USAHA:
PUBLISITAS RUJAK SIMPANG JODOH MELALUI MEDIA
SOSIAL SEBAGAI SALAH SATU KULINER YANG POPULER
DI KOTA MEDAN.
Dosen Pengampu :
Dr. Suci pujiastuti, M.A
Disusun oleh :
Rizky Abrar Damanik (2203132029)
Daftar isi………………………………………………….……2
Bab I ……………………………………………………..……3
Pendahuluan…….. ……………………………………….……3
A. Latar Belakang………………………………………..….3
Bab II…………………………………………………………...4
Kesimpulan………………………………………………………6
Daftar Pustaka……………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kuliner adalah hasil olahan yang berupa masakan, berupa lauk pauk,
makanan (panganan), dan minuman. Setiap daerah memiliki cita rasa tersendiri,
maka tidak heran jika setiap daerah memiliki tradisi kuliner yang berbeda-beda.
Salah satu Kuliner yang dikenal adalah rujak. Rujak hampir dikenal luas oleh
masyarakat Indonesia yaitu makanan tradisional yang terdiri dari potongan
berbagai buah-buahan yang diberi siraman kuah kental campuran dari gula
merah, kacang tanah, buah pisang biji muda, cabai rawit yang sudah di giling
halus lalu diaduk bersama buah-buah segar.Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) versi online , “Rujak adalah makanan yang dibuat dari buah-
buahan kadang-kadang disertai sayuran yang diiris (ditumbuk dsb), kemudian
diberi bumbu yang terdiri atas asam,gula, cabai, dsb.”
Ada berbagai macam rujak di Medan salah satunya yaitu Rujak Simpang Jodoh.
Rujak Simpang Jodoh yang sudah dikenal dan berada di Pasar 7 Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Rujak Simpang Jodoh ini hanya
menggunakan gerobak dorong dan meja yang dibuat papan yang di atasnya
terdapat satu penggilingan batu dan berbagai buah-buahan mulai dari nenas,
mangga, jambu
biji, jambu air, mentimun, bengkuang, belimbing, kedondong dan lain-lain yang
masih segar. Satu porsinya seharga Rp 12.000 dengan porsi yang sangat banyak,
satu bungkus bisa dimakan untuk 2 orang.
Rasa yang segar dan nikmat menjadikan rujak ini sangat ramai pengunjung baik
dari dalam ataupun luar kota. Dan rujak simpang jodoh ini merupakan kuliner
yang sangat khas di daerah Tembung, maka jika ke Tembung belum afdhal
rasanya jika tidak singgah untuk membeli rujak simpang jodoh. Karena
kekhasan rasa rujak dan cara pengolahannya, maka rujak simpang jodoh ini
haruslah dikenalkan kepada masyarakat lain yang berada diluar maupun
didalam negeri. Hal ini tentunya harus memiliki strategi bagaimana caranya
agar rujak simpang jodoh ini semakin opular di kalangan masyarakat. Dan
tentunya jika berhasil, hal ini tentunya akan menghasilkan sebuah keuntungan
bagi masyarakat pedagang rujak simpang jodoh itu sendiri dan juga bagi
provinsi Sumatera Utara. Penulisan ini bertujuan untuk merancang bagaimana
caranya agar rujak simpang jodoh lebih dikenal masyarakat dari dalam ataupun
luar negeri melalui media sosial.
BAB II
GAMBARAN PRODUK / ISI
Dalam pembuatan bumbu, ciri khas bumbu rujak dari dahulu sampai
sekarang tidak pernah berubah. Rasa yang sudah memiliki ciri khas ini
yang membuat Rujak Simpang Jodoh tetap eksis hingga sekarang. Selain
dari ciri khas rasanya, pelayanan yang diberikan oleh pedagang kepada
pembeli sangat baik. Mereka sangat ramah, walaupun pembeli begitu
cerewet meminta banyak tambahan didalam bumbu rujak. Pedagang
menjawabnya dengan senyuman dan berbicara lembut. Hal ini juga yang
membuat pembeli sangat nyaman dan membuat pedagang menjadi eksis
karena dari mulut ke mulut pembeli menjadi tahu bahwa pedagang Rujak
Simpang Jodoh memiliki pelayanan yang baik dalam tanya jawab proses
pembuatan rujak.
Maka dari itu, sayang rasanya jika eksistensi rujak simpang jodoh ini tidak
di publikasikan ke dalam maupun luar negeri. Namun, untuk
mempublikasikan sebuah kuliner khas dan merupakan ikon dari kota
Tembung melalui media sosial, tentunya kita harus melakukan langkah-
langkah agar rujak simpang Jodoh ini benar-benar terpublikasi kepada
masyarakat dalam maupun luar negeri.
Andayani, T dan Irma, R.V. (2015). Eksistensi Pedagang Rujak Simpang Jodoh Pasar 7 Kecamatan
Percut Sei Tuan, Deli Serdang , Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 1 (1): 10-16
file:///C:/Users/user/Downloads/5069-10066-2-PB%20(1).pdf