Anda di halaman 1dari 7

JURNAL ILMIAH KESEHATAN KARYA PUTRA BANGSA No. 1 / Vol.

4
Jurnal STIKes Karya Putra Bangsa Tulungagung [Juli, 2022]

Gambaran Indeks Eritrosit Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis


Yang Menjalani Hemodialisis

Nila Rizani*, M. Syamsul Arif

Program Studi Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Semarang, Jl. Wolter Monginsidi No.115
Pedurungan Tengah Semarang

*Corresponding email: nilarizani92368@gmail.com

ABSTRAK
Gagal Ginjal Kronis (GGK) merupakan keadaan dimana ginjal mengalami kerusakan fungsional maupun
struktural. Penatalaksanaan pasien GGK salah satunya dengan hemodialisis. Pasien GGK dengan terapi
hemodialisis dapat menderita anemia akibat ginjal tidak mampu memproduksi eritropoietin secara fisiologis.
Penelitian ini untuk mengetahui gambaran nilai indeks eritrosit pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang. Merupakan penelitian deskriptif observasional dengan
pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 86 orang. Analisis data dilakukan secara deskriptif dalam
bentuk diagram dan tabel distribusi frekuensi. Berdasarkan penelitian diperoleh nilai rata-rata MCV, MCH, dan
MCHC berdasarkan usia produktif (84,3 fl, 27,7 pg, 32,6 g/dl), tidak produktif (84,9 fl, 27,8 pg, 32,9 g/dl);
berdasarkan frekuensi HD 1 kali/minggu (85,1 fl, 28,0 pg, 33,0 g/dl), HD 2 kali/minggu (84,0 fl, 27,6 pg, 32,9
g/dl), 3 kali/minggu (81,3 fl, 26,8 pg, 32,5 g/dl). Status anemia pasien GGK berdasarkan usia dan frekuensi HD
umumnya normositik normokromik. Penulis menyarankan untuk pasien GGK agar menjaga pola hidup sehat dan
minum obat secara rutin jika dianjurkan dokter.
Kata kunci: Gagal ginjal kronis; indeks eritrosit; hemodialisis
ABSTRACT
Chronic Kidney Disease (CKD) is a condition in which the kidneys experience functional or structural
damage. One of the management of CKD patients is hemodialysis. CKD patients on hemodialysis therapy can
suffer from anemia due to the kidney's inability to produce erythropoietin physiologically. This study aims to
describe the erythrocyte index value of patients with chronic kidney failure undergoing hemodialysis at RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro Semarang. This is a descriptive observational study with a cross-sectional approach.
The number of samples is 86 people. Data analysis was carried out descriptively in the form of diagrams and
frequency distribution tables. Based on the research, the average value of MCV, MCH, and MCHC based on
productive age (84.3 fl, 27.7 pg, 32.6 g/dl), unproductive (84.9 fl, 27.8 pg, 32, 9 g/dl); based on the frequency of
HD once/week (85.1 fl, 28.0 pg, 33.0 g/dl), HD twice/week (84.0 fl, 27.6 pg, 32.9 g/dl), 3 times/week (81.3 fl, 26.8
pg, 32.5 g/dl). The anemia status of CKD patients based on age and frequency of HD is generally normochromic
normocytic. The author suggests that CKD patients maintain a healthy lifestyle and take medication regularly if
recommended by a doctor.
Keywords: Chronic kidney disease, erythrocyte index, hemodialysis

1. PENDAHULUAN darah secara difusi dan ultrafiltrasi yang


kemudian akan dialirkan kembali ke dalam
Gagal Ginjal Kronis (GGK) merupakan
tubuh pasien melalui alat dialyzer (Baredo,
keadaan dimana ginjal mengalami kerusakan
Dayit, & Siswandi, 2005). Pasien GGK dengan
baik secara fungsional atau struktural. Fungsi
hemodialisis dapat mengalami anemia akibat
ginjal akan terganggu karena kerusakannya
ginjal tidak mampu memproduksi eritropoietin.
bersifat irreversible (Firdaus, 2021). Penyakit
Hemodialisis yang secara reguler dapat
ini menjadi salah satu perhatian pada masalah
menyebabkan darah terpapar intoksikasi
kesehatan dunia karena pravalensinya terus
alumunium konsentrasi tinggi sehingga
meningkat setiap tahun (PERNEFRI, 2003).
mempengaruhi eritropoiesis dan pemendekan
Penatalaksanaan pasien GGK umumnya
masa hidup eritrosit sehingga menyebabkan
dengan hemodialisis (Setiati, 2014).
anemia (Berns & Wong, 2019).
Hemodialisis adalah suatu proses pengalihan

