Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM GULMA

PENGARUH BERBAGAI TEKNIK PENGENDALIAN TERHADAP


PERTUMBUHAN GULMA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Perlindungan Tanaman

Dosen Pengampu:

Ichsan Nurul Bari, SP., M.Si., Ph.D.

Dr. Lindung Tri Puspasari, SP., M.Si

Vira Kusuma Dewi, SP., M.Sc., Ph.D

Ir. Noor Istifadah, M.C.P., Ph.D

Disusun Oleh:

Kayla Sheila Syakira (150510210250)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah
mencurahkan rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah laporan
praktikum yang berjudul “Pengaruh Berbagai Teknik Pengendalian Terhadap Pertumbuhan
Gulma”. Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Teknologi Perlindungan
Tanaman.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Ichsan Nurul Bari selaku dosen
pengampu pada mata kuliah Teknologi Perlindungan Tanaman, dan juga kepada semua pihak
yang telah membantu memberikan bimbingan, masukkan, dan pengetahuan sehingga kami
dapat membuat makalah ini sampai selesai. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan penyusunan dalam makalah ini.

Jatinangor, 02 Januari 2022

Kayla Sheila Syakira

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………...3

BAB I PENDAHULUAN 1 …………………………………………………………………4

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………4

B. Tujuan Praktikum …………………………………………………………………………4

C. Alat dan Bahan ……………………………………………………………………………4

D. Metode Praktikum ………………………………………………………………………...5

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………6

A. Hasil Pengamatan …………………………………………………………………………6

B. Pembahasan ……………………………………………………………………………….7

C. Pertanyaan dan Jawaban…………………………………………………………………..10

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………...13

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………….13

B. Saran ……………………………………………………………………………………...13

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………14

DOKUMENTASI …………………………………………………………………………..15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gulma merupakan tumbuhan yang keberadaannya tidak diharapkan manusia, karena


gulma dapat merugikan manusia. Terutama dalam sektor pertanian gulma dapat menurunkan
hasil produksi, kompetisi dengan tanaman utama, menjadi inang hama, dan menghasilkan sen-
yawa berbahaya yang menyebabkan allelopat atau menghambat laju pertumbuhan tanaman
budidaya.

Adapun upaya mengendalikannya, bisa dilakukan secara mekanik, menggunakan alat


maupun manual dengan tangan langsung, ataupun secara kimiawi. Pengendalian gulma secara
kimiawi yaitu dengan mengaplikasikan herbisida berdasarkan cara kerjanya, ada dua jenis,
yaitu herbisida kontak dan herbisida sistemik. Herbisida kontak efektif untuk mematikan ba-
gian gulma yang terkena oleh semprotannya saja. Tetapi, akan cepat tumbuh kembali apabila
perakaran gulma masih hidup. Sedangkan herbisida sistemik akan menembus ke dalam jarin-
gan sampai ke bagian akar gulma sehingga dampak kematian gulma akan lebih besar. Hanya
saja, prosesnya perlu waktu yang lama.

Keberhasilan pengendalian kimiawi dengan herbisida dapat dipengaruhi oleh cara pen-
golahan dan pengaplikasiannya. Penyemprotan seharusnya dilakukan di pagi hari untuk
menghindari penguapan dan terbukanya stomata tanaman yang sedang dibudidayakan. Selain
itu, kecepatan berjalan saat dilakukan penyemprotan harus konstan supaya semprotan herbisida
rata mengenai gulma.

B. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektifitas pengendalian gulma


secara kimiawi antara penggunaan herbisida kontak dengan herbisida sistemik serta pengen-
dalian gulma secara mekanik yang dibandingkan dengan kontrol (tanpa perlakuan).

C. Alat dan Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu herbisida parakuat diklorida (Noxone 276
SL) secara kontak, herbisida kalium glifosat (Roundup powermax 660) secara sistemik, dan
air. Sedangkan alat-alat yang dipakai yaitu knapsack sprayer, mesin pemotong rumput, gelas

4
ukur, gelas beker, ember, pasak bambu, tali rafia, kuadran, patok, gunting, amplop/kertas ko-
ran, oven, timbangan, dan alat tulis.

