Anda di halaman 1dari 9

Tugas Sejarah Peradaban Islam

Nama : Nur Wahid


NIM : 191101324
Kelas : Reguler 3 B
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosenpengampu : M. Faisal, M.MPd

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF SINTANG


JURUSAN TARBIYAH
KALIMANTAN BARAT
SINTANG 2020
Laporan hasil wawancara mengenai :
 Sejarah Islam masuk ke Sintang.
 Sejarah Patih Logender dan Dara Juanti.

Pembahasan

Foto bersama bapak Tamrin Hasan/08-11-2020

Pada tanggal 8 November 2020, kami menemui juru kunci lama Keraton
Kesultanan kota Sintang di kediamannya yang terletak di Menyumbung Sintang.
Beliau bernama bapak Tamrin Hasan, atau orang-orang biasa memanggilnya
dengan sebutan ayi. Beliau merupakan juru kunci Keraton Kesultanan kota
Sintang sejak tahun 2005.

Beliau memaparkan bahwa kota Sintang berdiri tahun 1700 M, sebelum


berdirinya kota Sintang. Datang seseorang yang bisa dikatakan dari dataran Cina
yang bernama Aji Melayu. Aji Melayu ini membawa agama Hindu, sebelum
datang ke sintang pada mulanya dia datang ke daerah Sepauk sampai akhirnya ke
Bukit Kujau.

Bukti-bukti kedatangan Aji Melayu dapat dilihat dari temuan arkeologis


berupa Arca Putung Kempat dan batu berbentuk phallus yang oleh masyarakat
setempat disebut Batu Kelebut Aji melayu.

Sebelum beliau datang kesintang, Aji Melayu datang ke daerah Sepauk


dan mengembangkan agama hindu, dan masuk ke daerah bukit kujau, jadi di bukit
kujau Aji melayu bertemu dengan seorang kepala suku yang bernama pukat
bengawan dan Mayang Mengulur, yang bernama pukat bengawan adalah seorang
lelaki dan mayang mengulur adalah seorang perempuan.

Pukat Bengawan dan Mayang Mengulur mempunyai Puntung Kempat,


Puntung Kempat ini adalah anak dari seorang kepala suku bukit kujau, rupanya
disamping itu aji melayu tadi, dia adalah seorang yang masih bujangan, jadi dia
jatuh cinta kepada anak perempuan dari kepala suku kujau yang bernama puntung
kempat.

Setelah lamaran tersebut Petung Kumpat menderita penyakit kulit, dan hal
inilah yang menyebabkan dia dihanyutkan menggunakan lanting yang terbuat dari
batang pisang oleh ayahnya. Petung Kumpat pun hanyut sampai ke Sepauk dan
tanpa sengaja bertemu dengan Aji Melayu kembali. Petung Kumpat menjelaskan
bahwa siapa saja yang bisa menyembuhkan penyakit yang dideritanya akan
dijadikan suami bila laki-laki dan akan dianggap seorang bapak bila itu orang tua.

Mendengar hal ini, Aji Melayu mengajukan diri untuk mengobati penyakit
tersebut. Beliau pun bersemedi selama seminggu dan akhirnya mengobati Petung
Kumpat. Akhirnya penyakit tersebut pun hilang dan Petung Kumpat menerima
Aji Melayu sebagai suaminya. Namanya pun berubah menjadi Putri Junjung Buih
dan menikah. Pada abad ke-7 Aji Melayu meletakkan batu Kundur atau batu
prasasti pertama kali daratan sungai Senentang (Kapuas).

Masuknya Agama Islam di Kerajaan Sintang

Pada pertengahan abad ke – XVII, Kerajaan Sintang di perintah oleh seorang raja
yang bernama Abang Pencin bergelar “ Pangeran Agung ”, Baginda Pangeran
Agung adalah turunan ke – 17 dari Raja di Kerajaan Sintang yang pertama. Pusat
Pemerintahan Kerajaan pada waktu itu terletak di wilayah yang disebut Pulau
Perigi, yaitu ditengah kota Sintang dan pada saat sekarang perbatasan antara
Kelurahan Kapuas Kiri Hilir dan Kelurahan Kapuas Kiri Hulu.

