Wongsonegoro Semarang berdasarkan
frekuensi HD
dengan rata-rata 27,6 pg, sedangkan pada
Frekuensi Min Max x̄ ± SD
pasien dengan HD 3 kali/minggu nilai minimal HD
MCH 24,2 pg dan maksimal 31,2 pg dengan 1 30,4 35,6 33,0 ± 1,3
rata-rata 26,8 pg. kali/minggu 31,2 35,8 32,9 ± 1,1
Tabel 5. Distribusi frekuensi nilai Mean 2 31,7 34,7 32,5 ± 1,2
Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) kali/minggu
pasien gagal ginjal kronis di RSUD K.R.M.T 3
Wongsonegoro Semarang berdasarkan kategori usia kali/minggu
Usia Min Max x̄ ± SD *Keterangan: MCHC dalam g/dl (gram/desiliter)
Produktif (15- 30,4 35,6 32,6 ± Berdasarkan tabel 6 didapatkan nilai
64 tahun) 1,2 MCHC pasien gagal ginjal kronis berdasarkan
Tidak 31,4 35,8 frekuensi HD 1 kali/minggu minimal 30,4 g/dl
produktif (<15 32,9 ± dan maksimal 35,6 g/dl dengan nilai rata-rata
& ≥ 65 tahun) 1,2
33,0 g/dl, sedangkan pasien dengan HD 2
*Keterangan: MCHC dalam g/dl (gram/desiliter)
kali/minggu nilai MCHC minimal 31,2 g/dl dan
Berdasarkan tabel 5 didapatkan nilai maksimal 35,8 g/dl dengan nilai rata-rata 32,9
MCHC pasien gagal ginjal kronis dengan terapi g/dl. Pada pasien dengan HD 3 kali/minggu
hemodialisis berdasarkan usia produktif nilai MCHC minimal 31,7g/dl dan maksimal
minimal 30,4 g/dl dan maksimal 35,6 g/dl 34,7 g/dl dengan rata-rata 32,5 g/dl.
dengan nilai rata-rata 32,6g/dl, sedangkan pada
Berdasarkan hasil penelitian nilai indeks
usia tidak produktif nilai MCHC minimal 31,4
eritrosit yaitu MCV, MCH, dan MCHC, maka
g/dl dan maksimal 35,8 g/dl dengan rata-rata
dapat dikelompokkan status anemia pasien
32,9 g/dl.
gagal ginjal kronis pada tabel 7 dan 8.
Tabel 7. Distribusi frekuensi status anemia pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro Semarang berdasarkan kategori usia
Usia Status Anemia Jumlah
MH MN NN NH
F % F % f % f % F %
Produktif 5 6,8% 13 17,8% 42 57,6% 13 17,8% 73 100%
(15-64 tahun)
Tidak Produktif 0 0% 5 38,5% 2 15,4% 6 46,1% 13 100%
(<15 & ≥ 65
tahun)
* Keterangan: MH (Mikrositik Hipokromik), MN (Mikrositik Normokromik), NN (Normositik Normokromik), dan
NH (Normositik Hipokromik)
Tabel 8. Distribusi frekuensi status anemia pasien gagal ginjal kronis di RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang berdasarkan frekuensi HD
Freku Status Anemia Jumlah
ensi HD MH MN NN NH
f % F % F % F % F %
1 0 0% 3 9% 22 66,7% 8 24,3% 33 100%
kali/minggu
2 3 6,3% 13 27% 21 43,8% 11 22,9% 48 100%
kali/minggu
3 2 40% 1 20% 1 20% 1 20% 5 100%
kali/minggu
* Keterangan: MH (Mikrositik Hipokromik), MN (Mikrositik Normokromik), NN (Normositik
Normokromik), dan NH (Normositik Hipokromik)
mengalami kekurangan zat besi sehingga yang menjalani hemodialisis paling banyak
penderita gagal ginjal kronis mengalami normositik normokromik pada usia produktif
anemia normositik normokromik atau 57,6%, sedangkan usia tidak produktif
anemia dengan bentuk dan warna eritrosit 15,4% berdasarkan frekuensi HD 1
masih dalam keadaan normal (Maulidya, kali/minggu 66,7% dan HD 2 kali/minggu
Arifin, & Yuliana, 2015). 43,8%. Anemia mikrositik hipokromik di
Status anemia selain normositik usia produktif 6,8%, dengan HD 2
normokromik juga ditemukan anemia kali/minggu 6,3%, dan HD 3 kali/minggu
mikrositik hipokromik. Keadaan ini ditandai 40%. Anemia mikrositik normokromik usia
dengan nilai MCV, MCH, dan MCHC di produktif 17,8%, tidak produktif 38,5%,
bawah normal atau mengalami penurunan dengan HD 1 kali/minggu 9%, HD 2
yang disebabkan adanya defisiensi zat besi. kali/minggu 27%, dan 3 kali/minggu 20%.