D. Metode Praktikum

Praktikum dilakukan dengan enam perlakuan dan dua kali pengamatan terhadap
gulma dalam setiap plot berukuran 40m2 (satuan petak terdiri atas petakan berukuran 4 m x
5 m di mana jarak antar satuan petak perlakuan yaitu 0,5 meter) yang telah diberi berbagai
perlakuan pengendalian yakni pengendalian mekanik, pengendalian kimiawi, dan juga
perlakuan kontrol (tanpa pengendalian) dengan rincian sebagai berikut.

1) Herbisida kontak: Parakuat diklorida 276 g/L (merk dagang: Noxone) dengan dosis 1,50
L/ha, lalu dikonversi menjadi 6 mL/40 m2
2) Herbisida kontak: Parakuat diklorida 276 g/L (merk dagang: Noxone) dengan dosis 2
L/ha (yang mana merupakan dosis anjuran) lalu dikonversi menjadi 8 mL/40 m2
3) Herbisida sistemik: Kalium glifosat 660 g/L (merk dagang: Roundup Powermax) dengan
dosis 1,50 L/ha, lalu dikonversi menjadi 6 mL/40 m2
4) Herbisida sistemik: Kalium glifosat 660 g/L (merk dagang: Roundup Powermax) dengan
dosis 2 L/ha, lalu dikonversi menjadi 8 mL/40 m2
5) Penyiangan manual (pengendalian mekanik)
6) Kontrol (tanpa pengendalian)

Kegiatan praktikum diawali dengan mengambil sampel gulma dari setiap plot dengan
cara mengalungkan kuadran sebanyak 2 kali dan pengambilannya dilakukan searah diagonal.
Seluruh gulma yang berada di dalam kuadran diambil, digunakan sebagai sampel dengan cara
digunting, tetapi untuk gulma yang telah mengering tidak diambil. Selanjutnya gulma
diidentifikasi dan setiap jenis gulma yang berbeda dimasukkan ke dalam amplop atau kertas
koran yang terpisah. Setiap amplop ditutup dan diberi label identitas jenis gulma dan jenis
perlakuan. Setelah itu, amplop yang berisi gulma dioven selama 48 jam, lalu ditimbang dan
dicatat bobot keringnya. Adapun indikator yang diamati pada praktikum ini yaitu jenis gulma
serta berat kering gulma.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Biomassa Gulma

Gulma yang masih hidup dipotong tepat setinggi permukaan tanah, kemudian dipisahkan
setiap spesies. Selanjutnya gulma tersebut dikeringkan pada temperatur 80 ̊C selama 48 jam
atau sampai mencapai bobot kering konstan, kemudian ditimbang. Pengamatan dilakukan pada
petak seluas 0,5 x 0,5 m pada petak perlakuan secara acak, dilakukan pada 2 dan 4 minggu
setelah aplikasi herbisida.

Visualisasi setiap perlakuan

Petak percobaan divisualisasikan menggunakan kamera, lalu perbedaan dari setiap


perlakuan diamati. Pengamatan dilaksanakan ketika beberapa minggu setelah aplikasi
herbisida.

1. Kontak → Herbisida paraquat diklorida (Noxone 276 SL)

2. Sistemik → Herbisida glifosat (Roundup powermax 660)

Tabel 1. Perlakuan yang digunakan saat praktikum

No. Perlakuan Dosis (l/ha)

1. Herbisida Paraquat diklorida (Kontak) 1,5

2. Herbisida Paraquat diklorida (Kontak) 2,0

3. Herbisida Glifosat (Sistemik) 1,5

4. Herbisida Glifosat (Sistemik) 2,0

5. Penyiangan mekanik menggunakan mesin pemotong rumput -

6. Kontrol (tanpa perlakuan) -

6
B. Pembahasan

Tabel 2. Keragaman Gulma pada Pengamatan Berbagai Kelas

Berat Kering (gram)


