PENERAPAN PROGRAM K3
Pembimbing:
disusun oleh:
PENDAHULUAN
Pada bulan Desember tahun 2019 adalah pertama kalinya didapati kasus Covid19 di China dan
tertuang di dalam media massa. Lalu beberapa bulan berikutnya, yaitu bulan Febuari dan bulan Maret,
didapati virus SARS CoV2 ini telah mewabah ke berbagai negara. Meskipun saat itu sebagian masyarakat
awam masih berada dalam tahap penyangkalan dan sebagian lainnya panik, dan terjadi panic-buying masker.
Lalu pada bulan April, WHO resmi menyatakan dunia sedang mengalami pandemi Covid19.
Perjalanan Covid telah panjang sejak akhir tahun 2019, dan banyak perubahan protokol serta
peraturan yang dikeluarkan terkait masalah pandemi ini oleh Kemenkes. Sebagai salah satu perusahaan yang
terletak di lepas pantai dan mempunyai proses penyulingan minyak bumi, Perusahaan X memiliki area
komplek kerja dan tempat tinggal tersendiri, yang terisolasi dari wilayah sekitarnya. Hal ini memberikan sisi
positif dan negatif tersendiri dalam segi penyebaran pandemi ini. Sisi positifnya adalah pekerja Perusahaan
X terisolasi dari dunia luar atau daratan, sehingga menutup kemungkinan proses interaksi dengan orang-
orang di daratan luar. Sementara dari sisi negatifnya, dikarenakan tempat kerja dan tempat tinggal pekerja
Perusahaan X adalah dua kompleks yang tergabung menjadi satu, sehingga hal ini memberikan peluang
yang lebih mudah untuk penularan, dikarenakan para pekerja bertemu setiap harinya dalam 24 jam selama
jadwal kerja mereka untuk beberapa minggu di tempat kerja.
Oleh karena hal itulah, sejak awal pandemi Perusahaan mendesain proses screening yang ketat
untuk masuk ke area bekerja, dan protokol ketat terkait Covid19, dengan dasar referensi informasi dan
kebijakan dari Kemenkes terkait Covid19. Virus SARS CoV2 dianggap sebagai hazard biologis yang serius,
bukan hanya dari perspektif medis dianggap sebagai ancaman terhadap kesehatan pekerja, namun juga dari
perspektif keselamatan pekerja, sehingga semua proses dan protokol terkait Covid19 ini memberikan
perubahan dan atmosfir kerja yang baru bagi pekerja.
1.2 Permasalahan
Atmosfir lingkungan kerja yang baru ini, dengan segala proses yang ketat, dipercayai memberikan
tekanan dan permasalahan sendiri terhadap pekerja. Beberapa contohnya adalah kurang intensnya proses
komunikasi antar pekerja di saat istirahat mereka, yang dikarenakan adanya barrier yang disebabkan
protokol menjaga jarak atau jumlah orang yang dibatasi di dalam satu ruangan, atau bertambahnya
kewajiban pekerja untuk senantiasa mengisi laporan kondisi kesehatan mereka setiap hari, dilengkapi dengan
pengukuran suhu badan. Dan ini hanyalah beberapa contoh pada saat mereka berada di wilayah perusahaan.
Sementara masih ada banyak lagi hal yang harus mereka taati sebelum akan masuk ke wilayah perusahaan.
Semua ini dipercayai memberikan beban dan tekanan tanggung jawab kepada pekerja.
Berlangsungnya pandemi Covid19 yang memasuki tahun ketiga, mengharuskan semua pekerja
menjalankan kewajiban di atas secara rutin selama tiga tahun. Oleh karena adanya rasa keprihatinan terhadap
kejenuhan dan stress bagi pekerja untuk menjalankan semua kewajiban ini, maka timbul lah inisiatif untuk
mendesain salah satu indikator untuk menscreening proses internal para pekerja. Apakah pekerja merasa
jenuh dan tertekan?
