Anda di halaman 1dari 11

DIGITAL MULTISENSORY ENGLISH LEARNING ACTIVITIES FOR MIDDLE

SCHOOL

Bagian ini menjelaskan prosess pembuatan Digital learning resources untuk


meningkatkan pembelajaran siswa berdasarkan analisis data. Pedagogi yang berpusat pada
siswa menempatkan lima poin sebelum pengembangan pembelajaran multisensori, yaitu
penggunaan alat pembelajaran inovatif (Reading for emotions) sebagai pendukung.
Pembelajaran yang kompatibel dengan otak secara multisensori, penggunaan eksplorasi diri
untuk mendorong siswa membangun model mereka sendiri dengan menghubungkan skema
pembelajaran mereka, Penggunaan berbasis cerita sebagai literasi dan pembelajaran terjadi
paling baik ketika ada wilayah otak yang masih aktivasi untuk memastikan pemrosesan
informasi integratif yang solid.
Pada penelitian kali ini penulis ingin mengembangkan sebuah pembelajaran digital
learning resources yang disesuaikan dengan level CEFR beserta Reading for emotions. Dimana
produk ini akan digunakan sebagai sumber belajar siswa tingkat SMP dengan level CEFR A1-
C2. Produk ini diharapakan dapat membantu dan mendukung pembelajaran bahasa inggris
khususnya dibidang Literasi. Dilihat dengan fakta-fakta yang ada bahwa tingkat literasi di
Indonesia masih sangat rendah. Untuk mempersiapkan produk ini , penulis meluangkan waktu
untuk membaca buku, journal, website, menonton vidio agar penulis paham bagaimana produk
ini dikembangkan. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat produk
digital learning resources.
1. Menganalisis cerita Menggunakan Reading for Emotions
Hal pertama yang penulis lakukan, setelah belajar mengenai banyak hal dari referensi tersebut
yaitu pengumupulkan berbagai cerita dari Aesofables.com kemudian dianalisis menggunakan
reading for emotions, ada banyak cerita yang diambil dari Aesofables.com yang bisa diakeses
oleh setiap orang, penulis hanya mengambil enam cerita dan memastikan cerita tersebut selaras
dengan enam komponen reading for emotions (focus, distrubance, dialogue, development,
resolution, moral).
2. Analysis menggunakan CEFR
Setelah enam cerita sudah dianalisis, kemudian cerita tersebut dianalisis kembali menggunakan
CEFR dan memastikan enam cerita tersebut sudah selaras dengan level kemampuan siswa dari
A1-C2. Penulis memberikan satu cerita pada setiap level, cerita yang pertama The King’s Son
and the Painted Lion untuk level A1, The Ant the Grasshopper untuk level A2, The Mongkey
and the Dolphin untul level B1, The Ass and the Lapdogg untul level B2, The Eagle and the
Jackdaw untuk level C1, dan yang terahir The Lion and the Maouse untuk level siswa C2.
3. Membuat desaiin ilustrasi
Setelah cerita-cerita tersebut sudah terkumpul dan sudah siap kemudian penulis
mendesain gambar ilutrasi menggunakan aplikasi sketch up, gamnbar dibuat setiap scene dari
cerita, setiap cerita berisi 4-8 gambar yang dibuat oleh penulis yang diharapkan dengan bantuan
visual, sebuah cerita bisa lebih mudah dicerna dan menyampaikan pesan emosi dalam sebuah
cerita. Setelah gambar sudah terkumpul penulis
4. membuat voice
Dalam setiap scene cerita melalui website Notevibes.com dan diaploud menggunakan Google
Drive agar mempermudah pengguna saat menggunakanya. Setelah semua cerita dan gambar
beserta voice sudah siap penulis merangkainya menjadi satu kesatuan disetiap ceritanya kedalam
file terlebih dahulu.
5. Membuat Digital Learning Resources menggunakan Google sites
