Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian Bahan ajar digital

Bahan ajar merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan sumber
belajar yang digunakan guru untuk menyampaikan pembelajaran. Bahan ajar dapat mendukung
proses pembelajaran dan meningkatkan keberhasilan peserta didik. Idealnya bahan ajar akan
disesuaikan dengan konten yang digunakan oleh guru, untuk peserta didik di kelas dalam
berbagai bentuk dan jenis, tetapi semua memiliki tujuan pembelajaran yang sama (Hutson,
2016).

Bahan ajar digital adalah seperangkat materi pelajaran yang telah disusun secara
sistematis yang tampilkan melalui perangkat digital, seperti komputer, laptop, tablet, handphone,
notebook dan sejenisnya. Kosasih (2021, p. 251) mengatakan bahwa bahan ajar digital adalah
bahan ajar yang berbasis komputer dan dilengkapi dengan perangkat multimedia lainnya.
Disebut perangkat multimedia, karena dapat mengkombinasikan dua atau lebih media yaitu bisa
berupa teks, gambar, animasi, video, audio dan lainnya. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh
Prastowo dalam Sunarti & Rusilowati (2020, p. 285) bahwa bahan ajar digital merupakan bahan
ajar yang mengkombinasikan beberapa media pembelajaran seperti audio, video, teks atau grafik
untuk mengendalikan suatu perintah dari suatu presentasi.

Adapun beberapa kelebihan yang terdapat pada bahan ajar digital, antara lain:

1. dapat menyajikan berbagai bentuk grafis, animasi, audio, dan video secara lengkap.

2. pemanfaatannya lebih fleksibel

3. lebih mudah diakses

4. mudah dibawa

5. menyajikan pengalaman belajar yang lebih kaya

6. tidak memerlukan ruang yang luas atau tempat yang khusus dalam memanfatkan dan
menyimpannya.
Alessi & Trollip (2001) dalam Kosasih (2021) menyebutkan lima kriteria minimal yang
terdapat pada suatu bahan ajar digital, yakni adanya (1) pendahuluan program, (2) petunjuk
navigasi, (3) materi, (4) petunjuk penggunaan, dan (5) menu akhir program.

Selain itu, kriteria suatu bahan ajar digital yang baik adalah sebagai berikut:

1) Subject matter, yaitu berkaitan dengan (a) keleluasaan/kedalaman materi, (b) urutan materi,
(c) kejelasan bahasa yang digunakan, (d) kesesuaian materi dengan tujuan belajar, (e) glosarium
atau penjelasan mengenai istilah-istilah tertentu.
2) Auxiliary information, yaitu informasi tambahan berupa petunjuk, bantuan dan kesimpulan.
3) Affective considerations, yaitu keberadaan multimedia yang dapat memengaruhi motivasi
siswa dalam belajar.
4) Interface, yaitu tampilan teks, animasi, gambar, dan video.
5) Navigation, yaitu cara siswa dapat berpindah-pindah halaman sesuai dengan keinginannya.

6) Pedagogi, yaitu kesesuaian metode yang digunakan, interaktivitas siswa, tingkat kesulitan
materi, control pengguna, serta pengukuran terhadap tingkat penguasaan materi.

Sementara itu, Romiszowski (1986) dalam Kosasih (2021) mengungkapkan kriteria


bahan ajar digital yang baik, yakni materi yang sudah divalidasi oleh ahli materi, materi yang
memberika kebermanfaatan bagi siswa, menyajikan konsep secara jelas, contoh dan latihan soal
yang sesuai dengan materi atau tujuan belajar.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar digital
merupakan seperangkat materi pembelajaran yang disusun secara sistematis dengan
mengkombinasikan lebih dari satu media yang dapat ditampilkan melalui smartphone atau
komputer

B. langkah-langkah pengembangan bahan ajar digital

Langkah-langkah pengembangan menyusun bahan ajar berbasis digital, sebagai berikut:

a. pengumpulan

Melakukan analisis kebutuhan bahan ajar peserta didik, menganalisis kompetensi-


kompetensi yang diperlukan untuk pencapaian tujuan dan sasaran yang dibutuhkan. Pada
tahap ini, fokusnya adalah untuk mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan
untuk merancang bahan ajar berbasis digital. Proses pengumpulan ini dapat melibatkan
analisis kebutuhan peserta didik, yang mencakup pemahaman tentang tingkat pemahaman
mereka, gaya belajar, dan preferensi penggunaan teknologi. Selain itu, diperlukan analisis
kompetensi yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembelajaran yang telah
ditetapkan. Ini mencakup identifikasi keterampilan dan pengetahuan yang harus dimiliki
oleh peserta didik untuk berhasil dalam pembelajaran tersebut.