2. Menganalisa alur dan menentukan strategi program K3 stres kerja yang akan dilakukan
5. Memperlancar alur tatalaksana dan rujukan bagi karyawan dengan stres kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Proses penyusunan model pola pikir untuk Business Plan K3 ini, saya mengacu pada kuliah
umum yang diberikan oleh dosen saya, Ir Eka Satya Putra. Adapun langkah-langkah pola pikir untuk Business
Plan ini memiliki beberapa tahapan sebagai berikut
Tabel Hasil Budaya (THB) adalah suatu tabel model pola pikir yang membandingkan Action,
Believe, dan Pengalaman sebelum adanya penerapan K3 dan setelahnya. Action adalah kegiatan-kegiatan
penerapan K3. Belief adalah kepercayaan dari pekerja atau perusahaan terkait K3, dan Pengalaman adalah
Presepsi pekerja terkait penerapan K3 di lingkungan kerjanya. Adapun Tabel Hasil Budaya yang disampaikan
oleh Ir Eka Satya Putra adalah sebagai berikut :
Sebelum K3 Sesudah K3
Action
Belief
Pengalaman
Adapun pemilihan Action, Belief, dan Pengalaman ini berdasar dari aspek-aspek yang dijelaskan
dalam gambar “The Iceberg That Sink Organizational Change” dibawah ini
Gambar 1: The Iceberg That Sink Organizational Change Cited From www.torbenrick.eu
Kemudian cara yang diajukan oleh Ir Eka Satya Putra dalam pengisian Tabel Hasil Budaya (THB)
tersebut menggunakan pendekatan kepada pekerja dan perusahaan. Apa saja yang perlu dilakukan dalam
mendapatkan isi dari setiap aspek Tabel Hasil Budaya (THB) mengacu pada emphaty map canvas oleh Dave
Grey.
Gambar 2: Empathy Map Canvas cited from gamestorming.com/empathy-map/
2.1.2 Peta Strategi Generik
Peta Strategi Generik adalah suatu piramida alur berfikir sebagai suatu dasar rancangan Business
plan yang akan diambil. Adapun Peta Strategi adalah sebagai berikut
Peta Strategi ini memiliki tiga jalur yaitu peningkatan produktivitas, pendapatan, dan pertumbuhan
produk atau jasa baru. Ketika jalur itu kesemuanya akan meningkatkan return of investment perusahaan
tersebut. Ada empat prespektif dalam Peta Strategi Generik ini, yaitu Prespektif Financial, Prespektif
Pelanggan, Prespektif Proses intermal, dan Prespektif Pembelajaran dan Pertumbuhan.
2.1.3 Balanced Score Card dan Matriks Strategi
Balance Score Card adalah empat parameter yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja suatu
kebijakan/perusahaan. Ada empat parameter Balanced Scorecard yaitu:
Gambar 5 : Tabel Gabungan Balanced Score Card dan Matriks Strategi (tulisan hanya contoh)
BAB III
BUSINESS PLAN
PT. X sudah berdiri sejak tahun 2007 di Indonesia, yang memberdayakan sumber daya alam, berupa minyak
bumi yang kemudian diolah untuk dipergunakan dalam berbagai kepentingan.
Berbagai hasil pemrosesan minyak bumi mentah untuk dipergunakan sebagai energi.
1. Proses Destilasi
Proses pengolahan minyak bumi yang pertama adalah proses destilasi. Destilasi merupakan proses
pemisahan fraksi-fraksi yang terdapat di minyak bumi, di mana pemisahan fraksi tersebut berdasarkan pada
perbedaan titik didih.
Proses ini biasanya dilakukan pada sebuah wadah tabung tinggi yang kedap terhadap udara.
Awalnya minyak mentah akan dialirkan ke dalam tabung tersebut dan kemudian dipanaskan dalam tekanan
1 atmosfer pada suhu 370 derajat celcius.
Setelah itu, hasil dari fraksi-fraksi tersebut nantinya akan dipisahkan, di mana fraksi yang memiliki
titik didih terendah akan menempati bagian atas tabung, sedangkan fraksi yang memiliki titik didih tinggi
akan menempati bagian dasar tabung.
Hasil dari proses destilasi ini antara lain adalah gas, bensin, minyak tanah, diesel, oli, lilin dan
aspal. Akan tetapi, semua hasil tersebut belum menjadi bahan siap pakai karena belum melewati tahapan
selanjutnya.
2. Proses Cracking
Proses pengolahan minyak bumi yang selanjutnya adalah tahap cracking. Cracking merupakan
proses pengolahan minyak bumi yang memiliki tujuan untuk menguraikan molekul-molekul besar senyawa
hidrokarbon menjadi molekul hidrokarbon yang memiliki ukuran lebih kecil. Proses cracking ini sering biasa
disebut juga dengan proses refinery.
3. Proses Reforming
Proses pengolahan minyak bumi yang selanjutnya adalah proses reforming. Reforming merupakan
proses mengubah struktur pada molekul fraksi yang mutunya buruk menjadi molekul fraksi yang mutunya
akan lebih baik.
Proses reforming ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode katalis atau proses pemanasan.
Karena proses reforming ini bertujuan untuk mengubah struktur pada molekul fraksi maka proses ini dapat
disebut juga dengan proses isomerasi.