ISSN : 2657-2400 -9-


No. 1 / Vol. 4
Rizani & Arif [Juli, 2022]

Anemia pada penyakit kronis berhubungan didapatkan 5,9%. Penentuan sampel


dengan reaksi inflamasi dan memicu reaksi berdasarkan rumus slovin dan didapatkan hasil
kompleks sehingga ketersediaan zat besi pada 86. Untuk dapat menggambarkan indeks
sumsum tulang menjadi terbatas (Beckman eritrosit tersebut selama satu tahun, maka
Coulter, 2013). Anemia pada GGK ditandai diperlukan perhitungan sampel per bulan
dengan hormon eritropoietin yang sedikit dengan cara membagi jumlah populasi per
sehingga sumsum tulang sedikit menghasilkan bulan dengan jumlah populasi per tahun
eritrosit (Somvanshi, Khan, dan Ahmad, 2012). kemudian dikali sampel total (86). Dari hasil
Pemeriksaan darah terhadap anemia dapat perhitungan sampel per bulan diperoleh 7
dilakukan dengan pemeriksaan indeks eritrosit sampel.
yang meliputi Mean Corpuscular Volume Peneliti menggunakan data sekunder dari
(MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin instalasi rekam medis dan laboratorium RSUD
(MCH), dan Mean Corpuscular Hemoglobin K.R.M.T Wongsonegoro Semarang. Data yang
Concentration (MCHC) (Arifah, 2020). diambil yaitu data pasien GGK dengan terapi
Penelitian sejenis sebelumnya dilakukan I hemodialisis. Peneliti melihat status
W Adi Setiawan, I W Merta, dan I G pemeriksaan laboratorium yaitu indeks eritrosit
Sudarmanto tahun 2019. Hasil penelitian pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
tersebut anemia hipokrom mikrositer 5,9%, hemodialisis tersebut. Analisis data dilakukan
anemia normokrom normositer 29,4%, secara deskriptif yang tersaji dalam diagram
normokrom makrositer 50% dan terdapat dan tabel distribusi frekuensi.
14,7% anemia yang tidak dapat diidentifikasi.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Sri 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Wantini dan Airini Hidayati S. tahun 2018.
3.1 Hasil
Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh rata-
rata nilai MCV, MCH, dan MCHCpre Berdasarkan penelitian pada 86 sampel dari
hemodialisis dan post hemodialisis terjadi populasi pasien gagal ginjal kronis dengan
penurunan secara berurutan, yaitu 1,08 fl, 1,1 terapi hemodialisis di RSUD K.R.M.T
pg, dan 0,86 g/dl. Wongsonegoro Semarang selama tahun 2021
Tujuan penelitian yang dilakukan penulis diperoleh karakteristik responden yang tersaji
yaitu untuk mengetahui gambaran nilai indeks dalam gambar 1 dan 2.
eritrosit pasien gagal ginjal kronis yang Frekuensi pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis di RSUD K.R.M.T menjalani hemodialisis di RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang. Wongsonegoro Semarang berdasarkan
kategori usia
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif observasional dengan pendekatan 15,1% Produktif (15-64
cross-sectional menggunakan data sekunder. tahun)
Penelitian dilakukan di instalasi rekam medis
dan laboratorium RSUD K.R.M.T Tidak produktif
84,9% (<15 & ≥ 65
Wongsonegoro. Pasien GGK dengan terapi tahun)
hemodialisis di rumah sakit tersebut pada bulan
Januari hingga Desember 2021 sebanyak 1662
sehingga populasi prediksi perbulan sebanyak
Gambar 1. Diagram frekuensi pasien gagal ginjal
135 pasien. kronis yang menjalani hemodialisis di RSUD
Sampel penelitian ini yaitu berdasarkan K.R.M.T Wongsonegoro Semarang berdasarkan
proporsi pasien dengan anemia mikrositik kategori usia
hipokromik pada penelitian sebelumnya yang Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat bahwa
berjudul “Gambaran Indeks Eritrosit Dalam pasien GGK dengan hemodialisis di RSUD
Penentuan Jenis Anemia Pada Penderita Gagal K.R.M.T Wongsonegoro Semarang
Ginjal Kronik di RSUD Sanjiwani Gianyar” berdasarkan usia paling banyak pada usia
oleh I W Adi Setiawan, I W Merta, dan I G produktif yaitu 73 orang (84,9%), sedangkan
Sudarmanto pada tahun 2019. Pasien yang pada usia tidak produktif sebanyak 13 orang
mengalami anemia mikrositik hipokromik (15,1%).