Baginda Pangeran Agung beserta sebagian besar rakyatnya menganut agama


Hindu, serta sebagian lainnya masih menganut faham animisme. Pada masa itu
agama hindu telah berkembang dan tersebar dengan pesatnya di Kerajaan Sintang,
agama hindu berkembang sejak abad ke – XV yang dibawa dan di kembangkan
oleh seorang Patih dari Kerajaan Majapahit bernama Patih Logender.

Belum begitu lama Baginda Pangeran Agung memangku jabatan sebagai Raja di
Kerajaan Sintang, datanglah dua orang perantau dari luar kerajaan Sintang yang
kemudian diketahui ternyata para mubaligh Islam. Mereka adalah Mohammad
Saman dari Banjarmasin dan Enci’ Shomad dari Serawak.

1. Begitu sampai ditanah Sintang kedua mubaligh langsung menghadap


Baginda Raja Pangeran Agung, mereka berdua menyatakan keinginannya
menetap di Kerajaan Sintang jika mendapat izin dari Baginda Raja,
Sebagai mubaligh, tutur bahasa yang lemah lembut serta sopan santun
dengan penuh rasa rendah hati menyebabkan Baginda Raja Pangeran
Agung tertarik, dan atas izin Baginda Raja kedua mubaligh itu bertempat
tinggal di rumah seorang Menteri. Dirumah Menteri itu kedua mubaligh
tetap melaksanakan ibadah sholat sebagaimana mestinya. Tidak berapa
lama sang menteripun tertarik ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh
kedua mubaligh tersebut dan pada suatu hari menteri memberanikan diri
untuk menanyakan hal ihwal apa yang dikerjakan oleh kedua mubaligh
tersebut. Kedua mubaligh itu saling silih berganti menerangkan kepada
menteri pokok-pokok ajaran Islam, dan kemudian menteri bersama
keluarganya menyatakan dirinya untuk memeluk agama Islam. Karena
takut diketahui oleh Baginda Raja, semula menteri dan keluarganya
mempelajari agama Islam secara diam-diam, hari demi hari telah dilewati,
tapi raja yang selalu memperhatikan dan mengawasi gerak – gerik
rakyatnya, akhirnya tahu juga.
2. Suatu ketika menteri dan bersama kedua mubaligh itu dipanggil
menghadap, dihadapan Baginda Pangeran Agung kedua mubaligh
menerangkan tentang pokok-pokok ajaran Islam, mereka menjelaskan
bahwa agama Islam itu bukanlah agama baru bahkan telah dianut oleh
jutaan manusia di permukaan bumi. Disatu sisi agama Islam mengajak
seluruh manusia agar hanya mengabdi kepada Allah SWT, dan di sisi
Islam mengajarkan agar bergaul baik dengan sesama. Kemudian Baginda
Pangeran Agung bertanya kepada kedua mubaligh tersebut, apakah anda
juga berhasrat mengajak kami kepada Islam ? dengan tegas Mohammad
Saman menjawab “ tentu saja, Tuanku “ Bagaimana sikap kalian andaikata
kami tidak bersedia ? Tanya Baginda Raja lagi. Kami tetap menghormati
Tuanku dan berterima kasih atas kemurahan hati Tuanku menyambut kami
sambung Enci’ Shomad. Baginda Pangeran Agung tersenyum dan
langsung menyatakan bahwa dirinya memeluk agam Islam dan Baginda
Pangeran Agung langsung mengucap Dua Kalimah Syahadat. Kemudian
Baginda Pangeran Agung menambahkan bahwa beliau telah lama
mendengar tentang agama Islam tetapi beliau belum sempat mempelajari
secara mendalam. Konon baginda ingin menikah dengan putrid raja
Sanggau yang sudah memeluk agama Islam, tetapi lamaran Baginda belum
mendapat jawaban yang tegas. Dan setelah baginda Pangeran Agung
memeluk agama Islam utusan raja Sanggau datang membawa tanda mata.
3. Tidak lama kemudian baginda Pangeran Agung menikah dengan putri dari
kerajaan Sanggau yang bernama Dayang Mengkiang. Dengan didorong
hasrat untuk memajukan agama baru, Mohammad Saman dan Ecci’
Shomad baginda angkat sebagai warga negeri kerajaan Sintang dan
kemudian balai kerajaan dijadikan pusat penyiaran agama Islam. Kedua
mubaligh baginda kawinkan dengan keluarga kerajaan sehingga
merekapun makin dihormati oleh rakyat. Setelah tersiar kabar Baginda
Pangeran Agung memeluk agama Islam, maka rakyat di kerajaan Sintang
yang sebelumnya menganut agama Hindu dan Animisme berduyun –
duyun memeluk agama Islam sehingga pemeluk agama Islam mulai
berkembang. Setelah cukup lama memangku Jabatan sebagai Raja di
Kerajaan Sintang, Baginda Pangeran Agung berpulang kerahmatullah,
kedudukan sebagai Raja di Kerajaan Sintang diganti oleh Putra Mahkota
yang bernama Pangeran Tunggal dan Beliau dinobatkan sebagai Raja di
Kerajaan Sintang yang ke XVIII. Kegiatan Baginda Pangeran Tunggal
tidak kurang dari ayahndanya sehingga agama Islam semakin berkembang
sampai ke pedalaman. Baginda menjalankan Pemerintahan cukup lama
dan baginda Pangeran Tunggal yang merencanakan pembangunan Masjid
yang pertama dalam kerajaan Sintang. Tetapi mujur tak dapat diraih dan
malang tak dapat di tolak, sebelum rencana terlaksana Baginda Pangeran
Tunggal berpulang kerahmatullah.
4. Karena Putra almarhum Abang Itot tidak memenuhi syarat sebagai Raja di
Kerajaan Sintang, sedangkan Putra mahkota almarhum yaitu Pangeran
Purba tidak berada di negeri Sintang, karena sudah berkali – kali
diberitahu tentang keadaan ayahnda semasa masih hidup bahkan sampai
Baginda Pangeran Tunggal wafat pun Pangeran purba tidak datang dan
pada akhirnya untuk di angkat sebagai Raja di Kerajaan Sintang,
diangkatlah keponakan almarhum Baginda Pangeran Tunggal sebagai Raja
di Kerajaan Sintang ke XIX, yaitu putra dari Nyai Cili ( adik Pangeran
Tunggal ) dan Mangku Negara Melik yang bernama Abang Nata, ketika
itu Abang Nata masih berusia 10 tahun. Sementara menunggu dewasa
Pemerintahan ditangani oleh seorang Wazir bernama Senopati Laket, Ia
menjalankan pemerintahan sampai Raja berusia 20 tahun. Setelah Abang
Nata berusia 20 tahun, maka beliaupun dinobatkan sebagai Raja di
Kerajaan Sintang, bergelar ‘ Sultan Nata Muhammad Syamsuddin ‘.
Sejarah Tentang Dara Juanti