Kelas Perlakuan Nama Spesies
Pengamatan ke-1 Pengamatan ke-2

Pennyroyal (Mentha pulegium) 0,251 -


Kontak
Setaria verticillata 3,076 -
D
Sistemik Asystasia gangetica 0,918 -
2 liter/ha Setaria verticillata 9,495 -
T-Grass (Paspalum conjugatum) 2,957 -
Panic veldt grass (Ehrharta 1,387 11,179
erecta)
Woodland false buttonweed 0,191 -
(Spermacoce remota)
Kontrol
Hairy begartics (Bidens pilosa) 2,767 4,325

Asystasia gangetica 1,155 17,870

Harry bejacricus - 1,533


E

Obscure morning glory (Ipomoea - 0,133


obscura)
Asystasia gangetica 0,695 -
T-Grass (Paspalum conjugatum) 7,873 -
Panic veldt grass (Ehrharta - 1,077
Sistemik erecta)
1,5 liter/ha
Pricky chaff flower (Achyranthes - 3,129
aspera)
Black eyed susan vine - 2,488
(Thunbergia alata)
F Kontrol Asystasia gangetica 1,359 12
T-Grass (Paspalum conjugatum) 7,584 -
Jukut Pahit (Axonopus compres- 3,639 -
sus)
Joseph’s coat (Alternanthera ficoi- 36,241 -
dea)

7
Bidens pilosa - 2
Sembung rambat (Mikania mi- - 5
crantha)
Carpet grass (Axonopus fissifo- - 15
lius)
Setaria verticillata - 26
Sistemik 1,5 T-Grass (Paspalum conjugatum) 7,411 -
liter/ha
Jukut Pahit (Axonopus compres- 1,952 23
sus)
American Lopseed (Phryma lepto- 29.082 -
stachya)
Asystasia gangetica - 1
Keterangan: Tanda (-) berarti kosong atau spesies tersebut tidak ditemukan pada plot
pengamatan.

Pada perlakuan herbisida kontak 2 liter/ha (kelas D) terdapat gulma Setaria verticillate
dan Mentha pulegium, dengan bobot gulma sebesar 3,076 gram pada penimbangan Setaria
verticillate. Lalu pada herbisida sistemik 2 liter/ha (kelas D) ada gulma Setaria verticillate dan
Asystasia gangetica. dengan bobot gulma terbesar 9,495 gram pada penimbangan Setaria
verticillate.

Pada perlakuan control oleh kelas E didapatkan 7 jenis gulma yaitu Paspalum
conjugatum, Ehrharta erecta, Spermacoce remota, Bidens pilosa, Asystasia gangetica, Harry
bejacricus dan Ipomoea obscura, dengan bobot gulma terbesar 2,957 gram pada penimbangan
Paspalum conjugatum. Lalu pada penimbangan kedua bobot terbesar yaitu 17,870 pada gulma
Asystasia gangetica. Sedangkan pada sistemik 1,5 liter/ha (kelas E) diperoleh jenis Asystasia
gangetica, Paspalum conjugatum, Ehrharta erecta, Achyranthes aspera dan Thunbergia alata.
Gulma terberat yaitu Paspalum conjugatum, sebesar 7,873 gram. Pada penimbangan kedua
yang terberat sebesar 3,129 gram pada penimbangan gulma Achyranthes aspera.

Pada perlakuan kontrol (kelas F) ada 8 jenis gulma yaitu Asystasia gangetica, Paspalum
conjugatum, Axonopus compressus, Alternanthera ficoidea, Bidens pilosa, Mikania
micrantha, Axonopus fissifolius dan Setaria verticillate. Pengamatan pertama terberat pada
Alternanthera ficoidea sebesar 36,241 gram. Pada pengamatan kedua yang terberat yaitu
Setaria verticillate, sebanyak 26 gram. Sedangkan sistemik (kelas F) 1,5 liter/ha ada 4 gulma
yakni Paspalu conjugatum, Axonopus compressus, Phryma leptostachya dan Asystasia
gangetica. Pada pengamatan pertama perlakuan sistemik 1,5 liter/ha, gulma terberat pada