ISSN : 2657-2400 -10-


No. 1 / Vol. 4
Rizani & Arif [Juli, 2022]

Tabel 2. Distribusi frekuensi nilai Mean


Corpuscular Volume (MCV) pasien gagal ginjal
Frekuensi pasien gagal ginjal kronis di kronis di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang
RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang
berdasarkan frekuensi HD
berdasarkan frekuensi HD
Frekuensi Min Max x̄ ± SD
HD
5,8% 1 kali/minggu 73,3 95 85,1 ± 4,7
2 kali/minggu 65,1 96 84,0 ± 7,1
1 kali/minggu 3 kali/minggu 75,1 93,8 81,3 ± 7,5
38,4% *Keterangan: MCV dalam fl (Femtoliter)
2 kali/minggu
55,8% 3 kali/minggu
Berdasarkan tabel 2 didapatkan nilai Mean
Corpuscular Volume (MCV) pasien gagal
ginjal kronis dengan terapi hemodialisis 1
kali/minggu minimal 73,3 fl dan maksimal 95
fl dengan nilai rata-rata 85,1. Pada pasien
dengan hemodialisis 2 kali/minggu nilai
Gambar 2. Diagram frekuensi pasien gagal ginjal mnimal MCV 65,1 fl dan nilai maksimal 96 fl
kronis di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang dengan rata-rata 84,0 fl. Pada pasien yang
berdasarkan frekuensi HD menjalani hemodialisis 3 kali/minggu nilai
Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat bahwa mnimal MCV 75,1 fl dan nilai maksimal 93,8 fl
pasien GGK di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro dengan rata-rata 81,3 fl.
Semarang umumnya menjalani hemodialisis 2
kali dalam 1 mingggu yaitu sebanyak 48 orang Tabel 3. Distribusi frekuensi nilai Mean
Corpuscular Hemoglobin (MCH) pasien gagal
(55,8%), pasien GGK yang menjalani
ginjal di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang
hemodialisis 1 kali/minggu sebanyak 33 orang berdasarkan kategori usia
(38,4%) dan 3 kali/minggu sebanyak 5 orang Usia Min Max x̄ ± SD
(5,8%).
Produktif (15- 23,9 30,9 27,7 ± 1,5
Berdasarkan penelitian didapatkan nilai 64 tahun)
indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) Tidak 21,6 31,2 27,8 ± 2,7
berdasarkan kategori usia dan frekuensi produktif (<15
hemodilaisis yang dapat dilihat pada tabel 1 & ≥ 65 tahun)
*Keterangan: MCH dalam pg (Pikogram)
sampai 6.
Tabel 1. Distribusi frekuensi nilai Mean Berdasarkan tabel 3 didapatkan nilai MCH
Corpuscular Volume (MCV) pasien gagal ginjal pasien gagal ginjal kronis dengan terapi
kronis di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang hemodialisis berdasarkan usia produktif
berdasarkan kategori usia minimal 23,9 pg dan maksimal 30,9 pg dengan
Usia Min Max x̄ ± SD rata-rata 27,7 pg, sedangkan di usia tidak
Produktif (15- 72,9 96 84,3 ± 5,5 produktif didapatkan nilai minimal 21,6 pg dan
64 tahun) maksimal 31,2 pg dengan rata-rata 27,8 pg.
Tidak 65,1 95 84,9 ± 9,8 Tabel 4. Distribusi frekuensi nilai Mean
produktif (<15 Corpuscular Hemoglobin (MCH) pasien gagal
& ≥ 65 tahun)
ginjal di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang
*Keterangan: MCV dalam fl (Femtoliter) berdasarkan frekuensi HD
Berdasarkan tabel 1 didapatkan nilai Mean Frekuensi Min Max x̄ ± SD
Corpuscular Volume (MCV) pasien gagal HD
ginjal kronis dengan terapi hemodialisis 1 25,7 30,7 28,0 ± 1,2
kali/minggu 21,6 30,9 27,6 ± 1,8
berdasarkan usia produktif minimal 72,9 fl dan
2 24,2 31,2 26,8 ± 2,6
maksimal 96 fl dengan nilai rata-rata 84,3 fl, kali/minggu
sedangkan di usia tidak produktif nilai minimal 3
MCV 65,1 fl dan maksimal 95 fl dengan nilai kali/minggu
rata-rata 84,9 fl. *Keterangan: MCH dalam pg (Pikogram)
Berdasarkan tabel 4 didapatkan nilai MCH
pasien gagal ginjal kronis dengan terapi
hemodialisis 1 kali/minggu minimal 25,7 pg