Sejarah tentang Dara Juanti berlayar ke tanah Jawa bukanlah hal


yang baru. Tatkala ditelusuri akan membawa kita kepada masa awal
tahun 1400 M. keberadaan kerajaan Majapahit di Jawa Timur.

Sebab nama Patih Lohgender tercantum dalam sejarah majapahit,


sebagai seorang patih pada masa pemerintahan Dewi Suhita yang
bergelar Ratu Kencana Wungu turunan ke-6 dari raden Wijaya pendiri
Kerajaan Majapahit tahun 1292.

Dalam perjalanan mencari abangnya Demong Nutup yang konon


ditawan oleh kerajaan Majapahit. Saat tiba di tanah Jawa terjadi
pertemuan yang singkat antara Patih Lohgender dengan Dara Juanti,
Situasi di kerajaan Majapahit semakin memanas, seakan-akan
menunggu kehancuran karena perebutan tahta kekuasaan yang
mengakibatkan perang saudara, dimana Bhre Wirabumi (dikenal
sebagai Minak Jinggo) Raja Belambangan memberontak.

Ia tidak setuju dengan pengangkatan Dewi Suhita sebagai raja,


sebab ia merasa lebih berhak duduk di tahta kerajaan Majapahit.
Pararatonmencatat, Perang Paregreg (perang yang berangsur-angsur)
yang berlangsung Tahun 1401 – 1406 M antara Wikrawardhana-Bhre
Wirabhumi terjadi pada tahun saka naga-loro-anahut-wulan atau 1328
Saka (1406 M).

Kembali kepada pertemuan antara Patih Lohgender dengan Putri


Dara Juanti di tanah Jawa, tersirat beberapa Ujian yang diberikan oleh
Patih Lohgender Kepada Putri Dara Juanti sebagai bukti apakah
Demong Nutup masih hidup atau tidak.