Sebelum mencoba gogel sites penulis meluangkan waktunya untuk mempelajarinya terlebih
dahulu melalui YouTube, article dan lainya supaya lebih paham saat menggunakan google
sites. Setelah berhasil memahaminya yang penulis lakukan yaitu mulai membuat fitur-fitur
yang dapat dimengerti oleh penggunanya, dan tak ketinggalan dengan memberikan intruksi-
intruksinya. Penulis memberikan nama project ini dengan “ Developing Digital
Multisensory English Learning Activities” Developing dengan arti mengembangkan,
Gigital dengan arti teknology elektronik yang mampu menyimpan dan menghasilkan dan
mengolah berbagai data, Multisesnsory English Learning artinya proses pembelajaran bahasa
yang yang melibatkan penggunaaan seluruh indera agar siswa dapat memahami pembelajaran
dengan mudah. Produk ini terdiri dari berbagai fitur:
 Home : yang berisi Profile Project yang menjelaskan bagaimana proses pada project yang
dibuat ,dan Reseacher Profile dengan menjelaskan profile diri sendiri dan juga dosen
Pembimbing pertama Lala Bumela, Ph.D. dan dosen pembimbing ke dua Listiana
Ikawati, M.Hum
 CEFR : Berisi penjelasan singkat apa itu CEFR dan tingkat kemampuannya.
 Diagnostc tes : Menerapkan link pada fitur untuk siswa melakukan diagnostik test yang
bertujuan untuk mengukur tingkat literasi pada siswa (https://www.efset.org/quick-
check/).
 Protptype produk : Berisi enam cerita yang sudah dianalisis menggunakan Reading for
emotions dan CEFR level A1 sampai C2 beserta gambar ilutrasi dan juga link Voice nya.
Selain cerita penulis juga memasukan vitur Creative Muvement pada Prototype produk
yang berisikan link dari YouTube pembelajaran bahasa melalui gerakan.
 Learning Activities : Berisi penjelasan mengenai Inquiry Learning yang digunakan oleh
project ini, dimana isinya adalah panduan untuk guru dan siswa, lembar kerja siswa yang
berisi latihan yang diberikan kode-kode ( focus, distrubance, dialogue, development,
resolution dan moral). Selain itu berisi lembar kerja original teks, siswa bebas menulis
cerita apa saja yang mereka pahami dan menyesuaikanya dengan reading for emotions.
Selain itu Berisi penjelasan singkat mengenai Reading for emotions dan contoh
analisisnya.
 Evaluation : Berisi link test yang langsung masuk kedalam website yang sebelumnya
sudah dibuat oleh penuli soal sebanyak 20 soal test menggunakan aplikasi Quizizz
(https://quizizz.com/join/quiz/63d1156e93e529001ea8dc93?studentShare=true). Test ini
bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa apakah meningkat dari sebelumnya atau
tetap sama dengan hasil uji diagnostik test.
 Certificate: berisi link setifikat pencapaian yang dapat di Download setelah mengerjakan
evaluasi.(https://www.canva.com/design/DAFZDE-BCgk/8komyufvEIRaC81TZ22QZQ/
edit?utm_content=DAFZDE-
BCgk&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton)
 Additional resources : Berisi situs website atau apikasi tambahan yang dapat membantu
menunjang kebutuhan pengguna yaitu Cambrigde Dictionary
(https://dictionary.cambridge.org/), Grammarly (https://www.grammarly.com/grammar-
check), Virtual Writing Tutor (https://virtualwritingtutor.com/) , Google Translate
(https://translate.google.co.id/?hl=id) , Canva (https://www.canva.com/id_id/).
 Reference : Berisi list referensi dari berbagai sumber yang mendasari pembuatan produk
ini mulai dari website, Journal, article, e-books, Thesis, dan juga sosial media.