ISSN : 2657-2400 -11-


No. 1 / Vol. 4
Rizani & Arif [Juli, 2022]

dan maksimal 30,7 pg dengan nilai rata-rata Tabel 6. Distribusi frekuensi nilai Mean
28,0 pg. Pada pasien yang menjalani Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
hemodialisis 2 kali/minggu didapatkan nilai pasien gagal ginjal kronis di RSUD K.R.M.T
MCH minimal 21,6 pg dan maksimal 30,9 pg Wongsonegoro Semarang berdasarkan
frekuensi HD
dengan rata-rata 27,6 pg, sedangkan pada
Frekuensi Min Max x̄ ± SD
pasien dengan HD 3 kali/minggu nilai minimal HD
MCH 24,2 pg dan maksimal 31,2 pg dengan 1 30,4 35,6 33,0 ± 1,3
rata-rata 26,8 pg. kali/minggu 31,2 35,8 32,9 ± 1,1
Tabel 5. Distribusi frekuensi nilai Mean 2 31,7 34,7 32,5 ± 1,2
Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) kali/minggu
pasien gagal ginjal kronis di RSUD K.R.M.T 3
Wongsonegoro Semarang berdasarkan kategori usia kali/minggu
Usia Min Max x̄ ± SD *Keterangan: MCHC dalam g/dl (gram/desiliter)
Produktif (15- 30,4 35,6 32,6 ± Berdasarkan tabel 6 didapatkan nilai
64 tahun) 1,2 MCHC pasien gagal ginjal kronis berdasarkan
Tidak 31,4 35,8 frekuensi HD 1 kali/minggu minimal 30,4 g/dl
produktif (<15 32,9 ± dan maksimal 35,6 g/dl dengan nilai rata-rata
& ≥ 65 tahun) 1,2
33,0 g/dl, sedangkan pasien dengan HD 2
*Keterangan: MCHC dalam g/dl (gram/desiliter)
kali/minggu nilai MCHC minimal 31,2 g/dl dan
Berdasarkan tabel 5 didapatkan nilai maksimal 35,8 g/dl dengan nilai rata-rata 32,9
MCHC pasien gagal ginjal kronis dengan terapi g/dl. Pada pasien dengan HD 3 kali/minggu
hemodialisis berdasarkan usia produktif nilai MCHC minimal 31,7g/dl dan maksimal
minimal 30,4 g/dl dan maksimal 35,6 g/dl 34,7 g/dl dengan rata-rata 32,5 g/dl.
dengan nilai rata-rata 32,6g/dl, sedangkan pada
Berdasarkan hasil penelitian nilai indeks
usia tidak produktif nilai MCHC minimal 31,4
eritrosit yaitu MCV, MCH, dan MCHC, maka
g/dl dan maksimal 35,8 g/dl dengan rata-rata
dapat dikelompokkan status anemia pasien
32,9 g/dl.
gagal ginjal kronis pada tabel 7 dan 8.
Tabel 7. Distribusi frekuensi status anemia pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro Semarang berdasarkan kategori usia
Usia Status Anemia Jumlah
MH MN NN NH
F % F % f % f % F %
Produktif 5 6,8% 13 17,8% 42 57,6% 13 17,8% 73 100%
(15-64 tahun)
Tidak Produktif 0 0% 5 38,5% 2 15,4% 6 46,1% 13 100%
(<15 & ≥ 65
tahun)
* Keterangan: MH (Mikrositik Hipokromik), MN (Mikrositik Normokromik), NN (Normositik Normokromik), dan
NH (Normositik Hipokromik)

