Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori

Untuk mendukung penelitian ini, maka perlu dikemukakan teori-teori yang

berkaitan dengan rumusan masalah dan ruang lingkup pembahasan sebagai

landasan dalam melaksanakan penelitian dengan menggunakan teori-teori yang

telah diuji kebenarannya

2.1.1 Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi dapat diartikan sebagai komposisi peranan masing-masing

sektor dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian

sectoral ke dalam sektor primer, sekunder, dan tersier. Sektor ekonomi secara

sectoral dapat dilihat menurut 3 dimensi pendekatan, yaitu (Zadjuli, 1986)

a. Pendekatan menurut asal atau sumber pendekatan (source of income)

b. Pendekatan menurut penggunaam dari pendapatan tersebut (disposal of

income)

c. Pendekatan berdasarkan dua sistemn perekonomian yang berjalan

berdampingan di dalam suatu Kawasan (dual income system)

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan sumber

pendapatan (source of income) atau yang biasa disebut pendekatan dari sisi

produksi. Pendekatan ini menghitung jumlah nilai (produk) yang dihasilakan

oleh unit-unit produksi atau lapangan usaha. Perekonomian menurut lapangan

usaha atau sektor ekonomi terdiri atas 17 sektor, yaitu. pertanian,kehutanan,dan

perikanan, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, pengadaan listrik


9 dan gas, pengadaan air, pengolaan sampah,limbah dan daur ulang, konstruksi,

perdagangan besar dan eceran:reparasi mobil dan sepeda motor, transportasi dan

pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan

komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, real estat, jasa perusahaan, administrasi

pemerintahan,pertahanan dan jaminan sosial wajib, jasa Pendidikan, jasa

kesehatan dan kegiatan social, jasa lainnya. Sektor-sektor Ekonomia dapat

dibagi menjadi tiga aitu Primer, skunder, dan tersier. yang termasuk sektor

Primer adalah Pertanian dan Pertambangan (Penggalian), pengadaan listrik dan

gas. Sekunder mencakup berbagai kegiatan manufaktur, sektor tersier mencakup

sektor jasa. (Tambunan, 2001).

Teori Perubahan Struktur Ekonomi

Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme

transformasi ekonomi yang dialami oleh Negara sedang berkembang, yang

semula lebih bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian

menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, dan sangat didominasi

oleh sektor industri dan jasa (Todaro, 1991).

Menurut Kuznets, perubahan struktur ekonomi atau disebut juga

transformasi struktural, didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang

saling berkaitan satu sama lainnya dalam komposisi dari permintaan agregat,

perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), penawaran agregat (produksi dan

penggunaan faktor-faktor produksi) yang disebabkan adanya proses

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan (Todaro, 2000).


Perubahan struktur ekonomi atau disebut juga tranformasi structural

sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling 12 berkaitan satu sama lainya.

Perekonomian pada suatu daerah dalam jangka panjang akan mengalami

perubahan struktur perekonomian yang semula mengandalkan sektor pertanian

akan menuju ke sektor industri dan jasa. Kuznet dalam (Jhingan, 1993)

Perekonomian suatu daerah dalam jangka panjang akan terjadi perubahan

struktur perekonomian dimana semula mengandalkan sektor pertanian menuju

sektor industri. Dari sisi tenaga kerja akan menyebabkan terjadinya perpindahan

tenaga kerja dari sektor pertanian desa ke sektor industri kota, sehingga

menyebabkan kontribusi pertanian meningkat. Perubahan ini tentu akan

mempengaruhi tingkat pendapatan antar penduduk dan antar sektor ekonomi,

karena sektor pertanian lebih mampu menyerap tenaga kerja dibanding sektor

industri, akibatnya akan terjadi perpindahan alokasi pendapatan dan tenaga kerja

dari sektor yang produktifitasnya tinggi yang pada akhirnya akan mengakibatkan

terjadinya kesenjangan pendapatan dalam masyarakat. Faktor penyebab

terjadinya perubahan struktur perekonomian antara lain ketersediaan sumber

daya alam, sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta modal dan investasi

yang masuk ke suatu daerah

Teori Chenery memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan

proses perubahan ekonomi di suatu negara yang mengalami transformasi dari

pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan

ekonomi. Faktor-faktor penyebab transisi ekonomi antara lain:

1. Kondisi dan Struktur awal ekonomi dalam negeri


Suatu negara yang pada awal pembangunan ekonomi sudah memiliki

industri-industri dasar yang relatif kuat akan mengalami proses

industrialisasi yang lebih pesat.