6. The profile Digital Learning resources


Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan profile singkat dari digital learning resources
yang penulis kembangkan. Dari profile ini, bisa dilihat fitur apa saja yang ada dalam digital
learning resources ini. Gambar sebagai berikiut.

Figure 2.1 The Profile Digital Learning Resources.


https://sites.google.com/view/koniah-learning-tool/references

Sumber belajar digital merupakan media pembelajaran bagi siswa dan guru yang
berfokus pada peningkatan tingkat kemampuan bagi siswa dan membantu kemajuan siswa demi
tujuan bersama (co agency) . Dengan agency membantu siswa mencapai tujuan jangka panjang
mengatasi kesulitan belajar, kognitif dasar, sosial dan emosional. Produk ini berfokus pada
media dan mencakup pedagogi sebagai pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan
pembelajaran multisensori. Selain membaca, menyimak, berbicara, dan menulis, siswa juga
dapat melakukan gerakan sebagai bagian dari pembelajaran. Sumber materi berasal dari para ahli
dan sumber dari bidangnya. Indonesia masih menerapkan pembelajaran tradisional, dimana
pembelajaran masih menitikberatkan pada menghafal tata bahasa dan kosa kata merupakan
pedagogi tradisional. Sudimantara (2021).
Dalam digital learning resources keberpusatan belajar pada siswa telah diterapkan di
proses belajar . Kegiatan pembelajaran dalam produk ini disebut pedagogi rasional karena membangun
pembelajaran reflektif (Peterson, 1999) dan memungkinkan siswa menguasai materi dengan
membandingkan, mengkontraskan, dan menalar. (Ania, 2017). Dengan hal ini siswa dapat berfikir
kritis dan kreatif “ouside the box” dapat berkolaborasi dengan orang lain (tranformatif
kopetensi). Pembelajaran ini menggunakan pendekatan baru yaitu reading for emotion yang
diciptakan oleh Ania Lian pada tahun (2017). Reading for emotion merupakan sarana
pembelajaran multisensori. Emosi merupakan produk multisensori karena dihasilkan dari
pengolahan informasi yang berlapis dari visual, auditori, kinestetik (Bumela 2021). Pendekatan
ini mendorong pembelajaran dengan melibatkan perasaan pada setiap tahap. Agar siswa dapat
lebih mendalami setiap bagian teks, seperti yang dikatakan Bumela (2021) otak manusia
menyukai cerita. Apa yang dilakukan cerita adalah mereka memberikan alur cerita dari beberapa
emosi negatif ke emosi positif, tetapi yang lebih kuat mereka benar-benar dapat membentuk
emosi sehingga anda dapat memahaminya Flacter (2021). Otak kiri dan belahan kanan manusia
dibentuk untuk menghasilkan kejernihan dalam pikiran .
Namun, siswa lebih sadar dan intuitif untuk melanjutkan belajar nanti dengan sumber daya
digital tersebut. Terakhir, angka literasi siswa Indonesia kemungkinan akan terus meningkat dari tahun
ke tahun. Ada enam poin dalam penelitian ini yang menjadi tujuan dari penelitian ini. Keenam poin
tersebut adalah sebagai berikut:

 Membantu siswa untuk memaksimalkan aspek multisensori mereka


 Membantu siswa untuk memetakan tingkat literasi mereka
 Membantu siswa belajar berdasarkan tingkat kemampuannya.
 Membantu siswa belajar dengan kecepatan yang tepat.
 Membantu siswa untuk meningkatkan Indeks Kecakapan Bahasa Inggris mereka.
 Membantu siswa meningkatkan daya ingatnya dalam belajar.