Putri Dara Juanti menyamar jadi laki-laki sebagai ujian untuk


membebaskan saudaranya Demong Nutup.Setelah ujian itu mampu
dilewati oleh Putri Dara Juanti dan Patih Lohgender mengakui
kehebatan dan Keberanian Putri Dara Juanti.

Sikap pemberani Putri Dara Juanti itu membuat seorang Patih dari
kerajaan Majapahit terkagum-kagum. Tetapi apa yang dikatakan oleh
Patih Lohgender pada saat itu, “Wahai Tuan Putri..ketahuilah
jangankan untuk membawa abangmu pulang ke negeri asalmu, satu
genggam tanah di majapahit pun tidak aku ijinkan untuk dibawa.

Dara Juanti terus berusaha untuk memohon kepada Patih


Lohgender, dan pada akhirnya ia pun menjawab, saya siap
membebaskan abangmu dan mengijinkan untuk dibawa pulang ke
Negerimu tetapi ada persyaratannya. Dara Juanti kaget bertanya , “Apa
persyaratannya tuan.” Dengan enteng Patih Lohgender menjawab
“Abang mu akan bebas asalkan tuan putri bersedia menikah denganku.

Betapa terkejutnya Dara Juanti mendengar persyaratan yang


diminta oleh Patih Lohgender dan sejenak terdiam seribu bahasa, dan
pada akhirnya terjawab juga. Baiklah tuan, saya bersedia tetapi tuan
harus memenuh persyaratanku juga yaitu Tuan harus datang ke Negeri
dimana tempat ku Berada, setelah keduanya sama-sama sepakat dan
masing-masing menerima dan setuju dengan persyaratan, Dara Juanti
segera membawa abangnya pulang ke Negeri Sintang.
Singkat sejarah, setelah perang usai, Dewi Suhita (Ratu Kencana
Wungu) memerintahkan kepada Temenggung Arya kembar untuk
mengasingkan kedua putra Patih Lohgender dan melepaskan semua
jabatan dari struktur pemerintahan majapahit.

Sejak kedua putranya diasingkan oleh Dewi Suhita, sebagai


seorang ayah Patih Lohgender merasa malu dengan perbuatan kedua
putranya, Patih Lohgender pun mengundurkan diri dan melepaskan
semua jabatannya dari struktur pemerintahan kerajaan majapahit.

Dan pada akhirnya Patih Lohgender memutuskan untuk pergi ke


Borneo tepatnya di Negeri Sintang dimana tempat Puteri Dara Juanti
memerintah sebagai seorang Raja/Ratu.

Putru Dara Juanti yang terkenal dalam sejarah kerajaan Sintang


yang membawa perhubungan dengan tanah jawa.Dalam sejarahnya
Dara Juanti berlayar ke tanah Jawa. Dalam sejarahnya Dara Juanti
berlayar ke tanah Jawa untuk membebaskan saudaranya Demong
Nutup (di Jawa dikenal dengan nama Adipati Sumintang) yang
ditawan oleh salah satu kerajaan di Jawa.

Singkat cerita, di pelabuhan tuban Dara Juanti di hadang oleh


prajurit kerajaan dan merupakan pertemuan dengan seorang Patih dari
Majapahit yaitu Patih Logender.

Dari pertemuan itulah yang membuat hubungan keduanya semakin


dekat, dan kemudian Patih Logender pergi ke Kerajaan Sintang untuk
melamar Dara Juanti, namun malang tak bisa di tolak Patih Logender
harus pulang ke Jawa karena harus memenuhi persyaratan-persyaratan
yang di minta oleh Dara Juanti.

Diantara persyaratan itu antara lain : Keris elok tujuh berkepala


naga, empat puluh kepala, empat puluh dayang-dayang alat musik
tradisional dari Jawa, dan seterusnya. Dara Juanti bersuamikan
seorang bangsawan Majapahit bernama Patih Lohgender sekitar Tahun
1385 M ketika Kerajaan Majapahit di masa pemerintahan Ratu Suhita.

Patung Burung Garuda ini dipersembahkan oleh Patih Logender


pada saat melamar Putri Dara Juanti.Patung Burung Garuda ini
dijadikan lambing Kerajaan Sintang pada masa Pemerintahan
Pangeran Ratu Achmad Qamaruddin, tahun 1807 M.

Salah satu hantaran mas kawin pato logender dari kerajaan


Majapahit kepada Putri Dara Juanti dari Kerajaan Sintang.

Anda mungkin juga menyukai