b. persiapan

Guru membimbing dan menginstruksikan peserta didik dalam rancangan bahan


ajar berbasis digital. Tahap persiapan ini merupakan tahap di mana guru atau
pengembang bahan ajar berbasis digital merancang materi pembelajaran tersebut. Ini
melibatkan penentuan struktur bahan ajar, pemilihan konten, pengaturan penyajian
materi, dan pengembangan aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik peserta didik. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk memastikan bahwa
bahan ajar yang disiapkan dapat efektif mengkomunikasikan konsep dan pengetahuan
kepada peserta didik dengan menggunakan platform digital.

c. pemeliharaan

Melakukan maintenance terhadap platform bahan ajar berbasis digital. Tahap


pemeliharaan ini berfokus pada pemeliharaan dan perawatan platform atau sistem yang
digunakan untuk menyajikan bahan ajar berbasis digital. Ini melibatkan melakukan
maintenance terhadap platform tersebut, termasuk perbaikan bug, peningkatan fitur, serta
pembaruan konten sesuai dengan perkembangan kurikulum atau kebutuhan pembelajaran
yang baru muncul. Pemeliharaan yang baik akan memastikan bahwa bahan ajar tetap
relevan, berfungsi dengan baik, dan dapat diakses oleh peserta didik secara konsisten.

C. Prinsip Pengembangan bahan ajar

Ada beberapa prinsip yang perlu diingat dalam mengembangkan bahan ajar, yaitu:

a. Koherensi.
Materi bahan ajar harus dikembangkan secara koheren (lengkap, tidak terpisah-
pisah antara satu bagian dengan bagian lainnya). Prinsip koherensi diperlukan agar
tidak terjadi kontradiksi antara materi yang satu dengan yang lain.

b. Komprehensif.

Materi pembelajaran harus disusun secara konprehensif mencakup pengetahuan


dasar yang paling sederhana hingga pengetahuan keterampilan dan sikap yang lebih
kompleks.

c. Kelekatan Budaya.

Setiap individu memiliki latar budaya yang unik. Semakin asing secara budaya,
maka akan semakin sulit seseorang menangkap dan menyerap materi yang dipelajari.
Dalam hal ini perlu memperhatikan karakteristik dan tingkat kesulitan materi yang
diajarkan kepada peserta didik.

d. Fungsional

Setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, materi pembelajaran


akan lebih mudah diterima jika memiliki manfaat fungsional yang mendukung
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

D. E-Book (Elektronic Book)

Menurut Fitria (2017:5) E-Book adalah bentuk buku yang dapat dibuka mengunakan
komputer secara elektronis. Ebook berisi file dengan bermacammacam format, yang merupakan
rangkaian huruf biasa yang dibuat dengan menggunakan software Microsoft Office atau software
sejenis lainnya. Menurut Wikipedia, e-book atau buku digital adalah versi elektronik dari sebuah
buku, yang berisikan informasi digital yang dapat berupa wujud teks atau gambar. Ebook
diminati karena ukuranya yang kecil dibandingkan dengan buku, dan umumnya memiliki fitur
pencarian yang sehingga kata-kata dalam ebook dapat diakses atau dicari dengan cepat. Format
E-Book yang populer adalah teks polos, jpeg, pdf, doc lit dan html. Format-format tersebut
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, tergantung dengan alat yang digunakan
untuk membaca ebook tersebut.
Menurut Fauzi (2015:149) Media pembelajaran E-book adalah teknologi yang menggunakan
komputer untuk mengajar. Keunggulan perangkat pembelajaran berbasis e-book adalah dapat
diintegrasikan ke dalam pertunjukan suara, grafik, gambar, animasi dan film untuk memberikan
informasi yang lebih bervariasi. E-book juga dapat dikelola menggunakan pencarian halaman,
yang membuat pengalaman pengguna lebih mudah daripada buku biasa. Dapat disimpulkan
bahwa E-Book adalah bentuk dari buku yang kemudian dikembangkan menjadi buku elektronik
yang diakses menggunakan internet, dengan menggunkana format pdf, doc, jpeg dan html
sehingga dalam penggunaanya lebih maksimal.