Proses pengolahan minyak bumi tahap selanjutnya adalah proses polimerasi dan alkilasi. Setelah
adanya perbaikan/perubahan struktur molekul fraksi dilanjutkan dengan proses alkilasi yaitu proses
penambahan jumlah atom pada suatu fraksi sehingga molekul fraksi tersebut menjadi lebih panjang dan
bercabang. Pada proses alkilasi ini biasanya menggunakan bahan tambahan katalis asam yang kuat seperti
H2SO4, HCL, atau AlCl3 (asam Lewis).
Sedangkan proses polimerasi yaitu proses penggabungan antara molekul-molekul kecil menjadi
molekul yang lebih besar dalam sebuah fraksi sehingga mutu dari produk akhir menjadi meningkat.
Jadi pada tahap ini molekul fraksi akan melalui tahap alkilasi terlebih dahulu lalu kemudian melalui
tahap polimerasi sehingga membentuk sebuah molekul fraksi yang panjang dimana molekul fraksi tersebut
mutunya sudah meningkat.
5. Proses Treating
Proses pengolahan minyak bumi yang kelima adalah proses treating. Treating merupakan proses
pemurnian fraksi minyak bumi melalui tahap eliminasi bahan-bahan pengotor yang terlibat dalam proses
pengolahan.
Bahan-bahan yang dihilangkan dalam proses treating ini antara lain adalah bau tidak sedap yang
dihilangkan melalui proses copper sweetening and doctor treating, parafin yang dihilangkan melalui
proses solvent dewaxing, lumpur dan warna yang dihilangkan melalui proses acid treatment, aspal yang
dihilangkan melalui proses deasphalting dan terakhir belerang melalui proses desulfurizing.
Inti dari proses ini adalah mengeliminasi bahan-bahan yang tidak memberikan mutu dalam proses
pengolahan minyak mentah ini sehingga hasil akhirnya nanti mutunya akan bertambah.
6. Proses Blending
Proses pengolahan minyak bumi pada tahapan terakhir adalah proses blending. Blending merupakan
proses yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk siap pakai dengan cara menambahkan bahan-
bahan aktif ke dalam fraksi minyak bumi.
Salah satu bahan aktif yang digunakan adalah TEL (tetra ethyl lead). TEL ini merupakan bahan
aditif yang digunakan untuk menaikkan bilangan oktan bensin. Setelah melalui proses ini maka hasil dari
pengolahan minyak bumi mutunya menjadi lebih baik dan menjadi bahan yang siap pakai.
3.1.6 Denah lokasi
Pekerja Operator dan supervisor bekerja dalam 2 shift dalam sehari; dari jam 06.00 – 18.00 dan 18.00 –
06.00, Senin – Minggu. Untuk bagian headquarter, bekerja dari jam 07.00 – 16.00, Senin – Jumat. Sebagian
pekerja ada system kontrak dan sebagian sudah karyawan tetap.
Pada PT. X, di field dan headquarters, terdapat 24 karyawan manajemen dan supervisor, dan 225 karyawan
operator, pemeliharaan, administrasi dan servis.
Dilakukan pemeriksaan MCU berkala setiap tahun, dan karyawan terdaftar BPJS Ketenagakerjaan. Namun
dalam hal ini, data yang akan diambil, diperoleh dari screening terpisah, berupa kuesioner.
Sebelum K3 Sesudah K3
- Peningkatan kualitas K3
Perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan
3.2.3 Causal Loop
stres kerja
Biaya K3 pertahun untuk setiap pekerja Tunjangan K3 pertahun untuk setiap pekerja
Kuisioner dan interpretasi stres kerja akibat pandemi 3.000.000 Lost-time productivity karyawan 25.000.000
Konsultasi dokter perusahaan 10.000.000 Lost-time productivity pd alat berat tertentu yang tidak beroperasi 100.000.000
Konsultasi dokter spesialis Kejiwaan per 5 pekerja 50.000.000 Biaya transportasi rujukan pekerja ke darat bila serangan akut 200.000.000
PEMBAHASAN
Stres kerja merupakan indikator kesehatan yang sering terlewatkan. Dan ini merupakan
bagian dari salah satu pengelolaan selama pandemic, meskipun pada kenyataan nya di
perusahaan masih terlewat alur penanganan untuk stres kerja ini. Dengan pembuatan
business plan ini diharapkan dapat menurunkan tingkat stres kerja dan meningkatkan
penanganan nya sehingga dalam tempat kerja tidak ada karyawan yang bekerja dengan
stres kerja.
STRENGTH 1. Kuisioner stres kerja sudah diberlakukan pada MCU sejak tahun lalu.
Namun komponennya tidak berkaitan dengan pandemic. Kuesioner ini akan
khusus menyoroti stress akibat regulasi selama pandemi.
2. User sudah mulai menyadari pentingnya untuk memantau kesehatan
mental pekerja, terutama sejak pandemi.