2. Besarnya pasar dalam negeri

Pasar dalam negeri yang besar merupakan salah satu faktor insentif bagi

pertumbuhan kegiatan ekonomi, termasuk industri, karena menjamin

adanya skala ekonomis dan efisiensi dalam proses produksi.

3. Pola distribusi pendapatan

Merupakan faktor pendukung dari faktor pasar. Tingkat pendapatan

tidaklah berarti bagi pertumbuhan industri-industri bila distribusinya

sangat pincang.

4. Karakteristik Industrialisasi

Mencakup cara pelaksanaan atau strategi pembangunan industri yang

diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri,

dan insentif yang diberikan.

5. Keberadaan sumber daya alam

Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya SDA mengalami

pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, terlambat melakukan

industrialisasi, tidak berhasil melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan

struktur) daripada negara yang miskin SDA.

6. Kebijakan perdagangan luar negeri


Negara yang menerapkan kebijakan ekonomi tertutup (inward looking

policy), pola hasil industrialisasinya akan berkembang tidak efisien

dibandingkan negara-negara yang menerapkan outward looking policy

2.1.2 Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah merupakan suatu tindakan pemerintah untuk

mengatur jalannya seluruh perekonomian dengan cara menentukan besarnya

pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam dokumen

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah dalam berbagai sektor yang

mempunyai tujuan untuk membangun negara dan mensejahterakan masyarakat

melalui beberapa program serta kebijakan yang sudah ditetapkan pemerintah.

Pemerintah melakukan banyak pengeluaran (belanja) untuk membiayai

kegiatannya. Pembelanjaan-pembelanjaan itu bukan saja untuk menjalankan roda

pemerintahan sehari-hari akan tetapi juga untuk membiayai kegiatan

perekonomian.

Pengertian Pengeluaran Pemerintah menurut Sukirno (2011) adalah

sebagai berikut: “Pengeluaran pemerintah adalah keseluruhan pengeluaran yang

dilakukan yaitu pengeluaran yang meliputi konsumsi dan investasi”. Sedangkan

pengertian Pengeluaran Pemerintah menurut Sukirno (2011) adalah sebagai

berikut: “Pengeluaran (Perbelanjaan) pemerintah adalah perbelanjaan pemerintah

ke atas barang-barang modal, barang konsumsi dan ke atas jasa-jasa”

Menurut Sukirno (2003), jumlah pengeluaran pemerintah yang akan

dilakukan dalam suatu periode tertentu tergantung kepada banyak faktor, seperti :
1. Proyeksi jumlah pajak yang diterima

2. Tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai

3. Pertimbangan politik dan keamanan.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah, belanja daerah merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai

pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan. Mardiasmo (2003) mendefinisikan belanja daerah sebagai semua

pengeluaran daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban

daerah. Pengeluaran atau belanja pemerintah daerah terdiri dari dua jenis yaitu

belanja langsung dan belanja tidak langsung (Ali Akbar, 2011). Hal tersebut

berdasarkan Permendagri yang baru yaitu No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

2.1.2.1 Belanja Langsung

Pengeluaran pemerintah juga dapat dilihat dari belanja langsung. Belanja

langsung menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah bagian belanja yang

dianggarkan terkait langsung dengan pelaksanaan program. Karakteristik belanja

langsung adalah input atau alokasi belanja yang diukur dan diperbandingkan

dengan output yang dihasilkan. Belanja langsung juga merupakan pengeluaran

yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk pembangunan baik fisik

dan non fisik.

Belanja langsung ini bertujuan untuk memperoleh manfaat dalam jangka

pendek. Jenis belanja langsung meliputi : (Mahmudi, 2010)


a) Belanja Pegawai, digunakan untuk pengeluaran honorarium atau upah

dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

b) Belanja Barang dan Jasa, digunakan untuk pengeluaran dalam bentuk

pembelian atau pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 1

tahun dan pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan

pemerintahan daerah.

c) Belanja Modal, digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam

rangka pembelian atau pembangunan aset tetap berwujud yang

mempunyai nilai manfaat lebih dari 1 tahun untuk digunakan dalam

kegiatan pemerintahan, seperti tanah, mesin, bangunan, jalan, irigasi, dan

aset tetap lainnya.