Fungsi ebook menurut fitria (2017:5), E-Book beberapa tahun ini menjadi media belajar yang
populer karena pemerintah mendukung secara penuh penggunaan ebook dalam pembelajaran.
Ebook memiliki keunggulan yang berperan penting dalam proses pembelajaran. Keunggulan
tersebut telihat dari fungsi dan manfaatnya sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktivitas belajar.
Proses pembelajaran tidak terlepas dari sumber belajar berupa buku bacaan seperti ebook.

2. Referensi yang tidak terbatas.


Karena ebook merupakan referensi yang tidak terbatas jadi tidak terpaku pada satu sumber
belajar.
3. Membantu pendidik dalam mengefisiensikan waktu pembelajaran.
4. Data digital yang mudah dibawa dalam banyak file.

Menurut Fitriani (2019:12) E-Book memiliki manfaat antara lain:

a. Dapat melestarikan literatur buku yang banyak jumlahnya.

b. Tidak lapuk dan dapat bertahan dalam waktu yang lama karena disimpan dalam bentuk file.

c. E-Book memiliki sifat portabel yang dapat digunakan kapan saja dan dimana saja

d. Terdapat soal yang dapat dikerjakan langsung dan dapat diketahui skornya saat sudah selesai
mengerjakan seluruh soal.

E. E-Modul
Menurut Winatha, Suharsono, dan Agustin pada tahun 2018 bahwa perkembangan teknologi
adalah salah satu faktor yang mendorong pergantian teknologi cetak, sehingga menggunakan
teknologi komputer pada proses belajar mengajar. Modul pada mulanya yaitu media
pembelajaran cetak, lalu ditransformasikan penyajian dalam bentuk elektronik. Sehingga dapat
bisa menghasilkan istilah yaitu modul elektronik dan dikenal dengan istilah e-modul.

Nugraha, Subarkah dan Sari pada tahun 2015 menyebutkan bahwa Modul Elektronik atau e-
modul diartikan sebagai suatu media untuk pembelajaran menggunakan komputer dengan
menampilkan teks, grafik, gambar, audio, animasi, dan juga video pada kegiatan pembelajaran.

E-modul adalah alat atau bisa berupa sarana pembelajaran, berisikan materi, metode, dan juga
berbagai batasan dan cara mengevaluasi yang bisa dirancang dengan sistematis dan menarik
guna mencapai kompetensi yang diperlukan berdasarkan level kompleksitasnya secara elektronik
sebagaimana dijelaskan oleh Imansari dan Sunaryatiningsih tahun 2017. Ada beberapa contoh e-
modul yaitu Hard disk, Disket, CD, Flashdisk, dan HP.

Alasan penggunaan bahan ajar digital sangat penting karena saat ini, semua peserta didik
sudah mempunyai HP. Itulah mengapa, guru dapat meningkatkan prestasi dan juga hasil belajar
dengan memaksimalkan HP sebagai media pembelajaran. Sejumlah penelitian menunjukkan jika
tingkat keberhasilan pada proses pembelajaran menggunakan media teknologi informasi lebih
tinggi jika dibandingkan dengan cara-cara konvensional. Contohnya adalah dalam menggunakan
modul, LKS, atau buku paket.

Trik Penyusunan Bahan Ajar E-modul

Menggunakan e-modul sebagai bahan ajar digital sangat bermanfaat karena dapat mendukung
pembelajaran, termasuk dalam hal kualitas dan efektifitas pembelajaran, tetapi juga untuk
meningkatkan cara menguasai materi untuk guru dan untuk peserta didik.

Dalam menyusun e-modul, ada beberapa prinsip pengembangan yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Mampu menimbulkan minat belajar siswa.

2. Ditulis dan dibuat untuk digunakan siswa.

3. Menjelaskan tujuan pembelajaran berupa goals dan objectives.


4. Disusun berdasarkan pola belajar fleksibel.

5. Dikembangkan sesuai kebutuhan belajar dan pencapaian tujuan pembelajaran siswa.

6. Fokus pada pemberian kesempatan siswa dalam berlatih.

7. Mengakomodasi apa saja kesulitan belajar siswa.

8. Membutuhkan sistem navigasi yang cermat.

9. Terdapat rangkuman.

10. Gaya penulisan atau gaya Bahasa interaktif, komunikatif, dan semi formal.

11. Dikemas dengan tujuan proses pembelajaran.

12. Membutuhkan strategi pembelajaran mulai pendahuluan, penyajian, dan juga penutup.

13. Memiliki mekanisme dalam mengumpulkan umpan balik.

14. Mendukung penilaian diri.

15. Perlu adanya pedoman atau petunjuk sebelum hingga setelah memakai modul.

Bahan ajar digital berupa e-modul menekankan keterampilan proses dan juga cara belajar active
learning. Sehingga, media pembelajaran semakin penting. Modul memfasilitasi para peserta
didik agar bisa belajar mandiri ataupun belajar konvensional.