Teaching practice: pengalaman peneliti teaching practice sangatlah menarik karena dapat
menerapkan apa yang peneliti telah pelajari sebelumnya dengan alat pembelajaran yang sudah
dikembangkan oleh peneliti (digital learning resources) dengan menggunakan metode inquiry learning
dan pendekatan student centered. Sangatlah penting bagi peneliti untuk menciptakan lingkungan yang
menyenangkan untuk belajar, sebuah konsep yang telah dipelajari peneliti dalam dunia pendidikan.
Peneliti menerapkan pengetahuan yang telah yang telah diperoleh selama belajar untuk merencanakan,
mempersiapkan, dan menyajikan pelajaran bagi siswa. Bagi peneliti teaching practice telah memberikan
pengalaman langsung disekolah selama peneliti melakukan PLP dan membantu peneliti mengambil
keputusan untuk mengembangkan digital learning resources dengan permasalah seperti tekanan
pembelajaran yang tradisional. Selama peneliti bimbingan bersama co-supervisor memberikan peneliti
informasi yang cukup tentang teaching practice itu adalah praktik mengajar yang memperkenalkan
peneliti dan memberi paparan pengalaman mengenai dunia pengajaran. Dalam mengajar pastinya
melibatkan banyak pengalaman yang tidak dapat diambil dari lingkungan yang non sekolah, namun
praktik mengajar dapat memberikan kesempatan bagi peneliti untuk mengimplementasikan teori
pendidikan yang transformatif yang peneliti telah pelajari.
Tahapan ini adalah siswa mulai belajar dengan melakukan tes diagnostik, dan tes ini bertujuan
untuk mengukur tingkat literasi siswa. Kedua, setelah siswa mengetahui tingkat literasinya, mereka
dapat memilih cerita (materi pembelajaran) yang akan dipelajari menggunakan pendekatan reading for
emotion. Cerita tersedia dalam beberapa bentuk, yaitu teks, audio, video,. Dia dapat mengaktifkan
multisensori yang dimiliki siswa. Kemudian siswa mencoba latihan tersebut dengan memberikan kode-
kode berupa tahapan emosi (fokus, Distrubance, Development, dialogue, resolution, dan moral) pada
setiap kalimat dalam sebuah cerita (narasi). Saat ini Pada tahap ini, siswa dapat mencobanya berulang
kali hingga siswa dapat memahami dengan benar alat yang digunakan untuk memahami sebuah cerita
dengan membaca emosi. Membaca untuk emosi sebagai sarana pembelajaran yang merupakan salah
satu pembelajaran yang menyenangkan karena melibatkan siswa perasaan mereka (emosional bergeser)
pada setiap tahap dalam alat. Selain itu, manusia otak menyukai cerita. Jadi saat membaca cerita, otak
manusia lima kali lebih banyak aktif dan dua puluh dua kali lebih cepat dalam menerima informasi. Lalu,
setelah selesai pemberian kode, siswa melanjutkan ke tes evaluasi. Tes ini dilakukan untuk
mengkonfirmasi apakah siswa memahami konsep membaca untuk emosi. Selain itu, hal yang penting
dalam tes ini adalah mengukur kembali kemampuan siswa tingkat literasi dengan membuat ulang cerita
menggunakan membaca untuk emosi.
Profesional development yang peneliti lakukan yaitu mengambangkan digital learning resources
sebagai media pemebelajaran bagi siswa, dengan mendesain dan juga membuat voice sebagai
development, dengan membimbing siswa dalam mengembangkan kemampuan mereka, menasehati
kekurangan dan menilai kekuatan dan mendorong sampai siswa mampu menyajikan pelajaran secara
efektif. selain itu peneliti mebaca banyak referensi sebelum menciptakan produk yang berguna untuk
membuktikan peneliti sebagai profesional development.
Dalam pembuatan produk ini peneliti sangat senang dapat mengembangkan kopetensi
transforematif. Dengan membuat produk ini peneliti dapat menjadi guru bahasa inggris yang
profesional. Banyak hal baru yang dapat dipetik dalam pembuatan produk ini, dimana peneliti
merasakan keberhasilan dalam memecahkan masalah dengan menciptakan sesuatu yang baru dengan
didorong oleh rasa keingintahuan dan minat sebelumnya , proses dimulai ketika peneliti
memperhatiakan sesuatu yang mungkin tidak masuk akal dalam hubunganya dengan pengalaman
belajar sebelumnya. Sepanjang jalan peneliti mengumpulkan, merekam , dan membuat hasil dan
penjelasan, dan memanfaatkan sumberdaya lain seperti buku, vidio, dan wawasan dari co-supervisor
sebagai rererensi. Dengan adaya perubahan, tekanan pembelajaran yang sebelumnya menggunakan
pembelajaran yang tradisional dan sekarang sudah berpindah pada tranformative pedagogi atau non
tradisioal dengan adanya beberapa penerapan dalam produk tersebut seperti pembelajaran yang
berfokus pada pendekatan yang berpusat pada siswa seperti multisensory dan reading for emotions .
Peneliti banyak mendapatkan pengetahuan dan mengatasi banyak tantangan dalam setiap proses
melakukan penelitian. Mulai dari membuat digital learning resources dengan google sites, mendesain,
hingga menciptakan inovasi yang baru. Peneliti berharap produk ini akan membawa perbaikan penuju
pendidikan yang lebih baik melalui inovasi-inovasi pada guru dan dengan produk yang penulis
kembangkan dapat mempermudah proses pembelajaran siswa yang ahirnya dapat membantu pelajar
membangun mental dunia yang ebih baik.