2.1.2.2 Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung menurut Badan Pusat Statistik merupakan belanja

yang dianggarkan tidak terkait langsung dengan pelaksanaan program atau

kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung terdiri dari sebagai berikut :

a) Belanja Pegawai, merupakan belanja kompensasi yang diberikan dalam

bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan

kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

b) Belanja Bunga, digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang

yang dihitung atas kewajiban pokok utang, sesuai dengan perjanjian

pinjaman berjangka yang terdiri dari jangka pendek, jangka menengah,

dan jangka panjang.


c) Belanja Subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi

kepada perusahaan atau lembaga tertentu agar harga jual dan jasa yang

dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat luas.

d) Belanja Hibah, digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam

bentuk uang, barang dan jasa kepada pemerintah daerah lainnya, maupun

kelompok masyarakat serta perorangan yang secara spesifik telah memiliki

peruntukan yang jelas.

e) Bantuan Sosial, digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan

dalam bentuk uang atau barang kepada masyarakat dengan tujuan untuk

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

f) Belanja Bagi Hasil, digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang

bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau

pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan

pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku.

g) Bantuan Keuangan, digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan

yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota,

pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari

pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah

lainnya dalam rangka pemerataan atau peningkatan kemampuan keuangan

daerah.
h) Belanja Tidak Terduga, merupakan tindakan belanja untuk kegiatan yang

bersifat tidak biasa atau tidak diharapkan akan terjadi seperti

penanggulangan bencana alam.

Anggaran belanja tidak langsung memegang peran penting untuk

menunjang kelancaran sistem pemerintah serta upaya peningkatan efisiensi

dan produktivitas yang pada gilirannya akan tercapai sasaran dan tujuan setiap

tahap pembangunan. Dalam perhitungan Analisis Standar Belanja (ASB),

anggaran tidak langsung dalam satu tahun anggaran harus dialokasikan ke

setiap program yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran yang

bersangkutan.

Teori Pengeluaran Pemerintah

Pendapat parah ahli mengenai teori pengeluaran pemerintah, sebagai

berikut: (Mangkoesoebroto, 1995)

1. Teori Rostow dan Musgrave

Menurut teori yang dikembangakan oleh Rostow dan Musgrave yang

menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahapan-tahapan

pembangunan ekonomi yaitu tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada

tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total

investasi bear sebab pada tahap ini pemerintah harus menyedikan prasarana,

seperti misalnya pendidikan, kesehatan prasarana tranportasi dan sebagainya.

Pada tahap menengah pembangunan ekonomi investasi pemerintah tetaplah

dibutuhkan, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin

membesar. Peranan pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh karena
peranan swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar dan

juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam

jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik.

Pada tahap lanjut, Rostow berpendapat bahwa pembangunan terjadi

peralihan aktivitas pemerintah dari penyediaan prasarana ekonomi ke pengeluaran

untuk layanan sosial seperti program kesejahteraan hari tua, program pendidikan,

program pelayanan kesehatan masyarakat, infrastruktur dan sebagainya. Teori

Rostow dan Musgrave merupakan suatu pandangan yang muncul dari pengamatan

berdasarkan pembangunan ekonomi yang dialami banyak negara, tetapi tidak

didasarkan oleh teori tertentu selain itu tidak jelas apakah tahapan pertumbuhan

ekonomi terjadi dalam tahap demi tahap, ataukan beberapa tahap dapat terjadi

secara simultan.

2. Teori Peacock and Wisman

Peacock and Wisman mengemukakan sebuah teori mengenai

perkembangan pengeluaran pemerintah. Teori ini dikenal dengan The

Displacement Effec dimana teori ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa

pemerintah sengaja memperbesar pengeluaran, sedangkan masyarakat tidak suka

membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah

yang semakin besar tersebut. Teori ini didasarkan bahwa masyarakat mempunyai

tingkat toleransi pajak, diaman masyarakat dapat memahami besarnya pungutan

pajak yang dibutuhkan oeleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran

pemerintan

3. Teori Adolf Wagner


Adolf Wagner menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah dan kegiatan

pemerintah semakin lama semakin meningkat. Tendensi ini oleh Wagner disebut

dengan hukum selalu meningkatnya peranan pemerintah. Inti teorinya yaitu makin

meningkatnya peran pemerintah dalam kegiatan dan kehidupan ekonomi

masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Wagner menyatakan bahwa dalam suatu

perekonomian apabila pendapatan per kapita meningkat maka secara relatif

pengeluaran pemerintah pun akan meningkat terutama disebabkan karena

pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum,

pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya. Teori Wagner mendasarkan

pandangannya pada suatu teori yang disebut organic theory of state yaitu teori

organis yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak

terlepas dengan masyarakat lain.