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat status berdasarkan frekuensi HD 1 kali/minggu paling


anemia pasien gagal ginjal kronis dengan terapi banyak normositik normokromik (66,7%) 5
hemodialisis di RSUD K.R.M.T daripada mikrositik normokromik (9%), dan
Wongsonegoro Semarang pada usia produktif normositik hipokromik 24,3%. Pada frekuensi
yaitu paling banyak normositik normokromik HD 2 kali/minggu paling banyak normositik
(57,6%) daripada mikrositik hipokromik normokromik (43,8%), sementara mikrositik
(6,8%), mikrositik normokromik dan hipokromik 6,3%, mikrositik normokromik
normositik hipokromik 17,8%. Pada usia tidak 27%, dan normositik hipokromik 22,9%. Pada
produktif paling banyak normositik hipokromik frekuensi HD 3 kali/minggu mikrositik
(46,1%), mikrositik normokromik 38,5%, dan hipokromik 40% dan normositik normokromik,
normositik normokromik 15,4%. mikrositik normokromik, normositik
hipokromik 20%.
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat status
anemia pasien gagal ginjal kronis di RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro Semarang

ISSN : 2657-2400 -12-


JURNAL ILMIAH KESEHATAN KARYA PUTRA BANGSA No. 1 / Vol. 4
Jurnal STIKes Karya Putra Bangsa Tulungagung [Juli, 2022]

Tabel 8. Distribusi frekuensi status anemia pasien gagal ginjal kronis di RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang berdasarkan frekuensi HD
Freku Status Anemia Jumlah
ensi HD MH MN NN NH
f % F % F % F % F %
1 0 0% 3 9% 22 66,7% 8 24,3% 33 100%
kali/minggu
2 3 6,3% 13 27% 21 43,8% 11 22,9% 48 100%
kali/minggu
3 2 40% 1 20% 1 20% 1 20% 5 100%
kali/minggu
* Keterangan: MH (Mikrositik Hipokromik), MN (Mikrositik Normokromik), NN (Normositik
Normokromik), dan NH (Normositik Hipokromik)

dapat menggambarkan warna eritrosit.


3.2 Pembahasan Morfologi warna eritrosit yaitu hipokromik,
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel normokromik, dan hiperkromik. Nilai
indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC) normal MCHC yaitu 32-36 g/dl
diperoleh nilai rata-rata yang lebih rendah (Gandasoebrata R., 2013).
pada usia produktif daripada usia tidak
produktif. Nilai MCV, MCH, dan MCHC Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat status
pada usia produktif berurutan yaitu 84,3 anemia pasien gagal ginjal kronis dengan
fl,27,7 pg, dan 32,6 g/dl. Hasil tersebut tetap terapi hemodialisis di RSUD K.R.M.T
dalam rentang nilai normal. Berdasarkan Wongsonegoro Semarang berdasarkan
frekuensi hemodialisis, nilai indeks eritrosit kategori usia paling banyak yaitu normositik
(MCV, MCH, dan MCHC) diperoleh nilai normokromik (57,6%). Status anemia
rata-rata yang lebih rendah pada pasien berdasarkan frekuensi HD juga umumnya
dengan HD 3 kali/minggu. Nilai indeks normositik normokromik yaitu 66,7%.
eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC) berturut- Anemia normositik normokromik ditandai
turut 81,3 fl, 26,8 pg, dan 32,5 g/dl. Nilai dengan nilai MCV, MCH dan MCHC di
tersebut juga tetap dalam rentang normal. rentang normal. Hasil ini sesuai dengan
Berdasarkan hasil tersebut menandakan penelitian Komala tahun 2015 di RSUD. Dr.
bahwa tidak ada permasalahan dalam proses H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.
eritropoiesis karena berada pada rentang Kejadian anemia pada penderita gagal ginjal
nilai normal sehingga ukuran, bentuk dan kronik yang menjalani hemodialisis paling
warna eritrosit normal. banyak anemia normositik normokrom
Mean Corpuscular Volume (MCV) (86,68%). Selain itu ditemukan anemia
merupakan ukuran atau volume rata-rata mikrositik hipokrom (11,29%) dan anemia
eritrosit. Mikrositik menandakan ukuran makrositik normokrom (4,03%).
eritrosit yang kecil atau kurang dari normal, Pasien gagal ginjal kronis dengan
normositik ukuran eritosit normal, dan anemia normositik normokromik ditandai
makrositik ukuran eritrosit besar atau lebih dengan sindrom uremia. Sindrom uremia
dari normal. Nilai normal MCV yaitu 80-100 merupakan keadaan dimana ginjal
fl. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) mengalami kerusakan atau cedera yang
merupakan jumlah rata-rata hemoglobin berakibat ginjal tidak mampu menyaring dan
dalam sel darah merah yang menggambarkan membuang limbah sebagaimana mestinya
kadar hemoglobin dalam eritrosit. Nilai (Bello et al., 2017). Oleh karena itu akan
normal MCH yaitu 26-34 pg. Mean terjadi penumpukan racun seperti kreatinin
Corpuscular Hemoglobin Concentration dan urea dalam darah. Dengan adanya
(MCHC) merupakan perhitungan rata-rata keadaan ini eritropoetin menjadi tidak aktif
konsentrasi hemoglobin dalam sel darah dan proliferasi pregnitor eritroid dalam
merah yang menggambarkan konsentrasi proses eritropoiesis terhambat. Defisiensi
hemoglobin per unit volume cairan sehingga produksi eritropoetin namun tidak