8
Phryma leptostachya yaitu 29.082 gram. Pada pengamatan kedua yang terberat pada Axonopus
compressus sebanyak 23 gram.

Tabel 3. Total dan rata-rata berat kering gulma pada berbagai perlakuan

Berat kering (gram)

Total Rata-rata
Perlakuan
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan x̄
minggu ke-1 minggu ke-2 minggu ke-1 minggu ke-2

Kontrol 57,28 83,04 4,77 6,92 2,338


Kontak 3,327 - 1,66 - 1,66
Sistemik 2L/ha 10,413 - 5,2065 - 5,2065

Sistemik 1,5L/ha 47,013 30,694 6,72 4,38 5,55

Teknik pengendalian gulma secara kimiawi memakai herbisida dikatakan efektif apabila
bobot kering gulma yang dikendalikan atau diuji lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan
kontrol. Berdasarkan table di atas, hasil berat kering gulma pada petak perlakuan kontak lebih
rendah dari petak perlakuan kontrol. Sedangkan perlakuan herbisida sistemik dihasilkan bobot
kering gulma tertinggi. Hal tersebut dapat terjadi karena herbisida sistemik butuh waktu yang
lama untuk mematikan gulma sampai ke bagian jaringan paling dalam. Selain itu, karena waktu
pengamatan terbatas hanya 2 pekan sehingga tidak diketahui bobot gulma yang terserang her-
bisida sistemik secara sempurna sehingga bobot awal gulma pada sistemik masih besar.
Pada perlakuan kontrol, terjadi peningkatan bobot gulma dari 4,77 gram menjadi 6,92
gram. Lalu plot herbisida kontak diketahui rata-rata berat kering gulma yaitu 1,66 gram, lebih
rendah dibandingkan dengan plot kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan
herbisida kontak efektif dalam pengendalian gulma. Namun, tetap perlu diperhatikan dalam
pengaplikasiannya di lapangan perlu harus tepat jenis, dosis, waktu, bentuk/formula, dan cara
supaya herbisida yang digunakan tidak merusak tanaman budidaya dan bekerja secara efektif
dan efisien.

9
C. Pertanyaan dan Jawaban

1. Jelaskan mengenai herbisida yang Saudara gunakan dalam praktikum uji efikasi herbisida?
Herbisida yaitu senyawa kimia yang dipakai untuk menghambat pertumbuhan atau
mematikan tumbuhan gulma. Pada praktikum digunakan herbisida kontak (bagian gulma yang
terkena herbisida kontak akan mati dengan cepat) dan herbisida sistemik (herbisida sistemik
ditranslokasikan dari tempat terjadinya kontak pertama gulma ke bagian lainnya, membutuh-
kan waktu yang lama. Namun, mengakibatkan kerusakan yang besar atau dapat membuat se-
luruh bagian gulma mati hingga ke akarnya).

2. Uraikan karakteristik, keunggulan dan kekurangan dari setiap bahan aktif herbisida yang
digunakan!
• Herbisida Roundup
Roundup yaitu herbisida bahan aktif Glifosat (N-phosphonomethyl-glycine) bersifat sistemik
yaitu perlu waktu untuk mematikan jaringan tumbuhan gulma hingga akhirnya seluruh bagian
gulma mati. Setelah penyemprotan gulma akan layu, menjadi kuning, dan akhirnya mati.
Keunggulannya jenis gulma yang bisa dikendalikan lebih banyak, lebih fleksibel pada kondisi
lapangan, serta konsisten dalam mutu tidak butuh penambahan bahan surfaktan lain.

• Kandungan Herbisida Paraquat

Herbisida Paraquat (C12H14N2) hanya mematikan gulma bagian atas dengan cepat, tidak
merusak sistem perakaran, batang atau batang dalam tanah, sehingga dalam beberapa minggu
aplikasi gulma dapat tumbuh kembali. Keunggulannya yaitu hasilnya sangat cepat dan nyata,
namun kekurangannya tidak dapat membunuh gulma secara menyeluruh.