DIGITAL MULTISENSORY ENGLISH LEARNING ACTIVITIES FOR MIDDLE


SCHOOL

This section describes the process of creating Digital learning resources to enhance student
learning based on data analysis. Student-centered pedagogy places five points before the
development of multisensory learning, namely the use of innovative learning tools (Reading for
emotions) as a support. Multisensory brain-compatible learning, use of self-exploration to
encourage students to build their own models by connecting their learning schemas, use of story-
based literacy and learning occurs best when there are brain regions still activated to ensure solid
integrative information processing.

In this study, the authors wanted to develop a digital learning resource that was adapted to
the CEFR level along with Reading for emotions. Where this product will be used as a learning
resource for junior high school students with CEFR A1-C2 levels. This product is expected to
help and support learning English, especially in the field of Literacy. Judging from the existing
facts, the literacy rate in Indonesia is still very low. To prepare this product, the author spends
time reading books, journals, websites, watching videos so the author understands how this
product was developed.The following are the steps taken in making digital learning resources products.

1. Analyze stories Using Reading for Emotions


The first thing the writer did, after learning about many things from these references, was
collecting various stories from Aesofables.com and then analyzing them using reading for
emotions, there were many stories taken from Aesofables.com that everyone could access, the
writer only took six stories. and ensure that the story is aligned with the six components of
reading for emotions (focus, disturbance, dialogue, development, resolution, moral).

2. Analysis using CEFR.

After the six stories have been analyzed, then the stories are analyzed again using CEFR and
ensure that the six stories are in line with the student's ability level from A1-C2. The author
gives one story at each level, the first story is The King's Son and the Painted Lion for level A1,
The Ant the Grasshopper for level A2, The Monkey and the Dolphin for level B1, The Ass and
the Lapdogg for level B2, The Eagle and the Jackdaw for C1 level, and finally The Lion and the
Maouse for C2 level students.

3. Create illustration designs

After the stories have been collected and ready, the writer designs an illustration image using the
Sketch Up application, a picture is made for each scene of the story, each story contains 4-8
pictures made by the author which is expected with visual aids, a story can be more easily
digested and convey emotional messages in a story.

4. Make voices
After the pictures have been collected, the author creates voices in each scene of the story
through the Notevibes.com website and uploads using Google Drive to make it easier for users to
use it. After all the stories and pictures along with the voices are ready, the writer assembles
them into a single unit in each story into a file first.

5. Create Digital Learning Resources using Google sites

After all the stories have been collected along with pictures and voices, the writer starts creating
Digital Learning Resources using Google sites. Before trying Google Sites, the author takes the
time to study it first through YouTube, articles and others so that they understand better when
using Google Sites. After successfully understanding it, what the author does is start making
features that are understandable to users, and don't miss out on giving instructions. The author
gives the name of this project "Developing Digital Multisensory English Learning Activities"
Developing means developing, Digital means electronic technology capable of storing and
producing and processing various data, Multisensory English Learning means a language
learning process that involves the use of all the senses so that students can understand learning
easily. This product consists of various features:

