Anda di halaman 1dari 2

A.

A PANDJI TISNA
ORIENTASI
A.A Pandji Tisna, Anak Agung Nyoman Pandji Tisna adalah keturunan
ke-11 dari dinasti raja Buleleng di Bali Utara, Anglurah Pandji Sakti.
Nama Anak Agung Pandji Tisna dipergunakan sejak tahun 1938, diubah
dari nama I Gusti Njoman Pandji Tisna. Ia lahir tanggal 11 Februari 1908
dan meninggal dunia tanggal 2 Juni 1978 di Buleleng, Singaraja, Bali.
A.A. Panji Tisna lahir sebagai anak laki-laki pertama dari keluarganya,
putra ketiga dari lima bersaudara, kakaknya dua orang perempuan, dan
adiknya dua orang laki-laki. Ayahnya bernama Anak Agung Putu
Djelantik, Raja Buleleng X dan ibunya bernama Mekele Jero Rengga.
Panji Tisna lahir sebagai anak laki-laki pertama dari keluarga.
A.A. Pandji Tisna dikenal sebagai seorang novelis, Pandji Tisna sempat mengenyam pendidikan yang
cukup baik. Dia bersekolah di Hollandsche Inlanders School (HIS). Pada usia lima belas tahun ia
dikirim ke Batavia untuk bersekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Di sekolah itu ia
belajar bahasa Belanda, bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan bahasa Prancis.
PERISTIWA PENTING
Pada tahun 1929, Pandji Tisna dikirim ayahnya ke Lombok, sebuah pulau di dekat Bali, di mana ia
tinggal di sana sampai 1934, mengurus bisnis transportasi ayahnya. Sekembalinya ke Singaraja,
Pandji Tisna pindah ke desa kecil di luar kota Singaraja dan mengelola perkebunan kelapa serta usaha
ekspor kopra. Tampaknya kehidupan pedesaan lebih disukainya daripada kehidupan istana
Tahun 1935 membuka Sekolah Rendah Belanda di Puri Kanginan (puri Timur), Tahun itu juga Pandji
Tisna mengajar Bahasa Inggris di sekolah “Partiwi Putra School”. Pada awal tahun 1946, pada usia
38, Anak Agung Pandji Tisna berpindah agama, dari beragama Hindu menjadi beragama Kristen,
sebuah aksi yang tidak sama di tengah masyarakat Bali yang umumnya beragama Hindu dan
memandang agama sebagai babak tak terpisahkan dari budaya dan etnisitas. Karena itu, beliau sendiri
menulis bahwa karena beliau beragama Kristen sementara masyarakatnya beragama Hindu, beliau
tidak cocok menjadi raja Buleleng.
Tahun 1947 beliau secara sadar turun dari takhta kerajaan. Letak raja dilanjutkan oleh saudara
kandung yang lebih muda darinya bernama A.A Ngurah Ketut Djelantik. Pada tahun 1949 dan Anak
Agung Ketut Djelantik menjadi raja Buleleng terakhir. Anak Agung Pandji Tisna berpulang 2 Juni
1978 dan dikuburkan dengan upacara agama Kristen di tanah pekuburan pribadinya di atas sebuah
bukit di desa Seraya – Kaliasem di sebelah sebuah gereja yang sudah lebih dahulu didirikan olehnya.
Panji Tisna mengembangkan Lovina (Love Indonesia) sebagai daerah wisata dengan mendirikan
sarana akomodasi. Dia adalah pelopor pariwisata di Bali Utara.
REORIENTASI
A.A Pandji tisna jasanyaa sangat dikenang terutama dalam mengembangkan pariwisata Bali bagian
utara yang kita ketahui sekarang bernama Lovina. A.A Pandji Tisna sangat menyoroti perempuan-
perempuan Bali yang pada masa itu dipandang masih amat rendah, masalah tersebut akhirnya
diangkat A.A Pandji Tisna dalam sebuah novel berjudul Sukreni gadis Bali yang melegenda hingga
saat ini. Karya-karya Panji Tisna yang menampilkan budaya dan tradisi Bali memberikan warna yang
baru bagi khazanah kesusastraan Indonesia pada masa itu yang lebih didominasi kesusastraan
Sumatera
Ketut Sandhi Ardhitya (13), Made Suprabawa (14), Putu Desta Pratama (15)

Anda mungkin juga menyukai