Anemia mikrositik hipokromik ditandai Anemia normositik hipokromik usia
dengan ukuran dan bentuk eritrosit kecil dan produktif 17,8%, tidak produktif 46,1%,
warna eritrosit merah pucat. Pembelahan sel dengan HD 1 kali/minggu 24,3%, HD 2
dapat berlanjut selama beberapa siklus kali/minggu 22,9%, dan 3 kali/minggu 20%.
tambahan dan menghasilkan sel-sel lebih
kecil karena jumlah zat besi sedikit yang 4.2 Saran
terikat ke protoporfirin (Sacher & Setelah penulis melaksanakan
McPhersop, 2004). Berdasarkan penelitian penelitian, maka penulis memberikan saran
juga didapatan anemia mikrositik bagi usia produktif untuk menerapkan pola
normokromik dan normositik hipokromik. hidup sehat agar terhindar dari penyakit
Anemia mikrositik normokromik ditandai gagal ginjal kronis. Saran untuk pasien gagal
dengan nilai MCV dan MCH yang di bawah ginjal kronis sebaiknya menjaga pola hidup
normal atau menurun dan MCHC pada sehat, rutin mengonsumsi obat jika
rentang normal. Anemia mikrositik dianjurkan oleh dokter, dan memeriksakan
normokromik ditunjukkan dengan ukuran darah rutin untuk mengontrol perkembangan
dan bentuk eritrosit kecil, tetapi warna indeks eritrositnya.
eritrosit normal. Anemia normositik
hipokromik ditandai dengan nilai MCV dan 5. DAFTAR PUSTAKA
MCH yang normal dan MCHC di bawah
normal atau mengalami penurunan. Anemia Arifah, S. (2020). Faktor Kejadian Anemia
normositik hipokromik ditunjukkan dengan pada Pasien Kanker yang Mendapat
bentuk dan ukuran eritrosit yang normal, Radioterapi dan atau
tetapi warna eritrosit merah pucat. Kemoterapi. Jurnal Kesehatan, 11(1),
29-36.
4. SIMPULAN DAN SARAN Baredo, D., Dayit, M., Siswandi, Y. (2005).
Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC.
4.1 Simpulan Beckman Coulter. (2013). Anemia Portraits
Berdasarkan penelitian yang telah Of Anemia: Understanding a
dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan Pervasive and Persistent Problem.
bahwa pasien GGK yang menjalani Available at
hemodialisis di RSUD K.R.M.T https://media.beckmancoulter.com/-
Wongsonegoro Semarang terbanyak pada /media/diagnostics/products/immunoa
usia produktif dan dengan frekuensi ssay/access-sensitive-
hemodialisis terbanyak dilakukan pada 2 estradiol/docs/immunoassay-access-
kali/minggu. Nilai rata-rata indeks eritrosit assays.pdf accessed on November 20,
yang meliputi MCV, MCH, dan MCHC 2021.
pasien GGK dengan terapi hemodialisis Bello, A. K. et al. (2017). Complications of
berdasarkan kategori usia lebih rendah di chronic kidney disease: current state,
usia produktif dan berdasarkan frekuensi HD knowledge gaps, and strategy for
paling rendah dengan HD 3 kali/minggu. action. Kidney International
Status anemia pasien gagal ginjal kronis Supplements, 7(2), 122–129.
Berns, J. S., & Wong, T. C. (2019). Anemia Setiawan, I. W. A., Merta, I. W., &
in Chronic Kidney Disease. (T. A. Sudarmanto, I. G. (2019). Gambaran
Himmelfarb, Jonathan., & Ikizler Ed.), Indeks Eritrosit Dalam Penentuan
Chronic Kidney Disease, Dialysis, Jenis Anemia Pada Penderita Gagal
and Transplantation. Elsevier. Ginjal Kronik di RSUD Sanjiwani
Available at Gianyar. Meditory: The Journal of
https://www.elsevier.com/books/chro Medical Laboratory, 7(2), 130-137.
nic-kidney-disease-dialysis-and- Somvanshi, S., Khan, N. Z., & Ahmad, M.
transplantation/9780323529785 (2012). Anemia in chronic kidney
accessed on November 20, 2021. disease patients. Clinical Queries:
Firdaus, L. (2021). Indeks Eritrosit Pada Nephrology, 1(3), 198-204.
Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Wantini, S.,& Hidayati, A. (2018).
Menjalani Hemodialisa di RSUD Perbedaan Indeks Eritrosit Pada
KRMT Wongsonegoro Semarang. Penderita Gagal Ginjal Kronik Pre
Available at Dan Post Hemodialisa Di RSUD Dr.
https://repository.poltekkes- H. Abdul Moeloek Provinsi
smg.ac.id/index.php?p=show_detail& Lampung. Jurnal Analis
id=24349&keywords= accessed on Kesehatan, 7(1), 685-6
December 20, 2021.
Gandasoebrata R. (2013). Penuntun
Laboraturium Klinik. Jakarta: Dian
Rakyat.
Komala, D.(2015).Gambaran Indeks
Eritrosit Penderita Gagal Ginjal
Kronik di RSUD. Dr. H. Abdoel
Moeloek Bandar Lampung. Karya
Tulis Ilmiah Poltekkes Tanjungkarang
Jurusan Analis Kesehatan. Available
at http://www.ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JANALISKES/arti
cle/view/919 accessed on December
23, 2021.
Maulidya, N., Arifin, M., & Yuliana, I.
(2015). Gambaran Jenis Anemia
Menggunakan Mean Corpuscular
Hemoglobin (Mch) Pada Gagal Ginjal
Kronik. Berkala Kedokteran, 12(2),
187-195.
Perhimpunan Nefrologi Indonesia
(PERNEFRI). (2003). Penyakit Ginjal
Kronik dan Glomerulopati; aspek
Klinik dan Patologi Ginjal. Jakarta:
PERNEFRI.
Sacher, R.A.,& McPherson, R. A. (2004).
Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Edisi 1. Jakarta: EGC.
Setiati, S. (Eds.). (2014). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Interna publishing.
https://scholar.google.co.id/citations?
view_op=view_citation&hl=en&user
=PjxCVksAAAAJ&citation_for_view
=PjxCVksAAAAJ:2P1L_qKh6hAC
accessed on December 23, 2021.