2.1.3 Jumlah Penduduk

Penduduk Penduduk merupakan unsur yang penting dalam kegiatan

ekonomi karena menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, dan tenaga usahawan

yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi, sebagai akibat dari

beberapa fungsi ini maka penduduk merupakan unsur menciptakan dan

mengembangkan tehknologi penggunaan berbagai faktor produksi.

Badan Pusat Statistik (BPS) menjabarkan bahwa penduduk adalah semua

orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan

atau lebih atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan

untuk menetap. Pertumbuhan penduduk adalah keseimbangan yang dinamis


antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang

mengurangi jumlah penduduk.

Menurut Malthus pada mulanya ketika rasio di antara faktor produksi lain

dengan penduduk/tenaga kerja adalah relatif tinggi yang berarti penduduk relatif

sedikit apabila dibandingkan dengan faktor produksi lain, pertambahan penduduk

akan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat begitu juga sebaliknya.

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk disuatu

wilayah tertentu pada waktu tertentu dari pada waktu sebelumnya. Pertambahan

penduduk yang cepat menimbulkan masalah yang serius bagi kesejahteraan dan

bagi pembangunan, oleh karena itu besarnya jumlah penduduk jika tidak

diimbangi oleh dukungan ekonomi yang tinggi akan menimbulkan berbagai

masalah seperti kemiskinan dan ketidakstabilannya kondisi nasional secara

keseluruhan. Untuk itu, upaya penekanan pertumbuhan dan penambahan jumlah

penduduk dari tahun ketahun perlu dilaksanakan untuk penyediaan sarana dan

prasarana serta pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas akan dapat

terlaksana serta dengan pengurangan jumlah penduduk merupakan salah satu

langkah penting dalam mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.

Ada dua pandangan atau teori yang berbeda mengenai pengaruh penduduk

pada pembangunan:

1. Teori Malthus

Malthus menjelaskan kecenderungan umum penduduk suatu negara untuk

tumbuh menurut deret ukur yaitu menjadi dua kali lipat setiap 30–40 tahun.

Sementara itu, pada waktu yang bersamaan, karena hasil yang menurun dari
tanah, persediaan pangan hanya tumbuh menurut deret hitung. Oleh karena

pertumbuhan persediaan pangan tidak bisa mengimbangi pertumbuhan penduduk

yang sangat cepat dan tinggi, maka pendapatan per kapita akan cendrung turun

menjadi sangat rendah, yang menyebabkan jumlah penduduk tidak pernah stabil,

atau hanya sedikit di atas subsisten.

2. Jhon Stuart Mill

Jhon Stuart Mill seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan

Inggris dapat menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk

melampaui laju pertumbuhan makanan sebagai suatu aksioma, namun demikian

Jhon Stuart Mill berpendapat bahwa pada suatu manusia dapat mempengaruhi

perilaku demografinya, jika produktivitas seseorang tinggi maka terdapat

kecendrungan memiliki keluarga kecil (fertilitas rendah).

2.2 Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini memuat tentang penelitian-penelitian yang dilakukan

sebelumnya yang mendasari pemikiran penulis dan menjadi pertimbangan dalam

penyusunan skripsi ini, adapun penelitian-penelitian tersebut adalah

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Variabel Metode/Alat
No Nama Judul Penelitian Kesimpulan Hasil Penelitian
Penelitian Analisis

1 Sempurna Analisis 1. Pengeluaran Penelitian ini Hasil mengatakan bahwa


Silaban pengaruh publik bidang menggunakan pengaruh publik di bidang
pengeluaran pendidikan pendekatan pendidikan, kesehatan, dan
publik terhadap 2. Pengeluaran regresi. Data infrastruktur berpengaruh
transformasi publik bidang sekunder dan positif terhadap transformasi
struktur kesehatan teknik analisis struktur ekonomi kabupaten
ekonomi dan 3. Pengeluaran dengan analisis humbang hasundutan,
pengembangan publik bidang Linier berganda pengaruh publik di bidang
wilayah infrastruktur serta shift-share pendidikan, kesehatan, dan
kabupaten 4. Transformasi infrastruktur berpengaruh
humbang struktur positif terhadap
hasundutan ekonomi pengembangan wilayah
5. Pengembanga kabupaten humbang
wilayah husundutan, dan transformasi
struktur perekonomian
berpengaruh positif terhadap
pengembangan wilayah
kabupaten humbang
husundutan.
2 Suwanti, Edy Analisis 1. Pengeluaran Menggunakan Hasil analisis mengatakan
Yusuf Agung pengaruh pemerintah data sekunder, bahwa variabel pengeluaran
Gunanto pengeluaran 2. Tenaga kerja dengan metode pemerintah berpengaruh
pemerintah 3. PDRB sektor analisis data positif dan tidak signitifikan
untuk sektor pertanian panel terhadap PDRB sektor
pertanian pertanian, dan variabel tenaga
terhadap PDRB kerja menunjukan pengaruh
di provinsi positif dan signifikan terhdap
bengkulu jawa pdrb sektor pertanian.
tengah tahun
2007-2010