 Home: which contains a Project Profile which explains the process of the project being
made, and a Researcher Profile explaining the profile of yourself and also the first Advisor
Lala Bumela, Ph.D. and second supervisor Listiana Ikawati, M.Hum
 CEFR : Contains a brief explanation of what CEFR is and its level of ability.
 Diagnostic test: Implementing a link on the feature for students to carry out a diagnostic test
that aims to measure the level of literacy in students ( https://www.efset.org/quick-check/)
 Prototype Product : Contains six stories that have been analyzed using Reading for emotions
and CEFR levels A1 to C2 along with illustration pictures and also the Voice link. Apart
from the story, the author also includes a Creative Movement feature on the product
prototype which contains a link from YouTube for language learning through movement.
 Learning Activities: Contains an explanation of the Inquiry Learning used in this project,
where the contents are a guide for teachers and students, student worksheets containing
exercises given codes (focus, disturbance, dialogue, development, resolution and morale).
Apart from that it contains original text worksheets, students are free to write whatever
stories they understand and adapt them to reading for emotions. In addition, it contains a
brief explanation of Reading for emotions and examples of its analysis.
 Evaluation: Contains a test link that goes directly to the website which was previously made
by the question writer as many as 20 test questions using the Quizizz application (
https://quizizz.com/join/quiz/63d1156e93e529001ea8dc93?studentShare=true) This test
aims to measure students' abilities whether they have increased from before or remained the
same as the results of the diagnostic test.
 Certificate: contains an achievement certificate link that can be downloaded after completing
an evaluation (
https://www.canva.com/design/DAFZDE-BCgk/8komyufvEIRaC81TZ22QZQ/edit?
utm_content=DAFZDE-
BCgk&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton).
 Additional resources: Contains additional websites or applications that can help support user
needs, namely the Cambrigde Dictionary ( https://dictionary.cambridge.org/ ) , Grammarly
(m (https://www.grammarly.com/grammar-check ) , Virtual Writing Tutor
(https://virtualwritingtutor.com/) , Google Translate (https://translate.google.co.id/?hl=id) ,
Canva (https://www.canva.com/id_id/).
 Reference: Contains a list of references from various sources that underlie the creation of
this product, starting from websites, journals, articles, e-books, theses, and social media.

6. The profile Digital Learning resources

In this section, the author will explain a brief profile of the digital learning resources that
the author has developed. From this profile, you can see what features are in this digital learning
resource. Picture as follows.
k
Figure 2.1 The Profile Digital Learning Resources.
https://sites.google.com/view/koniah-learning-tool/references

Digital learning resources are learning media for students and teachers that focus on
increasing the level of ability for students and helping students progress for a common goal (co-
agency). With the agency to help students achieve long-term goals overcoming learning
difficulties, basic cognitive, social and emotional. This product focuses on media and includes
pedagogy as student-centered learning with multisensory learning. In addition to reading,
listening, speaking, and writing, students can also make movements as part of learning. Material
sources come from experts and sources from their fields. Indonesia still applies traditional
learning, where learning still focuses on memorizing grammar and vocabulary, which is a
traditional pedagogy Sudimantara (2021).

Dalam digital learning resources keberpusatan belajar pada siswa telah diterapkan di proses
belajar . The learning activities in this product are called rational pedagogy because it builds
reflective learning (Peterson, 1999) and allows students to master material by comparing,
contrasting, and reasoning. (Ania, 2017). With this, students can think critically and creatively
"outside the box" and can collaborate with others (transformative competence). This learning
uses a new approach, namely reading for emotion created by Ania Lian in (2017). Reading for
emotion is a means of multisensory learning. Emotions are multisensory products because they
result from layered information processing from visual, auditory, kinesthetic (Bumela 2021).
This approach encourages learning by involving feelings at every stage. So that students can go
deeper into each part of the text, as Bumela (2021) says, the human brain likes stories. What
stories do is they provide a storyline from some negative emotion to some positive emotion, but
more powerfully they can actually shape the emotion so you can relate to Flacter (2021). The
left brain and the right hemisphere of humans are formed to produce clarity in the mind.

However, students are more aware and intuitive to continue learning later with these digital
resources. Finally, the literacy rate of Indonesian students is likely to continue to increase from
year to year. There are six points in this study which are the objectives of this research. The six
points are as follows:

 Help students to maximize their multisensory aspects


 Help students to map their literacy level
 Help students learn based on their level of ability.
 Help students learn at the right pace.
 Help students to improve their English Proficiency Index.
 Help students improve their memory in learning.