ISSN : 2657-2400 -13-


Prodi / No.x / Vol.xx
Nama penulis 1, nama penulis 2 & nama penulis 3 (nama belakang) [Bulan, Tahun]

mengalami kekurangan zat besi sehingga yang menjalani hemodialisis paling banyak
penderita gagal ginjal kronis mengalami normositik normokromik pada usia produktif
anemia normositik normokromik atau 57,6%, sedangkan usia tidak produktif
anemia dengan bentuk dan warna eritrosit 15,4% berdasarkan frekuensi HD 1
masih dalam keadaan normal (Maulidya, kali/minggu 66,7% dan HD 2 kali/minggu
Arifin, & Yuliana, 2015). 43,8%. Anemia mikrositik hipokromik di
Status anemia selain normositik usia produktif 6,8%, dengan HD 2
normokromik juga ditemukan anemia kali/minggu 6,3%, dan HD 3 kali/minggu
mikrositik hipokromik. Keadaan ini ditandai 40%. Anemia mikrositik normokromik usia
dengan nilai MCV, MCH, dan MCHC di produktif 17,8%, tidak produktif 38,5%,
bawah normal atau mengalami penurunan dengan HD 1 kali/minggu 9%, HD 2
yang disebabkan adanya defisiensi zat besi. kali/minggu 27%, dan 3 kali/minggu 20%.
Anemia mikrositik hipokromik ditandai Anemia normositik hipokromik usia
dengan ukuran dan bentuk eritrosit kecil dan produktif 17,8%, tidak produktif 46,1%,
warna eritrosit merah pucat. Pembelahan sel dengan HD 1 kali/minggu 24,3%, HD 2
dapat berlanjut selama beberapa siklus kali/minggu 22,9%, dan 3 kali/minggu 20%.
tambahan dan menghasilkan sel-sel lebih
kecil karena jumlah zat besi sedikit yang 4.2 Saran
terikat ke protoporfirin (Sacher & Setelah penulis melaksanakan
McPhersop, 2004). Berdasarkan penelitian penelitian, maka penulis memberikan saran
juga didapatan anemia mikrositik bagi usia produktif untuk menerapkan pola
normokromik dan normositik hipokromik. hidup sehat agar terhindar dari penyakit
Anemia mikrositik normokromik ditandai gagal ginjal kronis. Saran untuk pasien gagal
dengan nilai MCV dan MCH yang di bawah ginjal kronis sebaiknya menjaga pola hidup
normal atau menurun dan MCHC pada sehat, rutin mengonsumsi obat jika
rentang normal. Anemia mikrositik dianjurkan oleh dokter, dan memeriksakan
normokromik ditunjukkan dengan ukuran darah rutin untuk mengontrol perkembangan
dan bentuk eritrosit kecil, tetapi warna indeks eritrositnya.
eritrosit normal. Anemia normositik
hipokromik ditandai dengan nilai MCV dan 5. DAFTAR PUSTAKA
MCH yang normal dan MCHC di bawah
normal atau mengalami penurunan. Anemia Arifah, S. (2020). Faktor Kejadian Anemia
normositik hipokromik ditunjukkan dengan pada Pasien Kanker yang Mendapat
bentuk dan ukuran eritrosit yang normal, Radioterapi dan atau
tetapi warna eritrosit merah pucat. Kemoterapi. Jurnal Kesehatan, 11(1),
29-36.
4. SIMPULAN DAN SARAN Baredo, D., Dayit, M., Siswandi, Y. (2005).
Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC.
4.1 Simpulan Beckman Coulter. (2013). Anemia Portraits
Berdasarkan penelitian yang telah Of Anemia: Understanding a
dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan Pervasive and Persistent Problem.
bahwa pasien GGK yang menjalani Available at
hemodialisis di RSUD K.R.M.T https://media.beckmancoulter.com/-
Wongsonegoro Semarang terbanyak pada /media/diagnostics/products/immunoa
usia produktif dan dengan frekuensi ssay/access-sensitive-
hemodialisis terbanyak dilakukan pada 2 estradiol/docs/immunoassay-access-
kali/minggu. Nilai rata-rata indeks eritrosit assays.pdf accessed on November 20,
yang meliputi MCV, MCH, dan MCHC 2021.
pasien GGK dengan terapi hemodialisis Bello, A. K. et al. (2017). Complications of
berdasarkan kategori usia lebih rendah di chronic kidney disease: current state,
usia produktif dan berdasarkan frekuensi HD knowledge gaps, and strategy for
paling rendah dengan HD 3 kali/minggu. action. Kidney International
Status anemia pasien gagal ginjal kronis Supplements, 7(2), 122–129.