F. E-Learning

Pembelajaran yang memanfaatkan teknologi elektronik untuk mengakses kurikulum


pendidikan di luar ruang kelas tradisional. Dalam kebanyakan kasus, ini mengacu pada program
yang disampaikan secara online (cyber) dikenal dengan istilah e-learning (Munir, 2008).

Ketika datang ke pembelajaran online dalam pendidikan, konsep e-learning ini cukup
mudah sampai awal 2000-an pendidikan yang tadinya berada di ruang kelas peserta didik dengan
seorang guru yang memimpin proses. Kehadiran fisik tidak perlu dipikirkan lagi, dan segala jenis
pembelajaran lainnya dipertanyakan. Kemudian dengan hadirnya internet dan pendidikan
tradisional/konvensional menjadi sejarah. E-learning merupakan proses pembelajaran yang
berkembang pesat, dampaknya dapat kita telusuri seperti saat ini dengan tren dalam bentuk
pembelajaran jarak jauh).

Sekarang ada solusi e-learning yang terjangkau untuk perangkat keras dan internet, hanya
saja dibutuhkan alat elearning yang bagus untuk memfasilitasi pendidikan di mana saja.
Teknologi begitu mau sehingga kesenjangan geografis dijembatani dengan penggunaan alat yang
membuat peserta didik merasa seolah-olah berada di dalam kelas. E-learning menawarkan
kemampuan untuk berbagi materi dalam semua jenis format seperti: a) video; b) tayangan slide;
c) dokumen kata; dan d) pdf. Melakukan webinar (kelas online langsung) dan dapat
berkomunikasi dengan mentor/instruktur melalui forum diskusi/chatting juga merupakan pilihan
yang tersedia bagi peserta (Munir, 2008).

Ada sejumlah sistem e-learning yang berbeda dikenal sebagai sistem manajemen
pembelajaran/LMS (Learning Management System) yang memungkinkan proses pembelajaran
akan disampaikan. Dengan alat yang tepat, berbagai proses dapat diotomatisasi seperti proses
pembelajaran dengan materi yang diatur dan latihan soal yang ditandai secara otomatis dan dapat
dikerjakan dengan sangat sederhana oleh peserta didik.

Sistem manajemen pembelajaran atau LMS adalah perangkat lunak yang membantu
pengguna membuat, mengelola dan menganalisis pembelajaran e-learning. Sebagai hub terpusat
untuk sumber informasi dan pembelajaran, LMS pada dasarnya adalah mesin yang mendukung
e-learning. Tanpa perangkat lunak ini, lembaga pendidikan kesulitan hosting dan mengevaluasi
pembelajaran, kursus dan inisiatif e-learning lainnya (Amiroh, 2012) Komponen LMS yakni: a)
sumber daya manusia (pengguna), b) alat administrasi, c) akses konten, d) pengembangan
konten, e) manajemen keterampilan, f) evaluasi, memenuhi standar konfigurasi dan keamanan
Daftar pustaka

Fauzi, A. (2015). Pengembangan Media Pembelajaran E-Book pada Materi Jenis dan
Karakteristik Bahan Baja Kelas X TGB SMK Negeri 1 Mojokerto. Jurnal Kajian Pendidikan
Teknik Bangunan, 1(1/JKPTB/15).

Saputri, A. E., & Susilowibowo, J. (2020) Pengembangan Bahan Ajar E-Book Pada Mata
Pelajaran Praktikum Akuntansi Perusahaan Manufaktur. Jurnal Penelitian Pendidikan, 20(2),
154-162.

Benny, dkk. (2019). Pengembangan Bahan Ajar. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.

Farhana, Fitri. Dkk. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Digital Pada Mata Pelajaran Bahasa
Inggris Di Smk Atlantis Plus Depok. Jurnal Instruksional Vol 3 No 1.

Anda mungkin juga menyukai