3 M.Taufik1, Pengaruh 1. PDRB Menggunakan Hasil analisis mengatakan


Rafael pengeluaran 2. Pengeluaran data sekunder, pengeluaran pemerintah
Purtomo2,
pemerintah di pemerintah dengan metode sektor pemerintah
Sebaniani
Viphindratin3 sektor pertanian 3. Tenaga kerja data panel berpengaruh positif dan
terhadap PDRB signifikan terhadap pdrb
sektor sektor pertanian, dan variabel
pertaniandi tenaga kerja berpengaruh
wilayah EKS positif dan signifikan
Kepresidenan terhadap pdrb sektor
Basuki pertanian.

4 Jeclien elfiani Pengaruh 1. Belanja Menggunakan Hasil analisis bahwa alokasi


sendow1, pengeluaran langsung data sekunder, belanja langsung berpengaruh
Debby Ch. pemerintah 2. Belanja Tidak dengan metode positif dan signifikan
Rotinhulu2, terhadap PDRB langsung analisis liner terhadap PDRB kota manado,
George M.v kota manado 3. PDRB berganda sedangkan alokasi belanja
Kawung3 tahun 2005- tidak langsung berpengaruh
2015 negatif dan tidak signifikan
terhadap PDRB kota manado.

5 Muhammad Analisis 1. Pengeluaran Menggunakan Hasil analisi mengatakan


Nur Afiat pengaruh pemerintah data sekunder, bahwa pengeluaran
pengeluaran rutin dan metode pemerintah berpengaruh
pemerintah 2. Pengeluaran analisis regresi signifikan terhadap
terhadap pemerintah perubahan struktur ekonomi
perubahan pembangunan di sulawesi tenggara.
struktur 3. Perubahan Semakin besar pengeluaran
ekonomi di struktur pemerintah maka semakin
provinsi tinggi terjadinya perubahan
Sulawesi struktur dari sektor pertanian
tenggara ke industri dan jasa. Maupun
sebaliknya.

6 Piere- Economic 1. Struktur Data Sekunder, Hasil menunjukkan bahwa


Philiphe Structure and ekonomi lokal dengan regresi struktur ekonomi lokal
Combes local Growth: 2. Keragamanan global berpengaruh signifikan
France, 1984- sektoral lokal terhadap pertumbuhan
1993 3. Jumlah tenaga ekonomi lapangan kerja
kerja lokal. Regresi terpisah
menunjukan adanya
perbedaan tajam antara sektor
industri dan jasa.

7 Nikolaos A Causal 1. Pengeluaran Data sekunder, Hasil menunjukkan bahwa uji


Dritsakis, Relationship pemerintah dengan empiris pertumbuhan
Antonis Between 2. Pembangunan menggunakan ekonomi yunani berfokus
Adamoplous Goverment ekonomi uji stasioneritas pada teori wegner yang
Speding and menjelaskan pertumbuhan
Economic nasional atas dasar
Development: pembangunan ekonomi
An Empiris meningkatkan elastisitas
Excamination kosumsi barang publik.
Of Greek
Economic

2.3 Kerangka Analisis

Kerangka Analisis (Kerangka Berfikir) yang merupakan kerangka

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah di identifikasi sebagai masalah yang penting, sehingga secara teoritis bisa

dijelaskan hubungan antara variable independent dan depenendent

(Sutisno,2005)
Belanja Langsung (X1)

Struktur Ekonomi
Belanja Tidak Langsung (X2) Primer
(X2)

Jumlah Penduduk (X3)

Gambar 2.1 Kerangka Analisis

2.4 Hipotesis

Menurut Suharsimi (2006) hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban

yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti

melalui data yang terkumpul. Maka, dalam penelitian ini dikemukakan hipotesis

sebagai berikut:

a) Diduga belanja langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur

ekonomi primer di provinsi bengkulu

b) Diduga belanja tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap struktur

ekonomi primer di provinsi bengkulu.

c) Diduga jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap struktur

ekonomi primer di provinsi bengkulu

Anda mungkin juga menyukai