Teaching practice: the experience of teaching practice researchers is very interesting because they
can apply what researchers have learned previously with learning tools that have been developed by
researchers (digital learning resources). It is very important for researchers to create a pleasant
environment for learning, a concept that researchers have studied in education. Researchers apply the
knowledge that has been obtained during learning to plan, prepare, and present lessons for students.
For researchers teaching practice has provided direct experience in schools while researchers are
conducting PLP and helping researchers make decisions to develop digital learning resources with
problems such as traditional learning pressures. As long as the guidance researcher with the co-
supervisor provides the researcher with sufficient information about teaching practice, it is a teaching
practice that introduces researchers and provides exposure to experiences about the world of teaching.
Teaching certainly involves a lot of experience that cannot be taken from a non-school environment, but
teaching practice can provide opportunities for researchers to implement transformative educational
theories that researchers have studied.
Tahapan ini adalah siswa mulai belajar dengan melakukan tes diagnostik, dan tes ini bertujuan
untuk mengukur tingkat literasi siswa. Kedua, setelah siswa mengetahui tingkat literasinya, mereka
dapat memilih cerita (materi pembelajaran) yang akan dipelajari menggunakan pendekatan reading for
emotion. Cerita tersedia dalam beberapa bentuk, yaitu teks, audio, video,. Dia dapat mengaktifkan
multisensori yang dimiliki siswa. Kemudian siswa mencoba latihan tersebut dengan memberikan kode-
kode berupa tahapan emosi (fokus, Distrubance, Development, dialogue, resolution, dan moral) pada
setiap kalimat dalam sebuah cerita (narasi). Saat ini Pada tahap ini, siswa dapat mencobanya berulang
kali hingga siswa dapat memahami dengan benar alat yang digunakan untuk memahami sebuah cerita
dengan membaca emosi. Membaca untuk emosi sebagai sarana pembelajaran yang merupakan salah
satu pembelajaran yang menyenangkan karena melibatkan siswa perasaan mereka (emosional bergeser)
pada setiap tahap dalam alat. Selain itu, manusia otak menyukai cerita. Jadi saat membaca cerita, otak
manusia lima kali lebih banyak aktif dan dua puluh dua kali lebih cepat dalam menerima informasi. Lalu,
setelah selesai pemberian kode, siswa melanjutkan ke tes evaluasi. Tes ini dilakukan untuk
mengkonfirmasi apakah siswa memahami konsep membaca untuk emosi. Selain itu, hal yang penting
dalam tes ini adalah mengukur kembali kemampuan siswa tingkat literasi dengan membuat ulang cerita
menggunakan membaca untuk emosi.
The professional development that researchers are doing is developing digital learning resources
as learning media for students, by guiding students along the way, advising weaknesses and assessing
strengths and encouraging until students are able to present lessons effectively. Besides that,
researchers read many references before creating products that are useful for proving researchers as
development professionals.
In making this product, researchers are very happy to be able to develop transformative
competencies. By making this product researchers can become professional English teachers. Many
new things can be learned in making this product, where researchers feel success in solving problems by
creating something new driven by curiosity and previous interest, the process begins when researchers
pay attention to something that may not make sense in relation to previous learning experiences. Along
the way the researcher collects, records, and makes results and explanations, and utilizes other
resources such as books, videos, and insights from the co-supervisor as references. With this change,
the learning pressure that previously used traditional learning has now shifted to transformative
pedagogy or non-traditional with the existence of several applications in these products such as learning
that focuses on student-centered approaches such as multisensory and reading for emotions.
Researchers gain a lot of knowledge and overcome many challenges in every process of
conducting research. Starting from creating digital learning resources with Google sites, designing, to
creating new innovations. Researchers hope that this product will bring improvements towards better
education through innovations for teachers and with the products that the authors develop can
facilitate the student learning process which can ultimately help students build a better world mentality.

Anda mungkin juga menyukai