3. Tuliskan tujuan dan cara penghitungan dosis aplikasi dan kebutuhan air untuk 20 m2
berdasarkan dosis yang digunakan!

Tujuan penggunaan herbisida harus tepat dosis, cara, waktu, formulasi, dan jenis gulma yaitu
supaya dalam pengaplikasian herbisida efektif dan efisien, tidak memberikan dampak negatif
bagi manusia, lingkungan dan lainnya yang ada di bumi. Pada praktikum dosis yang dipakai
yaitu dengan dosis 1,5 liter/ha dan 2 liter/ha.

= Dosis Aplikasi x Luas Lahan

= 1,5 Liter/ha x 0,20 ha

= 0,3 Liter atau = 300 mL

10
• Jadi dosis awal 1,5 liter/ha menjadi 3 ml/20m2
= Dosis Aplikasi x Luas Lahan

= 2,0 Liter/ha x 0,20 ha

= 0,4 Liter atau = 400 mL

• Jadi dosis awal 2,0 liter/ha menjadi 4 ml/20m2

4. Gejala keracunan seperti apa yang dialami oleh gulma akibat perlakuan herbisida sistemik
dan kontak?
• Herbisida sistemik bereaksi lebih lambat dengan tingkat kerusakan yang lebih besar karena
terjadi translokasi herbisida dari bagian gulma yang terkena pertama ke bagian gulma yang
lain secara sistemik sehingga nantinya seluruh bagian gulma akan mati.
• Herbisida noxone (herbisida berbahan aktif paraquat) yaitu bersifat kontak sehingga reaksi
yang dilihat cepat dan nyata, yang mematikan bagian gulma yang terkena atau kontak
secara langsung (tidak ditranslokasikan) dan tidak butuh waktu yang lama.

5. Bahas data percobaan, uraikan gulma apa saja yang dapat dikendalikan dan tidak dapat
dikendalikan, jelaskan dan bandingkan visualisasi dari setiap perlakuan!
Berdasarkan hasil praktikum, gulma yang tidak dapat dikendalikan yaitu gulma Jukut
Pahit (Axonopus compressus) pada perlakuan sistemik 1,5 L/ha. Karena pada gulma jukut
pahit terjadi penambahan bobot yang mungkin terjadi herbisida sistemik butuh waktu yang
lama dalam mematikan seluruh jaringan gulma.

6. Bagaimana pengaruh jenis herbisida kontak, sistemik dan penyiangan secara mekanik
terhadap hasil percobaan terkait dengan yang saudara lakukan?
• Herbisida kontak sesuai dengan teori dasar bahwa bagian gulma yang terkena herbisida
kontak secara langsung akan mengalami kematian. Namun yang tidak terkena herbisida
secara langsung akan tetap hidup dan tumbuh, misalnya pada bagian akar gulma tidak
terkena herbisida kontak secara langsung.
• Herbisida sistemik juga sesuai teori dasar memerlukan waktu yang lama untuk mem-
bunuh seluruh bagian jaringan gulma, karena sistem kerja herbisida yang sistemik akan
mengalami translokasi herbisida dari bagian yang terkena pertama ke bagian lain
gulma, dan akan mengakibatkan kerusakan yang paling besar.
• Penyiangan secara mekanik membutuhkan tenaga, kesabaran serta waktu, dapat
dikatakan efektif apabila dicabut hingga ke akarnya dan biasanya dilakukan pada gulma

11
yang berada di lahan yang kecil atau tidak luas. Namun biasanya terdapat sisa gulma
yang dapat mengakibatkan terjadi penumbuhan gulma di lahan sehingga perlu dil-
akukan monitoring dan penyiangan secara berulang.