ISSN : 2657-2400 -14-


Prodi / No.x / Vol.xx
Nama penulis 1, nama penulis 2 & nama penulis 3 (nama belakang) [Bulan, Tahun]

Berns, J. S., & Wong, T. C. (2019). Anemia Setiawan, I. W. A., Merta, I. W., &
in Chronic Kidney Disease. (T. A. Sudarmanto, I. G. (2019). Gambaran
Himmelfarb, Jonathan., & Ikizler Ed.), Indeks Eritrosit Dalam Penentuan
Chronic Kidney Disease, Dialysis, Jenis Anemia Pada Penderita Gagal
and Transplantation. Elsevier. Ginjal Kronik di RSUD Sanjiwani
Available at Gianyar. Meditory: The Journal of
https://www.elsevier.com/books/chro Medical Laboratory, 7(2), 130-137.
nic-kidney-disease-dialysis-and- Somvanshi, S., Khan, N. Z., & Ahmad, M.
transplantation/9780323529785 (2012). Anemia in chronic kidney
accessed on November 20, 2021. disease patients. Clinical Queries:
Firdaus, L. (2021). Indeks Eritrosit Pada Nephrology, 1(3), 198-204.
Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Wantini, S.,& Hidayati, A. (2018).
Menjalani Hemodialisa di RSUD Perbedaan Indeks Eritrosit Pada
KRMT Wongsonegoro Semarang. Penderita Gagal Ginjal Kronik Pre
Available at Dan Post Hemodialisa Di RSUD Dr.
https://repository.poltekkes- H. Abdul Moeloek Provinsi
smg.ac.id/index.php?p=show_detail& Lampung. Jurnal Analis
id=24349&keywords= accessed on Kesehatan, 7(1), 685-6
December 20, 2021.
Gandasoebrata R. (2013). Penuntun
Laboraturium Klinik. Jakarta: Dian
Rakyat.
Komala, D.(2015).Gambaran Indeks
Eritrosit Penderita Gagal Ginjal
Kronik di RSUD. Dr. H. Abdoel
Moeloek Bandar Lampung. Karya
Tulis Ilmiah Poltekkes Tanjungkarang
Jurusan Analis Kesehatan. Available
at http://www.ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JANALISKES/arti
cle/view/919 accessed on December
23, 2021.
Maulidya, N., Arifin, M., & Yuliana, I.
(2015). Gambaran Jenis Anemia
Menggunakan Mean Corpuscular
Hemoglobin (Mch) Pada Gagal Ginjal
Kronik. Berkala Kedokteran, 12(2),
187-195.
Perhimpunan Nefrologi Indonesia
(PERNEFRI). (2003). Penyakit Ginjal
Kronik dan Glomerulopati; aspek
Klinik dan Patologi Ginjal. Jakarta:
PERNEFRI.
Sacher, R.A.,& McPherson, R. A. (2004).
Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Edisi 1. Jakarta: EGC.
Setiati, S. (Eds.). (2014). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Interna publishing.
https://scholar.google.co.id/citations?
view_op=view_citation&hl=en&user
=PjxCVksAAAAJ&citation_for_view
=PjxCVksAAAAJ:2P1L_qKh6hAC
accessed on December 23, 2021.

ISSN : 2657-2400 -15-

Anda mungkin juga menyukai