OPPORTUNITY 1. Masa Pandemi Covid19 adalah momen yang tepat untuk menilai apakah
selama ini merasa stress, baik itu dikarenakan oleh pandemic, ataupun
lingkunga kerja.
2. Sudah tersedia dokter spesialis kejiwaan di daerah rujukan
3. Saat program K3 berjalan lancar, kesehatan secara menyeluruh diharapkan
akan meningkat sehingga meningkatkan produktivitas.
THREAT Pandemi COVID-19 yang merupakan salah satu penyebab stres kerja masih
ada, sehingga stress masih akan tetap berdampak.
BAB V
5.1 Kesimpulan
PT.X belum menjalani program K3 penanganan stres kerja dengan komprehensif, terutama
sejak pandemic, karena banyak kegiatan massal seperti MCU yang dihentikan utk sementara,
sehingga business plan ini dibuat dengan harapan dapat membantu dalam peningkatan K3,
spesifik terhadap stres di lingkungan kerja. Hal ini penting untuk dilakukan karena kondisi
pandemi Covid19 banyak mengubah kondisi lingkungan kerja yang menyebabkan perubahan
dan kontribusi terhadap stres pada karyawan PT.X yang mayoritas adalah pekerja yang berasal
dari luar kota.
Dari business plan ini saya merencanakan hal-hal tersebut:
3. Pelaksanaan edukasi dan sosialisasi terkait dengan stress kerja, pengisian kuisiones stres kerja dan
penanganan kasus stres kerja
4. Evaluasi peningkatan produktivitas setelah dijalankan business plan tersebut
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan business plan ini adalah membuat tempat kerja bebas ataupun
minimal dari stres kerja, sehingga karyawan dapat bekerja dengan lebih produktif.
5.2 Saran
1. Mengubah stigma tentang kesehatan mental, khususnya stres kerja pada karyawan
dan petinggi-petinggi, serta masyarakat sekitar perusahaan
2. Melakukan evaluasi secara berkala
1. Apakah sistem jadwal kerja saat ini dikarenakan pandemic sesuai dengan harapan Anda?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah Anda merasa nyaman dengan proses screening, karantina dan protokol terkait Covid saat ini?
a. Ya b. Tidak
3. Bagaimana tanggapan anggota keluarga di rumah selama ini dgn sistem proses screening dan karantina sebelum
bekerja?
a. Setuju b. Tidak setuju
4. Menurut pemikiran Anda apakah proses screening, karantina, dan protoko terkait Covid19 selama ini sudah sejalan
dgn nilai dan tujuan perusahaan?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah Anda merasa berat/jenuh saat ini menjalankan proses screening Covid?
a. Ya b. Tidak
7. Menurut pandangan Anda, apakah proses screening Covid19 selama ini adalah kebijakan perusahaan sendiri? atau
mengikuti permintaan dari kebijakan pemerintah setempat?
a. Menurut kebijakan pemerintah b. Kebijakan perusahaan sendiri
8. Apakah Anda setuju untuk pengadaan pembicara mengenai topik ‘Manajemen Stress selama pandemic’ di tempat
kerja bulan depan?
a. Ya b. Tidak
9. Menurut Anda, peraturan mana terkait Covid di tempat kerja yang sebaiknya dipertimbangkan ulang untuk
pengadaannya?
a.
b.
c.
10. Menurut Anda, apa masalah yang sering dihadapi saat bekerja selama pandemic:
a.
b.
c.
Terima kasih!
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Eka Satya, P. Penyusunan Model Business Plan K3. MATERI Kuliah Umum Management
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Magister Kedokteran Kerja Universitas Indonesia
Jakarta.2021.
2. Garvin DA, Edmondson AC, Gino F. Is yours a learning organization?. Harvard Bussines
Review. 2008;86 (3).
3. Kaplan, Robert S. dan David P. Norton, 1996. The Strategy Focused Organization :
How Balanced Scorecard Companies Thrive In The New Business Enviroment.
Harvard Business School Press.
4. Kemenkes. Stres Kerja, 22 november 2018. http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic
p2ptm/stress/apa-saja-penyebab-stres-terkait-pekerjaan-bag2
5. https://www.who.int/campaigns/connecting-the-world-to-combat-
coronavirus/healthyathome/healthyathome---mental-
health?gclid=Cj0KCQiAyMKbBhD1ARIsANs7rEH8BTLhhoU0_ua2PAzUDSXyiCy1vatv
R3lzHeXUKKuBWh0KeU7GKh8aAg6CEALw_wcB
6. https://www.torbenrick.eu/blog/change-management/iceberg-that-sinks-organizational-
change/
7. https://humanscalebusiness.org/lessons/the-empathy-map-canvas/
8. https://changemanagementinsight.com/iceberg-model-of-change-management/