7. Apa saja hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis herbisida di dalam aplikasi
di lapangan?
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis herbisida yaitu diketahui terlebih
dahulu jenis gulma apa yang paling dominan pada lahan (cari tahu karakteristik dan mor-
fologinya), setelah itu cari tahu jenis herbisida apa yang tepat untuk mengendalikan gulma
tersebut, lalu aplikasikan herbisida sesuai dosis yang dianjurkan supaya efektif, efisien, dan
tidak berdampak negatif bagi manusia, tanaman, maupun lingkungan. Kemudian aplikasikan
pada waktu yang tepat untuk mengendalikan gulma.
8. Uraikan tujuan pengujian efikasi herbisida!

Pengujian efikasi herbisida bertujuan untuk mengetahui reaksi bahan aktif herbisida
yang terkandung apakah berdampak baik atau buruk, karena herbisida memiliki jenis
formulasi, cara kerja, dan spesifikasi jenis gulma yang berbeda. Oleh karena itu suatu
campuran beberapa bahan aktif herbisida perlu diuji sifat aktivitasnya, untuk mengetahui
adanya aktivitas antagonisme herbisida. Sehingga sebelum pengendalian herbisida perlu
diketahui jenis gulma dominan, tanaman budidaya, pengendalian alternatif, dampak ekonomi
dan ekologi, serta aplikasi herbisida secara spesifik dan selektif.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data pengamatan dan hasil pembahasan yang telah dipaparkan, dapat
disimpulkan bahwa teknik pengendalian secara kimiawi menggunakan herbisida kontak baik
dengan dosis 2 liter/ha maupun 1,5 liter/ha efektif untuk mengendalikan gulma dengan cepat
dan terlihat hasilnya secara nyata. Apabila herbisida sistemik memiliki reaksi yang lebih
lambat, namun tingkat kerusakan yang diakibatkan lebih besar dibandingkan herbisida kontak.
Hal tersebut terjadi karena herbisida sistemik ditranslokasikan dari tempat terjadinya kontak
pertama ke bagian lainnya, sedangkan herbisida kontak mengendalikan gulma dengan
mematikan bagian gulma yang terkena/kontak langsung.

B. Saran

Praktikum sebaiknya dilakukan dengan hati-hati, baik, dan memperhatikan prosedur


praktikum supaya data pengamatan dan hasil pembahasan diperoleh dengan benar tanpa ada
kekeliruan dan seharusnya sampel gulma plot 1 (ulangan ke 1) dan plot 2 (ulangan ke 2) dipisah
wadah amplop/kertas koran untuk dioven.

13
DAFTAR PUSTAKA

Fadhly, A. F., & Tabri, F. (2009). Pengendalian gulma pada pertanaman jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Fitria, F. (2018). Efek Pengendalian Gulma Dengan Herbisidapadatanaman Jagung (Zea mays
L). AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian, 21(3), 239-242.

Mangoensoekarjo, S., & Soejono, A. T. (2015). Ilmu gulma dan pengelolaan pada budi daya
perkebunan. Gadjah Mada University Press.

Moenandir, J. (2010). Ilmu gulma. Universitas Brawijaya Press.

Purba, E. (2009). Keanekaragaman herbisida dalam pengendalian gulma mengatasi populasi


gulma resisten dan toleran herbisida.

Tampubolon, K., Sihombing, F. N., Purba, Z., Samosir, S. T. S., & Karim, S. (2018). Potensi
metabolit sekunder gulma sebagai pestisida nabati di Indonesia. Kultivasi, 17(3), 683-
693.

Widaryanto, E., & Zaini, A. H. (2021). Teknologi Pengendalian Gulma. Universitas Brawijaya
Press.

14
LAMPIRAN

Plot pengendalian mekanik Herbisida sistemik dan kontak

Plot herbisida kontak Plot herbisida sistemik 1,5 liter/ha

Pengambilan sampel (pengalun-


Plot herbisida sistemik 2 liter/ha
gan kuadran)

15
Ember Pengovenan

Penimbangan bobot kering gulma

Sampel gulma

16

Anda mungkin juga menyukai